کمالوندی
Proses Lambat Dialog Nasional Yaman
Menteri Luar Negeri Yaman, Abu Bakr al-Qirbimenilai proses dialog nasional di negaranya guna menyelesaikan friksi internal khusunya masalah wilayah selatan sangat rumit. Ia pun mengkonfirmasikan penambahan waktu perundingan damai hingga tiga bulan kedepan.
Abu Bakr al-Qirbi dalam wawancaranya dengan Koran al-Hayat Rabu (2/10) mengingatkan, dialog nasional terkait berbagai isu termasuk masalah pemisahan wilayah selatan terpaksa diperpanjang tiga bulan lagi mengingat adanya friksi di antara peserta. Menlu Yaman mengakui bahwa masalah wilayah selatan merupakan isu tersulit dalam agenda dialog nasional.
Penekanan menlu Yaman terkait perpanjangan waktu dialog nasional dirilis di saat satu bulan lalu para petinggi Yaman berulang kali mengkonfirmasikan tercapainya kedekatan visi di antara peserta terkait isu sensitif wilayah selatan guna membentuk pemerintahan federal.
Dalam dialog ini yang digelar sejak Maret 2013 dan dihadiri mayoritas kubu politik Yaman, dari wilayah selatan hanya diwakili kelompok moderat dan kubu ekstrim yang menuntut kemerdekaan wilayah selatan memboikot dialog ini.
Tujuan digelarnya dialog nasional Yaman adalah untuk mempersiapkan penyusunan undang-undang baru dan pemilu pada Februari 2014 sesuai dengan kesepakatan transisi kekuasaan yang berujung pada pelengseran diktator Ali Abdullah Saleh tahun 2012 lalu.
Isu wilayah selatan yang merupakan negara merdeka hingga tahun 1990, tercatat sebagai agenda utama dialog nasional di negara ini. Dan mayoritas dari warga Yaman meyakini penyelesaian isu ini merupakan kunci dari pelimpahan demokrasi kepada rakyat. Sementara itu, warga Selatan meyakini pasca bersatunya Utara dan Selatan Yaman pada tahun 1990, kekuasaan senantiasa berada di tangan warga Utara dan hak-hak warga Selatan tidak dipenuhi.
Berdasarkan kesepakatan transisi kekuasan pada Februari 2012 yang berujung pada lengsernya Ali Abdullah Saleh, tujuan diaolog nasional adalah mempersiapkan penyusunan UUD baru dan pemilu pada Februari 2012. Dialog Nasional merupakan janji terpenting Mansour Hadi, presiden Yaman di era transisi kekuasaan dua tahunnya kepada warga. Namun pelaksanaan janji tersebut memakan waktu hampir satu tahun dan pada akhirnya Mansour Hadi di tahun kedua kekuasaannya berhasil memulai dialog nasional ini.
Dialog ini digelar di Sanaa sejak 18 Maret 2013, namun dialog tersebut pada tahap awal menghadapi banyak kendala seperti boikot oleh sejumlah kubu politik. Kubu yang memboikot dialig nasional memiliki dua alasan atas sikapnya tersebut. Pertama, pemerintah masih tergantung dengan pemain asing dan kedua kehadiran gerakan serta tokoh yang berafiliasi dengan rezim terguling. Dengan demikian, setelah enam bulan digelarnya perundingan damai ini, belum juga tampak kemajuan berarti yang dicapai.
Padahal kekuasaan Mansour Hadi tinggal beberap abulan lagi dan indikasi terciptanya kesempatan yang memadai untuk menggelar pemilu pada waktu yang telah disepakati belum juga terlihat. Dalam kondisi seperti ini, rakyat dan sejumlah kubu Yaman meyakini Mansour Hadi masih berusaha membujuk Arab Saudi dan Amerika Serikat untuk mendukung keberlangsungan kekuasaan dirinya dari pada mempersiapkan pemilu. Dan lawatan dirinya ke Riyadh dan Washington juga dimaksudkan untuk hal ini, karena Arab Saudi dan AS memainkan peran utama dalam pemilu dengan Mansour Hadi sebagai kandidat tunggal di era transisi.
Menteri Suriah: Konferensi Jenewa 2 Hanya Awal Langkah Politik
Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah, Ali Haidar menyatakan, "Konferensi Perdamaian Jenewa yang telah direncanakan untuk menyelesaikan krisis Suriah merupakan awal baru dalam proses politik di negara ini."
"Saya memprediksi konferensi Jenewa 2 akan digelar sebelum akhir tahun ini dan akan menjadi awal dari proses politik (Suriah), namun bukan penyelesaian proses tersebut," kata Haidar dalam wawancaranya dengan Xinhua Kamis (4/10).
Menteri Suriah menambahkan, "Apa pun dapat dibahas [selama konferensi] dan yang paling penting struktur sistem politik masa depan Suriah," tambahnya seraya menekankan bahwa semua pihak harus ikut ambil bagian tanpa prasyarat.
Pada tanggal 7 Mei, Rusia dan Amerika Serikat sepakat menggelar konferensi internasional Suriah, yang akan menindaklanjuti perundingan sebelumnya yang digelar di Jenewa pada Juni 2012. Konferensi diperkirakan diselenggarakan pada pertengahan November.
Tanggal pasti pelaksanaan konferensi berubah berulang kali, karena muncul friksi di antara kelompok oposisi Suriah dukungan asing. Rusia dan AS juga tetap berselisih pendapat soal pihak yang harus menghadiri perundingan.
