کمالوندی

کمالوندی

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menekankan, angkatan bersenjata Republik Islam Iran harus meningkatkan kekuatannya dengan cepat dan memperkuat persiapannya sehingga musuh tidak berani berpikir untuk menyerang.

Ayatullah Khamenei Kamis (1/10) dalam pertemuannya dengan pajabat dan komandan militer Republik Islam Iran di Nowshahr, Iran utara menyebut resistensi bangsa Iran, presisi dan pantang menyerah terhadap kebijakan kubu arogan sebagai faktor permusuhan terhadap Revolusi Islam.

Rahbar mengingatkan bahwa resistensi dan perjuangan bangsa Iran di era delapan tahun perang pertahanan suci sebuah pengalaman penting. “Pemerintah Republik Islam sebuah pemerintahan independen dan sejak awal revolusi menerapkan kebijakannya dengan transparan serta tidak pernah takut terhadap kekuatan apa pun,” jelas Ayatullah Khamenei.

Ayatullah Khamenei di kesempatan tersebut mengisyaratkan permusuhan serius dan berat yang menghadang pergerakan independen dan memukau bangsa Iran. “Musuh mengharapkan pemerintah Republik Islam menyerah dan berdamai dengan musuh tidak akan meredakan permusuhan mereka,” papar Rahbar.

Rahbar menambahkan, “Tampilnya sebuah bangsa independen yang menentang kekuatan arogan dan antek-anteknya tidak dapat diterima oleh kubu imperialis. Oleh karena itu, mereka memusuhi bangsa ini dan ucapan seperti ini “Jika kita tidak berbicara atau berbuat sesuatu serta memperhatikan musuh, maka permusuhan akan mereda” adalah sebuah anggapan keliru.”

Rahbar seraya mengisyaratkan sambutan bangsa serta sejumlah pemerintah yang tidak mengekor pada kekuatan arogan atas gerakan independen Iran, menjelaskan, “Berbagai bangsa bersuka cita menyaksikan kemajuan dan pembelaan nyata bangsa Iran terhadap kepentingannya di hadapan kekuatan arogan dan lawatan  ke laur negeri pejabat Iran ke setiap negara yang pemerintahnya mengijinkan rakyatnya mengungkapkan simpatinya terhadap Iran pasti mendapat sambutan luar biasa.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyerukan lembaga-lembaga pemerintah, non-pemerintah (LSM) dan masyarakat Iran untuk meningkatkan upaya dalam menanggulangi serangan budaya yang dilancarkan musuh dan asing.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyerukan hal itu dalam pertemuan dengan anggota-anggota Staf Kongres Syuhada Provinsi Chaharmahal dan Bakhtiari dua hari lalu, namun baru dipublikasikan pada Rabu (7/10/2015).

"Di Republik Islam Iran telah diambil langkah-langkah yang bagus untuk menghadapi serangan budaya dan ideologi musuh, namun upaya-upaya ini harus ditingkatkan," tegas Ayatulah Khamenei.

Rahbar lebih lanjut menekankan pentingnya untuk menghidupkan kembali konsep kesyahidan dan nilai-nilainya.

Musuh, kata Ayatullah Khamenei, telah mengerahkan seluruh fasilitasnya untuk melancarkan invasi budaya dan politik dan untuk melemahkan keyakinan agama dan politik bangsa Iran.

"Musuh telah bertindak untuk meningkatkan ketidakpuasan di antara para pemuda Iran dan menarik mereka ke dalam kerangka tujuan-tujuan imperalis, di mana hal ini harus ditangani," pungkasnya.

Senin, 26 Oktober 2015 09:42

Rahbar: Negosiasi dengan AS Dilarang

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menegaskan, Amerika Serikat sedang mencari celah untuk menginfiltrasi dan memaksakan kehendak-kehendaknya terhadap bangsa Iran.

Ayatullah Khamenei, Rabu (7/10) dalam pertemuannya dengan para komandan dan personil Angkatan Laut, Pasukan Garda Revolusi Islam, IRGC, menyinggung peran AL, IRGC dalam menjaga keamanan Iran.

Rahbar menuturkan, “Musuh ingin merubah perhitungan para pejabat dan opini publik Iran, terutama kaum muda. Semua harus waspada dan siaga.”

Menurut Ayatullah Khamenei, rakyat Iran menentang perundingan dengan Amerika Serikat.

Ia menerangkan, “Perundingan dengan Amerika, karena risiko yang tidak terhitung, dilarang dan tidak bermanfaat, pasalnya Amerika berusaha membuka jalan untuk menginfiltrasi Iran lewat perundingan, namun Iran sepenuhnya memahami masalah ini.”  

