کمالوندی
Genosida di Penjara Terbuka Terbesar di Dunia
Beberapa orang secara keliru menganggap rezim Zionis sebagai “apartheid”, namun kata ini tidak dapat menunjukkan identitas mereka yang keji dan anti-manusia sebagaimana adanya.
Kaum apartheid menganggap rasnya lebih unggul dibandingkan ras lain, namun mereka tidak mengingkari kemanusiaan ras lain, sedangkan Zionis pada umumnya tidak menganggap populasi non-Zionis sebagai manusia dan tidak memberi mereka hak untuk hidup.
Apa yang terjadi di Gaza mewakili bencana kemanusiaan besar-besaran dan genosida yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selama 75 tahun, kehidupan rakyat Palestina telah dihancurkan oleh rezim ilegal Zionis, dan Zionis telah melakukan kejahatan paling brutal terhadap orang-orang ini. 75 tahun, betapapun berat dan menyakitkannya, tidak pernah dipandang oleh beberapa negara yang mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia.
Anak-anak Gaza korban kekejian Israel
Citra Palestina bagi para pendukungnya selalu menjadi bingkai perang militer, penghancuran rumah, pengungsian dan kesyahidan; Namun kenyataannya adalah bahwa rakyat Palestina yang tertindas, bahkan setelah rumah mereka hancur, bahkan setelah hidup dan mati syahid mereka berakhir, masih belum aman dari tangan Zionis dan penganiayaan mereka. Gambar-gambar yang disiarkan mengenai kejahatan yang dilakukan oleh tentara rezim Zionis terhadap rakyat Gaza yang tertindas dan menderita menunjukkan kejahatan yang bahkan ditakuti oleh binatang.
Gaza bahkan disebut sebagai penjara terbuka terbesar di dunia, dan lebih dari 15 tahun diblokade total dari darat, udara dan laut oleh Israel. Selama kurun waktu tersebut, rakyat daerah ini sangat menderita. Tapi hari ini, dengan operasi militer yang dilancarkan Israel terhadap daerah ini, apa yang terjadi di Gaza lebih dari yang digambarkan. Rumah-rumah pemukiman dengan mudah menjadi sasaran militer Israel dan mengakibatkan kematian anggota sebuah keluarga secara bersamaan. Salah satu keluarga yang setelah 16 tahun menunggu, Tuhan akhirnya memberi mereka anak kembar empat, tapi mereka semua gugur dalam serangan terbaru Israel. Sementara sang ayah sangat berduka atas kematian istri dan keempat anaknya tersebut.
Pejabat rezim Zionis dlaam serangan gila-gilaan dan belum pernah terjadi sebelumnya ini berusaha menghapus Jalur Gaza dari peta. Di sisi lain, pemerintah negara-negara Barat sampai saat ini berulang kali mengumumkan dukungannya kepada Israel, dan senantiasa membenarkan serangan rezim penjajah Zionis ini.
Yoav Gallant, Menteri Perang Rezim Zionis, dengan tindakan yang tidak tahu malu, mengumumkan,“Saya memerintahkan blokade total terhadap Jalur Gaza. Tidak ada lagi listrik, makanan atau gas. Semua perbatasan harus ditutup. Perang kita hari ini adalah melawan hewan humanoid." Setelah perintah Menteri Energi rezim Zionis, pengiriman air dari Israel ke Jalur Gaza juga dihentikan, dan kini warga Gaza yang terluka dan anak-anak mereka kekurangan air, gas, listrik dan makanan, sebuah situasi itu tidak adil dalam perang apapun dan melukai hati setiap umat manusia.
Ada yang keliru menganggap Zionis sebagai “apartheid”, padahal istilah ini bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan sifat Zionis dan tidak bisa menunjukkan identitas mereka yang jahat dan anti-kemanusiaan sebagaimana adanya. "Apartheid" adalah kata dalam bahasa Belanda yang mengacu pada salah satu jenis diskriminasi rasial. Istilah ini berasal dari kebijakan diskriminasi rasial yang dilakukan oleh orang kulit putih rasis di bekas rezim Afrika Selatan, yang mereka gunakan terhadap mayoritas penduduk asli kulit hitam di negara tersebut. Pendukung apartheid menganggap ras mereka lebih unggul dibandingkan ras lain dan percaya bahwa ras lain tidak boleh mendapatkan fasilitas dan keistimewaan yang sama dengan ras mereka.
Jelas bahwa apartheid adalah fenomena yang anti-kemanusiaan, kejam dan jahat, namun dibandingkan dengan Zionisme, tingkat kejahatannya lebih rendah. Rezim yang berdasarkan apartheid tidak mengingkari kemanusiaan ras lain, namun menekankan superioritas rasnya sendiri dibandingkan ras lain. Namun, kaum Zionis pada dasarnya tidak menganggap suku dan penduduk non-Zionis sebagai manusia, dan mereka dengan berani percaya bahwa mereka diciptakan untuk mengabdi kepada Zionis dan tidak memiliki hak untuk hidup, serta membunuh dan membantai mereka adalah diperbolehkan dan membunuh mereka seperti membunuh binatang!
Gideon Levy, seorang reporter terkenal dan kolumnis surat kabar Haaretz, menyatakan, "Ada sebuah prinsip yang menjadi landasan bagi kita, orang Israel, meskipun kita melakukan langkah keji dan biadab, tapi kita hidup dalam kedamaian; Prinsip ini adalah dehumanisasi terhadap non-Yahudi; Kami pada dasarnya tidak menganggap non-Yahudi sebagai manusia, sehingga kita mendefinisikan hak asasi manusia bagi mereka!"
Saat ini di Gaza, banyak anak-anak tak berdosa bergelimang darah. Anak-anak terkafani karena kejahatan tinggal di rumah ibunya, dan ibu-ibu yang bukannya menyaksikan tumbuh kembang anaknya malah harus menumpahkan tanah ke atas jenazah anak-anak mereka. Tubuh setiap anak yang tak bernyawa dan berlumuran darah itu sendiri merupakan pemandangan yang akan membakar jiwa manusia, namun nampaknya hal ini malah membuat para tentara pembunuh anak rezim Zionis merasa lebih baik. Mereka gembira dengan menyaksikan kejahatan ini, bahkah mereka merasa berhak mendapat penghargaan karena melakukan hal ini.
Tentu saja, ini bukan pertama kalinya Zionis bangga atas pembunuhan anak-anak mereka. Ketika salah satu pengguna jejaring sosial X menerbitkan statistik tentang pembunuhan anak-anak oleh rezim Israel dan menulis,"Israel telah membunuh 4.000 anak sejak awal pendudukan." Akun Israel dalam bahasa Farsi menulis sebagai tanggapan terhadap pengguna ini, "Jika perlu, kami akan membunuh lebih banyak lagi!". Berdasarkan pengakuan rezim Zionis sendiri, mereka tidak akan pernah menghentikan kejahatan mereka. Dunia anak-anak tidak seharusnya berlumuran darah, dan siapa yang lebih tak berdaya dan tertindas dibandingkan anak-anak?
Moshe Dayan, salah satu komandan militer paling terkenal dari rezim pendudukan al-Quds, memainkan peran efektif dalam pendudukan Palestina dan pembantaian brutal terhadap orang-orang tertindas di negeri ini, dan dikenal karena pertumpahan darah dan kejahatan, khususnya pembantaian perempuan dan anak-anak Palestina. Surat kabar Prancis Expression dalam edisi 12, tertanggal Oktober 2012, mengutip para pejabat rezim Zionis dan menulis, "Moshe Dayan percaya bahwa para pemimpin Israel harus mengadopsi metode yang orang lain akan menganggap mereka sebagai "anjing gila"! Seekor anjing yang dengan ceroboh menyerang, menggigit, dan membunuh siapa pun yang diinginkannya!"
Tak diragukan lagi, mengingat klaim Zionis ini bahwa seluruh etnis pada dasarnya tidak mereka anggap sebagai manusia, apakah tidak boleh dikatakan bahwa para pemimpin negara yang mengakui secara resmi Israel atau ingin menjalin hubungan dengan rezim ini, disadari atau tidak, terlibat dalam kejahatan rezim ilegal ini ? Serta memberi ijin kepada rezim Zionis untuk memperlakukan mereka seperti hewan yang melayaninya ! Manusia yang memiliki hati dan pemerintah yang bertanggung jawab manakah yang bisa berdiam diri menghadapi kekejaman yang begitu kejam ? Ketidakpedulian otoritas internasional terhadap kejahatan besar ini merupakan ketidakadilan ganda terhadap rakyat Palestina yang tertindas dan jelas merupakan pengkhianatan terhadap kemanusiaan dan peradaban manusia.
Sejak hari Nakba tahun 1948, ketika Zionis mengusir lebih dari ratusan ribu warga Palestina keluar dari rumah mereka, hingga saat ini, rezim pendudukan Zionis telah melakukan kejahatan dan kekejaman yang tak terhitung jumlahnya, namun tidak diragukan lagi, kejahatan menyerang " Rumah Sakit Baptis al-Ahli" yang menyebabkan kematian lebih dari 470 perempuan dan anak-anak yang terluka dan sakit, merupakan titik balik dalam daftar kejahatan terhadap kemanusiaan rezim ini, dan sisi gelap rezim ini dan para pendukungnya akan selamanya tetap ada dalam sejarah.
Tidak diragukan lagi, semua negara yang dengan mengirimkan pasukan militer dan menyediakan segala jenis senjata mematikan serta dukungan politik, mendorong dan mensuport rezim ini dalam pembunuhan massal rakyat Gaza, dianggap sebagai kaki tangan dan mitra dari kejahatan rezim ini dan harus dibawa ke pengadilan yang kompeten dan harus bertanggung jawab terhadap hati nurani manusia dan sejarah dunia. Dalam hal ini, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran menganggap semua negara yang mendukung Israel, terutama Amerika Serikat, terlibat dalam kejahatan ini dan berkata, “Dalam kasus ini, Amerika Serikat jelas merupakan kaki tangan para penjahat; Artinya, dalam kejahatan ini, Amerika terlibat sepenuhnya dalam darah kaum tertindas, anak-anak, pasien, dan perempuan."
Oleh karena itu, aksi demonstrasi anti-Israel oleh berbagai warga negara-negara Eropa dan Amerika menunjukkan puncak kebencian dunia terhadap rezim Zionis dan para pendukungnya. Bangsa-bangsa yang sadar di seluruh dunia bangkit, tua, muda dan anak-anak meneriakkan kebebasan Palestina. Mereka mewarnai tangan mereka dengan warga merah, dan ini merupakan pesan bagi pendukung Israel bahwa mereka ini terlibat dengan Israel dalam pembantaian dan genosida tersebut.
Aksi konsentrasi besar warga di Amerika, Eropa dan Inggris serta berbagai tempat lain, selurunya menunjukkan bahwa hati nurani manusia yang sadar tidak dapat menanggung kejahatan seperti ini. Dan tak diragukan lagi manusia pecinta kebebasan terlepas dari agamanya, pasti akan melawan kezaliman dan penindasan, serta bangkit melawan para tiran. Para pemimpin negara-negara Eropa dan Amerika yang terlibat dalam kejahatan perang rezim penjajah ini, dan tangan mereka ternoda oleh darah perempuan, anak-anak serta warga tak berdaya Gaza, harus bertanggung jawab atas kejahatan besar ini.
Gaza Bukanlah sebuah Adegan Game, Gaza adalah Realita
Seorang penulis Israel dalam sebuah wawancaranya mengatakan, "Dehumanisasi terorganisir terhadap warga Palestina telah membuat kami, orang Israel, nyaman dengan kejahatan apa pun. Karena ketika mereka bukan manusia maka mereka tidak mempunyai hak asasi manusia."
