Abul Fadhl, Teladan Pengorbanan Dan Sifat Ksatria

Rate this item
(0 votes)
Abul Fadhl, Teladan Pengorbanan Dan Sifat Ksatria

 
Hari ke empat bulan Sya'ban tahun 26 Hijriah, kota

Madinah seakan-akan mendapat pancaran cahaya ilahi dengan

kelahiran Abbas putra Ali bin Abi Talib as. Bayi yang

baru lahir ini dikemudian hari akan tercatat dalam

sejarah berkat keberanian dan pengorbanannya yang tinggi

bagi kejayaan Islam serta nilai-nilai kemanusiaan. Bukan

hanya umat Islam yang bangga dengan Abbas bin Ali bin Abi

Talib, orang-orang kafir pun merasa bangga terhadap putra

Ali yang satu ini.

 

Ketika berita kelahiran Abbas disampaikan kepada Ali bin

Abi Talib, beliau bergegas pulang ke rumah dan dengan

hangat memeluk sang bayi. Wajah bayi yang baru melihat

dunia ini mendapat hujanan ciuman dari sang ayah. Dengan

khidmat Imam Ali mengumandangkan azan di telinga kanan

anaknya dan iqomah di telinga kirinya. Kemudian Imam Ali

memberikan infak kepada mereka yang membutuhkan demi

keberkahan anaknya.

 

Sang ayah menyaksikan cahaya ilahi dalam wajah anaknya

khususnya sifat ksatria dan gagah berani dengan jelas

terpancar dari tubuh bayi tersebut. Oleh karena itulah

Imam Ali memberikan nama bayi ini Abbas yang artinya

singa. Di kemudian hari bayi ini cemerlang hidupnya dan

tidak pernah menyerah pada kezaliman khususnya di saat

kezaliman memenuhi kehidupan manusia. Imam Ali dengan

teliti mendidik dan membesarkan Abbas dengan membekalinya

keimanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Imam Ali

memperlakukan Abbas serupa dengan anak-anaknya yang lain

dan beliau tidak pilih kasih dalam mendidik anaknya.

 

Abul Fadhl juga mendapat kesempatan untuk menimba ilmu

dan nilai-nilai kemanusiaan dari dua penghulu pemuda

surga, Imam Hasan dan Husein, cucu Rasulullah Saw dan

sekaligus saudara seayahnya. Kedekatan Abul Fadhl dengan

cucu Rasulullah khususnya Imam Husein membuat dirinya

banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat mulia Abu Abdillah,

Husein bin Ali bin Abi Talib.

 

Imam Husein yang melihat dengan jelas sifat-sifat mulia

yang dimiliki Abul Fadhl membuat beliau sangat menyayangi

saudaranya ini. Kedekatannya dengan cucu Rasulullah

membuat Abul Fadhl mencapai tingkat kesempurnaan relijius

dan menjadikannya manusia saleh. Upaya tak kenal lelah

Abul Fadhl membela sesamanya dan pengorbanannya demi

mensukseskan cita-citanya telah membuat umat manusia

tercengang dan namanya bersinar terang sepanjang sejarah.

 

Abul Fadhl selama 14 tahun berada di bawah didikan

langsung ayahnya, Ali bin Abi Talib as, bahkan disebutkan

pula remaja keturunan manusia suci ini kerap turut andil

di peperangan selama ayahnya menjadi khalifah umat Islam.

 Bahkan para sejarawan berlomba menceritakan kepahlawanan

serta keberanian remaja ini di perang Siffin. Ketika

pasukan Muawiyah memblokade sumber air dan pasukan Imam

Ali mulai kekurangan suplai air minum, Imam Ali

memerintahkan pasukannya untuk mendobrak penjagaan musuh

terhadap sumber air. Di antara pasukan tersebut terlihat

Abbas kecil bersama saudaranya Imam Husein yang berlomba

menghalau pasukan musuh dan merebut sumber air.

 

Abul Fadhl tidak hanya terkenal karena keberaniannya di

medan perang. Pemuda Ahlul Bait ini juga dikenal memiliki

ideologi khusus di  proses politik yang tengah

berlangsung di tengah masyarakat sehingga beliau dengan

jelas memahami antara kekafiran dan kemunafikan. Di

kepribadian beliau terkumpul berbagai sifat mulia,

kehidupan sederhana, ibadah dan ketinggian ilmu.

 

Keberanian, pengorbanan dan sifat ksatria tercermin

kental dalam sosok Abul Fadhl, putra Ali bin Abi Talib.

Sifat-sifat tersebut membuat namanya abadi dan menjulang

tinggi. Dengan mengibarkan nilai-nilai kemanusiaan,

moral, kebenaran dan keadilan, Abul Fadhl telah melakukan

perombakan besar-besaran ideologi dan moral masyarakat.

