کمالوندی

کمالوندی

Senin, 26 Oktober 2015 09:31

Menyimak Lawatan PM Kamboja ke Perancis

Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen tiba di Paris, Perancis dalam rangka kunjungan demi memperkokoh hubungan Phnom Phen-Paris.

Pertemuan serta perundingan Hun Sen dengan Presiden Francois Hollande, mengingat kinerja kedua negara, diprediksikan akan mampu menorehkan hasil yang signifikan. Hun Sen yang juga dikenal sebagai tokoh terkuat Kamboja, sebelum bertolak ke Perancis menjelaskan bahwa di lawatannya kali ini dirinya akan menandatangani enam kesepakatan kerjasama di berbagai bidang dengan pejabat Perancis.

Pertemuan Hun Sen dengan perwakilan berbagai perusahaan Perancis dapat memperkuat statemen perdana menteri Kamboja tersebut. kesepakatan yang rencananya bakal ditandatangani di lawatan kali ini  antara Kamboja dan Perancis mencakup sektor pendidikan, pariwisata, energi listrik, budaya dan air bersih. Kamboja merupakan salah satu neagra jajahan Perancis di era perang dingin dan mencapai kemerdekaan di tahun 1953.

Perancis seperti kebanyakan negara imperialis Eropa termasuk Belgia, Portugis, Inggris, Spanyol dan Belanda menjajah berbagai negara di Asia Tenggara dan selama masa penjajahan, negara imperialis Barat ini memanfaatkan dengan rakus kekayaan alam negara jajahan seperti tambang, mineral, hutan dan jalur maritim.

Salah satu faktor keterbelakangan negara-negara jajahan adalah mereka dijadikan sapi perah oleh negara-negara imperialis. Kamboja kini menjadi salah satu anggota ASEAN. Di organisasi ini, Kamboja termasuk negara terbelakang. Namun sejak Hun Sen berkuasa dari tahun 1983 hingga kini, ia telah menunjukkan kemampuannya berinteraksi dan menggalang kerjasama dengan Barat. Kini negara-negara kapitalis dan industri Barat mulai memperhatikan Kamboja.

Sejatinya Hun Sen dengan keberhasilannya menerapkan stabilitas politik dan menjamin keamanan nasional, berhasil menarik simpati dan perhatian investor asing untuk menanam saham di Kamboja. Sementara itu, rakyat, raja dan perdana menteri sepertinya tidak ingin mengungkit kenangan pahit era penjajahan Perancis dan kebijakan anti rakyat negara ini yang diterapkan oleh Paris saat itu.

Sementara itu, Amerika Serikat aktif di pasar Kamboja yang masih belum tersentuh. Meski Cina dengan dalih kesamaan ideologi dan dukungannya kepada Khemer Merah di dekade 70-an, tidak meninggalkan kenangan yang indah di Kamboja, namun hubungan Cina-Kamboja masih tetap berjalan wajar dengan saling pengertian.

Meski demikian, Perancis berusaha meningkatkan pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara. Kamboja di kondisi seperti ini membutuhkan teknologi maju Barat dan oleh karena itu, tidak menyembunyikan kebutuhan finansialnya.

Mengingat kecerdikan Hun Sen, sepertinya Paris dan Phnom Penh memafaatkan peluang ini untuk memperkokoh hubungan di antara mereka dan saling meraih keuntungan. Namun demikian, kerjasama dengan Kamboja bagi Perancis akan banyak memberikan konsesi, karena negara-negara industri Barat termasuk Paris sangat membutuhkan bahan baku dan energi serta mineral. Adapun Kamboja sangat kaya dengan bahan yang dibutuhkan Perancis, oleh karena itu, negara ini mampu menjadi penyuplai kebutuhan dasar industri Paris.

Media-media rezim Zionis Israel menyebut ceramah Sayid Hassan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Lebanon di hari Asyura, monumental dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Kanal 1 TV Israel menyinggung kehadiran Sayid Hassan Nasrullah di tengah para peserta peringatan hari kesyahidan Imam Husein as dan ceramah Sekjen Hizbullah itu di hadapan warga Lebanon.