Lebih dari empat puluh hari telah berlalu sejak perang baru-baru ini antara Hamas dan Israel; Sebuah perang yang mana aturan-aturan konflik yang berlaku telah dilanggar dan jumlah kerugian yang diderita oleh orang-orang yang tidak bersenjata dan warga sipil telah meningkat secara mengkhawatirkan. Akibatnya, gambaran menyakitkan mengenai banyaknya korban jiwa warga sipil Palestina telah tercermin di media dan telah melukai jiwa dan perasaan jutaan orang di seluruh dunia.
Namun sebagian besar media Barat tidak menggambarkan penderitaan kedua belah pihak yang bertikai secara seimbang dan tidak memihak, dan dalam perbandingan antara pemberitaan terkait cederanya warga sipil di pihak Israel dan Palestina, posisi terberat secara jelas ke arah yang pertama.
Menurut para pembuat kebijakan dan sponsor media-media tersebut, warga Palestina harus ditampilkan sebagai bangsa yang predator dan tidak beradab yang tidak hanya mengganggu kehidupan indah dan beradab warga Israel dengan operasi teroris mereka, namun juga tidak menunjukkan belas kasihan kepada warga negara mereka dan operasi-operasi seperti meledakkan rumah sakit, mereka memajukan tujuan jahatnya.
Sementara itu, dengan mengangkat persoalan-persoalan sekunder, pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti “Dengan hak apa penjajah Barat menawarkan tanah rakyat Palestina kepada Zionis untuk menciptakan tanah air?”, “Atas dasar hukum, politik, dan kemanusiaan apa pendudukan dan pendirian rezim Zionis?", "Mengapa kejahatan dan kebijakan ekspansionis rezim ini tidak berhenti?" atau "Mengapa warga Palestina melawan rezim ini meskipun ada proses normalisasi?" dilupakan dan disembunyikan oleh media-media ini.
Banyak media Barat tidak mengakui fakta dan kemarahan ini. Karena banyak wartawan dan kolumnis yang kini terjebak dalam wabah kegilaan mematikan terbaru di Palestina dan Israel selalu menafsirkan peristiwa-peristiwa tersebut melalui prisma yang sering kali didikte oleh Israel; Apakah mereka mau mengakuinya atau tidak.
Dalam perhitungan mereka, Israel selalu menjadi korban dan bukan pelakunya. Pemahaman mengenai Israel dalam sejarah sangatlah penting. Membaca kehidupan warga Palestina tidak hanya dari masa lalu, tapi juga dari masa kini dan masa depan tidak dihitung, dan mungkin yang paling mengerikan, nyawa dan kematian warga Israel dianggap penting, sedangkan nyawa dan kematian warga Palestina tidak.
Inti dari kebutaan ini adalah doktrin umum yang menyatakan bahwa warga Palestina adalah makhluk yang dapat disingkirkan, sebuah produk sampingan dari hak Israel untuk hidup dan mempertahankan diri. Dalam struktur yang menyimpang ini, warga sipil Palestina tidak dipandang sebagai korban perang yang tidak bersalah, namun merekalah yang paling bertanggung jawab atas kematian dan nasib buruk mereka.
Ra'fat al-Dajani, penulis keturunan Palestina-Amerika mengatakan, "Dehumanisasi terhadap warga Palestina tersebar luas di media Barat." Dengan cara ini, orang-orang Palestina melakukan kekerasan karena karakteristik mereka, karena sifat dan budaya mereka, dan bukan karena kekejaman dan kekerasan rezim pendudukan Israel.
Namun pertanyaannya adalah apa akar dari ideologi ini dan dukungan luas media terhadapnya ?
Dr. Seth Crosby, dosen Universitas Washington saat menanggapi pernyataan penulis Katolik anti-Semit Michael Jones, yang mengatakan bahwa Israel terlibat dalam pembersihan etnis dan ras di Palestina, dengan ideologi genosida ia menjawab, "Genosida harus dilakukan lebih besar lagi; Palestina bukan sebuah etnis, dan Israel bukan menarget manusia." Kalimat-kalimat menakutkan ini hanyalah sebagian dari kenyataan pahit di negeri bernama Palestina. Pemikiran dan ideologi dengan judul dehumanisasi. Namun pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan dehumanisasi?
Dehumanisasi adalah penyangkalan terhadap kemanusiaan seutuhnya, disertai dengan kekejaman dan penderitaan yang menyertainya, seolah-olah manusia tidak memiliki kapasitas mental yang biasanya dimiliki manusia. Dehumanisasi berarti tidak memanusiakan orang dan segala tindakan atau pemikiran yang menganggap seseorang lebih rendah dari manusia. Dehumanisasi adalah salah satu jenis hasutan untuk melakukan genosida dan alasan untuk membenarkan perang, pembunuhan, perbudakan dan penyitaan properti Palestina di tanah yang diduduki.
Atas dasar dan ideologi tersebut, rezim Zionis mempermalukan warga Palestina, membunuh mereka, dan mengurung mereka di wilayah kecil seperti sangkar agar suatu saat bisa menaklukkan Palestina melalui pembersihan etnis.
Selain pemikiran para pendiri Zionisme dan orang-orang seperti Theodor Herzl, cabang media Zionisme di seluruh dunia telah mencoba mempersiapkan landasan bagi tragedi semacam itu dengan mempromosikan pemikiran anti-manusia dan menormalisasi pembunuhan. Jika kita meninjau sinema, animasi dan video game, kita akan melihat bahwa banyak produksi yang tergolong dalam kategori kekerasan penuh dengan adegan kekerasan dan pembunuhan serta pertempuran sengit yang berakhir dengan penyiksaan dan terbunuhnya secara kecam orang-orang yang tidak bersalah.
Sementara itu, industri game telah berkembang sedemikian rupa sehingga semua ahli marah atas kekerasan yang ada dan telah memperingatkan berkali-kali. Mereka mengatakan bahwa kekerasan dalam game-game tersebut berbahaya dari dua aspek: pertama, berdampak negatif terhadap jiwa para pemainnya (gamer) yang sebagian besar adalah remaja dan generasi muda, dan di sisi lain menghancurkan keburukan kejahatan dan kekerasan di masyarakat. Hal ini menjadikan melihat adegan kekerasan menjadi hal yang normal.
Apa yang kita masing-masing lakukan setiap hari? Bosan dengan pekerjaan sehari-hari, kami menyalakan ponsel dan menelusuri berita Gaza. Diantaranya ada video dan foto yang +18 atau blur. Sejenak ragu-ragu; Entah kita terbuka atau kita ditolak. Kita sedang duduk di sofa di sudut dunia ini, lelah dan bosan, dan di bawah reruntuhan dan di tanah, jenazah anak-anak kecil dipotong-potong.
Dan jika ini bukan akibat dari film dan game kekerasan, apa alasannya?
Video game merupakan salah satu jenis hiburan modern dimana para gamer menghabiskan 3 miliar jam waktunya bermain di depan monitor komputer. Rata-rata usia gamer adalah 35 tahun. Sementara 72 persen gamer berusia 18 tahun ke atas. Lebih dari 72 persen orang tua anak-anak dan remaja juga menyatakan bahwa video game memberikan efek baik bagi diri mereka dan mengembangkan kreativitas mereka.
Pada saat yang sama, para peneliti menemukan bahwa penembakan dan permainan kekerasan mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat dan harus dikendalikan. Studi di bidang permainan kekerasan dan penembakan menunjukkan bahwa jenis genre ini mengubah perilaku dan bahkan jenis penanganan kekerasan yang nyata dan dapat dianggap membahayakan masyarakat.
Sekarang kita berbicara tentang game dan permainan komputer, mari kita dengarkan beberapa berita di bidang ini:
Baru-baru ini, upacara Penghargaan Golden Joystick diadakan dan pemenangnya diumumkan. Peristiwa ini disertai dengan margin yang kebetulan terkait dengan salah satu kekhawatiran terbesar dunia saat ini; Masalah Palestina.
Sebelum upacara, diumumkan bahwa Meghna Jayanth, seorang penulis video game dan desainer naratif, akan memberikan penghargaan untuk penceritaan terbaik. Sebelum upacara, dia mengumumkan di akun penggunanya di X (Twitter) bahwa dia tidak diperbolehkan untuk mengungkapkannya karena teks yang ditujukan oleh organisasi ini sebagai pernyataan politik, dan oleh karena itu dia tidak akan berpartisipasi dalam upacara tersebut.
Meghna Jayant menulis dalam pernyataannya:
Saya telah mengerjakan berbagai permainan sebagai desainer naratif selama lebih dari satu dekade sekarang. Kami membuat game yang diimpikan bersama para pemain kami – ketika mereka membutuhkan perlindungan dari dunia nyata, kami mengundang mereka ke dunia fantasi, membiarkan pemain memasuki kehidupan lain dan mengalami realitas lain....
Kita berkumpul di sini untuk merayakan video game, namun kita semua adalah umat manusia yang hidup di dunia ini dan tidak mungkin ketika kita berada di sini untuk merayakan video game, kita mengabaikan genosida yang terjadi di Palestina, sebuah genosida yang disponsori oleh pemerintah kita (Inggris ). Demi semangat kemanusiaan yang kita semua miliki, saya meminta semua orang untuk bergabung dengan saya malam ini dalam menyerukan gencatan senjata.
Setelah dilarang membaca pernyataan tersebut, Meghna Jayant menulis dalam pernyataan lain kepada penyelenggara acara:
Sebagai seseorang yang beroperasi di bidang ini, saya sangat berharap Anda mempertimbangkan kembali keputusan ini. Saya tidak percaya pekerjaan kita bisa dipisahkan dari politik. Ribuan orang telah terbunuh dalam genosida yang sedang berlangsung di Palestina, dan hal ini dilakukan melalui kerja sama dengan pemerintah kami di Inggris. Di sisi lain, industri kita telah terlibat dalam dehumanisasi orang kulit hitam dan coklat baik dari segi estetika maupun konten—dan sebagai pengembang game, hati nurani saya memaksa saya untuk mengungkapkan hal ini semampu saya.
Kita tidak bisa menghargai kemanusiaan, keberagaman, kebebasan dan perlawanan hanya dalam permainan dan ruang virtual dan tetap diam mengenai konsep-konsep ini di dunia nyata.
Hari Basij Mustadha'afin
Dalam kalender nasional Iran, 5 Azar diperingati sebagai hari pembentukan Basij Mustadha'afin atas perintah Imam Khomeini, bapak pendiri Republik Islam Iran.
Imam Khomeini dalam buku Sahifeh-ye-Imam, menulis, Basij adalah pohon mulia dan pohon berbuah yang bunganya memberikan aroma musim semi dan kesegaran kepastian serta tradisi cinta. Basij adalah sekolah cinta dan sekolah para saksi dan syahid yang tidak dikenal, yang para pengikutnya meneriakkan seruan untuk mati syahid dan keberanian di karangan bunga yang tinggi. Pohon mulia Revolusi Islam ini didirikan pada 26 November 1979 atau 5 Azar 1358 HS berdasarkan keputusan Imam Khomeini ra, bapak pendiri besar Republik Islam Iran.
Imam Khomeini
Pembentukan Organisasi Nasional Basij
Menyusul perintah Imam ra, dilakukan persiapan pembentukan Basij dengan nama awal “Organisasi Nasioanl Basij”. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 30 April 1980, Dewan Revolusi memberikan status hukum kepada Basij dengan menyetujui “RUU Hukum Pembentukan Organisasi Basij Nasional”. Pasal (1) undang-undang ini menyatakan: “Dalam pelaksanaan keputusan pemimpin revolusi dan pendiri Republik Islam Iran mengenai pembentukan, pelatihan dan mobilisasi tentara berjumlah dua puluh juta orang untuk mencegah dan melawan segala ancaman dan agresi politik, ekonomi, budaya, militer, dan bencana alam, sebuah organisasi yang disebut Organisasi Nasional Basij akan didirikan di bawah pengawasan Panglima Tertinggi dan melekat pada Kementerian Dalam Negeri. Untuk pertama kalinya, tugas organisasi Basij tercantum dalam "RUU Hukum Pembentukan Organisasi Basij Nasional" yang disetujui oleh Dewan Revolusi pada tahun 1980.
