کمالوندی

کمالوندی

Presiden Mesir Muhammad Mursi tengah menghadapi kondisi paling sensitif pasca revolusi. Ia kembali meminta rakyat Mesir untuk bersatu dan menggelar dialog nasional. Sementara itu, hingga hari Ahad (2/12) Mesir terus dilanda gelombang demonstrasi di berbagai wilayah di negara itu.

Kubu pro-Mursi menggelar demonstrsai di depan Universitas Kairo untuk menghindari bentrokan dengan kubu oposisi yang selama beberapa hari ini berunjuk rasa di Bundaran al-Tahrir.

Kini masyarakat Mesir telah terpecah menjadi dua bagian dan secara global dapat dikatakan bahwa masyarakat negara ini terbagi menjadi dua kelompok; kubu pendukung dan oposisi Mursi. Sejumlah kalangan politik menilai kondisi Mesir saat ini amat sensitif dan bahkan negara ini di ambang tragedi serius.

Sejumlah gerakan politik sejak 10 hari lalu pasca presiden Mesir mengeluarkan dekrit terkait konstitusi, secara terang-terangan menyatakan penentangan mereka terhadap keputusan Mursi. Mereka dengan memprovokasi opini publik internal Mesir berupaya menggelar berbagai unjuk rasa untuk menentang dekrit presiden.

Langkah Majlis Konstituante baru-baru ini yang mengadopsi draf konstitusi dan menyerahkannya kepada Mursi juga menuai gelombang protes dari oposan. Untuk melengkapi proses politik Mesir, Mursi menyetujui draf tersebut dan akan menggelar referendum terkait draf ini pada tanggal 15 Desember. Ia juga menuntut semua warga Mesir berpartisipasi dalam referendum mendatang.

Sementara itu, kubu oposisi menilai draf konstitusi tersebut tidak mempunyai legitimasi, sebab draf ini disusun, dievaluasi dan disetujui tanpa kehadiran sejumlah gerakan politik. Mereka menuding Mursi, gerakan Ikhwanul Muslimin dan Partai Keadilan dan Kebebasan yang mempunyai kursi terbanyak di parlemen dan Majelis Konstituante, telah memaksakan kehendaknya dalam penyusunan draf konstitusi.

Namun dengan melihat isi draf konstitusi, maka tampak jelas adanya satu poin di mana prinsip draf ini disusun untuk menjamin tuntutan semua warga Mesir. Dalam draf tersebut disebutkan bahwa rakyat adalah satu-satunya sumber pemilik hak dalam membentuk pemerintahan di Mesir atau dengan kata lain kedaulatan adalah hak rakyat.

Dalam draf konstitusi disebutkan pula bahwa pemerintah berkuasa di Mesir adalah pemerintahan demokrasi dan menegaskan multi-partai di negara ini. Kebebasan berpendapat, kebebasan sipil dan menghormati hak-hak mereka termasuk dari prinsip dalam draf konstitusi itu.

Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip yang menjelaskan tuntutan rakyat dengan beragam orentasi politik, pemikiran dan agama. Ini merupakan satu-satunya isu yang mengundang sensitivitas beberapa gerakan politik Mesir terutama sekuler dan liberal, di mana dalam draf konstitusi ini, Islam dianggap sebagai satu-satunya sumber hukum. Tetapi, hal ini bukan berarti mengabaikan hak-hak minoritas agama dan berbagai kelompok politik di Mesir. Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa saat ini tengah terjadi salah penafsiran dalam masalah tersebut.

Pastinya, kondisi Mesir saat ini telah menciptakan ruang untuk melakukan manuver-manuver politik oleh pihak tertentu. Tidak diragukan lagi, berlanjutnya kondisi ini akan mengancam persatuan nasional yang telah terbentuk pada hari-hari pertama pasca revolusi. Namun Mursi tampaknya bertekad untuk mencegah terjadinya hal itu.

Militer Mesir hingga sekarang juga sama sekali belum menerima instruksi dari presiden untuk melawan oposisi. Ini berarti Mursi ingin mengontrol kondisi politik dan keamanan di Mesir melalui cara damai. Presiden Mesir mengatakan, jalan untuk dialog nasional dan menyelesaikan friksi masih terbuka. Ini merupakan sebuah kesempatan dan jika kesempatan ini tidak segera digunakan, ada kemungkinan Mesir akan terjerumus ke dalam konflik baru serta sulit untuk keluar dari konflik itu.

Minggu, 02 Desember 2012 20:33

Perang Pajak di Amerika Serikat

Perang kubu Demokrat dan Republik Amerika Serikat terkait pajak negara ini semakin sengit. Presiden AS, Barack Obama saat di Kongres meminta draf yang diajukannya untuk mempertahankan pajak masyarakat kalangan menengah disahkan sesingkat mungkin.

Nancy Pelosi, pemimpin kubu minoritas Demokrat di Kongres AS menyatakan tengah berusaha meratifikasi draf jika terjadi jurang fiskal, pajak kalangan menengah tidak turut dinaikkan. Sementara itu, Republikan kian membulatkan tekadnya akan mencegah dinaikkannya pajak bahkan bagi kalangan kaya sekali pun.

Jika kubu Republikan mengotot menentang kenaikan pajak bagi warga terkaya AS, ada faktor utama yang membuat mereka berperilaku seperti itu. Seorang pelobi Kongres AS yang antipajak bernama Grover Norquist kelahiran 1956 telah mengikat hampir semua Republikan yang terpilih. Hampir semua anggota Parlemen AS dari kubu Republikan meneken janji untuk menentang kenaikan pajak saat berkampanye. Norquist adalah otak penyusun sumpah di atas kertas yang wajib diteken para calon anggota legislatif Republikan. Kepada CNN, Norquist membantah telah mengikat sumpah para Republikan.

Faktor Norquist ini terbongkar setelah seorang Senator AS dari Republikan Georgia, Saxby Chambliss, menentang dan menjauhkan diri dari Grover Norquist. Chambliss menyatakan kini lebih peduli pada negara yang terlilit utang ketimbang sumpah yang pernah dia teken di atas kertas yang pernah disodorkan Norquist. Senator Lindsey Graham dari South Carolina dan beberapa senator Republikan juga mulai melawan Norquist. Namun, mayoritas Republikan masih takut melawan Norquist secara terbuka.