Rahbar menegaskan bahwa Iran tidak pernah menjadi pihak pertama yang memulai perang.

“Karena agresi dan infiltrasi adalah sifat dari musuh, maka kemampuan-kemampuan sains dan perlengkapan dalam kerangka inovasi, dari hari ke hari harus mengalami peningkatan,” ujarnya.

Terkait proyek-proyek berbahaya kubu imperialis dunia di kawasan, Rahbar menjelaskan, “Kubu imperialis tidak ragu untuk menggunakan perlengkapan sangat berbahaya dan cara-cara anti-kemanusiaan untuk membunuh manusia.”

Klaim-klaim mendukung Hak Asasi Manusia dan hak warga negara mereka, kata Rahbar, bertentangan dengan realitas dan sepenuhnya absurd serta sia-sia.  

Ayatullah Khamenei menilai penyerangan terhadap rumah sakit di Afghanistan dan pembunuhan atas rakyat di Suriah, Irak, Yaman, Palestina dan Bahrain, adalah contoh-contoh kejahatan kubu imperialis dunia.

Ia menambahkan, “Hari ini, bahaya terbesar yang mengancam dunia adalah dusta, hipokrit dan kebohongan para pengklaim pembela HAM.”

Rahbar juga menyinggung soal peran Iran dalam mencegah terealisasinya rencana-rencana musuh.

“Kegagalan-kegagalan musuh di dalam negeri dan kawasan adalah berkat kewaspadaan, kesiapan dan kekuatan Iran. Oleh karena itu, permusuhan terbesar imperialis ditumpahkan pada Iran, dan program perundingan juga dalam kerangka kebijakan imperialis untuk menginfiltrasi,” paparnya.

Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa Iran pada dasarnya tidak menentang perundingan dengan seluruh negara, baik Eropa maupun non-Eropa.

Ia menjelaskan, “Akan tetapi terkait Amerika, masalahnya berbeda, karena menurut mereka, perundingan dengan Iran berarti permainan untuk menginfiltrasi di bidang ekonomi, budaya, politik dan keamanan negara.”

Rahbar menegaskan, “Hari ini bangsa Iran dengan kekuatan spiritualnya, berhasil mengusir musuh dari arena pertempuran dan akan mengalahkan para pembenci pemerintahan Islam dalam proyek-proyek keamanan, militer, ekonomi dan budaya.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar dalam pesannya, menyampaikan selamat dan belasungkawa atas kesyahidan Brigjen Syahid Hossein Hamedani.

Dalam pesan belasungkawa yang disampaikan Rahbar, Ayatullah Khamenei, Sabtu (10/10) disebutkan, “Kami menyampaikan selamat dan belasungkawa atas kesyahidan Brigjen Syahid Hossein Hamedani kepada keluarga, famili, sahabat, kawan seperjuangan dan seluruh Pasukan Garda Revolusi Islam Iran, IRGC.”

Rahbar menegaskan, “Pejuang senior, bersahabat dan pekerja keras ini, adalah seorang pemuda suci dan taat beragama. Ia mengabdikan dirinya di arena kemuliaan dan kehormatan dalam membela negara dan pemerintahan Republik Islam.”

Syahid Hamedani, tambah Rahbar, mendonorkan sisa umur penuh berkah dan muka bercahayanya dalam melindungi tempat suci Ahlul Bait as dari para penjahat Takfiri anti-Islam. Di medan ini ia berhasil meraih cita-citanya yaitu mengorbankan jiwa di jalan Tuhan, dengan jihad fi sabilillah dan semoga rahmat Ilahi tercurah untuk dirinya.

Brigjen Hossein Hamedani, salah satu komandan IRGC dan penasihat senior militer Iran di Suriah, Kamis (8/10) gugur syahid di negara Arab itu.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menilai Lembaga Penyiaran Republik Islam Iran (IRIB) sebagai markas terdepan dan aktif dalam menghadapi perang lunak.

Ayatullah Khamenei, Senin (12/10) dalam pertemuannya dengan jajaran pimpinan dan direksi IRIB menjelaskan tujuan “Perang Lunak tergorganisir dan luas kubu imperialis anti-Iran”. Menurutnya merubah keyakinan masyarakat adalah tujuan terpenting perang rumit ini.

Ia juga menegaskan peran luar biasa IRIB dalam pertarungan serius ini.

Rahbar menyinggung urgensi IRIB dalam pemerintahan Republik Islam Iran dan pertarungan yang tidak diinginkan serta tanpa pilihan IRIB dengan segala kerumitan dan bahaya, perang lunak.

