کمالوندی
SUJUD PADA ALAS LANTAI SELAIN DARI BUMI ADALAH MENYALAHI ARAHAN AL-QURAN.
SUJUD PADA ALAS LANTAI SELAIN DARI BUMI ADALAH MENYALAHI ARAHAN AL-QURAN.
Keputusan dari ahli fiqh shia, mengikuti Imam yang suci, adalah dengan jelas mematuhi arahan al-Quran. Sebagai contoh, ulama kamu menganggap bulu, kapas, sutera dan alas lantai yang lain sama dengan bumi. Tetapi dengan jelas benda itu bukan bumi. Tetapi shia, di dalam mematuhi Imam mereka dari ahli bayt nabi yang berkata, ÔÇÿSujud adalah haram diatas yang lain, selain bumi atau apa-apa yang tumbuh dari bumi dan tidak digunakan untuk makan atau pakai.ÔÇÖ Atas sebab ini kamu katakan mereka kafir. Sebaliknya kamu tidak mengatakan sujud pada najis kering kafir. Dan amat jelas sujud pada bumi [sebagaimana diarahkan oleh Allah] dan sujud pada alas lantai adalah berbeza.
Sheikh: Kamu melakukan sujud pada sekeping tanah yang diambil dari Karbala. Kamu menyimpan tanah kecil itu. Ianya adalah seripa berhala, dan kamu menganggap sujud diatasnya wajib. Yang pastinya amalan yang sedimian adalah bertentangan dengan amalan muslim lainnya.
Shirazi: Telah menjadi tabiat kamu yang kedua mengikuti mereka yang terdahulu dengan secara buta, walaupun ianya tidak sesuai bagi manusia yang adil seperti kamu untuk mengatakan tanah suci dari karbala adalah seperti berhala.
Tuan yang dihormati! Kritikan terhadap mana-mana kepercayaan hendaklah berdasarkan pada pembuktian. Jika kamu merujuk pada buku-buku perundangan agama shia, kamu akan dapat jawapan dari kritikan kamu, dan kamu tidak akan diselewengkan oleh saudara sunni dengan bantahan palsu.
MENURUT ULAMA SUNNI SUJUD PADA NAJIS DAN KOTORAN YANG KERING DIBOLEHKAN.
MENURUT ULAMA SUNNI SUJUD PADA NAJIS DAN KOTORAN YANG KERING DIBOLEHKAN.
Ramai ulama sunni menerima penterjemahan perundangan yang bertentangan dengan arahan yang jelas dari al-Quran, dan bahkan mereka berikan terjemahan yang lemah pada perundangan yang jelas. Ahli perundangan kami berikan pendapat yang sebaliknya. Kamu masih tidak mengatakan amalan mereka sebagai kafir. Tetapi pada amalan kami pada sujud, kami melaungkan bantahan, dengan mengatakan shia menyembah berhala, sedang kamu abaikan kenyataan ulama kamu bahawa sujud pada najis yang kering dibolehkan.
Sebagian Keutamaan dan Karamah Sy. Fatimah Az-Zahra as. (2)
Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa) buah surga
Allah swt berfirman:
Ï│Ï¿┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘å┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘ë Ïú┘ÄÏ│Ï▒┘Ä┘ë Ï¿┘ÉÏ╣┘ÄÏ¿┘ÆÏ»┘É┘ç┘É ┘ä┘Ä┘è┘Æ┘äϺ┘ï ┘à┘æ┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ│ϼ┘ÉÏ»┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘ÄÏ▒┘ÄϺ┘à┘É ÏÑ┘É┘ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ│ϼ┘ÉÏ»┘É Ïº┘äÏú┘Ä┘é┘ÆÏÁϺ Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘ë Ï¿┘ÄÏ▒┘Ä┘â┘Æ┘å┘ÄϺ Ï¡┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘É┘åÏ▒┘É┘è┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ïí┘ÄϺ┘è┘ÄϬ┘É┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘äÏ│┘à┘É┘èÏ╣┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏÁ┘É┘èÏ▒┘Å
ÔÇ£Maha suci Allah yang memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan padanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.ÔÇØ (Al-IsraÔÇÖ: 1).
Dalam tafsirnya Ad-Durrul Mantsur ketika menafsirkan ayat ini, Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan bahwa Aisyah isteri Nabi saw menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
ÔÇ£Ketika aku diisraÔÇÖkan (diperjalankan) ke langit, aku diperintahkan masuk ke surga, lalu aku berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon di surga. Aku melihat pohon itu yang paling indah dari semua pohon, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan. Buah itu menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi aku berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah. Selanjutnya setiap aku merindukan bau surga aku mencium bau Fatimah.ÔÇØ
Hadis Nabi saw tersebut dan yang semakna dengannya terdapat dalam kitab:
1. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3 halaman 156, kitab maÔÇÖrifah Ash-Shahabah, Manaqib Fathimah.
2. Dzakhair Al-ÔÇÿUqba, halaman 36 dan 44, bab Fadhail Fathimah.
3. Tarikh Baghdad, Khathib Al-Baghdadi, jilid 5 halaman 87; jilid 12 halaman 331, hadis ke 6772.
4. Ash-ShawaÔÇÖiq Al-Muhriqah, Ibnu hajar, halaman 96. Ibnu Hajar mengatakan bahwa An-NasaÔÇÖi juga meriwayatkan hadis ini.
Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa) berbicara dalam kandungan Ibunya
Dalam kitab Dzakhair Al-ÔÇÿUqba, halaman 44 disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku memakannya lalu berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah.ÔÇØ Khadijah berkata: Aku hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau keluar rumah janin dalam kandunganku ngajak bicara denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy agar membatuku untuk melahirkan janinku, tapi mereka tidak mau datang bahkan mereka berkata: Kami tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad. Ketika itulah datang empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya, salah dari mereka berkata: Aku adalah ibumu HawaÔÇÖ; yang satu lagi berkata: Aku adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kultsum saudara Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku adalah Maryam binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk menolong urusanmu ini. Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah janinku dalam kedaan sujud dan dengan jari-jarinya terangkat (seperti orang berdoa).
Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa) menyerupai Nabi saw
Shahih At-Tirmidzi, jilid 2 halaman 319, bab keutamaan Fathimah:
Aisyah Ummul mukminin berkata: Aku tidak melihat seorangpun yang paling menyerupai Rasulullah saw dalam sikapnya, berdiri dan duduknya kecuali Fatimah binti Rasulillah saw. Selanjutnya Aisyah berkata: Jika Fatimah datang kepada Nabi saw, beliau berdiri menyambut kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. Demikian juga jika Nabi saw datang kepadanya ia berdiri menyambut kedatangan beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya
Pernyataan Siti Aisyah ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:
1. Shahih Bukhari, bab Qiyam Ar-Rajul liakhihi, hadis ke 947.
2. Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah.
3. Fathul Bari Al-Asqalani, jilid 9 halaman 200, kitab Al-Maghazi, bab maradh An-Nabiyyi saw.
4. Sunan Abu Dawud, jilid 33, halaman 223, hadis ke 5217.
5. Mustadrak Shahihayn Al-Hakim, jilid 4 halaman 272, kitab Adab.
6. Mustadrak Ash-Shahihayn, jilid 3 halaman 154.
7. Al-IstiÔÇÖab, jilid 2 halaman 751, kitab An-NisaÔÇÖ.
8. Sunan Al-Kubra, jilid 7 halaman 101, kitab nikah, hadis ke 13578.
9. Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 3 halaman 164, hadis ke 12263; jilid 6 halaman 282, hadis ke 25874.
10. Kanzul Ummal, jilid 7 halaman 111, hadis ke 37729.
11. Faidh Al-Qadir Al-Mannawi, jilid 5 halaman 176, hadis ke 6847.
12. Usdul Ghabah Ibnu Atsir, jilid 5 halaman 522, hadis ke 7175.
13. MajmaÔÇÖ Az-Zawaid Al-Haytsimi, jilid 8 halaman 42, kitab Adab, bab mencium anak.
14. Dzakhir Al-Uqba, Muhibuddin Ath-Thabari, halaman 36.
Nabi saw memberikan tanah Fadak kepada Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa)
Allah swt berfirman:
┘ê┘ÄÏóϬ┘É Ï░┘ÄϺ Ϻ┘ä┘Æ┘é┘ÅÏ▒┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ï¡┘Ä┘é┘æ┘Ä┘ç┘Å
ÔÇ£Berikan kepada keluarga terdekat haknya.ÔÇØ (Al-IsraÔÇÖ: 26)
Dalam Ad-Durrul Mantsur, ketika menafsirkan ayat ini Jalaluddin As-Suyuthi berkata: Al-Bazzar, Abu YaÔÇÖla, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan bahwa Abu Said Al-Khudri berkata: Ketika ayat ini turun Rasulullah saw memanggil Fatimah (sa) kemudian memberikan tanah Fadak kepadanya.
Pernyataan ini juga terdapat dalam kitab:
1. MajmaÔÇÖ Az-Zawaid Al-Haytsimi, jilid 7 halaman 49, tentang tafsir ayat ini.
2. Mizan Al-IÔÇÖtidal, Adz-Dzahabi, jilid 2 halaman 228, hadis ke 5872.
3. Kanzul Ummal, jilid 2 halaman 158, hadis ke 8696.
Fatimah Az-ZahraÔÇÖ (sa) penghulu semua perempuan
Dalam Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian dalam Islam:
Aisyah berkata: Fatimah (sa) datang kepada Nabi saw dengan berjalan seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw mengucapkan: ÔÇ£Selamat datang duhai puteriku.ÔÇØ Kemudian beliau mempersilahkan duduk di sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu Fatimah menangis. Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya: ÔÇ£Mengapa kamu menangis?ÔÇØ Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya. Lalu ia tertawa dan berkata: Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat dengan kesedihan seperti hari ini. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw. Fatimah menjawab: Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw sehingga beliau wafat. Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi saw berbisik kepadaku): ÔÇ£Jibril berbisik kepadaku, Al-QurÔÇÖan akan menampakkan padaku setiap setahun sekali, dan ia akan menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku yang menyusulku.ÔÇØ Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua perempuan ahli surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman? Kemudian Fatimah tertawa.
Hadis ini, dan perkataan Fatimah dan Aisyah tersebut serta yang semakna dengannya terdapat dalam kitab:
1. Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 6 halaman 282, hadis ke 25874. Dalam hadis ini Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Sayyidatu nis├ói hadzihil ummah aw nis├óil muÔÇÖmin├«nÔÇØ (Penghulu semua perempuan ummat ini, atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman). Juga dalam jilid 5 halaman 391, hadis 22818.
2. Ath-Thabaqat, Ibnu SaÔÇÖd, jilid 2 halaman 40. dalam hadis ini Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Sayyidatu nis├ói hadzihil ummah aw nis├óil ÔÇÿalamin (penghulu semua perempuan alam semesta).
3. Usdul Ghabah, Ibnu Atsir, jilid 5 halaman 522, hadis ke 7175.
4. Al-Khashaish An-NasaÔÇÖi, halaman 34.
5. Hilyatul AwliyaÔÇÖ, Abu NaÔÇÖim, jilid 1 halaman 29.
6. Shahih At-Tirmidzi, jilid 2 halaman 306, hadis ke 3781.
7. Mustadrak Shahihayn, Al-hakim, jilid 3 halaman 151.
8. Kanzul Ummal, jilid 6 halaman 221, hadis ke 37732. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Ibnu Nujjar dari Abu Hurairah.