Di bagian lain pernyataannya, Ali Haidar mengecam aksi para anasir Salafi-Takfiri di Suriah dan para pendukung mereka di luar negeri. Dikatakannya, "Damaskus menyadari besarnya agresi asing dan perang terhadap Suriah."
"Sekarang kita sedang berbicara tentang 86 negara yang warganya berperang di Suriah dan oleh karena itu perang melawan Suriah menjadi lebih besar. Di samping itu semua, jumlah kelompok yang berperang di Suriah telah melampaui 300 dan sebagian besarnya adalah kelompok tidak disiplin dan tidak punya referensi politik," kata Haidar.
Pemerintah Obama Desak Kongres Tangguhkan Sanksi Anti-Iran
Pemerintahan Presiden AS Barack Obama mendesak anggota Kongres untuk menunda putaran baru sanksi terhadap Iran menyusul kebuntuan politik di Kongres telah menyebabkan penghentian pemerintah federal di Amerika Serikat .
Kamis (3/10), Wendy Sherman pejabat eselon tiga di Kementerian Luar Negeri AS, mengatakan kepada para senator untuk menunda draf sanksi baru anti-Iran hingga perundingan program energi nuklir Iran mendatang yang diperkirakan digelar akhir bulan ini.
Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yaitu Inggris, Cina , Perancis , Rusia dan Amerika Serikat ditambah Jerman akan mengadakan perundingan di Jenewa pada 15-16 Oktober membahas program energi nuklir Iran.
Iran dan Kelompok 5+1 juga bertemu di markas besar PBB di New York pekan lalu. Usai pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan mitranya dari Iran, Mohammad Javad Zarif, berunding selama lebih dari 20 menit.
Operasi Militer Mesir di Sinai Terus Bergulir, Sembilan Anasir Dibekuk
Pasukan keamanan Mesir terus bergerak maju dalam operasi sweeping terhadap militan di Semenanjung Sinai.
Menurut keterangan seorang pejabat militer yang tidak menyebutkan namanya, operasi digelar di sejumlah wilayah al-Toma, al-Moqataaa dan al-Mahdeya, selatan wilayah Sheikh Zuwayed. Militer Mesir menghancurkan beberapa tempat persembunyian militan dan menyita berbagai jenis. Sembilan militan ditangkap.
Sejak lama Sinai menjadi tempat aman bagi para militan untuk membangun basis dalam melancarkan aksi-aksi teror. Dalam beberapa bulan terakhir, wilayah gurun itu menjadi ajang instabilitas dan bentrokan antara militan dan pasukan keamanan.
Pada tanggal 16 September, sebuah bom pinggir jalan yang dipasang oleh militan di Semenanjung Sinai melukai sedikitnya sembilan taruna polisi.
Sejak penggulingan mantan presiden Mesir, Muhammad Mursi pada tanggal 3 Juli, kelompok militan beraksi nyaris setiap hari di Sinai, membunuh personil keamanan. Sebagai balasannya, Kairo mengerahkan ribuan pasukan militer yang didukung tank dan kendaraan lapis baja untuk memburu para militan.
Kongres AS Ditutup
Seluruh kantor Kongres AS di Washington DC ditutup pasca aksi penembakan di dekat gedung tersebut.
Tasnim News (4/10) mengutip CNN melaporkan, polisi Amerika Serikat menyatakan bahwa penembakan di dekat gedung Kongres AS membuat seluruh kantor di gedung itu ditutup.
Sumber-sumber keamanan Amerika Serikat mengkonfirmasikan tewasnya seorang perempuan dalam insiden baku tembak dengan aparat keamanan.
Seorang polisi terluka dalam insiden itu.
Sunnah Dan Syiah Deklarasikan Perdamaian
Senin, 23 September 2013. Puluhan warga Ahlusunnah dari Desa Bluuran Kecamatan Karang Penang dan Desa Karang Gayam Kecamatan Omben Kabupaten Sampang, Madura, mendatangi pengungsi Syiah Sampang di rumah susun sewa (Rusunawa) Puspo Agro Jemundo Sidoarjo, Jawa Timur.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk mendeklarasikan perdamaian antara Sunni dan Syiah di Sampang yang sebelumnya pernah terjadi kesalahpahaman.
Deklarasi tersebut diberi nama “Piagam Perdamaian Rakyat.” terdiri dari lima butir perdamaian. Ditandatangani oleh 73 warga dari pihak Sunni dan 69 kepala keluarga dari pihak Syiah.
Sekitar 50 warga dari kedua kecamatan tersebut disambut pelukan oleh para pengungsi. Beberapa saat setelah dipersilakan duduk dan menikmati hidangan, kedua belah pihak melanjutkanya dengan membacakan deklarasi perdamaian.
Acara tersebut juga diliput berbagai media cetak. Baik elektronik maupun online. Deklarator perdamaian dari pihak Sunni dibacakan oleh Mujahid. Sementara deklarator dari Syiah oleh Iklil al Milal.
Menurut keterangan Mujahid, perdamaian ini dilatar-belakangi oleh pemahaman mereka terhadap islam yang mengajarkan kasih sayang dan persaudaraan. Serta amanat Konstitusi yang mengedepankan kerukunan.
“Saya sangat memprihatinkan mereka, semoga pemerintah segera memulangkan mereka dan semua pihak menerima kepulangan mereka,” kata Mujahid.
Lebih lanjut Mujahid mengungkapkan, sudah pasti ada berita-berita yang mengatakan proses perdamaian ini adalah rekayasa, dan pasti ada pihak-pihak yang menginginkan perdamaian ini tidak terjadi. Namun Mujahid akan terus bertekad berjuang melanggengkan perdamaian ini.