“Perang lunak, berbeda dengan perang fisik, tidak kentara, tidak dipahami dan tidak terasa, bahkan di sebagian kasus pihak lawan melepaskan pukulan, tapi masyarakat sebagai targetnya, mengantuk dan tidak merasa diserang,” paparnya.

Rahbar menyebut upaya membangun keyakinan tidak riil di tengah para pemuda tentang dunia, khususnya Amerika Serikat dan Eropa, serta menggambarkannya sebagai negara maju, nyaman, aman dan tanpa masalah, sebagai bagian dari perang lunak.

Ia menjelaskan, “Tujuan utama dan final perang lunak yang sudah dirancang, adalah mengosongkan dimensi internal dan mengubah muatan Republik Islam dengan cara merubah keyakinan dan melemahkan iman masyarakat khususnya para pemuda.”

Rahbar menegaskan, “Dalam kerangka tujuan perang lunak musuh, terpeliharanya nama Republik Islam dan bahkan kehadiran seorang ulama sebagai pemimpinnya, tidak penting, yang penting adalah Iran bisa menjaga kepentingan Amerika, Zionis dan jaringan kekuatan global.”

Ayatullah Khamenei menyebut perencanaan, kerja dan upaya terpadu, sebagai karakteristik para perancang dan eksekutor perang lunak.

“Di seluruh produk audio, visual dan karya tulis kubu anti-Iran, target dan tujuan-tujuan perang lunak, tapi biasanya secara tidak langsung, dapat dilacak,” ujarnya.

Rahbar juga menganggap IRIB sebagai media nasional dan Revolusi Islam. Ia menuturkan, “Pimpinan dan pegawai IRIB, adalah komandan dan parjurit perang lunak,” kata Rahbar.

Menurut Rahbar, pekerjaan terpenting untuk merealisasikan tujuan media nasional dalam menghadapi perang lunak musuh, akses atas analisa fundamental, benar dan realistis, terkait situasi dalam negeri, kawasan dan dunia.

“Analisa semacam ini, dapat menata pemikiran dan visi di setiap level manajemen dan tubuh IRIB, serta menjadi landasan seluruh aktivitasnya,” pungkas Rahbar.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, menimbulkan pesimisme terhadap para pemuda terkait masa depan mereka merupakan pengkhiatan terhadap bangsa Iran.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengungkapkan hal itu dalam pidatonya di depan para mahasiswa dan tokoh-tokoh muda berprestasi Iran, Rabu (14/10/2015).

Dalam pidatonya, Rahbar menilai masa depan Iran sebagai masa depan yang cerah dan disertai dengan kemajuan dan kekuatan, di mana pengaruh spiritual negara ini akan meningkat di kawasan dan dunia.

Masa depan cerah ini, kata Ayatullah Khamenei, berkat tujuan-tujuan, slogan dan gerakan revolusi masyarakat serta partisipasi luas para remaja beprestasi.

Menurutnya, musuh sangat marah dengan dihidupkannya kembali tujuan-tujuan dan slogan-logan revolusi.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut pencapaian peringkat akademik yang luar biasa di antara 200 negara dunia sebagai salah satu buah dari Revolusi Islam Iran.

Rahbar menjelaskan, Iran saat ini mencapai peringkat akademik yang tinggi ketika selama tiga dekade lalu, negara ini menghadapi Perang pertahanan Suci (perang yang dipaksakan rezim Saddam terhadap Iran selama delapan tahun) dan tekanan-tekanan politik serta sanksi ekonomi.

Menurutnya, pusat-pusat riset yang menentukan indikator kemajuan ilmiah adalah saksi atas kemajuan Iran, di mana sebagian pihak di forum resmi dan tidak resmi mengingkari kemajuan-kemajuan ini dan menganggapnya sebagai ilusi.

"Kalian mencapai posisi tinggi ilmiah ini berkat keamanan Iran, oleh karena itu kalian harus berterimakasih kepada orang-orang yang telah menjaga keamanan khususnya para syuhada seperti Brigadir Jenderal Hossein Hamedani," tuturnya.

Ayatullah Khamenei menilai prosesi pemakaman Syahid Hamedani yang dihadiri oleh ribuan warga Iran khususnya di kota Hamedan sebagai tanda terimakasih bangsa negara ini kepada para penjamin keamanan.

"Jika tidak ada keamanan, maka riset, universitas dan kemajuan ilmiah juga tidak akan ada," tegasnya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menegaskan bahwa berpartisipasi dalam camping-camping jihad  merupakan salah satu cara untuk memperkuat "semangat jihad."