9. Dzakair Al-Uqba, halaman 44.
10. Ad-Durrul Mantsur, tentang tafsir surat Ali-Imran: 42.
11. Usdul Ghabah, jilid 5 halaman 437, hadis ke 6867.
12. Al-Ishabah, Ibnu hajar, jilid 8 halaman 158, hadis ke 830.
13. MajmaÔÇÖ Az-Zawaid, jilid 9 halaman 223.
14. Fathul Bari, jilid 7 halaman 258, bersumber dari Abu Hurairah. Halaman 282 bersumber dari Abu Said Al-Khudri. Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda: ÔÇ£Perempuan ahli surga yang paling utama adalah Khadijah, Fatimah, Maryam dan Asiyah.ÔÇØ
15. Al-IstÔÇÖab, Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2 halaman 720 dan 750 (catatan pinggir Al-Ishabah: kitab An-NisaÔÇÖ).
16. Tarikh Al-Khathib Al-baghdadi, jilid 4 halaman 391, hadis ke 3636 dan 5008.
17. Faidh Al-Qadhir Al-Mannawi, jilid 3 halaman 432, hadis ke 3883.
18. Tafsir Ath-Thabari, jilid 3 halaman 180
Sebagian Keutamaan dan Karomah Sy. Fatimah Az-Zahra as. (1)
Pada masa Imam Kesebelas, Imam Hasan az-Zaki al-Askari As musim kemarau melanda kota Baghdad. Orang-orang sangat risau dan kuatir terhadap keadaan ini. Mereka berdoa untuk turunnya hujan, akan tetapi hujan tidak kunjung turun.
Lalu terjadilah sebuah kejadian yang aneh dan asing. Seorang pendeta Nasrani datang ke tempat itu dan berkata kepada kaum Muslimin bahwa ia mampu membuat hujan turun. Ia menengadahkan tangannya ke atas langit untuk berdoa, dan berkat doanya hujan turun dengan lebatnya. Pada hari berikutnya, ia melakukan hal yang sama. Pendeta Nasrani itu kemudian berkata kepada orang-orang untuk mengikutinya dan meninggalkan Islam.
Banyak orang berpikir bahwa apabila ia dengan kekuatan seperti ini, barangkali agamanya adalah agama yang benar. Kaum Muslimin menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Mereka datang kepada Imam Hasan az-Zaki al-Askari As untuk meminta nasihat darinya. Imam Hasan al-Askari berkata kepada mereka bahwa pada kesempatan berikutnya apabila pendeta Nasrani itu mengumpulkan orang-orang, ia akan datang dan menolong mereka.
Pada pertemuan selanjutnya, Imam Hasan As meminta kepada pendeta Nasrani itu untuk berdoa supaya turun hujan. Ketika pendeta Nasrani itu menengadahkan tangannya ke atas untuk berdoa hujan mulai turun.
Imam Hasan As meminta bahwa apa saja yang ada di tangan si pendeta itu harus diambil dan kemudian memintanya untuk berdoa supaya hujan turun lagi.
Si pendeta itu mencoba dan mencoba akan tetapi ia tidak dapat membuat hujan turun. Ia merasa malu karena ketidakmampuan ini.
Imam Hasan al-Askari kemudian menunjukkan kepada setiap orang apa yang telah dipegang oleh si pendeta di tangannya. Dalam genggaman si pendeta terdapat sepotong tulang kecil.
Imam Hasan al-Askari As memberi tahu kepada orang-orang bahwa tulang tersebut merupakan tulang salah seorang dari anbiya (para nabi) Allah. Salah satu keistimewaan tulang seperti ini adalah apabila ditengahdahkan ke langit, maka akan selalu menjadi sebab turunnya hujan.
Kaum Muslimin menjadi sadar bahwa si pendeta Nasrani itu telah berupaya untuk mengelabui mereka.
Lalu, Imam Hasan al-Askari berdoa untuk turunnya hujan dan turunlah hujan dengan lebat hingga musim kemarau berlalu.
 
Sumber Rujukan:
Ibn Hajar, Shawaiq al-Muhriqa
 
Mutiara Hadis dari Imam Hasan al-Askari As:
ÔÇ£Janganlah berperilaku yang engkau tidak inginkan orang lain memperlakukanmu demikianÔÇØ
Biharul Anwar, vol. 78, hal. 377
Pendeta yang Membuat Hujan [Kisah Teladan Imam Askari]
Pada masa Imam Kesebelas, Imam Hasan az-Zaki al-Askari As musim kemarau melanda kota Baghdad. Orang-orang sangat risau dan kuatir terhadap keadaan ini. Mereka berdoa untuk turunnya hujan, akan tetapi hujan tidak kunjung turun.
Lalu terjadilah sebuah kejadian yang aneh dan asing. Seorang pendeta Nasrani datang ke tempat itu dan berkata kepada kaum Muslimin bahwa ia mampu membuat hujan turun. Ia menengadahkan tangannya ke atas langit untuk berdoa, dan berkat doanya hujan turun dengan lebatnya. Pada hari berikutnya, ia melakukan hal yang sama. Pendeta Nasrani itu kemudian berkata kepada orang-orang untuk mengikutinya dan meninggalkan Islam.
Banyak orang berpikir bahwa apabila ia dengan kekuatan seperti ini, barangkali agamanya adalah agama yang benar. Kaum Muslimin menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Mereka datang kepada Imam Hasan az-Zaki al-Askari As untuk meminta nasihat darinya. Imam Hasan al-Askari berkata kepada mereka bahwa pada kesempatan berikutnya apabila pendeta Nasrani itu mengumpulkan orang-orang, ia akan datang dan menolong mereka.
Pada pertemuan selanjutnya, Imam Hasan As meminta kepada pendeta Nasrani itu untuk berdoa supaya turun hujan. Ketika pendeta Nasrani itu menengadahkan tangannya ke atas untuk berdoa hujan mulai turun.
