کمالوندی

کمالوندی

Senin, 20 Mei 2013 18:20

Jet Tempur Mirage Taiwan Jatuh

Satu unit jet tempur Mirage militer Taiwan jatuh di perairan negara itu.

Sebagaimana dilaporkan Fars News (20/5) mengutip Xinhua, sebuah jet tempur Mirage 2000 jatuh di perairan Taiwan Senin (20/5) pagi, dalam sebuah latihan.

Menurut informasi media-media lokal, kedua pilot pesawat berhasil menyelematkan dirinya sebelum pesawat jatuh. Namun sampai saat ini, sebab jatuhnya pesawat masih belum diketahui.

Menteri Perekonomian Republik Islam Iran mengatakan, Iran adalah salah satu pemilik saham utama di Bank Pembangunan Islam.

Menurutnya, kerjasama-kerjasama Iran dengan Bank Pembangunan Islam dalam beberapa tahun terakhir terutama di bidang penyerapan dan penggunaan pinjaman untuk proyek sangat menguntungkan.

Sebagaimana dilaporkan IRNA (20/5), Shamseddin Hosseini dalam wawancaranya dengan wartawan di kota Dushanbe, Tajikistan menjelaskan, "Proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik, Siah Bishe merupakan salah satu proyek listrik-air kerjasama Iran dan Bank Pembangunan Islam."

Dalam pertemuan terakhir ketua Bank Pembangunan Islam dengan Presiden Iran yang membahas proyek bersama di sektor air dan energi, ditekankan pemanfaatan dan keuntungan volume tiga negara, Iran, Tajikistan dan Afghanistan.

Duta Besar Iran di Tajikistan dalam wawancaranya mengatakan, "Di antara agenda penting Menteri Perekonomian Iran di Tajikistan adalah hadir di pertemuan ke-38 Bank Islam, bertemu dengan Direktur Utama Bank Dunia, menteri-menteri negara-negara berbahasa Persia dan warga Iran yang tinggal di Tajikistan.

Media-media Cina melaporkan, Korea Utara menyandera sebuah kapal nelayan negara itu beserta seluruh penumpangnya yang berjumlah 16 orang.

Kantor berita resmi Rusia, RIA Novosti sebagaimana dikutip Fars News (20/5) melaporkan, menyusul penyanderaan kapal nelayan Cina oleh Korut, Beijing meminta Pyongyang untuk membebaskan 16 warganya yang ada di atas kapal tersebut.

Para penyendera perahu Cina itu meminta tebusan sebesar 600 Yuan yang setara dengan 980 ribu dolar.

Sementara itu, kantor berita resmi Cina melaporkan, Kedutaan Besar Cina di Pyongyang dalam negosiasinya dengan pemerintah Korut meminta negara itu untuk membebaskan perahu beserta penumpangnya.

Pemilik kapal Cina itu juga dikabarkan ikut disandera.

Petinggi Cina mengatakan, kapal nelayan itu disandera saat tengah memancing ikan di wilayah perairan Cina.

Kapal nelayan Cina itu juga dilengkapi dengan GPS dan sistem pelacak lokasi, Beidou yang mampu mengidentifikasi posisi kapal secara akurat.

Salah satu surat kabar Cina mengklaim, operasi penyanderaan dilakukan oleh militer Korea Utara, pasalnya para penyandera berhasil mematikan sistem GPS dan Beidou kapal dengan cara-cara yang sangat profesional.

Untuk ketiga kalinya militer Korea Utara meluncurkan rudal jarak pendek ke arah laut.

Sebagaimana dikutip Fars News (19/5) dari kantor berita Yonhap, dua hari lalu Pyongyang meluncurkan tiga rudal kendali jarak pendek dan kemarin mereka kembali meluncurkan satu rudalnya dari pantai Timur perairannya ke arah laut Jepang.

Seperti dilaporkan petinggi Seoul, Ahad (19/5) petang waktu setempat, sekali lagi Korea Utara meluncurkan rudalnya.

Korea Selatan menganggap peluncuran rudal Korut provokatif dan mengajak Pyongyang untuk duduk di meja perundingan.

