کمالوندی
Sejenak Bersama Al-Quran: Kiblat dan Arsitektur Kota
Kiblat dan Arsitektur Kota
Allah Swt berfirman:
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya, “Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu berhadap-hadapan (sebagai kiblat) dan dirikanlah olehmu salat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 87)
Kiblat dalam bahasa berarti berhadap-hadapan dan juga berarti arah Ka’bah. Yakni, dalam membuat rumah hendaknya mengarah ke kiblat. Sangat mungkin ayat ini berarti bahwa selama Firaun masih berkuasa dan memutuskan untuk menghancurkan kalian, maka ibadah kalian dilakukan di rumah-rumah.[1] Sama seperti tiga tahun pertama pengutusan Nabi Muhammad Saw.
Dengan demikian, arsitektur dan pembangunan kota Islam hendaknya memiliki kesamaan dengan ajaran Islam itu sendiri dengan tidak melupakan arah kiblat. Kita harus membangun rumah yang dapat dipergunakan untuk melakukan ibadah di dalamnya.
Semua program para nabi berdasarkan wahyu, bahkan terkait pembangunan rumah. Oleh karenanya, kawasan penduduk yang beriman harus dibedakan dari orang-orang Kafir dan jangan biarkan orang asing berada di kawasan dan masyarakat kita, sehingga hal itu menjadi sarana bagi kemuliaan, kekuatan dan independensi kelompok orang beriman. Dari satu sisi, rumah-rumah yang dibangun berhadap-hadapan lebih mudah untuk menjaga, mengawasi dan lebih mengakrabkan penghuninya satu dengan yang lain. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber: Mohsen Qaraati, Daghayeghi ba Quran, Tehran, Markaz Farhanggi Darsha-i az Quran, 1388 Hs, cet 1.
AS Kecam Serangan Zionis terhadap Balita Palestina
Amerika Serikat pada Jumat (31/7/2015), mengecam kejahatan mengerikan rezim Zionis Israel terhadap sebuah desa Palestina di Tepi Barat.
Sebuah pernyataan dari Departemen Luar Negeri AS, mendesak Israel untuk "menangkap para pembunuh" dan meminta kedua belah pihak untuk menghindari meningkatnya ketegangan di kawasan. Demikian dilansir AFP.
Penyerang Zionis membakar dua rumah warga Palestina di Tepi Barat. Serangan tersebut membunuh seorang balita dan menyebabkan empat orang lainnya kritis.
Tindakan rasis warga Zionis terhadap penduduk Palestina meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Selain aksi brutal para pemukim Zionis terhadap warga Palestina, tentara Israel juga memperluas serangan dan penangkapan sadis terhadap penduduk setempat. Sejak tahun 2015 sampai sekarang, 19 warga Palestina gugur syahid di tangan warga Zionis.
Sanksi AS terhadap Rusia Dianggap tidak Efektif
Michael Maloof, mantan pejabat Pentagon, menganggap penerapan sanksi baru Amerika Serikat terhadap Rusia sebagai langkah yang tidak bermakna dan tidak efektif.
Dalam wawancaranya dengan Press TV, Jumat (31/7/2015), Maloof mengatakan, sanksi tersebut benar-benar tidak efektif dan tidak memiliki pengaruh berarti terhadap masyarakat Rusia.
“Amerika bergerak sendirian dalam memaksakan sanksi baru terhadap Rusia,” tegasnya.
Uni Eropa tidak berkomitmen untuk sanksi itu, karena menurut Maloof, ada ketergantungan besar Eropa terhadap Rusia terutama di sektor energi.
Dia mengatakan sanksi yang dimaksudkan untuk mengirim sinyal, tetapi pada kenyataannya ia hampir tidak berarti.
Departemen Keuangan AS pada hari Kamis, mengumumkan putaran baru sanksi terhadap Rusia yang menyasar sejumlah perusahaan dan warga Rusia.
Tindakan tersebut sejalan dengan dukungan AS untuk Ukraina dan bentuk pelaksanaan undang-undang yang diloloskan Kongres terkait dukungan kepada pemerintah Kiev.
Washington mulai memberlakukan sanksi terhadap Moskow pada 2014, menargetkan sektor energi dan keuangan Rusia.
Yunani Siapkan Rencana Rahasia untuk Keluar dari Zona Euro
Perdana Menteri Yunani mengatakan, pemerintah telah menyiapkan rencana rahasia untuk kemungkinan keluar dari Zona Euro.