Berpartisipasi dalam camping-camping jihad, lanjut Ayatullah Khamenei, akan mendorong untuk akrab dengan masyarakat dan persoalan yang dihadapi mereka.

Di bagian lain pidatonya, Rahbar menegaskan kepada para pemuda untuk tidak merasa takut dan minder atas kemajuan Barat.

Meskipun Barat telah mencapai kemajuan di bidang ilmu pengatahuan dan teknologi, kata Ayatullah Khamenei, kita tidak boleh takut dan minder, sebab potensi kemampuan para pemuda Iran sangat tinggi dan generasi muda sekarang mampu menorehkan kebanggaan atas kemajuan-kemajuan dan tahap-tahap besar ilmiah dan memperkuat dasar kemandirian ilmiah dengan penuh wibawa.

"Selama gerakan dan pemikiran revolusioner tetap ada di Iran, maka kemajuan dan pengaruh negara ini akan meningkat dan dominasi spiritual di tingkat regional dan internasional akan meningkat," pungkasnya.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei Ahad (18/10) malam mengunjungi rumah Syahid Hossein Hamedani.

Menurut laporan kantor Rahbar, Ayatullah Khamenei saat berkunjung ke rumah Syahid Hamedani selain mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban, juga mengucapkan selamat atas kesyahidan komandan ini.

Seraya mengisyaratkan sisi keikhlasan dan perjuangan Syahid Hemedani di medan tempur yang berbahaya, Ayatullah Khamenei menilai kesyahidan ini sebagai impian komandan pejuang tersebut. “Allah Swt telah membukan pintu syahada bagi hamba-hambaNya yang ikhlas dan sangat disayangkan jika nasib para pejuang serta teladan seperti syahid Hamedani meninggal bukan di jalur syahada,” papar Ayatullah Khamenei.

Rahbar di kesempatan tersebut menilai prosesi pemakaman syahid Hamedani di Tehran serta Hamedan sebagai manifestasi pahala Ilahi atas keikhlasan syahid ini. “Partisipasi besar warga di acara pemakaman tersebut timbul dari daya tarik dan keikhlasan Syahid Hamedani,” ungkap Rahbar.

Ayatullah Khamenei seraya memuji kesabaran dan rasa syukur istri serta keluarga syahid Hamedai dan pahala bagi keluarga para syuhada, mengingatkan, berlanjutnya mata rantai syahada dan kian maraknya nikmat besar ini di tengah masyarakat berhutang banyak pada kesabaran dan rasa syukur seperti ini.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menilai segala bentuk pernyataan tentang masih adanya struktur sanksi dan pemberlakukan sanksi terhadap Republik Islam Iran dengan dalih apapun sebagai pelanggaran terhadap Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengungkapkan hal itu dalam sebuah surat kepada Hassan Rouhani, Presiden Iran yang dipublikasikan pada Rabu, (21/10/2015).

"Mengingat penerimaan perundingan oleh Iran bertujuan untuk pencabutan sanksi keji dan implementasinya di JCPOA ditunda setelah langkah-langkah Iran, maka diperlukan jaminan-jaminan kuat untuk mencegah terjadinya pelanggaran oleh pihak yang berlawanan, di mana jaminan tersebut termasuk pernyataan tertulis Presiden Amerika Serikat dan Uni Eropa atas pencabutan sanksi," kata Rahbar dalam surat tersebut.

Ayatullah Khamenei menambahkan, dalam pernyataan Uni Eropa dan Barack Obama, Presiden AS harus dijelaskan bahwa sanksi-sanksi ini harus benar-benar dihapus dan segala bentuk statemen bahwa struktur sanksi masih tetap ada, sama artinya dengan pelanggaran terhadap JCPOA.

"Selama periode delapan tahun, pemberlakukan segala bentuk sanksi di setiap level dan dengan berbagai dalih –termasuk dalih-dalih yang diulang dan dibuat-buat seperti terorisme dan HAM- oleh setiap negara yang terlibat dalam perundingan nuklir, dianggap sebagai pelanggaran terhadap JCPOA, dan pemerintah Iran harus menghentikan aktivits JCPOA," jelasnya.

Dalam surat tersebut Rahbar juga menuturkan, pemerintah AS tidak hanya mengambil pendekatan permusuhan dan gangguan dalam isu nuklir Iran, tetapi juga di masalah lainnya, dan di masa mendatang, negara itu juga kemungkinan melakukan hal yang sama.

Ayatullah Khamenei menegaskan, hasil perundingan yang terbentuk dalam JCPOA memiliki poin-poin ambiguitas dan kelemahan struktur serta berbagai masalah lainnya sehingga jika tidak ada pengawasan teliti dan setiap waktu, maka akan berakhir dengan kerugian besar bagi Iran di masa sekarang dan di masa mendatang.

