کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 31 Maret 2015 11:33

Keutamaan Sayidah Zainab

Lembaran sejarah mencatat kelahiran manusia agung yang memainkan peran penting di tengah masyarakat. Perempuan juga hadir di berbagai bidang dari sosial, politik hingga budaya yang mengubah sejarah dunia. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai para wanita penentu sejarah. Sayidah Zainab Kubra merupakan salah satunya.

Putri  Ali bin Abi Thalib ini dilahirkan pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun kelima Hijriah di Madinah. Beliau diasuh dan dibesarkan oleh manusia agung sepanjang sejarah yaitu, Nabi Muhammad Saw, Imam Ali  dan Sayidah Fatimah. Selain itu, beliau adalah saudari dari dua pemuda penghulu surga, Imam Hasan dan Imam Husein.

Sayidah Zainab merupakan salah satu wanita yang menjadi contoh bagi seluruh perempuan di berbagai bidang. Zainab tidak hanya berkaitan dengan masa lalu, tapi juga hari ini dan esok. Sebab, kemuliaan manusia, pengabdian, penghambaan, perjuangan untuk menegakkan keadilan, kemerdekaan dan kebenaran adalah nilai-nilai yang tidak terkait hanya untuk periode khusus atau masyarakat tertentu saja.

Manusia besar melampaui sejarah hidupnya. Zainab Kubra, termasuk wanita yang berada dalam naungan pancaran cahaya imamah. Sejak kecil, Zainab berada di pangkuan risalah dan imamah. Sayidah Zainab telah menghiasi diri dengan ketinggian akhlak, kesempurnaan spiritualitas dan keagungan perilaku.

Sayidah Zainab mewarisi ilmu dan marifat Rasulullah Saw. Martabat dan harga diri Sayidah Zainab as mirip dengan Sayidah Khadijah, dan kesucian serta kesederhanaan serta kesopanannya bak Sayidah Fatimah as. Kezuhudan, kefasihan dan retorika Zainab dalam berpidato mirip dengan Imam Ali as. Beliau juga memiliki kelembutan dan kesabaran seperti Imam Hasan, serta keberanian dan keteguhan hati sebagaimana Imam Husein as.

Kini, lebih dari 1.400 tahun berlalu sejak wafatnya Sayidah Zainab. Meskipun demikian, Zainab senantiasa hidup sepanjang sejarah yang tetap memberikan spirit baru. Zainab merupakan figur yang menjadi teladan bagi seluruh wanita dunia. Beliau adalah wanita besar dunia Islam, orator dan guru besar yang menjelaskan peristiwa penting Asyura kepada masyarakat. Zainab juga hadir dalam peristiwa Asyura, baik ketika tragedi itu terjadi dan setelahnya, serta pembelaan beliau terhadap kebenaran yang dibawa Imam Husein merupakan teladan sepanjang sejarah.

Suara perlawanan Sayidah Zainab melawan kezaliman dan menegakkan keadilan senantiasa tertancap di jantung sejarah. Ketika beliau menjadi perempuan yang ditawan oleh pasukan Yazid, bersama tawanan lainnya pasca terjadinya tragedi Karbala memasuki Istana Yazid, semua orang menanti putri Sayidina Ali ini meminta maaf kepada putra Muawiyah yang membantai Imam Husein. Tapi, Sayidah Zainab dengan keberanian dan keahlian retorikanya menunjukkan kesalahan Yazid di istananya sendiri.

Sayidah Zainab tegar berdiri di hadapan orang-orang zalim Dinasti Umayah  dan menyampaikan kebenaran yang dibawa Imam Husein, hingga beliau dan pengikutnya syahid di padang Karbala. Pidato Sayidah Zainab bukan hanya mengguncang pilar-pilar kezaliman Dinasti Umayah, tapi lebih dari itu menghantam sistem rusak di sepanjang sejarah.

Dalam kondisi sulit dan kalah secara militer, ketika kepala para syuhada diarak di ujung tombak musuh, dan kondisi paling mengenaskan, Sayidah Zainab menyampaikan pidato yang ditujukan langsung kepada Yazid bin Muawiyah, yang saat itu mengklaim sebagai khalifah kaum Muslimin. Zainab berkata, "Tuhanku! Ambillah hak kami dari orang-orang lalim, dan kirimkanlah kemarahan-Mu kepada orang yang menumpahkan darah kami di bumi, dan membunuh para pendukung kami, ".

