کمالوندی
Kemurahan Hati dan Kedermawanan Pemuda Surga
Imam Hasan al-Mujtaba as adalah cucu pertama Rasulullah Saw dari Ali bin Abi Thalib as dan Sayidah Fathimah as. Beliau lahir pada 15 Ramadhan tahun ke-3 Hijriah di kota Madinah. Ketika Rasul Saw dikabarkan tentang kelahiran cucu pertamanya itu, wajah beliau berseri-seri dan hatinya penuh rasa gembira. Beliau bergegas menuju rumah Fathimah as untuk melihat langsung cucunya itu. Fathimah as segera menyerahkan bayi mungil itu kepada Rasulullah Saw. Setelah menggendongnya, Rasul Saw kemudian membacakan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri sang bayi. Ketika itu, malaikat Jibril as turun dan menyampaikan perintah Allah Swt agar beliau menamakan cucunya itu dengan Hasan, yang berarti baik dan terpuji.
Rasul Saw di hari ketujuh dari kelahiran tersebut, melakukan akikah dengan menyembelih seekor kambing dan membagikannya di antara orang-orang miskin dan sejak masa itu, akikah Islami mulai dikenal di tengah kaum Muslim.
Imam Hasan as adalah simbol keutamaan dan kesempurnaan, dan beliau tampak lebih berwibawa dan gagah dari orang-orang lain. Beliau menyandang sifat-sifat mulia yang sama seperti kakeknya Rasulullah Saw seperti, kesucian, ilmu pengetahuan, akhlak yang luhur, dan perangai yang baik. Semua sifat tersebut membuat beliau tak ada padanannya di tengah masyarakat. Ketampanan dan kemuliaan akhlak Imam Hasan as bersumber dari sifat muhsin Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan menamakannya dengan Hasan. Keutamaan dan kemuliaan lain yang dimiliki oleh putra Ali bin Abi Thalib as ini adalah ketakwaan, ahli ibadah, berwibawa, tawadhu, keberanian, kesalehan, dan pemaaf.
Imam Hasan as sangat dicintai dan disayangi oleh Rasul Saw dan hal ini terlihat dari ucapan beliau yang bersabda, "Ya Allah! Aku mencintai Hasan dan cintailah pula dia oleh-Mu. Barang siapa yang mencintai Hasanku, maka Tuhan akan mencintainya." Salah satu sifat utama Imam Hasan as ? di mana bisa menjadi teladan terbaik bagi para pecinta beliau ? adalah kemurahan hati dan kedermawanan yang luar biasa serta suka menolong orang lain. Beliau berbagi kebaikan dengan semua dan selalu menuntaskan kebutuhan orang lain. Oleh sebab itu, literatur sejarah mencatat bahwa Imam Hasan as pernah dua kali menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah Swt dengan membantu fakir-miskin. Beliau juga tiga kali mendermakan setengah dari hartanya, separuh untuk dirinya dan setengah lainnya diinfakkan di jalan Allah Swt.
Selama masa hidupnya, Imam Hasan as selalu dikenal sebagai sosok yang dermawan, penenang setiap kalbu yang didera kesusahan, dan pengayom kaum fakir-miskin. Tak ada seorang miskin pun yang datang mengadu kepadanya lantas kembali dengan tangan hampa. Ketika seseorang bertanya kepada beliau, "Bagaimana engkau bisa tidak pernah menolak pengemis?" Imam Hasan as menjawab, "Aku mengemis kepada Allah dan mencintai-Nya. Aku malu menjadi pengemis di pintu rumah Allah sementara aku menolak seorang pengemis. Sesungguhnya Allah senantiasa melimpahkan nikmat-Nya kepadaku. Dan aku berusaha untuk selalu membagikan nikmat-Nya dengan orang lain. Aku takut bila kuhentikan kebiasaan ini, Allah akan memutuskan kebiasaan-Nya."
Kemudian beliau berkata, "Ketika seorang peminta mendatangiku, aku berkata kepadanya, ?Selamat datang wahai orang yang memberikan kesempatan untuk berbuat baik kepadaku dan orang yang keutamaannya lebih tinggi dari setiap pemilik keutamaan. Sebaik-baiknya hari kejantanan adalah hari di mana seseorang didatangi oleh peminta dan ia dinanti untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut."