Sementara itu, undang-undang perpajakan yang disahkan di era kepemimpinan George W. Bush akan segera berakhir di malam tahun baru 2013. Jika hingga saat itu kubu Demokrat dan Republik belum mampu mencapai kesepakatan terkait para meter pajak maka pajak seluruh warga wajib pajak negara ini secara otomatis akan naik.

Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan "tidak bisa diterima" bahwa sebagian anggota Partai Republik di Kongres menyandera pemotongan pajak kelas menengah karena mereka menolak kenaikan pajak bagi orang Amerika yang terkaya.

Obama mengatakan dalam pidato mingguan hari Sabtu bahwa pajak keluarga kelas menengah dengan empat anggota akan meningkat lebih dari $ 2.000 jika kenaikan pajak mulai berlaku. Presiden, yang menyampaikan pidatonya dari sebuah pabrik mainan di negara bagian Pennsylvania, mendesak warga Amerika agar menghubungi wakil-wakil mereka di Kongres untuk memberitahu mereka tentang dampak kerugian sebesar 2.000 dolar itu.

Obama ingin memperpanjang pemotongan pajak hanya untuk rumah tangga Amerika berpenghasilan kurang dari 250.000 dolar per tahun. Partai Republik ingin pemotongan pajak juga berlaku bagi pembayar pajak yang lebih kaya. Senator Orrin Hatch (dari negara bagian Utah) dalam pidato partai Republik Sabtu mengkritik rencana pajak presiden, dengan menyebutnya "tidak serius."

Minggu, 02 Desember 2012 20:31

Hidayah dalam Al-Quran: Tujuan Hidayah

Tujuan Hidayah

Dengan mengkaji ayat-ayat al-Quran seperti "Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk"(1), yang berbicara tentang Hidayah Takwini dengan jelas menunjukkan hidayah ini menunjukkan kepada ukuran atau kadar. Artinya, segala sesuatu dalam Hidayah Takwini bergerak sesuai dengan kadar yang telah ditentukan baginya dan tidak mungkin menentangnya. Gerakan ini apakah terkait dimensi individu atau sebagai kumpulan ciptaan mengarah pada ajal yang telah ditentukan. Karena Allah swt berfirman, "Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan ..."(2)

Ajal yang ditentukan (Ajal Musamma) ini dijelaskan dalam ayat-ayat lain. Sebagai contoh mengenai tibanya ajal yang ditentukan, Allah Swt berfirman, "(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas ..."(3) Begitu juga dalam ayat, "(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit ..."(4)

Sebagaimana tujuan dari Hidayah Takwini setiap makhluk adalah menyampaikannya kepada kesempurnaan yang sesuai dengan dirinya. Tujuan dari Hidayah Takwini seluruh ciptaan Allah adalah menyampikan kesempurnaan keberadaannya dan itu adalah alam akhirat dan terjadinya Ma'ad (hari kebangkitan). Ketika semua ciptaan Allah ini sampai ke titik yang lain dari alam ciptaan Allah di bidang materi maka aktualisasinya berakhir dan di sini Hidayah Takwini berarti petunjuk kepada ciptaan Allah yang bersifat materi berakhir ketika mencapai kesempurnaannya.

Tapi terkait Hidayah Tasyiri'i, sesuatu yang membimbing manusia ke alam akhirat dan di jalur ini disampaikan dengan sejumlah pentakbiran dalam al-Quran. Terkadang disebut dengan Sabil (jalan) seperti di ayat-ayat berikut:

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."(5)

"Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar."(6)

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."(7)

Penggunaan kata Shirat (jalan) adalah yang terbanyak. Sebagai contoh dalam ayat tentang Nabi Musa dan Harun as, Allah Swt berfirman, "Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus."(8) Begitu juga tentang Nabi Ibrahim as, "(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus."(9) Nabi Muhammad Saw sendiri diperkenalkan dalam al-Quran sebagai pemberi hidayah ke jalan yang lurus. Allah Swt menjelaskan, "... Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."(10) Pada akhirnya ada perintah umum yang diajarkan kepada manusia untuk mencari hidayah lewat jalan yang lurus, "Tunjukilah kami jalan yang lurus." (11)

Dengan demikian, Hidayah Tasyri'i adalah menunjuki jalan yang mampu menunjuki seorang pesalik kepada keridhaan, pertemuan dengan Allah dan kebahagiaan akhirat.

Dengan kata lain, Hidayah Tasyri'i adalah bimbingan menuju jalan utama, yakni Shirat Mustaqim dan jalan yang lurus ini yang disebut al-Quran sebagai agama yang benar seperti dalam ayat, "Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar ..."(12)

Agama yang benar dan Shirat Mustaqim ini mencakup akidah yang benar, sebagaimana lanjutan ayat sebelumnya, "... Agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik." Begitu juga mencakup dimensi praktis dalam menyembah Allah Swt, "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus."(13)

Di sisi lain, agama yang benar merupakan tuntutan fitrah manusia yang disebutkan dalam ayat, "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."(14)

Kesimpulannya, Hidayah Tasyri'i manusia sesuai benar dengan fitrah manusia dan dapat dikatakan bahwa satu dari tujuan Hidayah Tasyri'i dan perintah agama adalah mengaktualisasikan pengetahuan fitri yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Manusia di jalur keyakinan dan perbuatan serta melaksanakan hukum agama pada dasarnya tengah mengarungi batinnya dan mengaktualisasikan keutamaan batinya di dunia. Dari ucapan Imam Ali as dapat dimengerti bahwa tujuan utama pengutusan para nabi adalah menghilangkan tabir dari fitrah manusia.