Yazid dan pengikutnya menyebarkan propaganda luas supaya langkah Imam Husein dianggap sebagai gerakan bughot dan bertentangan dengan kepentingan umat Islam. Yazid menyebarkan fitnah bahwa Imam Husein as sedang mengejar kekuasaan dan materi dalam revolusinya sehingga ia dengan mudah menumpas para penentangnya. Namun Sayidah Zainab telah menjadi penghalang propaganda itu, dan bahkan juga mengungkap kejahatan dan kebusukan Yazid dan pengikutnya.

Dalam pidatonya yang berapi-api, Sayidah Zainab telah mengguncang pemikiran keliru masyarakat di masa itu. Warga Kufah yang hampir 20 tahun tidak mendengar pidato Imam Ali as, mereka terhentak dengan suara Zainab as yang nadanya seperti perkataan Ali as.

Perkataan seorang perempuan yang menjadi tawanan Yazid menguncang legitimasi pemerintah Bani Umayah. Zainab dengan kecerdasan, kefasihan dan keindahan bahasanya, mengingatkan kepada ayahnya, Ali bin Abi Thalib.

Putri Ali bin Abi Thalib berkata, "Musibah besar menyebabkanku terpaksa harus berbicara dengan orang sepertimu [Yazid] ! Aku melihatmu lebih kecil dari kedudukan zahirmu saat ini. Engkau hina ! Mengapa aku tidak memakimu, ketika aku terluka karena kehilangan orang-orang tercinta. Oh ! Aneh sekali manusia besar yang berada di jalan Tuhan tewas di tangan setan ! Tangan berdarahmu, telah berlumuran darah kami Ahlul Bait Rasulullah Saw, dan mulut kalian dipenuhi sesak oleh daging kami. Ya ! Sesungguhnya bukan tempatnya untuk malu ketika hidup di atas bumi ini dengan bersih dan suci. Srigala gurun liar menerjang mereka dan engkau [Yazid] dengan sombong menduduki singgasana ?"

Zainab menegaskan sebuah poin penting bahwa Ahlul Bait Rasulullah Saw tidak akan bisa dihapus dari sejarah. Putri Ali bin Abi Thalib ini berkata, "Yazid, jika ingin menipu dan makar, maka lakukanlah. Tapi ketahuilah engkau tidak akan bisa  menghapus [dalam sejarah] orang-orang mengingat kami. Engkau tidak memiliki kemampuan untuk memusnahkan kami, dan memadamkan orang-orang yang mengingat kami. Suatu hari kebenaran akan datang dengan meneriakkan "Laknat Tuhan bagi orang-orang zalim".

Kemudian, Sayidah Zainab mengakhiri pidatonya dengan bersyukur kepada Allah swt. Beliau berkata, "Kini, aku menyampaikan rasa syukur kepada Allah swt yang memulai kehidupan Ahlul Bait dengan syahadat dan ampunan, serta mengakhiri dengan syahadat dan ampunan serta rahmat ilahi. Tuhanku, tambahkanlah pahala bagi syuhada kami dan nasib kami berada di tangan-Mu." Dengan pidato ini, Sayidah Zainab menunjukkan bukan hanya kesyahidan saudaranya, Imam Husein bin Ali sebagai sebuah keindahan.Tapi lebih dari itu, putri Ali bin Abi Thalib ini menggambarkan ditawannya Ahlul Bait sebagai puncak keindahan.

Sayidah Zainab melampaui sejarah. Beliau menunjukkan nilai harga diri keberanian dan ketinggian jiwa kesatria sebagai pakaian kemuliaan. Dalam keadaan sebagai tawanan, putri Ali bin Abi Thalib ini meniupkan optimisme menghadapi kezaliman. Wanita agung ini memberikan pelajaran bagaimana menghadapi kelaliman kapada umat manusia sepanjang sejarah. Seorang perempuan dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun mampu menampakkan cahayanya menerangi masyarakat di bidang politik dan sosial yang berada dalam kegelapan.(

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menghadiri majlis doa dan tahlilan untuk almarhumah ibunda Presiden Republik Islam Iran.

Seperti dilaporkan IRNA, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menghadiri acara doa dan tahlilan untuk almarhumah Sakineh Peivandi, ibunda Presiden Hassan Rouhani yang digelar sebelum shalat Zuhur  di Tehran, Rabu (25/3).

Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pejabat negara, militer, perwakilan partai dan organisasi politik, ekonomi, dan sosial, serta duta-duta besar.

Sakineh Peivandi, ibunda presiden Iran, wafat pada hari Jumat di usia 90 tahun.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, penghapusan sanksi anti-Iran harus menjadi bagian tak terpisahkan dari kesepakatan nuklir potensial antara Iran dan Kelompok 5+1, dan bukan sebagai hasil akhir dari pembicaraan.

Dalam pidatonya yang disampaikan bertepatan dengan tahun baru Iran di kota Mashhad, Sabtu (21/3/2105), Rahbar menyinggung pembicaraan nuklir yang sedang berlangsung antara Iran dan Barat.

Ayatullah Khamenei menuturkan, bangsa Iran tidak takut terhadap sanksi lebih lanjut dan manuver militer dan mereka akan melawannya. ÔÇ£Baik tim negosiasi, maupun bangsa Iran yang mendukung tim tersebut, tidak akan pernah menyerah terhadap intimidasi,ÔÇØ tegasnya.

Penghapusan sanksi anti-Iran, tegas Rahbar, harus dibahas sebagai bagian dari perundingan nuklir dan tidak boleh dianggap sebagai hasil dari pembicaraan.

Ayatullah Khamenei menandaskan, "AS mengatakan 'kami menandatangani perjanjian dan memonitor perilaku Iran dan kemudian menghapus sanksi.ÔÇÖ Ini adalah salah dan tidak dapat diterima dan Iran tidak akan pernah menerima ini. Ini adalah taktik AS. Penghapusan sanksi harus menjadi bagian dari kesepakatan.ÔÇØ

Rahbar lebih lanjut menerangkan, negosiasi dengan AS hanya menyangkut kasus nuklir dan tidak mencakup isu-isu regional atau masalah yang berkaitan dengan urusan internal Iran, termasuk bidang pertahanan.

"Iran dan AS memiliki pandangan yang berlawanan soal isu-isu regional. Kami menginginkan keamanan dan ketenangan di kawasan, tetapi kekuatan-kekuatan arogan pimpinan AS mengejar kebijakan menabur ketidakamanan di kawasan, ini jelas kebalikan dari tujuan kita,ÔÇØ tandasnya.

Menyinggung pesan Nowruz Presiden Barack Obama yang ditujukan kepada bangsa Iran, Rahbar mengatakan, "Pesan Nowrouz Obama termasuk pernyataan yang tidak jujur dan klaimnya tentang persahabatan dengan orang-orang Iran juga tidak tulus."

ÔÇ£Klaim Obama bahwa ada orang-orang di Iran yang tidak ingin kasus nuklir diselesaikan melalui diplomasi adalah dusta,ÔÇØ tambahnya.

Berbicara tentang konsentrasi musuh terhadap roda perekonomian Iran, Ayatullah Khamenei menganggap AS sebagai faktor utama tekanan terhadap Iran, dan menandaskan, ÔÇ£Mereka secara jelas menyatakan tekanan ekonomi itu bermotif politik sehingga rakyat Iran menentang sistem Republik Islam dan merusak keamanan luar biasa di Iran.ÔÇØ

 

Menurut Rahbar, jalur Iran dalam memperoleh teknologi nuklir damai sudah mantap dan tidak ada jalan untuk kembali. ÔÇ£Iran dalam perundingan telah mematuhi semua perjanjian internasional dan etika politik Islam, namun mereka telah ingkar janji dan bersikap curang,ÔÇØ tegasnya.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, Amerika Serikat pada detik-detik berakhirnya perundingan selalu memperkeras nada bicara mereka untuk merealisasikan tujuan-tujuannya, di mana tipu daya ini harus diwaspadai.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengemukakan hal itu dalam pidatonya terkait perundingan nuklir antara Tehran dan Kelompok 5+1 selama pertemuan dengan anggota-anggota Dewan Ahli Kepemimpinan Iran, Kamis (12/3).

Ia menambahkan, tim perunding nuklir Iran adalah orang-orang yang baik, terpercaya dan diterima, dan mereka sekarang sedang bekerja demi kebaikan negara.

Namun, kata Rahbar, pihak lawan runding adalah orang-orang yang licik, di mana mereka akan melancarkan tipu daya dan menusuk dengan belati dari belakang.

