
کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 60-62
Ayat ke 60
Artinya:
Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
Meskipun Nabi Musa as adalah NabiI Bani Israil dan kewajibannya menyampaikan pesan Allah Swt kepada mereka, tetapi para pemimpin ilahi juga memikirkan kesejahteraan umat dan masyarakat mereka. Oleh sebab itu Nabi Musa as menyediakan air untuk kaumnya dengan meminta air kepada Allah Swt.
Allah Swt pun mengabulkan doa Nabi Musa dan dengan sebuah mukjizat lain memberikan air kepada mereka, dan memerintahkan Nabi Musa supaya memukulkan tongkatnya, yang ketika dipukulkan ke air sungai Nil membuat sungai tersebut terbelah membuat jalan. Kini dengan dipukulkan ke sebuah batu, maka keluar air minum dari batu tersebut. Hal itu seharusnya membuat Bani Israel meyakini bahwa Tuhan Nabi Musa Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bani Israil mempunyai 12 kelompok dan suku, dan dengan kehendak ilahi, dari batu tersebut mengalir 12 mata air, sehingga setiap suku mempunyai air tersendiri dan tidak terjadi kekurangan air. Allah telah menurunkan manna dan salwa, juga memberikan air yang cukup bagi mereka, sehingga mereka berada dalam kesenangan dan tidak pergi kearah kesesatan, kerusakan, dosa dan penyimpangan.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah memberikan rezeki dan makanan bagi manusia, tapi kita bukan binatang yang hanya memikirkan kenyangnya perut dengan makanan yang datang dari mana pun dan dalam jenis apapun. Kita adalah manusia dan harus mendapatkan makanan yang bersih, halal dan baik. Oleh sebab itu ayat 57 surat al-Baqarah ini mengatakan, "Makanlah makanan yang baik yang telah kami berikan kepadamu."
2. Allah adalah Maha Pengasih, tetapi taubat memiliki syarat-syarat yang juga meminta kerendahan hati, juga permohonan dengan lisan dan pengakuan perbuatan dosa di hadapan ilahi.Pada ayat 58 Allah Swt berfirman, "Masukilah melalui pintu gerbang sambil bersujud dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa."
3. Dalam beribadah, seseorang harus memiliki rasa penghambaan dan harus mengamalkan perintah-perintah ilahi sebagaimana yang telah diturunkan, jika tidak, maka yang demikian itu bukanlah ibadah dan penghambaan, tetapi mempermainkan perintah Allah.
4. Para pemimpin memikirkan pemenuhan keperluan-keperluan materi masyarakat. Dalam hal ini tidak boleh terdapat diskriminisasi di antara anggota masyarakat. Pembagian fasilitas mestilah dilakukan dengan adil. Sebagaimana pada ayat 60, Allah Swt berfirman, "Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minum mereka (masing-masing)."
Ayat ke 61
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Wahai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: Sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
Meski Allah telah menyediakan air dan makanan untuk Bani Israel di padang pasir yang membakar itu, namun ketiadaan rasa syukur kaum ini dari satu sisi dan gaya hidup hedonistis serta bermalas-malasan, mendorong mereka meminta makanan lain dari Musa.
Dalam jawaban kepada mereka Nabi Musa as mengatakan, "Pertama, kalian mengganti makanan langit yang lebih baik, dengan makanan bumi yang lebih rendah. Kedua, jika kalian menghendaki makanan-makanan semacam itu, maka kalian harus berperang melawan musuh-musuh kalian, lalu memasuki kota sehingga memperoleh makanan-makanan tersebut. Dari satu sisi, kalian tidak berhasrat untuk berperang, namun dari sisi lain kalian menuntut segala keistimewaan penduduk kota. Jiwa yang mementingkan perut ini menghinakan kalian dan kalian akan mendapat murka ilahi.
Dengan segala tuntutan yang tidak pada tempatnya, kalian telah menutup mata dari tanda-tanda kebesaran dan mukjizat ilahi. Bahkan kalian bersedia membunuh para nabi Allah demi mencapai tujuan-tujuan materi dan duniawi kalian. Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa bermalas-malasan dan mementingkan perut merupakan faktor kehancuran manusia. Selain itu manusia harus menjauhi segala bentuk gaya hidup hedonistis yang nilainya adalah kehinaan manusia.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tunduk pada perut merupakan faktor kehancuran manusia.
2. Ingin enak bakal menjerumuskan manusia pada kehinaan.
3. Bani Israil merupakan etnis yang banyak menuntut.
4. Sejarah nabi-nabi berkelindan erat dengan jalan syahadah.
Ayat ke 62
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Pada semua agama Samawi tolok ukurnya kemulian manusia adalah pahala ilahi, iman dan amal saleh. Yaitu iman kepada Allah dan Hari Kiamat yang diiringi dengan pengamalan perintah-perintah Allah. Dalam undang-undang ini tidak ada perbedaan antara pengikut agama Islam, juga Kristen dan Yahudi saat itu maupun pengikut-pengikut agama ilahi lain, sebelum kedatangan agama Islam. Tentu saja banyak ayat-ayat al-Quran yang mengajak orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan menerima agama Islam.
Di dalam ayat 85 surat Ali Imran Allah berfirman, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." Oleh karena itu para pengikut agama-agama lain, masing-masing pada zamannya, mengimani nabi dan kitab samawi masa itu dan mereka adalah ahli amal, mengamalkan tugasnya dan mencapai pahala ilahi, namun dengan munculnya Islam tidak ada agama manapun yang dapat diterima kecuali agama Islam.
Salah satu agama yang diutarakan oleh ayat ini adalah Shabi'in yang merupakan sekelompok pengikut salah seorang Nabi Allah, Nuh atau Ibrahim atau Yahya, di mana sepanjang sejarah mengalami penyelewengan-penyelewengan dan bidah dalam akidah agama dan amal perbuatan serta menganggap bintang-bintang memiliki kekuasaan mengatur kehidupan. Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa seluruh agama samawi pada prinsip tauhid dan ma'ad saling memiliki kesamaan dan menganggap keselamatan hanya di bawah naungan iman dan amal, bukannya pada harapan dan cita-cita yang tidak pada tempatnya.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seluruh agama samawi memiliki kesamaan; tauhid, kenabian dan kebangkitan.
2. Akidah paling penting adalah tauhid dan kebangkitan.
3. Para pengikut agama langit lainnya akan selamat bila tidak punya informasi tentang Islam, beriman dengan agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
4. Manusia hanya akan bisa tenang di balik iman kepada Allah, harapan akan kebangkitan dan berbuat baik.
5. Kebahagiaan berkaitan erat dengan iman dan amal saleh.(IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 55-59
Ayat ke 55
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.
Ayat ini menjelaskan satu lagi dari penyimpangan-penyimpangan Bani Israel. Suatu hari mereka menyembah anak sapi. Dan kali ini, mereka meminta sesuatu yang tidak pada tempatnya. Mereka berkata, "Kami ingin melihat Allah dengan mata kami, supaya kami beriman kepada perkataan-perkataanmu dan menerima ajaran-ajaranmu. Untuk menunjukkan bahwa mata mereka tidak mampu, bahkan untuk melihat sebagian makhluk Allah, maka Allah menurunkan petir, yang kilat serta gemuruhnya menyebabkan kematian mereka, dan mereka semua jatuh menghempas bumi dalam keadaan tak bernyawa.
Lanjutan peristiwa ini, terdapat dalam ayat berikutnya.
