کمالوندی
Khatib Jumat Tehran: Rahbar, Penentu Akhir Masalah Nuklir
Khatib Jumat Tehran mengatakan, penentu terakhir masalah nuklir dan pemerintahan Republik Islam Iran adalah Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar.
Ayatullah Ahmad Khatami, Khatib Jumat Tehran dalam khutbahnya menyoroti peran Rahbar dalam kemajuan perundingan nuklir. Ia mengatakan, “Dalam perundingan nuklir Wina, Iran membuktikan bahwai dirinya tidak berusaha mengejar senjata pembunuh massal.”
Khatami menyebut masalah nuklir adalah isu nasional dan terkait dengan seluruh masyarakat Iran. “Masalah ini bukan hanya milik satu kelompok politik tertentu, dan semuanya harus berusaha menyukseskan serta mencapai hasil,” ujarnya.
Ayatullah Khatami juga menegaskan tentang kesadaran rakyat Iran dalam menghadapi konspirasi-konspirasi “Setan Besar” Amerika. “Bualan Amerika terkait rakyat Iran adalah konsumsi dalam negeri negara itu,” katanya.
Khatib Jumat Tehran menyebut opsi militer Amerika atas Iran sudah usang dan menegaskan, “Iran tidak menginginkan perang, akan tetapi jika mereka memulai, militer Iran akan memberikan balasan mematikan dan Amerika akan menyesal.”
Menurut Khatami, slogan “Mampus Amerika” bukan luapan emosional. “Bangsa Iran lebih dari 50 tahun ditindas oleh Amerika dan langkah Washington ini telah menyebabkan slogan Mampus Amerika semakin kencang di Iran,” paparnya.
Khatami juga menyinggung lawatan terbaru delegasi-delegasi Eropa ke Iran dan menjelaskan, “Lawatan beruntun delegasi-delegasi Eropa ke Iran menunjukkan bahwa Barat membutuhkan sumber-sumber dan pasar Iran.”
Khatib Jumat Tehran di bagian lain khutbahnya menyebut Amerika sebagai pemicu krisis di Suriah, Yaman, pengkhianatan Zionis terhadap rakyat Palestina dan pengkhianatan rezim Al Khalifa atas rakyat Bahrain.
Ia menuturkan, “Iran mendukung perjuangan merebut hak di kawasan.”
Kerjasama Iran-Indonesia di Bidang Ekonomi dan Nuklir
Wakil Presiden Indonesia dan Duta Besar Iran di Jakarta baru-baru ini menggelar pertemuan.
Dalam pertemuan itu, kedua pihak membahas perluasan kerja sama perbankan, ekonomi dan teknologi nuklir damai.
IRNA (31/7) melaporkan, Jusuf Kalla, Wapres Indonesia dalam pertemuannya dengan Valiollah Mohammadi, Dubes Iran di Jakarta, menyambut pencabutan sanksi-sanksi tidak adil Barat atas Iran.
Kalla mengatakan, “Pencabutan sanksi-sanksi ini akan mempermudah kerja sama Iran-Indonesia di bidang investasi dan perdagangan.”
Wapres juga menyinggung soal negosiasi terkait rencana Indonesia membeli minyak mentah dari Iran.
“Kapasitas-kapasitas kerja sama dua negara di bidang budaya, sosial, ekonomi, perdagangan dan investasi, sangat luas,” ujar Kalla.
Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, baru-baru ini menekankan perubahan kondisi ekonomi Iran pasca kesepakatan komprehensif nuklir dengan Kelompok 5+1.
Djalil mendesak perluasan kerja sama bisnis dan ekspor produk-produk Indonesia ke Iran.
Iran, Sumber Gas Terbaik bagi Eropa
Direktur urusan internasional, perusahaan nasional gas Iran mengatakan, Iran termasuk salah satu negara dan sumber gas terbaik.
Jaringan informasi minyak dan energi Iran, Shana (31/7) melaporkan, Azizollah Ramezani, menegaskan, “Berdasarkan sejumlah riset yang dilakukan di parlemen Eropa, terbuka potensi ekspor gas oleh 12 negara ke Eropa. Iran, dengan kapasitas ekspor gas ke Eropa pertahunnya 25-30 milyar meter kubik, termasuk pilihan terbaik.”
