کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 65-69
Ayat ke 65
Artinya:
Hai Nabi, korbankanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya meraka dapat mengalahkan seribu orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (8: 65)
Pada pelajaran lalu, kami telah membahas bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw dan kaum mukminin agar menerima perjanjian damai yang diusulkan kaum kafir, dengan mengatakan, "Apabila musuh mengusulkan suatu perjanjian damai, maka hendaknya kamu menerima, dan sekali-kali janganlah kamu khawatir akan akibat dari perjanjian damai tersebut, karena Allah Swt akan membantu dan menolongmu." Namun, apabila pihak musuh tidak menepati janji, dan melakukan berbagai konspirasi untuk menggulingkan pemerintahan Islam, kaum Mukminin harus bangkit dan berjihad melawan orang-orang kafir itu.
Ayat ke-65 mengatakan kepada kaum Mukminin, "Meskipun jumlah pasukan kalian hanya sedikit, janganlah kalian gentar dan takut, karena Allah Swt telah berjanji untuk membantu kalian. Jika kalian sabar dan teguh, setiap orang dari kalian akan mengalahkan 10 orang musuh." Kekuatan untuk mengalahkan musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat kuat seperti yang dimiliki kaum Mukmin karana mereka tidak memiliki keimanan pada Allah.
Sejarah Islam menunjukkan bukti dari ayat ini. Dalam Perang Badr, 313 orang pasukan Muslim berhasil mengalahkan 1.000 orang musuh. Dalam Perang Uhud 700 kaum Muslimin berhadapan dengan 3.000 orang kafir. Begitu juga dalam Perang Khandaq, 3.000 pasukan Islam menghadapi 10.000 personil musuh. Sementara itu, pada peperangan Mu'tah, 10.000 orang pasukan Islam menghadapi 100.000 personil musuh. Berkat keteguhan iman dan kesabaran, kaum Muslimin berhasil mengalahkan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Unsur yang paling menentukan di medan perang adalah iman kepada Allah Swt dan kesabaran, dan sama sekali tidak bergantung pada jumlah personil atau jumlah peralatan perang.
2. Pemimpin umat Islam harus bisa menjaga kesiap-sigaan kaum Muslimin untuk berjihad melawan musuh.
Ayat ke 66
Artinya:
Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir, dan jika di antaramu ada seribu orang, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (8: 66)
Berdasarkan ayat sebelumnya, ketentuan hukum jihad ditetapkan Allah ketika jumlah kaum Mukmin sepersepuluh dari jumlah pasukan musuh. Saat itu Allah berjanji menolong kaum Mukmin, sehingga setiap satu orang Islam dapat menghadapi 10 orang musuh. Akan tetapi, sayangnya, lambat laun semangat dan keimanan mereka menurun sehingga Allah memberi keringanan kepada mereka, yaitu setiap satu orang Islam diperintahkan hanya menghadapi 2 orang musuh. Hal ini membuktikan bahwa jika keimanan dan kesabaran kaum Muslimin melemah, kemampuan mereka pun menyusut menjadi seperlimanya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam mengurus dan mengatur masyarakat, terkadang perubahan situasi dan kondisi mengharuskan seorang pemimpin untuk mengubah atau meringankan peraturan. Dengan kata lain, seorang pemimpin yang baik harus memahami kondisi masyarakatnya.
2- Unsur utama kekalahan biasanya datangnya dari dalam, bukan dari luar. Dengan kata lain, bila iman dan kesabaran mengalami degradasi, akan terbuka pintu bagi musuh untuk mengalahkan kaum Muslimin.
Ayat ke 67
Artinya:
Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki akhirat. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (8: 67)
Setelah ayat-ayat sebelumnya berbicara mengenai cara berperang melawan musuh, ayat ini mengatakan, "Dalam perang, hanya Allah Swt yang bisa memenangkan agama-Nya di hadapan orang-orang Kafir dan Syirik. Oleh kerana itu kalian janganlah memikirkan pengumpulan rampasan perang dan tawanan. Semua itu semua adalah perhiasan dunia fana yang tidak ada artinya, sementara Allah Swt telah menjanjikan kepada kalian kenikmatan di akhirat yang tiada taranya. Selama kemenangan pasukan Islam terhadap musuh belum terealisasi, kalian tidak berhak mengambil tawanan dan kalian harus tetap melakukan perjuangan."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Cinta dunia adalah bahaya yang selalu mengancam orang-orang Mukmin. Akibat cinta dunia, kaum Mukmin bisa terseret pada kekalahan dan kehinaan. Oleh karena itu, kaum Mukmin harus selalu waspada agar tidak terjebak dalam nafsu cinta dunia.
2. Tujuan jihad dalam Islam adalah melaksanakan tugas agama guna mencapai kebahagian di akhirat, dan bukan untuk memperoleh rampasan perang dan mengambil tawanan guna kepentingan duniawi.
Ayat ke 68-69
Artinya:
Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. (8: 68)
Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (8: 69)
Kedua ayat ini mengatakan, "Jika saja Allah menjatuhkan azab kepada manusia sebelum dia menjelaskan hukum-hukum-Nya, sudah pasti kalian kini akan mendapatkan azab yang pedih. Karena telah menawan musuh di saat perang masih berlangsung. Jika bukan karena Allah Swt memang berkehendak memenangkan kalian dalam perang Badr, pasti perilaku kalian yang menawan musuh di saat perang akan memberikan pukulan berat kepada pasukan Muslim. Namun, Allah berkehendak untuk memenangkan kalian dan Allah Swt tidak menjatuhkan azab-Nya kepada kalian demi memuliakan Nabi-Nya yang berada di tengah-tengah kalian."
Selanjutnya, ayat ini mengatakan, "Segala sesuatu yang kalian peroleh sebagai rampasan perang, setelah dipotong khumus yang merupakan hak pemerintah Islam, akan menjadi hak kalian. Allah menjadikan harta itu halal dan baik pada kalian. Bertakwalah kalian dalam segala hal agar Allah Swt mengampuni segala kesalahan kalian."
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menawan musuh di saat perang masih berlangsung akan diikuti oleh kegagalan duniawi dan azab akhirat. Oleh karena itu, dalam berjihad kaum Mukmin harus mematuhi perintah dan aturan yang ditetapkan Allah, serta berniat semata-mata untuk membela agama Allah, bukan untuk mencari harta.
2. Di antara manifestasi rahmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-hamba Allah ialah pengampunan terhadap kesalahan dan dosa mereka, atau mereka akan dicegah dari perbuatan dosa dan kesalahan, atau ketika mereka berada dalam kesulitan kemudian bertaubat dan memohon ampunan, Allah akan menurunkan rahmat dan anugerah-Nya.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 60-64
Ayat ke 60
Artinya:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berpegang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya. (8: 60)
Dalam tafsir sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang Yahudi telah melanggar perjanjian yang telah mereka jalin dengan Nabi di Madinah. Mereka malah bergabung dengan orang-orang Musyrik Mekah untuk merancang konspirasi terhadap kaum Muslimin. Dalam ayat sebelumnya disebutkan bahwa bila pihak lain tidak setia terhadap perjanjian, kaum Muslimin diperbolehkan mengabaikan perjanjian itu. Kini, pada ayat ke-60, Allah berfirman kepada kaum Muslimin agar mempersiapkan pasukan mereka sebaik-baiknya.
Ayat ini mengatakan, "Pasukan militer muslim harus kuat agar musuh merasa ketakutan dan tidak jadi melakukan penyerangan terhadap kaum Muslim. Dalam rangka memperkuat pasukan ini, kaum Muslimin harus menyumbangkan apa saja yang mereka mampu, demi terbentuknya pasukan Islam yang tangguh. Sumbangan itu bisa berupa senjata, fasilitas perang, atau kuda dan hewan tunggangan lain. Atas sumbangan dan peran serta kaum muslimin dalam pembentukan pasukan Muslim, Allah Swt akan memberi pahala yang setimpal.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita tidak boleh bersikap pasif, yaitu menunggu dulu sampai ada serangan musuh, baru setelah itu bersiap-siap. Sebaliknya, kaum Muslimin harus selalu waspada dan mempersiapkan pasukan yang tangguh dan selalu siap siaga. Kesiapsiagaan pasukan muslim akan membuat musuh-musuh Islam gentar dan tidak akan menyerang kaum musuh.