Ayat ke 56
Artinya:
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
Setelah matinya 70 orang pembesar Bani Israel yang terjadi dalam peristiwa datangnya ujian itu, Nabi Musa meminta kepada Allah supaya menghidupkan mereka kembali. Allah Swt mengabulkan doa Nabi Musa as dan menghidupkan mereka, sehingga mereka sendiri dan juga Bani Israel beriman kepada kekuatan ilahi.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang berbuat dosa pada dasarnya telah menganiaya dan merugikan diri sendiri, bukannya merugikan Allah. Esensi manusia ada di dalam ruhnya, bukan jasadnya; sedangkan dosa membuat ruh manusia tercemar dan berpenyakit.Jika hal itu berlanjut hingga kematian ruh, maka tak tersisa apa pun pada manusia kecuali jasad hewaninya.
2. Taubat dari setiap dosa, harus sesuai dengan dosa tersebut. Taubat akibat mengganti penyembahan Allah Swt kepada penyembahan anak sapi, bukan dengan menangis dan meminta maaf. Tetapi harus dengan dihukum mati atau gantung. Tangis penyesalan tidaklah cukup, tetapi sekali waktu harus dengan penumpahan darah.
3. Beberapa orang berkata kita harus melihat Allah, sehingga kita beriman kepada-Nya. Yang demikian itu berasal dari kebodohan dan ketidaktahuan atau berdasar dari sifat keras kepala. Karena Allah Swt tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Hanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang terdapat di dalam wujud manusia dan seluruh alam wujud, yang dapat dilihat.
4. Menghidupkan kembali orang mati bukanlah hal yang mustahil. Di dunia ini Allah Swt telah menghidupkan kembali manusia-manusia di beberapa kasus. Pada peristiwa ini 70 orang pembesar Bani Israel yang mati akibat azab, kembali hidup berkat doa Nabi Musa yang dikabulkan oleh Allah Swt.
Ayat ke 57
Artinya:
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Setelah menyelamatkan Bani Israel dari cengkeraman orang-orang Firaun, Allah Swt berfirman kepada mereka, pergilah ke arah tanah suci Palestina. Tetapi mereka tidak pergi dengan alasan bahwa disana berkuasa pemerintahan zalim. Kemarahan Allah pun meliputi mereka, membuat mereka berputar-putar tersesat selama 40 tahun di padang pasir Sina.
Selama masa tersebut sekelompok dari mereka sadar atas perbuatan mereka dan Allah Swt kembali menurunkan rahmat-Nya kepada mereka dan ayat ini menjelaskan beberapa hal dari nikmat-nikmat tersebut . Selain menaungi dengan awan-awan di padang pasir yang kering dan membakar, Allah Swt memberi mereka dua macam makanan. Satu, makanan mirip madu yang didapat dari getah pepohonan bernama "manna" dan satu lagi sejenis burung mirip merpati, yang disebut oleh al-Quran dengan nama "Salwa".
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Awan, angin dan hujan tunduk pada perintah Allah.
2. Sifat Allah sebagai pemberi rezeki tidak pernah dibatasi dalam kondisi khusus.
3. Allah menentukan rezeki manusia secara halal.
4. Melanggar hukum Allah berarti berbuat zalim terhadap diri sendiri.
Ayat ke 58
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan Katakanlah:" Bebaskanlah kami dari dosa ", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".
Setelah melewatkan masa 40 tahun di padang pasir Sina, Allah Swt berfirman, bahwa untuk mengampuni dosa-dosa mereka, mereka harus masuk ke tempat peribadatan Baitul Maqdis, dan untuk beristighfar, mereka harus mengulang-ulang kalimat (hitthah). Kalimat ini mempunyai arti, "Ya Allah, hapuskanlah dosa-dosa kami dan ampunilah kami."
Allah Swt berjanji, jika kalimat ini mereka baca dengan sepenuh hati, pada saat memasuki tempat suci itu, maka dosa-dosa mereka akan terampuni dan Allah akan menerima taubat mereka, serta akan menambah pahala orang-orang yang berbuat baik. Sekarang ini juga salah satu pintu diantara pintu-pintu masjidul Aqsa terkenal dengan pintu atau "Baabul Hittah".
Ayat ini menunjukkan bahwa untuk memasuki tempat-tempat suci diperlukan penghormatan khusus dan kita harus mempelajari tata cara berdoa serta permohonan taubat kepada Allah Swt. Kita harus tahu apa yang harus kita lakukan dan kita katakan ketika akan meminta ampun kepada Allah. Ayat selanjutnya menjelaskan perlakuan buruk Bani Israil terhadap perintah Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jaminan atas kehidupan masyarakat lebih didahulukan dari perintah melakukan ibadah.
2. Ada penghormatan khusus setiap masuk ke tempat-tempat suci.
3. Ampunan dari sisi Allah dan manusia harus meminta ampunan.
4. Kita juga harus belajar tata cara berdoa dan bertaubat dari Allah.
Ayat ke 59
Artinya:
Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.
Sekelompok Bani Israil mengejek dan menghina dengan mengganti kata-kata "hitthah" yang artinya Ya Allah ampunilah kami, dengan kata-kata yang mirip dengannya, yaitu "hintah" yang artinya gandum. Mempermainkan perintah Allah seperti itu, menyebabkan mereka tertimpa balasan Allah dan wabah penyakit sampar yang menyebar di antara mereka.
Sesungguhnya sebagaimana yang dikatakan oleh ayat di atas, balasan ini hanya menimpa orang-orang zalim dan tidak semua kaum tertimpa wabah ini. Ayat ini menunjukkan bahwa kapan saja, sikap suka menyimpang, mempermainkan kebenaran, keras kepala dan khianat sudah menguasai suatu masyarakat, maka pintu untuk turunnya azab ilahi ke bumi ini sudah terbuka.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kezaliman dan perbuatan dosa menjadi sarana bagi perubahan dan penyimpangan atas hukum.
2. Selama belum dijelaskan sebuah tata cara, manusia bebas beramal sesuai dengan kehendaknya. Tetapi setelah datang petunjuk, maka harus melakukan berdasarkan itu dan tidak akan diterima permintaan maaf.
3. Azab ilahi merupakan balasan kepada mereka yang menyimpangkan undang-undang ilahi.
4. Seluruh pahala dan balasan Allah tidak terbatas di akhirat saja, tapi sebagian dari ganjaran diberikan di dunia. (IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 51-54
Ayat ke 51
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.
Setelah Bani Israil selamat dari cengkeraman Firaun, Nabi Musa as menerima perintah meninggalkan kaumnya selama 40 hari pergi ke gunung Tsur untuk mendapatkan tulisan-tulisan Taurat. Namun dalam waktu singkat ini ujian besar menimpa Bani Israel. Seorang lelaki licik bernama Samiri membuat sebuah patung anak sapi dari emas dan permata yang dapat mengeluarkan suara sapi, sehingga membuat takjub dan perhatian orang.
Samiri mengajak orang-orang menyembah patung yang terbuat dari emas dan menakjubkan ini. Kebanyakan orang yang menyaksikan keanehan ini mengikutinya. Dengan perbuatan ini, mereka telah menzalimi diri mereka sendiri yang menyembah anak sapi sebagai ganti menyembah Allah dan menzalimi Musa as. Nabi Musa as yang menanggung sejumlah besar musibah untuk menyelamatkan mereka dariorang-orang Firaun.