Menurut Reuters, Alexis Tsipras dalam pernyataannya di Parlemen Yunani, Jumat (31/7) mengatakan, kami tidak mempunyai rencana untuk keluar dari Zona Euro, namun kami telah menyiapkan rencana darurat terkait hal ini.
Ia menambahkan, ketika mitra-mitra kami dan para pemberi pinjaman telah menyiapkan rencana keluarnya Yunani dari Zona Euro, mengapa kita sebagai pemerintah tidak seharusnya menyiapkan langkah-langkah pembelaan kita?
PM Yunani lebih lanjut menggambarkan rencana tersebut sebagai rencana pertahanan sebuah negara sebelum dimulainya perang.
Tsipras mengatakan, ini adalah tugas pemerintah yang bertanggung jawab; yaitu untuk mempersiapkan rencana darurat untuk masa depan.
Di bagian lain statemennya, PM Yunani membantah tuduhan terkait keinginannya untuk mengembalikan mata uang euro menjadi drachma.
Perkembangan tersebut terjadi ketika PM Yunani juga menghadapi penentangan dari partai politiknya sendiri, SYRIZA.
Tsipras tengah berdialog dengan para pejabat Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) agar tiga minggu ke depan dapat menerima bantuan finansial bagian ketiga.
Diserang ISIS, Tujuh Tentara Libya Tewas
Sumber-sumber militer di Libya mengabarkan tewasnya tujuh tentara negara ini dalam serangan teroris Takfiri ISIS ke sebuah pos pemeriksaan pasukan pemerintah pada Jumat (31/7).
Seperti dilansir Reuters, seorang pejabat militer Libya mengatakan, serangan teroris ISIS di pos pemeriksaan di luar kota Ajdabiya, Libya timur telah menewaskan lima tentara dan menyebabkan 15 lainnya menghilang.
Ia menambahkan, dua tentara Libya juga tewas dan lima lainnya terluka ketika pemerintah mengirim pasukan tambahan ke kota tersebut.
ISIS dalam pernyataannya mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Merurut statemen ISIS, kelompok teroris ini melancarkan serangan ke Ajdabiya dengan mengerahkan 200 milisi dan berhasil menguasai gudang amunisi dan peralatan militer Libya.
ISIS memanfaatan kevakuman keamanan di Libya yang kini terbagi menjadi dua pemerintahan dan dua parlemen yang saling berseteru. (
Zarif: Kunjungan ke Kuwait, Qatar dan Irak Memuaskan
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Mohammad Javad Zarif menilai memuaskan lawatan regionalnya ke tiga negara Arab.
Zarif Kamis (30/7) di laman Twitternya menulis, dirinya menggelar perundingan tingkat tinggi dan konstruktif dengan pejabat Kuwait, Qatar dan Irak.
Menlu Iran saat menjawab mereka yang sampai saat ini dilanda keraguan menekankan, “Negara tetangga menjadi prioritas kebijakan luar negeri Iran dan ini merupakan sebuah pilihan penting serta urgen.”
Zarif hari Ahad lalu di lawatan tiga harinya mengunjungi tiga negara Arab, Kuwait, Qatar dan Irak. Selama kunjungannya tersebut, Zarif bertemu dengan petinggi ketiga negara tersebut membicarakan kesepakatan nuklir Iran dan Kelompok 5+1 serta isu-isu regional termasuk perang anti terorisme di kawasan.
Iran baik sebelum maupun pasca negosiasi nuklir senantiasa berusaha memperluas hubungannya dengan tetangga dan negara-negara kawasan.
Tehran berulang kali menekankan, keamanan negara tetangga dan kawasan juga merupakan keamanan Iran dan untuk memerangi kendala instabilitas diperlukan kerjasama kolektif. Menurutnya kepercayaan merupakan strategi rasional dan konstruktif.
Republik Islam Iran senantiasa menghormati kebijakan bertetangga yang baik dan kedaulatan negara tetangga serta regional. Kebijakan mengejar stabilitas merupakan doktrin diplomasi aktif Iran di kawasan.
Pourdastan: Militer Iran Pantau Penuh Pergerakan Regional
Komandan angkatan darat Iran lebih lanjut mengungkapkan, “Di antara angkatan bersanjata Iran, terdapat persatuan dan solidaritas penuh. Jika musuh melakukan kesalahan sekecil apa pun, maka mereka akan mendapatkan balasan yang mematikan.”
“Musuh tidak akan terlibat perang secara langsung dengan Iran, namun mereka akan mendukung kelompok Takfiri dan memperkokoh teroris di kawasan untuk membendung pengaruh Tehran,” tekan Pourdastan.