Pembantukan Basij Mustadha'fin
Menurut "Undang-undang tentang Integrasi Basij Nasional ke dalam Korps Garda Revolusi Islam" yang disetujui pada bulan Desember 1980 oleh Majlis Islami (parlemen), Basij bergabung dengan IRGC dengan mengubah namanya menjadi "Basij Mustadha'afin". Statuta Basij Mustadha'afin disetujui oleh parlemen pada tanggal Agustus 1982, menurut bab keempat Undang-Undang Statuta Korps Garda Revolusi Islam. Pasal (35) undang-undang ini menyatakan tujuan pembentukan Basij Mustadha'afin adalah untuk menciptakan kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam diri setiap orang yang beriman kepada Konstitusi dan tujuan Revolusi Islam guna membela negara, sistem Republik Islam, dan juga membantu masyarakat ketika terjadi bencana dan kejadian yang tidak terduga.
Dengan dimulainya perang yang dipaksakan pada tahun 1980, masalah pelatihan militer umum dan pembentukan organisasi Basij memecahkan banyak masalah yang dihadapi negara di bidang ini, dan banyak orang terlatih dikirim ke garis depan.
Dalam sejarah Republik Islam, Basij dianggap sebagai salah satu faktor manusia yang paling efektif, dengan kemampuan dan kapasitas yang tak terhitung banyaknya. Peran dan fungsi Basij di bidang keamanan, politik, sosial, ekonomi dan budaya telah menunjukkan efektivitasnya karena kedalaman dan ruang lingkup organisasinya di seluruh negeri.
Basij di awal Islam
Mobilisasi merupakan suatu gerakan sosial yang dapat terjadi pada masyarakat manapun sesuai dengan budaya dan kondisinya. Pada masa-masa awal Islam, ketika terjadi penyerangan oleh orang-orang kafir dan munafik terhadap umat Islam, ketika perintah diberikan untuk membentuk kekuatan tempur melawan mereka, umat Islam akan secara sukarela berkumpul di masjid-masjid untuk memobilisasi kekuatan mereka dalam hal tenaga kerja dan peralatan militer untuk menghadapi musuh. musuh Islam.
Pekan Basij
Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Khomeini ra berkata: "Masalah Basij adalah masalah yang sama yang telah terjadi di periode awal Islam. Masalah ini bukanlah hal baru, ini memiliki sejarah dalam Islam, dan sejak tujuan kita adalah Islam, setiap pemuda harus menjadi kekuatan pembela Islam dan semua orang dan siapa pun dalam pekerjaan apa pun harus siap untuk mencegah kekafiran dan invasi asing.»
Pada tahun 1978, rakyat Iran bersatu memulai gerakan dan mendirikan Republik Islam di bawah pimpinan Imam, namun hanya dua bulan setelah kemenangan revolusi, Iran menghadapi kondisi khusus, musuh di beberapa daerah mengincar keamanan negara dan keberadaan revolusi. Tentara dalam kondisi transisi dan gendarmerie perlu direstrukturisasi dan diorganisasi sesuai dengan tujuan revolusi; Korps Garda Revolusi Islam dengan misi militer dan pelengkap tentara serta Komite Revolusi Islam dengan misi polisi dan pelengkap gendarmerie telah memulai misi revolusionernya, namun keempat kekuatan ini tidak mempunyai kemampuan untuk menetralisir semua recana anti-revolusi di dalam kota dan perbatasan. Solusinya adalah dengan menggunakan kapasitas rakyat dan membentuk mobilisasi sipil. Kebetulan Imam Khomeini ra mengemukakan gagasan pembentukan organisasi rakyat Basij Mustadha'afin, dengan kecerdasan dan kebijaksanaan khusus.
Peran Basij selama periode pertahanan suci
Pengalaman praktis pertama Basij adalah membantu Garda Revolusi dan menetralisir konspirasi anti-revolusi. Pada Agustus 1980, dengan invasi tentara Baath Irak ke Iran, kebutuhan akan pengorganisasian kekuatan rakyat yang lebih baik semakin terasa, dan setelah itu, kekuatan rakyat bergabung dengan Basij untuk mendapatkan kehadiran yang besar di garis depan. Dengan mengirimkan Basiji ke medan perang, peran organisasi rakyat ini semakin hari semakin kuat dan banyak Basiji yang ikut serta dalam berbagai operasi seperti Hasrabadan, Fath al-Mubin, Tsamin al-Aimmah, Wal-Fajr 1, Wal-Fajr 8, Karbala 4 dan 5; Mereka menorehkan prestasi besar dengan usaha jangka panjang dan pengorbanan lebih dari 90 ribu syuhada.
Membantu pemerintah dalam urusan pembangunan
Setelah perang berakhir dan selesainya kehadiran militer Basij di garis depan, organisasi yang mengandalkan kekuatan rakyat dan memiliki kapasitas yang besar ini, mengidentifikasi kebutuhan negara saat ini dan memasuki bidang konstruksi dan pembangunan. Kompensasi atas kerusakan yang tersisa dari delapan tahun perang, rekonstruksi daerah-daerah yang dilanda perang, dan pengentasan kemiskinan di daerah pelosok dimasukkan dalam agenda organisasi kerakyatan dan revolusioner ini; Dengan memasuki bidang ketenagakerjaan dan membantu pemerintah memajukan strategi perekonomian, lembaga ini mampu mengambil langkah efektif dalam pembangunan negara.
Selain itu, salah satu fungsi Basij dalam beberapa tahun terakhir adalah membantu pertolongan dan penyelamatan korban luka dalam kecelakaan dan bencana alam, serta bekerja di bidang kesehatan. Sejak awal merebaknya virus Corona, Basij mengambil langkah bersama Kementerian Kesehatan dalam menangani virus Corona dan berperan penting dalam mengurangi kematian pasien Corona di Iran.
Peran Basij dalam perkembangan politik dan budaya
Perlunya mengawal revolusi dan pencapaiannya, mencegah dan menghadapi invasi politik dan budaya musuh, menjadikan kehadiran Basij sebagai teks masyarakat dengan lebih dari puluhan juta anggota aktif dan berpengaruh di bidang perkembangan politik dan sosial masyarakat diperlukan.
Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan kebudayaan, khususnya pasca perang, menjadi puncak kegiatan Basij, dan dengan dua tujuan yaitu menghadapi dan mencegah ancaman yang dirasakan di bidang ini, serta kulturalisasi dan pelembagaan nilai-nilai Islam dan budaya pertahanan suci dan pemikiran Basij, berbagai rencana dan program Itu dilaksanakan di tingkat negara, dan sebagian besar dari mereka, termasuk penciptaan dan perluasan pusat dan organisasi budaya dan pendidikan, dan menangani perang lunak musuh, masih sedang berlangsung.
Basiji
Saat ini, pada tahap kedua revolusi, Basij melanjutkan gerakan majunya dengan kuat, dengan mengandalkan pernyataan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam; Kini, setelah empat dekade sukses dalam sistem Islam, Basij telah mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi dan menjadi model bagi masyarakat dan kelompok perlawanan di wilayah tersebut. Kini pemikiran Basiji telah mengkristal melampaui batas geografis negara kita dalam bentuk perlawanan Islam di kawasan dan di negara lain.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam tahun lalu (1401 Hs/2022), dalam pertemuan anggota Basij dalam rangka Pekan Basij, mengemukakan: Seiring dengan fenomena mobilisasi ini di negara kita, maka ada Basij di dunia Islam. Kita juga mempunyai jutaan orang Basij di dunia Islam; Basij yang tidak mengerti bahasa kita, kita juga tidak mengerti bahasanya, tapi bahasa hati kita dan hatinya sama; Orientasi mereka sama dengan kita; di negara yang berbeda; Ini juga merupakan berkah dari Basij.
Begini Penampakan Kapal Perusak Baru Iran, Deylaman
Kapal perusak Deylaman, dari kelas Mouj, adalah capaian terbaru industri pertahanan Iran, yang baru saja bergabung dengan Armada Utara, Angkatan Laut, Militer negara ini.
Deylaman, hari ini, Senin (27/11/2023) secara resmi bergabung dengan Armada Utara, AL Militer Iran, dalam sebuah acara yang dihadiri Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran, Mayjen Mohammad Bagheri, Komandan Militer Iran, Sayid Abdorahim Mousavi, dan Komandan AL Militer Iran, Laksamana Shahram Irani.
Dibandingkan dengan kapal-kapal perang lain dari kelas Mouj, Deylaman yang merupakan produk AL Strategis Iran, disebut-sebut memiliki sejumlah karakteristik yang berbeda.
Laksamana Daoud Qolizadeh, salah satu anggota tim perancang Deylaman, mengatakan, "Deylaman, termasuk kapal perusak dari kelas Mouj, dan perbedaannya dengan kapal-kapal lain dari kelas ini adalah bentuk badan kapal, dan anti-radar."
Selain itu, tambah Laksamana Qolizadeh, kapal perusak Deylaman, juga memiliki bobot yang diperkirakan mencapai 1.300 hingga 1.500 ton.
kapal perusak AL Iran, Deylaman
"Perbedaan selanjutnya kapal perusak Deylaman, adalah penggunaan menara radar canggih, dan pemasangan radar 'Mata Elang' empat arah yang masing-masing memiliki 1.000 susunan sehingga total terdapat 4.000 susunan," imbuhnya.
Menurut Laksamana Qolizadeh, radar kapal perusak Deylaman, dapat mendeteksi 100 target, dan melacak 13 target. Radar ini adalah radar anti-perang elektronik, dan dirancang untuk mendeteksi target-target seperti jet tempur, drone, helikopter, rudal-rudal permukaan ke udara, serta target permukaan lain.
"Radar-radar yang dipasang di kapal perusak Deylaman, memiliki kemampuan untuk melacak target hingga jarak 100 kilometer," ujarnya.
Dari sisi persenjataan, kata Qolizadeh, kapal perusak Deylaman, dilengkapi sistem perang elektronik yang lebih baru dengan jarak tempuh lebih jauh, dan daya rusak serta kecepatan yang telah ditingkatkan.
Dukungan Barat terhadap Terorisme Negara Israel
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada November 2015, dalam surat keduanya kepada pemuda Barat, mencela dukungan penuh pemerintah Barat kepada Israel sebagai manifestasi terorisme negara yang paling kejam dan menindas.
Teror dan kekerasan telah bertahun-tahun menjadi tantangan penting bagi masyarakat dunia yang mengancam keamanan dan ketenangan mereka. Kejahatan keji Israel di Jalur Gaza selama beberapa pekan lalu menunjukkan betapa destruktif dan berbahayanya fenomena tidak manusiawi ini. Ayatullah Khamenei pada 29 November 2015, setelah insiden teror di Paris dalam suratnya kepada pemuda barat menjelaskan akar dan faktor penyebaran kekerasan dan terorisme di dunia.
Dalam penjelasannya Rahbar menyebut terorisme sebagai penderitaan bersama dunia saat ini, dan menekankan bahwa pendukung dan penyebar utama fenomena ini dalah pemerintah Barat yang melakukan tindakan apa pun untuk meraih ambisinya. Faktanya adalah bahwa badan intelijen dan spionase dari pemerintah-pemerintah ini telah lama menggunakan teror dan kekerasan untuk merealisasikan kebijakan mereka di negara lain. Misalnya, Dinas Intelijen Amerika (CIA) sejauh ini telah melenyapkan puluhan tokoh yang menentang pemerintah Amerika secara langsung atau melalui agennya. Selain itu, pemerintah Eropa dan Amerika pada masa kolonial, setelah menduduki negara-negara lain, menindas rakyat dan menjarah sumber daya mereka dengan kejam dan kekerasan.