Sekembalinya Nabi Musa as dari gunung Tsur, orang-orang menyadari kehinaan perbuatan mereka. Allah dengan segala rahmat-Nya masih mengampuni dosa besar mereka, syirik
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyendiri untuk sementara waktu bagi para pemimpin ilahi merupakan perbuatan yang baik dengan tujuan beribadah kepada Allah.
2. Angka 40 punya pengaruh dalam menerima ilham atau wahyu ilahi.
Ayat ke 52
Artinya:
Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
Salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hambanya ialah tidak menghukum mereka lantaran semata-mata melakukan perbuatan dosa. Namun memberi mereka kesempatan, hingga mungkin mereka menyesali perbuatannya dan bertaubat. Pada kejadian ini Allah juga mengampuni dosa syirik Bani Israil dan menyediakan kesempatan agar mereka bersyukur atas nikmat kepemimpinan Musa as.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengingat Hari Kiamat dan jangan menjerumuskan diri dalam dosa lantaran teman atau demi memperoleh harta dan kedudukan.Sebab pada hari itu tidak seorang pun bermanfaat dan tidak satu pun pesan atau wasiat akan diterima, serta kekayaan dan kekuasaan duniawi tidak dapat mencegah siksa Hari Kiamat.
2. Para pemuda adalah sasaran pertama para tirani Firaunisme. Di dunia hari ini pun kekuatan-kekuatan arogan menarik jiwa-raga para pemuda menuju kematian dengan menyebarkan kerusakanmoral. Mereka menjadikan para wanita dan anak perempuan sebagai tawanan syahwatlewat berbagai propaganda mereka di bidang mode pakaian, tas, sepatu dan aneka ragam perlengkapan kecantikan.
3. Kebebasan dari dominasi orang-orang zalim termasuk nikmat Allah yang besar, dan orang-orang mukmin dalam jalan mencapai kebebasan ini harus berusaha. Bila mereka berusaha, Allah pasti menurunkan bantuan-Nya.
4. Para pemimpin ilahi memiliki peran penting dalam memberi petunjuk dan kebahagiaan kepada masyarakat. Jika 40 hari ketiadaan Nabi Musa as menyiapkan kesempatan bagi para penyeleweng untuk menarik orang-orang awam menyembah anak sapi, maka apa jadinya, jika sepanjang sejarah Allah tidak mengutus seorang Nabi pun?
Ayat ke 53
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.
Kalimat "furqan" berarti pemisahan kebenaran dari kesalahan. Dan oleh karena kita-kitab langit dan mukjizat yang dilakukan oleh para Nabi adalah sumber penjelas kebenaran dan kebatilan, maka semua itu disebut "furqan". Untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, Allah mengirim kitab-kitab langit dan para nabi pembimbing, serta mukjizat-mukjizat. Semua ini agar manusia dapat membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran yang sesat. Dengan demikian Allah Swt telah menyempurnakan hujahnya atas manusia.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kitab-kitab langit penjelas kebenaran dan tolok ukur yang memisahkan kebenaran dari kebatilan.
2. Hujjah dari Allah sudah lengkap, tapi masyarakat terkadang tidak menerima kebenaran akibat mengikuti hawa nafsu.
3. Tujuan dari diturunkannya kitab-kitab langit adalah memberi petunjuk manusia.
Ayat ke 54
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Ketika Nabi Musa as kembali dari gunung Thur setelah 40 hari, beliau melihat kaumnya menyembah anak sapi. Menyaksikan itu beliau mengingatkan dua hal kepada mereka. Pertama, beliau berkata kepada mereka, "Kalian telah menganiaya diri sendiri dengan perbuatan ini. Kalian telah mengganti Allah dengan anak sapi dengan demikian maka kalian telah menginjak-injak kehormatan serta kemuliaan manusia."
Kedua, beliau berkata, "Dosa yang kalian lakukan lebih besar dari dosa orang kafir.Karena kalian mengetahui kebenaran dan telah beriman kepadanya, kemudian kalian lepaskan ia dan menjadi kafir. Jadi kalian telah murtad sedangkan hukuman bagi orang yang murtad ialah dibunuh. Walaupun Allah adalah manifestasi rahmat dan cinta, tetapi sebagai mana seorang pendidik yang baik dan bermaksud mulia, terkadangDia memberikan peringatan dan hukuman keras. Dengan demikian, diharapkan manusia mengambil pelajaran dan tidak mempermainkan agama, juga membersihkan pengaruh-pengaruh kotor dan buruk dari masyarakat.
Masalah berpaling kepada penyembahan berhala dan penyembahan anak sapi, bukanlah masalah remeh. Untuk itu dosa ini tidak dapat diampunia dengan sekali taubat. Apa lagi yang demikian itu dilakukan oleh orang-orang yang sudah melihat mukjizat dan nikmat yang besar dan telah beriman dengan itu semua.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seorang muballig harus berusaha mempersiapkan masyarakat menerima hukum-hukum ilahi dengan cinta.
2. Perbuatan syirik pada dasarkan menzalimi diri sendiri.
3. Bila argumentasi dan dalil yang dibawakan semakin banyak, kewajiban menjadi lebih berat dan melanggarnya akan mendapat ganjaran yang berbahaya.
4. Hukum orang murtad adalah mati.
5. Kematian dalam rahmat ilahi lebih baik ketimbang hidup dalam laknat ilahi.
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 48-50
Ayat ke 48
Artinya:
Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan akan ditolong.
Ayat ini menyinggung empat hal dari keyakinan keliru dan harapan manusia yang tidak pada tempatnya menyangkut persoalan Kiamat. Namun pada saat yang sama memberikan jawabanya bahwa orang-orang Yahudi mengira bahwa ayah mereka dapat menjauhkan mereka dari siksaan neraka, para pembesar agama dapat memberi mereka syafaat di sisi Allah dan para sahabat akan menolong mereka. Sementara sebagian mengira mereka dapat menolak siksaan Hari Kiamat dengan membayar tebusan.
Dalam menjawab mereka al-Quran mengatakan, pada hari itu tidak ada siapapun atau apapun yang dapat mencegah siksaan bagi pendosa, dan setiap orang memikirkan keselamatan dirinya. Jika demikian, janganlah mengharapkan apa pun selain iman dan amal saleh. Alhasil, berdasarkan rahmat-Nya, Allah tidak menutup jalan untuk bertaubat, dan dengan dibukanya jalan taubat di dunia dan syafaat pada Hari Kiamat, maka Allah memberikan harapan ampunan bagi para pendosa.
Poin penting dalam masalah ini, taubat dan syafaat memiliki syarat-syarat dan bukan penyebab seseorang berani melakukan perbuatan dosa. Bahkan merupakan dasar bagi seseorang untuk menjauhi pengulangan perbuatan dosa. Oleh karena itu, ayat ini menafikan syafaat tanpa ikatan dan syarat, sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Yahudi. Demikian pula, menurut pandangan al-Quran, keyakinan orang kristen bahwa Nabi Isa as telah berkorban hingga darahnya menjadi penghapus dosa-dosa pengikutnya tidak dapat diterima.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Takut di hadapan Allah tanpa adanya pembela dan pemberi syafaat dengan sendirinya menguatkan takwa kepada-Nya.
2. Hendaknya tegas menghadapi akidah yang sesat dan batil.
Ayat ke49
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka meyembelih anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.
