
کمالوندی
Surat Fusshilat ayat 45-48
وَلَقَدْ آَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَاخْتُلِفَ فِيهِ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (45)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan Sesungguhnya mereka terhadap Al Quran benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan. (41: 45)
Pada pembahasan sebelumnya, orang-orang Musyrik Mekah menolak al-Quran sebagai mukjizat dengan mengatakan,"Karena Al-Quran-mu berbahasa Arab, maka bukan mukjizat. Jika bisa datangkan kitab dengan bahasa lain sebagai mukjizat,".
Menanggapi pernyataan mereka, Rasulullah Saw bersabda, "Pada masa Nabi Musa, kaum Bani Israel menyampaikan alasan serupa yang mempersoalkan kebenaran kitab Taurat. Tapi Allah swt tidak segera mengazab mereka, karena ketergesa-gesaan dalam memberikan hukuman tidak sesuai dengan rahmat-Nya. Jika bukan karena Rahmat Allah swt, maka orang-orang Kafir di dunia ini akan segera diazab.
Keraguan orang-orang Musyrik yang dijelaskan dalam al-Quran bukan keraguan yang bersifat alamiah karena penyelidikan untuk mencari kebenaran.Tapi keraguan yang dilandasi prasangka buruk. Mereka setiap hari memberikan alasan bermacam-macam untuk menentang seruan dakwah para Nabi dan Rasul, serta menghalangi orang lain beriman.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Rahmat ilahi memberikan kesempatan kepada orang-orang yang berdosa dan Kafir untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Jika tidak, maka siapapun yang melakukan dosa maupun kesesatan, maka akan segera diazab dan berakhir usianya.
2. Keraguan adalah jalan menuju hakikat. Keraguan sebagai pintu pembuka untuk menyingkap kebenaran, bukan sebagai alat untuk menolak kebenaran dan prasangka buruk.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (46)
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya. (41: 46)
Melanjutkan ayat sebelumnya mengenai Sunatullah tentang orang-orang Kafir, ayat ini juga menyinggung hukum universal mengenai perbuatan manusia bahwa siapapun yang melakukan perbuatan baik, maka manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebaliknya, perbuatan buruk juga akan kembali kepada orang yang melakukannya. Dengan kata lain, pahala dan hukuman disesuaikan dengan perbuatannya masing-masing. Sebab, Allah swt tidak pernah zalim kepada hambanya.
Selain itu, sistem ganjaran dan hukuman dalam tatanan masyarakat di dunia disesuaikan dengan kesepakatan dan perjanjian yang dicapai pihak tertentu. Tapi ganjaran dan hukuman ilahi bukan jenis kesepakatan, namun berdasarkan hubungan antara amal dan balasannya dengan ukuran yang seadil-adilnya.
Sebagai contoh, jika seseorang secara sadar mengkonsumsi makanan yang rusak atau beracun, maka ia akan menderita penyakit tertentu dan merasakan akibat tindakannya tersebut. Rasa sakit tersebut tentu saja hanya dialami oleh pelakunya saja, bukan orang lain yang tidak melakukannya.
Dosa dan kufur seperti makanan beracun yang merusak mental dan spiritual manusia. Dampaknya di dunia ini dalam berbagai bentuk yang dialami oleh pelakunya. Di akhirat kelak, mereka juga akan menghadapi siksaan neraka jahanan.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ketika kita memiliki ikhtiar untuk melakukan sebuah perbuatan, maka perbuatan tersebut dan dampaknya hanya kita yang merasakan serta mempertanggungjawabkanya sendiri.
2. Ketika musibah dan peristiwa yang tidak menyenangkan menimpa kita, maka kita tidak bisa menyalahkan Tuhan, sebab musibah tersebut buah dari perbuatan kita sendiri dan Tuhan tidak pernah zalim kepada hambanya.
إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ السَّاعَةِ وَمَا تَخْرُجُ مِنْ ثَمَرَاتٍ مِنْ أَكْمَامِهَا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ أَيْنَ شُرَكَائِي قَالُوا آَذَنَّاكَ مَا مِنَّا مِنْ شَهِيدٍ (47) وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَدْعُونَ مِنْ قَبْلُ وَظَنُّوا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ (48)
Kepada-Nya-lah dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat. Dan tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari Tuhan memanggil mereka, “Dimanakah sekutu-sekutu-Ku itu?”, mereka menjawab, “Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorangpun di antara kami yang memberi kesaksian (bahwa Engkau punya sekutu).” (41: 47)
Dan hilang lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka sembah dahulu, dan mereka yakin bahwa tidak ada bagi mereka satu jalan keluarpun. (41: 48)
Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa Allah swt memberikan ganjaran dan hukuman sesuai perbuatan yang dilakukan manusia sendiri, sebab Allah swt tidak pernah zalim terhadap hambanya.
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan waktunya terjadi Kiamat, karena yang mengetahuinya hanya Allah swt. Meskipun Allah swt mengabarkan berita tentang Kiamat kepada utusan-Nya yang diteruskan kepada umat manusia, tapi rahasia kepastian terjadinya masih tertutup dan tidak ada seorangpun yang tahu.
Kelanjutan ayat menjelaskan bahwa tidak hanya rahasia Kiamat yang masih jadi misteri, tapi kematian kitapun masih jadi rahasia yang hanya diketahui oleh Allah swt. Ilmu Allah swt meliputi semua rahasia yang ada di alam semesta ini, dari pohon yang akan berbuah, perempuan yang akan melahirkan dan lainnya, hingga akhir kehidupan ini, serta terjadinya Kiamat.
Ayat di atas juga menjelaskan mengenai orang-orang Musyrik yang mengingkari Kiamat dan nasib mereka ketika hari Kiamat tiba. Di pengadilan Kiamat mereka ditanya, "Sesuatu yang dijadikan sekutu Tuhan olehmu di mana sekarang, mengapa tidak bisa menyelamatkanmu?". Mereka menjawab,"Kami tidak memiliki bukti atas perbuatan ini. Hari ini kami paham apa yang telah kami katakan sepenuhnya keliru dan batil,". Mereka menangis dan menyesali perbuatannya yang menjadikan sekutu bagi Allah swt, dan yang dijadikan sandarannya itu tidak bisa membantunya sama sekali. Ketika itu, mereka tahu bahwa tidak ada yang bisa dijadikan sandaran kecuali Allah swt.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tidak diketahuinya waktu terjadi Kiamat bukan alasan untuk menolaknya. Sebab dalam kehidupan ini kita sendiri tidak mengetahui banyak hal, padahal peristiwa itu pasti terjadi seperti datangnya kematian.
2. Ilmu Allah swt tidak hanya berkaitan dengan keseluruhan alam semesta saja, tapi juga menjangkau hal-hal yang paling partikular, karena tidak ada yang tersembunyi sama sekali bagi Allah swt.
3. Jangan melakukan perbuatan di dunia yang tidak akan membantu kita di akhirat kelak. Orang-orang Musyrik di Akhirat tidak berdaya dan sembahannya selama di dunia yang dijadikan sebagai sekutu Allah swt oleh mereka tidak bisa berbuata apa-apa untuk membantuknya.
4. Pada hari Kiamat, kebenaran akan tampak jelas. Ketika itu terbukti kebatilan semua berhala yang disembah dan dijadikan sandaran oleh orang-orang Musyrik.
Surat Fusshilat ayat 41-44
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ (41) لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ (42)
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. (41: 41)
Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (41: 42)
Dalam program sebelumnya, ada orang yang dengan ucapan menipu dan dengan menyimpangkan agama berusaha untuk menyeret manusia pada kesesatan dan menyiapkan sarana untuk masyarakat menyingkir dari agama dan al-Quran. Ayat ini mengatakan, “Al-Quran ini diturunkan untuk mengingatkan orang agar bangun dari tidur kelalaiannya dan kembali ke fitrah mereka yang suci.”
