Tafsir Al-Quran, Surat At-Taubah Ayat 61-65

Rate this item
(2 votes)

Ayat ke 61

 

Artinya:

Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: "Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya". Katakanlah: "Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu". Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (9: 61)

 

Pada pembicaraan pekan lalu, kami telah sebutkan bahwa bagian terpenting ayat-ayat surat at-Taubah berkenaan dengan sikap dan tingkah laku yang tidak baik orang-orang Munafikin terhadap kaum Mukminin, khususnya terhadap Nabi Muhammad Saw. Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat-ayat sebelumnya dan mengatakan, "Nabi Saw dalam bergaul dengan masyarakat selalu menggunakan sikap lapang dada, hati yang terbuka selalu mendengarkan pernyataan mereka. Beliau tidak pernah memutus pembicaraan orang dan bahkan tidak pernah menaruh curiga kepada siapapun. Beliau selalu memberi perhatian kepada siapapun. Namun orang-orang Munafik malah menghina dan merendahkan Nabi dengan mengatakan, "Ia itu seorang Nabi yang lugu dan sederhana, yang selalu mendengarkan pernyataan setiap orang, dan dia tidak pernah menolak setiap orang."

 

Allah Swt dalam menjawab pernyataan mereka mengatakan, "Hal yang mereka anggap sebagai kelemahan Nabi, justru merupakan sikap positif dan indah yang dilakukan oleh Nabi Saw. Beliau tidak seperti para sultan dan penguasa arogan dunia yang hanya memaksakan pendapat dan kehendaknya serta tidak mau mendengar pernyataan orang lain. Beliau juga bukan seperti sebagian ilmuwan yang hanya mau mendengarkan pernyataan kalangan ilmuwan saja. Akan tetapi beliau adalah seorang Nabi yang diutus untuk memberi bimbingan dan petunjuk kepada seluruh umat manusia. Oleh karena itu beliau harus bersikap rendah hati dan berbicara dengan mereka, sehingga dengan demikian beliau akan selalu menemukan jalan untuk bisa menembus hati setiap manusia dan menyampaikan seruan dan ajakan beliau kepada mereka. Nabi Muhammad beliau Saw tidak hanya menerima dan membenarkan pernyataan orang-orang Mukmin saja, akan tetapi beliau juga dengan rahmat dan kasih sayang selalu bergaul dengan mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam pemerintahan Islam, para pejabat khususnya tokoh dan pemimpin masyarakat harus mau mendengarkan pernyataan masyarakat.

2. Seorang pemimpin masyarakat harus bisa memperhatikan sepenuhnya perkataan masyarakat yang berbicara, apapun yang mereka katakan, harus didengarkan dengan lapang dada.

 

Ayat ke 62-63

 

Artinya:

Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin. (9: 62)

 

Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya nerakan jahannamlah baginya, kekal mereka di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar. (9: 63)

 

Ayat ini menyinggung salah satu tanda-tanda yang menonjol dari orang-orang Munafik seperti menampakkan perbuatan dengan riya. Ayat ini mengatakan, "Mereka yang semestinya mencari keridhaan Allah Swt malah mencari keridhaan manusia, bahkan mencari perhatian mereka, sehingga masyarakat akan memandang baik terhadap mereka. Dengan demikian mereka tidak menjadi manusia yang terusir dari masyarakat. Mereka tidak segan-segan berbohong dalam sumpah sehingga masyarakat menjadi termakan atas pernyataan iman mereka dan akhirnya masyarakat tidak meragukan jalan mereka. Sementara yang menarik, mereka tidak segan dan takut melakukan penentangan kepada pemimpin Ilahi ini. Mereka dengan berbagai bentuk dan cara melarikan diri dari tanggung jawab sosial dan agama, serta dalam kondisi seperti tersebut mereka bersumpah bohong dengan tujuan menipu dan mengelabui masyarakat.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Menyalahgunakan kesucian dan berbagai keyakinan agama umat Islam, merupakan cara yang biasa dilakukan oleh orang-orang Munafik.

2. Hal terpenting bagi orang mukmin adalah keridhaan Allah Swt. Berbeda dengan orang munaik yang hanya mencari keridhaan manusia.

 

Ayat ke 64

 

Artinya:

Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)". Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. (9: 64)

 

Kendatipun telah disebutkan dalam tafsir bahwa sekelompok Munafikin telah memutuskan bahwa sewaktu Nabi dan kaum Muslimin kembali dari perang Tabuk, mereka akan mengerjain unta Nabi agar ia lari ketakutan sehingga Nabi bisa terbunuh karena jatuh terlemparkan oleh unta itu. Akan tetapi dengan diturunkannya ayat ini, Allah Swt bermaksud menyingkap tabir kebusukan orang-orang Munafik tersebut dan Nabi mengetahui hal tersebut melalui wahyu. Yang mengherankan semestinya orang-orang Munafik itu membantu kaum Muslimin dalam menghadapi pasukan Romawi, akan tetapi mereka malah mengerjain dan mengejek Nabi dan sahabat-sahabat beliau. Mereka mengatakan, "Muslimin ingin menguasai istana Syam kemudian berkuasa terhadap mereka di sana.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sekalipun Allah Swt telah menutupi berbagai aib dan kesalahan hamba-Nya, akan tetapi penyingkapan kejelekan dan kebusukan kaum Munafikin justru merupakan sunnatullah.

2. Mengejek dan menghina merupakan cara bergaul yang dilakukan oleh orang-orang Munafik terhadap kaum Mukminin. Karena mereka bukan orang yang menjunjung logika dan dalil.

 

Ayat ke 65

 

Artinya:

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" (9: 65)

 

Alasan orang-orang Munafik disaat berhadapan dengan kaum Mukminin adalah dengan mengatakan, kami sesungguhnya tidak sungguh-sungguh dalam mengejek dan mengerjain kalian. Akan tetapi semata-mata untuk bergurau dan bisa tertawa. Karena itu janganlah kalian merasa tidak enak dan marah! Akan tetapi Allah menegaskan, apakah kalian menganggap ayat-ayat Ilahi dan Rasulullah ini sebagai obyek mainan kalian. Sehingga setiap saat kalian berkeinginan kalian bisa mengatakan, kemudian setelah itu kalian anggap itu sebagai gurau dan ketawa-ketawa.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Bergurau terhadap kesucian agama Islam tidak bisa dibenarkan.

2. Allah mengecam orang-orang yang bergurau akan kesucian seseorang atau sesuatu yang disucikan.

Read 3971 times