Untuk menjaga pemerintahannya, Firaun membunuh para pemuda dan kaum lelaki Bani Israel dengan berbagai alasan. Sementara mereka menjadikan perempuan sebagai budak dan hamba sahaya sehingga tak akan muncul suatu kekuatan yang dapat melawannya.
Menurut pandangan al-Quran, kesulitan dan kesenangan merupakan perantara ujian sehingga manusia menunjukkan jati dirinya danmencapai pertumbuhan dan kesempurnaan. Ayat berikutnya menyebutkan nikmat-nikmat ilahi yang diberikan kepada Bani Israel.
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bebas dari penguasa yang zalim merupakan nikmat yang besar.
2. Kesulitan dan kepahitan yang dialami sebelumnya membuat manusia dapat merasakan kenikmatan berlipat dari kebebasan hari ini.
3. Para penguasa zalim tidak akan kuat tanpa orang-orang di sekelilingnya.
4. Kesulitan dan kebebasan kedua-duanya merupakan alat untuk menguji manusia.
5. Perbuatan Firaun adalah melenyapkan kekuatan pertahanan dan perluasan kesejahteraan.
6. Para penguasa zalim menggunakan beragam bentuk penyiksaan untuk melanggengkan kekuasaannya.
Ayat ke50
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.
Ayat ini berbicara tentang cara-cara Bani Israel terselamatkan dari tangan Firaun, dimana hal itu merupakan salah satu mukjizat dan tanda-tanda kebesaran ilahi. Nabi Musa as mendapat perintah dari Allah untuk memindahkan kaumnya dari Mesir. Namun, sewaktu mereka mendekati sungai Nil dan mengetahui bahwa Firaun dan para prajuritnya mengejar mereka dari belakang, ketakutan dan kegelisahan menyelimuti Bani Israel.
Dengan perintah Allah, Nabi Musa as memukulkan tongkatnya ke laut. Air laut terbelah menjadi dua, dan jalan terbentang untuk penyeberangan Bani Israel dari sungai Nil. Namun, sewaktu prajurit Firaun berada di tengah-tengah sungai Nil, air laut menyatu kembali dan menenggelamkan mereka semua hingga tewas. Bani Israel selain menyaksikan keselamatan mereka melalui mukjizat ilahi, melihat kemusnahan musuh-musuh mereka. Lalu kenikmatan apa yang lebih besar dari pada yang demikian ini?
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Peran sebab di alam semesta bergantung pada kehendak Allah. Tongkat yang berada di tangan Nabi Musa as terkadang mampu membelah batu dan air keluar darinya dan terkadang dipukulkan ke air dan air pun terbelah.
2. Bani Israil pada akhirnya selamat setelah mengalami pelbagai siksaan.
3. Balas dendam kepada orang-orang zalim di hadapan orang-orang yang dizalimi merupakan hal yang dinantikan mereka. (IRIB Indonesia)
Tafsir Surat Al-Quran, al-Baqarah Ayat 44-47
Ayat ke 44
Artinya:
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?
Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah Swt berkata kepada para ulama Yahudi, mengapa kalian menyembunyikan kebenaran dari umat dan tidak mengizinkan mereka mengetahui kebenaran. Ayat ini juga berbicara kepada mereka, seraya mengatakan, "Sebelum pengutusan Nabi kalian telah menyebarkan berita gembira tentang kemunculan Rasulullah Saw. Kalian juga mengajak mereka untuk beriman kepadanya. Tapi mengapa kalian tidak beriman kepadanya, padahal kalian lebih mengetahui Taurat."
Walaupun pembicaraan ayat-ayat ini ditujukan kepada Bani Israil dan para cerdik pandai mereka, tetapi pemahaman ayat tersebut lebih luas dan mencakup semua mubaligh dari semua agama dan ideologi. Imam Jakfar Shadiq as dari keluarga suci Rasulullah Saw sehubungan dengan hal ini berkata, "Ajaklah manusia dengan perbuatan baikmu dan jangan dengan lisanmu."
Imam Ali Amirul Mukminin as berkata, "Wahai manusia! Demi Allah! Saya tidak akan mendorong kalian kepada sebuah ketaatan, sebelum saya sendiri melakukan hal tersebut. Saya tidak akan mencegah perbuatan salah, sebelum saya sendiri menjauhi hal tersebut."
Dalam surat al-Jumu'ah ayat ke-5, al-Quran telah menyamakan seorang alim yang tidak menjalankan ilmunya seperti seekor keledai yang membawa kitab. Orang lain memanfaatkan kitab-kitab tersebut, tetapi ia tidak memanfaatkannya, kecuali beratnya barang bawaan tersebut.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang memerintahkan orang lain untuk berbuat makruf, hendaknya dirinya sendiri adalah pelaku perbuatan makruf.
2. Bila kita sendiri yang membuat diri kita lupa, maka kita tidak akan dimaafkan oleh Allah. Lupa dapat dimaafkan bila kita tidak sengaja.
3. Membaca al-Quran saja belum cukup tapi harus tadabbur dan memikirkannya.
4. Lupa itu sendiri menunjukkan kurangnya akal.
Ayat ke 45
Artinya:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.
Konsisten dan istiqomah dalam menghadapi masalah-masalah dari luar atau syahwat dari dalam adalah sebaik-baik penolong manusia dalam kehidupan. Istiqomah akan memberikan kekuatan dan tenaga kepada seseorang, sehingga ia dapat beribadah dengan khusyu di hadapan Allah dan hanya menyerahkan segala harapan kepada-Nya. Walaupun beberapa riwayat menegaskan bahwa maksud dari sabar dalam ayat ini adalah puasa, tetapi sabar memiliki arti yang cukup luas. Puasa bagian dari sabar. Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa sabar itu ada tiga macam; Pertama, sabar dalam menghadapi musibah dan cobaan. Kedua,sabar dalam menghadapi maksiat dan dosa. Ketiga, sabar dalam melaksanakan ibadah-ibadah dan kewajiban-kewajiban ilahi.
Imam Shadiq as berkata, "Jika suatu ketika datang kepada kalian satu kesulitan dari kesusahan dunia, ambillah wudhu dan pergilah ke masjid. Kerjakanlah shalat dan berdoalah. Karena Allah Swt telah memerintahkan kalian agar meminta bantuan melalui shalat."
Sesungguhnya shalat menurut pandangan orang-orang yang suci dan orang-orang yang khusyu memiliki kedudukan yang tinggi. Tapi mereka yang tidak termasuk orang-orang yang khusyu, shalat adalah beban yang sangat berat baginya. Bukannya mereka memperhatikan shalat, justru mereka lari darinya.
Dari ayat tadi terdapat enpat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sabar dan shalat merupakan dua alat tangguh dalam menghadapi pelbagai masalah.
2. Sebanyak mungkin kita mengakui kelemahan dan penghambaan di hadapan Allah, maka bantuan-Nya akan lebih banyak dianugerahkan kepada kita. Bila itu terjadi, maka kita akan menang melawan pelbagai masalah.
3. Meminta bantuan dalam surat al-Fatihah "hanya kepada-Mu kami memohon" dan ayat ini "memohon lewat shalat" tidak ada kontradiksi.
4. Berat melakukan shalat dengan sendirinya tanda kesombongan di hadapan Allah.
Ayat ke 46
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Iman kepada Hari Kiamat dan kembali kepada Allah Swt akan menghidupkan rasa khusyu dan takut kepada Allah. Akan muncul rasa bertanggung jawab dalam diri manusia. Dunia menjadi pengadilan baginya untuk mempertanggungjawabkan segala pekerjaan yang ia lakukan.