Keterangan DPP ABI
Terkait deklarasi perdamaian itu, DPP Ahlulbait Indonesia (ABI) Ahmad hidayat menyatakan, tidak benar jika digambarkan ada masyarakat yang menolak untuk berdamai. Justru masyarakat sudah sangat menghendaki para pengungsi untuk segera kembali ke kampung halamannya. Hal itu dibuktikan dengan adanya deklarasi damai dari kedua belah pihak (23/9).
“Sesungguhnya warga dari kalangan Ahlussunnah baru sadar bahwa tidak ada perbedaan antara sunnah dan syiah. Allah-nya sama, Nabi-nya sama, kiblatnya juga sama, dan al-Qur’an-nya sama” kata Ahmad Hidayat.
Deklarasi ini mengakhiri kesalahpahaman yang berbuntut penyerangan Minggu, 26 Agustus 2012 warga Syiah Dusun Nangkernang. Kedua belah pihak sudah saling memaafkan. Dan mereka berharap, pengungsi segera dipulangkan ke kampung halaman agar dapat hidup berdampingan seperti dulu lagi.
Imam Mahdi as Dalam Al-Quran
Konsep Imam Mahdi as sebagai juru penyelamat adalah sebuah konsep yang sudah diterima oleh semua agama samawi, bahkan oleh semua umat manusia meskipun nama yang ditentukan untuk menyebutnya berbeda-beda. Kesepakatan konsep ini dapat kita bahas pada kesempatan yang lain.
Oleh karena itu, dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang ditafsirkan dengan keberadaan Imam Mahdi as sebagai seorang juru penyelamat. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Surah al-Qashash (28) : 5
وَ نُرِيْدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِيْنَ
“Dan Kami ingin memberikan anugrah kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka sebagai para pewaris.”
Secara lahiriah, ayat ini menggunakan kata kerja mudhâri’ dalam menjelaskan maksud Allah. Secara realita, janji-janji yang termaktub dalam ayat tersebut belum terealisasikan hingga sekarang. Dengan pemerintahan yang telah dibentuk oleh Rasulullah saw di Madinah yang berjalan kurang lebih selama sepuluh tahun, kami kira hal itu belum terwujudkan secara sempurna mengingat masih banyak pojok dunia yang belum pernah mencicipi lezatnya hukumnya Islam.
Menurut beberapa hadis, ayat ini mengindikasikan tentang Imam Mahdi as, bahwa semua janji Allah itu akan terwujud pada saat beliau turun ke bumi dan membentangkan sayap keadilan di atasnya. Dalam Nahjul Balâghah, Imam Ali as berkata:
لَتَعْطُفَنَّ الدُّنْيَا عَلَيْنَا بَعْدَ شِمَاسِهَا عَطْفَ الضَّرُوْسِ عَلَى وَلَدِهَا
“(Pada waktu itu), dunia akan menganugrahkan kelembutannya kepada kami setelah ia membangkang sebagaimana unta betina yang membangkang (baca: enggan memberi air susu kepada anaknya) menyayangi anaknya.”
Ibnu Abil Hadid berkata: “Para sahabat (baca: ulama) kita berpendapat bahwa beliau menjanjikan (kemunculan) seorang imam yang akan menguasai bumi dan menaklukkan seluruh kerajaan dunia.”
Dalam sebuah hadis yang lain beliau berkata: “Orang-orang tertindas di muka bumi yang termaktub di dalam al-Quran dan akan dijadikan para pewaris oleh Allah adalah kami, Ahlulbait. Allah akan membangkitkan Mahdi mereka yang akan memuliakan mereka dan menghinakan para musuh mereka.” [1]
b. Surah an-Nûr (24) : 56
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih untuk menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai khalifah, menyebarkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka secara merata dan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa keamanan (sehingga) mereka dapat menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. Barangsiapa ingkar setelah itu, merekalah orang-orang yang fasiq.”
Secara lahiriah, kita dapat menagkap tiga janji dari ayat tersebut:
Pertama, menjadikan mereka sebagai khalifah di atas bumi ini.
Kedua, menyebarkan agama mereka (Islam) di atas bumi secara merata sehingga dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dunia.
Ketiga, menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman sehingga mereka dapat menyembah Allah dengan penuh keleluasaan dan tidak menyekutukan-Nya.
Yang jelas, semua janji itu belum pernah terwujudkan hingga sekarang. Kapankah kita pernah merasakan Islam dijalankan secara sempurna? Oleh karena itu, dalam beberapa hadis Ahlulbait as, kita akan menemukan takwil dari ayat tersebut bahwa semua janji itu akan terealisasikan pada masa kemunculan Imam Mahdi as.
Dalam tafsir Majma’ al-Bayân disebutkan bahwa Imam Ali bin Husain as pernah membaca ayat tersebut. Setelah itu beliau berkata: “Demi Allah, mereka adalah para pengikut kami Ahlulbait as. Allah akan mewujudkan semua itu dengan tangan salah seorang dari kami. Ia Adalah Mahdi umat ini, dan ia adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Jika tidak tersisa dari usia dunia ini kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkannya hingga seorang dari ‘Itrahku muncul. Namanya sama dengan namaku. Ia Akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.”[2] (Bersambung)
[1] Al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 63, bab ayat-ayat yang ditakwilkan dengan Imam Mahdi as.
[2] At-Thabarsi, Majma’ al-Bayân, jilid 7, hal. 152.