Sayangnya, beberapa orang tidak mempercayainya dan menyangkal kebenaran agama, sementara dengan pengingkarannya, mereka tidak dapat mengurangi nilai kitab samawi. Sementara kitab Allah abadi dan tak terkalahkan, kitab yang logikanya jelas, yang argumennya kuat, dan yang ajarannya berakar.
Dalam menggambarkan keagungan al-Quran, ayat-ayat mengatakan bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah, dan bahwa semua perbuatan-Nya didasarkan pada kebijaksanaan dan di puncak kesempurnaan dan kebenaran. Wajar jika sebuah kitab diturunkan dari Allah yang Bijaksana dan Terpuji, tidak memiliki kata yang salah di depan atau di belakangnya.
Tidak ada kontradiksi dalam ayat-ayatnya, aturan dan ajarannya tanpa kesalahan, dan tangan mereka yang menyimpangkannya tidak mampu melakukan apa-apa. Selain itu, tidak ada yang bisa menyangkal fakta-faktanya, di masa depan, penemuan dan kemajuan ilmiah manusia tidak akan dapat menyalahkan dan merusaknya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Untuk menghindari kesesatan dan kelalaian di dunia yang penuh ketegangan saat ini, mari kita membaca al-Quran, yang merupakan pengingat akan kebenaran.
2. Al-Quran mengabarkan tentang masa depan, bahwa tidak ada yang dapat merusaknya, tidak dapat ditahrif dan kebatilan tidak dapat memasukinya.
3. Berbagai konspirasi menentang al-Quran tidak berhasil. Karena itu, tidak peduli seberapa keras musuh-musuh al-Quran mencoba, mereka tidak dapat memarginalkannya dari masyarakat.
4. Karena ayat-ayat al-Quraan adalah manifestasi dari pengetahuan dan kebijaksanaan ilahi, ia benar dan bijaksana serta menjadi fondasi yang kuat untuk agama Islam.
مَا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ (43) وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آَذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ (44)
Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih. (41: 43)
Dan jikalau Kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan, “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut al-Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah, "Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (41: 44)
Mengikuti ayat-ayat sebelumnya, yang merujuk pada penolakan para penentang agama, ayat-ayat ini mengatakan, “Mereka bukan hanya berperang melawan al-Quran, tetapi juga memberi Nabi Islam nisbat yang tidak baik dan memanggilnya tukang sihir, penyair dan orang gila.” Allah berkata kepada Nabi Saw, “Para nabi sebelumnya juga menghadapi penisbatan buruk seperti ini dan terjebak dengan orang-orang seperti itu. Jadi abaikan kata-kata mereka dan ikuti misi Anda dengan sabar.”
Wajar jika Allah memaafkan orang-orang bodoh dan tidak bersalah, tetapi mereka yang dengan sengaja memfitnah dan berperang dengan al-Quran dan Nabi Allah akan dihukum berat.
Salah satu alasan yang diajukan oleh beberapa penentang Nabi Islam adalah mengapa kitab Anda dalam bahasa kita? Jika Anda seorang nabi, mukjizatnya adalah Anda akan mengirimkan kepada kami sebuah buku selain bahasa Arab sehingga kami dapat memahami bahwa Anda adalah Utusan Allah.
Menanggapi alasan-alasan kelompok itu, Allah berfirman, “Jika Kami menurunkan al-Quran dalam bahasa non-Arab, maka Anda akan menggunakan alasan bahwa kita adalah penutur bahasa Arab, ayat-ayat kitab ini tidak jelas dan dapat dimengerti dan kami tidak memahaminya. Sekarang karena sudah berbahasa Arab dan Anda mengerti isinya, Anda mencegah orang untuk mendengarkannya dengan membuat ungkapan sia-sia dan kontroversi.
Dalam kelanjutan dari ayat-ayat ini, dinyatakan, “Al-Quran adalah sumber bimbingan dan penyembuhan bagi mereka yang beriman. Tujuannya adalah untuk membimbing Anda menuju kehidupan yang bersih dan murni di dunia ini dan di akhirat. Al-Quran ingin menyembuhkan hati Anda dan membersihkan kotoran moral Anda untuk mencapai kesempurnaan manusia. Tetapi sayangnya, beberapa orang tidak ingin melihat kebenaran dan tidak suka mendengarnya, seolah-olah mereka tidak memiliki penglihatan dan pendengaran dan buta dan tuli. Jika mereka mendatangi al-Quran dengan semangat iman dan kebenaran, mereka akan dibimbing dalam terang ayat-ayat al-Quran, dan penyakit spiritual dan moral mereka akan disembuhkan. Tapi mereka kelihatannya buta dan tuli, saat ada suara memanggil mereka dari kejauhan, mereka tidak mendengar suara.”
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para pemimpin agama dan mubalig harus sabar menanggung hinaan dari penentang dan ucapan buruk mereka.
2. Pengampunan dan hukuman ilahi didasarkan pada kebijaksanaan, dan masing-masing mendorong orang yang saleh dan menghukum orang jahat, meskipun kemurahan Allah mendahului kemurkaan-Nya.
3. Alasan musuh tidak akan berakhir. Apapun yang dilakukan muslimin akan dicari kesalahan dan keburukannya untuk menyerang.
4. Al-Quran adalah kitab hidayah. Al-Quran adalah obat untuk penyakit mental, moral, sosial dan lainnya. Tentu saja, bagi mereka yang ingin memanfaatkan cahaya penuntun ini dan tidak menutup mata dan telinga mereka terhadapnya.
Surat Fusshilat ayat 37-40
وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (37) فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ (38)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah. (41: 37)
Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu. (41: 38)
Sebelumnya, telah dibicarakan tentang dakwah kepada orang lain menuju penyembahan kepada Allah. Ayat-ayat ini menyinggung satu dari contoh syirik sepanjang sejarah dan berkata, “Matahari dan bulan merupakan ciptaan Allah, tetapi bagaimana sebagian manusia bukannya menyembah Allah yang menciptakan matahari dan bulan, justru menyembah keduanya ini!?”
Pada hakikatnya, malam, siang, matahari dan bulan, semuanya termasuk ayat dan tanda-tanda Allah penguasa alam semesta, yang menjadi sumber ketenangan, siang yang bercahaya dan menjadi alat untuk bergerak. Keduanya ini menciptakan siklus kehidupan manusia secara bergantian dan tertib. Bila malam atau siang salah satu atau keduanya terjadi selamanya atau waktunya lebih lama, maka kehidupan makhluk hidup di bumi akan musnah dan bumi tidak layak untuk ditempati.
Matahari sumber dari semua berkah materi yang ada di sistem tata surya. Tidak diragukanlagi bahwa kehidupan di planet bumi berutang pada keberadaan matahari. Cahaya, panas, gerakan angin, turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, buah menjadi matang dan bahkan warna-warna indah bunga semua karena sinar matahari. Bila matahari tidak ada, semua makhluk hidup tidak akan muncul di permukaan bumi. Bulan juga memiliki gerakan yang stabil dan tertib di berbagai tempat dan menerangi bagian malam yang gelap serta menjadi pelita yang menuntun karavan atau mereka yang hilang di padang pasir.
Semua fenomena alam ini ciptaan Allah dan tanda-tanda nyata akan keberadaan-Nya. Tetapi sekelompok manusia, karena banyaknya berkah dari matahari dan bulan, bersujud kepada dua benda langit yang bercahaya ini dan menyembahnya. Harus dilihat, akal sehat manakah yang dapat menerima matahari dan bulan tercipta dengan sendirinya?! Kalian harus menyembah Zat yang menciptakan bulan dan matahari, di mana semua nikmat bersumber dari-Nya.
Menyembah bulan dan matahari sama seperti manusia melihat pigura yang berisikan lukisan yang sangat indah dan alih-alih memuji pelukis hebat dengan karyanya ini, justru mengagungkan pigura!?