Imam Hasan As meminta bahwa apa saja yang ada di tangan si pendeta itu harus diambil dan kemudian memintanya untuk berdoa supaya hujan turun lagi.
Si pendeta itu mencoba dan mencoba akan tetapi ia tidak dapat membuat hujan turun. Ia merasa malu karena ketidakmampuan ini.
Imam Hasan al-Askari kemudian menunjukkan kepada setiap orang apa yang telah dipegang oleh si pendeta di tangannya. Dalam genggaman si pendeta terdapat sepotong tulang kecil.
Imam Hasan al-Askari As memberi tahu kepada orang-orang bahwa tulang tersebut merupakan tulang salah seorang dari anbiya (para nabi) Allah. Salah satu keistimewaan tulang seperti ini adalah apabila ditengahdahkan ke langit, maka akan selalu menjadi sebab turunnya hujan.
Kaum Muslimin menjadi sadar bahwa si pendeta Nasrani itu telah berupaya untuk mengelabui mereka.
Lalu, Imam Hasan al-Askari berdoa untuk turunnya hujan dan turunlah hujan dengan lebat hingga musim kemarau berlalu.
 
Sumber Rujukan:
Ibn Hajar, Shawaiq al-Muhriqa
 
Mutiara Hadis dari Imam Hasan al-Askari As:
ÔÇ£Janganlah berperilaku yang engkau tidak inginkan orang lain memperlakukanmu demikianÔÇØ
Biharul Anwar, vol. 78, hal. 377
Kejadian-kejadian Aneh Pasca Terbunuhnya Al-Husein (Cucu Nabi saw) as di Medan KarbalaÔÇÖ.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, di sudut-sudut langit terlihat warna warna kemerahan. Warna merah itu menandakan bahwa langit tengah menangis. Sewaktu pasukan musuh membagi-bagikan sejenis tumbuhan berwarna kuning milik Al-Husain as., tumbuhan itu berubah menjadi abu. Dan sewaktu mereka menyembelih seekor unta yang dirampas dari kamp Al-Husain as., mereka menemukan sejenis kayu di dagingnya.
Hal ini disebutkan di buku-buku berikut ini:
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 90, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru AÔÇÖlami Al-NubalaÔÇÖ 3 hal. 311, Tafsir Ibnu Katsir 9 hal. 162, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339, Al-Mahasinu wa Al-Masaw.i hal. 62, Tarikhu Al-KhulafaÔÇÖ hal. 80 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 467-469
* Kepala suci Al-Husain as. yang berada di ujung tombak berbicara dengan membawakan ayat-ayat suci Al-Quran dan lainnya.
Hal ini disebutkan di Miftahu Al-Naja fi Manaqibi Aali Al-ÔÇÖAbahal. 145, Al-Khashaishu Al-Kubra 2 hal. 127, Al-Kawakibu Al-Durruiyyah hal. 57, IsÔÇÖafu Al-Raghibin hal. 218, Nuuru Al-Abshar hal. 125, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 452-453.
* Pada hari Al-Husain as. terbunuh, langit meneteskan hujan darah sehingga semua orang pada keesokan harinya mendapati apa yang mereka miliki telah dipenuhi oleh darah. Darah itu membekas pada baju-baju mereka beberapa waktu lamanya, hingga akhirnya terkoyak-koyak. Warna merah darah terlihat di langit pada hari itu. Peristiwa tersebut hanya pernah terjadi saat itu saja.
Hal ini disebutkan di buku-buku berikut ini:
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 89, Dzakhairu Al-ÔÇÖUqba hal. 144, 145 dan 150, Tarikhu Dimasyq -seperti yang disebutkan di muntakhab (ringkasan)nya- 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116 dan 192, Al-Khashaishu Al-Kubra hal. 126, Wasilatu Al-Maal hal. 197, YanabiÔÇÖu Al-Mawaddah hal. 320 dan 356, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Al-Ithaf bi Hubbi Al-Asyraf hal. 12, Tarikhu Al-Islam 2 hal 349, Tadzkiratu Al-Khawash hal. 284, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 458-462.
* Ketika kepala Al-Husain as. dibawa ke istana Ubaidillah bin Ziyad, orang ramai melihat dinding-dinding mengalirkan darah segar.
Hal ini disebutkan di kitab-kitab berikut:
Dzakahiru Al-ÔÇÖUqbahal. 144, Tarikhu Dimasyq seperti yang disebutkan dalam muntakhab-nya 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Wasilatu Al-Maal hal. 197, YanabiÔÇÖu Al-Mawaddah hal. 322, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 463.
* Di dinding sebuah gereja tertulis:
ÔÇ£Apakah umat yang membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat.ÔÇØ
Ketika pendeta yang berada di sana ditanya tentang tulisan tersebut dan siapakah yang menulisnya, ia menjawab, ÔÇ£Bait syiar ini telah tertulis di sini sejak lima ratus tahun sebelum nabi kalian diutus.ÔÇØ
Hal ini di tulis di kitab2 ahlu sunnah berikut ini :
Tarikhu Al-Islam wa Al-Rijalhal. 386, Al-Akhbaru Al-Thiwal hal. 109, Hayatu Al-Hayawan 1 hal. 60, Nuuru Al-Abshar hal. 122, Kifayatu Al-Thalib hal. 290 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 567-568.
* Seorang penduduk Najran saat menggali tanah menemukan sebuah kepingan emas yang bertuliskan:
ÔÇ£Apakah umat yang telah membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamatÔÇØ
Hal ini disebutkan di kitab Miftahu Al-Najahal. 135, Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 566.
* Sebuah tembok merekah lalu muncullah sebuah telapak tangan yang bertuliskan:
ÔÇ£Apakah umat yang telah membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat.ÔÇØ
Hal ini disebutkan di kitab-kitab Tarikhu Al-Khamis 2 hal. 299 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 567.