Tanpa diragukan lagi pembahasan tentang mahdi as telah tertera di pelbagai sumber dan kitab-kitab Islami. Rasul saw sendiri yang mengajarkan hal tersebut. Imam Ali as dan para imam yang lain juga tidak ketinggalan, mereka senantiasa menyinggung pembahasan yang satu ini dan mengulang-ulangnya. Para ulama dan pemuka sekte-sekte islam sepanjang sejarah juga satu demi satu di segenap penjuru Negara Islam telah menulis dan menyusun buku yang tidak sedikit jumlahnya.
Dengan pelbagai hal tersebut apakah dapat dibayangkan topik dan pembahasan yang begitu populer dan urgen ini tidak tertera dalam kitab suci al-Quran? Jawaban tentu tidak. Pasti pembahasan semacam ini benih-benihnya telah terdapat di dalamnya.
Al-Quran sebatas singgungan atau secara gamblang telah menjelaskan peristiwa dan kejadian yang nantinya akan terjadi di akhir zaman seperti kemenangan kaum mukmin terhadap kaum non-mukmin. Ayat-ayat semacam ini, telah ditafsirkan oleh para mufasir-dengan mengacu pada riwayat dan poin-poin tafisiri-berkaitan dengan pemerintahan Imam Mahdi as di akhir zaman.
Al-hasil para mufasir mutaakhir menghitung dan mentahqiq jumlah ayat-ayat yang berkaitan dengan beliau as, jumlah sensaionalpun mereka dapatkan yaitu sekitar 350 ayat. Tahqiq ini dilakukan oleh Yayasan Intidhare Nur. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa metode mereka dalam pencarian tersebut adalah umum mencakup ayat-ayat yang secara gamblang menjelaskan permasalahan Mahdawiyah dan yang lain, atau ayat yang para mufasir dengan suatu hal dalam tafsiran ayat tersebut membawakan riwayat atau pembahasan Mahdawiyah.
Pada kesempatan ini, kita akan membawakan 10 ayat saja yang memiliki indikasi yang jelas terhadap permasalahan Mahdawiyah.
Ayat pertama
وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( انبيا 105)
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba yang saleh”.
Imam Muhammad Baqir as bersabda:”hamba-hamba tuhan yang akan menjadi pewaris bumi-yang tersebut dalam ayat-adalah para sahabat Mahdi as yang akan muncul di akhir zaman.”
Syekh Thabarsi setelah menukil riwayat ini mengatakan: sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahlusunnah menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam baqir as di atas, hadis tersebut mengatakan ‘jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman”’. Imam Abu bakar Ahmad bin Husain Baihaqi dalam buku “al-Ba’tsu wa Nutsur” telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini [1] .
Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan: Kami telah menulis di Zabur setelah zikr … semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Zikr. Dan maksud dari bahwa dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah (Mahdi) Qaim as dan para pengikutnya [2] .
Ayat kedua
وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ (قصص 5)
Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas, dan akan Kami jadikan para pemimpin dan pewaris dunia.
Ayat ini sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali as di dalam Nahjul balagah serta sabda para imam yang lain berkaitan dengan Mahdawiyah, dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut konvoi kebenaran yang terzalimi yang akhirnya akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman. Sebagaimana Syekh Shaduq dalam kitab Amali menukil sabda Imam Ali as yang berkata:”ayat ini berkaitan dengan kita”.
Ayat Ketiga
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ (ما ئده 54)
Wahai orang-orang yang beriman barangsiapa dari kalian berpaling (murtad) dari agamanya maka Allah SWT akan memunculkan sekelompok kaum yang Dia cinta mereka dan mereka juga mencintaiNya,
Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Qaim dan para penguikutnya merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekalim tidak takut akan apapun”.
Ayat Keempat
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ ( نور 56)
Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.
Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin as bahwa beliau membaca ayat tersebut setelah itu beliau bersabda:”sumpah demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi (pembimbing) umat ini. Dialah yang rasul saw bersabda tentangnya:”jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir as dan imam Ja’far Shadiq as”.
Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentan ayat ini dengan penjelasan berikut ini:”mengingat penyebarluasan agama ke seluruh penjuru dunia dan belum betul-betul global, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi”. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.
Ayat Kelima
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah Zat yang yang telah mengutus rasulNya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.
Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar, disebutkan:
Rasul dalam ayt tersebut adalah baginda nabi Muhammad saw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memangkan agama (Islam)ini, atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saw pad suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun untuk menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluaerganya yang telah meninggal dunia kembali lagi dan merasakan kehidupan yang sedang mereka rasakan.
[1] Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67.
[2] Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464.
Rahbar: Intervensi Militer di Suriah Hanya Akan Merugikan AS
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Rabu (28/8) pagi dalam pertemuan dengan Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani dan kabinet periode kesebelas mengapresiasi kerjasama parlemen yang membantu pemerintah dalam mempercepat proses pembentukan kabinet yang baru. Beliau menyebut Hassan Rouhani sebagai sosok presiden yang ideal, terpercaya dan memiliki masa lalu perjuangan revolusi yang jelas.
Seraya menjelaskan sejumlah parameter yang penting bagi pemerintahan ideal, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Prioritaskan masalah ekonomi dan sains. Dengan mengatasi inflasi, memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak, memarakkan sektor produksi, memacu laju ekonomi, dan menciptakan ketenangan di sektor ekonomi, harapan rakyat akan masa depan harus kalian pertahankan dan tingkatkan."
Menyinggung perkembangan di kawasan, beliau menyebut ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Suriah sebagai tragedi yang tak terelakkan bagi kawasan.
"Intervensi militer pasti akan merugikan para pemicunya sendiri," kata beliau.