Kementerian Pertahanan Korsel, Sabtu (18/5) menginstruksikan pasukannya untuk bersiaga penuh dan menempatkan rudal-rudal buatan rezim Zionis Israel di sepanjang pantai Laut Kuning.

Sekaitan dengan ini, Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB menunjukkan kekhawatirannya atas digelarnya uji coba rudal Korut dan meminta Pyongyang untuk menghindari aksi-aksi provokatif.

Gerakan Salafi Tunisia mengabarkan pembatalan kongres tahunannya, dan pada saat yang sama, pemerintah terus memperketat pengawasan keamanan di negara itu.

Kongres tahunan gerakan Salafi Tunisia rencananya akan digelar pada Ahad (19/5) di kota Qayrawan, akan tetapi pemerintah, Jumat (17/5) mengumumkan, digelarnya kongres Salafi akan mengancam keselamatan dan keamanan sosial negara, oleh karenanya itu ilegal.

Aparat keamanan Tunisia langsung menutup seluruh akses jalan ke kota Qayrawan untuk mencegah pelaksanaan kongres Salafi. Mereka lebih banyak ditempatkan di depan masjid kota Qayrawan daripada tempat-tempat yang lainnya.

Sehubungan dengan itu, media-media Tunisia menilai pelaksanaan kongres Salafi akan menyeret negara ini ke putaran baru kekerasan, dan mereka menunjukkan kekhawatirannya atas masalah ini.

Merespon kondisi yang berkembang, kelompok Salafi, Ansar Al Sharia akhirnya membatalkan acara kongres tahunan yang mereka umumkan di laman jejaring sosial pribadinya.

Kelompok Salafi meminta para pendukungnya untuk membatalkan perjalanan mereka ke sejumlah wilayah di kota Qayrawan, 150 kilometer dari ibukota Tunisia.

Kendati pengawasan keamanan diperketat, namun sebagian aktifis Salafi dikabarkan telah berkumpul di kota Qayrawan.

Sementara itu, ratusan Salafi, Ahad (19/5) menggelar demonstrasi di wilayah Tadhamon, di kota Tunis. Karena khawatir terjadi kekerasan akibat pelarangan digelarnya kongres Salafi, kebanyakan toko-toko di kota Qayrawan tutup.

Para Salafi di wilayah Tadhamon memasang pembatas jalan, membakar ban mobil di jalan-jalan wilayah itu dan melempari polisi dengan batu.

Untuk membubarkan para Salafi, aparat keamanan terpaksa melepaskan tembakan ke udara. Sumber berita Tunisia mengumumkan, aparat keamanan negara itu, Ahad (19/5) menangkap Juru Bicara kelompok Salafi, Ansar Al Sharia.

Alasan ditangkapnya Jubir Ansar Al Sharia karena dia telah melakukan aksi-aksi provokatif untuk menciptakan kerusuhan massa.

Pasca kemenangan revolusi rakyat Tunisia pada tahun 2011 yang ditandai dengan tergulingnya Zainal Abidin bin Ali, gerakan Salafi semakin berpeluang untuk memperluas kehadirannya di masyarakat dan menyebarkan kekerasan dengan menunggangi instabilitas yang terjadi.

Intervensi kelompok Salafi dalam kerusuhan-kerusuhan di Tunisia saat ini terus mengalami peningkatan. Hal ini diperkuat dengan laporan pemerintah soal kehadiran para milisi Al Qaeda di Tunisia.

Aksi-aksi yang dilakukan kelompok Salafi Tunisia dan instabilitas politik pasca revolusi telah menyebabkan krisis ekonomi di negara itu semakin parah.

Pasalnya, pemerintah Tunisia lebih memfokuskan dirinya pada upaya menghilangkan kecemasan di bidang keamanan dan pulihnya stabilitas negara. (

Ayat ke 109-110

Artinya:

(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul lalu Allah bertanya (kepada mereka): "Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?". Para rasul menjawab: "Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahui perkara yang ghaib". (5: 109)

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". (5: 110)

Dua ayat ini menceritakan percakapan Allah Swt dengan para nabi soal nikmat-nikmat Allah yang dianugerahkan kepada para nabi dan umat mereka, serta bagaimana mereka menaati para nabi. Ketika ditanya sampai sebatas mana masyarakat menerima ajaran para nabi dan mendengar pesan mereka di masa hidup atau setelah wafat, mereka mengatakan, ilmu dan hakikat dari Allah Swt dan hanya Dia yang mengetahui segala sesuatu, baik yang dilakukan terang-terangan atau disembunyikan manusia. Sementara kami tidak mengetahui apa yang diperbuat masyarakat sepeninggal kami.