Terkait kekeliruan umum bahwa orang-orang yang kuat tidak membutuhkan tipu daya dan kelicikan, Ayatullah Khamenei menuturkan, sebagian orang berpikir bahwa AS yang memiliki kekuatan politik, ekonomi dan militer tidak membutuhkan tipu daya, namun bertentangan dengan persepsi ini, para pejabat AS sangat membutuhkan tipu daya dan kelicikan, dan sekarang mereka sedang mempraktekkannya, dan realitas ini mengkhawatirkan kita.

Rahbar lebih lanjut menilai surat terbaru para senator AS berisi tanda-tanda kerusakan moral politik dalam pemerintahan negara itu.

Ia menuturkan, semua negara dunia komitmen dengan kewajibannya meski ada perubahan dalam pemerintahan mereka, dan hal ini sesuai dengan aturan yang diterima oleh dunia internasional, namun para senator AS secara resmi mengumumkan bahwa jika pemerintahan sebelumnya berakhir, maka kewajibannya juga akan dianggap batal.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menyinggung pernyatan rendah dan menjijikkan dari para pejabat AS dalam beberapa hari terakhir.

Ketika badut Zionis ini berbicara di Kongres, para pejabat AS menyampaikan sesuatu sebagai upaya cuci tangan, tapi isi dan poinnya tetap saja menuding Iran sebagai pendukung terorisme, di mana statemen ini benar-benar menggelikan, jelasnya.
Ayatullah Khamenei mengatakan, AS dan sekutunya di kawasan membentuk kelompok-kelompok teroris paling jahat dan bejat yaitu ISIS dan semisalnya, dan mereka mendukung kelompok-kelompok itu, kemudian bangsa Iran dan Republik Islam yang dituding melakukan pekerjaan tersebut.

Rahbar lebih lanjut mengingatkan kembali dukungan pemerintah AS kepada rezim ilegal Zionis Israel, dan mengatakan, Washington mendukung penuh sebuah rezim yang secara resmi mengakui keterlibatannya dalam tindakan terorisme, namun dalam waktu yang sama tetap melempar tudingan kepada Iran.

Ketua dan anggota Dewan Ahli Kepemimpinan Iran bertemu dengan Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran.

Dalam pertemuan yang digelar pada Kamis (12/3), Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, tim yang ditunjuk presiden Iran untuk berunding dengan Barat tentang isu nuklir negara ini adalah orang-orang yang baik, dapat dipercaya dan belas kasih.

Mereka, kata Rahbar, sedang berusaha bagi kebaikan negara, namun saya khawatir mengingat pihak lawan runding adalah orang-orang yang licik, di mana mereka akan melancarkan tipu daya dan menusuk dengan belati dari belakang.

Ayatullah Khamenei menambahkan, setiap kali kita dekat dengan akhir perundingan yang telah ditentukan, nada lawan runding khususnya Amerika Serikat lebih keras dan kasar, ini adalah bagian dari trik dan kelicikan mereka.

Selasa, 31 Maret 2015 11:28

Rencana Baru Israel Aneksasi Tepi Barat

Militer rezim Zionis Israel dalam sebuah keputusannya mengkonfirmasikan penerapan hukum pidana Israel di bumi pendudukan. Di keputusan tersebut dijelaskan syarat penangkapan dan proses peradilan warga Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan.

Sementara itu, bangsa Palestina dalam reaksinya menilai keputusan ini sebagai persiapan aneksasi Tepi Barat oleh Israel. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan keputusan HAM dan kesepakatan Jenewa. Dijadwalkan hukum pidana Israel bakal dilaksanakan di Tepi Barat mulai awal Juni. Putusan penerapan hukum ini dirilis oleh komandan militer Israel di wilayah pusat. Putusan ini sejak 10 tahun lalu hingga kini terus menjadi perdebatan dinas keamanan Israel.

Petinggi Israel mengklaim bahwa pelaksanaan hukum pidana rezim ini akan menjamin hak-hak warga Palestina yang ditangkap dan diadili oleh pengadilan Israel. Hak tersebut dari sisi pembelaan diri dan keringanan masa tahanan. Namun demikian Hana Isa, pakar hukum Palestina mengatakan, Israel di undang-undang ini sejak awal menetapkan tahanan Palestina sebagai penjahat, padahal tawanan Palestina bukan penjahat, namun tawanan perang yang ditangkap oleh militer Israel di tanah air dan rumah mereka.