Kelanjutan ayat mengatakan, “Di hadapan ajakan kepada penyembahan Allah, sekelompok manusia yang mencari kebenaran tidak menerima penyembahan bulan dan matahari dan memilih penyembahan kepada Allah, tetapi sebagian lain karena arogan dan fanatik kepada keyakinan leluhur mengambil sikap menentang kebenaran dan tidak mau berpikir.”
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Datang dan perginya malam dan siang serta manfaatnya yang banyak bagi manusia dan semua makhluk hidup termasuk tanda-tanda kekuasaan dan kebijksanaan Allah.
2. Mengenal alam dan unsur penting kehidupan jalan terbaik untuk mengenal Allah, tentu saja bagi mereka yang mengenal sumber penciptaan.
3. Prinsip penyembahan merupakan sesuatu yang fitri, tetapi banyak manusia salah dalam mengenal siapa yang harus disembah. Para nabi diutus untuk membimbing tuntutan fitrah manusia ini ke jalan yang lurus.
4. Sombong termasuk penghalang untuk mengenal hakikat dan menerimanya.
5. Allah tidak membutuhkan penyembahan hamba-Nya. Bila semua manusia melupakan Allah, malaikat berserah diri pada-Nya dan setiap hari tanpa mengenal lelah mengucapkan tasbih dan memuji-Nya.
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39)
Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (41: 39)
Setelah membicarakan matahari dan bulan, ayat ini berbicara tentang bumi dan daerah yang kering yang kemudian bergerak lagi dengan turunnya tetesan hujan yang memberikan kehidupan, lalu mengubah tempat itu menjadi daerah yang hijau dan penuh dengan bunga dan tumbuh-tumbuhan.
Tanah kering dan mati, di mana tidak ada produk yang dihasilkan kecuali tanah liat, batu bata, tembikar dan keramik, ketika air mengalir di permukaan bumi mengungkapkan efek kehidupan dan berbagai dampaknya. Dengan hujan, tanah menjadi tempat berkembang biak bagi berbagai tanaman dan pohon, dan kehidupan dan gerakan muncul di lembahnya.
Apa kekuatan sebenarnya yang, dengan mengirimkan tetesan hujan, menampakkan semua jejak kehidupan dari dalam tanah? Tidak diragukan lagi, ini adalah tanda dari pengetahuan dan kekuatan Allah yang tak terbatas. Tidak bisakah Tuhan seperti itu, yang tanda-tanda kekuasaan-Nya terlihat di mana-mana, membangkitkan orang mati pada Hari Kebangkitan? Apakah Anda meragukan kekuatannya dan Anda menganggapnya mustahil?
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manifestasi alam, seperti angin, hujan, tanah, dan tumbuh-tumbuhan, semuanya adalah tanda-tanda kuasa Allah yang tak terbatas. Jadi, kapan pun kita meragukan kekuatan-Nya, mari kita lihat fenomena alam semacam itu.
2. Keraguan dalam kuasa Allah adalah salah satu alasan mengapa beberapa orang menyangkal kebangkitan, bukan karena mereka memiliki alasan rasional yang kuat untuk menolak kebangkitan.
إِنَّ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي آَيَاتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَا أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آَمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (40)
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (41: 40)
Di hadapan para nabi dan orang-orang beriman yang mengajak manusia kepada Allah dan memberi tahu mereka tanda-tanda kebesaran-Nya, tetap saja ada manusia yang menyesatkan orang lain. Mereka berusaha membuat orang lain terlihat seperti diri mereka sendiri dan menjauhkan diri dari Allah dan para nabi.
Dengan pernyataan menipu dan tampaknya benar, kelompok ini mencoba menafsirkan kalam ilahi dan ajaran para nabi dengan cara yang membuatnya tidak konsisten dengan akal dan kebijaksanaan, yang menyebabkan orang lari dari kitab Allah. Seperti saat ini, ada aliran dan arus yang mencoba mengalihkan bangsa-bangsa dari memercayai agama dan kebangkitan dengan berbagai alat, terutama media.
Wajar jika hukuman bagi orang-orang yang, dengan menciptakan keraguan, mengembalikan orang-orang ke jalan kebenaran, adalah api neraka yang hebat pada Hari Kiamat. Berbeda dengan mereka yang, mengetahui kebenaran dan menerimanya, berada dalam bayang-bayang ilahi yang aman dan akhirnya hidup dalam keamanan dan kedamaian di surga.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jika Allah memberi tenggat waktu kepada orang yang sesat, itu bukan petanda kelalaian atau ketidaktahuannya, tetapi Sunnatullah adalah untuk memberi kelonggaran sehingga kehendak manusia terjaga dan ada kemungkinan untuk taubat dan kembali bagi mereka.
2. Di akhirat juga, nikmat terpenting bagi umat manusia adalah keamanan tubuh dan jiwa serta kedamaian pikiran.
3. Memiliki ikhtiar tidak berarti Anda diizinkan melakukan apa pun.
Surat Fusshilat ayat 31-36
نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)
Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. (41: 31)
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (41: 32)
Di ayat sebelumnya dijelaskan mengenai malaikat yang turun ke hati orang-orang mukmin dan mengabarkan berita gembira kepada mereka. Di akhirat kelak, orang-orang mukmin dijamu di Surga oleh Allah swt. Mereka bisa menikmati apa saja yang diinginkannya di Surga dari kenikmatan yang bersifat material hingga spiritual.
Di dunia, orang-orang mukmin berkewajiban untuk menjaga dan menahan hawa nafsunya dari berbagai godaan dan ajakan yang menyesatkan. Tapi di akhirat kelak, Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas semua yang dilakukan orang-orang Mukmin dan menjamunya dengan hidangan Surga.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Meskipun orang-orang Mukmin tidak memiliki banyak teman selama di dunia, tapi para malaikat langit akan menjadi teman sejati mereka di dunia dan akhirat dan menjadi penolongnya.
2. Kenikmatan di surga tidak hanya terbatas kelezatan materi yang ada di dunia saja, tapi segala sesuatu yang diinginkan manusia akan disediakan. Pastinya kelezatan di Surga tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan di dunia yang terbatas.
3. Allah swt menjamu para penghuni Surga berdasarkan rahmat dan maghfirah-Nya, yang menunjukkan kasih sayang-Nya yang tanpa batas.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (41: 33)
Menghadapi orang-orang yang tidak mau mendengarkan seruan Rasulullah Saw dan ayat al-Quran maupun yang tidak bersedia mengikuti kebenaran, ayat ini menjelaskan adanya orang-orang Mukmin yang mengajak manusia menuju jalan Allah swt dengan perkataan dan perilakunya. Mereka menyatakan bahwa dirinya adalah Muslim dan bangga dengan kemuslimannya.
Berdasarkan ayat ini, tidak ada seruan yang lebih baik dari mengajak menuju Tuhan dan tauhid yang disampaikan dengan perkataan dan perilaku yang baik. Tentu saja hanya mengetahui kebenaran saja tidak cukup, namun lebih dari itu harus mengamalkannya. Kemudian mengajak orang lain menuju jalan kebenaran dengan mengikuti perintah dan menaati larangan Allah swt dalam kehidupan.
Dalam hal ini, sebagian orang secara khusus mempelajari agama dan menjadi pendakwah untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Mereka adalah para ulama dan mubaligh yang memiliki kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan agama dari penyimpangan yang terjadi di tengah masyarakat.
Di luar dari peran khusus mereka sebagai mubaligh, setiap orang memiliki tanggung jawab sesuai kemampuan yang dimilikinya untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perkatan terbaik adalah mengajak manusia menuju jalan Allah swt dan lebih efektif disampaikan dalam amal perbuatan.
2. Mengumandangkan azan merupakan salah satu cara yang paling mudah dan sederhana untuk mengajak orang menuju Tuhan.
3. Sebagai Muslim dan orang yang berserah diri kepada Allah kita harus bangga, dan tidak merasa lemah menghadapi hinaan maupun cacian dari orang yang menghina keyakinan kita.