"Kemudian Allah mengutus rasul-rasul-Nya dari manusia, mengutus mereka satu persatu demi menuntut perjanjian fitrah manusia, mengingatkan manusia akan nikmat-nikmat Allah yang telah mereka lupakan, menyempurnakan hujjah Allah dengan tablig dan membangkitkan khazanah akal mereka yang terpendam ..."(15)

 

Catatan:

1. QS. al-A'la: 2-3.

2. QS. al-Ahqaf: 3.

3. QS. al-Anbiya: 104.

4. QS. Ibrahim: 48.

5. QS. al-Insan: 3.

6. QS. Ghafir: 38.

7. QS. al-Ankabut: 69.

8. QS. as-Saffat: 118.

9. QS. an-Nahl: 121.

10. QS. as-Shura: 52.

11. QS. al-Fatihah: 6.

12. QS. al-An'am: 161.

13. QS. Yasin: 60-61.

14. QS. ar-Rum: 30.

15. Nahjul Balaghah, Faidh al-Islam, khutbah 1.

 

Sumber: Hedayat dar Quran, Moasseseh Tahqiqat va Nashr Maaref Ahlul Bait as.

Minggu, 02 Desember 2012 20:28

Syiah di Palestina

Gelombang baru kebangkitan Islam di Eropa bila dicermati lebih banyak dipengaruhi Wahabi-Salafi yang kembali pada pelbagai faktor dan syarat. Namun yang menarik ternyata di Timur Tengah sendiri pengaruh paling besar muncul dari Syiah. Dalam analisa terbaru Barat, mobilisasi umat Islam yang merupakan indikasi kebangkitan Islam punya dua sayap asli; Wahabi dan Syiah. Berbeda dengan Wahabi-Salafi yang selama ini menebarkan aroma kekerasan, Syiah malah menyampaikan wewangian rasa solidaritas dan interaksi antarsesama umat Islam.

Sekalipun indikator utama Syiah adalah menegaskan akan semangat revolusi, namun berdasarkan penegasan berulang kali dari kalangan tokoh Syiah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan dunia Islam, wajah Syiah di Timur Tengah menampakkan wajah tenang dan lebih seimbang. Benar, Syiah tidak pernah menerima agresi dan selalu menampakkan perlawanannya, namun pada saat yang sama ketika menghadapi saudara muslimnya mereka lebih mampu berinteraksi dan mempertajankan persatuan.

Kecenderungan dan simpati akan Syiah di Palestina setelah kemenangan Revolusi Islam tahun 1979 dari hari ke hari semakin meningkat, sama dengan di negara-negara lain sehingga Ahli Sunnah di Timur Tengah mulai menunjukkan kekhawatirannya bila fenomena ini terus berlanjut. Sebagai contoh, Yusuf Qaradhawi, ulama terkenal Ahli Sunnah dalam pertemuan Taqrib Baina Al-Mazahib (Pendekatan antarmazhab) yang dilakukan di Doha, Qatar secara transparan mengkritik kenyataan ini. Ia meminta segera dihentikannya usaha untuk mempopulerkan Syiah di daerah-daerah yang mayoritasnya mengikuti mazhab Ahli Sunnah. Qaradhawi malah mengatakan populernya mazhab Syiah di kalangan rakyat Palestina sebagai "fitnah".

 

Syiah Sepanjang Sejarah Palestina

Latar belakang Syiah di Palestina punya akar dalam sejarah permulaan Islam. Penyebaran syiah di daerah ini terjadi saat Abu Dzar al-Ghifari, sahabat Nabi Muhammad Saw tiba di Syam (Suriah) dan menyebarluaskan pemikiran Imam Ali as di sana. Sejak saat ini Syiah hadir lebih kental dalam sejarah Palestina dan sebagian besar dari penduduknya punya kecenderungan untuk memilih Syiah. Satu lagi dari faktor yang membuat Syiah meluas di Palestina adalah imigrasi kabilah Khuza'ah ke daerah ini. Kabilah Khuza'ah berasal dari Arab selatan yang sebelum kabilah Quraisy mereka sempat menguasai Mekah dan setelah terbentuknya Islam, mereka lalu menjadi pendukung Nabi Muhammad Saw. Dalam berbagai peristiwa bersejarah dalam Islam, peran kabilah Khuza'ah sebagai sekutu Bani Hasyim sangat kental dan satu cabang dari kabilah ini kemudian menuju Palestina dan membangun kota Khuza'ah.

Maqdisi, penulis geografi abad ke-4 Hq dalam karyanya menulis tentang penyebaran Syiah di Palestina. Dalam bukunya Ahsan al-Taqasim Fi Ma'rifah al-Aqalim pada jilid pertama ia menulis, warga Tabariya dan sebagian dari warga Nablus dan al-Quds adalah pengikut Syiah. Sementara Karajiki ulama abad ke-5 juga menulis bahwa seluruh penduduk kota Ramallah di Palestina bermazhab Syiah dan Naser Khosru Dai Esmaili yang wafat tahun 481 dalam catatan perjalanannya menyebut adanya kuburan Abu Hurairah di kota Tabariya dan penduduk di sana tidak punya kecenderungan untuk menziarahinya, karena penduduk Tabariya bermazhab Syiah. Naser Khosru yang tinggal di Palestina hingga tahun 437 menyebut mayoritas penduduk kota al-Quds bermazhab Syiah. Ibnu Jubair yang hidup abad ke-6 dalam catatan perjalanannya menyebut orang-orang Syiah yang tinggal di Palestina termasuk Rafidhi, Imamiyah, Ismailiyah, Zaidiyah dan Nashriyah. Tentu saja dalam periode menurunnya dinasti Fathimiyah di Mesir dan kekuasaan Mesir diambil alih oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang mengambil kebijakan keras terhadap Syiah, proses penyebaran Syiah di Palestina mengalami kemandekan serius dan ini terus berlanjut hingga sebelum Revolusi Islam Iran.

 

Peran Revolusi Islam dalam Penyebaran Syiah di Palestina

Orang-orang Syiah yang berada di Palestina selama bertahun-tahun kekosongan tetap mempertahankan hubungannya dengan Lebanon sebagai satu dari pusat penting Syiah dan setelah kemenangan Revolusi Islam Iran hubungan ini menjadi semakin menguat. Gerakan Jihad Islam sebagai gerakan Syiah dari kelompok-kelompok pejuang Palestina punya hubungan kuat dengan Hizbullah dan Iran. Dengan hubungan ini, Jihad Islam punya peran penting dalam menyebarkan Syiah di negara ini. Syahid Fathi Syaqqaqi, mantan Sekjen Jihad Islam adalah pendukung serius revolusi Islam dan berkali-kali mengumumkan bahwa ia sejak dekade 70-an telah mengenal Islam revolusioner lewat karya-karya Imam Khomeini ra dan Ayatullah Syahid Muhammad Baqir Shadr.