Yang dimaksud dengan "bertemu Allah" dalam ayat ini bukan bertemu secara fisik dengan Allah pada Hari Kiamat.Karena Allah bukan materi yang dapat dilihat dengan mata. Tetapi yang dimaksud ialah menyaksikan tanda-tanda kebesaran-Nya di hari pembalasan dan pemberian pahala. Yang dimaksud dengan "musyahadah" atau penyaksian ialah suatu penyaksian batin dan hati yang muncul di dalam diri manusia. Sama halnya ketika seseorang "menyaksikan" Allah dengan mati hati, sehingga tak ada keraguan akan keberadaannya.
Salah seorang sahabat Imam Ali as bertanya kepada beliau, "Apakah engkau melihat Allah?"
Imam Ali dalam jawabannya berkata, "Apakah saya akan menyembah Tuhan yang tidak dapat dilihat?"
Kemudian beliau menjelaskan bahwa Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi dapat disaksikan melalui hati yang memiliki cahaya iman.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Membayangkan adanya Hari Kiamat sudah cukup bagi seseorang mengontrol perilakunya.
2. Seorang yang khusyu merasakan dirinya bertemu dengan Allah saat melakukan shalat.
Ayat ke 47
Artinya:
Wahai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.
Di antara anugerah Allat kepada bangsa Yahudi ialah menyelamatkan mereka dari kekuasaan Firaun. Akhirnya Bani Israel mencapai kekuasaan di Mesir dan mendapatkan kenikmatan materi yang melimpah. Ayat ini menerangkan keutamaan Bani Israel dibandingkan manusia sezamannya dan meminta mereka untuk mengingat nikmat besar yang mereka peroleh berkat kepemimpinan dan hidayah Nabi Musa as, sebagai anugerah Ilahi dan hendaklah mereka mensyukurinya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nikmat dan keutamaan itu berada di tangan Allah.
2. Selamat dari penguasa yang zalim merupakan nikmat ilahi yang terbesar. (IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 40-43
Ayat ke 40
Artinya:
Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku -lah kamu harus takut (tunduk).
Setelah bercerita tentang hhilafah Adam as di bumi, dan keluarnya beliau dari surga akibat lalai akan perintah ilahi, maka di dalam ayat ini Allah Swt mengisahkan cerita sekelompok manusia keturunan Adam, yaitu Bani Israil. Mereka juga terjerumus ke dalam kesesatan sebagaimana Adam, tapi lebih parah daripada nasib Adam as. Keduanya memiliki kemiripan, yaitu penyimpangan dari ketentuan ilahi.
"Israil" adalah nama lain Nabi Ya'qub as. Yang dimaksud dengan Bani Israil ialah anak-anak keturunan Nabi Ya'qubas. Suatu kaum yang memiliki sejarah yang penuh dengan pasang surut. Dalam al-Quran kisah tentang mereka ini sungguh sangat banyak. Di dalam ayat ini, disebutkan tiga perintah yang merupakan dasar seluruh programilahi.
Pertama, mengingat nikmat-nikmat ilahi, yang akan menghidupkan rasa syukur terus menerus di dalam diri manusia, juga membangkitkan rasa cinta kepada Allah dan taat kepada-Nya.
Kedua, nikmat yang dianugerahkan Allah bukan tanpa syarat apa pun. Karena AllahSwt membuat suatu perjanjian danuntuk itu manusia harus bertanggun jawab sesuai isi perjanjian. Pemanfaatan nikmat dan karunia ilahi, mesti diikuti dengan pengambilan langkah di atas jalan Allah.
Ketiga, dalam mengamalkan kewajiban yang diperintahkan Allah, manusia tidak boleh taku dengan kekuatan apapum . Propaganda dan ancaman musuh tidak boleh mempengaruhi kalian.
Ayat ke 41
Artinya:
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.
Ayat ini berbicara kepada para cendikiawan Yahudi, dan mengatakan, "Berdasarkan berita gembira dalam Tauran kalian tengah menunggu kedatangan seorang Nabi Islam. Sekarang berimanlah kepada al-Quran yang dibawa oleh Nabi tersebut. Karena isin ajarannya sesuai dan sejalan dengan Taurat kalian. Janganlah menyembunyikan ayat-ayat yang terdapat di dalam Kitab Suci kalian, yaitu Taurat terkait berita tentang kemunculan Nabi Islam, hanya karena kalian ingin mempertahankan kedudukan kalian. Atau minimal janganlah kalian mencoba menentangnya jika kalian tidak mau menerima ajarannya. Lebih buruk lagi kemudian kalian menghalangi warga Yahudi untuk mengikuti ajarannya.
Seorang muslim mengimani semua kitab samawi dan para nabi terdahulu. Karena agama Islam datang terakhir dan setelah agama-agama lain. Sementara kitab-kitab suci sebelum al-Quran sudah mengalami perubahan dan penyimpangan, maka saat ini hanya Nabi Muhammad sajalah yang seharusnya menjadi panutan seluruh umat manusia.
Oleh sebab itu, al-Quran menyeru para pengikut agama-agama terdahulu agar beriman kepada al-Quran, yang memiliki kandungan tidak bertentangan dengan kitab-kitab mereka. Al-Quran adalah kitab suci yang terjaga dan terhindar dari penyimpangan dan tahrif. Untuk itu hendaklah mereka hanya memandang Allah sebagai Zat yang mereka takuti, bukan hal-hal lain selain Allah Swt.
Ayat ke 42
Artinya:
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Di antara bahaya yang mengancam para pemikir dan ulama setiap kaum dan setiap ajaran ialah sikap suka menyembunyikan kebenaran dan tidak menjelaskannya kepada khalayak ramai. Atau mereka mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, sesuai keinginannya. Akibatnya, rakyat mengalami kebodohan dan kelalaian, atau keraguan dan kebimbangan. Yang demikian adalah kezaliman terbesar yang mungkin saja dilakukan oleh pembesar-pembesar suatu kaum.
Sekaitan dengan hal ini, Imam Ali as dalam kitab Nahjul Balaghah nomor 49 berkata, "Jika sesuatu yang batil ditampilkan sebagai kebatilan seratus persen, maka tak ada sesuatu yang perlu dicemaskan karena orang akan mengetahuinya sebagai kebatilan dan menjauhkan diri darinya. Dan jika kebenaran ditampilkan sebagai suatu kebenaran seratus persen, maka para penentang tidak akan mampu berbicara apa-apa. Orang-orang pun akan menyambut kebenaran tersebut dengan segala senang hati. Jadi bahaya itu terletak di dalam ketidakjelasan antara yang hak dan yang batil.Karena telah tercampur aduk, maka kondisi ini memberikan kesempatan bagi kekuasaan setan untuk menyusup.
Ayat ke 43
Artinya:
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku.
Hanya mengenal kebenaran dan memahaminya belumlah cukup. Seorang mukmin haruslah menjadi seorang pengamal kebenaran yang ia ketahui. Sebaik-baik amalan ialah beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada masyarakat. Dalam sebagian besar ayat-ayat al-Quran, shalat dan zakat di sampaikan secara bergandengan agar orang memahami bahwa shalat dan ibadah jangan sampai melalaikan orang dari tugas-tugas sosial dan membantu orang-orang lemah di tengah masyarakat. Bahkan dalam hal pelaksanaan shalat pun faktor sosial dan kemasyarakatan juga menjadi perhatian. Karena Islam mengajarkan kepada umatnya agar melakukan shalat berjamaah dan hendaklah mereka melakukan ruku dan sujud di hadapan Allah secara kompak dan bersama-sama.