Sejarah memiliki tokoh-tokoh pemicu perubahan cukup

banyak. Namun sosok Abul Fadhl memiliki keunikan

tersendiri dalam melakukan perubahan di tengah

masyarakat. Apa yang dilakukan oleh putra Ali ini

bersumber dari keikhlasan dan kecintaan. Oleh karena itu,

perjuangannya untuk mencapai keadilan, kebenaran dan

keimanan dibarengi dengan kesabaran.

 

Mengenai keutamaan Abbas, Imam Jakfar Shadiq as berkata,

"Pamanku Abbas bin Ali memiliki pandangan yang tajam dan

iman yang tebal. Ia senantiasa berada di samping Abu

Abdillah Husein dan berjuang bersamanya. Abul Fadhl

berhasil lulus dalam ujian dan meneguk cawan syahadah."

Adapun terkait kedudukan Abbas bin Ali, Imam Jakfar as

berkata," Segala puji bagi Allah Swt dan para malaikat-

Nya. Salam sejahtera bagi para nabi dan orang-orang

saleh. Salam bagi seluruh syuhada dan orang-orang yang

jujur. Salam sejahtera bagi Abbas bin Ali bin Abi

Thalib."

 

Pada kesempatan lain, Imam Shadiq as menjelaskan tentang

keberanian dan pengorbanan Abbas bin Ali, dan berkata,

"Aku bersaksi bahwa engkau (Abbas bin Ali) telah

melaksanakan tugas amar ma'ruf dengan sempurna, dan

engkau telah menjalankan hal itu dengan seluruh

kemampuanmu. Aku bersaksi bahwa engkau tidak pernah

membiarkan rasa lemah, takut, dan ragu-ragu menguasai

dirimu, dan engkau memilih jalanmu hanya berdasarkan

kesadaran dan pandangan hati. Engkau mengikuti jejak

orang-orang saleh dan para nabi."

 

Keberanian dan pengorbanan Abbas ini lahir dari makrifat

dan pengetahuannya tentang agama dan cita-cita Ilahi.

Kematangan pengetahuan itu membuat beliau rela berkorban

di jalan Allah Swt. Abbas belajar dari ayahnya bahwa

hidup harus memiliki tujuan. Karena itu alangkah mulianya

jika hidup manusia dibaktikan di jalan Ilahi dalam

menyebarkan dan meneguhkan nilai-nilai kemanusiaan dan

memerangi kemungkaran dan ketidakadilan.

 

Keimanan dan ketakwaan merupakan kunci kemenangan para

tokoh dalam menghadapi musuh-musuh Allah Swt. Abbas telah

menghiasi diri dengan sifat tersebut dan sejak kecil

membangun hubungan mesra dengan Sang Pencipta. Gairah

iman dan takwa beliau selalu berkobar di sepanjang masa

hidupnya, sehingga prilaku dan tindakan beliau senantiasa

dihiasi dengan akhlak mulia. Dari segi keilmuan dan

spiritualnya, Abbas bin Ali dikenal sebagai tokoh yang

amat bertakwa, berperilaku saleh dan menjadi kepercayaan

masyarakat. Siapapun yang mengenalnya niscaya mengakui

beliau sebagai seorang yang bijak dan mulia. Sikapnya

yang terbuka dan ramah membuat siapapun tertarik kepada

beliau.

 

Mengingat keilmuannya yang tinggi, Abbas selalu menjadi

rujukan masyarakat dan tumpuan mereka dalam mendiskusikan

berbagai masalah. Ia juga dikenal memiliki pengetahuan

agama yang mendalam, baik di bidang fiqih maupun akidah.

Abul Fadhl atau Abbas bin Ali dijuluki pula sebagai Babul

Hawaij (Seseorang yang memenuhi keinginan dan keperluan

orang lain) lantaran kebiasaan beliau yang selalu

membantu dan menolong orang yang memerlukan.

 

Sikap rela berkorban adalah karakter utama kepribadian

Abbas bin Ali. Pengorbanan agungnya itu ia pentaskan

dengan begitu indahnya di medan Karbala. Hingga masa-masa

akhir hidupnya, ia masih menjadi penolong setia Imam

Husein as. Sampai-sampai tiap kali nama Imam Husein as

disebut dalam mengenang peristiwa Asyura, maka nama Abul

Fadhl pun akan terucap pula. Abbas bin Ali adalah pembawa

panji pasukan Imam Husein as dalam peristiwa kebangkitan

Karbala.

 

Imam Jakfar as meriwayatkan dari Nabi yang bersabda,

“Sifat ksatria umatku memiliki sepuluh tanda, jujur, suka

memenuhi janji, melaksanakan amanat, tidak berbohong,

menyantuni anak yatim, mengeluarkan infak dari rejeki

yang ia terima, suka berbuat baik, senang menerima tamu,

baik hati serta memiliki rasa malu.”

Read 1720 times