Ramezani menjelaskan, “Negara-negara Eropa berusaha mencari alternatif penyedia energi, dan Iran, dengan perluasan fase baru Pars Selatan, akan mencapai kapasitas yang sesuai untuk meningkatkan ekspor gasnya. Iran dapat terhubung ke jaringan gas Eropa melalui delapan jalur.”
Ia menambahkan, “Ekspor gas Iran ke Eropa membutuhkan investasi sebesar 10 milyar euro di seluruh bidang industri gas.”
Ramezani juga mengabarkan kunjungan delegasi Irak ke Iran. “Delegasi ini akan berkunjung ke Iran 10 hari mendatang untuk menyusun realisasi ekspor gas dari Iran ke Irak.”
Direktur urusan internasional, perusahaan nasional gas Iran itu juga menyinggung soal penghentian impor gas Turki dari Iran dan menuturkan, “Sebab penghentian impor gas Turki hingga kini belum diumumkan secara resmi oleh Ankara.”
Iran Sediakan Banyak Peluang Dagang
Direktur Hubungan Kamar Dagang Iran-AS Mohsen Farshneshani, menyambut investasi perusahaan-perusahaan Amerika di Iran.
Dalam wawancaranya dengan CBS News, Jumat (31/7/2015), Farshneshani mengatakan, perusahaan-perusahaan Amerika tidak boleh mengabaikan pangsa pasar Iran yang mencapi 80 juta orang, di mana 42 persen dari mereka adalah pemuda.
Menurutnya, Iran telah membuka banyak peluang ekonomi. Kamar Dagang Iran dan AS yang dibentuk pada Maret 2014, membantu perusahaan-perusahaan Amerika yang melakukan investasi di Iran.
“Perusahaan Amerika harus percaya dengan pasar Iran dan mereka harus optimis bisa melakukan investasi di dalamnya,” ujar Farshneshani.
Statemen Rahbar di Khutbah Shalat Idul Fitri
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengatakan, tangan-tangan kotor sudah merusak kesucian bulan Ramadhan masyarakat kawasan.
Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Sabtu (18/7) pagi dalam khutbah shalat Idul Fitri di Tehran menyinggung krisis yang terjadi di kawasan.
Ia menuturkan, “Transformasi kawasan di bulan suci Ramadhan dan sebelumnya, diliputi dengan peristiwa-peristiwa mengerikan, dan masyarakat Muslim serta Mukmin harus menanggung derita akibat perbuatan-perubuatan buruk musuh.”
Rahbar berterimakasih pada tim juru runding nukilr Iran dan menegaskan, “Isi usulan kesepakatan perundingan, disepakati ataupun tidak, kerja keras tim juru runding nuklir Iran tetap layak mendapat penghormatan.”
Ayatullah Khamenei menjelaskan, “Iran sampai kapanpun tidak akan pernah tunduk pada arogansi musuh dan tidak akan membiarkan siapapun mengganggu prinsip dasar negara. Kemampuan pertahanan dan zona keamanan Iran harus terjaga sekalipun musuh punya banyak rencana dalam hal ini.”
Ia melanjutkan, “Isi kesepakatan perundingan nuklir disepakati maupun tidak, Iran tidak akan melepaskan dukungan atas mitra-mitra regionalnya. Rakyat Yaman, Palestina, Irak, Suriah dan Lebanon akan tetap didukung.”
Menurut Rahbar, dengan disusunnya usulan kesepakatan perundingan nuklir, kebijakan Iran dalam menghadapi pemerintah imperialis Amerika Serikat, tidak akan pernah berubah.
Sebagaimana beberapa kali telah disebutkan, kata Rahbar, Iran dan Amerika tidak akan berunding terkait masalah-masalah internasional. Sehubungan dengan masalah nuklir, perundingan digelar berdasarkan maslahat.
Rahbar mengatakan bahwa banyak pertentangan antara kebijakan Amerika dan Iran di kawasan. “Amerika menuduh gerakan perlawanan Lebanon sebagai teroris, akan tetapi mendukung rezim Zionis Israel. Bagaimana mungkin dengan kebijakan semacam ini bisa berunding,” ujarnya.