Dari tiga ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hendaklah kita selalu mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah Dia curahkan kepada kita dan masyarakat. Hendaklah kita menjadi hamba-hambanya yang pandai mensyukuri nikmat.
2. Hendaklah kita menjaga komitmen kita akan janji kita dengan Allah untuk melaksanakan segala kewajiban. Baik perjanjian itu berujud fitrah dalam diri kita atau yang Allah turunkan berupa syariat. Kita juga hendaknya mengetahui cara memanfaatkan nikmat ilahi dengan mengamalkan perintah-Nya.
3. Dalam melaksanakan kewajiban ilahi ini, hendaklah kita jangan takut terhadap kekuatan dari mana pun.
4. Salah satu dosa besar ialah menyembunyikan kebenaran. Kadang kala seseorang merasa harus menyembunyikan kebenaran hanya untuk melindungi kepentingan materinya. Ini sangat berbahaya bagi dirinya.
5. Iman dan amal adalah dua hal yang tak terpisahkan. Shalat adalah hal pertama yang diperintahkan oleh Allah di dalam setiap agama yang Dia turunkan.
6. Di dalam Islam sangat ditekankan shalat berjamaah. Sedangkan kehadiran di dalam lingkungan jamaah muslimin adalah sebuah tugas agama yang amat penting.(IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 37-39
Ayat ke 37
Artinya:
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Setelah keluar dari lingkungan yang tenang dan penuh kenikmatan, dan turun ke bumi yang penuh jerih payah, Adam memahami kesalahannya akibat tipuan Setan. Karena itu, ia menyesali perbuatannya dan bertekad untuk bertaubat. Namun bagaimana ia harus bertaubat sehingga diterima oleh Allah? Di sini Allah juga tidak melepaskan Adam. Allah mengajarkan beberapa kata dan kalimat untuk melahirkan penyesalan hatinya.
Kalimat-kalimat ini termaktub dalam surat al-A'raf ayat 23 yang artinya, "Keduanya berkata, "Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami, dan apabila Engkau tidak mengampuni kami dan tidak mengasihani kami, maka kami benar-benar termasuk orang-orang yang merugi."
Ungkapan-ungkapan seperti ini tidak khusus diajukan kepada Adam. Ungkapan serupa juga datang berkenaan dengan Nabi Yunus dan Musa, sebagaimana al-Quran menyebutkan berkenaan dengan Nabi Musa as, "(Nabi Musa) berkata, "Tuhanku, Sungguh aku menzalimi diriku, maka ampunilah aku." Intinya, agar taubatnya diterima, Nabi Adam menyebutkan nama para pemberi syafaat yang diajarkan Allah Swt. Sebagaimana Jalaluddin Suyuthi menukil banyak riwayat dalam tafsirnya ad-Durul Mantsur bahwa Adam besumpah kepada Allah dengan nama Muhammad dan keluarganya hingga Allah menerima taubatnya.
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas disebutkan, (Saala bihaqqi Muhammadin wa ‘Aliyin wa Fatimah wal Hasani wal Husain) yakni, Adam bersumpah kepada Allah demi hak Muhammad beserta keluarga beliau yang terdekat hingga taubatnya diterima.
"Taubat" menurut bahasa berarti kembali. Sewaktu kata ini dinisbatkan kepada manusia dimaksudkan kembali dari dosa, dan sewaktu dinisbatkan kepada Allah berarti kembalinya rahmat ilahi. Yakni, suatu rahmat yang dicabut oleh Allah lantaran dosa yang diperbuat oleh seseorang, dikembalikan kepadanya sebagai lanjutan kembalinya orang itu dari dosa.
Allah juga "Tawwab" (Maha Penerima Taubat), sebagaimana disebutkan di dalam ayat ini: (Innallaha tawwabur rahim) artinya, "Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat Maha Penyayang." Allah juga mencintai "Tawwabin" (orang-orang yang bertaubat) seperti disebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 222, (Innallaha yuhibbut tawwabin) artinya, "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat."
Oleh sebab itu manusia tidak boleh putus asa dari rahmat ilahi, bahkan harus senantiasa sebagai orang yang bertaubat dan memohon ampun. Karena bila hal itu dilakukannya, maka rahmat ilahi senantiasa bersamanya.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagaimana taufik untuk bertaubat berasal dari Allah, cara dan jalan pelaksanaannya pun harus kita ambil dari Allah. Hal ini diajarkan Allah terkait ayat mengenai taubat Adam, kalimat dan kata-kata taubat diajarkan Allah kepadanya.
2. Apabila manusia benar-benar bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya, sebab Dia Maha Penerima taubat.
3. Penerimaan ampunan Allah diikuti dengan rahmat dan kasih sayang, bukan cacian, umpatan dan pencemaran harga diri.
4. Apabila kita merusak taubat dan melakukan dosa, maka janganlah kita berputus asa dari rahmat Allah, sebab Dia Maha Penerima taubat. Apabila kita bertaubat lagi, maka Allah menerima taubat kita lagi.
Ayat ke 38-39
Artinya:
Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Adapun orang-orang yang kafir, dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka
itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Kelanjutan dari taubat Adam dan diterimanya taubat tersebut oleh Allah, sekali lagi dijelaskan dengan adanya perintah "Ihbituu yang berarti turunlah". sehingga jangan disangka bahwa taubat akan menyebabkan Adam, kembali ke taman surgawi itu. Ampunan Allah menghilangkan hukuman dosa, adapun akibat-akibat alami dosa tersebut tidak hilang dengan ampunan ilahi. Keluarnya Adam dari taman surgawi adalah akibat alami dari memakan buah terlarang, yang tidak dapat hilang dengan taubat.
Pada intinya, Adam dan isterinya harus keluar dari surga, dan tinggal di bagian lain bumi yang tidak memiliki sarana-sarana seperti itu. Keluarnya Adam dari taman itu mengakibatkan keluarnya keturunannya selama-lamanya. Karena itu, perintah "turunlah" ditujukan kepada semua manusia, tetapi selanjutnya disebutkan hidayah manusia, dimana Allah berfirman, "Aku mengirimkan sarana-sarana hidayah untuk kamu, baik kitab petunjuk maupun rasul petunjuk. Namun manusia menjadi dua kelompok; satu kelompok mengikuti, sedangkan kelompok yang lain mengingkari."
Pada permulaan penciptaan, Allah mengajarkan nama-nama segala sesuatu dan hakikat-hakikat wujud kepada Adam. Allah meletakkan potensi penyerapan ilmu, yang ilmu tersebut menjadi dasar kelebihannya dari para malaikat. Namun pengetahuan dan naluri akal ini tidak menjadi dasar keselamatan dirinya dari rayuan dan godaan setan, dan pada permulaan tersebut Adam tertipu dan tersesat. Lantaran itu, setelah menerima taubatnya dan menetapkannya di Bumi, Allah menyiapkan sarana-sarana petunjuk-Nya sehingga manusia dapat membedakan yang hak dari yang batil dan kebaikan dari kejahatan.