Ayat ini juga kemudian menyinggung percakapan Allah Swt dengan Nabi Isa as. Percakapan ini terus berlanjut hingga akhir surat ini. Pada ayat pertama dari sepuluh kelompok ayat ini dikatakan, nikmat-nikmat Allah sangat banyak dicurahkan kepada Nabi Isa as dan itu dimulai sejak masa kanak-kanak. Beliau dilahirkan dari seorang ibu tanpa suami, berbicara ketika masih dalam buarian, membuat seekor burung dari tanah liat lalu menghidupkannya, menyembuhkan penyakit yang tidak terobati dan menghidupkan orang yang sudah mati dari kuburnya. Semua ini merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa as secara lahiriah. Tapi di akhir ayat ini disebutkan, dengan adanya semua mukjizat ini, mereka yang tidak siap menerima kebenaran justru mengatakan bahwa semua yang dilakukan Nabi Isa as adalah sihir dan tipu daya dan itu merupakan kekufuran.

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kesucian sang ibu menjadi syarat untuk dapat menerima anugerah ilahi, seperti melahirkan putra yang suci.

2. Bila hati manusia tidak siap, maka ia lebih hina dari tanah dan bebatuan. Nabi Isa as membentuk tanah liat menjadi burung dan menghidupkannya, tapi orang-orang Kafir sama sekali tidak percaya.

3. Bila Allah Swt memberikan kemampuan para wali atau nabi menyembuhkan seseorang, masyarakat akan menanggapinya biasa saja.

4. Sekalipun Bani Israil bermaksud membunuh Nabi Isa as, tetapi Allah Swt menjauhkan dari makar jahat mereka, lalu menyelamatkan jiwanya dengan mengangkatnya ke langit.

 

Ayat ke 111

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)". (5: 111)

Ayat ini telah menyinggung satu lagi dari nikmat Allah Swt yang diberikan kepada Nabi Isa as dan mengatakan, Aku (Allah) telah memberikan ilham kepada orang-orang yang berhati suci, dan beriman kepadamu (Nabi Isa) serta menyerahkan diri kepadamu, dan mereka juga menerima. Berdasarkan riwayat-riwayat sejarah, para sahabat khusus Nabi Isa as berjumlah 12 orang yang dalam rangka menyucikan jiwanya, mereka juga melakukan langkah untuk menyucikan masyarakat dari pencemaran dosa, dan mereka disebut Hawariyun.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Apabila hati manusia bersih suci dan siap, akan menjadi sumber ilham Ilahi dan menerima hakikat.

2. Tanda-tanda iman yang sebenarnya ialah tunduk dan patuh dihadapan perintah-perintah Allah Swt dan para Rasul-Nya. Karena iman tidak lepas dari ketaatan.

 

Ayat ke 112-113

Artinya:

(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman". (5: 112)

Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". (5: 113)

Berdasarkan ayat sebelumnya kaum Hawariyun dengan anugerah dan ilham Allah swt telah beriman kepada Nabi Isa as. Tetapi demi menguatkan iman dan kemantapan hatinya, mereka meminta kepada Nabi Isa as agar menunjukkan mukjizat terpisah serta menurunkan hidangan dari langit buat mereka. Sekalipun permintaan mereka tidak sesuai, seakan Allah Swt tidak mampu melakukan pekerjaan semacam ini, Nabi Isa as berkata kepada mereka, "Kalian yang telah beriman kepada Allah, kenapa berbicara demikian dan meminta dengan permintaan semacam ini?" Mereka mengatakan, "Hal ini dimaksudkan untuk menguatkan iman kita, dan bukti bagi masyarakat bahwa Tuhan-nya Nabi Isa as dapat melaksanakan pekerjaan semacam itu.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.Iman memiliki tahap dan derajat, yang dapat menenteramkan hati, sedang manusia Mukmin senantiasa berusaha untuk mencapai derajat ini.