Berdasarkan kesepakatan Den Haag dan perjanjian Jenewa yang diratifikasi tahun 1949, hak-hak tawanan perang, harta dan jiwa mereka harus terjamin keamanannya oleh penjajah. Namun rezim Zionis sejak tahun 1948, ketika menjajah Palestina hingga kini belum pernah mengakui hak bangsa Palestina di negaranya sendiri. sebaliknya Israel mengacuhkan keputusan internasional dengan pembantaian massal warga Palestina dan merusak rumah mereka serta merampas harta bendanya.

Oleh karena itu, menurut keyakinan bangsa Palestina, petinggi Israel dengan menggulirkan ide penerapan hukum pidana rezim ini di Tepi Barat tengah berusaha menguasai penuh Tepi Barat dan memasukkannya ke dalam wilayah mereka. Upaya ini didukung dengan penangkapan ilegal dan proses pengadilan sandiwara.

Dalam hal ini Wasil Abu Yusuf, anggota Komisi Eksekutif PLO mengatakan, statemen rezim Zionis untuk menerapkan hukum pidana di Tepi Barat sama halnya dengan tidak mengindahkan kesepakatan, perjanjian dan hukum internasional, khususnya kesepakatan Jenewa dan resolusi PBB.

Berdasarkan perjanjian ini, bumi pendudukan tahun 1967, khususnya Tepi Barat adalah wilayah pemerintah Palestina dan rezim Zionis tidak diperkenankan menerapkan hukum pidana di daerah ini. Palestina sejak November 2012 masuk menjadi anggota pengamat di PBB dan rencannaya dalam waktu dekat akan mengajukan gugatan hukum kepada Mahkamah Kriminal Internasional atas kejahatan rezim Zionis.

Hari keenam perundingan nuklir antara Republik Islam Iran dan Kelompok 5+1 di Lausanne, Swiss berlanjut hari ini, Selasa (31/3). Meskipun isu-isu kompleks belum terselesaikan, namun ada harapan tinggi untuk mencapai kesepakatan.

Hamid Baidinejad, Ketua Delegasi Pakar Iran dalam wawancara dengan wartawan di hotel  Beau Rivage, Lausanne, Selasa petang, mengatakan, perundingan berlanjut di semua level dan sewaktu-waktu mungkin akan terjadi perubahan.

Menurutnya, ada beberapa kasus yang masih diperdebatkan, dan isu-isu yang diperselisihkan itu penting namun tidak hanya berkaitan dengan Iran saja, di mana Kelompok 5+1 sendiri harus mencapai kesepakatan tentang isu-isu itu.

Pembahasan-pembahasan terpenting yang masih diperdebatkan terfokus pada tiga hal: pertama, mengenai pencabutan sanksi. Kedua, terkait penelitian dan pengembangan aktivitas riset nuklir damai di Iran, dan ketiga adalah terbentuknya lingkaran keputusan terakhir dan kemauan politik yang memungkinkan negosiasi dapat melewati hambatan dan mendorong penentuan mekanisme yang diperlukan untuk penulisan dokumen perjanjian.

Masalah lainnya yang masih diperselisihkan adalah terkait periode dan jangka waktu kesepakatan. Selain itu, ada pula persoalan-persoalan teknis nuklir yang akan disepakati di bagian lain.

Pertanyaannya adalah apakah hingga Selasa tengah malam semua persoalan akan terselesaikan, dan jika tidak tercapai kesepakatan, apa opsi-opsi yang akan ditawarkan?

Sejumlah sumber mengatakan, jika hambatan-hambatan yang ada dapat diatasi, maka perundingan akan mengalami kemajuan, dan pihak-pihak yang terlibat negosiasi akan tetap berada di Lausanne hingga hari Kamis. Saat ini, semua perhatian terfokus pada kondisi yang ada, dan ditegaskan bahwa semua harus terselesaikan dalam perundingan Lausanne.

Ada satu asumsi bahwa perundingan berhenti dan kemudian dilanjutkan kembali, namun jika hal ini terjadi, maka situasi semakin rumit. Sebab, gerakan-gerakan sabotase gencar dilakukan untuk merusak proses perundingan tersebut seperti yang telah dan sedang terjadi.