Setelah Perang Dunia Kedua, Amerika, sebagai kekuatan dunia, melakukan banyak perang terhadap negara-negara lain dan membunuh banyak orang yang tidak bersalah. Ayatullah Khamenei dalam pesannya kepada pemuda Barat pada bulan November 2015 terkait serangan seperti ini terhadap negara-negara Islam termasuk Irak dan Afghanistan, yang saat itu berada pada puncak kejayaannya, mengatakan: “Kampanye-kampanye yang terjadi beberapa tahun terakhir terhadap dunia Islam, yang memakan banyak korban, adalah contoh lain dari logika Barat yang kontradiktif. Selain korban jiwa, negara-negara yang dijajah telah kehilangan infrastruktur ekonomi dan industrinya, pergerakan mereka menuju pertumbuhan dan pembangunan telah terhenti atau melambat, dan dalam beberapa kasus mereka telah mundur beberapa dekade..."
Bagian lain dari surat Pemimpin Tertinggi kepada para muda di negara-negara Barat pada bulan November 2015, membahas mengenai stamdar ganda pemerintah Barat mengenai terorisme dan upaya propaganda untuk menyalahkan umat Islam. Dalam hal ini, beliau menegaskan: “Bagaimana mungkin sampah seperti Daesh (ISIS) bisa muncul dari salah satu agama paling bermoral dan manusiawi di dunia, yang dalam teks fundamentalnya menganggap penghilangan nyawa satu manusia sebagai pembunuhan terhadap seluruh umat manusia?"
Islam adalah agama yang penuh belas kasihan, perdamaian dan persaudaraan, dan kekerasan serta pembunuhan terhadap orang-orang tak bersalah tidak mendapat tempat di dalamnya. Namun pemerintah Barat berusaha memberikan landasan bagi terbentuknya sekte-sekte sesat dan militan seperti Daesh dan Al-Qaeda, yang hanya berpenampilan Islami, agar agama surgawi ini tampak penuh kekerasan dan ekstrem.
Pemimpin Revolusi Islam menunjuk pada Wahhabisme sebagai contoh lain dari sekte sesat dan ekstrim ini, dan dalam surat yang ditujukan kepada pemuda Barat, ia menulis: “Dokumen sejarah Muslim dengan jelas menunjukkan bagaimana persinggungan antara kolonialisme dan pemikiran ekstrim dan tertolak, itu pun di hati suku primitif (Badui), menanam benih ekstremisme di wilayah ini." Di sisi lain, pemerintah Barat menganggap gerakan-gerakan pembebasan dan anti-tirani seperti Hamas, Hizbullah Lebanon, Ansarullah Yaman, dan kelompok militan Irak sebagai teroris dan termasuk dalam jajaran Daesh dan Al-Qaeda, untuk mencoreng citra mereka di mata opini publik dunia, dan mempersiapkan dasar untuk mengambil tindakan terhadap kelompok-kelompok rakyat dan Islam ini.
Saat menyimpulkan bagian dari pesannya kepada pemuda Barat, Ayatullah Khamenei berkata, “Selama standar ganda mendominasi politik Barat, dan selama terorisme terbagi menjadi tipe baik dan buruk di mata para pendukungnya yang kuat, dan selama kepentingan pemerintah lebih diutamakan daripada nilai-nilai kemanusiaan dan moral, maka akar kekerasan tidak boleh dicari di tempat lain.”
Namun bagian penting dari surat berharga Ayatullah Khamenei kepada pemuda Barat ini didedikasikan untuk dukungan penuh pemerintah Barat terhadap rezim pendudukan Zionis sebagai manifestasi terorisme negara yang paling kejam dan menindas. Rezim kriminal ini diciptakan dengan bantuan Inggris dan melanjutkan kehidupannya yang tercela dengan dukungan penuh dari Amerika dan pemerintah barat lainnya. Pada dasarnya, terorisme adalah salah satu fondasi utama rezim Zionis, dan rezim berdarah ini tidak akan mampu berdiri dan bertahan tanpa terorisme.
Setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1918, ketika orang-orang Yahudi mulai berimigrasi ke Palestina untuk membentuk negara Yahudi berdasarkan janji "Arthur Balfour", menteri luar negeri Inggris pada saat itu, dan dengan dukungan dari negara ini (Inggris ), segera kelompok teroris mereka terbentuk. Diketahui bahwa kelompok teroris Hagana, Stern, Irgun dan Betar dapat disebutkan di antara mereka. Kelompok teroris yang kejam ini membunuh warga Palestina dan menyerang rumah serta tempat-tempat penting mereka. Dengan terbentuknya pemerintahan Israel pada tahun 1948 dan pembentukan tentara serta sejumlah organisasi mata-mata dan teroris, khususnya Mossad, pembunuhan menjadi lebih luas dan kejam.
Hanya pada tahun ini (1948), Zionis menghancurkan 531 desa Palestina dan menduduki 700 kota dan desa, dan kelompok teroris mereka membunuh 15 ribu diantaranya dengan 70 serangan brutal terhadap rakyat Palestina. Akibat kejahatan tersebut, lebih dari separuh warga Palestina menjadi pengungsi, dan kini jumlah mereka mencapai 7 juta jiwa. Selain itu, sejauh ini sepuluh ribu orang yang tertindas telah syahid dan ribuan dari mereka menghabiskan masa-masa sulit di penjara rezim Zionis.
Oleh karena itu, Pemimpin Revolusi Islam bertanya kepada mereka dalam suratnya kepada pemuda Barat tentang tindakan Israel: "Apakah Anda mengetahui adanya kekejaman lain sebesar dan berdimensi seperti ini dan dengan kontinuitas waktu di dunia saat ini?" Dengan gambaran ini, kejahatan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza harus dilihat sebagai kelanjutan dari kebijakan terorisme negara rezim pendudukan ini, namun dengan intensitas yang lebih besar, yang masih disetujui oleh pemerintah Barat yang menganggap diri mereka sebagai pembela hak asasi manusia.
Namun apa yang menyebabkan rezim Zionis terus terang-terangan melanjutkan teror dan kejahatan adalah pembenaran atas tindakan tak tahu malu yang dilakukan oleh media massa Barat, yang sebagian besar berada di tangan atau di bawah pengaruh Zionis. Media-media ini, dengan segala macam trik propagandanya, tidak hanya menyebut pembunuhan dan penggusuran warga Palestina sebagai hak sah kaum Zionis, namun juga menyebut pembelaan dan perlawanan rakyat serta kelompok perlawanan terhadap rezim Zionis sebagai terorisme.
Selama serangan brutal tentara rezim ini terhadap rakyat tertindas di Gaza, media barat juga mengadopsi pendekatan propaganda seperti itu, namun kedalaman dan cakupan kejahatan mereka, terutama pembantaian ribuan anak-anak Palestina yang tidak bersalah, sangatlah dahsyat sehingga mustahil untuk membelanya. Di sisi lain, meluasnya publikasi berita, foto, dan video mengejutkan atas pembantaian brutal ini menyadarkan dunia akan realitas yang terjadi di Palestina dan Gaza, serta siasat media rezim Zionis dalam membela kejahatannya kehilangan warnanya.
Hasil dari kesadaran dan kebangkitan masyarakat dunia ini adalah demonstrasi besar-besaran mereka di berbagai negara, termasuk negara-negara Barat, untuk mendukung rakyat Palestina yang tertindas dan menentang serta mengutuk rezim Zionis. Kesadaran masyarakat dunia mengenai sifat teroris dan kekerasan yang dimiliki rezim ini dapat dianggap sebagai kegagalan besar lainnya dalam bidang media. Dengan cara ini, meskipun rezim Zionis dibela oleh pemerintah Barat, tampaknya seperti yang telah diprediksi oleh Ayatullah Khamenei, tidak ada banyak waktu tersisa untuk berakhirnya kehidupan rezim teroris ini yang singkat namun penuh bencana.
Basij Menurut Perspektif Rahbar
Rabu lalu (29 November 2023) dalam rangka pekan Basij di Iran, sekelompok anggota Basij bertemu dengan pemimpin Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei, di Huseiniyah Imam Khomeini ra.
Dalam pertemuan yang diadakan setiap tahun ini, Ayatullah Khamenei memandang Basij sebagai peninggalan berharga Imam Khomeini ra bagi negara dan mengatakan bahwa Imam ra dengan pandangan ke depannya menyadari kebutuhan mendesak akan sebuah kekuatan besar rakyat untuk kekebalan negara, bangsa dan revolusi. Karena revolusi dan negara adalah milik rakyat dan rakyat mampu mempertahankannya lebih baik dari faktor atau elemen lainnya. Logika Basij adalah untuk memaksimalkan kemungkinan perlawanan negara terhadap segala bahaya dan ancaman. Logika yang sama ada saat ini dan logika ini mutakhir.
Keberadaan Basij diperlukan untuk pertahanan menyeluruh baik material maupun spiritual terhadap identitas nasional, keamanan negara, dan kepentingan rakyat. Beliau percaya bahwa rekam jejak Basij selama 40 tahun menegaskan ketepatan sasaran, pandangan ke depan, dan wawasan Imam, dan menekankan bahwa ada saat-saat di negara ini ketika kehadiran Basij sangat menentukan bagi negara; Contohnya adalah pertahanan suci. Tentu saja, jika tidak ada mobilisasi rakyat (Basij), maka hasil perang pertahanan suci akan berbeda dengan apa yang terjadi...peristiwa pertahanan suci adalah demonstrasi besar otoritas kerakyatan negara ini dalam bentuk mobilisasi.
Ayatullah Khamenei seraya menjelaskan bahwa Basij sebuah budaya dan ideologi, mengisyaratkan sejumlah karakteristik kekuatan rakyat ini, termasuk sifatnyanya kerakyatan, keyakintan dan rasa tanggung jawab, revolusioner dan makna sejati revolusi, menyantuni orang lemah, keras dalam menghadapi kezaliman serta memberi pelayanan kepada semua orang. "Saat banjir datang, Basiji berendam di lumpur setinggi lutut dan untuk membersihkan rumah yang terendam banjir, jangan tanya pemilik rumah siapa nama Anda, apa agama Anda, apa mazhab Anda, apa suku Anda, apa kecenderungan politik Anda, ini semua jangan tanya, dia pergi untuk melakukan pelayanan dan pengabdian... ini penting," papar Rahbar.
Ayatullah Khamenei menganggap ciri terpenting Basij adalah aspek transnasional dan lintas batasnya, yang dalam perkataan Imam Khomeini ra diartikan sebagai inti perlawanan global: “Imam menafsirkannya sebagai "inti perlawanan global”; Inilah Basij; Ini bukan Basij kita, ini adalah Basij itu sendiri, tapi ini budaya yang sama yang merealisasikan pembentukan inti muqawama global. Yakni, sekarang Anda melihat contohnya di wilayah kita sendiri... kelompok perlawanan yang sama yang telah diumumkan oleh Imam... kini tengah menentukan nasib kawasan ini; Nasib kawasan kita ini tengah ditentukan oleh inti perlawanan; Contohnya adalah Badai al-Aqsa.