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (41: 34)
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (41: 35)
Para penentang kebenaran melakukan berbagai cara dari cacian, hinaan hingga ancaman terhadap orang-orang mukmin yang menyampaikan dakwah menuju jalan kebenaran. Tapi mereka harus dihadapi dengan sabar dan cara yang baik.
Di ayat ini Allah swt berfirman bahwa orang-orang yang menyampaikan kebenaran tidak boleh membalas keburukan dengan keburukan, tapi tunjukkan kebaikan kepada mereka. Kebenaran disampaikan dengan kasih sayang dan lemah lembut. Niat dan perbuatan yang baik akan mengubah perilaku buruk menjadi baik.
Jalan kehidupan para Nabi dan Rasulullah Saw serta Ahlul Baitnya berdasarkan ajaran al-Quran. Akhlak mulia mereka senantiasa menjadikan para penentangnya malu atas perilaku buruknya. Sebagaimana peristiwa Futuh Mekah, ketika sebagian Muslim menyerukan aksi balas dendam terhadap orang-orang kafir, Rasullah Saw justru mengampuni mereka. Perilaku mulia Rasulullah Saw ini menjadi magnet yang menarik hari semua orang.
Tentu saja cara-cara menghadapi para penentang kebenaran seperti ini bukan pekerjaan mudah dan membutuhkan kelapangan dada dan kesabaran yang tinggi. Sejatinya orang-orang Mukmin yang sudah mencapai kesempurnaan akhlaknya akan menghilangkan sifat balas dendam dalam dirinya dan menggantikannya dengan pemaaf.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu contoh perbuatan baik dalam berdakwah adalah tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi digantikan dengan kebaikan.
2. Dalam perang menghadapi musuh, pembalasan merupakan tindakan yang bisa diterima. Tapi dalam hubungan sosial, pembalasan atau aksi balas dendam bukan tanda kesabaran dan kemuliaan. Sebab aksi balas dendam justru akan meningkatkan konflik di tengah masyarakat.
3. Kesabaran menghadapi perkataan dan perbuatan tercela orang lain membutuhkan keimanan yang kuat dan ketinggian akhlak.
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (36)
Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (41: 36)
Setan membisikkan dan menggoda manusia dengan berbagai cara. Salah satu sifat setan adalah menciptakan perselisihan di tengah manusia, dan tidak menyukai upaya untuk mewujudkan perdamaian dan persahabatan. Setan membisikkan kedengkian, dendam dan permusuhan dalam diri manusia yang akan menjauhkan dari kebenaran.
Al-Quran di ayat ini menyampaikan kepada Rasulullah Saw dan orang-orang Mukmin bahwa setiap kali datang godaan setan, mohonlah perlindungan dari Allah swt, karena Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kedengkian dan dendam merupakan salah satu godaan setan. Salah satu seruan ilahi adalah membalas perbuatan buruk orang lain dengan kebaikan, dan kebenaran disampaikan dengan lemah lembut dan cara yang baik.
2. Siapapun yang membisikkan kepada manusia keburukan dan kesesatan, maka termasuk setan, meskipun bentuknya manusia.
3. Kita harus senantiasa berlindung kepada Allah swt supaya selamat dari bisikkan dan godaan setan yang mengajak ke jalan kesesatan.
Surat Fusshilat ayat 29-30
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ الْأَسْفَلِينَ (29)
Dan orang-orang kafir berkata, “Ya Rabb kami perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jinn dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina.” (41: 29)
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa sebagian dari orang kafir menghalangi orang lain untuk mendengarkan ayat al-Quran. Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang tersesat karena mereka, maka di hari kiamat akan menggugatnya.
Orang-orang yang disesatkan ini akan meminta kepada Allah swt supaya siapa saja yang telah menyesatkannya ditempatkan di tempat yang terburuk di neraka jahanam. Selain itu, di hari Kiamat kelak mereka juga meminta kepada Allah supaya orang-orang yang menyesatkan mereka dengan kekuasaanya selama di dunia dihinakan sehina-hinanya.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang-orang Kafir pada hari Kiamat kelak akan diadukan akibat perbuatannya di dunia oleh orang-orang yang telah disesatkan jalannya dari kebenaran.
2. Faktor penyebab kesesatan manusia sangat banyak, salah satunya karena adanya orang-orang yang menggoda dan mengajak yang lain menuju jalan kesesatan.
3. Para pengikut pemimpin-pemimpin kafir dan sesat, yang telah menyesatkan orang lain dengan kekuasaannya selama di dunia mengharapkan orang-orang yang telah menyesatkannya berada dalam kehinaan.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (41: 30)
Meskipun orang-orang kafir dan sesat mengajak orang lain menempuh jalan kesesatan dan sebagian orang mengikutinya, tapi ada juga oran-orang yang tetap teguh di jalan kebenaran. Mereka hanya beriman kepada Allah swt dan tidak memperhatikan seruan dari orang-orang yang berusaha meyesatkannya. Mereka mengatakan,"Tuhan kami ialah Allah".
Dengan prinsip yang dipegang teguh ini, mereka tetap berada di jalan kebenaran dan tidak tergoda untuk mengikuti seruan orang-orang yang ingin menyesatkannya. Keimanan terhadap Kiamat dan janji Ilahi menyebabkan pendirian mereka teguh menghadapi setiap godaan dan ajakan duniawi yang melalaikannya. Oleh karena itu, tidak ada faktor yang bisa melemahkan keimanan dan keteguhannya dalam menjalankan kewajiban agama.
Banyak orang yang mengaku beriman kepada Allah swt, tapi dalam praktiknya hanya sedikit yang tetap teguh dalam keimanannya. Sebab sebagian orang tidak kuat menahan godaan hawa nafsu dunia, ataupun ketika kepentingannya terganggu,l maka imannya melemah. Oleh karena itu, orang-orang yang keimanannya kuat menghadapi setiap godaan dan ajakan yang melemahkan keimanannya hanya sedikit saja. Selain itu, tidak banyak yang kuat menjaga keimanannya menghadapi ancaman musuh.
Allah swt menolong mukmin sejati. Salah satu pertolongan ilahi adalah menurunkan malaikat yang membisikan kekuatan dalam hati mereka akan datangnya pertolongan dari Allah swt, sehingga tidak pernah takut menghadapi setiap ancaman musuh maupun kegelisahan dalam dirinya. Malaikat mengabarkan surga kepada mukmin sejati.
Tidak diragukan lagi, berita gembira dari malaikat yang disampaikan ke dalam diri orang-orang mukmin akan memperkuat keimanan mereka menghadapi setiap godaan, ajakan dan ancama musuh. Oleh karena itu, salah satu kewajiban seorang mukmin di dunia adalah mengendalikan dirinya supaya tidak mengikuti hawa nafsu yang menyeretnya menuju kesesatan.
Di akhirat kelak, Allah swt akan membalas setiap orang atas pengabdian dan penjagaan dirinya selama di dunia. Di Surga mereka akan dilayani dengan baik. Mereka menjadi tamu Allah di surga yang abadi. Mereka akan dijamu oleh tuan rumah yang Maha Pengasih dan Penyayang di akhirat kelak.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Meskipun Mukmin yang teguh menjaga keimanannya hanya memiliki sedikit teman di dunia, tapi para malaikat akan menjadi teman langit mereka di dunia dan akhirat. Para malaikat akan membantu dan menolong mereka.
2. Segala sesuatu yang nikmat bagi manusia, akan disediakan di Surga kelak. Pastinya kelezatan di Surga tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan di dunia yang terbatas.
3. Allah swt menjamu para penghuni Surga berdasarkan rahmat dan maghfirah-Nya, yang menunjukkan kasih sayang-Nya yang tanpa batas.