Selain Jihad Islam ada sejumlah gerakan nasional dan agama lainnya yang terbentuk di Palestina dengan warna Syiah yang kegiatan mereka lebih banyak di bidang budaya dan sosial. Setelah kemenangan revolusi Islam, dibentuk sebuah organisasi dengan nama Ittihad al-Syabab al-Islami (Organisasi Pemuda Islam) di Betlehem, sebuah organisasi sosial dengan kinerja dakwah. Organisasi ini membangun poliklinik al-Ihsan, al-Sabil, Rumah Sakit Bedah Niqa al-Dauhah, sekolah al-Niqa dan pusat kegiatan wanita. Selain itu mereka juga menyelenggarakan pendidikan al-Quran di pelbagai masjid dan yayasan. Organisasi ini punya peran sangat penting dalam penyebaran Syiah di Palestina.

Kelompok lain yang aktif dalam mendakwahkan Syiah adalah al-Harakah al-Islamiyah al-Wathani (Gerakan Islam Nasionalis) yang dengan Syiahnya Muhammad Abu Samarah dan beberapa anggota lainnya akhirnya mereka bergabung dengan Gerakan Jihad Islam. Gerakan Islam Nasionalis mendirikan yayasan dengan nama Pusat Riset al-Quds untuk aktivitas tablig mereka. Pusat Syiah lainnya di Betlehem dikelola oleh Muhammad al-Syahhadah, satu dari pendukung Gerakan Jihad Islam yang memiliki saham besar dalam penyebaran Syiah. Namun dari semua organisasi yang ada, Organisasi al-Ja'fariyah merupakan yayasan paling aktif dalam mendakwahkan Syiah yang dibentuk di bawah pengawasan Ustad Asyraf Amunah. Yayasan ini membawahi sejumlah kelompok yang aktif melakukan kegiatan mereka di Huseiniah al-Rasul al-‘Azham.

 

Mustabshir, Pengikut Baru Syiah

Selain aktivitas organisasi, ada gelombang baru Syiah dengan nama mustabshir atau pengikut baru Syiah di Timur Tengah yang sangat berperan penting dalam penyebaran Syiah di kawasan. Sebagian pengikut baru Syiah ini berasal dari ulama Ahli Sunnah Palestina yang setelah mengkaji karya-karya Syiah akhirnya meyakini kebenarannya seperti Syeikh Muhammad Abdul'al. Ia setelah bertahun-tahun mengkaji mazhab Syiah. Dalam sebuah wawancaranya ia mengatakan, "Satu dari buku paling penting yang saya baca adalah al-Muraja'at. Buku itu memberikan informasi banyak namun itu tidak menambah keimanan saya. Ada satu kejadian yang membuat semua mencapai puncaknya dan menyebabkan saya menerima jalan wilayah Ahlul Bait as. Suatau hari di tempat pejalan kaki, saya duduk di depan satu toko milik famili saya, sebuah toko kecil. Saya mendengar si pemilik toko memerintahkan satu dari cucunya untuk menjaga toko sementara waktu, hingga ia selesai melaksanakan shalat Asar. Pada waktu tiba-tiba saya tersadar dan berpikir, bagaimana mungkin seseorang membiarkan begitu saja tokonya untuk melaksanakan shalat? Pasti ia menyerahkan tokonya kepada orang yang dapat melindungi hartanya. Nah, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Saw membiarkan umatnya tanpa pengganti! Demi Allah, pasti tidak demikian."

Muhammad Syahhadah warga Palestina dan seorang pejuang saat menyelesaikan hari-hari tahanannya di penjara rezim Zionis Israel banyak melakukan kajian dengan orang-orang Syiah Lebanon di sel-sel penjara itu yang berujung pada penerimaannya akan kebenaran Syiah dan menerimanya sebagai mazhabnya. Ia satu dari pendakwah lantang mazhab Ahlul Bait kepada masyarakat Palestina. Dalam wawancaranya ia mengatakan bahwa saat ia menerima Syiah sebagai mazhabnya tidak ada hubungannya dengan politik.

Ia bercerita, "Penerimaan saya terhadap Syiah tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah politik. Saya sama seperti umat Islam lainya yang bangga akan kemenangan Hizbullah Lebanon. Namun ini tidak berarti faktor politik yang membuat saya menerima Syiah, tapi semua ini kembali pada akidah Ahlul Bait yang akhirnya membuat saya menerimanya, tanpa dipengaruhi faktor lain. Jalan Ahlul Bait adalah jalan yang benar yang saya yakini."

Ishaq bin Hayah Hadhrami

Ishaq merupakan seorang anggota pasukan Umar bin Saad. Di Karbala ia merampas baju Imam Husein as. Nama ayahnya kadang disebut Harbah, Yahya dan terkadang disebut Hawiyah.

Pada hari Asyura, pasca syahadah Imam Husein as, pasukan Umar bin Saad menyerbu jasad suci Imam untuk merampas pakaian beliau. Ishaq bin Hayah merampas pakaian Imam Husein as dari badannya dan langsung memakainya. Padahal pakaian itu memiliki 110 lubang akibat terkena panah, tombak dan pedang, sekalipun mengenai berapa jumlah lubang di baju Imam Husein as masih ada perbedaan pendapat.

Setelah peristiwa Karbala, Ishaq menderita penyakit aneh dimana rambut dan bulu di wajahnya rontok.

Ketika Imam Husein as gugur syahid, Ishaq melakukan kejahatan lain. Pada waktu itu Umar bin Saad yang berada di tengah-tengah pasukannya berteriak, "Siapa yang ingin menjadi relawan menginjak-injak badan Husein dengan kudanya?"

Ishaq Hadhrami dengan beberapa orang maju dan bersedia untuk melakukan perbuatan keji itu. Ia maju dan dengan kudanya ia menginjak-injak badan suci Imam Husein as, sehingga dada beliau patah. Setelah itu ia pergi menghadap Umar bin Saad dan mendapat sedikit hadiah darinya

Abu Amr Zahid berkata, "Ketika kami meneliti keturunan mereka, ternyata semuanya berasal dari anak haram."