Rahbar juga menyinggung kesombongan petinggi Amerika pasca perundingan nuklir terakhir dan menegaskan, “Kejadian yang sebenarnya adalah sesuatu yang lain, mereka tidak berkata jujur kepada rakyatnya dan jika mengklaim berhasil menundukkan Iran, maka mereka akan melihatnya dengan baik.”
Ia menambahkan, “Sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran hingga sekarang, lima presiden Amerika berharap bisa menundukkan Iran, semuanya meninggal dan harapan-harapan merekapun ikut terkubur.”
“Enam kekuatan ekonomi dunia, setelah 12 tahun berusaha mencegah Iran untuk memiliki industri nuklir, hari ini terpaksa menerima dioperasikannya beberapa ribu sentrifugal. Terpaksa menerima berlanjutnya realisasi, pengembangan dan operasi industri nuklir Iran dan ini berarti kekuatan rakyat Iran,” paparnya.
Soal statemen terbaru Presiden Amerika yang mengaku bisa menumpas militer Iran, Rahbar mengatakan, “Iran tidak akan pernah menjadi pemicu perang manapun. Akan tetapi jika mereka ingin benar-benar memahami dan ingin menggunakan pengalamannya dengan benar, maka yang akan kalah adalah Amerika penjahat.”
Jawaban Rahbar atas Surat Presiden Iran
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menilai berakhirnya perundingan nuklir sebagai langkah penting dan bernilai bagi bangsa Iran.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rabu (15/7) dalam jawaban surat Presiden Iran terkait perundingan nuklir, berterimakasih atas kerja keras Presiden dan tim perunding nuklir, dan menilai berakhirnya perundingan ini sebagai langkah penting dalam kemajuan dan pembangunan Iran yang Islami.
Rahbar mengatakan bahwa sebagian anggota Kelompok 5+1 dalam perundingan nuklir tidak bisa dipercaya.
Ia menegaskan, “Isi kesepakatan harus dikaji dengan cermat dan diletakkan pada jalur hukum yang sudah diprediksi sebelumnya. Ketika itu disahkan, kita harus berhati-hati atas kemungkinan pelanggaran dari pihak lawan perundingan dan menutup peluang terjadinya pelanggaran tersebut.”
Rahbar menambahkan, “Saya berharap rakyat Iran tetap menjaga persatuan dan kewaspadaannya sehingga dapat mencapai kepentingan-kepentingan nasional dalam atmosfir yang tenang dan rasional.”
Hassan Rouhani, Presiden Iran dalam suratnya untuk Rahbar menjelaskan, “Rahmat Ilahi yang merupakan buah dari kehadiran total rakyat Iran dan bimbingan Rahbar ini tercapai berkat dukungan rakyat dan dipilihnya strategi interaksi konstruktif dengan dunia.”
Rouhani menambahkan, “Prestasi yang dicapai setelah berbulan-bulan kerja keras di bidang ekonomi dan politik luar negeri ini, mengokohkan hak nuklir Iran dan membuka peluang pencabutan sanksi menindas dan jalan pembangunan serta realisasi kebijakan ekonomi perlawanan.”
Presiden Iran melanjutkan, “Di saat musuh Iran sedang berusaha melancarkan proyek Iranphobia agar Tehran dikucilkan dunia dan dirugikan, kita bukan saja telah mengalahkan proyek ini, bahkan mencapai posisi internasional seperti sekarang.”
Dunia saat ini, katanya, dengan gembira melakukan dialog dan kerja sama dengan Iran di berbagai bidang.
Rouhani dalam suratnya menjelaskan, “Prestasi luar biasa dalam sejarah hubungan internasional yang berhasil mencabut resolusi Dewan Keamanan PBB dan membuka peluang kerja sama internasional, bahkan dibidang nuklir ini, adalah pelajaran bagi kawasan kita.”
“Solusi masalah-masalah politik regional bukanlah agresi, pembunuhan atau terorisme, tapi negosiasi dan partisipasi nyata rakyat,” pungkasnya.
Pencabutan Sanksi Gairahkan Industri Pariwisata Iran
Kepala Organisasi Warisan Budaya, Kerajinan Tangan dan Pariwisata Iran menyatakan optimismenya dalam waktu dekat industri pariwisata negara ini akan mengalami kemajuan signifikan pasca pencabutan sanksi.