2. Manusia Mukmin tidak sepantasnya melakukan ujicoba terhadap Tuhan, dan mengatakan, apabila Allah itu benar-benar Tuhan, maka apa yang kita inginkan hendaknya dapat Dia lakukan. Semestinya mereka memperkuat imannya terlebih dahulu.

Ayat ke 106

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa". (5: 106)

Dalam aturan Islam, bila seseorang meninggal dunia, maka ia mewariskan dua pertiga dari harta kekayaannya. Hal ini sesuai dengan hukum warisan bahwa yang menerima adalah suami atau isteri, anak dan kedua orang tua. Sementara sepertiganya lagi disisihkan sesuai dengan wasiat yang meninggal. Tapi bila terjadi setelah seseorang meninggal dunia dan ahli warisnya menuntut seluruh harta warisan itu, dalam kondisi ini Islam berpesan agar sebelumnya ia menentukan seorang yang menerima wasiat dengan disaksikan oleh dua orang yang adil. Dengan demikian, diharapkan setelah meninggal tidak terjadi perselisihan soal pembagian warisa di antara ahli waris.

Dalam ayat ini juga dijelaskan lebih jauh tentang masalah wasiat. Bila terjadi dalam perjalanan dan tidak ditemukan seorang mukmin yang akan menerima wasiat, maka hendaknya dipilih dari dua orang adil yang ikut dalam perjalanan untuk mencatat wasiat itu. Dengan demikian, keduanya menjadi wakil dan saksi serta tidak akan menyembunyikan sesuatu. Hukum wasiat ini telah dijelaskan secara detil dalam fiqih, dan bagaimana harus melaksanakan wasiat tersebut.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Untuk melindungi hak ahli waris serta orang yang mendapat wasiat, maka harus dilakukan dengan kehati-hatian, dan salah satu caranya dengan mengambil dua saksi yang adil untuk melakukan wasiat.

1. Cinta dunia dan keluarga sangat berpotensi besar menyelewengkan manusia dari melindungi hak orang lain. Cinta dunia dan keluarga dapat membuat manusia melupakan Allah.

 

Ayat ke 107

Artinya:

Jika diketahui bahwa kedua (saksi itu) membuat dosa, maka dua orang yang lain di antara ahli waris yang berhak yang lebih dekat kepada orang yang meninggal (memajukan tuntutan) untuk menggantikannya, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah: "Sesungguhnya persaksian kami labih layak diterima daripada persaksian kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar batas, sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang yang menganiaya diri sendiri". (5: 107)

Pada ayat sebelumnya telah disebutkan agar bersikap teliti dalam urusan wasiat dengan keberadaan dua orang saksi yang adil. Ayat ini menjelaskan, apabila telah jelas kedua orang saksi tersebut melakukan pengkhianatan dan menyembunyikan persaksiannya, bahkan mereka berani bersumpah bohong, maka dua orang saksi lainnya yang merupakan orang-orang dekat dengan si mayit harus didatangkan, sehingga persaksian orang-orang ini sepenuhnya dapat mengantisipasi kebohongan dua saksi diatas. Dengan demikian melalui sumpah mereka dapat menyadarkan mengenai harta dan wasiat mayit, dimana persaksian mereka akan lebih mendekatkan pada yang hak, sedang mereka tidak bermaksud melampaui hak yang ada. Dalam hal ini persaksian dua orang saksi ini dapat dibenarkan, sedang persaksian orang-orang sebelumnya menjadi tertolak.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengenai pernyataan dan sumpah orang lain, selama tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang ada, maka harus diterima dan dilaksanakan, tidak perlu lagi diadakan penyelidikan.

2. Sumpah palsu atau bohong juga merupakan sejenis pelanggaran dan terhadap hak-hak manusia, sekalipun yang disaksikan itu dalam perkara harta atau kekayaan.