Salah satu upaya untuk merusak perundingan itu adalah manuver di Kongres Amerika Serikat yang mayoritasnya dikuasai oleh kubu Republik yang menentang kebijakan Presiden Barack Obama. Mereka mengatakan, jika perundingan nuklir tidak mencapai hasilnya, maka pada tanggal 14 April, sanksi-sanksi baru terhadap Iran akan diterapkan, di mana arti dari semua peristiwa ini adalah kemungkinan berakhirnya semua perundingan.

Terlepas dari semua itu, sekarang berbagai upaya sedang dilakukan untuk mencapai kesepakatan. Hal ini menunjukkan keseriusan dari semua pihak yang berunding. Sebab, negosiasi adalah satu-satunya penyelesaian atas semua masalah dan solusi untuk mengakhiri sengketa buatan dan sia-sia Barat selama lebih satu dekade tentang program damai nuklir Iran.

Semua pihak menegaskan untuk tidak menyia-nyiakan peluang yang ada untuk mencapai kesepakatan. Meskipun tanggal 31 Maret bukan peluang terakhir, namun tenggat waktu tersebut adalah tahap penting untuk mencapai kesepakatan kelanjutan negosiasi dan tercapainya perjanjian komprehensif beserta rincian teknisnya.

 

Yang pasti, hingga sekarang belum bisa dikatakan berita apa yang akan muncul dari Lausanne pada hari ini, besok atau beberapa jam ke depan, dan bagaimana hasil dari 1,5 tahun diplomatik maraton yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.

Komandan Angkatan Laut Republik Islam Iran membantah sejumlah pemberitaan media regional bahwa kapal-kapal perang Mesir telah memaksa armada Angkatan Laut Iran meninggalkan Teluk Aden.

Laksamana Habibollah Sayyari mengatakan, pasukan AL Iran dengan kewenangan dan kekuatan penuh serta penghormatan terhadap hukum-hukum internasional, sedang berpatroli dan melaksanakan misinya di utara Samudera Hindia, serta mengamankan jalur transportasi dan perang melawan pembajakan. Demikian dilansir FNA, Selasa (31/3).

Pasukan ini, kata Sayyari, tidak akan pernah membiarkan peringatan yang tidak beralasan, dan berita yang dipublikasikan oleh media-media imperalis bahwa kapal-kapal Mesir telah memaksa armada AL Iran meninggalkan Teluk Aden sepenuhnya berita palsu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran membantah klaim dan tuduhan pengiriman senjata ke Yaman dan menilai tudingan tersebut sepenuhnya fiktif, palsu dan dusta.

Marzieh Afkham, Selasa (31/3), mengatakan, klaim-klaim palsu dan tak berdasar tidak akan pernah bisa menjustifikasi dan membenarkan serangan militer ke Yaman. Demikian dilansir kantor diplomasi media Kemenlu Iran.

Ia menjelaskan, perjanjian yang ditandatangani antara penerbangan Iran dan Yaman dalam kerangka kesepakatan terkait aktivitas penerbangan sipil dan perdagangan, dan sejak ditandatanganinya perjanjian ini hingga sekarang, telah dilakukan beberapa kali penerbangan sipil yang membawa bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan peralatan medis ke Sanaa, di mana kargo penerbangan-penerbangan itu diserahkan kepada Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran (IRCS).

Jubir Kemlu Iran lebih lanjut menyerukan lembaga-lembaga dunia khususnya Palang Merah Internasional untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada rakyat tak berdosa Yaman yang menjadi korban serangan udara militer Arab Saudi.

Afkham juga  menuntut penghentian agresi militer ke Yaman, dan menyatakan kesiapan IRCS untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke negara Arab itu.

Pertemuan kedua antara Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran dan para Menlu negara-negara anggota Kelompok 5+1 dimulai.

Seperti dilansir FNA, pembicaraan kedua antara Mohammad Javad Zarif dan timpalan-timpalannya dari negara-negara anggota Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Inggris, Perancis, Amerika Serikat ditambah Jerman) digelar di Lausanne, Swiss, Selasa (31/3) pagi.

Saat ini semua Menlu dari enam negara tersebut kecuali Rusia telah berada di Lausanne.

Mereka telah menggelar pertemuan pertama di Lausanne pada Senin pagi dengan dihadiri oleh Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa selama 1,5 jam.

Para Menlu negara-negara anggota Kelompok 5+1 juga telah saling bernegosiasi pada hari Ahad dan Senin.