Turunnya wahyu adalah nikmat besar ilahi yang dikaruniakan Allah kepada manusia di samping akal. Meskipun turunnya wahyu dan sarana-sarana hidayah adalah suatu kelaziman bagi Allah, namun hidayah dapat diperoleh dengan ikhtiar manusia, bukan hidayah takwini dan ijbari (paksaan). Karena Allah tidak memaksa manusia untuk menerimanya. Jadi manusia bebas memilih jalannya dan ia dapat mengikuti petunjuk ilahi atau berpaling darinya. Kegelisahan terbesar manusia ialah kegelisahan terhadap masa depannya, baik masa depan di dunia maupun di akhirat.
Perhatian terhadap masa lalu dan umur yang telah terbuang menyebabkan kesedihan dan penyesalan atas hilangnya pelbagai kesempatan dan sarana. Namun setiap orang yang menerima hidayah ilahi, maka Allah pasti menjamin masa depannya dan ia tidak perlu lagi merasa gelisah. Demikian pula ia tidak akan mempersoalkan masa lalunya. Sebab ia berbuat segala sesuatu menurut tugasnya, meski perbuatannya belum mencapai hasil dan belum membuahkan keberhasilan-keberhasilan secara lahiriah.
Di samping mereka yang menerima hidayah ilahi melalui ikhtiar dan berakhir dengan kebaikan, terdapat segolongan manusia yang berpaling dari ayat-ayat ilahi dan mendustakannya atas dasar pengingkaran dan kekufuran. Sebab-sebab hidayah Allah adalah ayat-ayat-Nya yang jelas dan terang. Namun orang yang memandangnya atas dasar kekufuran dan penolakan kebenaran, tidak hanya menolaknya, bahkan mendustakan kebenarannya dan membohongkan kedatangan wahyu tersebut dari Allah Swt.
Akhirnya, pada Hari Kiamat orang-orang seperti ini merupakan korban api neraka. Karena pengingkaran dan pembangkangan merupakan sifat dan perilaku mereka selamanya, maka neraka akan menjadi tempat abadi bagi mereka. Ayat di atas mengajarkan kepada kita bahwa Allah juga menyiapkan sebab-sebab hidayah untuk orang-orang kafir, tapi mereka tidak mau menerima hidayah tersebut. Akibatnya api nerakalah yang menjadi bagian mereka untuk selama-lamanya.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Terkadang satu perbuatan salah, akibatnya meliputi satu keturunan dan bangsa. Adam tidak melakukan lebih dari satu kesalahan, namun ia dan keturunannya dikeluarkan dari surga.
2. Allah sama sekali tidak menjauhkan rahmat-Nya dari manusia, meski Adam melanggar. Tapi Allah juga menetapkan jalan taubat dan menyediakan sarana-sarana hidayah baginya.
3. Hidayah ilahi bermula dan bersamaan dengan tinggalnya manusia di muka bumi. Satu-satunya hidayah hakiki ialah yang berasal dari sisi Allah.
4. Ikhtiyar merupakan kekhususan manusia. Manusia tidak dipaksa menerima hidayah. Oleh karena itu, di antara mereka ada yang menjadi kelompok mukmin dan kelompok kafir.
5. Orang-orang yang mendapat hidayah dan petunjuk ilahi berakhir dalam kebahagian hakiki dan jauh dari segala bentuk kegelisahan dan kegoncangan. (IRIB Indonesia)
Kesempatan Terakhir Yunani Tetap di Zona Euro
Yunani di antara negara-negara zona euro, kondisi ekonominya paling parah dan menghadapi jalan tersulit untuk keluar dari kondisi saat ini yang tengah dihadapinya. Oleh karena itu, tak heran jika beredar isu santer dan peringatan atas keluarnya negara ini dari zona euro.
Ketua sidang menteri keuangan zona euro, Jean-Claude Juncker mengingat kondisi berbahaya Yunani dan kemungkinan keluarnya negara ini dari zona euro memperingatkan rakyat Athena bahwa ini merupakan kesempatan terakhir bagi negaranya. Juncker sendiri sebenarnya menentang Yunani keluar dari zona euro. Saat berdialog dengan Perdana Menteri Yunani, Antonis Samaras mengatakan bahwa Athena harus menjalankan tuntutan Komisi Eropa, IMB, dan Bank Central Eropa (ECB) (Kelompok Trioka).
Dalam reaksinya atas pernyataan Juncker, Antonis Samaras menandaskan, dengan usaha rakyat negarnaya dan bukannya sekedar berbicara, mereka akan membuktikan bahwa Yunani tidak perlu keluar dari zona euro.
Juncker menjelaskan, seluruh tuntutan kelompok trioka harus dilaksanakan oleh Yunani dan keberhasilan Athena keluar dari krisis ekonomi sangat tergantung oleh bangsa serta usaha pemerintah negara ini. Ia mengingatkan bahwa pemberiaan sejumlah hutang oleh kelompok trioka kepada Yunani masih bersyarat. Syarat tersebut adalah kinerja dan pelaksanaan tuntutan mereka oleh pemerintah Yunani.
Kelompok trioka tahun lalu sepakat mengucurkan hutang kepada Yunani sebesar 130 miliar Euro yang akan diberikan secara bertahap. Antonis Samaras saat jumpa pers menandaskan, Yunani akan mengerahkan segenap usahanya untuk keluar dari krisis finansial yang dihadapinya dan akan menjalankan seluruh tuntutan kelompok trioka. Di sisi lain, ia menyatakan bahwa Yunani membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembalikan hutang-hutangnya.
Antonis Samaras juga dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Presiden Perancis, Angela Merkel pekan ini. Pertemuan ini untuk menentukan apakah Yunani layak untuk menerima cicilan hutang ketiga senilai 31,5 miliar euro atau tidak. Salah satu syarat yang ditetapkan kelompok trioka kepada Yunani bahwa Athena dalam dua tahun mendatang harus mampu menghemat anggaran publik sebesar 11,5 miliar Euro.
Yunani sejak tahun 2010 telah menerima bantuan senilai 110 miliar Euro dan selanjutnya juga menerima bantuan senilai 130 miliar Euro yang diberikan secara bertahap. Yunani juga memiliki obligasi senilai 107 miliar Euro di para investor swasta.
Menurut para pengamat, Perdana Menteri Antonis Samaras harus bertanggung jawab atas ketidakpuasan sejumlah warga Yunani yang memilih kubu oposisi dan menentang kebijakan penghematan ekonomi seperti yang terapkan kubu kiri. Sejatinya Yunani saat ini tengah mengadapi kondisi yang sangat rumit dan komplek.
Di satu sisi Yunani mendapat tekanan berat dari Uni Eropa akibat kondisi krisis parah yang dialaminya untuk meningkatkan kebijakan penghematan ekonominya dan dari sisi lain, mengingat dampak negatif dari pelaksanaan kebijakan pengetatan ekonomi sehingga pemerintah mengadapi protes rakyat, maka isu keluar atau tidaknya negara ini dari zona euro pasti berdampak terhadap negara lain seperti Spanyol dan Italia yang juga tengah menghadapi kondisi yang sama. (IRIB Indonesia/MF)
Mesir Baru yang Dikhawatirkan Israel
Naiknya Mursi sebagai presiden Mesir menandai babak baru hubungan Kairo-Tel Aviv. Selama beberapa dekade di bawah kekuasaan rezim Mubarak, Mesir menjadi mitra dekat Israel. Berkat rezim diktator itu, Israel mendapat pasokan gas murah. Tidak hanya itu, Mubarak juga menjadi mediator berbagai perundingan antara Israel dan bangsa-bangsa Arab yang selalu berakhir dengan pemberian poin lebih besar bagi Tel Aviv.