Dalam pertemuan itu, kepada para pejabat tinggi negara dan pemerintahan, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengucapkan selamat atas peringatan ‘Pekan Pemerintah' seraya mengingatkan, "Pekan pemerintah dihiasi dengan nama dua Syahid Cendekiawan yaitu Syahid Rajai dan Syahid Bahonar. Langkah semua pemerintahan selama ini dalam mengedepankan kedua syahid itu sebagai teladan tentu sangat berarti."
Beliau menambahkan, "Tak diragukan bahwa tampilnya Bapak Rouhani dengan pengalaman perjuangan dan revolusinya yang jelas serta sikap-sikapnya yang baik dalam tiga dekade ini di pucuk lembaga eksekutif adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh pemerintahan yang baru ini."
Menyinggung tekad Presiden untuk mengatasi semua problem dan kesulitan, Rahbar berharap optimis pemerintah dapat menyelesaikan kesulitan yang ada dengan mengandalkan tekad yang kuat.
Lebih lanjut beliau menjelaskan sejumlah parameter penting untuk sebuah pemerintahan Islam yang ideal. Parameter pertama adalah akidah atau keyakinan yang benar dan etika yang lurus. Beliau mengungkapkan, "Aqidah dan pandangan yang tepat akan realitas di tengah masyarakat ini akan membuahkan tindakan yang benar oleh pemerintah."
Mengenai hal ini Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut rangkaian pidato dan arahan dari Imam Khomeini (ra) sebagai tolok ukur paling penting. Beliau menandaskan, "Nilai-nilai dan prinsip revolusi teraplikasikan dalam bentuk kata-kata dan arahan yang disampaikan oleh Imam Khomeini, yang jika kita komitmen dengannya dan merujuk kepadanya di saat-saat kebingungan, tentu apa yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang cemerlang untuk masa depan dan kita akan terus bergerak maju."
Masih tentang aqidah yang benar, beliau menyatakan bahwa kepercayaan yang benar akan membuahkan keyakinan akan kebenaran janji-janji Ilahi. Beliau mengatakan, "Dalam banyak kasus seperti kemenangan revolusi Islam, Perang Pertahanan Suci, dan keberhasilan meredakan gejolak pemberontakan berbau etnis di awal-awal revolusi, rakyat dan para petinggi negara ini sudah merasakan sendiri kebenaran janji-janji Ilahi. Hal itulah yang menambah keyakinan akan datangnya pertolongan dan bantuan Allah."
Menyinggung pembicaraan Presiden Rouhani, Rahbar menegaskan, "Kepercayaan kepada Allah serta pandangan yang benar, logis dan bijak adalah kunci mengurai permasalahan yang ada."
Parameter kedua bagi pemerintahan Islami yang ideal adalah pengabdian kepada masyarakat. Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa filosofi keberadaan para pejabat adalah untuk mengabdi kepada rakyat. Karena itu, masalah apapun jangan sampai melalaikan para pejabat dari tugas pengabdian.
Kepada kabinet baru, beliau mengingatkan bahwa kesempatan mengabdi bakal berlalu dengan cepat. "Kepada semua kabinet saya selalu mengingatkan bahwa masa pengabdian 4 atau 8 tahun akan berlalu dengan cepat. Meski demikian, masa yang singkat ini bisa menjadi kesempatan untuk melakukan pengabdian yang tak berkesudahan kepada rakyat. Jangan sampai kesempatan ini hilang begitu saja."
Mengenai pengabdian kepada rakyat, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau untuk memandangnya sebagai salah satu bentuk jihad. Namun, kata beliau, kerja dengan semangat jihad bukan berarti mengesampingkan aturan.
Parameter berikutnya bagi pemerintahan Islami yang ideal menurut beliau adalah keadilan. Beliau menegaskan, "Sudah berulang kali dikatakan bahwa kita menghendaki apa yang disebut dengan kemajuan. Tapi yang pasti kemajuan ini harus seiring dengan keadilan. Jika tidak, kita akan menjadi seperti negara-negara Barat yang dililit oleh isu kesenjangan sosial, diskriminasi dan ketidakpuasan rakyat."
Parameter keempat bagi pemerintahan ideal adalah ekonomi yang sehat dan pemberantasan korupsi. Rahbar mengingatkan bahwa jabatan di pemerintahan adalah posisi yang menggiurkan untuk berkuasa dan memperkaya diri. "Kalian harus bertindak laksana mata yang mengawasi dengan tatapan yang tajam dan terus menerus, supaya instansi yang Anda pimpin aman dari korupsi," imbuh beliau.
"Korupsi," lanjut beliau, "tak ubahnya bagai rayap. Kalian harus tegas dan bijak dalam mencegah munculnya praktik korupsi, kolusi, nepotisme, suap dan pemborosan. Dengan begitu, kalian tidak lagi menantikan campur tangan lembaga-lembaga yang bertugas sebagai pengawas di lingkungan instansi yang Anda pimpin."
Seraya menyebut para pejabat negara sebagai orang-orang yang baik dan bersih, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyayangkan adanya sedikit oknum bermasalah yang, ibarat kuman, merusak reputasi keseluruhan lembaga negara. "Ini harus dicegah," kata beliau.
Parameter berikutnya adalah kepatuhan kepada hukum dan undang-undang. "Undang-undang ibarat jalur gerak bagi pemerintah. Keluar dari jalur -dengan alasan apapun- akan merugikan negara dan rakyat," imbuh beliau.