 

Nasib Buruk Ishaq

Menurut buku Nafas al-Mahmum dan Nasikh at-Tawarikh, Mukhtar Tsaqafi ketika bangkit menuntut darah syuhada Karbala, maka yang pertama dibalas adalah orang-orang yang menginjak-injak badan Imam Husein as. Mukhtar memerintahkan pasukannya agar mereka ditidurkan sementara tangan dan kaki mereka dipaku di atas tanah. Setelah itu beberapa orang dengan menunggang kuda menginjak-injak badan mereka, sehingga daging, kulit dan tulang-tulang mereka hancur dan merekapun binasa. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber:

1. Nafas al-Mahmum.

2. Tarikh Thabari.

3. Luhuf.

4. Ad-Dum'ah as-Sakibah (Bahbahani).

5. A'yan as-Syiah.

6. Mausu'ah al-Imam al-Husein.

7. Muntahal Amal.

8. Farhang Asyura.

Lembaga Pemberantas Terorisme Irak mengkonfirmasikan penangkapan gembong AlQaeda di negara ini.

Alalam (2/12) melaporkan, Samir al-Shuwaili, Penasehat Pers Lembaga Pemberantas Terorisme Irak, dalam konferensi persnya menyatakan, pasukan khusus lembaga ini berhasil membekuk Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin jaringan teroris AlQaeda di Irak, setelah melalui operasi selama dua bulan.

Pasca operasi penangkapan tersebut, seluruh jaringan komunikasi "bawah tanah" AlQaeda juga terungkap. Lembaga Pemberantas Terorisme Irak juga telah menyusun nama asli dan samaran para anggota AlQaeda, beserta tempat tinggal dan aktivitas mereka.(IRIB Indonesia/MZ)

Marji taqlid, Ayatullah Safi Golpeygani menilai amar makruf dan nahyu munkar sebagai penjamin terlaksananya hukum Islam.

Mehr News (27/11) melaporkan, Ayatullah Golpeygani mengatakan, "Kehormatan dan kewibawaan kaum Muslim juga sangat bergantung pada pelaksanaan amar makruf dan nahyu munkar. Kehinaan dan kesulitan akan melilit jika kewajiban ini ditinggalkan."

Ditujukan beliau kepada seluruh umat Islam, Ayatullah Golpeygani mengatakan, "Umat Islam di masa-masa awal Islam, menilai pelaksanaan kewajiban ini (amar makruf dan nahyu munkar) sebagai penopang dalam menjaga hak-haknya dan mencegah kezaliman. Ada orang-orang yang dengan ungkapan jelas dan tegas melaksanakan amar makruf dan nahyu munkar kepada para tokoh dan pemimpin serta mengkritik mereka, dan yang diperingati tidak menunjukkan reaksi yang negatif."(IRIB Indonesia/MZ)

Ayat ke 264-265

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.

Kedua ayat ini adalah lanjutan ayat-ayat sebelumnya yang mendorong Mukmin memberikan infak di jalan Allah Swt. Infak yang diterima dan ditolak oleh Allah Swt dijelaskan dalam bentuk dua perumpamaan. Perbuatan seorang yang riya memberikan infak untuk menunjuk-nunjuk diumpamakan seperti tanah lembut dan batinnya umpama batu keras yang tidak bisa tumbuh di atasnya sebarang tumbuhan. Biarpun manfaat infaknya sampai kepada orang lain, namun tidak berpengaruh terhadap dirinya dan ia tidak mendapatkan manfaatnya. Dan perbuatan orang yang dilakukan untuk Allah, bukan untuk dirinya dan masyarakat, ia memberi infak dengan tulus, umpama benih yang disemaikan di dataran subur yang memberi hasil. Hujan yang turun, baik lebat maupun gerimis, bukan saja membersihkan tanah dan benih tersebut, bahkan menjadi sumber kesuburan bagi kedua-duanya; karena tanah yang baik akan menyedot air hujan tadi dan memberikan manfaat kepada akar tumbuh-tumbuhan dan menguatkannya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Amalan atau perbuatan yang baik akan bernilai ketika disertakan dengan niat yang bersih dan tidak diikuti dengan perbuatan yang jelek.
2. Keridhaan Allah menguatkan sifat baik dalam jiwa manusia dan khidmat kepada makhluk merupakan motivasi yang baik.
3. Menunjuk-nunjuk dan perbuatan riya adalah tanda tidak mempunyai iman yang sebenar kepada Tuhan dan hari Kiamat.

 

Ayat ke 266

Artinya:
Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.

Ayat ini adalah kiasan tentang orang yang berbuat baik, akan tetapi disertakan dengan riya, membangga-banggakan tentang pemberiannya pada orang lain dan menyakiti hati orang, maka kesan perbuatannya akan terhapus. Infak dan bantuan kepada golongan tertindas umpama menanam pohon di kebun masyarakat yang memerlukan kerja kuat sehingga mendatangkan hasil. Akan tetapi sekiranya perbuatan baik ini tidak dijaga, dan dirusakkan dengan kebanggaan dan menunjuk-nunjuk, maka akan terhapus dalam tempo yang singkat, tidak akan meninggalkan sebarang kesan kecuali kerugian dan penyesalan.

Dalam sebuah riwayat dinyatakan pada suatu hari Rasulullah Saw bersabda kepada Muslimin, "Berzikirlah kamu mengingati Allah, setiap zikir kamu akan diberi ganjaran sebatang pohon di surga." Seorang dari mereka yang mendengar berkata, "Berarti kita akan memiliki banyak kebun di surga." Rasulullah Saw berkata, "Sudah tentu kadang kala dengan lidah yang kamu gunakan untuk berzikir mengingat Allah, kamu gunakan untuk ghibah (membicarakan keburukan orang lain) dan apinya akan membakar seluruh pohon-pohon tersebut."

Alhasil, pada Hari Kiamat dimana manusia memerlukan amal-amal baik, mereka akan merasa susah apabila melihat riya, penghinaan dan pencelaan memusnahkan perbuatan-perbuatan baiknya.

Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa janganlah kita merasa bangga dan takabur ketika melakukan perbuatan-perbuatan baik. Karena betapa banyak perbuatan-perbuatan buruk kita yang menghapuskan ganjaran perbuatan-perbuatan baik tersebut. Bertahun-tahun lamanya kita menunggu pepohonan membesar dan memberikan hasil, namun hanya dalam sekejap mata api membakar pohon tersebut bertukar menjadi abu.

 

Ayat ke 267

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Muslimin sering bertanya kepada Rasulullah Saw tentang apa saja yang patut diberikan kepada kaum tertindas sebagai sedekah dan infak. Ayat ini menjelaskan kaedah umum dan mengatakan, "Infaklah dengan apa saja dari benda-benda dan harta yang bersih dan sesuai, baik berupa uang dan kekayaan yang kalian dapatkan dari usaha dan perniagaan, maupun berupa makanan dan penghasilan yang tumbuh dari bumi. Yang penting ialah dari harta yang halal dan bersih, bukan dari makanan atau benda yang kalian buang dan sudah tidak bernilai, lalu kalian berikan kepada orang lain."

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa sebagian masyarakat penduduk Madinah ketika infak memberikan kurma-kurma kering dan tidak disukainya kepada para fakir miskin dan menyimpan kurma-kurma yang baik untuk diri mereka sendiri. Sebuah ayat dalam al-Quran mencela orang-orang seperti ini dengan mengatakan, "Apakah kalian akan menerima sekiranya apa yang kalian berikan kepada para fakir tersebut diberikan kepada kalian?"

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Ketika memberi infak, kehormatan kaum tertindas harus dipelihara. Memberi infak dengan sesuatu yang tidak bernilai bukan saja tidak mempunyai nilai, bahkan merupakan satu penghinaan kepada orang lain.
2. Tujuan infak ialah melepaskan diri dari sifat bakhildan kikir, bukannya melepaskan harta benda yang berlebihan dan tidak bernilai.
3. Fitrah manusia merupakan alat ukur terbaik untuk bersikap kepada orang lain. Janganlah memberi infak kepada orang lain apa yang kalian sendiri tidak sukai.

 

Ayat ke 268-269

Artinya:
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Setan dan orang-orang yang bersifat atau berwatak setan berusaha dengan berbagai bentuk untuk menghalang manusia dari membantu orang lain. Terkadang ia mengatakan kepada manusia bahwa kalian memerlukan uang ini pada masa depan, terkadang ia membisikkan kepada manusia mengapa kalian yang bersusah payah mendapatkan uang, lalu harus diberikan kepada orang lain, sekiranya Allah menginginkan, niscaya ia tidak akan menjadi fakir dan miskin.

Dari satu sisi, orang seperti ini menghalang orang lain dari bersedekah dan berlaku dermawan serta mengajak manusia untuk mengumpul dan menumpuk harta dunia. Dari sisi lain, ia menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan dan fakir pada masa depan. Padahal keperluan kita kepada ampunan ilahi pada Hari Kiamat nanti lebih besar dari keperluan kita di dunia ini. Selain dari jaminan masa depan yang Allah Swt berikan kepada orang-orangyang memberikan infak pada jalan-Nya, orang tersebut juga telah mengansuransikan dirinya dari kemiskinan. Akan tetapi patut untuk disesali, banyak dari kalangan masyarakat yang tidak memberikan perhatian kepada poin ini dan terpengaruh dengan bujukan setan. Mereka hanya mengukur dan menilai kebaikan pada uang dan harta kekayaan, sedangkan hakikat kebaikan ialah mempunyai pandangan yang benar dan kekuatan untuk memilihnya sehingga dengan adanya janji keampunan Ilahi, manusia tidak mendengar bujukan dan janji setan yang tidak berarti.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Janganlah kita bersifat kikir atau bakhil karena takut menjadi miskin, ini adalah was-was yang dibisikkan setan supaya kita tidak memberikan infak. Sebagai ganti takut ini, marilah kita mengingati limpahan rahmat dan karunia ilahi.
2. Mengutamakan janji-janji ilahi ketimbang janji-janji setan adalah tanda akal yang sempurna. Dalam pandangan agama, orang yang berakal ialah orang yang menaati Allah Swt, bukannya orang yang mentaati hawa nafsunya atau orang lain.

Ayat ke 260

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam cerita Nabi Uzair, kita melihat bagaimana beliau dihidupkan semula setelah mati seratus tahun, sehingga menjadi contoh kekuasaan Allah Swt menghidupkan yang mati di Hari Kiamat. Ayat ini menyinggung kejadian dan peristiwa yang menimpa Nabi Ibrahim as. Suatu hari beliau melewati pinggir laut. Ia melihat hewan-hewan yang mati, sebagian tubuhnya di laut dan sebagian lainnya di darat dan hewan-hewan laut dan darat menjadikannya sebagai makanannya sendiri dengan memakan daging hewan yang mati tadi.

Nabi Ibrahim dengan melihat semuanya ini mulai berpikir seandainya peristiwa ini terjadi pada tubuh manusia dan badannya menjadi bagian binatang-binatang lain di Hari Kiamat bagaimana orang tersebut dengan badannya kembali hidup? Ibrahim walaupun seorang Nabi dan yakin terhadap hari kebangkitan, namun ia berharap dari Tuhannya untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana menghidupkan yang sudah mati tersebut. Ayat ini menjelaskan dialognya tersebut dengan Tuhan. Nabi Ibrahim pun melakukan hal demikian.Ia menyembelih 4 ekor burung yang berbeda dan dagingnya dicampur aduk lalu diletakkan di atas 10 gunung dan ketika dipanggil dengan namanya, atas kuasa Tuhan bagian-bagian daging yang terpencar dimana-mana menjadi bersatu dan seperti semula ia hidup dan datang kepadanya. Nabi Ibrahim akhirnya mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Kebangkitan adalah bersifat fisik dan kekuasaan Allah mengatasi hukum-hukum alam bukan di bawah-Nya. Karena itu tidak ada kesulitan dalam menghimpun bagian-bagian satu badan dan membentuk fisiknya pada hari kiamat.
2. Logika dan arguman membuat akal puas, namun hati tak menjadi tenteram. Untuk mencapai keyakinan hati, jalannya ialah memperhatikan nikmat dan kekuasaan Allah Swt.