 

Ayat ke 108

Artinya:

Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah. Dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (5: 108)

Setelah dua ayat sebelumnya menjelaskan bagaimana mengambil saksi terhadap wasiat, ayat ini menjelaskan, semua ketelitian dan pesan-pesan ini dimaksudkan untuk persaksian atau sumpah, agar hal tersebut menjadi benar dan hak orang lain tidak dihilangkan. Pada akhir ayat ini menjelaskan, penerimaan perintah-perintah ini serta pelaksanaannya sesuai dengan manfaat kalian. Dan yang paling mendasar dan penting ialah takwa kepada Allah termasuk pesan dan perintah dari Allah yang harus dijaga.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Upacara sumpah yang biasanya dilakukan dalam kondisi tertentu, bertujuan menjaga dan melestarikan hak-hak seseorang yang terhormat.

2. Kekhawatiran akan praktik curang atau suap merupakan suatu unsur dosa yang dapat dicegah. Penting untuk mencamkan masalah ini.

Ayat ke 103

Artinya:

Allah sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. (5: 103)

Dalam sejarah Arab disebutkan bahwa orang-orang musyrik diharamkan memakan daging sebagian hewan dan mereka menisbatkan hukum ini dari Allah Swt. Dewasa ini juga di sebagian negara seperti India, tindakan-tindakan semacam ini mengenai sapi dapat kita saksikan, dimana orang-orang Hindu menganggapnya sebagai hewan atau binatang suci. Karena itu segala bentuk penyiksaan terhadap binatang ini hukumnya haram, bahkan ditetapkan mengkonsumsi daging sebagian binatang tidak dibenarkan dalam semua agama ilahi. Namun penetapan halal dan haram bukan di tangan manusia, sehingga manusia tidak bisa dengan seenaknya menentukan suatu hukum.

Manusia, binatang dan seluruh benda yang ada adalah makhluk Allah, karena itu Dia-lah semata-mata yang menentukan hukum tersebut. Pada dasarnya segala bentuk pemanfaatan terhadap fasilitas yang ada di alam, baik benda padat, tumbuh-tumbuhan ataupun binatang adalah dibolehkan dan halal, kecuali pengharaman tersebut telah ditetapkan melalui hukum-hukum agama ilahi. Terkadang sebagian penyelewengan juga terjadi dalam hukum-hukum agama, dimana para pemuka dan ilmuwan setiap aliran agama acuh tak acuh dan menyelewengkan pengamalan hukum-hukum agama ilahi.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Penetapan hukum dan undang-undang sosial terhitung bidah bila bertentangan dengan hukum dan perintah Allah. Kafir bukan semata-mata mengingkari keberadaan Allah, tapi pencetus bidah juga terhitung kafir.

2. Menelantarkan binatang tidakboleh, karena itu betapa tercelanya menelantarkan manusia.

 

Ayat ke 104

Artinya:

Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (5: 104)

Sebagai kelanjutan ayat sebelumnya, ayat ini mengatakan, setiap kali dikatakan kepada kaum Musyrikin yang merupakan golongan pelaku bidah, agar mereka tidak melakukan penyelewengan dan kembali kepada Allah dan Nabi Muhammad Saw, mereka berusaha menjustifikasi perbuatannya. Menurut mereka, nenek moyang kami juga melakukan hal ini! Karena itu kami juga melakukan hal yang sama!

Al-Quran al-Karim saat menjawab memberikan nasihat sebaliknya dan menyatakan, apakah benar perilaku kalian mengikut segala tradisi yang dilakukan orang-orang terdahulu? Karena betapa banyak perbuatan mereka yang tidak sesuai dan tidak rasional.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Berlakulah sesuai dengan perintah Allah, dan jangan mengikuti secara membabi-buta tradisi nenek moyang.

2. Kita bukan bagian dari kubu tradisionalisme dan bukan juga dari modernisme, tapi senantiasa bersandar pada ilmu pengetahuan dan petunjuk wahyu.