Zamakhshari dalam buku Rabi al-Abrar menukil dari Anas bin Malik yang berkata, "Aku sedang bersama Hasan bin Ali as dan tiba-tiba seorang budak datang dan menghadiahkan setangkai bunga kepada beliau. Hasan bin Ali kemudian berkata kepadanya, ?Engkau merdeka di jalan Tuhan!' Ketika aku menyaksikan peristiwa itu, aku berkata kepada beliau, ?Budak itu hanya memberi setangkai bunga yang tidak berharga, mengapa engkau memerdekakannya?' Hasan bin Ali menjawab, ?Seperti itulah Tuhan Yang Maha Tinggi telah mendidik kami dan Dia berfirman, "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya," dan penghormatan terbaik untuk budak itu adalah kemerdekaannya."
Suatu hari Khalifah Utsman bin Affan duduk di samping masjid, seorang miskin datang meminta bantuan kepadanya, Utsman lalu memberinya lima dirham. Peminta itu berkata, "Tunjukkan kepadaku orang yang bisa memberi lebih besar lagi." Utsman kemudian menyebut nama Imam Hasan as dan Imam Husein as. Peminta tersebut lalu beranjak pergi dan menemui mereka berdua. Imam Hasan as berkata, "Tidak diperbolehkan meminta kepada orang lain kecuali dalam tiga hal; diyat (denda) yang melilitnya dan tidak mampu ia bayar, atau utang yang menderanya dan tidak mampu ia lunasi, dan atau orang miskin yang tidak mampu berbuat apa-apa." Setelah itu, Imam Hasan as bertanya kepada peminta tersebut, "Engkau termasuk golongan yang mana?" Dia menjawab, "Kebetulan aku tersandera oleh salah satu dari tiga kategori itu." Mendengar jawaban itu, Imam Hasan as lalu memberinya 50 dinar dan ia juga menerima 49 dinar tambahan dari Imam Husein as.
Peminta tersebut kemudian beranjak pergi dan di tengah jalan, ia kembali berpapasan dengan Utsman. Khalifah Utsman lalu bertanya kepadanya, "Apa yang engkau lakukan?" Dia menjawab, "Engkau sudah membantuku tapi engkau sama sekali tidak bertanya untuk apa aku meminta bantuan. Hasan bin Ali as menanyakan kepadaku tentang pemakaian bantuan itu dan dia memberiku 50 dinar." Utsman lalu berkata, "Keluarga itu adalah poros ilmu dan hikmah serta sumber kebaikan dan keutamaan. Siapa orang yang akan menyamai mereka?"
Imam Hasan as memiliki dua kebiasaan baik setiap kali berinfak dan memberi di jalan Allah Swt. Pertama, ketika beliau menerima pujian orang lain karena perbuatan baiknya, beliau akan berkata, "Berkah orang peminta jauh lebih banyak, di mana menjadikan kami layak untuk berbuat baik dan berinfak di jalan Allah." Dan kedua, beliau selalu berusaha untuk memahami kebutuhan para peminta dan memenuhi kebutuhan mereka sebelum mereka mengutarakan hajatnya. Beliau berkata, "Pemberian dan kebaikan yang sesungguhnya adalah tanpa didahului oleh permintaan."
Al-Quran sangat menekankan perkara infak dan sedekah dan Tuhan memberikan pahala yang besar dan kekal kepada para pelakunya. Menurut perspektif al-Quran, salah satu tugas penting individu di tengah masyarakat Islam adalah mengayomi dan membantu kaum lemah. Setiap orang berkewajiban untuk menolong mereka sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya. Dalam surat al-Baqarah ayat 274, Allah Swt berfirman, "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Suatu hari, seorang Arab badui datang menemui Imam Hasan as. Sebelum ia menyampaikan hajatnya, beliau langsung meminta pembantunya untuk memberikan apa yang ada di dalam kotak uang. Sang pembantu mendapati uang sekitar 20 ribu dirham dan langsung ia berikan semuanya kepada peminta tersebut. Arab badui ini tampak kaget dan berkata, "Wahai tuanku! Engkau belum memberi waktu kepadaku untuk menjelaskan hajatku dan juga melantunkan puji-pujian untukmu." Ketika itu, Imam Hasan as berkata, "Kami adalah keluarga di mana pemberian kami cepat dan tidak tertunda."