* Sesaat setelah Al-Husain as. terbunuh, warna langit menghitam pekat sekali. Lalu bintang-bintang bermunculan di siang hari, sampai-sampai bintang kembar terlihat di waktu sore. Segumpal tanah berwarna merah jatuh dari atas. Langit terlihat berwarna merah bagai darah selama tujuh hari tujuh malam.
Hal ini di sebutkan di kitab Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339 dan Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116.
Imam JaÔÇÖfar Shadiq as
a. Abu Hanifah, pemimpin dan imam mazhab Hanafiah. Ia berkata: ÔÇ£Aku tidak pernah melihat orang yang lebih alim dari JaÔÇÖfar bin MuhammadÔÇØ. Dalam kesempatan lain ia juga berkata: ÔÇ£Jika tidak ada dua tahun (belajar kepada JaÔÇÖfar bin Muhammad), niscaya NuÔÇÖman akan celakaÔÇØ. Nama asli Abu Hanifah adalah NuÔÇÖman bin Tsabit.
b. Malik, pemimpin dan imam mazhab Malikiah. Ia pernah berkata: ÔÇ£Beberapa waktu aku selalu pulang pergi ke rumah JaÔÇÖfar bin Muhammad. Aku melihatnya selalu mengerjakan salah satu dari tiga hal berikut ini: mengerjakan shalat, berpuasa atau membaca Al Quran. Dan aku tidak pernah melihatnya ia menukil hadis tanpa wudhu`ÔÇØ.
c. Ibnu Hajar Al-Haitsami berkata: ÔÇ£Karena ilmunya sering dinukil oleh para ilmuwan, akhirnya ia menjadi buah bibir masyarakat dan namanya dikenal di seluruh penjuru negeri. Para pakar (fiqih dan hadis) seperti Yahya bin SaÔÇÖid, Ibnu Juraij, Malik, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin ÔÇÿUyainah, Abu Hanifah, SyuÔÇÖbah dan Ayub As-Sijistani banyak menukil hadis darinyaÔÇØ.
d. Abu Bahar Al-Jaahizh berkata: ÔÇ£Ilmu pengetahuan JaÔÇÖfar bin Muhammad telah menguasai seluruh dunia. Dapat dikatakan bahwa Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri adalah muridnya, dan hal ini cukup untuk membuktikan keagungannyaÔÇØ.
e. Ibnu Khalakan, seorang sejarawan terkenal menulis: ÔÇ£Dia adalah salah seorang imam dua belas mazhab Imamiah dan termasuk salah seorang pembesar keluarga Rasulullah yang karena kejujurannya ia dijuluki dengan ash-shadiq. Keutamaan dan keagungannya sudah dikenal khalayak ramai sehingga tidak perlu untuk dijelaskan. Abu Musa Jabir bin Hayyan Ath-Thurthursi adalah muridnya. Ia menulis sebuah buku sebanyak seribu halaman yang berisi ajaran-ajaran JaÔÇÖfar Ash-Shadiq dan memuat lima ratus pembahasanÔÇØ.
Imam JaÔÇÖfar Shadiq as
a. Abu Hanifah, pemimpin dan imam mazhab Hanafiah. Ia berkata: ÔÇ£Aku tidak pernah melihat orang yang lebih alim dari JaÔÇÖfar bin MuhammadÔÇØ. Dalam kesempatan lain ia juga berkata: ÔÇ£Jika tidak ada dua tahun (belajar kepada JaÔÇÖfar bin Muhammad), niscaya NuÔÇÖman akan celakaÔÇØ. Nama asli Abu Hanifah adalah NuÔÇÖman bin Tsabit.
b. Malik, pemimpin dan imam mazhab Malikiah. Ia pernah berkata: ÔÇ£Beberapa waktu aku selalu pulang pergi ke rumah JaÔÇÖfar bin Muhammad. Aku melihatnya selalu mengerjakan salah satu dari tiga hal berikut ini: mengerjakan shalat, berpuasa atau membaca Al Quran. Dan aku tidak pernah melihatnya ia menukil hadis tanpa wudhu`ÔÇØ.
c. Ibnu Hajar Al-Haitsami berkata: ÔÇ£Karena ilmunya sering dinukil oleh para ilmuwan, akhirnya ia menjadi buah bibir masyarakat dan namanya dikenal di seluruh penjuru negeri. Para pakar (fiqih dan hadis) seperti Yahya bin SaÔÇÖid, Ibnu Juraij, Malik, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin ÔÇÿUyainah, Abu Hanifah, SyuÔÇÖbah dan Ayub As-Sijistani banyak menukil hadis darinyaÔÇØ.
d. Abu Bahar Al-Jaahizh berkata: ÔÇ£Ilmu pengetahuan JaÔÇÖfar bin Muhammad telah menguasai seluruh dunia. Dapat dikatakan bahwa Abu Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri adalah muridnya, dan hal ini cukup untuk membuktikan keagungannyaÔÇØ.
e. Ibnu Khalakan, seorang sejarawan terkenal menulis: ÔÇ£Dia adalah salah seorang imam dua belas mazhab Imamiah dan termasuk salah seorang pembesar keluarga Rasulullah yang karena kejujurannya ia dijuluki dengan ash-shadiq. Keutamaan dan keagungannya sudah dikenal khalayak ramai sehingga tidak perlu untuk dijelaskan. Abu Musa Jabir bin Hayyan Ath-Thurthursi adalah muridnya. Ia menulis sebuah buku sebanyak seribu halaman yang berisi ajaran-ajaran JaÔÇÖfar Ash-Shadiq dan memuat lima ratus pembahasanÔÇØ.