Masoud Soltanifard dalam tulisannya yang dimuat koran Iran, terbitan Tehran hari Kamis (16/7) mengungkapkan tercapainya kesepakatan nuklir berdampak besar terhadap industri pariwisata Iran, yang akan menyebabkan peningkatan kunjungan wisatawan asing.
"Seiring pencabutan sanksi dan perubahan cara pandang terhadap Iran, pembangunan infrastruktur industri pariwisata sebagaimana digariskan Pemimpin Besar Revolusi Islam, Presiden dan kabinet, akan segera ditingkatkan dalam waktu dekat," tulis Soltanifard, hari Kamis (16/7).
"Kehadiran para wisatawan Barat di Iran merupakan kesempatan terbaik untuk memperkenalkan Iran kepada publik dunia, dan menjelaskan wajah sejati Republik Islam di arena internasional," tegasnya.(
Rahbar Puji Kerja Keras Tim Perunding Nuklir Iran
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengapresiasi kerja keras dan upaya jujur serta serius tim juru runding nuklir Iran.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rahbar, Selasa (14/7) petang dalam pertemuannya dengan Presiden dan kabinet Iran menjelaskan nasihat dan perintah Imam Ali bin Abi Thalib as kepada Malik Ashtar.
Rahbar menuturkan, “Dukungan psikologis, spirit dan pemikiran, adalah faktor utama penyelesaian seluruh masalah. Dengan menelaah dan merenungi Nahjul Balaghah, Imam Ali as, dukungan semacam ini akan terwujud.”
Di awal pertemuan, Ayatullah Khamenei menyinggung pidato Presiden Iran terkait hasil perundingan nuklir dan mengapresiasi kerja keras serta upaya jujur dan sungguh-sungguh tim perunding nuklir Iran.
Rahbar menjelaskan tentang kewajiban pejabat pemerintah yang tersirat dalam perintah Imam Ali as kepada Malik Ashtar.
Ia menerangkan, “Mengambil pajak dan upah yang dimiliki masyarakat di pemerintahan, membela rakyat dan wilayahnya, mendorong masyarakat ke arah perdamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan, dan membangun negara, adalah empat kewajiban utama pemerintah yang disebutkan Imam Ali as dalam suratnya untuk Malik Ashtar.”
Rahbar menilai amal saleh sebagai cadangan terbaik dalam setiap periode jabatan seseorang. “Penilaian-penilaian hasil pemikiran, penelaahan dan kesimpulan, tidak akan keliru, oleh karena itu dari penilaian-penilaian semacam ini, rakyat dapat memahami mana pejabat yang saleh dan mana yang tidak,” ujarnya.
“Mengendalikan keserakahan dan kekikiran diri untuk mencegah penyimpangan dan kerusakannya", dan “Memprioritaskan kewajiban Tuhan di atas yang lainnya”, adalah dua nasihat lain Rahbar.
Ia menegaskan, “Imam Khomeini adalah teladan nyata dari nasihat-nasihat Ihali ini.”
Di akhir wejangannya, Rahbar menyampaikan apresiasi atas kerja keras pejabat pemerintah dan mendoakan kesuksesan bagi mereka.
Sebelum Rahbar memberikan wejangan, Hassan Rouhani, Presiden Iran menyinggung hasil perundingan nuklir dan berterimakasih atas dukungan dan arahan Rahbar kepada pemerintah dan tim perunding nuklir.
Rouhani berharap, hal ini dapat menjadi awal diakhirinya tekanan dan terhapusnya tuduhan-tuduhan tidak berdasar musuh terhadap Republik Islam Iran dan menjadi langkah baru di jalan kemajuan Iran.
Dalam kelanjutan pidatonya, Presiden Iran melaporkan langkah-langkah yang diambil pemerintah.
Sektor Pariwisata Iran Mulai Bergairah
Sektor pariwisata Iran mulai menyaksikan peningkatan, menyusul kunjungna para pelaku bisnis perhotelan asing ke negara itu untuk menguji kesiapan pariwisata Iran menerima pasar turisme internasional.
Kelompok Hotel dari Jerman, Yunani, Korea Selatan dan Singapura telah melakukan perjalanan ke Iran dalam beberapa pekan terakhir untuk pembicaraan, demikian kepala Warisan Budaya Organisasi Massoud Soltanifar.