2. Kehadiran di medan jihad dan pasrtisipasi dalam menyiapkan pasukan Muslim merupakan sebuah tugas agama bagi setiap orang muslim.
Ayat ke 61-62
Artinya:
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (8: 61)
Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin. (8: 62)
Setelah ayat sebelumnya berbicara mengenai perlunya kesiagaan kaum Muslimin dalam menghadapi segala bentuk konspirasi musuh, ayat ini mengatakan bahwa persiapan itu bukan untuk mengajak kaum Musyrik berperang. Kesiapsiagaan pasukan muslimin hanyalah untuk membela diri, bukan untuk menyerang. Sebaliknya, bila kaum Musyrik ingin berdamai dan mengajak kaum Muslimin untuk mengikat perjanjian damai itu dan bertakwa kepada Allah.
Namun demikian, kaum Muslimin juga harus bersikap cerdas dan teliti. Artinya setiap usulan damai yang diajukan oleh kaum Musyrikin harus kita pelajari dengan baik. Jangan sampai kita termakan tipu muslihat kaum Musyrik yang berkedok perjanjian damai. Setelah benar-benar meneliti dan menyelidik usulan perdamaian itu, barulah kita bertawakal kepada Allah Swt, karena Dialah penolong orang-orang mukmin yang hakiki. Bila kaum Musyrikin melakukan penipuan terhadap kaum Muslimin, maka kaum Muslimin harus bersikap tegas dan tidak boleh merasa gentar sedikit pun, karena Allah akan selalu melindungi mereka.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kaum Muslimin harus secara maksimal melakukan pertahanan dan pembelaan, sehingga musuh-musuh gentar dan akhirnya memilih untuk berdamai dengan kaum Muslimin.
2. Islam bukanlah agama eskpansif dan tidak akan melakukan penyerangan terlebih dulu. Sebaliknya, Islam mengajarkan umatnya agar jangan berdiam diri bila ditindas dan dijajah. Selain itu, dalam Islam juga dianjurkan menerima perdamaian selama pihak lawan tidak berusaha menipu.
Ayat ke 63-64
Artinya:
Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (8: 63)
Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. (6: 64)
Ayat ini berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, "Kaum Muslimin yang saat ini berada di sisimu, sebelum mereka memeluk Islam sesungguhnya adalah kaum yang di antara mereka selalu timbul permusuhan dan dendam. Bila saat itu engkau menghabiskan semua kekayaan yang ada di bumi, engkau tetap tidak akan mampu mempersatukan hati mereka. Namun kini setelah mereka masuk Islam, Allah telah menciptakan perdamaian di hati mereka dan mereka pun hidup dengan damai dan bersaudara."
Selanjutnya ayat ini berpesan kepada Nabi Muhammad, "Wahai Rasulullah, janganlah sekalipun engkau takut pada tipu daya musuh, kerana Allah Swt selalu membantu dan melindungi. Allah juga telah mempersatukan hati kaum mukminin dan mereka akan teguh memebelamu, sehingga musuh menjadi gentar dalam menghadapimu."
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt senantiasa melindungi orang-orang yang beriman, mempersatukan hati mereka, dan menjauhkan rasa dendam di tengah mereka.
2. Kasih sayang, persatuan, dan solidaritas merupakan nikmat-nikmat Allah Swt, dan ini semua merupakan tanda-tanda orang-orang mukmin.
3. Umat Islam harus saling mendukung dan melindungi pemimpin Islam, agar musuh-musuh merasa gentar dan segan dalam menghadapi mereka.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 38-41
Ayat ke 38
Artinya:
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu". (8: 38)
Salah satu karuniah besar Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya yaitu terbukanya pintu dan jalan taubat, sehingga manusia setiap saat dapat merevisi dan kembali ke jalan yang lurus meninggalkan dosa. Bukan saja orang-orang Mukmin yang berdosa, akan tetapi orang-orang Kafir yang tak beriman juga setiap saat dapat bertaubat dan berhenti dari perbuatan jahat dan dosa, dari berbagai penyimpangan pemikiran. Mereka juga mendapat anugerah dan kasih sayang Allah dengan mendapatkan ampunan-Nya.
Orang-orang Kafir setelah bertaubat dan beriman kepada Allah Swt tidak perlu lagi menutupi perbuatan shalat yang dulunya belum pernah dilakukan, sama juga dengan amal ibadah lainnya. Lanjutan dari ayat ini mengatakan, namun apabila mantan orang-orang Kafir itu kembali melakukan perbuatan yang tidak benar dan berdosa, seperti tidak mau melakukan shalat, puasa dan lain sebagainya, maka Allah Swt akan mencatatnya dan kelak akan memberinya balasan dan siksaan yang pedih.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam menentukan penilaian terhadap manusia, tolok ukurnya adalah kondisi orang itu saat ini, dan bukan kondisi mereka pada masa lalu.
2. Islam bukan agama ekspansif, akan tetapi agama yang bertujuan memperbaiki dan membimbing orang-orang Kafir dari penyimpangan.
Ayat ke 39
Artinya:
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (8: 39)
Ayat sebelumnya menjelaskan tentang seruan dan dakwah kepada orang-orang Kafir agar memeluk Islam dan terbukanya jalan taubat bagi mereka untuk kembali kepada jalan yang lurus. Ayat ini mengatakan, apabila mereka tidak mau sadar terhadap jalan yang telah mereka tempuh selama ini, kemudian mereka malah melakukan konspirasi untuk mempermainkan kalian, maka kalian harus menghadapi mereka sehingga fitnah mereka dapat kalian padamkan dan kebenaran tetap berdiri kokoh.
Pada dasarnya tujuan jihad dalam Islam bukan ekspansi teritorial, tetapi dengn tujuan mencabut dan memusnahkan kezaliman dan kejahatan di dunia. Setelah itu menegakkan keadilan dan keamanan, sehingga dengan demikian hukum-hukum Allah dapat dilaksanakan dengan baik. Harapan ini hingga saat ini belum terealisasi. Akan tetapi berdasarkan riwayat-riwayat yang pasti dan kuat dari Nabi Saw, bahwa keadilan akan tegak di tangan seorang lelaki dari keturunan beliau yaitu al-Mahdi yang akan muncul di akhir zaman. Beliau adalah juru selamat yang akan merealisasikan kedilan tersebut dan kebenaran benar-benar akan berkuasa di muka bumi ini.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pengobar peperangan di dunia adalah orang-orang Musyrik dan Kafir yang dalam rangka melestarikan perwujudan mereka di dunia ini, mereka tidak segan-segan melakukan konspirasi dan fitnah.
2. Selama musuh-musuh terus melancarkan fitnah, maka perintah untuk berjuang tetap ada, dan kita tidak boleh mengalah.
Ayat ke 40
Artinya:
Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (8: 40)
Salah satu bahaya yang mengancam setiap manusia adalah ketidaktenangan dalam berpikir, berakidah dan beramal. Sekalipun sebagian orang setiap hari mencari sebuah kelompok atau partai yang dianggap dapat menyelamatkan dan memenuhi aspirasinya, namun tidak jarang mereka keluar dari kelompok dan partai tersebut. Kemudian mereka pergi kepada kelompok dan partai lain atau dengan ungkapan lain; saat ini menjadi mukmin, namun besok menjadi kafir. Hari ini menjadi orang yang melakukan kebaikan, namun besok menjadi orang yang melakukan kejelekan dan keburukan.