 

Ayat ke 261

Artinya:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Ayat ini dan 14 ayat selepasnya membicarakan tentang infak dan haramnya riba. Seperti yang anda ketahui, dalam setiap masyarakat, biasanya terdapat perbedaan pendapatan atau penghasilan masyarakat yang bersumber dari beragamnya pekerjaan yang dimiliki. Dari kejadian bencana alam seperti banjir, gempa bumi, paceklik dan kemarau, atau kebakaran, perampokan, penyakit, hilang pekerjaan dan lain-lainnya menyebabkan sebagian individu dalam masyarakat hilang pekerjaannya dan tidak mampu memenuhi kehidupan.

Apakah jalan penyelesaian untuk masalah-masalah ini? Apakah kelompok masyarakat ini harus dibiarkan terlantar begitu saja menghadapi kehidupan yang tidak menentu? Atau haruskah mereka mengulurkan tangan kepada orang-orang kaya dan meminjam dengan perlu membayar bunganya sehingga akhir umur? Hal ini yag disebut riba dan merupakan satu dari penyakit-penyakit ekonomi masyarakat. Karena dengan mengambil riba orang kaya menjadi bertambah kaya dan orang miskin menjadi bertambah melarat, akibatnya adalah jurang pemisah antara lapisan masyarakat semakin membesar.

Akan tetapi Islam mengharamkan riba dan sebagai gantinya menganjurkan persaudaraan dan persamaan dikalangan Muslimin dengan menggalakkan mereka memberi infak di jalan Allah. Berkenaan motivasi orang yang memberi pinjaman dengan mengambil riba untuk menambahkan kekayaannya, Allah Swt berfirman dalam ayat ini,"Melalui infak pun apa yang kalian berikan pada jalan Allah akan bertambah, bahkan sehingga tujuh puluh kali lipat. Diri dan hartamu akan berkembang menjadi sumber berkembangnya masyarakat dan pembasmi kefakiran."

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Infak dan pertolongan kepada orang yang memerlukan dalam masyarakat sekiranya karena Allah, dengan niat yang murni dan dari harta yang halal, bukan saja tidak mengurangi harta, bahkan penyebab kepada berkembangnya individu dan masyarakat.
2. Kemurahan Tuhan tiada batasnya dan Allah akan mengaruniakan kepada siapapun berdasarkan usaha dan kemampuannya.

 

Ayat ke 262-263

Artinya:

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

Lanjutan dari ayat sebelumnya yang menyeru masyarakat memberikan infak di jalan Allah, ayat ini mengajarkan cara infak yang benar dan mengatakan, "Kalau kalian memberikan sesuatu di jalan Allah kepada orang-orang yang lemah, janganlah kalian mengharapkan sesuatu imbalan daripada mereka dan jangan pula menyakiti hati mereka dengan kata-kata kalian. Ketahuilah apa yang kalian berikan bukanlah berasal dari diri kalian sehingga kalian mengharapkan balasan dari mereka. Namun itu adalah harta Tuhan yang dikaruniakan kepada kalian. Bahkan orang-orang yang tidak berdaya tersebut memiliki hak atas kalian dengan menerima infak kalian sehingga dengan menerima infak tersebut bisa menjadi sebab untuk sampainya pahala kepada kalian.

Pada dasarnya, kalau infak dilakukan pada jalan Allah, manusia tidak mengharapkan balasan atau ucapan terima kasih dari siapapun. Oran yang seperti ini tidak akan merasa sedih atau menyesal, karena Allah menjamin masa depan para penginfak tersebut. Bahkan seandainya mereka tidak punya harta untuk diinfakkan, dengan wajah manis dan perkataan yang lemah -lembut mereka melayani orang-orang yang tidak berdaya, perbuatan ini lebih baik dari infak yang diiringi menyakiti dan menghina orang-orang yang tidak berdaya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Waspadalah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan untuk Allah, agar tidak tertimpa bahaya seperti takabbur, berharap atau menyebut-nyebut pemberian yang akan menghapus nilai amal tersebut.
2. Memelihara kehormatan Mukmin lebih penting dari bantuan materi dan jasmani.
3. Berusahalah agar kita tidak menghina dan mencela kehormatan orang lain.

Ayat ke 255

Artinya:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Ayat ini mengandung kata "Kursi" sehingga ayat ini masyhur dengan ayat "Kursi" yang menunjukkan keesaan Tuhan dalam zat dan sifat-Nya. Tauhid adalah pesan paling utama semua agama samawi. Tauhid menyebabkan terselamatkannya manusia dari penghambaan berhala-berhala dan tuhan-tuhan palsu. Tauhid adalah jalan kemerdekaan dan kebebasan, kebebasan dari penghambaan taghut dan penguasa zalim dan jalan untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan.

Kalimat "La ilaa ha illallah" merupakan kalimat yang dikenali dan tak asing, senantiasa memberikan kedamaian kepada sang bayi ketika baru lahir, dimana kalimat azan dikumandangkan untuk setiap bayi Muslim dan kian hari kalimat itu semakin mantap dengan dikumandangkan setiap hari di menara-menara masjid sebagai panggilan shalat. Artinya selain Dia (Allah), tidak ada yang layak disembah, kamal (kesempurnaan) dan jamal (keindahan) hanya milik-Nya, dan selain-Nya, siapa pun dan apa pun tidak memiliki kesempurnaan sehingga layak kita sembah dan cintai.

Kehidupan yang sejati adalah milik-Nya yang tidak mengenal fana' (kebinasaan) dan semua selain-Nya fana' dan sirna. Hanya Dia-lah yang tidak bergantung kepada orang lain dan selain-Nya pasti memerlukan-Nya. Dia tidak mengalami ngantuk, kelemahan dan tidur. Jika sekiranya Dia membiarkan alam sedetik saja tanpa pengendalian-Nya, maka tidak ada satu pun yang tertinggal. Dia-lah pemilik alam semesta dan semuanya adalah milik-Nya. Kenapa seorang hamba harus menyembah hamba yang serupa dengannya? Kenapa kita tidak meyembah pencipta dan pemilik kita, dan kita cari sesembahan selain Dia? Kendati orang-orang Musyrik menerima Tuhan sebagai pencipta alam, namun mereka melihat berhala-berhala sebagai pemberi syafaat.