Seraya mengakui kemungkinan adanya kekurangan dan ketidaktepatan dalam undang-undang, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Meski demikian, tidak menjalankan undang-undang itu akan lebih membahayakan dibanding pelaksanaannya. Karena itu, kalian harus mengupayakan agar budaya patuh hukum mengakar kuat di lembaga pemerintahan."
Salah satu bentuk dari budaya patuh hukum adalah dengan melaksanakan kebijakan makro negara dan dokumen Prospek 20 Tahun.
Parameter keenam untuk pemerintahan Islam yang ideal yang dijelaskan dalam pertemuan itu adalah kebijaksanaan dan kearifan. Karena itu, beliau mengimbau untuk memanfaatkan maksimal kapasitas para ahli yang ada di negara ini di berbagai bidang. Beliau mengingatkan, sebelum mengambil tindakan atau keputusan apapun harus ada telaah yang semestinya. Sebab, kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak matang akan sangat besar.
Parameter selanjutnya, menurut Rahbar, adalah mengandalkan kemampuan dan potensi dalam negeri secara arif. Beliau menggarisbawahi, "Mengandalkan potensi dalam negeri bukan berarti menolak apa yang datang dari luar. Poin intinya adalah jangan sampai kita mengandalkan apa yang dimiliki orang lain dan menaruh kepercayaan penuh kepadanya."
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau pemerintahan baru untuk memprioritaskan penanganan masalah ekonomi dan pengembangan sains. Seraya menekankan masalah ekonomi beliau mengatakan, "Tidak ada satupun orang yang bersikap fair yang menuntut penanganan problem ekonomi dengan cepat. Yang diharapkan adalah memulai langkah ini dengan bijak dan cerdas."
Mengenai kemajuan pesat sains di Iran dalam 10 tahun terakhir, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Kemajuan ini jangan sampai berhenti."
Di bagian lain pembicaraannya, beliau menyinggung kondisi kawasan yang rawan dan panas saat ini seraya mengatakan, "Kita sama sekali tak ingin mencampuri urusan dalam negeri Mesir. Tapi kita juga tak bisa menutup mata menyaksikan pembantaian yang terjadi di sana."
Beliau menambahkan, "Kami mengutuk dengan keras pembunuhan rakyat yang tidak bersenjata di Mesir. Republik Islam Iran mengecam siapapun pelakunya."
Rahbar menegaskan, "Perang saudara di Mesir harus dihindarkan. Sebab, perang saudara ini akan menciptakan tragedi bagi Dunia Islam dan bagi kawasan."
Menurut beliau, solusi bagi Mesir adalah kembali kepada aturan demokrasi dan suara rakyat. "Setelah bertahun-tahun hidup di bawah tekanan rezim otoriter, berkat kebangkitan Islam, rakyat Mesir berhasil menggelar pemilihan umum yang bersih dan proses demokrasi ini tak akan terhenti."
Berkenaan dengan perkembangan di Suriah, seraya menyebut ancaman dan kemungkinan intervensi militer AS sebagai tragedi bagi kawasan, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Jika itu terjadi, AS pasti akan mengalami kerugian yang sama dengan apa yang dialaminya saat intervensi di Irak dan Afghanistan."
Beliau menambahkan, "Intervensi kekuatan asing dan lintas kawasan di suatu negara hanya akan menyulut perang dan akan semakin menambah kebencian rakyat di sana kepada mereka."
Dalam kesempatan itu, Presiden Hassan Rouhani menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam karena dukungannya kepada pemerintahan baru yang dipimpinnya. Seraya menjelaskan kebijakan kabinet periode kesebelas, Rouhani menyatakan akan memanfaatkan pengalaman pemerintahan-pemerintahan periode yang lalu.
Rahbar: AS Sedang Melakukan Kesalahan Fatal di Suriah
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Kamis (5/9) siang dalam pertemuan dengan Ketua dan para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan (Majles-e Khebregan-e Rahbari) mengimbau para pejabat negara untuk memandang permasalahan yang ada di negara ini secara komprehensif. Beliau dalam kesempatan itu juga membahas perkembangan terkini di kawasan.Menurut beliau, memandang permasalahan secara menyeluruh adalah hal yang harus dilakukan termasuk diantaranya dalam menganalisa terjadinya revolusi Islam di Iran di tengah badai yang bertiup kencang di dunia. Munculnya revolusi bernafaskan Islam di kawasan yang sangat strategis dan sarat dengan gejolak ini lebih mirip dengan mukjizat.
Seraya menyinggung kebencian musuh-musuh revolusi Islam sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Penyebab utama permusuhan ini adalah keislaman yang dibawa oleh revolusi."
Mengenai gejolak yang terjadi di kawasan Asia Barat yang notabene selama ini dikuasai oleh negara-negara Barat, beliau menuturkan, "Munculnya kesadaran dan kebangkitan Islam di kawasan bertolak belakang dengan apa yang dimaukan oleh kubu arogansi."
Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menandaskan, "Salah besar jika ada yang beranggapan bahwa kebangkitan Islam sudah redup. Sebab, kebangkitan Islam bukanlah satu peristiwa politik semata yang lenyap dengan tumbangnya kekuasaan satu pihak tertentu. Tapi kebangkitan Islam adalah keterjagaan dan kesadaran yang semakin meluas di tengah masyarakat Islam untuk percaya diri dan bersandar pada ajaran Islam."
Beliau menambahkan, "Yang kita saksikan di kawasan saat ini adalah reaksi kubu arogansi terutama Amerika Serikat (AS) terhadap fenomena kebangkitan Islam."