Allah Swt dalam ayat ini berbicara kepada orang-orang Mukmin yang sebenarnya, dengan mengatakan, kelemahan dan kegoncangan akidah semacam ini dapat kita saksikan dalam masyarakat. Tetapi hal ini jangan sampai menjadi suatu hal yang dapat meragukan pemikiranmu dan jalan kebenaranmu. Semestinya kamu harus tetap kuat dan kokoh di jalan kebenaran ini. Ketahuilah bahwa Allah Swt adalah pemimpin kamu, dan Dia akan membantu dan menolongmu. Karena itu janganlah kamu merasa cemas dan kecil hati, Allah senantiasa bersama kamu.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sandarkan dirimu hanya kepada Allah, karena betapa banyak orang-orang yang saat ini berada di pihakmu, namun besok mereka akan meninggalkanmu.
2. Allah Swt adalah pemimpin terbaik yang tidak menyerahkan dan mempercayakan kami kepada orang lain. Bahkan Dia tidak pernah melupakan kami dan tidak pula Dia berkeinginan kepada kita guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan-Nya, serta tidak pula segala jerih payah kita Dia tidak membalas dan memberi kita pahala.
Ayat ke 41
Artinya:
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (8: 41)
Setelah menyinggung hukum jihad dalam ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, sesuatu yang kalian peroleh dalam peperangan yang disebut sebagai ghanimah, maka seperlima daripadanya telah ditentukan oleh Allah Swt dan sisanya boleh kalian gunakan. Apabila kalian berperang di jalan Allah, maka berdasarkan hukum dan ketentuan Allah kalian harus melakukannya. Karena mereka berperang untuk Allah dan mereka telah siap mengorbankan jiwa raga mereka di jalan Allah Swt.
Tetapi sayangnya urusan materi dan harta ghanimah telah memperdaya mereka, bahkan orang-orang Mukmin yang mujahid juga dapat dimungkinkan terkena godaan dalam urusan ini. Hati mereka menjadi goncang dalam menghadapi harta ghanimah ini, sehingga mereka tidak mau mengeluarkan seperlima (khumus) yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk Rasulullah guna mengurus pemerintahan Islam, anak-anak yatim yang tidak mampu dan musafir yang kehabisan bekal di perjalanan. Karena itu ayat ini mengatakan:
"Apabila kalian beriman, syarat iman selain berlapang dada, juga tidak tergoda kepada harta benda. Kata ghanimah dari segi bahasa selain bermakna harta rampasan perang juga mencakup segala sesuatu yang diperoleh dari suatu keuntungan. Karena itulah berdasarkan riwayat Ahlul Bayt Nabi as, seorang mukmin wajib mengeluarkan seperlima (khumus) di jalan Allah dari keuntungan yang dia peroleh, sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat ini. Meski ayat ini asbab nuzulnya berhubungan dengan ghanimah atau rampasan perang, namun hukumnya umum dan komprehensif. Khususnya di saat Nabi sudah tidak ada dan Imam zamanpun dalam ghaib, maka khumus tersebut harus kita serahkan kepada para ahli fiqih yang adil yang kedudukannya sebagai pengganti Nabi dan Imam makshum di zaman kita ini. Mereka akan menentukan dan menggunakannya sebagai anggaran di jalan Allah."
Ayat ini memberikan contoh mereka yang berhak mendapat khumus ini seperti anak yatim dan seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan. Sementara kata Dzi al-Qurba adalah Ahlul Bait Nabi atau para imam. Oleh karenanya, saham Allah, Rasul dan Imam berhubungan dengan pengurusan pemerintahan Islam, dan uang itu bukan milik pribadi Nabi dan para Imam.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Masyarakat yang miskin juga harus diurus dan mendapatkan kebutuhannya dari orang-orang kaya.
2. Perang dan jihad merupakan medan ujian Allah bagi manusia, untuk membedakan siapa gerangan yang mengaku sebagai mumin yang sesungguhnya atau yang bohong dalam pengakuannya.
3. Perang Badar merupakan salah satu contoh adanya bantuan dan pertolongan Allah untuk kemenangan kaum Muslimin.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 34-37
Ayat ke 34
Artinya:
Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidilharam, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasai(nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (8: 34)
Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan bahwa selama Nabi Muhammad Saw berada di tengah-tengah masyarakat, Allah Swt tidak akan menurunkan azab kepada kaum dan masyarakat tersebut. Hal ini merupakan berkah dari keberadaan para nabi yaitu mencegah turunnya azab dan siksaan Allah. Selanjutnya ayat ini menyatakan, meski mereka layak mendapatkan siksa, namun karena kedudukan tempat yang mulia membuat siksa dan azab tidak pantas terjadi di tempat tersebut. Masjidil Haram adalah rumah Allah dan dengan sendirinya Allah dengan kasih sayang-Nya menangguhkan kemurkaan-Nya, bukan dikarenakan perbuatan yang dilakukan kaum Musyrikin. Kelak pada Haki Kiamat Dia akan memberikan balasan dan siksa kepada mereka, sedang di dunia Allah akan menurunkan sebagian bencna berupa timbulnya peperangan dan penawanan atas mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Meskipun mereka dengan segala bentuk dan cara untuk mencegah masuknya kaum Mukminin ke Mekah, pada hakikatnya mereka tengah menunggu azab dan siksaan Allah. Rezim penjajah Zionis juga demikian, dengan menduduki Masjidul Aqsha, mereka sebenarnya juga tengah menanti bencana dan siksa Allah.
2. Pengelolaan dan pengurusan masjid harus di tangan orang-orang yang suci dan layak, bukan di tangan orang-orang yang tidak layak dan bodoh.
Ayat ke 35
Artinya:
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (8: 35)
Sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya, ayat ini juga menjelaskan berbagai alasan tentang ketidakbecusan orang-orang yang mengurus Masjidil Haram pada zaman Nabi Saw. Ayat ini mengatakan, mereka menyangka bahwa dirinya adalah orang-orang yang ahli doa dan munajat. Tapi pada kenyataannya, apa yang mereka sukai ternyata berbeda dan bukan yang diinginkan oleh Allah Swt. Karena mereka sering melakukan tindakan yang tidak patut seperti melompat-lompat dan bertepuk tangan sambil bersiul di sisi rumah Allah. Dewasa ini, tempat yang biasa dipakai untuk berkumpul oleh sebagian umat Islam diduga sebagai tempat berdoa dan munajat, tapi pada kenyataanya tidak demikian. Tempat pertemuan mereka dipakai untuk hal-hal yang tidak berdasar agama
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Telah terjadi pelbagai penyimpangan dalam upacara keagamaan sepanjanga sejarah.
2. Menistakan kesucian agama akan berakibat siksa dan balasan Allah yang sangat pedih.
Ayat ke 36
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan. (8: 36)
Ayat ini menyinggung banyaknya anggaran yang telah dikeluarkan oleh orang-orang Kafir Mekah untuk menggagalkan program Nabi Muhammad Saw. Ayat ini mengatakan, orang-orang Kafir yang tidak mampu mematahkan logika argumentatif yang diketengahkan oleh Nabi Saw, akhirnya menggunakan uang untuk memperdaya masyarakat agar jangan menerima seruan Nabi Saw. Terkadang dengan uang ini mereka menyulut api peperangan atau dengan tujuan membunuh Nabi dan menghancurkan agama Islam. Tapi dalam waktu yang relatif singkat mereka akan menanggung kerugian. Karena mereka melihat bahwa sudah sedemikian besar anggaran mereka keluarkan, tapi tidak memperoleh sesuatu dan gagal. Al-Quran mengatakan, kerugian dan kegagalan ini sebagai akibat dari pekerjaan mereka yang bersifat duniawi, sementara mereka masih harus menanti siksa yang sangat pedih di Kari Kiamat.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janganlah menyangka bahwa musuh kalian duduk berpangku tangan. Bila secara lahiriah mereka tidak melakukan apapun terhadap kalian, tapi pada batinnya mereka mengeluarkan dana besar untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin.
2. Orang-orang Mukmin berharap akan masa depan mereka. Karena itu orang-orang Kafir dengan segala kekuasaan dan kekayaan akan menderita kegagalan dan kehancuran.