Riwayat Hidup Imam Ali bin Abi Thalib as
Imam Ali bin Abi Thalib as adalah seupu Rasulullah saw. Dikisahkan bahwa pada saat ibunya, Fatimah binti Asad, dalam keadaan hamil, beliau masih ikut bertawaf di sekitar KaÔÇÖbah. Karena keletihan yang dialaminya lalu si ibu tadi duduk di depan pintu KaÔÇÖbah seraya memohon kepada Tuhannya agar memberinya kekuatan. Tiba-tiba tembok KaÔÇÖbah tersebut bergetar dan terbukalah dindingnya. Seketika itu pula Fatimah binti Asad masuk ke dalamnya dan terlahirlah di sana seorang bayi mungil yang kelak kemudian menjadi manusia besar, Imam Ali bin Abi Thalib as.
Pembicaraan tentang Imam Ali bin Abi Thalib as tidak dapat dipisahkan dengan Rasulullah saw. Sebab sejak kecil beliau telah berada dalam didikan Rasulullah saw, sebagaimana dikatakannya sendiri: ÔÇ£Nabi membesarkan aku dengan suapannya sendiri. Aku menyertai beliau ke manapun beliau pergi, seperti anak untu yang mengikuti induknya. Tiap hari aku dapatkan suatu hal baru daru karakternya yang mulia dan aku menerima serta mengikutinya sebagai suatu perintahÔÇØ.
Setelah Rasulullah saw mengumandangkan tentang kenabiannya, beliau menerima dan mengimaninya dan termasuk orang yang masuk Islam pertama kali dari kaum laki-laki. Apapun yang dikerjakan dan diajarkan Rasulullah saw kepadanya, selalu diamalkan dan ditirunya. Hingga tidak ajang lagi, beliau tidak pernah terkotori oleh kesyirikan atau tercemari oleh karakter hina dan jahat dan tidak ternodai oleh kemaksiatan. Kepribadian beliau telah menyatu dengan Rasulullah saw, baik dalam karakternya, pengetauhannya, pengorbanan diri, kesabaran, keberanian, kebaikan, kemurahan hati, kefasihan dalam berbicara dan berpidato.
Sejak masa kecilnya beliau telah menolong Rasulullah saw dan terpaksa harus menggunakan kepalan tangnanya dalam mengusir anak-anak kecil serta pada gelandangan yang diperintah kaum kafir Qurays untuk mengganggu dan melempari batu kepada diri Rasulullah saw.
Keberaniannya tidak tertandingi, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw: ÔÇ£Tiada pemuda sehebat AliÔÇØ. Dalam bidang keilmuan, Rasul menamakannya sebagai pintu ilmu. Bila ingin berbicara tentang kesalehan dan kesetiaannya, maka simaklah sabda Rasulullah saw: ÔÇ£Jika kalian ingin tahu ilmunya Adam, kesalehan Nuh, kesetiaan Ibrahim, keterpesonaan Musa, pelayanan dan kepantangan Isa, maka lihatlah kecemerlangan wajah AliÔÇØ. Beliau merupakan orang yang paling dekat hubungan kefamiliannya dengan Nabi saw sebab, beliau bukan hanya sepupu nabi, tapi sekaligus sebagai anak asuhnya dan suami dari putrinya serta sebagai menerus kepemimpinan sepeninggal beliau saw.
Sejarah juga telah menjadi saksi nyata atas keberaniannya. Di setiap peperangan, beliau selalu menjadi orang yang terkemuka. Di perang Badar, hampir seperuh dari jumlah musuh yang mati, tewas di ujung pedang Imam Ali as. Di perang Uhud, yang mana musuh Islam lagi-lagi dipimpin oleh Abu Sufyan dari keluarga Umayyah yang sangat memusuhi Nabi saw, Imam Ali as kembali memerankan peran yang sangat penting yaitu ketika sebagian sahabat tidak lagi mendengar wasiat Rasulullah saw agar tidak turun dari atas gunung, namun mereka tetap turun sehingga orang kafir Qurays mengambil posisi mereka, Imam Ali bin Abi Thalib as segera datang untuk menyelamatkan diri Nabi saw dan sekaligus menghalau serangan itu.
Perang Khandak juga menjadi saksi nyata keberanian Imam Ali bin Abi Thalib as ketika memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama Dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Demikian pula hal dengan perang Khaibar, di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda: ÔÇ£Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah swt akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-NyaÔÇØ. Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, ternyata Imam Ali bin Abi Thalib as yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya hingga terbelah menjadi dua bagian.
Begitulah kegagahan yang ditampakkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib as dalam menghadapi musuh Islam serta dalam membela Allah dan Rasul-Nya. Tidak syak lagi bahwa seluruh kehidupan Imam Ali bin Abi Thalib as dipersembahkan untuk Rasul demi keberhasilan proyek Allah swt. Kecintaan yang mendalam kepada Rasulullah saw benar-benar terbukti lewat perjuangannya. Penderitaan dan kesedihan dalam medan perjuangan mewarnai kehidupannya. Namun, penderitaan dan kesedihan yang paling dirasakan adalah saat ditinggalkan Rasulullah saw. Tidak cukup itu, 75 atau 95hari kemudian istrinya, Fatimah ZahraÔÇÖ juga meninggal dunia.
Kepergian Rasulullah saw telah membawa angin lain dalam kehidupan Imam Ali as. Terjadinya pertemuan Tsaqifah yang menghasilkan pemilihan khalifah pertama, baru didengarnya setelah pulang dari kuburan Rasulullah saw. Sebab, pemilihan khalfah itu menurut sejarah memang terjadi saat Rasulullah saw belum dimakamkan. Pada tahun ke 13 H, khalifah pertama, Abu Bakar, meninggal dunia dan menunjuk khalifah ke 2, Umar bin Khaththab sebagai penggantinya. Sepuluh tahun lamanya khalifah ke 2 memimpin dan pada tahun ke 23 H, ia meninggal. Namun, sebelum meninggalnya, khalifah pertama telah menunjuk 6 orang calon pengganti dan Imam Ali as termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian terpilihlah khalifah Utsman bin Affan. Sedang Imam Ali bin Abi Thalib as tidak terpilih karena menolak syarat yang diajukan Abdurrahman bin ÔÇÿAuf yaitu agar mengikuti apa yang diperbuat khalifah pertama dan kedua dan mengatakan akan mengikuti apa yang sesuai dengan printah Allah dan Rasul-Nya.