Surat Fusshilat ayat 24-28
فَإِنْ يَصْبِرُوا فَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ وَإِنْ يَسْتَعْتِبُوا فَمَا هُمْ مِنَ الْمُعْتَبِينَ (24) وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاءَ فَزَيَّنُوا لَهُمْ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (25)
Jika mereka bersabar (menderita azab) maka nerakalah tempat diam mereka dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya. (41: 24)
Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jinn dan manusia, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. (41: 25)
Taubat tidak diterima lagi di hari kiamat, karena ini dilakukan akibat rasa takut terhadap api neraka, bukan karena kesadaran. Pada hari itu, keadaan mereka tidak akan berubah baik bersabar atau mencari-cari pembenaran. Meskipun mereka memohon ampunan, tetap tidak akan menyelamatkannya dan mereka menjadi penghuni neraka.
Menurut ayat ini, azab ini dikarenakan salah pergaulan selama di dunia. Saat seseorang berbuat dosa, teman yang buruk justru mendorongnya untuk meneruskan perbuatan dosa, bukannya memberikan teguran dan nasihat. Ia mengesankan perbuatan dosa sebagai keindahan dan terpuji.
Teman yang buruk ini akan mendominasi individu lain dan meracuni pikirannya sehingga ia tidak bisa membedakan antara perbuatan baik dan buruk. Kebaikan tampak buruk di matanya, sementara dosa terlihat indah. Jadi, seseorang bisa terperosok dalam dosa karena salah pergaulan.
Jika ini terjadi, individu tersebut telah menghancurkan masa depannya dan menutup jalan keselamatan bagi dirinya. Banyak orang terjebak di jalan ini dan mereka tidak sampai ke tempat tujuan selain gerbang neraka.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kesempatan bertaubat hanya ada di dunia, dan pintu taubat telah tertutup rapat di akhirat.
2. Manusia harus selalu waspada agar tidak salah bergaul, karena orang jahat akan menggunakan banyak trik untuk merusak pikiran dan kepribadian kita, dan akhirnya menggiring kita ke neraka.
3. Orang yang memuji perbuatan buruk kita, ia bukanlah teman kita, melainkan syaitan dalam wujud manusia. Ia bersikap seperti syaitan yang memandang dosa sebagai keindahan.
4. Kehancuran manusia terjadi secara bertahap. Teman yang jahat pertama-tama mengesankan dosa sebagai keindahan dan orang lain tanpa sadar mulai menyukai perbuatan dosa dan larut di dalamnya. Di sini, ia telah menjadi orang-orang yang merugi.
5. Teman jahat tidak akan menambah sesuatu bagi kita, tetapi justru menjadikan kita binasa di dunia dan akhirat.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآَنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ (26) فَلَنُذِيقَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا عَذَابًا شَدِيدًا وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ (27) ذَلِكَ جَزَاءُ أَعْدَاءِ اللَّهِ النَّارُ لَهُمْ فِيهَا دَارُ الْخُلْدِ جَزَاءً بِمَا كَانُوا بِآَيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (28)
Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.” (41: 26)
Maka sesungguhnya Kami akan merasakan azab yang keras kepada orang-orang kafir dan Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan seburuk-buruk pembalasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (41: 27)
Demikianlah balasan terhadap musuh-musuh Allah, (yaitu) neraka; mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di dalamnya sebagai balasan atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Kami. (41: 28)
Ayat ini berbicara tentang salah satu perbuatan buruk yang dilakukan kaum musyrik Makkah terhadap Rasulullah Saw. Setiap kali Rasul membacakan ayat-ayat al-Quran kepada penduduk Makkah, mereka bersorak-sorai atau bersyair dengan suara keras sehingga bacaan Rasulullah tidak sampai ke masyarakat.
Cara seperti ini masih ditemukan di masa sekarang. Kaum kafir mengetahui bahwa ketika orang-orang memahami kebenaran al-Quran, maka banyak dari mereka akan mengimaninya. Oleh sebab itu, musuh menggunakan propaganda media dan membuat kegaduhan agar kebenaran al-Quran dan Islam tidak sampai ke telingan penduduk dunia.
Kaum kafir menggunakan metode langsung dan tidak langsung untuk mencapai tujuannya. Mereka melecehkan ajaran Islam lewat berbagai sarana seperti film, teater, lukisan, karikatur, dan buku. Mereka menyebarkan hoaks tentang Islam dan membuat fitnah untuk mencoreng citra Islam sehingga masyarakat dunia membencinya.
Musuh mengira bahwa cara itu dapat mencegah penyebaran Islam. Tidak diragukan lagi, ciri khas kebenaran adalah mematahkan setiap rintangan dan membuka jalannya. Inilah yang menjadi alasan mengapa al-Quran terus disambut di dunia.
Azab yang pedih tentu akan menanti orang-orang yang menghalangi masyarakat dari mendengarkan ayat-ayat al-Quran, dan juga ingin menjadikan orang lain seperti dirinya berada dalam kesesatan.
Orang yang selalu mengingkari ayat-ayat al-Quran, sebenarnya mereka-lah musuh Tuhan dan agama. Tentu saja mereka akan memperoleh siksa yang pedih dan tidak ada jalan lari dari azab neraka.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang tidak punya argumentasi rasional biasanya menggunakan berbagai cara untuk menghalangi masyarakat mendengarkan ucapan rasional orang lain.
2. Al-Quran punya daya tarik dan pengaruh yang menakjubkan, sehingga lantunan ayat-ayatnya mampu membuat orang lain beriman. Oleh sebab itu, musuh berusaha mencegah hal ini terjadi.
3. Musuh memanfaatkan berbagai sarana agar kebenaran al-Quran dan Islam tidak sampai ke penduduk dunia.
4. Neraka akan menjadi rumah abadi bagi mereka yang secara sadar dan sengaja memerangi kebenaran, dan ini adalah sebuah balasan yang adil.
Surat Fusshilat ayat 19-23
وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَاءُ اللَّهِ إِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (19) حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (20)
Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. (41: 19)
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. (41: 20)
Ayat sebelumnya berbicara tentang siksa yang diterima oleh orang-orang zalim di dunia, sementara dua ayat tersebut mengenai azab hari akhirat. Orang-orang yang melawan para nabi dan menentang ajaran yang dibawanya, mereka adalah musuh-musuh Allah Swt dan sedang menentang perintah Tuhan.
Di hari kiamat, mereka dibelenggu seperti para pelaku kriminal dan digiring menuju ke dalam neraka. Ketika melihat api neraka, mereka mengingkari dosanya dan mengaku tidak bersalah.
Namun, anggota badan mereka yaitu pendengaran, penglihatan, dan kulit akan menjadi saksi dan memberikan kesaksian terhadap pemiliknya. Kesaksian ini tidak dapat dibantah, karena diberikan oleh anggota badannya sendiri.
Anggota badan setiap individu selalu hadir bersamanya dan menyaksikan segala hal, dan sekarang memberikan kesaksiannya. Kesaksian ukhrawi ini menunjukkan bahwa semua ucapan dan perbuatan manusia selama di dunia telah direkam dan rekamannya tersimpan di anggota badan mereka.
Jadi, hari kiamat adalah hari terbongkarnya semua skandal, hari di mana seluruh wujud manusia memberikan kesaksian dan membongkar seluruh rahasia pemiliknya. Para pendosa tentu saja diliputi ketakutan yang luar biasa.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Syirik dan kekufuran memiliki beberapa fase, dan manusia kadang tidak hanya mengingkari Tuhan, tetapi juga bangkit memusuhi-Nya. Karena kedengkian dan permusuhannya terhadap kebenaran, mereka menyusun rencana jahat dan aksi nyata terhadap kitab Allah dan ajaran para nabi.
2. Kesaksian anggota badan menunjukkan bahwa mereka mengetahui semua perbuatan manusia dan apa yang dilihatnya di dunia, akan diungkapkan di akhirat.
وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (21) وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (22) وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23)
Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan". (41: 21)
Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. (41: 22)
Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (41: 23)
Para pendosa terkejut dan memprotes kesaksian yang disampaikan anggota badan terhadap pemiliknya. Sebab, seluruh anggota badan ini telah menemani manusia selama bertahun-tahun dan mereka juga menjaga anggota tubuhnya dengan baik. Lalu, mengapa sekarang anggota badan "berkhianat?"
Ternyata anggota badan juga punya jawaban yang tegas. Mereka berkata, "Kami tidak berbicara atas kehendak kami sendiri, tetapi Allah yang telah menciptakan kalian di dunia dan membangkitkan kalian setelah kematian, Dia membuat segala sesuatu dapat berbicara dan kehendak Tuhan juga meliputi diri kami."
Ketika di dunia disampaikan kepada kalian bahwa Allah Swt itu ada dan menyaksikan semua perbuatan kalian serta tidak ada yang luput dari-Nya, kalian justru mengingkari-Nya. Kalian mengira Tuhan tidak tahu atas banyak perbuatan yang kalian lakukan.
Seluruh anggota badan berkata, "Kalian tidak mengira bahwa kami juga menjadi saksi atas ucapan dan perbuatan manusia, suatu hari kami akan berbicara dan memberikan kesaksian terhadap kalian. Kalian berbuat dosa di tempat sepi dan kalian lupa bahwa Allah mengetahui seluruh rahasia kalian. Para pencatat amal juga hadir bersama kalian dan mengawasi perbuatan manusia. Kami anggota badan juga menyaksikan perbuatan kalian. Keyakinan batil kalian tentang Allah telah menyebabkan kalian binasa dan termasuk orang-orang yang merugi."
Perlu dicatat bahwa kemampuan berbicara di hari kiamat tidak hanya dimiliki oleh anggota badan manusia, tapi al-Quran juga menjelaskan bumi, langit, dan neraka berbicara pada hari kiamat.
Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hakikat manusia terletak pada ruhnya, sementara jasad hanya sebuah sarana. Oleh sebab itu, anggota badan dapat memberikan kesaksian terhadap hakikat manusia di hari kiamat.
2. Para saksi hari kiamat memberikan kesaksian dengan akurat sehingga tidak dapat dibantah.
3. Semua benda di sekitar kita dan anggota badan kita, dapat berbicara dan memberikan kesaksian atas apa yang mereka lihat jika Allah berkehendak.
4. Para pendosa melalaikan peran anggota badannya sehingga berani melakukan dosa. Padahal jika manusia selalu merasa diawasi oleh Tuhan, mereka tidak akan pernah berbuat dosa baik di tempat sepi atau keramaian.
5. Keyakinan batil tentang Tuhan merupakan sumber dari kehancuran dan kesengsaraan manusia.
Surat Fusshilat ayat 13-18
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ (13) إِذْ جَاءَتْهُمُ الرُّسُلُ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ قَالُوا لَوْ شَاءَ رَبُّنَا لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً فَإِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ (14)
Jika mereka berpaling maka katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Aad dan Tsamud". (41: 13)
Ketika para rasul datang kepada mereka dari depan dan belakang mereka (dengan menyerukan), “Janganlah kamu menyembah selain Allah.” Mereka menjawab, “Kalau Tuhan kami menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu diutus membawanya.” (41: 14)
Di ayat sebelumnya diisyaratkan sejumlah tanda-tanda ilmu dan kekuatan Tuhan di bumi dan langit. Ayat ini ditujukan kepada para pengingkar Tuhan dan mengatakan, “Sikap keras kepala dan pengingkaran terhadap Tuhan hanya berakhir dengan kemurkaan Tuhan. Sama seperti kaum sebelumnya meski telah mendengar dakwah dan seruan para nabi serta menyaksikan mukzijatnya, namun mereka tetap menolak seruan tersebut.
Untuk menjustifikasi pengingkarannya, mereka berkata kepada para nabi: “Jika kamu menginginkan kami beriman maka tunjukkan kepada kami malaikat yang membawa wahyu sehingga kami menyaksikan dengan mata kepala kami. Tapi karena kamu (nabi) tidak mampu melakukan hal ini maka kami tidak akan beriman kepada seruan dan dakwahmu serta kami akan tetap kafir.” Tentu saja sikap keras kepala seperti ini membangkitkan kemurkaan Tuhan dan alam yang menjadi manifestasi kelembutan Ilahi kali ini menjadi sebab kehancuran mereka.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu tugas para nabi memperingatkan manusia akan dampak dari perbuatan buruk mereka.
2. Seluruh azab tidak terbatas di akhirat. Tapi sejumlah azab juga diturunkan di dunia. Kita harus berhati-hati jangan sampai perbuatan buruk kita membuat kita rugi di dunia dan akhirat.
3. Melalui para nabi, Tuhan menyempurnakan hujjah-Nya terhadap manusia sehingga mereka tidak lagi memiliki alasan bagi kekufurannya. Sunnatullah adalah selama belum ada hujjah yang sempurna bagi manusia, para pengingkar dan penentang tidak dianggap kafir.
4. Agenda utama misi para nabi adalah menyeru manusia untuk beriman kepada Tuhan. Dengan demikian tidak ada nabi yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya.
فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآَيَاتِنَا يَجْحَدُونَ (15) فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي أَيَّامٍ نَحِسَاتٍ لِنُذِيقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَخْزَى وَهُمْ لَا يُنْصَرُونَ (16)
Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (41: 15)
Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan. (41: 16)
Melanjutkan ayat sebelumnya yang menyebutkan kaum Aad dan Tsamud, ayat ini mengisyaratkan kekufuran dan metode kekafiran mereka. Patut untuk dicatat bahwa kaum Aad hidup di selatan Arab Saudi. Mereka adalah kaum yang suka berperang dan memiliki kekuatan serta kekayaan yang besar. Mereka membangun rumah dan istananya di dataran tinggi. Mereka memiliki benteng dan istana yang indah dan kuat. Mereka menganggap dirinya tak terkalahkan dan lebih unggul dari yang lain.
Kondisi ini membuat mereka semakin congkak dan sombong. Oleh karena itu, mereka dengan congkak berkata kepada Nabi Hud as,”Siapa kamu, berani memperingatkan kami bahkan pembangkangan kepada Tuhan akan menyebabkan turunnya azab kepada kami? Apakah ada yang lebih kuat untuk menghancurkan kami atau mengalahkan kami?
Mereka sangat dimabuk kekuatan sehingga bangkit melawan Tuhan dan menolak seruan nabi. Mereka lupa atas poin ini bahwa Tuhan yang menciptakannya lebih kuat dari mereka. Ia bukan saja pencipta mereka tapi juga pencipta bumi dan langit. Pada dasarnya kekuatan manusia tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan-Nya.
Bagaimana pun juga akibat pembangkangan kaum tersebut, kehinaan diturunkan kepada mereka. Badai topan diturunkan kepada mereka selama satu peka. Seluruh rumah dan kebun serta kehidupan kaum sombong ini berantakan. Pada akhirnya tidak ada yang tersisa kecuali puing-puing istana yang dulunya megah dan penuh kekayaan. Ini azab duniawi, tapi azab ukhrawi lebih menghinakan dan tidak ada yang akan membantu mereka.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kekufuran yang didasari oleh rasa congkak juga memiliki azab duniawi.
2. Mabuk kekuatan membahayakan individu maupun masyarakat serta berakibat pada kehinaan duniawi.
3. Faktor alam, baik itu ketika turun nikmat atau azab, bertugas menjalankan perintah Tuhan dan melaksanakan apa yang Ia kehendaki.
4. Ketika rahmat Ilahi turun, itu sebuah berkah dan ketika bala dan kemurkaan Allah diturunkan itu sebuah kesialan.
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (17) وَنَجَّيْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (18)
Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (41: 17)
Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka adalah orang-orang yang bertakwa. (41: 18)
Setelah kaum ‘Aad, ayat ini mengisyaratkan kaum Tsamud. Kaum Tsamud hidup di utara Arab Saudi. Mereka membangun tempat tinggal di kedalaman gunung. Mereka memiliki lahan pertanian yang subur dan kebun-kebung yang rindang.