Menurut Kanal 1 TV Israel, kehadiran Sekjen Hizbullah di lokasi acara untuk berceramah, berbeda dengan sebelum-sebelumnya, ia menyampaikan ceramahnya dengan sempurna dan dalam waktu lama.

Media Israel ini mengakui kondisi ideal dan kuat para pendukung pemerintahan Suriah dan Hizbullah, Lebanon dalam situasi saat ini.

Ia mengumumkan, “Lawatan Bashar Assad, Presiden Suriah ke Rusia, untuk pertama kalinya setelah lima tahun perjuangan melawan krisis, dan ceramah Sekjen Hizbullah, adalah indikasi perubahan situasi sekarang yang menguntungkan pihak-pihak ini.”   

Sementara itu, Kanal 10 TV Israel mengabarkan, kehadiran dan ceramah Sayid Hassan Nasrullah yang cukup lama di hadapan para peserta peringatan Asyura di Dahiya, Selatan Beirut, merupakan langkah monumental.

Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, menyebut kehadiran langsung Sekjen Hizbullah di tengah publik untuk waktu lama itu, sebagai aksi pamer kekuatan.

Sayid Hassan Nasrullah, Sabtu (24/10) hadir langsung di gedung olahraga Al Rayah di wilayah Al Safir, Dahiya, Selatan Beirut pada puncak acara Asyura dan menegsakan berlanjutnya perang melawan konspirasi Amerika Serikat, Israel dan Takfiri di kawasan.

Di hadapan masyarakat dan diaspora Indonesia di Amerika Serikat (AS), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia tidak sedang dalam keadaan krisis karena ekonomi masih tumbuh bahkan termasuk dalam lima besar dunia.

Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan masyarakat dan diaspora Indonesia di AS di Wisma Tilden Washington DC, Minggu sore, membandingkan kondisi ekonomi Indonesia yang sangat jauh berbeda dibandingkan pada 1998.

"Krisis-krisis, mana yang namanya krisis kalau moneter jatuh pertumbuhan (ekonomi) minus. Negara-negara lain iya, kita masuk lima besar pertumbuhan ekonominya. Senengnya kok menjelekkan diri sendiri," katanya yang disambut dengan tawa dan tepuk tangan lebih dari 1.250 masyarakat Indonesia yang tinggal di AS.

Menurut dia, perlu dibangun rasa optimistis karena kompetisi setiap negara semakin ketat sehingga jika tidak satu visi atau satu gagasan besar maka sulit untuk memenangkan persaingan.

Ia memaparkan perbandingan perekonomian Indonesia pada 1998 dibandingkan saat ini.

"Jadi kalau melihat posisi ekonomi kita tidak ada rasa pesimistis tidak ada dalam keadaan krisis, contoh dengan tahun 1998 pertumbuhan ekonomi minus 13,1 persen saat ini kita masih plus 4,7 persen bahkan kuartal ketiga menurut BI bisa 4,85 persen," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat Indonesia tidak pesimistis.

Inflasi saat 1998 mencapai 28 persen tapi saat ini di bawah 4 persen padahal tahun lalu 8,5 persen.
Sedangkan nilai tukar pada 1998 pernah mencapai Rp15.000 perdolar AS sekarang Rp13.600 meskipun sempat menyentuh angka Rp14.700 perdolar AS.

"Saya sampaikan bahwa negara kita perlu transformasi fundamental ekonomi yang dulunya bertumpu pada konsumsi, penjualan bahan mentah kita mulai ke produksi, industri, dan investasi. Memang diawal sulit, pahit ya tapi dalam jangka menengah panjang bahwa jalan yang akan kita lalui adalah jalan yang benar," katanya.

Menurut dia, Indonesia pernah melewatkan booming mulai dari booming minyak, booming kayu, dan booming minerba.