Tapi, itu cerita lama sebelum revolusi rakyat menumbangkan rezim boneka Barat di negeri seribu menara itu. Kini, Mesir baru di bawah kepemimpinan Mursi mulai mengubah arah yang membuat Israel ketar-ketir. Baru hitungan minggu menjabat sebagai presiden, Mursi sudah menempatkan sejumlah pasukan yang disertai persenjataan berat di perbatasan Israel-Mesir.Terang saja tindakan ini memicu kekhawatiran Tel Aviv. Rezim Zionis mendesak Mesir segera menarik senjata-senjata beratnya dari wilayah gurun Sinai. Radio Israel melaporkan bahwa Israel terus memantau tindakan Mesir di wilayah Sinai dengan penuh kekhawatiran.
Sebelumnya, Koran Zionis Haarezt Jumat (17/8) mengungkapkan bahwa sekelompok pasukan militer Mesir masuk ke wilayah Sinai dengan persetujuan Israel, namun pengerahan sejumlah pasukan lainnya ke wilayah tersebut tanpa kesepakatan dengan Tel Aviv. Koran rezim Zionis menegaskan, berdasarkan perjanjian damai Camp David, Kairo tidak diperbolehkan mengirim tank ke sejumlah wilayah Sinai dan el-Arish. Namun beberapa hari lalu Mesir telah mengerahkan puluhan tank ke wilayah itu. Bahkan Kairo bersikeras tetap menempatkan pasukannya di Sinai hingga operasi militer di wilayah tersebut selesai. Pasca tewasnya 16 pasukan penjaga perbatasan Mesir di Sinai, Kairo mengerahkan pasukannya ke wilayah itu untuk menumpas milisi bersenjata.
Sejumlah pakar politik Mesir menilai Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyerangan di perbatasan itu. Cara itu ditempuh Tel Aviv untuk mencegah berlanjutnya hubungan antar Mesir dan Palestina. Dengan demikian, Israel dapat melanjutkan blokadenya atas Jalur Gaza.
Panik menyikapi kondisi terbaru tersebut, rezim Zionis menempatkan sistem anti rudalnya di wilayah yang berbatasan dengan Mesir. Juru bicara militer Israel Senin (20/8) mengatakan, Israel dalam koridor program anti-rudal Iron Dome menempatkan rudal pelacaknya di dekat kota Eilat, di perbatasan bersama dengan Mesir. Jubir militer Israel ini mengklaim, langkah tersebut ditujukan untuk mempertahankan diri dari serangan roket dan rudal di perbatasan kolektif ini.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan, penempatan tank-tank militer Mesir di Gurun Sinai adalah pelanggaran nyata terhadap perjanjian Camp David.
Dalam situasi panik itu, Israel semakin murung menyikapi perubahan besar di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Dukungan Mesir terhadap Iran sebagai tuan rumah KTT GNB ke-16 menorehkan luka baru bagi Israel. Kini, negara sohib lamanya telah berkoalisi dengan musuh. Dan segala cara ditempuh Israel untuk menggagalkan dukungan publik internasional terhadap koalisi baru di Tehran. Untuk kepentingan itu, Netanyahu harus rela menelpon Ban Ki-moon supaya Sekjen PBB itu menggagalkan kehadirannya di KTT GNB akhir Agustus ini. Tapi semua seperti tidak mendengarkannya. Meminjam tangan AS pun sudah tidak terlalu ampuh. Mesir bersama Iran di GNB dan negara lainnya akan menjadi sebuah koalisi baru yang akan membuat Israel kian terkucil melebihi sebelumnya. (IRIB Indonesia/PH)
Dampak Buruk Penangkapan Sheikh Nemr Bagi Rezim Al-Saud
Kekhawatiran terkait kondisi Sheikh Baqir al-Nemr, ulama Syiah Arab Saudi setelah satu bulan setengah melakukan aksi mogok makan semakin meningkat. Lebaga HAM al-Sharq baru-baru ini menyatakan kekhawatirannya atas keselamatan Sheikh Nemr.
Lembaga HAM ini meminta masyarakat dunia menghubungi petinggi Arab Saudi untuk mengizinkan keluarga, pengacara dan aktivis HAM menemui ulama Syiah ini. Al-Shaqr menuding pemerintah Arab Saudi bertanggung jawab atas setiap bencana yang menimpa Sheikh Nemr dan menuntut Riyadh segera membebaskannya tanpa syarat.
Lembaga HAM ini menambahkan, Sheikh Nemr tidak membatasi aksi mogok makannya dan sipir penjara mengikatnya ke ranjang serta memaksanya untuk makan. Pasukan keamanan Arab Suadi bulan lalu menciderai Sheikh Nemr di pahanya baru kemudian menangkap ulama Syiah ini.
Situs al-Ahrar al-Qatif juga menyatakan bahwa Arab Saudi timur terus bergejolak memprotes penangkapan Sheikh Nemr. Arab Pers dalam sebuah analisanya berusaha membongkar tujuan rezim al-Saud menangkap Sheikh Nemr. Menurut situs ini, Sheikh Nemr termasuk tokoh yang kerap membuat rezim al-Saud berada dalam kesulitan dan ia menuntut penggulingan rezim despotik ini.
Majalah Foreing Policy, cetakan Amerika Serikat menulis, keluarga al-Saud berusaha mencitrakan kerusuhan yang tengah berlangsung adalah friksi antarmazhab (Sunni-Syiah) dengan menangkap Sheikh Nemr serta menutupi tujuan politik rakyat yang tengah melakukan aksi protes.
Televisi al-Manar melaporkan, penangkapan Sheikh Nemr yang didakwa oleh Departemen Dalam Negeri Arab Saudi sebagai pengobar fitnah, mungkin dapat disebut sebagai kesalahan terbesar rezim al-Saud, karena setelah penangkapan ini aksi gelombang protes rakyat semakin meningkat dan berkesinambungan. Televisi ini mengingatkan, sumber-sumber diplomatik Barat juga menekankan bahwa penangkapan Sheikh Nemr, ulama besar Syiah di Arab Saudi timur dan oposan terbesar pemerintah Riyadh termasuk langkah keamanan dan politik paling berbahaya bagi stabilitas di kawasan timur Arab Saudi ini.
Press TV dalam lapornnya terkait berlanjutnya kekerasan terhadap rakyat revolusioner Arab Saudi oleh rezim al-Saud menulis, meski kekerasan terhadap kubu revolusioner terus digalakkan, namun mereka tetap konsisten dengan aksinya serta tuntutanya untuk menggulingkan rezim al-Saud. Rakyat juga menuntut dibentuknya pemerintahan sipil.
Meluasnya aksi protes ke seluruh wilayah Arab Saudi dan dibarengi dengan keputusan sejumlah kelompok untuk membentuk pasukan bersenjata melawan rezim al-Saud telah memaksa Riyadh menghadapi krisis serius. Jika perlawanan ini telah dimulai maka dipastikan kita akan menyaksikan bentrokan berdarah di berbagai kota antara kubu anti pemerintah dan pasukan rezim al-Saud. Hal ini selain mengakibatan kerugian yang besar, juga pasti membuat sendi-sendi pemerintahan Arab Saudi goyah. (IRIB Indonesia/MF)