Rahbar juga mengaskan, langkah-langkah terkait dengan modernisasi instalasi nuklir Arak dan transaksi uranium yang telah diperkaya hanya akan dimulai pasca pengumuman berakhirnya berkas-berkas PMD (Possible Military Dimension) oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan setelah penandatanganan perjanjian yang meyakinkan dan dengan jaminan yang memadai.

Ayatullah Khamenei menilai resistensi atas hak Islam dalam melawan sistem dominasi dan arogansi, perlawanan terhadap ambisi berlebihan dan pelanggaraan terhadap bangsa-bangsa lemah, penyingkapan dukungan AS kepada kediktatoran di abad pertengahan dan penumpasan terhadap bangsa-bangsa independen dan tak berdaya Palestina yang melawan rezim penjajah Zionis, sebagai faktor-faktor utama permusuhan kekuatan-kekuatan arogan dunia terhadap Republik Islam Iran.

Di akhir suratnya kepada Presiden Iran, Rahbar menekankan pembentukan badan-badan yang kuat dan cerdas untuk memantau kemajuan pekerjaan dan pelaksanaan perjanjian dan komitmen pihak yang berlawanan.

"Meskipun pencabutan sanksi-sanksi adalah bagian dari penghapusan penindasan dan perealisasian hak-hak bangsa Iran yang perlu dilakukan, namun  pembukaan ekonomi dan perbaikan mata pencaharian serta penyelesaian persoalan yang dihadapi saat ini, tidak akan akan tercapai kecuali dengan penanganan secara keseluruhan Ekonomi Muqawama dengan serius," pungkasnya dalam surat tersebut

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam surat kepada Presiden Iran, Hassan Rouhani, dan Ketua Dewan Tinggi Keamanan Nasional, menyinggung pengkajian secara teliti dan bertanggungjawab atas Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) di parlemen islami (Majlis) dan Dewan Tinggi Keamanan Nasional, serta penindaklanjutan kesepakatan tersebut melalui prosedur hukum, beliau juga menyampaikan instruksi penting terkait penjagaan dan pemeliharaan kepentingan nasional dan maslahat penting negara. Seraya mengurai berbagai penekanan dan persyaratan sembilan poin dalam implementasi JCPOA, beliau juga menekankan ketetapan pada sidang 634 tertanggal (10/8/2015) Dewan Tinggi Keamanan Nasional dengan memperhatikan prosedur tersebut.

Teks surat Rahbar sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahim

Yang terhormat bapak Rouhani

Presiden Republik Islam Iran dan Ketua Dewan Tinggi Keamanan Nasional

Salam sejahtera,

Sekarang setelah kesepakatan Rencana Aksi Bersama Kompreshensif (JCPOA) telah dikaji secara teliti dan bertanggungjawab di parlemen; komisi khusus dan komisi-komisi lain serta di Dewan Tinggi Keamanan Nasional pada akhirnya melalui prosedur hukum dan sedang menanti pendapat saya, saya perlu mengingatkan beberapa poin sehingga Anda dan para pihak yang berwenang secara langsung maupun tidak langsung, memiliki cukup kesempatan untuk menjaga dan memelihara kepentingan nasional dan maslahat tinggi negara.

1. Sebelum segala sesuatu, penting bagi saya untuk mengapresiasi semua pihak yang berwenang dalam proses penuh tantangan ini, di semua tingkat termasuk: juru runding yang baru-baru ini berusaha keras menjelaskan poin-poin positif dan konsolidasinya, dan juga para kritikus yang dengan ketelitian menakjubkan, mengingatkan kita soal titik-titik kelemahannya, dan khususnya ketua serta anggota komisi khusus Majlis, dan juga anggota senior Dewan Tinggi Keamanan Nasional yang dengan menyisipkan pertimbangan-pertimbangan penting mereka melengkapi celah-celah kosong, dan pada akhirnya ketua dan para anggota Majlis yang dengan menetapkan sebuah program hat-hati, telah menunjukkan jalan implementasi yang benar  kepada pemerintah, dan juga media nasional serta para penulis di media cetak negara yang meski secara keseluruhan memiliki perbedaan pendapat, namun telah memberikan gambaran sempurna dari kesepakatan tersebut untuk opini umum. Majemuk dengan volume kerja, upaya dan pemikiran tinggi ini, berkaitan dengan sebuah masalah yang dinilai termasuk di antara masalah-masalah paling berkesan dan penuh pelajaran Republik Islam, patut diapresiasi dan dipuji. Oleh karena itu secara pasti dapat dikatakan bahwa pahala dari Allah Swt untuk peran bertanggungjawab ini akan mencakup pertolongan, rahmat dan hidayah dari sang Haq, insyaallah, karena janji pertolongan Allah Swt di hadapan pertolongan terhadap agama-Nya tidak mungkin teringkari.