Ia mengatakan booming minerba Indonesia bisa sedikit memanfaatkan peluang meskipun jika diteruskan maka sumber daya alam tersebut akan habis.

Pemerintahnya kemudian fokus pada infrastruktur dan pangan, oleh sebab itu sebulan setelah dilantik Jokowi langsung mengalihkan subsidi BBM kepada faktor-faktor produktif meskipun banyak yang mengingatkan langkah tersebut akan membuat anjlok popularitasnya.

Duta Besar Swedia di Tehran menyatakan kesiapan negara-negara Eropa untuk memanfaatkan kapasitas ekonomi Iran.

Peter Taylor, Duta Besar Swedia untuk tehran dalam wawancara dengan koran Sharq edisi Senin (26/10/2015), mengatakan, di Uni Eropa sedang disusun mekanisme hukum untuk perluasan hubungan ekonomi dengan Republik Islam Iran, pasca sanksi.

Duta Besar Swedia juga menambahkan, dari sudut pandang sejarah, hubungan antara Iran dan negara-negara anggota Uni Eropa  telah berlangsung lama, akan tetapi berdasarkan kesepakatan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1, hubungan tersebut akan memasuki fase baru.

Menurut Dubes Swedia, sebagian besar perusahaan-perusahaan Swedia tetap berada di Iran dalam beberapa tahun terakhir serta melanjutkan aktivitas mereka meski sanksi-sanksi.

Menurutnya, pihak Iran telah membuktikan bahwa mereka dapat diandalkan dan komitmen dalam hubungan perdagangan mereka, ini yang membuat kerjasama dagang dengan Iran tidak pernah putus.(

Mantan perdana menteri Kanada, Jean Chretien, menekankan pentingnya pembukaan kedubes negaranya di Tehran.

IRIB mengutip CTV News melaporkan, Chretien, mantan perdana menteri Kanada, Ahad (25/10/2015) dalam wawancara dengan CTV mengatakan, “Kanada harus membuka kedubesnya di Tehran.”

Jean Chretien mengatakan, dirinya akan mendorong Justin Trudeau, Perdana Menteri terpilih Kanada untuk membuka kedutaan besar di Iran.

Ditambahkannya, kerjasama dengan negara-negara akan mendatangkan manfaat dan hal ini harus dilakukan dengan dialog dan interaksi.

Chretien menegaskan, Trudeau harus menjalin hubungan dengan seluruh negara dunia dan termasuk Rusia dan Kuba, karena dia adalah sosok independen.

Menjawab pertanyaan apakah dengan pemerintahan baru, Kanada harus mengakhiri kehadirannya dalam aliansi anti-ISIS pimpinan Amerika Serikat, Chretien mengatakan, “Kanada secara tradisi ikut serta dalam berbagai misi gabungan di bawah komando NATO dan PBB.”(

PBB menyetujui sebuah resolusi yang menyerukan pengibaran bendera Palestina di markas badan dunia itu di New York.

Pada Kamis (10/9/2015), Majelis Umum PBB memutuskan bahwa bendera negara-negara pengamat non-anggota dari Palestina "akan dikibarkan di Kantor Pusat (PBB) dan Kantor-Kantor PBB di samping bendera negara-negara anggota."

Sebanyak 119 negara mendukung resolusi tersebut, delapan memilih menentang, dan 45 abstain.

Draf resolusi itu diserahkan kepada Majelis Umum pada tanggal 27 Agustus.

Resolusi tersebut meminta Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon untuk mengambil "langkah-langkah yang diperlukan" guna pelaksanaan keputusan. PBB dalam 20 hari harus melaksanakan keputusan tersebut.

Sebelum sesi voting, Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menyinggung pentingnya resolusi, dan mengatakan meskipun simbolik, langkah itu memberi "harapan kepada rakyat kami bahwa masyarakat internasional masih mendukung kemerdekaan negara Palestina."

Langkah tersebut ditentang Amerika Serikat dan Israel.

Uni Emirat Arab memutuskan mundur dari koalisi anti-Yaman pimpinan Arab Saudi dan akan memulangkan semua pasukannya.