Kebangkitan Islam di kawasan menurut Pourdastan adalah hasil dari muqawama bangsa Iran terhadap kekuatan arogan dunia. “Selama bangsa Iran masih memiliki semangat anti-hegemoni, tidak ada kekuatan arogan dunia yang mampu melawannya,” tegas Pourdastan.
Menlu Zarif: Iran Capai Kesepakatan Nuklir Bersejarah
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, Iran telah mencapai kesepakatan nuklir bersejarah dengan Barat.
Zarif dalam artikelnya di surat kabar The Guardian Inggris, Jumat (31/7/2015) menganggap rezim Zionis Israel sebagai penghalang terciptanya zona bebas nuklir di Timur Tengah. Dia mengatakan, Iran telah menandatangani kesepakatan nuklir bersejarah dan sekarang giliran rezim Zionis.
“Iran dan Kelompok 5+1 pada akhirnya mencapai tujuan kolektif mengubah program nuklir Tehran dari sebuah krisis yang tidak perlu menjadi peluang untuk kerjasama di bidang larangan proliferasi nuklir dan lebih jauh dari itu,” tulis Zarif.
Dia menegaskan bahwa Republik Islam Iran selalu melakukan upaya berkelanjutan untuk larangan penggunaan senjata pemusnah massal di kawasan.
“Rezim Israel sebagai satu-satunya pemilik program senjata nuklir di kawasan, menarik diri (dari proses perlucutan senjata nuklir),” tegas Zarif.
Menurutnya, kesepakatan nuklir Iran dapat menjadi awal perundingan untuk mencapai konvensi penghancuran dan penghapusan senjata nuklir dunia, di mana bisa didukung oleh sebuah mekanisme pengawasan yang ketat dan uji kejujuran.
Brigjen Naqdi: Sains dan Teknologi, Satu-satunya Cara Melawan Musuh
Kepala Organisasi Basij Mustadafin Republik Islam Iran menilai perlengkapan senjata Sains dan Teknologi sebagai satu-satunya cara untuk bertahan melawan musuh.
Brigadir Jenderal Mohammad Reza Naqdi mengungkapkan hal itu dalam upacara penutupan Liga Ilmiah Internasional Periode ke-8 di Universitas Shahid Beheshti di Tehran, ibukota Iran, Kamis (30/7).
Brigjen Naqdi mengatakan, hari ini ilmu adalah sumber utama kekuatan.
Barat dalam hubungan dengan negara-negara Islam, kata Brigjen Naqdi, hanya berpikir kepentingan-kepentingannya.
Kepala Organisasi Basij Mustadafin Iran lebih lanjut menyinggung gugurnya ribuan anak dalam agresi militer Arab Saudi ke Yaman.
Ia menegaskan, pendukung serangan Arab Saudi ke Yaman adalah Amerika Serikat.
Brigjen Naqdi juga mengecam kejahatan rezim Zionis Israel di Palestina, dan menuturkan, kejahatan-kejahatan ini terjadi di bawah bayang-bayang kebungkaman Barat dan masyarakat internasional.
UNICEF Puji Fatwa Rahbar Soal Pendidikan Anak-anak Pengungsi
Wakil badan PBB yang mengurusi anak-anak, UNICEF di Tehran, menilai fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar tentang pendidikan anak-anak negara tetangga di Iran, sebagai teladan bertetangga internasional.
Fars News (28/7) melaporkan, Ezio Gianni Murzi, Wakil UNICEF di Iran, Selasa (28/7) dalam penyampaian laporan tentang monitoring global “pendidikan untuk semua” tahun 2015 yang digelar di Tehran menuturkan, “Iran banyak memberikan contoh dukungan atas anak-anak negara-negara tetangga yang terkena krisis.”
Murzi menyebut pelayanan Iran layak menjadi teladan yang penting bagi negara-negara dunia. “Lebih dari 250 ribu anak-anak dari Afghanistan dan Irak belajar di sekolah-sekolah Iran,” ujarnya.
Wakil UNICEF di Tehran itu menyoroti peningkatan kualitas pendidikan dan kemampuan guru serta tujuan asasi pendidikan di Iran. Ia mengatakan, “UNICEF senang menjadi salah satu bagian dari upaya internasional ini, dan Iran dapat contoh yang baik bagi Timur Tengah dan Asia.”



