Pada tahun 35 H, khalifah Utsman terbunuh dan kaum Muslimin secara aklamasi memilih serta menunjuk Imam Ali as sebagai khalifah dan pengganti Rasulullah saw dan sejak itu beliau as memimpin negara Islam tersebut. Selama masa kekhalifahannya yang hampir 4 tahun 9 bulan, Ali as mengikuti cara Nabi saw dan mulai menyusun sistem yang Islami dengan membentuk gerakan spiritual dan pembaharuan.
Dalam merealisasikan usahanya, beliau as menghadapi banyak tantangan dan peperangan, sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan pembaharuan yang dicanangkannya dapat merongrong dan menghancurkan keuntungan-keuntungan pribadi dari beberapa kelompok yang merasa dirugikan. Akhirnya, terjadilah perang Jamnal dekat Bashrah antara beliau as dengan Talhah dan Zubair yang didukung oleh MuÔÇÖawiyah, yang mana di dalamnya Aisyah ÔÇ£Ummul MukmininÔÇØ ikut keluar untuk memerangi Imam Ali bin Abi Thalib as. Peperangan pun tak dapat dihindari, dan akhirnya pasukan Imam Ali as berhasil memenangkan peperangan itu sementara Aisyah ÔÇ£Ummul MukmininÔÇØ dipulangkan secara terhormat ke rumahnya.
Kemudian terjadi ÔÇ£perang ShiffinÔÇØ yaitu peperangan antara beliau as melawan kelompok MuÔÇÖawiyah, sebagai kelompok oposisi yang merongrong negara yang sah. Peperangan itu terjadi di perbatasan Iraq dan Syiria dan berlangsung selama setengah tahun. Beliau as juga memerangi Khawarij (orang yang keluar dari lingkup Islam) di Nahrawan, yang dikenal dengan nama ÔÇ£perang NahrawanÔÇØ. Oleh karena itu, hampir sebagian besar hari-hari pemerintahan Imam Ali bin Abi Thalib as digunakan untuk peperangan interen melawan pihak-pihak oposisi yang sangat merongrong dan merugikan keabsahan negara Islam.
Akhirnya, menjelang subuh, 19 Ramadhan 40 H ketika sedang salat di masjid Kufah, kepala beliau as dipukul dengan pedang beracun oleh Abdurrahman bin Muljam. Menjelang wafatnya, pria sejati ini masih memberi makan kepada pembunuhnya.
Singa Allah, yang dilahirkan di rumah Allah ÔÇ£KaÔÇÖbahÔÇØ dan dibunuh di rumah Allah ÔÇ£Masjid KufahÔÇØ, yang mempunyai hati paling berani, yang selalu berada dalam didikan Rasulullah saw sejak kecilnya serta selalu berjalan dalam ketaatan pada Allah swt hingga hari wafatnya, kini telah mengakhiri kehidupan dan pengabdiannya untuk Islam.
Riwayat Hidup Imam Ali Ar-Ridha as
Imam adalah orang yang menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-NyaÔÇØ.
ÔÇ£Imam adalah seorang yang berilmu bukan seorang yang bodoh, yang akan membimbing umat bukan membuat makarÔÇØ.
ÔÇ£Imam itu tinggi ilmunya, sempurna sifat lemah lembutnya, tegas dalam perintah, tahu tentang politik, punya hak untuk menjadi pemimpinÔÇØ.
ÔÇ£Sesungguhnya Imam itu kendali agama dan sistem bagi kaum Muslimin serta pondasi Islam yang kokoh. Dengannya, shalat, zakat, puasa dan haji serta jihad menjadi lengkapÔÇØ.
ÔÇ£Imam bertanggung jawab memelihara Islam, serta mempertahankan syareat, akidah dari penyimpangan dan penyesatanÔÇØ.
ÔÇ£Imam bertanggung jawab mendidik umat, karenanya harus bersifat memiliki ilmu, tahu tentang situasi dan kondisi sosial, politik dan kepemimpinanÔÇØ.
Tulisan di atas merupakan sedikit penjelasan tentang makna keimaman yang dikemukakan Ali bin Musa Ar-Ridha as. Beliau adalah pewaris keimamahan setelah ayahnya, musa Al-Kadzim as yang wafat diracun oleh Harun Ar-Rasyid. Ibunya, Taktam yang dijuluki Ummu Al-Banin dia adalah seorang yang shalehah, ahli ibadah, utama dalam akal dan agamanya dan setelah melahirkan Ali Ar-Ridha as, Imam Musa memberinya nama Ath-Thahirah. Imam Ali Ar-Ridha as hidup dalam bimbingan, pengajaran dan didikan ayahnya selama tiga puluh lima tahun. Sejarah menjadi saksi nyata bahwa para Imam Ahlul Bait ini sangat utama dalam kedudukannya yang sekaligus merupakan rujukan bagi kaum Muslimin dalam setiap permasalahan. Begitu juga Imam Ali Ar-Ridha yang tumbuh dalam didikan ayahnya pantas menjadi seorang Imam serta mursyid (guru penunjuk) yang akan memelihara madrasah Ahlu Bait Nabi dan menduduki posisi kepemimpinan di mata kaum Muslimin.
Begitulah, setiap Imam akan dibimbing oleh Imam sebelumnya dan setiap Imam akan memperkenalkan dan menunjukkan identitas Imam yang akan menggantikannya, agar kaum Muslimin tidak kebingungan tentang siapa penerus misinya guna merujuk kepadanya dalam mencari pengetahuan tentang syareat Islam, menimba ilmu dan makrifat serta mengikuti kepemimpinan dan petunjuknya.