Ayat ini menyatakan, tinggalkanlah perlindungan buatan dan palsu yang kalian buat sendiri. karena syafaat hanyalah berada di tangan para auliya Allah. Itupun dalam perkara yang diizinkan oleh Allah. Penutupan ayat mengistilahkan ilmu dan kekuasaan tak terbatas Tuhan dengan "Kursi" yang berartikan kursi pemerintahan agar dipahami bahwa Tuhan bukan hanya pemilik alam, melainkan penguasa dan mendominasi segala sesuatu atau maujudat dan tak ada satupun yang keluar dari kekuasaan-Nya dan pengelolaan-Nya.

Dari ayat ini kita ambil pelajaran bahw kita harus tundukkan kepala kita kepada sesembahan yang memiliki semua kesempurnaan baik dari segi ilmu dan cinta serta melepaskan diri dari segala jenis kelamahan dan kekurangan.

 

Ayat ke 256-257

Artinya:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Iman adalah urusan hati. Selamanya tidak bisa diperoleh dengan pemaksaan, hanya dengan argumen, akhlak dan nasehat. Keyakinan atau kepercayaan bisa meresap ke dalam hati manusia. Untuk keselamatan dan kesempurnaan, dari satu sisi Tuhan mengutus para nabi dan kitab-kitab Samawi supaya manusia selamat dari kesesatan dan dari sisi lain Ia memberikan kebebasan terhadap apa yang dikehendaki, ia bisa memilih.

Dengan alasan inilah para nabi sekali pun tidak memaksa seseorang untuk beriman karena iman dengan paksaan tidak berguna. Sekarang kalau seseorang lepas dari ikatan thagut dan kekuasaannya serta hanya menjadi hamba Tuhan, orang seperti itu berada dalam lindungan kekuasaan Tuhan dan Tuhan akan menjaga amal-amalnya, dimana ia akan selalu mendapat bimbingan.ke arah jalan yang benar dan terpelihara dari mara bahaya yang mengancam dirinya. Sebaliknya setiap yang menambatkan hatinya kepada selain Tuhan dan bergantung kepadanya, ketahuilah ia akan terjepit dalam kegelapan kebodohan, syirik dan khurafat. Dan ia tidak akan mendapatkan dirinya dalam jalan kebenaran dan cahaya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Agama memiliki nilai yang berpihak pada pengetahuan dan dipilih secara bebas atas dasar pilihan sendiri.
2. Jalan kebenaran adalah satu dan jalan kesesatan banyak karena itu dalam al-Quran kata-kata nur yang berarti cahaya dipakai dengan bentuk mufrad (tunggal) dan dzulumat yang artinya kegelapan digunakan dalam bentuk jamak.
3. Jalan kebenaran adalah cahaya yang merupakan sumber kebenaran, gerakan dan harapan serta ketenangan, sedangkan jalan kebatilan adalah kegelapan yang merupakan sumber kesesatan, kebodohan dan kekacauan.

 

Ayat ke 258

Artinya:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Seperti disebutkan dalam sejarah, Namrud adalah seorang Raja Babilon yang mengaku dirinya sebagai Tuhan. Ia menganggap rakyat sebagai hamba sahayanya. Ketika mendengar Ibrahim mengajak rakyat untuk menyembah Tuhan yang Esa, ia mengadakan dialog dengannya. Namrud mengatakan, "Setiap yang bisa dikerjakan Tuhanmu, akupun bisa melakukannya." Ibrahim pertamanya mengisyaratkan tema kematian dan kehidupan manusia yang merupakan kekuasaan Tuhan. Namrud memerintahkan supaya dibawakan dua tahanan. Satunya ia bebaskan dan yang satu lagi ia perintahkan dibunuh.

Dengan cara ini ia bisa mematikan setiap orang yang ia inginkan dan juga bisa membuat tetap hidup siapa saja. Meskipun ini adalah tidak lebih dari perbuatan mugholatahoh (mengada-ada). Tapi Ibrahim langsung menunjukkan terbitnya matahari dari timur yang menunjukkan kinerja Tuhan dan bertanya apakah Tuhanmu bisa membuat terbit matahari dari barat? Namrud tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut dan terdiam. Namun dengan semua argumen tersebut ia tidak bisa menerima kebenaran dan dalam ayat lain ia memerintahkan supaya Ibrahim di bakar di atas api.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kalau manusia tidak memiliki kapasitas ketika mencapai kekuasaan, daripada ia mengaku sebagai hamba Tuhan, ia malah mengaku sebagai Tuhan dan akhirnya ia terperangkap sifat takabbur dan tertipu.
2. Para Nabi mengajak manusia kepada Tuhan berdasarkan logika, namun ahli kebatilan tidak memiliki jalan lain kecuali mugholatoh (mengada-ada).

 

Ayat ke 259

Artinya:
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Seperti disebutkan dalam tafsir, peristiwa ini terjadi untuk Uzair salah seorang Bani Israel yang melewati kota yang sudah hancur. Kendati ia beriman kepada Tuhan dan hari kebangkitan, namun untuk membuat hatinya yakin, ia meminta kepada Tuhan memperlihatkan cara menghidupkan yang sudah mati. Dalam peristiwa tersebut, kekuasaan Tuhan benar-benar sangat jelas, bahan-bahan makanan yang sudah rusak selama 100 tahun tetap tidak berubah, namun tulang belulang keras menjadi rapuh dan dengan kekuasaan Tuhan, Ia mengembalikan kepada asal semula, dan yang paling penting, Uzair sendiri meskipun sudah melewati 100 tahun, namun tidak mengalami perubahan fisik, dan tampak seperti orang-orang yang sudah tidur kemudian bangun dari tidurnya.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Menghidupkan orang yang mati di hari kiamat bukan hal yang mustahil dan Tuhan memperlihatkan contohnya di dunia.
2. Tuhan memperlihatkan kekuasaan-Nya dengan cara yang berbeda-beda di dunia supaya manusia mengerti bahwa Tuhan mampu melakukan apa saja sehingga dalam urusan kebangkitan tidak mengalami keraguan lagi.