Ayat ke 37
Artinya:
Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi. (8: 37)
Setelah menjelaskan program musuh-musuh Islam dalam ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, menerima kebenaran dan kebatilan tergantung pada manusia sendiri. Pilihan ini merupakan tempat ujian bagi manusia, agar dapat diketahui nantinya siapa yang benar-benar suci, jujur dan mukmin dan siapa yang jahat, kotor dan kafir. Dengan demikian dapat dibedakan di antara mereka. Sayangnya, orang-orang jahat tidak mengetahui hal ini, bahkan meyakini orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia akan menemui kegagalan dan kekecewaan. Sementara di akhirat, mereka semua akan terhina dan diusir sama seperti yang dilakukan terhadap orang-orang jahat. Mereka dijadikan satu dan dilemparkan ke api neraka. Ini merupakan kerugian yang harus mereka tanggung di dunia dan di akhirat.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pemisahan antara kelompok yang hak dan batil merupakan sunnatullah, guna membedakan inti keyakinan manusia.
2. Ciri khas neraka adalah tempat yang sempit sehingga penghuninya tidak betah.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 30-33

Ayat ke 30
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (8: 30)
Dengan berlalunya 13 tahun dari pengangkatan Nabi besar Muhammad Saw di Mekkah serta pengaruh beliau yang sangat besar hari demi hari di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan para pemuda. Para pembesar kota Mekah melakukan rapat gabungan untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan Islam. Dalam rapat tersebut telah diketengahkan tiga rencana; pertama menjebloskan Nabi kedalam penjara. Kedua, mengucilkan Nabi jauh dari kota Mekah dan ketiga, membunuh Nabi. Akhirnya dipilih rencana ketiga untuk membunuh Nabi. Demi menyukseskan rencananya, orang-orang Musyrik memutuskan bahwa setiap kabilah mengirimkan seorang wakilnya. Setelah itu mereka secara ramai-ramai menyerang Nabi, sehingga kerabat dan kabilah Nabi tidak bisa menuntut balas terhadap kelompok penyerang yang terdiri dari kabilah-kabilah itu.
Kemudian Nabi Muhammad Saw diberitahu oleh Jibril, malaikat wahyu tentang konspirasi ini dan akhirnya beliau memutuskan untuk meninggalkan Mekah di malam hari, sebelum mereka sempat menjalankan misinya. Pada malam itu Imam Ali bin Abi Thalib as tidur di tempat tidur Nabi, sehingga para musuh terkecoh dan menyangka Nabi masih di dalam rumah. Dengan cara itu, Nabi berkesempatan untuk menjauhkan diri dari Mekah. Ayat tadi menyinggung adanya konspirasi kaum Musyrikin, serta antisipasi Tuhan semesta alam untuk menyelamatkan Nabi-Nya dengan mengatakan, orang-orang Kafir itu tidak akan mampu berbangga diri. Mereka menyangka telah berhasil mengepung Nabi dan blokade mereka lebih ketat dan ampuh daripada kekuasaan Allah. Begitu juga orang-orang Mumin tidak akan dihinggapi keputus asaan, sehingga mereka menyangka bahwa Tuhan Swt telah membiarkan kaum Muminin.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Logika para penentang hanyalah penjara, teror dan pengucilan. Sedang cara yang dilakukan para nabi adalah mengajar, membina, dan membersihkan jiwa.
2. Allah Swt senantiasa melindungi para pengikut jalan kebenaran. Karena itu, barangsiapa yang melakukan konspirasi terhadap mereka kaum Mukminin, maka berarti akan berhadapan dengan Allah.
Ayat ke 31
Artinya:
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menhendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala". (8: 31)
Pada ayat sebelumnya, telah disinggung rencana teror terhadap Nabi Muhammad Saw. Pada ayat ini telah dijelaskan pula masalah teror terhadap mental beliau, bahkan ucapan-ucapan mereka berbau penghinaan atau menganggap remeh firman Allah, sehingga para penentang al-Quran itu menganggap isi kitab suci itu sebagai remeh, mitos, dan cerita-cerita takhayul. Padahal, pertama kali bagian terpenting al-Quran mengkisahkan sejarah berbagai kaum terdahulu meski bukan semuanya. Kedua, sebagaimana telah disebutkan dalam al-Quran mengenai kisah para nabi itu diambil dari kejadian nyata. Sebagian besar dari kisah-kisah tersebut dapat dibuktikan melalui berbagai dokumen dan catatan-catatan sejarah serta geografi yang telah disebarkan oleh para ilmuwan dan sejarawan. Maka dari itu bacaan ayat-ayat al-Quran yang dianggapnya sebagai mitos itu, tidak lebih dari suatu tipudaya yang menyesatkan.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para penentang Islam, justru mendakwakan bahwa al-Quran itu bukanlah suatu kitab yang penting. Mereka bahkan bersumbar bahwa kami juga bisa mendatangkan seperti al-Quran. Akan tetapi kenyataannya dakwaan mereka tidak bisa direalisasikan.
2. Tuduhan dan meremehkan terhadap kaum Mukminin dan kitab suci al-Quran, merupakan lagu lama dan cara-cara terkuno.
Ayat ke 32
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih". (8: 32)
Ayat ini menunjukkan puncak sikap keras kepala para penentang Nabi Saw. Mereka tidak mau bersabar mendengarkan seruan dan nasehat Nabi Muhammad, bahkan mereka mengatakan, apabila engkau benar dan berbicara jujur, bahwa engkau diutus dari sisi Tuhan dan kami melakukan penentangan terhadapnya, maka kamipun bersedia menerima azab yang pedih. Karena itu katakanlah, sehingga Tuhanmu menurunkan azab yang sangat pedih terhadap kami, atau hujanilah kami dengan batu-batu dari langit. Sikap semacam ini dari para penentang masih dimungkinkan menjadi tipuan bagi masyarakat awam yang sederhana, sehingga masyarakat akan mengatakan, untuk hal ini semua, mereka berani mempertaruhkan jiwa raganya, berarti mereka itu berada di pihak yang benar. Untuk itulah kita perlu tahu dan memahami hal tersebut, agar jangan sampai kita tidak tahu.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kadang-kadang sikap keras kepala dan hasud membuat manusia itu melewati batas dan berani mempertaruhkan kredibilitas kehancuran jiwa dan raganya.
2. Sebagian penentang Nabi Saw adalah Ahlul Kitab yang juga memiliki keyakinan kepada Allah Swt.
Ayat ke 33
Artinya:
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (8: 33)
Ayat ini menyinggung nikmat berupa keberadaan Nabi, dengan mengatakan, Allah Swt menurunkan berkah dengan wujudnya Nabi Muhammad Saw, sehingga azab secara umum dapat dicegah dari kaum Muslimin. Meskipun dalam berbagai peristiwa turunnya azab terhadap kaum Nabi Luth as, Allah Swt meminta kepada Nabi-Nya agar beliau dapat membawa kaumnya keluar dari kota. Dalam berbagai riwayat juga ditekankan poin ini, yaitu Allah Swt akan mencegah turunnya azab secara umum dikarenakan wujudnya orang-orang yang suci dan jiwa-jiwa yang bersih.
Intinya, periode kehidupan Nabi serta tempat kehidupan beliau sangat terbatas dan pendek, itulah yang menjadi penyebab tercegahnya azab diseluruh tempat dan waktu dengan bertaubat dan beristighfar. Pada ayat ini telah ditekankan bahwa, Imam Ali bin Abi Thalib as setelah wafatnya Rasulullah mengatakan, "Salah satu dari dua hal yang dapat mengamankan manusia yaitu berpegang teguh dengan kami, sedang yang lainnya yaitu senantiasa membiasakan membaca istighfar."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Keberadaan wali Allah dapat mengalihkan bencana dan mencegah azab. Perwujudan mereka dapat memuliakan kedudukan manusia dan menjadi kesempatan bagi kita meraihnya.