"Kelompok Investasi asing sedang mempelajari pasar pariwisata Iran dan daya tariknya yang terus berkembang serta bertanya tentang hukum investasi," katanya.
"Mereka percaya pasar Iran, mengingat pendekatan pemerintah dan interaksi dengan dunia, sangat menarik namun kendala utama adalah sanksi."
Lebih dari 12 grup hotel telah berdiskusi dengan para pejabat Iran selama tahun lalu.
Rahbar: Konflik Kawasan tidak Normal dan Dipaksakan
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menilai persatuan dan solidaritas sebagai resep mujarab bagi Dunia Islam.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Sabtu (18/7) bertemu dengan pejabat Iran, Duta Besar-Duta Besar negara Islam di Tehran dan berbagai lapisan masyarakat.
Ia menjelaskan, “Perang-perang mazhab dan sektarian yang terjadi saat ini di kawasan dirancang dan dipaksakan untuk mengalihkan perhatian bangsa-bangsa Muslim dari rezim Zionis Israel.”
Pada kesempatan itu, Rahbar mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri dan menyinggung kondisi menyedihkan Dunia Islam dan tidak adanya persatuan serta solidaritas.
“Perpecahan dan konflik saat ini di kawasan, tidak normal dan dipaksakan. Ulama, intelektual, pejabat pemerintah, negara, politisi dan tokoh Dunia Islam harus menyadari keberadaan para pengkhianat umat Islam dalam perpecahan dan konflik ini,” paparnya.
Terkait alasan tidak normalnya konflik-konflik kawasan, Rahbar menyinggung kehidupan harmonis dan rukun antara Syiah dan Sunni di negara-negara kawasan yang sudah berlangsung sejak lama.
Ia menerangkan, “Jika Umat Islam bersatu dan menekankan sisi-sisi persamaan, pasti di arena politik dunia akan menjadi sebuah kekuatan tak tertandingi. Akan tetapi kekuatan-kekuatan besar dunia, demi menjaga kepentingannya dan melindungi Israel, memaksakan konflik-konflik ini kepada Umat Islam.”
Rahbar juga mengingatkan pengakuan sebagian petinggi Amerika terkait peran pemerintah Washington dalam melahirkan dan membesarkan ISIS. Menurutnya, koalisi anti-ISIS tidak bisa dipercaya.
Ia menegaskan, “Kebijakan kekuatan-kekuatan imperialisme dunia di kawasan jelas merupakan pengkhianatan dan semuanya harus menyadari masalah ini.”
Rahbar menekankan bahwa kebijakan Republik Islam Iran di kawasan, bertentangan dengan kebijakan kubu imperialis.
“Kebijakan imperialis di Irak adalah menggulingkan pemerintah pilihan rakyat, menciptakan konflik Sunni-Syiah dan pada akhirnya memecah Irak. Akan tetapi kebijakan Iran terkait Irak, mendukung dan memperkuat pemerintahan pilihan rakyat, menghadapi para penyulut perang internal dan konflik, juga melindungi seluruh wilayah Irak,” tegasnya.
Sehubungan dengan perkembangan di Suriah, Ayatullah Khamenei menjelaskan, “Kebijakan imperialis di Suriah memaksakan kehendak di luar kehendak rakyat dan menggulingkan sebuah pemerintahan yang dengan tegas dan transparan berdiri melawan Israel.”
Dapat dipastikan, kata Rahbar, Republik Islam Iran menghormati setiap pemerintahan yang slogan, tujuan dan niatnya berdiri melawan rezim penjajah Israel.
Menurut Rahbar, Amerika di Yaman mendukung presiden terguling dan pembantaian rakyat serta anak-anak tak berdosa.
“Iran, terkait masalah-masalah regional seperti Irak, Suriah, Yaman, Lebanon dan Bahrain, tidak mengejar kepentingan pribadi. Iran percaya bahwa pengambil keputusan asli di negara-negara itu adalah rakyat, dan pihak asing tidak berhak mengintervensi dan memutuskan,” pungkasnya. (IRIB Indonesia/HS)



