Menyinggung sikap kubu arogansi untuk menangani masalah-masalah dunia sesuai dengan kepentingan mereka, Rahbar mengatakan, "Kubu arogansi hadir di kawasan dengan segala kecongkakan dan ambisinya. Mereka hendak memadamkan gelora moqawamah dan perlawanan tapi selalu gagal dan tak akan pernah berhasil."
Menurut beliau, yang diinginkan kubu arogansi adalah kekuasaan Zionisme atas kawasan. Terkait isu Suriah, mereka mengangkat masalah senjata kimia untuk mengelabuhi opini umum dan mengesankan bahwa mereka punya jiwa kemanusiaan.
"Padahal, yang sebenarnya paling tidak penting di mata mereka adalah masalah kemanusiaan. Para petinggi AS berkoar soal kemanusiaan sementara mereka adalah pihak yang paling bertanggung jawab terkait penjara Guantanamo dan Abu Ghraib, dan merekalah yang bersikap bungkam saat Saddam menggunakan senjata kimia di Halabja dan sejumlah kota di Iran dan mereka pula yang melakukan pembantaian warga sipil di Afghanistan, Pakistan dan Irak," kata beliau.
Karena itu, lanjut beliau, tak ada yang mempercayai klaim kemanusiaan mereka di dunia ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Kami meyakini bahwa saat ini AS sedang melakukan kesalahan besar di Suriah. Karena itu, AS pasti akan merasakan pukulan yang bakal menimpanya di sana."
Mengenai kondisi di Iran, beliau menegaskan bahwa di saat musuh kian melemah, Republik Islam justeru semakin kuat dan solid meski menghadapi berbagai macam gangguan selama 34 tahun.
Beliau juga mengimbau para pejabat negara untuk memandang permasalahan yang ada secara menyeluruh. "Jangan hanya melihat fenomena pahit saja. Sebab, di tengah masyarakat ini ada pemikiran-pemikiran yang menonjol, tenaga-tenaga yang aktif dan kreatif, ketaatan beragama di tengah kaum muda, dan langgengnya slogan-slogan agama kita di negara ini dan di dunia. Realitas yang manis ini harus menjadi landasan untuk menyingkirkan kegetiran yang ada," lanjut beliau.
Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei mengingatkan kembali pemikiran dan perilaku Imam Khomeini (ra) pada dekade pertama kemenangan revolusi Islam. Imam Khomeini tidak menutup mata dari realita yang ada dan tidak pernah mundur dari prinsip yang diperjuangkannya.
Beliau mengatakan, "Imam Khomeini adalah orang yang menyebut Rezim Zionis Israel sebagai kanker ganas yang harus dihilangkan. Dalam masalah ini beliau tidak mengenal kata taqiyah. Dalam menghadapi AS, Imam juga tak gentar menyebut AS Setan Besar karena kejahatan-kejahatan yang dilakukannya di dunia. Beliau pula yang menyebut pendudukan atas kedutaan besar AS di Tehran sebagai revolusi kedua yang lebih besar dari revolusi pertama."
Rahbar menaandaskan, "Resistensi Imam inilah yang membuat pilar-pilar pemerintahan Islam semakin kokoh."
Beliau mengingatkan apa yang terjadi pada negara-negara yang rela meninggalkan prinsip demi menarik hati kubu arogansi.
"Jika di Mesir, mereka tidak meninggalkan slogan perlawanan anti Israel demi menyenangkan hati AS, tentu diktator yang telah menistakan rakyatnya tak akan bisa keluar dan bebas dari penjara sementara orang-orang yang dipilih rakyat justeru dijebloskan ke sel tahanan. Jika prinsip dipegang teguh, orang-orang yang menentang para wakil dan pilihan rakyat akan ikut bergabung dan mendukung," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan satu masalah penting, yaitu bahwa musuh selalu berupaya menebar perselisihan di tengah umat untuk menyulut api fitnah. "Salah satu caranya adalah dengan menyusupkan orang-orang bayaran di tengah dua kubu yang berkonflik. Misalnya, dengan menyusupkan anasir sebagai Sunni takfiri di salah satu pihak dan dengan mengatasnamakan Syiah di pihak lain. Siapapun yang termakan oleh tipudaya besar ini berarti dia melakukan tindakan yang merugikan gerakan Islam," tegas beliau.
Untuk itu beliau menyeru ulama Syiah dan Sunni untuk tidak membiarkan perbedaan keyakinan dan madzhab menjadi pemicu pertikaian di tengah umat.
Di awal pertemuan, Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Ayatollah Mahdavi Kani menjelaskan proses berlangsungnya sidang tahun Dewan dan menyatakan bahwa Dewan ini akan membantu pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Rahbar: Republik Islam Iran Unggul dalam Pertarungan Melawan Barat
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (9/9) dalam pertemuan dengan para Imam Shalat Jum'at dari seluruh penjuru negeri menyebut ibadah shalat Jum'at sebagai satu jaringan keagamaan, kerakyatan dan pemerintahan yang sangat urgen dan bernilai.Seraya menekankan keharusan untuk memiliki pandangan yang komprehensif dan menyeluruh terhadap permasalahan-permasalahan negara, kawasan dan dunia beliau mengatakan, "Pemerintah, para pejabat negara, para politikus, para diplomat dan rakyat hendaknya menganalisa semua gerak-gerik dan perilaku sistematis Barat dan Amerika Serikat serta kesan-kesan yang sengaja mereka tonjolkan dalam masalah hak asasi manusia secara benar dan realistis. Hal ini juga harus dianalisa dalam kerangka konflik yang mendalam dan substansial antara Barat dan Islam. Sebab jika tidak, kita akan salah dalam membedakan taktik-taktik dan strategi lawan bahkan salah dalam mengenal lawan itu sendiri."