Terkait kaum Tsamud, Allah Swt berfirman: “Kaum ini seperti kaum lainnya, kami telah memberi mereka petunjuk. Kami mengutus Saleh untuk memberi mereka petunjuk. Saleh mendatangi mereka dengan membawa argumentasi yang kuat dan mukjizat. Namun mereka memilih untuk mengingkari dan menentangnya ketimbang menerima hidayah. Seakan-akan mereka lebih memilih kebutaan hati ketimbang memahami kebenaran serta tidak ingin menerima kebenaran.”
Mengingat penentangan kaum ini didasari keras kepala dan kesombongan, bukan karena ketidaktahuan akan kebenaran, maka mereka di dunia mendapat azab menyedihkan dan menghinakan. Rumah dan kota mereka dihancurkan oleh petir. Petir yang bukan saja membuat mereka ketakutan, tapi petir yang membuat gempa bumi dan membalik segala sesuatu di atasnya.
Sementera mereka yang beriman dan berbuat baik, tidak mendapat azab. Allah Swt menyelamatkan mereka dan terbebas dari azab mengerikan ini.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kafir indikasi kebutaan hati. Bersikeras pada kekafiran dan jalan menyimpang akan menimbulkan dampak merugikan bagi manusia.
2. Rahmat dan kemurkaan Tuhan sistematis dan sesuai dengan hukum dan sejatinya hasil dari amal perbuatan manusia. Kesucian dan iman kunci keselamatan dan kekufuran serta dosa penyebab kehancuran.
Surat Fusshilat ayat 8-12
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (8)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya. (41: 8)
Ayat terakhir di pertemuan sebelumnya berkenaan dengan orang musyrik yang tidak mengelurkan zakat dan tidak beramal saleh serta tidak beriman kepada hari akhir. Namun begitu jika pun mereka berbuat baik, namun karena tidak meyakini hari kiamat, maka ia tidak mendapat pahala.
Ayat ini menyatakan, “Mereka yang beriman kepada Allah dan hari kiamat serta selalu berbuat baik sesuai dengan kapasitas individu serta posisi sosialnya, maka Allah akan memberinya pahala yang tak ada habisnya di hari Kiamat.”
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman dan amal saleh tidak dapat dipisahkan dan di hari Kiamat tanpa yang lain salah satunya tidak akan berguna.
2. Pahala Ilahi di akhirat tidak ada habisnya, berbeda dengan di dunia, bahkan pahala paling bernilai pun terbatas dan ada akhirnya.
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ (9) وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ (10)
Katakanlah, “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam.” (41: 9)
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (41: 10)
Ayat ini ditujukan kepada orang kafir dan musyrik, “Apakah kalian mengingkari Tuhan yang menciptakan dunia dalam dua hari dan menempatkan sekutu bagi-Nya? Betapa ini sebuah kesalahan besar dan ucapan tak berdasar?!”
Sejatinya bumi yang kalian huni adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan Ia tidak membutuhkan sekutu dalam hal ini. Ia bukan saja pencipta bumi, tapi Ia adalah Tuhan seluruh dunia. Yakni Ia adalah Tuhan alam semesta dan yang mengatur segala urusan alam. Dengan demikian sejatinya yang paling layak untuk disembah adalah pemilik segala ciptaan, pengatur segala urusan dan penguasa dunia.
Setelah menciptakan bumi, Ia juga menciptakan segala kebutuhan manusia, hewan dan tumbuhan serta menyerahkannya kepada mereka. Gunung yang menjulang tinggi, laut dan samudera yang luas, hutan yang lebat dan tambang di perut bumi seluruhnya demi memenuhi kebutuhan penduduk bumi.
Bumi memiliki banyak berkah dan manfaat serta beragam bahan makanan tumbuh darinya. Tak diragukan lagi berkah dan nikmat ini sesuai dengan kebutuhan makhluk serta tidak ada kekurangannya. Seperti yang dinyatakan Tuhan bahwa apa yang dibutuhkan bagi kelangsungan makhluk hidup telah diciptakan. Apakah seluruh nikmat ini ada dan muncul di muka bumi dengan sendirinya, atau apakah ada yang membantu Tuhan menciptakannya? Pastinya bukan demikian.
Penciptaan di sini dilakukan melalui proses dan tahapan. Dalam hal ini ada dua tahapan di penciptaan bumi sehingga planet ini siap untuk dimanfaatkan dan ada tahapan lain supaya muncul beragam nikmat di bumi. Total ada empat tahap supaya bumi siap untuk menerima penghuninya serta supaya dapat memenuhi kebutuhannya secara penuh.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pencipta dunia dan Tuhannya satu. Berbeda dengan keyakinan kaum musyrik bahwa mereka meyakini Tuhan sebagai pencipta, namun di pengaturan urusan alam semesta, mereka menempatkan sesuatu atau sosok lain sebagai mitra dan sekutu Tuhan.
2. Sistem penciptaan secara bertahap, bukan sekaligus dan sekali. Sama seperti penciptaan bumi dilakukan secara bertahap dan dalam dua fase.
3. Di antara tanda-tanda rububiyah Ilahi adalah menempatkan beragam berkah dan rejeki di bumi sehingga seluruh kebutuhan manusia terpenuhi. Tapi pembagian yang tidak adil, berlebih-lebihan serta perilaku zalim membuat dewasa ini mayoritas penduduk bumi miskin dan membutuhkan.
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ (11) فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (12)
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati.” (41: 11)
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (41: 12)
Setelah menjelaskan penciptaan Tuhan dan seluruh kebutuhan makhluk hidup, ayat ini mengisyaratkan penciptaan langit dan menyatakan, ketika Tuhan berkehendak menciptakan langit, pertama-tama penciptaan tersebut berbentuk gumpalan gas yang luas dan besar di Tuhan kemudian menetapkan bentuk dan hukum baginya.
Iradah takwini (kehendak dalam tata cipta) Tuhan di penciptaan langit dan bumi dalam bentuk khusus dan bumi serta langit tidak memiliki pilihan kecuali tunduk kepada-Nya. Ingin atau tidak, keduanya harus sesuai dengan keinginan Tuhan.
Sama seperti bumi yang diciptakan dalam dua tahap serta siap menerima penghuninya, langit juga dengan segala keagungannya dibentuk dan diciptakan dalam dua tahap sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam hal ini Tuhan menciptakan tujuh langit dan apa yang ada di atas kita adalah langit pertama. Dengan kata lain, alam penciptaan terdiri dari tujuh bentuk yang besar di mana hanya satu bentuk yang tampak oleh pandangan manusia. Teleskop canggih umat manusia pun tidak mampu menyaksikan apa yang ada dibalik langit pertama ini.
Poin lain adalah ketika malam hari, bintang menjadi hiasan langit, seperti lampu yang bersinar terang. Setiap dari bintang ini memiliki rahasia masing-masing dan mengajak manusia untuk memikirkan alam semesta dan alam penciptaan ini. Allah Swt menjaga langit dari segala ancaman dan bahaya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Langit pada awalnya berbentuk asap dan gas.
2. Seluruh alam semesta tunduk kepada perintah Tuhan. Jangan sampai kita menjadi bagian yang tidak selaras dengan alam semesta.
3. Sistem alam semesta sangat luas dari pandangan dan pengetahuan kita. Apa yang kita saksikan dari bintang dan planet atau apa yang bakal dikuak di masa depan hanya berkaitan dengan langit pertama. Manusia tidak memiliki informasi dan pengetahuan mengenai langit lain dan seluruh penciptaan di seluruh alam semesta.
4. Alam manifestasi ilmu dan kekuatan Tuhan yang menciptakan dunia berdasarkan ketentuan tertentu dan kemudian mengaturnya.