Pemimpin Revolusi Islam lebih lanjut menunjuk pada kegagalan peta Timur Tengah baru oleh Amerika, yaitu peta geografi politik baru yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan Amerika yang tidak sah. Salah satu tujuan Amerika dalam rencana ini adalah menghancurkan Hizbullah:
“Setelah perang 33 hari, Hizbullah menjadi sepuluh kali lebih kuat. Sekarang saya katakan "sepuluh kali", karena saya berhati-hati; Tapi sebenarnya menjadi lebih kuat dari itu. Mereka ingin menelan Irak, tapi mereka tidak bisa. Kisah Irak adalah kisah yang aneh. Keputusan Amerika adalah mendirikan pemerintahan Amerika di Irak; Mereka menempatkan seorang jenderal Amerika (Jay Garner) sebagai pemimpin... mereka melihat... pekerjaan tidak berjalan dengan baik... mereka menempatkan seorang warga sipil Amerika (Paul Bremer) sebagai pemimpin... mereka melihat hal ini pun gagal, akhirnya mereka menunjuk seorang warga Irak yang bergantung pada mereka (Ghazi Mashal Ajil al-Yawer); Itu tetap gagal dan tidak berlanjut sampai hari ini. Saat ini, inti perlawanan di Irak memasuki isu Palestina dan pemerintah Irak mengambil posisi yang kuat; Artinya, apa yang disebut orang Amerika sebagai “Timur Tengah Baru” berbeda 180 derajat dengan keadaan saat ini. Mereka ingin menelan Irak sekaligus namun tidak bisa, hal itu tidak terjadi. Mereka ingin mengambil alih Suriah, mereka memasukkan proksi mereka atas nama Daesh (ISIS) dan "Front Jabhat al-Nusra" ke dalam kehidupan pemerintah Suriah, selama sekitar sepuluh tahun mereka terus memberikan dukungan, uang (dan) fasilitas, namun mereka gagal. Mereka gagal total [dalam merealisasikan] Timur Tengah baru yang ingin mereka ciptakan.»
Di antara komponen lain dari rencana Amerika yang baru di Timur Tengah, mengakhiri permasalahan Palestina untuk menguntungkan rezim Zionis sehingga tidak ada nama Palestina yang tersisa sama sekali. Namun betapa berbedanya situasi Palestina saat ini dibandingkan 20 tahun lalu. Seperti apa Hamas dua puluh tahun yang lalu, seperti sekarang ini. Ayatullah Khamenei menyatakan bahwa geografi politik di kawasan sedang mengalami transformasi mendasar, namun bukan untuk kepentingan Amerika, melainkan untuk kepentingan Front Perlawanan.
Ayatullah Khamenei mengatakan, “Ya, peta geografi politik Asia Barat telah diubah, namun menguntungkan perlawanan (muqawama); Perlawanan menang. Imam telah memahami dengan benar, dia telah mendiagnosis dengan benar. Inti perlawanan telah mampu mengubah arah pergerakan untuk kepentingannya.... Peta baru yang secara bertahap menguasai wilayah ini memiliki beberapa ciri. Ciri pertamanya adalah de-Amerikanisasi...yaitu, penolakan terhadap dominasi Amerika atas kawasan."
Rahbar menambahkan, pengingkaran dominasi Amerika di kawasan tidak berarti memutus hubungan politik dan ekonomi antara pemerintah negara-negara di kawasan dengan Amerika, namun semakin hari semakin melemahnya dominasi Amerika. Sebuah strategi dan politik yang dikejar Amerika selama bertahun-tahun yakni kebijakan dominasi atas kawasan, sarana utama kebijakan ini adalah dukungan terhadap rezim Zionis... Sejak satu atau dua dekade yang lalu, mereka mengintensifkan kebijakan ini, mereka pergi ke Afghanistan dan Irak dan ingin menguasai wilayah tersebut dengan mendudukinya, [tetapi] mereka tidak bisa. Saat ini, kebijakan dan orientasi di kawasan ini adalah de-Amerikanisasi. Salah satu tanda jelas yang ada di depan mata kita saat ini adalah operasi Badai al-Aqsa. Benar, Badai al-Aqsa bertentangan dengan rezim Zionis, tapi ini adalah de-Amerikanisasi... Arti sebenarnya adalah Badai Al-Aqsa adalah peristiwa yang bersejarah; Ia berhasil mengacaukan tabel kebijakan Amerika di kawasan ini, dan Insya Allah badai ini terus berlanjut akan menghapus tabel kebijakan Amerika di kawasan... De-Amerikanisasi telah dimulai; “Beberapa negara yang seratus persen tunduk pada kebijakan Amerika sudah mulai menemukan sudut pandang terhadap Amerika, seperti yang Anda lihat dan dengar, dan ini akan terus berlanjut.”
Pemimpin Revolusi Islam ini menganggap ciri lain dari perubahan geografi politik di kawasan ini adalah kekacauan dikotomi yang salah dan dipaksakan seperti Arab dan non-Arab, Syiah dan Sunni, legenda bulan sabit Syiah dan bahayanya penyebaran Syiah di kawasan dan mengatakan;
“Itu adalah hal yang tidak relevan yang mereka kemukakan; Ini cambur aduk. Dalam isu badai Al-Aqsa kali ini dan sebelum badai Al-Aqsa, siapa yang paling banyak membantu warga Palestina? Kaum Syiah melakukannya; Syiah Lebanon, Syiah Irak, Syiah Arab, Syiah non-Arab. Dikotomi-dikotomi ini tercampur aduk dan alih-alih dikotomi yang dipaksakan ini, sebuah dikotomi baru telah mendominasi kawasan ini: dikotomi perlawanan dan ketundukan... "Perlawanan" berarti tidak tunduk pada paksaan, dominasi, dan campur tangan Amerika; Ini adalah perlawanan. Sekarang ada orang yang menolak seratus persen, ada yang delapan puluh persen, ada yang lima puluh persen; Bagaimanapun, aliran dan gerakan perlawanan merupakan arus yang jelas di kawasan saat ini, dan titik baliknya adalah “menyerah”, yang memalukan dan mempermalukan bangsa dan pemerintah."
Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa ciri lain dari rencana (skenario) baru kawasan ini adalah solusi masalah Palestina, dan itu adalah pembentukan kedaulatan Palestina di seluruh tanah Palestina. Kami mengusulkan referendum untuk Palestina. Referendum adalah logika duniawi dan dapat diterima serta beradab bagi pemerintahan Palestina. Jika inti-inti perlawanan ini mengikuti kemauan, tekad dan keinginan mereka dengan sungguh-sungguh, maka hal ini akan tercapai; Tidak ada keraguan tentang hal ini. Pemimpin Revolusi Islam seraya menyebut perkataan beberapa juru bicara dunia bahwa Iran harus membuang orang-orang Yahudi atau Zionis ke laut adalah sebuah kebohongan, dan mengatakan bahwa orang lain atau sebagian orang Arab yang mengatakan hal tersebut, kami tidak mengatakannya. Kami mengatakan, suara adalah suara rakyat. Pemerintahan yang dibentuk berdasarkan suara rakyat Palestina akan mengambil keputusan.
Pertemuan Basij dengan Rahbar
Ayatullah Khamenei menilai peristiwa Badai al-Aqsa sebagai peristiwa penting dan unik yang menghilangkan nama baik peradaban dan budaya Barat. Baliau berkata: “Tindakan biadab yang dilakukan rezim Zionis… tidak hanya menghilangkan reputasi rezim Zionis itu sendiri, reputasi Amerika… dan beberapa negara terkenal di Eropa, namun juga menghilangkan reputasi peradaban dan budaya Barat.” Kebudayaan dan peradaban Barat adalah peradaban yang sama ketika lima ribu anak syahid dengan bom fosfor, kepala negara tertentu akan berdiri dan mengatakan bahwa Israel sedang membela diri! Apakah ini pembelaan diri? Inilah budaya Barat... Tragedi yang terjadi dalam lima puluh hari terakhir ini merupakan rangkuman kejahatan yang dilakukan rezim Zionis di Palestina selama 75 tahun... Selama tahun-tahun tersebut, mereka selalu melakukan hal ini... pemukiman yang sama yang mereka bangun. Di mana dibangun? Mereka menghancurkan rumah-rumah penduduk, menghancurkan pertanian Palestina, membangun pemukiman Zionis. Jika ada yang melawan, mereka membunuhnya... inilah yang telah mereka lakukan selama 75 tahun. Menurut kami, Badai Al-Aqsa tidak bisa dipadamkan, Insya Allah, dan beri tahu mereka bahwa situasi ini tidak akan berlanjut dengan kehendak dan kekuasaan Tuhan.”
Di akhir pertemuan tersebut, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Bertawakallah kepada Tuhan وَمَن یَتَوَکَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. 65: 3). Semoga Allah Swt melindungi kalian semua.
Hak yang tidak Manusiawi
10 Desember ditetapkan sebagai Hari Internasional HAM, dan bertepatan dengan pengesahan Deklarasi Dunia HAM oleh Majelis Umum PBB (UNGA) pada tahun 1948.
Dalam artikel ini kami akan membahas definisi dan sejarah Hak Asasi Manusia (HAM), serta alasan penetapan 10 Desember sebagai Hari Dunia HAM. Selain itu, kita juga akan mencermati pelanggaran HAM oleh Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel.
HAM merupakan hak paling mendasar dan hak vital yang dimiliki manusia secara fitrah dan setelah ia dilahirkan sebagai makhluk ini. Ini adalah hak yang harus dimiliki setiap orang tanpa memandang warna kulit, jenis kelamin, dan keyakinannya kapan saja dan di mana saja. Hak-hak tersebut dipengaruhi oleh serangkaian prinsip yang pada era kontemporer telah menjadi deklarasi, peraturan dan resolusi yang mempunyai aspek global dan dikenal mewakili landasan spiritual peradaban manusia modern.
Prinsip-prinsip ini, beberapa di antaranya awalnya dimasukkan dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia yang disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948, sebenarnya terinspirasi oleh konsep-konsep yang dinyatakan oleh agama-agama besar monoteistik berabad-abad yang lalu dan seharusnya didasarkan pada konsep-konsep tersebut tanpa memandang ras, negara, warna kulit, jenis kelamin, kepercayaan, kondisi kehidupan sosial dan komposisi fisik manusia, ia dianggap sebagai makhluk terhormat dan hidupnya harus suci, oleh karena itu ia tidak boleh disalahgunakan oleh sesamanya dengan cara apa pun.
Oleh karena itu organisasi-organisasi internasional diberi tugas untuk melaksanakan dan memantau pelaksanaan peraturan-peraturan tinggi yang telah ditetapkan sebagai penjamin kehidupan, kebebasan dan martabat manusia, namun sejauh ini belum ada jaminan implementasi yang benar atau lengkap dan dalam beberapa kasus hal ini tunduk pada standar ganda. Hak-hak ini, dalam arti luasnya, mencakup kesehatan, kemandirian, pengembangan pribadi, kebijakan tempat tinggal dan kehidupan, budaya, pekerjaan, hak atas dukungan sosial dan keamanan permanen di segala bidang.
Pada tanggal 16 Februari 1946, pertemuan pertama Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa diadakan di London. Dewan ini membentuk Komisi Hak Asasi Manusia PBB dengan mengeluarkan resolusi. Berdasarkan resolusi tersebut, komisi ini wajib menyampaikan usulan, rekomendasi dan laporan terkait perjanjian global tentang kebebasan sipil, perlindungan minoritas dan larangan diskriminasi berdasarkan gender, ras, bahasa dan agama kepada Sekretaris Dewan Ekonomi dan Sosial PBB.
Oleh karena itu, pada bulan Mei 1946, komisi ini dibentuk dari 18 negara, dan dengan terbentuknya departemen hak asasi manusia di Sekretariat PBB, komisi ini memulai kegiatannya untuk mengumpulkan dokumen internasional atau undang-undang domestik suatu negara untuk tersedia bagi komisi tersebut.
Rapat Dewan Ekonomi dan Sosial diadakan dengan susunan direksi yang mengkhususkan diri pada hak-hak sipil dan internasional dengan tujuan mempersiapkan dan menyusun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan akhirnya, setelah dua tahun, pada tahun 1948, deklarasi ini telah disusun.