2. Bertaubat dan beristighfar tidak hanya bisa menghilangkan siksaan ukhrawi, tetapi juga azab dunia, karena itu kita tidak boleh melupakannya.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 26-29
Ayat ke 26
Artinya:
Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. (8: 26)
Nabi Muhammad Saw sebelum hijrah dari Mekah ke Madinah, kaum Muslimin senantiasa diganggu dan disakiti oleh kaum Musyrikin. Karena itu dengan petunjuk dan pesan Rasulullah sebagian kaum Muslimin berhijrah ke berbagai kawasan. Satu kelompok berhijrah ke Habasyah, sebagian ke Yaman dan Thaif. Ketika tiba waktunya berhijrah ke Madinah, mereka tidak memiliki tempat tinggal, sehingga mereka benar-benar mengalami kesulitan. Ayat ini menyinggung kondisi sulit kaum Muslimin generasi awal Islam, kepada mereka diingatkan bahwa Allah Swt akan memberikan ketabahan dan kekuatan. Namun setelah masa-masa itu mereka lalui, mereka mendapatkan kenikmatan yang besar dibawah naungan Islam, karena itulah mereka patut bersyukur dan berterima kasih.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berpegang teguh di Jalan yang lurus, kita tidak boleh gentar dan takut dengan sedikitnya personil dan minimnya fasilitas yang kita miliki. Hendaknya kita jangan menyimpang dari jalan lurus tersebut, karena Allah Swt akan memberikan balasan.
2. Namun kalian jangan melupakan segala kesulitan dan problema masa lalu hingga sampai waktu kalian mendapatkan kemudahan dan kesenangan, sehingga kalian akan bertemia kasih.
Ayat ke 27
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (8: 27)
Setelah ayat sebelumnya menyinggung masa-masa kejayaan kaum Muslimin di Madinah, ayat ini menyatakan, kalian harus berhati-hati. Karena kepentingan harta dan duniawi dapat menjerumuskan kalian mengkhianati agama Allah, Nabi Muhammad Saw dan umat Islam. Pada waktu itu kalian tidak segan-segan berkhianat dan berusaha menghancurkan Islam dari belakang. Berdasarkan beberapa riwayat sejarah, dalam berbagai bentrokan yang terjadi antara kaum Muslimin dengan sebagian etnis Yahudi ataupun Musyrikin Mekah, salah seorang Muslim telah memberitahu musuh tentang strategi pasukan Islam. Akan tetapi seorang Muslim tersebut menyesali perbuatannya dan bertaubat dan taubatnya diterima.
Dalam budaya Islam, amanat itu memiliki pengertian luas dan komprehensif yang mencakup semua nikmat materi dan maknawi yang di anugerahkan Allah kepada manusia. Bahkan jiwa dan raga manusia merupakan sebuah amanat dari sisi Allah Swt, sehingga manusia tidak akan mampu berlepas diri dari segala bentuk amanat tersebut. Hukum-hukum agama dan syariat Islam menekankan agar berusaha menjaga dan melaksanakan amanat tersebut.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Komitmen terhadap iman menjadikan seseorang komitmen dalam menjaga amanat. karena iman tidak akan bisa bergabung dengan pengkhianatan.
2. Berkhianat merupakan perilaku buruk dan kotor. Karena itu, barangsiapa yang melakukan pengkhianatan dengan sadar, maka balasan dan siksanya sangat pedih.
Ayat ke 28
Artinya:
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (8: 28)
Dalam lanjutan ayat sebelumnya yang memperingati umat Islam dari berkhianat, ayat ini menyinggung dua hal terpenting terjadinya pengkhianatan dan mengatakan, kalian tidak segan-segan berkhianat disebabkan melindungi harta dan kesenangan. Padahal harta dan kesenangan itu milik orang lain.
Begitu banyak para pelaku dosa yang berkhianat di bidang ekonomi dan sosial seperti mengurangi timbangan, menjual dengan harga tinggi, menimbun barang, enggan membayar khumus dan zakat, sumpah palsu, lari dari medan perang dan jihad serta cinta kepada harta dan anak-anak. Karena itu al-Quran mengatakan, dua hal ini merupakan unsur yang bisa menggerogoti komitmen manusia. Oleh sebab itu kita hendakanya selalu menjaga diri kita agar kita tidak melakukan khianat kepad orang lain. Dalam hal ini Allah Swt akan memberikan pahala yang besar dan bantuan kepada manusia. Dalam 5 ayat al-Quran disebutkan, harta dan anak-anak itu saling terkait, karena keduanya sebagai unsur dominan yang dapat merongrong kehidupan manusia.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta dan anak-anak mengakibatkan manusia melakukan pengkhianatan. Namun jika kecintaan tersebut dalam batas wajar terhadap anak-anak mereka, maka hal ini adalah suatu perkara alami dan tidak sampai mengakibatkan manusia itu berkhianat.
2. Harta dan anak-anak memiliki gaya tariknya masing-masing, bila dibandingkan dengan kelembutan dan anugerah Allah tidak ada apa-apanya. Karena itulah kita tidak boleh menjauhkan diri dari Allah Swt karena mereka.
Ayat ke 29
Artinya:
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (8: 29)
Ayat ini menyebut dan menyinggung jalan keberhasilan dalam ujian Allah Swt, yaitu kebersihan jiwa dan takwa. Ayat ini mengatakan, orang-orang Mukmin dengan menjaga hak Allah dan perintah-perintah-Nya selalu mendapatkan anugerah Allah yang sangat banyak. Allah Swt selalu memberi hikmah dan memandang mereka dengan pandangan rahmah, sehingga mereka bisa dengan tepat menentukan hak dan batil dan pada gilirannya mereka tidak kebingungan dan tersesat.
Begitu juga apabila mereka dalam melaksanakan suatu perbuatan ternyata salah, dikarenakan mereka berjalan menuju jalan kebenaran, maka Allah Swt mengampuni mereka bahkan perbuatan jelek mereka ditutupi oleh Allah Swt. Dan semua kelembutan dan anugerah ini diberikan oleh Allah dalam rangka tersebut, dimana Allah dengan kemuliaan-Nya selalu memperlakukan hamba-hamba yang saleh dengan baik. Mereka selalu mendapatkan kemuliaan dan ampunan yang besar daripa da Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Amal perbuatan manusia memiliki pengaruh besar pada pemikiran dan pandangan mereka. Karena itu meski pikiran memberi pengaruh dalam perbuatan manusia, namun takwa dalam beramal, akan memberi hati nurani kepada manusia dalam berpikir.
2. Takwa juga dapat melindungi manusia dari kesalahan dan khilaf, sekaligus dapat menjaga jiwa raga manusia dari api neraka.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 22-25
Ayat ke 22
Artinya:
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (8: 22)
Keistimewaan terpenting manusia yang dapat membedakan dirinya dengan makhluk bernyawa lainnya adalah kemampuannya dalam berpikir dan menggunakan akal. Karena itu manusia yang memiliki kekuatan akal, namun tidak mau membuka telinga untuk mendengarkan nasehat dan seruan atau berdasarkan akal dan logika mereka tidak enggan angkat bicara, seakan mereka tidak mempunyai akal. Dalam kondisi demikian, mereka sama persis dengan binatang-binatang lainnya. Akan tetapi menurut pandangan al-Quran, orang-orang semacam ini lebih rendah bahkan lebih hina dari binatang-binatang berkaki empat. Karena binatang berkaki empat itu tidak memiliki akal dan pantaslah mereka tidak bisa berfikir, sehingga mereka hanya bisa berbuat berdasarkan naluri dan insting.