Di zaman Ali Ar-Ridha as bidang ilmu, kegiatan penelitian, penulisan buku dan pendokumentasian telah berkembang pesat. Di masa ini juga hidup Asy-SyafiÔÇÖi, Malik bin Anas, Ats-Tsauri, Asy-Syaibani, Abdullah bin Mubarak dan berbagai tokoh-tokoh ilmu pengetahuan syareat dan logika serta kemasyarakatan.
Mengenai situasi sosial saat itu, siapapun yang mengkaji akan mengetahui bahwa kehidupan istana yang dipimpin Al-Mahdi, Al-Hadi, Ar-Rasyid, Al-Amin dan Al-Makmun adalah kehidupan yang sarat dengan kofoya-foyaan, penuh dengan budak-budak perempuan, para penyanyi, penari dan gelas-gelas khomer. Ribuan juta dinar dan dirham dihambur-hamburkan sementara rakyat hidup dalam penekanan, pajak yang tinggi serta kelaparan dan berbagai teror yang ditujukan kepada mereka. di saat seperti inilah Imam Ahlul Bait menunjukkan sikap ramahnya kepada kaum tertindas yan ghidup dalam serba ketakutan serta menyerukan perbaikan dan perubahan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya, mereka mengalami penyiksaan, pengejaran, pemenjaraan dan pembunuhan. Sedang situasi politik saat itu, setelah Harun Ar-Rasyid meracuni ayahnya dia masih hidup beberapa tahun bersama Imam Ali Ar-Ridha as. Perlakuan Harun Ar-Rasyid kepada Imam Ali Ar-Ridha as tidak seperti perlakuan terhadap ayahnya.
Sebelum Harun Ar-Rasyid meninggal, dia membagi negeri kekuasaannya di antara ketiga anaknya; Al-Amin, Al-Makmun, Al-Qasim. Sedangkan jabatan putra mahkota diberikan secara berurutan, pertama Al-Amin kemudian Al-Makmun dan Al-Qasim.
Namun setelah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia, terjadi perebutan kekuasaan antara Al-Amin dan Al-Makmun. Dan setelah terjadinya peperangan yang dahsyat, Al-Amin kalah kemudian dibunuh, sedang kepalanya dipenggal lalu dibawa ke hadapan Al-Makmun. Selama masa itu, daulat Abbasiah terus menerus dilanda pergolakan fisik maupun politik dan perekonomiannya mengalami kemerosotan yang tajam. Sementara itu, Imam Ali Ar-Ridha as mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pengikutnya. Untuk mengantisipasi keadaan itu dan sekaligus memadamkan adanya beberapa pemberontakan dari kaum Alawiyin, Al-Makmun kemudian mengumumkan rencananya untuk mengangkat Imam Ali Ar-Ridha sebagai putra mahkota sepeninggalnya. Walaupun rencana itu mendapat tantangan yang keras dari pihak keluarganya, namun dia tetap bersikeras untuk mempertahankan rencananya. Kemudian dia mengirim utusan kepada Imam Ali Ar-Ridha as dan memintanya agar datang ke Khurasan untuk bermusyawarah berkenaan dengan pengangkatan beliau sebagai putra mahkota. Dengan terpaksa Imam Ali Ar-Ridha as memenuhi panggilan itu. Setelah sampai di tempat Al-Makmun, rombongan kemudian ditempatkan di sebuah rumah, sedang Imam Ali Ar-Ridha as as, ditempatkannya di sebuah rumah tersendiri.
Akhirnya, Al-Makmun menuliskan nash baiat untuk Imam Ali Ar-Ridha as dengan tangannya sendiri, dan Imam pun menandatangani nash baiat, yang menyatakan bahwa beliau menerima pengangkatan dirinya sebagai putra mahkota.
Sejarah berbicara lain, Al-Makmun bukan orang yang tidak suka kedudukan. Dia telah membunuh saudaranya Al-Amin dan juga membunuh orang-orang yang telah mengabdi kepada saudaranya dan juga ayahnya, seperti Thahir bin Husain, Al-Fadhl bin Sahl dan lain-lain yang telah berjasa dalam mengukuhkan pemerintahannya, maka bukan juga hal yang mustahil jika dia akhirnya menyusun siasat untuk membunuh Imam dengan cara meracuninya.
Imam Ridha as syahid pada hari terakhir bulan Shafar tahun 203 Hijriah di kota Thus (Masyhad) dan dimakamkan di sana juga, di rumah Humaid bin Qahthabah di sisi kuburan Harun Ar-Rasyid pada arah kiblat. Sekarang, makam beliau as merupakan makam yang sangat menonjol, yang dikunjungi oleh jutaan penziarah yang berdesak-desakan di sekelilingnya. Kota di mana beliau as dimakamkan telah menjadi kota yang besar di Republik Islam Iran. Letaknya berbatasan dengan Rusia. Ia merupakan kota yang indah dan ramai. Di dalamnya terdapat perkumpulan-perkumpulan ilmiah dan sekolah agama.
Wilayah Khurasan di mana kota Masyhad berada memiliki nilai sejarah dan peran politik yang aktif dalam sejarah Islam dan sejarah Ahlul Bait as. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada beliau as di saat beliau dilahirkan serta di hari syahidnya dan saat dibangkitkan kelak kemudian hari.
Akhirnya kami memohon kepada Allah swt agar menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang mengikuti pimpinan Sayyidil Mursalin Muhammad saw dan Ahlul Baitnya serta menjadi orang-orang yang berjalan pada jalan petunjuk-Nya, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha mengabulkan doa.
Wal Hamdulillah Rabbil ÔÇÿAlamin.



