Menjelaskan pentingnya memiliki pandangan yang komprehensif dan realistis dalam menganalisa permasalahan negara dan dunia, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung konflik yang mendasar antara Barat dan Islam dalam beberapa abad terakhir seraya menandaskan, "Di masa penjajahan, Barat melebarkan kekuasaan dan hegemoni ekonomi, politik dan budayanya di wilayah Timur termasuk di Dunia Islam. Berbekal kemajuan sains dan teknologi, Barat meyakinkan dunia bahwa panutan dan poros dari seluruh perhitungan di dunia ini adalah Dunia Barat."
Beliau menambahkan, "Bahkan terkait pembagian wilayah geografis, Barat juga membuat pemetaan yang menunjukkan keunggulannya dengan menciptakan istilah-istilah yang tidak benar seperti Timur Dekat, Timur Tengah dan Timur Jauh."
Mengenai hegemoni mutlak Barat di masa penjajahan, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Di masa ketika negara-negara kawasan termasuk Iran berada di bawah hegemoni Barat dan Dunia materialis, gerakan revolusi Islam yang dilandasi oleh semangat kemerdekaan penuh serta loyalitas kepada Islam dan ajaran al-Qur'an mencapai kemenangannya dan ini merupakan pukulan yang telak terhadap apa yang dibangun Barat sejak lama."
Menurut beliau, revolusi Islam Iran berpengaruh sangat besar di kawasan dan Dunia Islam dalam mengembalikan jatidiri keislaman dan keagamaan. "Dengan semakin meluasnya pemikiran revolusi Islam Iran secara bertahap, Barat dicekam kekhawatiran yang sangat. Seiring dengan kian mendalamnya pemikiran ini, Barat menyusun strategi dan program-program secara lebih sistematis dan mendalam," tandas beliau.
Rahbar mengatakan, "Saat ini kondisi di kawasan dan di Dunia Islam telah membuat Barat berpikir bahwa mereka telah tertinggal dari cepatnya gerakan arus pemikiran revolusi Islam. Untuk itu, dengan segenap kemampuan mereka hendak mengejar ketertinggalan ini."
Beliau menambahkan, "Dalam kondisi seperti ini, kawasan menyaksikan gelombang gerakan kebangkitan Islam. Sebagai pihak merasa ketinggalan dari gerakan revolusi Islam, Barat dengan kepanikannya masuk ke tengah medan untuk melawan arus kebangkitan Islam."
Karena itu beliau mengimbau pemerintah Iran serta para pejabat, politikus dan seluruh masyarakat untuk memiliki pandangan yang benar dan komprehensif terkait permasalahan yang ada di kawasan. Sebab, jika tidak demikian realitas yang sebenarnya tak akan terlihat dengan baik. "Itu akan mengecoh dan merugikan kita," imbuh beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut Republik Islam Iran sebagai pihak yang memenangi pertarungan dunia materialis melawan Islam. Kemenangan ini akan langgeng dan tak bisa diguncang dengan cara memupuk persatuan nasional yang lebih kokoh dan komitmen seluruh instansi negara yang lebih kuat terhadap nilia-nilai dan prinsip yang dijunjung tinggi.
Beliau mengatakan, "Dalam menghadapi Dunia Barat kita harus kuat. Sebab, mereka telah membuktikan bahwa mereka tak menaruh belas kasihan kepada siapapun. Tidak seperti yang mereka klaim dan kesankan dalam masalah hak asasi manusia, ternyata hati mereka tidak merasa iba menyaksikan tewasnya jutaan orang."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan bahwa para politikus Barat biasa membohongi opini dunia. "Sebenarnya, para politikus Barat itu tidak pernah merasa iba dan sedih menyaksikan pembunuhan massal di Hiroshima atau terbunuhnya jutaan orang dalam Perang Dunia I dan II, juga pembantaian rakyat yang tak berdosa di Pakistan, Afghanistan dan Irak. Dan di masa mendatangpun, jika diperlukan mereka tak akan segan untuk membantai manusia-manusia tak berdosa di manapun juga. Karena itu, kita dituntut untuk meningkatkan kemampuan diri secara politik, pemerintahan, kesejahteraan hidup dan kerakyatan."
Di bagian lain pembicaraannya Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut shalat Jum'at sebagai ibadah yang menghadirkan masyarakat untuk tetap berhubungan dengan pemerintahan Islam. Mengenai hubungan shalat Jum'at dengan pemerintahan Islam, beliau menjelaskan, "Tidak seperti anggapan sebagian kalangan yang memandang tugas pemerintahan hanya berhubungan dengan kesejahteraan hidup serta kebebasan berpolitik rakyatnya, pemerintahan Islam punya kewajiban untuk memikirkan kondisi keagamaan dan keimanan rakyat."
Namun demikian beliau menggarisbawahi, bahwa meskipun shalat Jum'at merupakan jaringan keagamaan dan kerakyatan yang terhubung kepada pemerintahan, tapi forum shalat Jum'at tidak masuk dalam pemetaan kubu politik di dalam negeri.
Dalam kesempatan itu, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengimbau para khatib Jum'at untuk menyampaikan khutbah yang singkat namun padat yang disertai dengan nasehat dan bimbingan. "Upayakan agar khutbah Jum'at bisa menjawab tuntutan hidup dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak jamaah, khususnya kaum muda dalam masalah aqidah, perilaku dan cara pandang berpolitik," kata beliau.





