Emirates 71 pada Jumat (11/9/2015) melaporkan, setelah “Jumat kelam” (2/9/2015) dan tewasnya puluhan tentara Uni Emirat Arab di Yaman, pemerintah Emirat mendapat tekanan hebat dari masyarakat dan terpaksa merevisi keputusannya mengirim pasukan tempur ke Yaman.

Setelah keputusan itu, tidak ada lagi tentara Uni Emirat Arab yang akan dikirim ke Yaman dan semua pasukan yang berada di Yaman akan ditarik.

Berdasarkan laporan tersebut, para pengambil keputusan Uni Emirat Arab telah sampai pada kesimpulan bahwa intervensi militer darat bukan cara proporsional untuk membantu Yaman.

Pekan lalu, serangan roket pasukan Yaman ke pangkalan militer Safer, yang dijadikan basis untuk pasukan agresor di provinsi Ma’rib, menewaskan puluhan tentara Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Qatar.

Sabtu, 12 September 2015 10:53

Crane Roboh di Mekkah, Puluhan Jamaah Wafat

Puluhan jamaah dilaporkan meninggal dunia akibat sebuah crane roboh di Masjidil Haram, Mekkah.

Menurut laporan wartawan IRIB, otoritas Arab Saudi pada Jumat (11/9/2015), menyatakan bahwa sedikitnya 87 jamaah meninggal dunia karena tertimpa crane yang roboh di Masjidil Haram dan lebih dari 180 mengalami luka-luka.

Peristiwa itu terjadi di tengah cuaca buruk yang melanda kota Mekkah dan hanya beberapa hari sebelum jamaah memulai ibadah haji.

Pejabat-pejabat senior Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) dan Gerakan Jihad Islam Palestina menekankan penguatan pendekatan resistensi.

Musa Abu Marzuk, anggota senior Hamas dan Ramadhan Abdullah Shalah, Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam dalam pernyataan pada Jumat (11/9/2015) menegaskan penguatan hubungan strategis dua gerakan ini.

Menurut Paletine Alaan, Hamas dan Jihad Islam menyerukan peningkatan pendekatan resistensi di Palestina.

Disebutkan pula bahwa  Masjid al-Aqsa dan Baitul Maqdis menghadapi berbagai ancaman dari rezim Zionis Israel  dan kondisi Palestina saat ini sensitif.

Selain itu, Hamas dan Jihad Islam menyambut penundaan pertemuan Dewan Nasional Palestina dan sepakat tentang upaya untuk membenahi kepemimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Sebelumnya, Salim Zanoun, Ketua Dewan Nasional Palestina pada Rabu mengatakan, pertemuan Dewan Nasional yang rencananya akan digelar pada pertengahan September ditunda menyusul tuntutan kelompok-kelompok Palestina dan untuk pelaksanaan konsultasi-konsultasi lanjutan. 

Menurutnya, setelah dilakukan konsultasi yang lebih matang, pertemuan Dewan Nasional Palestina akan diselenggarakan tiga bulan mendatang.

Sabtu, 12 September 2015 10:51

AS: 200 Marinir Rusia Berada di Suriah

Dua pejabat Amerika Serikat menyatakan bahwa Gedung Putih berpendapat, Rusia telah menempatkan 20 personil maritimnya di Suriah untuk mempersiapkan sebuah pangkalan udara di Lattakia.

Tasnim News mengutip Reuters melaporkan, Jumat (11/9/2015), dua pejabat yang tidak ingin nama mereka dipublikasikan itu mengatakan, jumlah pasukan Rusia dalam beberapa hari terakhir meningkat. Diklaim bahwa pasukan Rusia sedang mempersiapkan pangkalan udara di Suriah.

Sebuah sumber yang dekat dengan pasukan angkatan laut Rusia mengatakan bahwa sebuah skuadron yang terdiri dari lima kapal tempur Rusia yang dilengkapi dengan rudal-rudal akan dikerahkan untuk menggelar manuver di perairan Suriah.(