2. Anda, dengan catatan partisipasi selama beberapa dekade dalam konteks masalah-masalah Republik Islam, tentu mengetahui bahwa pemerintah Amerika Serikat dalam masalah nuklir dan dalam masalah lain apapun, di hadapan Iran tidak akan menempuh cara lain kecuali permusuhan dan interferensi, dan di masa mendatang juga kecil kemungkinannya bersikap kecuali dengan cara yang sama. Pernyataan Presiden Amerika Serikat dalam dua surat kepada saya, bahwa [dia] tidak berniat menggulingkan Republik Islam, dengan cepat terbukti ketidakbenarannya dengan dukungannya terhadap [gerakan] fitnah di dalam negeri dan bantuan finansial kepada penentang Republik Islam, serta bahwa ancaman-ancaman eksplisitnya untuk melancarkan serangan militer—dan bahkan serangan nuklir yang mungkin akan berujung pada gugatan secara terperinci terhadapnya di pengadilan internasional—menyingkap niat sejati para pejabat Amerika Serikat. Para pengamat politik dunia dan opini publik di berbagai bangsa dengan jelas memahami bahwa faktor permusuhan tanpa akhir itu adalah esensi dan identitas Republik Islam Iran yang lahir dari Revolusi Islam.  Perjuangan pada sikap-sikap benar islami dalam menentang rezim imperialis dan penjajah, perjuangan di hadapan tuntutan berlebihan dan gangguan terhadap bangsa-bangsa lemah, pembeberan dukungan Amerika Serikat terhadap para diktator era abad pertengahan dan penumpas bangsa-bangsa independen, pertahanan tanpa henti untuk bangsa Palestina dan kelompok-kelompok muqawama dalam negeri, teriakan rasional dan diterima dunia terhadap rezim penjajah Zionis, [semuanya] merupakan masalah-masalah pokok yang membuat  permusuhan rezim Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran tidak dapat dihindari bagi mereka dan permusuhan tersebut akan terus berlanjut selama Republik Islam membuat mereka putus asa dengan kekuatan internal dan kokohnya.

Perilaku dan ungkapan pemerintahan dalam masalah nuklir dan perundingan panjang dan membosankan, menunjukkan bahwa ini juga termasuk salah satu di antara mata rantai permusuhan mereka terhadap Republik Islam Iran. Tipu daya mereka dalam dualitas antara pernyataan awal setelah Iran menerima perundingan langsung, dan pelanggaran repetitif janji-janji mereka selama perundingan dua tahun, serta keselarasan mereka dengan tuntutan rezim Zionis, juga diplomasi intimidatif mereka terhadap pemerintah dan lembaga-lembaga Eropa yang terlibat dalam perundingan, semuanya menunjukkan bahwa keterlibatan tipu daya Amerika Serikat dalam perundingan nuklir, bukan dengan niat penyelesaian yang adil, melainkan dengan niat memajukan tujuan-tujuan konfrontatifnya anti-Republik Islam Iran.

Tidak diragukan lagi bahwa menjaga kewaspadaan terhadap niat permusuhan pemerintah Amerika Serikat dan perjuangan selama proses perundingan oleh para pejabat Republik Islam, dalam beberapa kasus, mampu mencegah kerugian besar.

Namun, hasil dari perundingan, yang diabadikan dalam JCPOA, memiliki banyak sisi ambiguitas dan kelemahan struktural yang bisa menimbulkan kerugian besar jika tidak dipantau secara teliti dan konstan.

3. Sembilan poin ketetapan terbaru Majlis dan sepuluh poin pertimbangan yang ditetapkan Dewan Tinggi Keamanan Nasional, mengandung poin-poin bermanfaat dan efektif yang harus diperhatikan. Ada sejumlah poin penting lain yang akan disebutkan di sini bersama penekanan pada beberapa yang telah tertera dalam dua dokumen tersebut.