Berbeda dengan manusia yang selain memiliki insting dan naluri, mereka juga memiliki akal untuk berpikir secara rasional, namun sewaktu manusia tidak menggunakan akalnya yang sehat ini, maka mereka akan terjatuh, hina, rendah bahkan lebih rendah dan hina dari binatang-binatang tersebut. Ayat ini mengatakan, nilai manusia di sisi Allah Swt adalah karena akalnya, mendengarkan kebenaran dan juga berbicara yang benar. Jika tidak demikian manusia itu tidak memiliki kedudukan dan nilai di sisi Allah, bahkan lebih kecil dan rendah dari binatang-binatang. Berdasarkan surat al-Mulk ayat 10, para penghuni neraka jahannam menjelaskan alasan dimasukkannya mereka ke dalam neraka. Menurut mereka, apabila kami membuka telinga dan menggunakan akal, maka pastilah kami tidak dimasukkan kedalam api neraka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Meski dengan memiliki telinga, mata dan lisan, namun selama organ-organ yang berharga tersebut tidak dimanfaatkan di jalan mencari dan menerima hakikat, maka tidak akan ada gunanya.
2. Manusia yang bernilai adalah mereka yang pandai menggunakan akal mereka, sehingga dapat menggali ajaran Ilahi dengan benar, dan inilah sebenarnya yang disebut dengan kecerdikan.
Ayat ke 23
Artinya:
Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (8: 23)
Dalam ayat sebelumnya telah dijelaskan pernyataan orang-orang yang tidak memiliki telinga yakni mereka tidak mau menggunakan telinganya dengan baik, seperti mau mendengarkan pernyataan dan seruan kebenaran. Mereka memiliki lisan, akan tetapi sewaktu mereka harus menyatakan dan menetapkan kebenaran, mereka malah mengingkarinya. Ayat ini mengatakan, sekalipun Allah Swt Maha Kuasa dan bisa berbuat sesuatu sehingga seruan kebenaran dapat berkesan dan mempengaruhi hati mereka, namun mereka selalu berbuat sesuatu yang tidak layak, dan jalan untuk diterimanya kebenaran itu menjadi lenyap, sehingga tidak ada kebaikan bagi mereka. Selain itu mereka selalu keras kepala, bahkan apabila hati mereka disirami kebenaran ayat-ayat Allah, yang bisa menyebabkan keyakinan, namun sudah pasti mereka akan memperotesnya, bahkan mereka tidak segan-segan dan tidak siap untuk menyatakan kebenaran itu.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sunnatullah berjalan sebagai berikut, yakni setiap orang dengan kadar dan kepatutan mereka dapat menyiapkan lahan kondusif, untuk bisa menerima taufik.
2. Sunnatullah senantiasa transparan dengan ikhtiyar manusia. Meski Allah Swt mampu membuat manusia terpaksa menerima kebenaran, namun Allah memberikan kemungkinan bagi manusia itu untuk menolak.
Ayat ke 24
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. (8: 24)
Ayat ini menyeru manusia agar dapat melaksanakan kehidupan yang lebih jauh dari sekedar kehidupan binatang. Yaitu, suatu kehidupan yang menjadi dasar berkembangnya pemikiran, akal dan spiritual manusia. Sedang untuk bisa mencapai kehidupan ini manusia hendaknya dengan lapang dada menerima seruan Allah Swt dan Rasul-Nya. Sekalipun dalam ayat 97 surat an-Nahl disebutkan, "Barangsiapa yang melakukan amal perbuatan yang baik (shaleh) baik laki-laki maupun perempuan, bila mereka mu'min maka Kami akan memberikan kehidupan yang bersih dan sejahtera."
Lanjutan dari ayat ini mengatakan, apa yang terlintas di hati kalian, meski belum terucapkan oleh lisan kalian, maka Allah Swt telah mengetahuinya. Sehingga dengan demikian seakan Allah telah menjadi pemisah dan penghalang antara manusia dan hatinya, selain itu kalian semua manusia kelak pada Hari Kiamat akan dikumpulkan di sisi Allah Swt dan siap diajukan di muka pengadilan-Nya. Sehingga dalam setiap perkara kita umat manusia tidak bisa lepas dari kekuasaan-Nya baik di dunia maupun di akhirat. Apa lagi pada ayat-ayat yang lain Allah Swt berfirman, "Kami dekat dengan kalian bahkan lebih dekat dengan urat leher kalian."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kehidupan manusia yang sebenarnya hendaknya mengikuti gerak langkah ajaran-ajaran para nabi, karena tanpa melalui jalan tersebut manusia telah mati, sekalipun mereka minum air dan makan nasi bahkan bergerak ke sana dan ke mari.
2. Sebelumnya Allah Swt menjadikan penghalang di antara kami dan hati kami, sedang kematian kami telah tiba dan kamipun telah menerima kebenaran, karena kami senantiasa memikirkan kehidupan abadi.
Ayat ke 25
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (8: 25)
Dalam melakukan perbuatan dosa, terkadang manusia melakukannya sendiri dan secara sembunyi-sembunyi. Balasan atas dosa ini ditanggung sendiri oleh pelakunya. Tapi terkadang dosa yang dilakukan tidak bersifat individu, tapi sosial dan skala dosa atau kerusakan yang ditimbulkan juga luas. Ayat ini mengatakan, apabila kemungkaran telah tersebar terang-terangan di kalangan masyarakat, sedang orang-orang alim yang mampu mengantisipasi menjalarnya kemungkaran tersebut diam tutup mulut, maka azab dan siksaan Allah akan diturunkan kepada semua lapisan masyarakat. Karena itu yang dimaksud dengan menjauhkan diri dari berbagai fitnah dalam ayat ini ialah tidak beruzlah dan menjauhkan diri dari karamaian masyarakat. Akan tetapi hendaknya memberi peringatan dan tetap bergaul dengan baik agar masyarakat dapat terhindar dari segala fitnah.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jauh dari ajaran-ajaran Ilahi dapat menyebabkan kehancuran manusia dan masyarakat serta menjadi unsur utama timbulnya fitnah dan fasad.
2. Kita jangan menjadi unsur timbulnya fitnah dan jangan bergandengan tangan dengan para peniup fitnah serta jangan pula kita diam dalam menghadapi fitnah.
3. Nahi mungkar merupakan tugas setiap orang mukmin, apabila aksi pencegahan terhadap mungkar sudah tidak berguna lagi, maka pencegahan terhadap azab dan siksaan Allah pasti masih bisa berpengaruh.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 15-21
Ayat ke 15-16
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). (8: 15)
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. (8: 16)
Sebelumnya telah dijelaskan tentang peristiwa perang Badr dan kemenangan pasukan Islam atas pasukan Kafir Quraisy. Pada dua ayat ini ditegaskan bahwa jumlah besarnya jumlah musuh tidak bisa menjadi alasan untuk mundur dari medan dan melarikan diri. Islam melarang para pengikutnya untuk mundur dari medan perang kecuali untuk tujuan mengatur strategi baru, memperbaharui kekuatan, menyiapkan peralatan tempur atau untuk bergabung pada barisan Muslimin yang lainnya, untuk kemudian menyerang kembali musuh.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Melarikan diri dari medan pertempuran dan jihad merupakan dosa besar, dan perbuatan semacam ini bisa mendatangkan murka Allah.
2. Di medan perang, kita diperbolehkan menggunakan taktik mundur dan tipuan untuk mengelabuhi musuh.
3. Lari diri dari medan pertempuran selain menyebabkan kehinaan di dunia, juga mendatangkan azab di akhirat.
Ayat ke 17-18
Artinya:
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (8: 17)
Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir. (8: 18)
Masih melanjutkan pembahasan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengingatkan orang-orang Mukmin agar mereka tidak tertimpa rasa congkak dan jangan beranggapan bahwa kondisi medan tempur adalah faktor penentu dalam peperangan. Karena itu ayat ini menyatakan bahwa dengan bantuan Allah pasukan musuh dapat dikalahkan. Mereka kalah bukan karena bidikan anak panah dan tebasan pedang kalian. Siapakah yang mengarahkan anak panah kalian mengenai musuh, tidak lain adalah Allah. Medan perang ini merupakan medan untuk menguji kaum Mukminin. Percobaan atau ujian terbesar apakah yang lebih tinggi dari mengorbankan darah dan jiwa di jalan Allah dan disaksikan langsung oleh-Nya? Terkadang ujian dan cobaan Allah berupa kemenangan yang disebut sebagai bala hasan atau ujian yang baik, namun terkadang juga berupa kesulitan dan musibah yang dinamakan bala sayyi atau ujian yang buruk.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perang dan jihad merupakan salah satu sarana uji dan cobaan, sehingga dapat diketahui siapa gerangan orang-orang Mukmin yang sebenarnya dan siapa pula orang-orang yang imannya lemah.