Setelah penyusunan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dalam sidang bersejarah tanggal 10 Desember 1948, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di Paris menyetujui deklarasi tersebut dengan 48 suara mendukung, 8 abstain dan tidak ada suara menentang, sehingga hari ini dinamakan sebagai Hari Hak Asasi Manusia Internasional. Uni Soviet, Republik Sosialis Soviet Ukraina, Republik Sosialis Belarusia, Republik Sosialis Federal Yugoslavia, Republik Rakyat Polandia, Cekoslowakia, Arab Saudi dan Uni Afrika Selatan termasuk di antara delapan negara yang abstain.
Deklarasi hak asasi manusia memuat pendahuluan dan 30 pasal, pasal pertama mengacu pada persamaan hak umat manusia dan aturan semangat persaudaraan di antara mereka dan menyatakan:
“Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai harkat, martabat dan hak yang sama. Mereka semua mempunyai akal dan hati nurani serta hendaknya memperlakukan satu sama lain dalam semangat persaudaraan”…
Demikian pula sampai dengan Pasal 30 yang menyatakan:
“Tidak ada ketentuan dalam deklarasi ini yang boleh ditafsirkan sedemikian rupa sehingga menyiratkan hak bagi pemerintah, masyarakat atau individu mana pun untuk mengambil tindakan atau langkah apa pun yang menghancurkan hak dan kebebasan yang terkandung dalam deklarasi ini.”
Meskipun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah diadopsi, namun kenyataannya berbeda dalam praktiknya, karena telah terjadi berbagai peristiwa sejak berakhirnya Perang Dunia II hingga saat ini, yang menunjukkan adanya jarak yang jauh antara tujuan yang diharapkan dan kinerja komunitas internasional dalam pembelaan hak asasi manusia. Sehingga, bertentangan dengan gagasan awal, slogan pembelaan hak asasi manusia justru menjadi alat untuk menerapkan tekanan politik dan ekonomi pemerintah Barat terhadap beberapa negara lain untuk memajukan kepentingan kolonialnya, yang akan kami sebutkan di sisa program.
Pada bagian program ini, kami akan mengulas kejahatan Amerika Serikat dan rezim Zionis, yang mengaku sebagai pendukung hak asasi manusia, namun banyak melakukan kejahatan brutal terhadap kemanusiaan.
Meskipun Amerika selalu berusaha tampil sebagai pemerintah yang pro dan terdepan di bidang hak asasi manusia di organisasi dan lembaga internasional, pada prinsipnya negara ini memiliki latar belakang dan struktur hak asasi manusia yang paling lemah. Penahanan sewenang-wenang, penjualan senjata ke negara-negara yang melanggar hak asasi manusia, kemiskinan dan kesenjangan sosial, kekerasan berbasis gender, diskriminasi rasial yang meluas, hanyalah beberapa contoh kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan Amerika.
Sementara itu, rezim Zionis Israel juga seperti Amerika Serikat, melakukan banyak kejahatan anti-kemanusiaan. Dan seluruh kejahatan ini dilakukan dengan dukungan Amerika Serikat.
Markas Besar Hak Asasi Manusia Republik Islam Iran baru-baru ini menyusun laporan tentang kejahatan paling penting yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel dalam 75 tahun terakhir dalam dua bagian. Bagian pertama tentang daftar 75 tahun kejahatan pembunuhan anak dan rezim apartheid Israel, dan bagian kedua tentang resolusi PBB dan Dewan Hak Asasi Manusia terhadap rezim Zionis. Salah satu kejahatan anti-kemanusiaan terbaru yang dilakukan rezim Zionis adalah kejahatan yang baru-baru ini dilakukan rezim ini di Gaza.
Menurut laporan terbaru dari Markas Besar Hak Asasi Manusia Republik Islam, lebih dari 45 ribu orang gugur dan terluka dalam 40 hari terakhir, penghancuran lebih dari 33 ribu bangunan tempat tinggal dan infrastruktur, serta pengungsian 1,4 juta orang selama ini hanyalah sebagian dari kejahatan yang dilakukan rezim Zionis Israel terhadap rakyat Gaza yang tidak berdaya dan tidak bersalah melalui kerja sama dengan pengklaim hak asasi manusia terbesar, Amerika Serikat.
Kejahatan Israel di Jalur Gaza
Patut diketahui bahwa selama 75 tahun terakhir sejak berdirinya rezim Israel palsu hingga tahun 2022, sebanyak 512 resolusi menentang Israel telah disetujui oleh Majelis Umum, Dewan Keamanan dan Dewan Hak Asasi Manusia, dimana 55 resolusi menentang Zionis telah diveto oleh Amerika Serikat.
Dengan menelaah kasus-kasus tersebut, yang hanya sebagian dari kejahatan brutal yang dilakukan Amerika dan Israel terhadap kemanusiaan, kita mengetahui bahwa rezim Zionis dan Amerika selalu menjadi contoh nyata pelanggaran HAM sepanjang sejarah.
Pada akhir pembahasan ini, mari kita simak salah satu pernyataan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatullah Khamenei mengenai Amerika yang mengatakan:
"Amerika mengatakan “kami mendukung hak asasi manusia”! Kami bilang: Anda sama sekali tidak mengakui hak asasi manusia. Anda percaya pada hak-hak perusahaan besar dan kapitalis Amerika. Anda percaya pada kepentingan tidak sah rezim Amerika di seluruh dunia!"
Meratapi Kesyahidan Fathimah Zahra Sang Pembela Ali
Hari-hari ini adalah hari-hari duka bagi para pecinta Ahlul Bait untuk Sayidah Fathimah Zahra as. Fathimah adalah pribadi ketika Nabi Muhammad Saw merindukan bau surga langsung mendekat dan menciumnya. Fathimah adalah pribadi yang disebut Rasulullah Saw sebagai "ibu dari ayahnya" dan "belahan jiwanya". Nabi Saw pernah bersabda tentangnya, "Wahai Fathimah! Sesungguhnya Allah SWT akan memurkai seseorang karena murkamu dan merelakan seseorang karena kerelaanmu."
Benar, Sayidah Fathimah az-Zahra as merupakan kecintaan Allah. Fathimah as telah mencapai cakrawala tertinggi, sehingga Allah SWT meridhai seseorang yang direlakan Fathimah as dan begitu juga akan murka dengan kemurkaan Fathimah as.
Namun Fathimah as sebagai cindera mata Rasulullah Saw meninggal dunia secara misterius di masa mudanya, sehingga kuburannya sampai sekarang tidak memiliki tanda. Tidak jelas apakah beliau dimakamkan di masjid Nabi, bersama dengan ayahnya atau di Baqi, atau di tempat lain! Sejujurnya, tidak ada tanda yang jelas itu sendiri petanda apa?
Hari ini, pada peringatan kesyahidan putri Rasulullah Saw, dunia Islam bersedih. Kami juga mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada Anda pada kesempatan peringatan kesyahidan Sayidah Fathimah Zahra as. Pada kesempatan ini, kami akan menyampaikan beberapa kalimat singkat dari khotbah beliau yang disampaikan pada hari-hari terakhir kehidupannya yang singkat tapi penuh berkat. Kami memohon kepada Allah SWT agar senantiasa menuntut kita di jalur terang benderang yang telah dilewati perempuan hebat ini.
Khotbah sayidah Fathimah as di masjid Madinah yang kemudian dikenal sebagai khotbah Fadak adalah khotbah yang indah yang membingungkan para ahli kefasihan dan retorika karena ungkapan yang lugas, kekuatan argumentasi penggunaan berbagai metafora dan keragaman obyek yang dibahas. Sebagaimana Bahauddin Erbali, sejarawan dan ahli hadis terkenal abad ke tujuh tentang khorbah ini menulis, "Khotbah yang memancarkan cahaya kenabian dan menyibakkan aroma risalah serta Syiah dan Sunni mengutipnya di buku-buku mereka."
Khotbah ini secara lahiriah menjelaskan protes atas perampasan tanah Fadak yang dilakukan oleh Khalifah Pertama. Fadak adalah tanah dekat Madinah, yang cukup air dan penuh dengan kebon kurma dengan hasil yang bagus. Pada tahun ketujuh Hijrah, pasukan Islam berhasil menaklukkan benteng-benteng Khaibar yang merupakan markas utama orang-orang Yahudi. Nah, begitu mendengar berita ini, orang-orang Yahudi Fadak mengirim utusan untuk menemui Nabi Saw dan menyerahkan Fadak kepada Rasulullah Saw. Sesuai dengan kesaksian para ahli tafsir Syiah dan Sunni, setelah diturunkannya ayat 26 surat al-Isra Nabi yang memerintahkan agar memberikan hak keluarga, Nabi Saw lalu memberikan Fadak kepada Fathimah as.
Namun setelah wafatnya Nabi Saw, hanya dalam beberapa hari, terjadi perubahan besar terjadi dalam masyarakat Islam, yang sangat sulit dipercaya. Setelah sepuluh hari setelah kematian Nabi Saw, Khalifah Pertama mengusir para pekerja Fathima as dari Fadak dan menunjuk orang lain sebagai gantinya. Demikianlah cerita perampasan tanah Fadak. Menyaksikan kejadian itu, Sayidah Fathimah Zahra as pergi ke masjid Nabi untuk menjelaskan haknya.
Ketika dikatakan bahwa putri Nabi Saw ingin berbicara dengan orang-orang, semua orang berkumpul di masjid dan sekitarnya untuk mendengar kata-kata Fathimah as. Di sudut masjid ada tabir yang disiapkan untuk memisahkan kaum pria dengan perempuan. Sayidah Fathimah as memasuki masjid di antara kaum perempuan. Beliau berjalan seperti Rasulullah Saw, ayahnya. Mereka yang hadir di masjid seakan-akan mendengar kembali suara kaki Rasulullah Saw. Bahkan ketika Fathimah as mulai berbicara, masyarakat seakan-akan mendengar kembali suara Rasulullah Saw.
sayidah Fathimah as memasuki masjid. Ini merupakan pertama kalinya beliau melangkahkan kakinya ke masjid pasca meninggalnya Rasulullah Saw. Menyaksikan tempat kosong yang biasa diisi oleh Nabi Saw, lihat ruang kosong Nabi Saw, kesedihan menyelimutinya dan beliau mulai merintih. Hanya satu rintihan tanpa kata, tapi telah membuat hati-hati yang hadir bergetar dan air mata menetes.
Kemudian Sayidah Fathimah as memulai ucapannya dengan memuji Allah SWT dan mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw. Ketika semua yang hadir mendengar suara peninggalan Rasulullah Saw di masjid, masyarakat kembali menangis. Fathimah as untuk kedua kalinya terdiam dan dengan perlahan memulai ucapannya, "Saya mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan dan memberikan ilham kepada hati. Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang tidak mampu dihitung dan tidak dapat memberikan balasan atasnya dan tidak dapat dipahami akhirnya."
Di awal khotbah, Sayidah Fathimah Zahra as berbicara tentang nikmat Allah dan apa yang membuatnya langgeng dan menopang nikmat ini. Setelah itu, beliau beralih membicarakan tauhid, kenabian lalu membicarakan kerja keras Rasulullah Saw dalam membimbing manusia dan menyelamatkan mereka dari kesesatan. Setelah itu berkata, "Kalau begitu, ketika ayahku melaksanakan risalahnya, Allah Swt lebih mengutamakan kehadirannya di barisan malaikat yang dekat dengan Allah, ketimbang tetap berada di dunia lalu membawanya ke sisi-Nya."
Dengan penjelasan ini, Fathimah as memahamkan kepada semuanya bahwa Nabi Muhammad Saw sama seperti manusia lainnya yang bisa mati.