Pertama: mengingat penerimaan perundingan oleh Iran pada dasarnya bertujuan mencabut sanksi-sanksi zalim ekonomi dan finansial, dan pelaksanaannya pada JCPOA ditangguhkan setelah langkah-langkah oleh Iran, maka perlu disiapkan jaminan kuat dan memadai untuk mencegah pelanggaran pihak-pihak seberang, termasuk di antaranya pengumuman secara tertulis Presiden Amerika Serikat dan Uni Eropa soal pencabutan sanksi-sanksi. Dalam pengumuman Uni Eropa dan Presiden Amerika Serikat harus dijelaskan bahwa sanksi-sanksi tersebut telah sepenuhnya dicabut. Segala bentuk pernyataan soal pemeliharaan struktur sanksi, berarti pelanggaran JCPOA.

Kedua: selama periode delapan tahun, pemberlakuan segala bentuk sanksi di segala tingkat dan dengan alasan apapun (termasuk alasan repetitif dan rekayasa tentang terorisme dan hak asasi manusia) oleh masing-masing negara peserta perundingan, akan terhitung sebagai pelanggaran atas JCPOA dan pemerintah bertanggungjawab untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna sesuai poin ketiga yang telah ditetapkan Majlis dan menghentikan aktivitas JCPOA.

Ketiga: langkah-langkah yang berkaitan dengan apa yang disebutkan dalam dua poin berikutnya, hanya akan dimulai jika Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengumumkan penutupan berkas masalah-masalah (nuklir) sekarang dan di masa lalu (PMD).

Keempat: Langkah-langkah tentang pembaruan pabrik Arak dengan menjaga identitas air beratnya, hanya akan dimulai setelah penandatanganan kontrak pasti dan meyakinkan tentang program pengganti dan jaminan yang memadai untuk pelaksanaannya.

Kelima: transaksi penukaran uranium yang telah diperkaya dengan kue kuning dengan pemerintah asing akan dimulai setelah ditandatangani kontrak yang meyakinkan dibarengi jaminan yang memadai. Transaksi dan pertukaran tersebut harus dilakukan secara gradual dan dalam beberapa tahap.

Keenam: sesuai ketetapan Majlis, rencana dan persiapan yang diperlukan untuk pengembangan jangka menengah industri energi nuklir yang mencakup metode kemajuan di berbagai periode mulai sekarang hingga 15 tahun untuk mencapai 190.000 SWU, harus disusun dan dikaji secara hati-hati di Dewan Tinggi Keamanan Nasional. Program ini harus menjawab semua kekhawatiran akibat sejumlah poin yang terkandung dalam JCPOA.

Ketujuh: Organisasi Energi Atom Iran harus mengatur penelitian dan pengembangan dalam berbagai aspek sehingga setelah akhir periode delapan tahun, tidak akan ada kekurangan teknologi pada pengayaan [uranium] yang diterima dalam JCPOA.

Kedelapan: harus diperhatikan bahwa terkait poin ambigu dalam dokumen JCPOA, interpretasi oleh pihak seberang tidak dapat diterima dan referensi adalah teks negosiasi.

Kesembilan: adanya komplikasi dan ambiguitas dalam teks JCPOA dan kecurigaan pelanggaran janji, pelanggaran dan penipuan oleh pihak seberang, khususnya Amerika Serikat, mengharuskan pembentukan sebuah panel yang kokoh, benar-benar memahami dan pintar, guna memantau perkembangan masalah dan pelaksanaan komitmen pihak seberang serta realisasi apa yang telah dijelaskan di atas. Komposisi dan tugas panel itu harus ditentukan dan disetujui oleh Dewan Tinggi Keamanan Nasional.

Sesuai apa yang telah disebutkan, ketetapan sidang 634, tanggal 10 Agustus, 2015, Dewan Tinggi Keamanan Nasional, disahkan dengan memperhatikan poin tersebut.

Kesimpulannya, seperti yang telah saya sampaikan kepada Anda dan para pejabat pemerintah lain serta dalam pertemuan publik dengan masyarakat, meski pencabutan sanksi adalah tugas yang harus dilaksanakan dalam bab pencabutan kezaliman dan merebut kembali hak-hak dari bangsa Iran, namun pelonggaran ekonomi dan peningkatan kondisi kehidupan dan penyelesaian masalah saat ini tidak akan tercapai kecuali dengan menseriusi dan menindaklanjuti ekonomi muqawama dari semua aspek. Diharapkan ini akan diperhatikan dan bahwa tujuan ini akan ditempuh dengan penuh keseriusan dan harus diperhatikan secara khusus untuk meningkatkan produksi nasional. Anda juga harus berhati-hati sehingga kondisi setelah pencabutan sanksi tidak berujung pada impor tak terkendali, dan khususnya impor segala bentuk bahan-bahan konsumen dari AS harus dihindari serius.

Saya memohonkan keberhasilan Anda dan para pejabat yang berwenang dari Allah Swt.