 

Ayat ke 105

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (5: 105)

Bila ayat-ayat sebelumnya, menyeru orang-orang Musyrik agar menjauhkan diri dari perilaku mengikuti nenek moyang, maka ayat ini ditujukan kepada orang-orang Mukmin. Ayat ini mengatakan, bukankan tugas kalian hanya membimbing orang-orang yang tersesat lalu melakukan amar makruf dan nahi mungkar? Bila bimbingan kalian tidak memberikan hasil, maka tidak perlua membuat kalian berputus asa. Setidaknya, kalian telah melakukan tugas untuk menjaga agama. Sebagai balasannya, Allah Swt akan menjaga kalian dari perbuatan jahat mereka dan membalas pahala kalian di Hari Kiamat. Selain itu seorang Mukmin harus mawas diri agar dapat menghindari pengaruh jahat. Karenanya, pesan utama ayat ini agar orang Mukmin lebih bersabar dan menguatkan iman dan spiritual.

Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tugas utama dan pertama orang Mukmin adalah mengontrol diri dan hawa nafsu.

2. Dosa yang dilakukan orang lain jangan dijadikan untuk kita ikut melakukan dosa. Artinya, bila masyarakat rusak, kita harus tetap menjaga diri.

3. Setiap orang hanya bertanggung pada perbuatannya di Hari Kiamat dan tidak ada yang menanggung dosa orang lain.

4. Keyakinan akan adanya pengadilan di Hari Kiamat membuat setiap orang berpikir untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

Ayat ke 98-99

Artinya:

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (5: 98)

Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. (5: 99)

Sebagian orang menyangka tugas-tugas Nabi Muhammad Saw tidak hanya menjelaskan urusan haji atau ibadah lainnya. Mereka menganggap Nabi Saw juga berhak menentukan seseorang mendapat pahala atau diganjar siksa. Dua Dua ayat di atas menjelaskan dugaan mereka dan mengatakan; Pertama, para nabi merupakan utusan Allah Swt yang diperintahkan untuk menyampaikan ajaran-Nya dan beliau tidak berhak untuk menambah atau mengurangi ajaran itu.

Kedua, siksa ataupun pahala hanya ditangan Allah Swt, sedang par nabi dalam hal ini tidak berperan sedikitpun. Bila segala kewajiban telah ditetapkan oleh Allah Swt, maka Dia akan memberikan pahala dan balasan, begitu juga pelanggaran akan mendapat siksaan. Karena itulah kewajiban-kewajiban dan sangsi-sangsi dari sisi Allah dan Rasul-Nya hanya memerankan penyampai saja. Selain itu, para nabi tidak berhak memaksa umat manusia untuk menerima ajaran yang dibawanya dan mengimaninya. Karena itu, bimbingan dan arahan para nabi hendaknya diterima dan diamalkan. Penerimaan dan pengamalan ini merupakan dasar iman dan perkara yang berhubungan dengan hati. Oleh sebab itu hanya Allah yang maha mengetahui gerangan siapa yang dalam hatinya beriman dan siapa yang dalam hatinya kafir dan kotor. Sekalipun ia telah menyembunyikannya dan secara zahir dan menyatakan beriman.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Orang mukmin senantiasa hidup antara ketakutan dan harapan. Takut atas siksaan dan harapan akan rahmat dan ampunan Allah Swt

2. Tugas para nabi hanya menyampaikan agama dan bukan memaksa umat manusia untuk menerimanya.

3. Tidak ada bedanya bagi Allah apakah kita merahasiakan sesuatu atau tidak. Karena Allah Swt Maha Mengetahui.

 

Ayat ke 100

Artinya:

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan". (5: 100)

Ada satu hal yang dapat melemahkan akidah seorang mukmin. Hal itu dapat terjadi ketika mengetahui betapa banyaknya jumlah orang Kafir dan sedikitnya orang Mukmin. Ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw dan mengatakan, tolok ukur kebenaran bukan dari banyak dan mayoritas. Apabila mayoritas sebuah masyarakat bertentangan dengan jalan yang ditempuh agama dan para nabi, maka keyakinan dan akidah itu tidak akan menggeser kebenaran. Karena kebenaran adalah sesuatu yang datang dari sisi Allah dan akal sehat manusia. Dengan demikian kebenaran pasti dapat diketahui karena memiliki tolok ukur.