Dalam khotbah ini, Fathimah as memperkenalkan dirinya kepada semua yang telah mengenalnya sebelumnya, dan di sela-sela ucapannya, beliau menjelaskan masalah Islam yang prinsip. Beliau mengatakan, "Wahai manusia! Saya adalah Fathimah dan ayahku adalah Muhammad Saw. Apa yang saya sampaikan dari awal hingga akhirnya adalah benar. Bukan ucapan yang sia-sia dan saya tidak pernah melakukan pekerjaan yang tidak baik. Jadi jika kalian mengenalnya, ketahuilah tahu bahwa di antara para wanita kalian adalah ayahku dan di antara laki-laki kalian, beliau adalah saya Anda tahu bahwa dia adalah ayah saya di antara para wanita Anda, dan di antara para pria Anda adalah saudara sepupu saya."
Artinya, bila kalian mengenal ayahku, ketahuilah bahwa beliau adalah saudara sepupu saya dan tidak ada dari kalian yang punya hubungan kekerabatan seperti itu dengannya. Hanya Ali yang saudaranya adalah Nabi Saw. Semua mengetahui bahwa ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup dan menyambungkan kekerabatan, beliau menjadi saudara Ali dan Ali dikenal sebagai saudara Rasulullah Saw. Oleh karenanya, maksud dari Sayidah Fathimah Zahra as adalah menjelaskan kepada masyarakat semua poin yang membuktikan kekbenaran Ali.
Setelah itu, Fathimah as menjelaskan kebingungan dan kesesatan manusia sebelum pengutusan Nabi Muhammad Saw dan berkata, "Saya adalah putri orang yang menyelamatkan kalian dari kesengsaraan dunia dan akhirat. Kondisi hidup kalian sedemikian rupa sehingga kalian tidak memiliki air minum yang sehat dan makanan yang layak. Kalian melewati dunia kalian dalam kemiskikan, kesengsaraan dan pembunuhan antara saudara. Puncaknya adalah kalian sesat dan penyembah berhala dan beliau memperkenalkan kalian akan Allah dan membawa agama terbaik buat kalian. Nabi membimbing kalian ke tingkat kesempurnaan manusia. Tidak seorang pun di alam semesta yang melakukan pelayanan kepada kemanusiaan sepertinya. Pada saat Rasulullah ada di antara kalian, beliau paling menanggung penderitaan dan paling merasakan penderitaan dan di jalan ini Ali adalah pribadi yang selalu menjadi teman dan penolongnya. Terkadang kalian hidup dengan tenang, Ali melemparkan dirinya ke mulut naga untuk membela agama Allah. Akhirnya, berkat perjuangan Nabi Muhammad Saw dan Ali, mereka berhasil memastikan agama Islam dan kalian sampai pada kemuliaan dan kehormatan ini."
Setelah menyampaikan pendahuluan tersebut, Sayidah Fathimah as mengatakan, "Ketika Nabi Saw masih hidup semua masalah ini dibanggakan dan diterima oleh semua orang. Namun begitu beliau pergi, apa yang terjadi di antara kalian? Setelah ayahku meninggal kecenderungan kalian akan kemunafikan mulai tampak dan setelah mulai menguasai kalian. Bukannya mengingat komitmen kalian kepada Rasullah, amanah yang diserahkan kepada kalian mulai dilupakan bukannya dijaga. Seakan-akan hanya nama dari Islam kalian yang tinggal dan kalian melupakan hakikat Islam."
Sayidah Fathimah as menyampaikan apa saja yang perlu dikatakan, itupun dengan transparan dan sastra yang tidak ada bandingannya. Meskipun beliau tampaknya tidak mampu menjelaskan Ali as dalam posisi seperti yang disampaikan Rasulullah Saw di hari Ghadir Khum, "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali juga sebagai pemimpinnya, tapi beliau berhasil mencatatkan dalam sejarah akan satu hakikat. Fathimah as berhasil menjadikan Fadak sebagai alasan untuk memrotes perampasan khilafah dan penyimpangan dari jalan Rasulullah Saw.
Jika Fathimah as tidak mengatakan ini, Ali tidak pernah mencapai kekhalifahan. Ali as setelah dua puluh lima tahun, akhirnya berhasil menjadi khalifah untuk waktu yang singkat, empat tahun. Selama empat tahun menjadi khalifah, Ali as harus menjalani tiga perang internal, tapi di setiap kesempatan beliau menyampaikan puluhan prinsip-prinsip al-Quran dan nilai-nilai Islam untuk menuntung dan mendidikan setiap individu dan masyarakat. Ali as dalam waktu yang singkat ini berhasil membangun kota percontohan al-Quran. Kota Kufah waktu itu tidak memiliki orang miskin. Ahmad bin Hanbal dalam buku Fadhail Shahabah mengutip bahwa Ali as berkata, "Sekarang, masyarakat memiliki kehidupan yang layak. Mereka yang kerjanya paling rendah dapat memakan roti dari gandum dan memiliki rumah serta dapat minum air yang sehat dan bersih dari sungai Furat."
Sekali lagi, kami mengucapkan bela sungkawa atas kesyahidan putri tercinta Rasulullah Saw dan menyampaikan salam kepada ruh suci Sayidah Fathimah az-Zahra as. Karena Rasulullah Saw pernah berkata kepada beliau, "Ketika ada orang yang menyampaikan salam kepada putriku, Allah Saw akan mengampuninya dan akan digabungkan denganku di surga, dimana saja aku barada.
Insiden Berdarah Rask dan Tujuan Di baliknya
Hari Jumat (15/12/2023) para teroris menyerang markas polisi di kota Rask. Dalam insiden ini sejumlah polisi Republik Islam Iran gugur.
Pada Jumat pagi (15 Desember 2023), sekelompok teroris menyerang markas polisi di kota Rask, provinsi Sistan dan Baluchistan, tenggara Iran, menyebabkan banyak korban tewas dan ada pula yang luka-luka. Tak lama setelah insiden teroris ini, kelompok teroris "Jaish al-Dhulm" mengambil tanggung jawab atas serangan pengecut ini dan mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa pasukannya menyerbu markas komando Faraja (komando polisi Republik Islam Iran) di kota Rask pada pukul dua dini hari.
Menyusul serangan teroris dan kematian 12 polisi, duka cita diumumkan di provinsi Sistan dan Baluchistan di Iran pada hari Sabtu.
Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi, setelah serangan teroris di markas polisi kota Rask, menyampaikan pesan belasungkawa kepada rakyat Iran dan menyatakan simpati yang mendalam kepada keluarga para syuhada yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam tindakan pengecut ini. Sayid Ebrahim Raisi meminta aparat keamanan dan penegak hukum segera mengidentifikasi pelaku kejahatan keji ini agar bisa dihukum atas perbuatan memalukan tersebut.
Menteri Dalam Negeri Iran juga mengatakan pada hari Sabtu pada upacara perpisahan para syuhada serangan teroris di kota Rask, mengatakan bahwa orang-orang muda yang terkasih ini menjadi martir oleh orang-orang paling kejam di dunia, dan menekankan: kelompok teroris dan kubu anti-pemerintah harus tahu bahwa salah menguji orang-orang yang telah teruji, revolusi ini selama usianya telah menyumbangkan banya syuhada ini dalam membela negara dan teguh ke arah itu.
Ini bukan pertama kalinya kita melihat serangan terhadap kepolisian dan masyarakat Sistan dan Baluchistan di perbatasan timur Iran. Sebelumnya, berbagai kelompok teroris, termasuk kelompok Jaish al-Dhulm, membunuh sejumlah warga Iran dengan serangan terhadap masyarakat umum dan pasukan polisi di Sistan dan Baluchistan. Namun fakta bahwa kita menyaksikan serangan berdarah seperti ini dalam situasi saat ini, berdasarkan kondisi internasional dan regional, tujuan dan faktor di balik serangan tersebut dapat dinilai dari beberapa aspek:
Poin pertama adalah menempatkan Iran di bawah tekanan sejalan dengan tekanan keamanan maksimum terhadap Republik Islam Iran setelah kegagalan tekanan maksimum sanksi Amerika. Dalam gerakan-gerakan tersebut, terdapat kerja sama yang luas antara Amerika, Inggris dan Israel, dan mereka menjadikan wilayah perbatasan timur, selatan dan barat Iran sebagai pusat kegiatan spionase dan militernya, sehingga dapat menerusak keamanan wilayah tersebut, khususnya. Provinsi Sistan dan Baluchistan.
Republik Islam Iran sejauh ini telah menangkap banyak mata-mata dan teroris dalam hal ini dan menghukum mereka atas tindakan mereka, seperti baru-baru ini hukuman mati terhadap seseorang yang diadili dan dihukum karena memiliki hubungan dengan dinas asing, termasuk Mossad, dieksekusi di Sistan dan Baluchistan. Bulan lalu, sejumlah mata-mata lainnya dijatuhi hukuman mati karena berkolaborasi dengan kelompok teroris Jaish al-Dhulm.
Orang-orang ini dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Revolusi dengan dakwaan menjadi anggota kelompok Jaish al-Dhulm, melakukan kerusakan di muka bumi melalui partisipasi dalam aksi teroris dua pengeboman Kantor Polisi 12 Zahedan, ikut serta dalam aksi teroris pengeboman bom di rute mobil patroli polisi yang mengakibatkan beberapa petugas polisi terluka, merusak fasilitas umum dan pemerintah, serta menyelundupkan peralatan pembuatan bom.
Tujuan kedua dilakukannya serangan teroris ini adalah untuk mengganggu keharmonisan dunia Islam khususnya Republik Islam Iran dengan negara tetangganya, termasuk tetangga timur. Salah satu prioritas pemerintahan ke-13 Republik Islam Iran adalah memperkuat hubungan persahabatan dan mengembangkan kerja sama komersial dan militer dengan negara tetangga, termasuk Iran dan Pakistan.
Dalam beberapa bulan terakhir, kita telah melihat perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hubungan Iran dengan Afghanistan dan Pakistan. Pertukaran dan kunjungan yang sering dilakukan delegasi ekonomi, komersial, budaya dan militer Republik Islam Iran dengan Afghanistan dan Pakistan, termasuk pertemuan keamanan otoritas perbatasan Pakistan dan Iran, koordinasi mereka, pembentukan beberapa pasar perbatasan, dan sebagai jasilnya, perbatasan Iran dan kedua negara ini relatif stabil, termasuk di provinsi Sistan dan Baluchistan, adalah hal-hal yang dapat dengan mudah ditoleransi oleh musuh-musuh negara-negara di kawasan. Akibatnya, dengan serangan-serangan tersebut, mereka berusaha mengobarkan kecurigaan otoritas negara-negara tersebut terhadap satu sama lain dan menciptakan kesalahpahaman di antara mereka.
Poin ketiga adalah menciptakan perpecahan mazhab dan etnis antara Syiah dan Sunni, etnis Baluch dan non Baluch di Provinsi Sistan dan Baluchistan Iran. Di satu sisi, kelompok teroris seperti Jaish al-Dhulm secara keliru memperkenalkan diri mereka sebagai perwakilan masyarakat Baloch dan mengklaim membela hak-hak masyarakat Baloch, tapi mereka membunuh orang-orang yang tidak bersalah dalam serangan mereka, dan di sisi lain, sejumlah tokoh etnis atau agama yang merupakan tangan musuh dan mereka berusaha mengobarkan perbedaan agama dan etnis di Sistan dan Baluchistan dengan kata-kata mereka yang memiliki dua sisi dan bermakna.
Namun berkat kewaspadaan masyarakat dan pihak berwenang di wilayah tersebut, rencana mereka berhasil digagalkan dan dari waktu ke waktu, mereka berusaha mencapai tujuan mereka yang gagal dengan menumpahkan racun mereka melalui serangan berdarah. Seperti yang dikatakan Menteri Dalam Negeri Iran dalam pidatonya menanggapi kejadian baru-baru ini, yang menyatakan bahwa keinginan para pejuang kita tidak akan membiarkan para teroris memiliki momen damai, dia mengatakan bahwa musuh mencoba menciptakan perpecahan di antara kaum Syiah dan Sunni, tetapi hari ini Anda melihat Syi'ah dan Sunni bersatu dan berdampingan. Mereka juga hadir pada upacara pemakaman dan tindakan musuh tidak membawa hasil.