2. Apa yang dilakukan oleh manusia dan atas kehendaknya, bisa disebut sebagai perbuatannya. Akan tetapi dari sisi itu bahwa kekuatan yang dimilikinya untuk melakukan pekerjaan berasal dari Allah, maka perbuatan itu bisa disandarkan kepda Allah. Karenanya, dalam semua pekerjaan, manusia tidak bisa lepas dari kehendak Allah
3. Allah Swt telah selalu membantu kaum Mukmin yang sebenarnya, dan menggagalkan semua makar dan taktik musuh.
Ayat ke 19
Artinya:
Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu berhenti; maka itulah yang lehih baik bagimu; dan jika kamu kembali, niscaya Kami kembali (pula); dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahayapun, biarpun dia banyak dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman. (8: 19)
Menurut sebagian mufassir, kaum Muslimin berselisih mengenai ghanimah atau harta rampasan perang, bahkan mereka berdebat dengan Rasulullah setelah memperoleh kemenangan. Itulah sebabnya ayat ini ditujukan kepada mereka. Namun kebanyakan mufassir menyebutkan ayat yang dimaksudkan oleh ayat ini adalah orang-orang Kafir dan Musyrik. Ayat ini mengatakan bahwa Allah menghendaki kemenangan di pihak kaum Mukminin untuk menunjukkan kebenaran.
Siapapun yang dimaksud, kelompok Muslimin atau kaum Kafir, yang jelas ayat ini menegaskan bahwa memprotes ketentuan Rasul dapat mendatangkan kemurkaan Allah dan tidak ada satu kelompok pun yang mampu melindungi seseorang dari siksaan dan balasan Allah.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kebaikan manusia terletak pada kepatuhan dan keikhlasannya kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.
2. Syarat kemenangan dan pertolongan Allah Swt adalah iman dan komitmen pada keimanan. Demikian pula, besarnya jumlah pasukan musuh tidak ada pengaruhnya pada kemurkaan Allah.
Ayat ke 20-21
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya). (8: 20)
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan. (8: 21)
Dua ayat ini mengajak kaum Mukminin untuk secara total tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi sikap penentangan dan pembangkangan terhadap ajaran ilahi. Ayat ini mengatakan, "Kalian yang mendengar kata-kata Nabi dan beriman kepadanya, seyogianya kalian tidak menentang perintah dan keputusannya. Syarat keimanan kepada Allah adalah ketaatan kepada nabi dan utusan-Nya. Jika tidak, berarti kalian sama dengan orang-orang yang mengatakan bahwa mereka mendengar kata-kata Nabi dan beriman kepadanya akan tetapi tindakan dan perilaku mereka tidak mencerminkan pengakuan itu.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kaum Mukminin selalu berada dalam bahaya pelanggaran terhadap ajaran agama. Karena itu mereka dituntut untuk selalu mawas diri.
2. Setelah mendengar dan menerima kebenaran, kita memikul beban tanggung jawab untuk mengikutinya.
3. Keimanan tidak cukup dengan pengakuan belaka tetapi memerlukan pembuktian dalam perilaku dan perbuatan.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 10-14
Ayat ke 10
Artinya:
Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (8: 10)
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Allah Swt telah mengirimkan ribuan malaikatnya untuk membantu kaum Muslimin di perang Badr. Al-Quran menerangkan bahwa malaikat berkali-kali turun membantu kaum Mukminin. Ketika seorang mukmin tengah menghadapi sakaratul maut, malaikat turun untuk menghibur dan memberikan ketenangan kepada kaum Mukminin sekaligus melindungi mereka dari godaan setan. Turunnya para malaikat ke bumi untuk membantu kaum Mukminin di perang Badr bukan berarti bahwa mereka juga terlibat duel fisik dengan kaum Kafir. Sebab sejarah menceritakan dengan jelas tentang korban tewas dan yang membunuhnya pada perang itu. Semua itu adalah untuk memberikan ketenangan kepada kaum Mukminin.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pejuang Muslim harus memiliki mental dan hati yang kuat bagai baja. Sebab dengan mental yang kuat, kemenangan akan dapat diraih.
2. Selama kita masih berada di jalan agama dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, Allah pasti akan memberikan bantuan dan menghilangkan ketakutan dan kekalutan dari hati kita.
3. Taktik perang, perlengkapan militer yang kuat, banyaknya personil bahkan bantuan malaikat, bukanlah faktor utama untuk meraih kemenangan di medan pertempuran. Tetapi semua itu bergantung pada kehendak dan iradah Allah Swt. Betapa banyak kelompok kecil yang berhasil mengalahkan musuhnya yang kuat dan besar, karena anugerah dari Allah?
Ayat ke 11
Artinya:
(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu). (8: 11)
Dalam ayat sebelum ini, disebutkan bahwa untuk menenangkan hati kaum Mukminin Allah menurunkan ribuan malaikat. Selain itu, Allah juga mengirimkan rasa kantuk kepada kaum Muslimin. Rasa kantuk ini, bukan berarti tidur pulas sehingga memungkinkan pasukan musuh melakukan serangan dadakan.
Di sisi lain medan, pasukan Kafir Quraisy telah menyiapkan segala sesuatunya untuk berperang termasuk perlengkapan militer, perbekalan dan bahkan wanita-wanita yang menyanyikan lagu-lagu perang untuk memberikan semangat kepada pasukan ini. Mereka juga menguasai sumur-sumur air di Badr. Kondisi yang berbeda di barisan kaum Muslimin. Mereka umumnya tidak siap untuk berperang karena perlengkapan militer yang terbatas, perbekalan yang tidak mencukupi ditambah lagi dengan tertutupnya pintu bagi mereka untuk mendapatkan air.
Di saat seperti itu, Allah memberikan kabar gembira akan datangnya bantuan yang berupa ribuan para malaikat. Untuk persiapan perang, Allah juga mengirimkan rasa kantuk sehingga pasukan muslim malam itu dapat beristirahat. Lebih dari itu, Allah menurunkan hujan agar pasukan Muslimin dapat memanfaatkannya untuk bersuci dan meredakan dahaga.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dengan kehendak dan bantuan Allah, dalam menghadapi pasukan musuh yang bersenjata lengkap dan berjumlah besar, kita bisa memperoleh ketenangan hati dan dapat tidur dengan nyaman.
2. Terkadang tidur ringan di medan perang merupakan anugerah dan nikmat dari Allah.
3. Dengan bersabar dan bertawakal, Allah akan mencurahkan nikmat-Nya kepada kita dan menjadikan fenomena alam untuk membantu kita dalam segala hal.
4. Seorang pejuang muslim dituntut untuk memiliki jiwa yang besar dan tangguh di medan perang.
Ayat ke 12
Artinya:
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (8: 12)
Seperti yang disinggung dalam beberapa ayat sebelum ini, dalam perang Badr Allah menurunkan bantuannya dalam berbagai bentuk kepada pasukan Muslimin. Dalam ayat ini disebutkan bahawa Allah memerintahkan kepada para malaikat-Nya untuk menenteramkan jiwa kaum Mukminin, sementara untuk kaum Kafir, Allah akan menciptakan rasa takut di hati mereka.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw mengirim seseorang untuk memata-matai gerak gerik pasukan Kafir dan ia melaporkan rasa takut berlebihan yang dirasakan pasukan Quraisy. Padahal jumlah mereka besar dan peralatan militer mereka lengkap. Mereka semua dicekam rasa takut. Sementara di perkemahan pasukan Muslim, ketenangan dan keceriaan tampak memancar dari raut muka mereka.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Terkadang, Allah menurunkan bantuan kepada para hamba-Nya melalui malaikat.