Di bagian terakhir dari ayat ini Allah mengarahkan pembicaraan kepada kalangan cerdik pandai dan mengatakan, apabila kalian ingin memperoleh kebahagiaan, maka kalian harus memandang segala sesuatunya dari sisi-Nya. Dia lah yang memberikan penjelasan mengenai kebenaran dan kebatilan. Karena bagaimanapun juga tidak sama kebusukan dan keindahan, kesucian dan kekotoran serta kebaikan dan keburukan. Apakah dapat diterima perbuatan-perbuatan jelek yang dikarenakan banyaknya pengikut, lalu dapat dihilangkan kemudian diganti menjadi indah dan suci?

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mayoritas bukan tolok ukur kebenaran dan kebaikan. Oleh karenanya harus bersama jamaah dan mayoritas bukan logika al-Quran.

2. Setiap manusia memiliki akal, tapi kebanyakan tidak berlaku sesuai dengan akal sehatnya. Kebanyakan mereka lebih memilih untuk berperilaku sesuai dengan mayoritas, bukan dengan akalnya.

3. Bukan hanya kebahagiaan dan kejujuran yang bertumpu pada akal, tapi iman dan takwa juga demikian, sehingga manusia mengenal dan memilih kebenaran berdasarkan tolok ukur Ilahi.

 

Ayat ke 101-102

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (5: 101)

Sesungguhnya telah ada segolongsn manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya. (5: 102)

Sekalipun bertanya adalah kunci ilmu pengetahuan, tapi tidak semua pertanyaan bermanfaat. Karena terkadang sebuah pertanyaan justru menjadi sumber munculnya problema masyarakat. Sebagai contoh, bila dalam kondisi perang, kemudian kita bertanya seberapa banyak simpanan gandum kita, maka pertanyaan ini akan menimbulkan kekhawatiran apakah stok makanan yang ada mencukupi atau tidak. Kekhwatiran ini dengan sendirinya menyebabkan produksi roti yang ada semakin sulit ditemui, karena telah dibeli oleh masyarakat yang khawatir akan kekurangan bahan makanan. Dalam urusan agama juga demikian. Nabi Muhammad Saw telah menjelaskan kepada orang-orang yang beriman tentang sebagian pertanyaan yang hanya menimbulkan perasan was-was. Tidak hanya itu, ada banyak juga jawaban yang akan menimbulkan persoalan dalam masyarakat.

Selain itu terkadang pengulangan pertanyaan tersebut, bertujuan memperoleh jalan keluar untuk melarikan diri dari kewajiban dan bukan untuk melaksanakan kewajiban. Kasusnya dalam kisan Nabi Musa as ketika Bani Israil yang telah diwajibkan menyembelih seekor sapi, tapi mereka merasa berat untuk melaksanakan kewajiban teresebut. Untuk lari dari kewajiban itu, mereka menanyakan tentang ciri-ciri lain dari sapi tersebut yaitu warna, bentuk dan usia. Tapi ketika Nabi Musa aw telah menjelaskan kepada mereka, mereka baru tahu betapa sulitnya menemukan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.

Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad Saw berbicara kepada masyarakat mengenai haji. Ketika itu ada yang bertanya, apakah haji diwajibkan setiap tahun atau hanya sekali dalam sepanjang umur? Nabi Saw tidak menjawab, tapi orang itu terus mengulangi pertanyaannya. Setelah itu Rasulullah Saw mengatakan, apa tujuan dari sikapmu yang begitu mendesak mengenai masalah ini. Tenanglah, bila haji diwajibkan setiap tahun, maka aku sendiri yang akan mengatakannya.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pengetahuan terhadap sesuatu, tidak mengharuskan kewajiban untuk melakukannya.

2. Kita diperintahkan untuk melaksanakan pengetahuan yang berguna, dan meninggalkan pengetahuan yang hanya memicu masalah bagi masyarakat.