Sayyid Ali Khamenei

Senin, 26 Oktober 2015 09:32

70 Tahun Kinerja PBB, Baik atau Buruk?

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memulai aktivitasnya sejak tanggal 24 Oktober 1945 pasca Perang Dunia Kedua. PBB hingga sekarang telah berumur 70 tahun. Lalu bagaimana rekam jejak dan rapor lembaga dunia ini?

Penggalian atas pertanyaan ini akan mengungkap bahwa PBB telah gagal dalam menjalankan tugas utamanya, yaitu mencegah atau mengakhiri perang dan konflik di dunia.

Lalu muncul pertanyaan lain; mengapa PBB tidak mampu menunjukkan peran efektifnya, padahal lembaga ini menjadi sumber kebijakan kolektif? PBB seharusnya mampu mencegah konflik di dunia, sebab hanya upaya dan kebijakan kolektif yang mampu memperkuat perdamaian, keamanan dan kerjasama di antara negara-negara dunia.

Menurut pandangan para pengkritik PBB, penyebab kegagalan lembaga internasional ini dalam menjalankan tugasnya bisa dilihat dari peran negara-negara anggota yang dianggap lebih besar dan sebagai pemilik kekuatan pasca Perang Dunia II, di mana negara-negara ini memaksakan tuntutannya terhadap negara-negara lain.

Piagam PBB telah menghadapi banyak tantangan. Tantangan ini dimulai dengan terbaginya dunia menjadi dua blok: Timur dan Barat. Setelah Uni Soviet runtuh dan terjadi perubahan sistem dua  kutub, intervensi dan intimidasi kekuatan-kekuatan dunia serta pengenaan perang dan pengusiran terus berlanjut dengan dimensi yang lebih besar.

Rekam jejak PBB menunjukkan bahwa lembaga dunia ini tidak mampu mencegah genosida Rwanda dan pembataian di Srebrenica. Sikap lemah PBB dalam mencegah dan menangani genosida-genosida tersebut telah menyebabkan cita-cita yang termuat dalam Piagam PBB tampaknya tidak akan pernah tercapai.

Gholamali Khoshroo, Duta Besar Republik Islam Iran untuk PBB yang mewakili Gerakan Non-Blok (GNB) menyinggung tantangan tersebut dalam pertemuan untuk membahas metode kerja Dewan Keamanan PBB. Ia mengatakan, GNB menuntut transparansi dan kinerja yang lebih dalam pendekatan PBB dan Dewan Keamanan.

Pengalaman-pengalaman pahit selama dua dekade terakhir di Afghanistan, Irak dan tragedi berdarah di Yaman dan Palestina telah membuktikan bahwa PBB tidak mampu menyelesaikan persoalan dan konflik yang melanda negara-negara dunia.

Saat ini, PBB harus membayar mahal atas penyalahgunaan kekuatan-kekuatan intervensif terutama Amerika Serikat. Sebenarnya, ketidakmampuan dan persoalan yang dihadapi PBB saat ini tidak terlepas dari hasil tren di masa lalu.

Kinerja PBB pada praktiknya merupakan "permainan politik dengan skor nol," dan  jika pun terjadi peristiwa positif, hal ini dikarenakan sikap tegas dan resistensi sejumlah negara terhadap kekuatan-kekuatan dunia yang berusaha memaksakan kehendak.

Yang jelas, tujuan terpenting pembentukan PBB adalah untuk menjaga perdamaian dan keamanan serta mencegah terjadinya perang. Dalam kerangka ini, DK-PBB menempati posisi sebagai penjaga perdamaian. Oleh karena itu, tuntutan utama difokuskan pada masalah ini.

Sekarang, situasinya berbeda dibandingkan dengan kondisi di masa lalu. Pasalnya, dunia selalu mengalami perubahan cepat dan masyarakat dunia menuntut kedisiplinan dan penghormatan terhadap hukum internasional sebagai ganti dari kebijakan yang mengedepankan kekuatan.

Satu hal yang diperlukan oleh masyarakat internasional saat ini adalah peningkatan kepercayaan kepada PBB untuk menghapus keraguan tentang peran badan dunia ini dalam menjaga dan melindungi perdamaian dan tatanan dunia.

Hal itu penting mengingat tak satupun negara yang akan mampu melindungi diri dari persoalan akibat kesalahan PBB. Seperti hal nya hari ini, bahaya terorisme, krisis ekonomi, gelombang imigran dan bahkan ancaman perubahan iklim, telah membuat dunia berada dalam bahaya dan ancaman serius, di mana hanya upaya kolektif yang mampu untuk menyelesaikanya.