Bagaimanapun, kini, di satu sisi, semacam keharmonisan kerakyatan telah muncul di antara negara-negara Muslim dalam masalah Gaza, dan di sisi lain, hubungan antara Republik Islam Iran dan negara-negara tetangganya berada di jalur yang benar dan mengalami kemajuan, plot musuh juga meningkat secara paralel. Dan hal ini mengharuskan negarawan dan masyarakat di negara-negara di kawasan untuk tetap waspada dan tidak tertipu oleh plot musuh, dan selain itu, lembaga hak asasi manusia internasional mempunyai kewajiban untuk mengutuk serangan-serangan tersebut dan kegiatan-kegiatan kelompok teroris untuk membawa perdamaian, keamanan dan ketenangan bagi bangsa-bangsa.
Seperti yang dikatakan Stéphane Dujarric, juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam waktu setempat: Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk serangan hari ini terhadap markas besar polisi di provinsi Sistan dan Baluchistan Republik Islam Iran, yang dilakukan oleh kelompok "Jaish al-Adl" (Dhulm) dan berdasarkan laporan tersebut menyebabkan sedikitnya 11 orang tewas, dan menekankan perlunya mengadili para pelaku serangan ini."
Lebih lanjut seraya pentingnya mengadili dan menghukum pelaku serangan terori ini, ia menuntut pelaku serangan keji ini secepatnya diserahkan ke pengadilan.
Penahanan Hamid Nouri, Permainan Politik Swedia terhadap Iran
Pengadilan banding Hamid Nouri diadakan atas tuduhan yang dibuat-buat dan hukuman penjara seumur hidup telah diputuskan.
Namun cerita utamanya, sebenarnya adalah penyanderaan politik, yang melaluinya, pemerintah Swedia mengupayakan pembebasan seorang mata-mata yang bertanggung jawab atas kesyahidan para ilmuwan nuklir Iran.
Menurut wartawan Farsnews, pada 2 November 2019 (11 Aban 1398 HS), Hamid Nouri, seorang warga negara Republik Islam Iran, mengunjungi Swedia dan setibanya di bandara Stockholm, dia ditangkap polisi negara ini.
Penangkapan Hamid Nouri atas tuduhan yang dibuat-buat merupakan skenario dinas keamanan Swedia dan awal dari permainan politik terhadap Republik Islam Iran. Melalui penahanan terhadap Hamid Nouri, Swedia berusaha membebaskan seorang mata-mata yang bertanggung jawab dalam berbagai serangan teror terhadap para ilmuwan nuklir Iran, termasuk bertanggung jawab atas gugur syahidnya Mohsen Fakhrizadeh.
Hamid Nouri
Hamid Nouri ditangkap berdasarkan klaim dan tuduhan palsu dari anggota kelompok teroris Munafikin (MKO), pada saat kedatangannya di Bandara Stockholm. Selama beberapa bulan, dia tidak diizinkan menghubungi keluarganya atau tidak memiliki akses konsuler.
Padahal menurut Konvensi 1963 tentang Hubungan Konsuler, pemerintah penerima setelah menangkap warga negara asing harus segera memberi tahu kedutaan atau konsulat orang tersebut.
Sekretaris Komisi Hak Asasi Manusia Iran Kazem Gharibabadi pada tanggal 30 Juni 2023 mengatakan, kasus Hamid Nouri sepenuhnya politis dan haknya dilanggar dalam persidangan dan pengadilan banding bagi warga Iran. Kami melihat kasusnya sebagai sandera di sana, bukan orang yang melakukan kejahatan.
"Swedia tidak memiliki dokumen apa pun dan hanya membela kelompok teroris; Tentu saja, negara-negara itu sendiri, di mana kelompok teroris itu berada, mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan dan menangani kelompok munafik ini, dan kelompok ini juga akan menimbulkan masalah bagi Swedia," ujar Gharibabadi.
"Kami menyarankan Swedia untuk tidak mengorbankan keamanan dan kepentingan mereka demi membela kelompok teroris ini, dan tidak mengambil tindakan lebih lanjut terkait permainan politik mereka sendiri terkait kasus Hamid Nouri," tegasnya.
Hamid Nouri
Sudah lebih dari empat tahun sejak Hamid Nouri ditahan secara ilegal di Swedia, dan selama ini dia selalu ditahan di sel isolasi serta pembatasan yang sangat ketat dan tidak manusiawi telah diberlakukan padanya dan keluarganya.
Sidang ke-10 telah digelar dan sidang banding ke-11 juga telah digelar pada 29 Mei 2023, dan proses ini berlanjut hingga pertengahan November 2023.
Dalam sidang pertama pengadilan ini, Hamid Nouri sangat keberatan dengan proses peradilan yang hanya formalitas dan tidak adil.
Dalam sidang ini, Nouri mengatakan kepada hakim Swedia, Mengapa Anda ingin menyelenggarakan pengadilan formalitas? Keadilan harus ditegakkan di sini. Saya ingin berbicara dengan pengacara saya. Saya sudah berada di sel selama 3 tahun 2 bulan. Tuan Hakim, biarkan keadilan ditegakkan di pengadilan Anda. Saya menghitung detik untuk hari seperti ini untuk menceritakan kisah saya kepada Anda. Jangan menyelenggarakan pengadilan formalitas.
Kasus Hamid Nouri bisa dikritisi dari aspek hukum. Kasus ini memiliki kontradiksi dari aspek hak asasi manusia dengan konvensi internasional, dimana otoritas Swedia tidak memberikan penjelasan atau bukti yang dapat diterima.
Asas praduga tidak bersalah telah dilanggar pada tempatnya. Berdasarkan prinsip ini, diasumsikan bahwa semua orang tidak bersalah sampai mereka dinyatakan bersalah secara meyakinkan di pengadilan yang berwenang.
Putusan pengadilan yang lebih rendah menunjukkan bahwa asas praduga tidak bersalah telah dilanggar dan dakwaan dikeluarkan berdasarkan itu, sementara pengadilan Swedia secara membabi buta mengandalkan dakwaan tersebut.
Menurut Eduardo Torido, penasihat hukum keluarga Nouri, Struktur legislatif Swedia yang berlaku saat ini belum diperbarui dibandingkan dengan hukum internasional, dan hukum yang berlaku dalam kasus Nouri adalah hukum dari tahun 1980 hingga 1988, dan pemerintah Swedia setelah itu mengadopsi Statuta Roma dan memperbarui aturannya sendiri pada tahun 2010 dan 2014. Oleh karena itu, pengadilan Swedia tidak dapat menerapkan aturan baru untuk peristiwa yang diduga terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Para ahli sepakat bahwa persidangan Hamid Nouri lebih merupakan kasus politik daripada kasus yudisial dan hukum.
Ada banyak kontradiksi dalam persidangan Hamid Nouri. Dari cara dia ditahan di bandara Stockholm hingga saat penahanannya, ada banyak pelanggaran terhadap prinsip-prinsip internasional dan hak asasi manusia, bahkan hukum dalam negeri Swedia.
Hak dan kebebasan minimum yang diatur dalam dokumen internasional, seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, dan perjanjian regional tentang hak asasi manusia dan kebebasan, harus dijamin dan diterapkan kepada semua terdakwa tanpa kecuali dalam kasus pidana apa pun. Di antaranya adalah larangan penyiksaan dan perilaku tidak manusiawi lainnya, yang juga harus dipatuhi oleh pemerintah Swedia, tetapi semua kasus ini terlibat dalam kasus Hamid Nouri.
Mencermati proses ini, terlihat bahwa putusan Nouri ditulis jauh sebelum persidangan berakhir, dan menggelar persidangan sebenarnya merupakan upaya menyiapkan dokumen dugaan untuk itu; Meskipun dokumen tidak diberikan pada akhirnya, putusan ditulis terlebih dahulu dan dibacakan.
Selain itu, hak asasi minimum Nouri dicabut selama penahanannya di Swedia sebagai terdakwa. Hamid Nouri menghabiskan seluruh masa penahanannya di sel isolasi dan hanya diperbolehkan makan selama satu jam sehari.
Selain itu, pemerintah Swedia menolak memberinya fasilitas dasar seperti Al-Qur'an dan turbah karena berbagai alasan seperti penyebaran Corona. Tidak memberinya makanan halal dan tidak menyediakan kacamata yang dia butuhkan. Lokasi tempat penahanannya diubah berkali-kali karena alasan keamanan. Perlakuan kekerasan seperti pemukulan terhadapnya ada dalam agenda. Berkali-kali mereka menyita barang-barang pribadinya, seperti catatannya, meski Nouri menyatakan ketidaksetujuannya.
Dalam satu periode, ia ditolak akses ke dokter meskipun terinfeksi penyakit korona, yang bahkan menyebabkan penundaan sidang selama dua minggu, dengan mengklaim bahwa obat penyakit ini hanya istirahat.
Sejatinya, pemerintah Swedia memutus komunikasi Nouri dengan dunia luar dan pada saat yang sama mengklaim bahwa dia ditempatkan dalam kondisi yang menguntungkan.
Dalam file audio, hasil dari percakapannya dengan keluarganya, Nouri menjelaskan beberapa tindakan dan tidak manusiawi yang dilakukan terhadapnya.
Hamid Nouri
Sementara pada Mei 2022 dan pada saat yang sama dengan sesi sembilan puluh dua sidang pengadilan pertama, hakim kasus tersebut memerintahkan pembatalan semua pembatasan yang dikenakan pada Nouri, tetapi otoritas pusat penahanan terus memberlakukan pembatasan tersebut, termasuk dalam hal mengunjungi dan menghubungi keluarga atau menahannya di sel isolasi terus berlanjut dan bahkan mengintensifkannya.
Setelah 42 bulan penyiksaan di sel isolasi, Swedia baru-baru ini menerapkan metode penyiksaan baru terhadap Hamid Nouri.
Selama beberapa minggu terakhir, mereka telah memindahkan seorang warga negara Eritrea, yang menderita gangguan mental yang parah, ke sel isolasi Hamid Nouri, tanpa sedikit pun perubahan kondisi penahanannya.
Seperti yang dikatakan Hamid Nouri kepada pengacaranya, orang Swedia biasanya memindahkan seseorang ke selnya pada malam sidang pengadilan, dan dengan dalih yang sama, mereka menyita perangkat optik, termasuk catatan yang diperlukan untuk pengadilan yang dimilikinya.
Tindakan ini telah dilakukan berkali-kali sejauh ini, dan hal ini menghilangkan Hamid Nouri dari kemungkinan pembelaan yang efektif, dan dokumen yang dia butuhkan untuk membela diri di persidangan dijauhkan darinya dengan dalih yang sama.
Selain itu, kehadiran seseorang dengan masalah mental dan psikologis di sel berukuran kecil Nouri meningkatkan tekanan padanya, terutama karena menurut laporan yang diterima, orang tersebut sama sekali tidak mematuhi masalah kesehatan dan kondisinya sangat sulit dan melelahkan untuk warga Iran yang berada di sel isolasi tersebut.
Tindakan pemerintah Swedia ini dapat dianggap sebagai contoh nyata penyiksaan mental Hamid Nouri, yang jelas melanggar prinsip dan hukum internasional, termasuk Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Pasal 5 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan, Tidak seorang pun boleh mengalami penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat.
Klausa perintah tidak seorang pun boleh ini tidak diragukan lagi mengungkapkan salah satu prinsip hukum kebiasaan internasional yang tegas dan tidak dapat disangkal yang harus diterapkan dalam keadaan apa pun dan merupakan aturan wajib yang berlaku untuk semua lembaga peradilan, tetapi tampaknya sistem peradilan Swedia lebih memilih untuk menutup mata terhadap fakta ini.



