Ayat ke 95

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa. (5: 95)

Ayat-ayat sebelumnya telah menjelaskan mengenai manasik haji. Kepada jamaah haji diperintahkan untuk tidak memburu binatang selama dalam kondisi berihram. Ayat ini kembali menekankanperintah Allah tersebut bahwa mereka yang dengan sengaja tetap berburu binatang berarti tidak menghormatai tanah haram (yang dihormati). Oleh karenanya, mereka dikenakan denda atau kaffarah akibat perbuatan yang dilakukannya. Mereka harus membayar seekor korban seperti binatang yang diburunya itu. Ditekankan juga hal itu harus dilakukan didekat Rumah Allah (Kabah), sehingga orang-orang fakir miskin dapat memperoleh pembagian daging korban itu. Bila ia tidak mampu melakukannya, ia diperbolehkkan menggantikannya dengan memberi maka sedikitnya 60 orang miskin. Tapi bila hal itu juga tidak dapat dilakukannya, maka ia harus melakukan puasa selama 60 hari. Tiga bentuk denda ini harus dilakukannya sebagai balasan atas perbuatannya melanggar perintah Allah.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Saat berihram, jamaah haji harus melindungi manusia dan juga binatang.

2. Pelanggaran yang lebih berat bila dilakukan secara terang-terangan dan dendanya juga lebih besar.

3. Dalam aturan Islam, denda berupa uang diperuntukkan kepada orang miskin, sementara aturan manusia, denda dibayarkan kepada pemerintah.

 

Ayat ke 96

Artinya:

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. (5: 96)

Setelah ayat sebelumnya mengharamkan berburu binatang ketika dalam kondisi berihram, ayat ini mengatakan, Allah Swt menghalalkan buat kalian untuk berburu binatang-binatang laut, bahkan mengkonsumsi daging binatang tersebut. Hal ini menunjukkan larangan sebelumnya tidak ingin menutup jalan bagi manusia untuk memanfaatkan hewan laut, karena masih banyak makanan lain yang dihalalkan oleh Allah. Pada dasarnya perintah Allah Swt itu merupakan ujian untuk mengetahui kadar takwa dan ketaatan seseorang. Dengan demikian dapat diketahui kadar kepatuhan terhadap perintah Allah atau manusia itu ingin mengikuti hawa nafsu. Itulah mengapa Allah Swt menutup satu jalan, tapi membuka jalan-jalan yang lain.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hasil-hasil laut diperuntukkan bagi semua orang.

2. Berburu hewan dibolehkan dengan catatan untuk dikonsumsi, bukan hanya untuk bersenang-senang.

3. Di Hari Kiamat, semua makhluk hadir di pengadilan Allah dan pelanggaran manusia merupakan dosa dan tidak patut dilakukan.

 

Ayat ke 97

Artinya:

Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (5: 97)

Setelah menjelaskan sebagian hukum manasik haji pada ayat-ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung pentingnya Kabah sebagai rumah Allah. Allah Swt mengenalkan rumah ini sebagai pusat keamanan, ibadah dan persatuan, dimana perkara ini menjadi unsur yang dapat menguatkan masyarakat. Kabah adalah sebuah rumah yang senantiasa dapat menjaga kemuliaan dan kehormatan, khususnya pada hari-hari haji pada bulan-bulan haram. Karena itu segala bentuk peperangan dan pertumpahan darah di tempat ini adalah haram dan terlarang. Tidak saja tempat ini dan waktunya menjadi mulia, bahkan sampai pada binatang-binatang kurban yang diwajibkan pada waktu hajijuga menjadi mulia. Karena pelaksanaan manasik haji dan ziarah ke rumah Allah tergantung pada hal itu.

Berkumpulnya jutaan manusia muslim disisi rumah Allah, pada bulan-bulan haram merupakan sebuah bentuk kemuliaan dan keistimewaan, dimana di dalamnya tidak ada pertentangan, perdebatan dan pertengkaran merupakan suatu keistimewaan-keistimewaan Islam. Karena itu bila kita perhatikan dengan seksama acara-acara atau amalan seperti permintaan maaf ketika hendak berangkat, silaturahmi, membayar zakat dan khumus, dan berlepas tangan dari orang-orang Kafir dan Musyrik, maka dapat dipahami bahwa ibadah haji menunjukkan betapa Allah Swt mengetahui segala sesuatu. Bila ilmu Allah Swt terbatas, maka tentu saja tidak akan ada perintah yang begitu kompleks, tapi sempurna seperti ini.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Ibadah haji sumber keteguhan dan keamanan.

2. Mengatur urusan membutuhkan pertemuan, persatuan, penghormatan dan kehormatan Bait al-Haram.

3. Siapa yang berhak menetapkan undang-undang, harus mengetahui segala sesuatu.