2. Salah satu bantuan ilahi adalah menebar ketakutan di hati kaum Kafir dan memberikan kemantapan dan ketenangan di hati kaum Mukminin. Rasa takut yang dialami oleh pasukan kafir Quraisy merupakan salah satu faktor kekalahan mereka dalam perang Badr.
3. Kekuatan lahiriah, besarnya jumlah pasukan dan lengkapnya peralatan perang tidak menjamin kemenangan dan ketenangan. Sebab semua itu terpulang kepada Allah dan kehendak-Nya.
Ayat ke 13-14
Artinya:
(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. (8: 13)
Itulah (hukum dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka. (8: 14)
Dua ayat ini menyebut serangan dan pukulan yang di dapat pasukan Kafir dari kaum Muslimin sebagai sebuah azab dari Allah. Kedua ayat ini menjelaskan bahwa kaum Kafir telah mengingkari dan menentang agama ilahi dan seruan para nabi, bahkan mereka tidak bersedia mendengar kebenaran. Untuk itu Allah menurunkan bantuan-Nya kepada kaum Muslimin dan memenangkan mereka atas kaum Kafir. Kekalahan pasukan Kafir di perang Badr adalah siksa Allah terhadap mereka di dunia. Dan kelak di akhirat Allah akan mengazab mereka dengan siksaan yang pedih.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kemurkaan Allah atas suatu kaum bukan tanpa alasan, tetapi dikarenakan mereka telah menentang kebenaran dan berlaku congkak di muka bumi.
2. Sesuai dengan Sunnah Allah, semua yang menentang kebenaran akan dihancurkan.
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anfal Ayat 5-9
Ayat ke 5-6
Artinya:
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya. (8: 5)
Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). (8: 6)
Dua ayat ini berhubungan dengan ketidakpuasan orang-orang Muslim dengan pembagian rampasan perang Badr. Pada tahun ke 2 Hijriah, Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu bahwa sebuah rombongan dagang besar yang dipimpin oleh Abu Sufyan sedang menuju ke Mekah dari arah Syam. Nabi Muhammad Saw menyuruh para sahabat beliau untuk segera menuju kafilah tersebut guna memberi pukulan telak terhadap perekonomian musuh dan merebut kembali harta kaum Muhajirin yang ada di tangan orang-orang Quraisy Mekah. Akan tetapi langkah kaum Muslimin ini didengar oleh Abu Sufyan yang lantas menempuh jalur lain menuju ke Mekah.
Saat itu pasukan Mekah pimpinan Abu Jahal dengan jumlah personil 1.000 orang bergerak untuk menghadapi pasukan kaum Muslimin. Kedua pasukan bertemu di sekitar sumber air di kawasan Badr, antara Mekah dan Madinah. Nabi Muhammad Saw lantas berunding dengan para sahabatnya, apakah pasukan Muslimin sebaliknya mengejar rombongan dagang tersebut itu atau menghadapi pasukan Quraisy. Mengingat bahwa tujuan awal adalah untuk menghalang kafilah dagang dan jumlah pasukan Kafir tiga kali lipat dari jumlah pasukan Muslim, sebagian sahabat Nabi menyatakan keengganan mereka untuk berperang menghadapi pasukan Mekah.
Akan tetapi dengan adanya pernyataan siap dari kebanyakan sahabat membuat Nabi memutuskan untuk menghadapi pasukan musuh. Dalam pertempuran ini kaum Muslimin mendapat bantuan pasukan gaib dari Allah Swt, sehingga memperoleh kemenangan. Abu Jahl dan 70 orang dari pasukan musuh terbunuh, selain itu sebanyak 70 orang dari pasukan Mekah tertawan. Adapun di pihak kaum Muslimin 14 orang gugur syahid.
Dua ayat ini menceritakan tentang adanya sekelompok umat Islam yang meski telah beriman kepada Allah dan Nabi-Nya, akan tetapi sewaktu tiba saatnya mereka harus mempertaruhkan jiwa dalam membela Islam, keimanan mereka menjadi lemah dan mereka bahkan memprotes keputusan Nabi Saw.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jihad melawan musuh merupakan salah satu kewajiban agama, meski secara tabiat, manusia membenci perang dan pemusuhan.
2. Orang-orang Mukmin yang tidak memiliki nyali dan penakut, bukan saja enggan maju ke medan jihad, tetapi juga tidak segan mendebat utusan Allah ini mengenai kewajiban ini.
Ayat ke 7-8
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir. (8: 7)
Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya. (8: 8)
Kedua ayat ini menyatakan bahwa sekalipun langkah kalian adalah untuk dapat merampas harta musuh yang disebut ghanimah dan sama sekali tidak menduga akan terlibat bentrokan dengan pasukan musuh yang bersenjata, akan tetapi Allah Swt memiliki maksud lain saat mendorong kalian untuk bergerak. Allah menghendaki agar posisi kalian kuat dalam terlibat dalam perang melawan pasukan Kafir. Dengan demikian, kebenaran akan bertambah kuat dan kebatilan akan melemah, sehingga Sunnatullah bahwa kebenaran pasti menang akan terwujud.
Memang, sampai saat ini, ketentuan ini belum terealisasi secara sempurna. Kaum Mukminin meski sering memperoleh kemenangan juga tak jarang menderita kekalahan. Berdasarkan al-Quran dan Hadis bahwa pada akhir zaman ketika Imam Mahdi af datang, Sunnatullah ini akan terealisasi, sehingga keadilan dan kebenaran tegak, sedangkan kebatilan dan kezaliman di muka bumi akan sirna.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kemenangan tidak selalu ditentukan oleh banyaknya jumlah tentara dan atau kecanggihan peralatan perang, tetapi ada juga unsur-unsur lain seperti semangat juang dan bantuan gaib dari Allah yang ikut andil dalam sebuah kemenangan.
2. Tujuan perang dalam Islam adalah untuk menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, bukan untuk tujuan ekspansi teritorial atau untuk mengumpulkan rampasan perang.
3. Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan hati musuh kita. Sebab, perjuangan menegakkan kebenaran pasti akan berbuntut pada ketidaksenangan kaum Kafir.
Ayat ke 9
Artinya:
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". (8: 9)
Ayat ini dengan terang dan jelas menceritakan tentang turunnya pertolongan Allah Swt dalam perang Badr. Bantuan Allah ini adalah melalui turunnya Malaikat. Dalam ayat ini telah disebutkan jumlah 1000 Malaikat. Sementara pada ayat 124 dan 125 surat Ali Imran disebutkan bahwa Malaikat yang turun membantu kaum muslimin berjumlah 3000 dan 5000 malaikat. Perbedaan ini menunjukkan tahapan turunnya Malaikat yang membantu kaum muslimin dalam peperangan.
Tentunya para malaikat itu tidak terlibat langsung dalam berperang melawan pasukan musuh. Akan tetapi kehadiran mereka di sisi pasukan Muslimin memberikan semangat dan keimanan kaum Muslimin. Sebaliknya, bagi pasukan musuh, hadirnya malaikat itu telah menimbulkan ketakutan yang luar biasa. Ayat ini juga menyinggung soal doa dan munajat di dalam perang. Ayat ini menyatakan bahwa doa adalah simbol kemenangan kaum Mukminin.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sekalipun tanpa doa dan munajat, Allah Swt dapat memberikan sesuatu akan tetapi doa membuat manusia lebih siap untuk menerima anugerah Allah.
2. Malaikat memiliki peranan dalam kehidupan manusia, sedang keimanan adalah unsur penarik mereka kepada manusia.
3. Bantuan dan pertolongan gaib Allah akan diturunkan kepada manusia, ketika manusia itu berusaha dan memohon dengan kerendahan kepada-Nya.



