Surat Fusshilat ayat 1-7
Hari ini kita sampai pada pembahasan Surat Fussilat. Surat ini diturunkan di Mekah dan memiliki 54 ayat. Sama seperti surat-surat yang diturunkan di Mekah, surat ini pun mengandung pembahasan mengenai awal penciptaan dan maad (hari akhir) serta tanda-tanda kekuasaan Allah Swt di manusia dan dunia.
Kita akan membahas tafsir Surat Fussilat dari ayat 1 hingga 7. Kita awali pembahasan kita hari ini dengan tafsir surat ini dari ayat 1 hingga 4, namun terlebih dahulu kita dengan bersama bacaan ayat ini beserta terjemahannya sebagai berikut:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
حم (1) تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (2) كِتَابٌ فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (3) بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (4)
Haa Miim. (41: 1)
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (41: 2)
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. (41: 3)
yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan. (41: 4)
Sebelumnya kita telah bahas bahwa 29 surah al-Quran dimulai dengan huruf Muqataah. Di surat-surat ini, setelah huruf muqataah, diisyaratkan keagungan al-Quran. Surat Fussilat juga seperti ini dimulai dengan dua huruf Ha’ dan Miim serta kemudian berbicara mengenai penurunan kitab suci ini yang bersumber dari rahmat Ilahi. Oleh karena itu, ayatnya sumber rahmat bagi seluruh manusia. Orang mukmin memanfaatkan rahmat tersebut, sementara orang kafir tidak mendapatkannya.
Patut dicatat bahwa ayat al-Quran tidak diturunkan secara tertulis dan Rasul juga tidak menuliskannya, tapi Rasul membacakan wahyu tersebut kepada masyarakat. Oleh karena itu, wahyu tersebut disebut al-Quran. Atas instruksi Nabi, empat sahabat menulis apa yang bacakan Rasul. Dan nama lain dari al-Quran adalah Kitab.
Al-Quran diturunkan dalam bentuk bahasa Arab fasih dan ayatnya sangat jelas bagi mereka yang ingin mengetahui kebenaran. Selain mengandung pengatahuan dan menambah makrifat, melalui peringatan dan kabar gembira, al-Quran juga mendorong manusia untuk melakukan perbuatan baik dan memperingatkan mereka atas perbuatan buruk.
Respon mayoritas masyarakat atas seruan Rasulullah dan kitab samawi adalah menolak dan membelakanginya, karena ajakan ini membatasi hawa nafsu mereka karena tidak mengijinkan mereka untuk mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan atau melakukan perbuatan apapun yang mereka ingin lakukan.
Dari empat ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Quran Kalam Ilahi, bukan ucapan Nabi Muhammad Saw. Kandungan Kitab Samawi ini bersumber dari rahmat luas Ilahi. Oleh karena itu, dari sisi lafadh dan kandungan, Al-Quran bersumber dari Allah Swt yang Maha Mengetahui dan penuh Rahmat. Wajar jika manusia bertindak sesuai dengan ajaran ini, maka umat manusia akan berkembang dan mencapai ketinggian.
2. Al-Quran menjelaskan faktor kesempurnaan dan hidayah masyarakat secara detail dan dalam bentuk yang beragam. Seperti, nasib umat terdahulu, kisah dan pelajaran berharga, penyebutan nikmat Ilahi, perintah dan larangan, penjelasan sebab jatuhnya sebuah peradaban, masa depan umat manusia, peristiwa hari Kiamat, nasehat dan lain-lain.
3. Al-Quran memberi manusia pengetahuan dan penerangan. Siapa saja yang mengejar pemahaman kebenaran dan pengetahuan sejati, harus merujuk kepada al-Quran.
4. Berdasarkan prinsip pengajaran dan pendidikan yang benar, ancaman dan harapan, kabar gembira dan peringatan, keduanya sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Fokus pada satu sisi dan lalai pada sisi lain akan menimbulkan dampak merugikan.
وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آَذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ (5)
Mereka berkata, “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula).” (41: 5)
Ayat ini mengisyaratkan respon musyrikin Mekah terhadap seruan dan ajakan Rasulullah Saw dan menyatakan, "Ketika Rasul membacakan al-Quran kepada mereka, mereka menolak mendengarkan dan memperhatikan bacaan tersebut dan untuk membuat Nabi putus asa dalam dakwahnya, mereka mengatakan, "Wahai Muhammad! Jangan berbuat yang sia-sia. Telinga kita bermasalah dan kita tidak mendengarkan ucapanmu. Jika pun kita mendengarkan melalui telinga kita, maka itu tidak berpengaruh pada hati kami. Sepertinya ada penghalang antara kami dan kamu serta tidak membiarkan kita menerima dakwahmu. Oleh karena itu, biarkan kami sehingga kami dapat berbuat sesuka kami. Dan kami juga akan membiarkan kamu, sehingga kamu dapat berbuat sesuka kamu juga."
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ayat al-Quran seperti air hujan yang tercurah ke bumi dan menyuburkan tanah. Namun ketika air hujan ini menyentuh batu yang keras, bukan saja tidak meresap tapi tertolak keluar. Hati manusia yang keras juga sampa seperti batu ini ketika menghadapi wahyu Ilahi.
2. Jika pihak seberang tidak ingin menerima kebenaran, kalam Ilahi dari mulut Nabi juga tidak efektif, apalagi orang lain.
3. Fanatisme dan taklid buta seperti tirai yang menutupi hati manusia dan mencegah mereka memahami kebenaran serta menerimanya.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ (6) الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآَخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ (7)
Katakanlah, “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.” (41: 6)
(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. (41: 7)
Menyikapi klaim musyrikin Mekah yang berbicara karena fanatisme dan sikap keras kepala, Rasul kepada mereka mengatakan, "Aku juga manusia sama seperti kalian. Aku tidak mengaku sebagai Tuhan dan juga tidak mengklaim unggul dari kalian. Aku dari keturunan kalian dan termasuk kabllah kalian. Perbedaan antara Aku dan kalian adalah Aku menerima wahyu untuk menolak kesyirikan dan penyembahan berhala serta aku juga menyeru kalian untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Kalian yang berbicara demikian denganku harus menyadari bahwa Aku tidak ingin memaksa kalian menerima seruanku. Tapi aku menunjukkan kalian jalan kebenaran dan meminta kalian berjalan di jalan Tuhan serta meninggalkan perbuatan kalian sebelumnya sehingga Tuhan mengampuni kalian.
Akhir ayat ini memperingatkan umat Musyrik bahwa bersikeras dalam kemusyrikan akan berakibat sangat buruk. Kemudian ayat ini menyebutkan dua karakteristik musyrikin. Pertama, orang musyrik mengingkari hari Kiamat dan kedua tidak memperhatikan orang yang membutuhkan serta menolak memberi infak di mana ini juga termasuk tanda-tanda pengingkaran terhadap hari Kiamat. Karena mereka yang tidak beriman kapada Allah Swt, menginginkan segala sesuatu untuk dirinya sendiri dan tidak memiliki motivasi untuk berinfak.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Rasulullah menyeru masyarakat beriman kepada Tuhan, bukan kepada dirinya. Tujuannya adalah membebaskan manusia dari perbudakan taghut eksternal dan juga hawa nafsu.
2. Beriman kepada Keesaan Tuhan harus termanifestasi di seluruh kehidupan manusia. Tauhid hanya bukan hanya sebuah keyakinan, tapi petunjuk perbuatan dan amal manusia di kehidupan.
3. Orang mukmin konsisten di jalan Tauhid. Ia senantiasa berusaha menkompensasi kesalahan masa lalunya sehingga mampu tetap eksis di jalan Tuhan dan tidak tergelincir di jalan kebenaran.
4. Iman bukan sekedar klaim seseorang. Oleh karena itu, orang mukmin yang tidak mengeluarkan zakat, maka di dalam dirinya akan muncul karat-karat kemusyrikan dan kekufuran.