Pemuda ahli surga ini adalah sosok yang sangat agung, penyabar, sangat berwibawa dan teguh pendirian. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang sangat pemberani. Ketinggian ilmu dan hikmah beliau membuat kagum siapapun serta sangat bijak dalam memutuskan suatu perkara.
Wasiat Imam Ali bagi Umat Islam
Penulis terkemuka Lebanon, Khalil Gibran berkata, "Ali bin Abi Thalib syahid dengan keagungannya.Ia meninggal ketika menunaikan shalat dan hatinya dipenuhi kecintaan kepada Tuhan." Bahkan di akhir hayatnya pun Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib masih menyebarkan kebenaran ajaran Islam. Dalam wasiat yang disampaikan kepada putranya Imam Hasan, Imam Ali berkata, "Putraku Hasan! Engkau dan seluruh anakku serta seluruh yatim dan orang yang menerima pesan ini, aku memberikan wasiat kepada kalian: Bertakwalah kepada Allah Swt dan jangan melupakannya. Berusahalah mempertahankannya hingga kematian menjemputmu. Kalian seluruhnya bersama-sama bersandar pada tali Allah. Bersatulah dalam keimanan dan jangan bercerai-berai. Rasulullah Saw bersabda, 'Mendamaikan sesama manusia lebih utama dari shalat dan puasa tanpa henti. Dan sesuatu yang dikecam dan ditolak dalam agama adalah kerusakan dan perpecahan,".
Terkait penafsiran dari wasiat Imam Ali ini, Ayatullah Makarim Shirazi menulis, "Sejak awal wasiat ini, Imam Ali menegaskan keutamaan bertakwa kepada Allah yang merupakan jalan keselamatan selamanya bagi manusia dalam perjalanan menuju akhirat, dan ukuran bagi keutamaan manusia di sisi Allah Swt. Kemudian, Imam Ali dalam wasiatnya menyinggung seluruh sistem keamanan sosial, ekonomi, politik dan ibadah serta urusan yang berkaitan dengan keluarga serta pendidikan dan pengajaran. Keabadiaan alam semesta ini ditentukan oleh sistem yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Setiap masyarakat yang tidak memilikinya, maka akan hancur dan setiap manusia yang memilih jalan di luar yang ditetapkan maka tidak akan sampai kepada tujuannya, meskipun memiliki potensi yang tinggi dan fasilitas yang besar."
Berkaitan dengan wasiat Imam Ali bahwa mendamaikan sesama manusia lebih tinggi dari shalat dan puasa, hal ini menunjukkan perhatian besar Islam terhadap masalah kemanusiaan dan perdamaian. Islam sangat mengutamakan persatuan dan membenci permusuhan. Terkait hal ini Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada seorang pun, setelah menjalankan kewajibannya, yang melakukan perbuatan lebih utama dari pada mendamaikan sesama manusia, ".
Kelanjutan pesan Imam Ali ini mengenai masalah penting seperti masalah sosial, ubudiyah serta akhlak, dan sebagiannya dimulai dengan penegasan kalimat "Allah, Allah" yang menunjukkan betapa pentingnya masalah tersebut. Imam Ali juga menegaskan perhatian terhadap yatim. Beliau bersabda, "Allah, Allah! Kalian harus memperhatikan hak yatim, jangan sampai mereka kelaparan dan terhina di hadapanmu."
Agama Islam sangat menekankan perhatian terhadap hak yatim dan orang-orang yang tertindas dan membutuhkan pertolongan.Dalam kitab al-Kafi disebutkan, "Suatu hari seseorang memberikan hadiah madu dan buah tin kepada Imam Ali. Kemudian Amirul Mukminin memerintahkan anak-anak yatim hadir. Lalu beliau menyuapkan madu itu dengan jarinya kepada anak yatim itu satu persatu. Seseorang bertanya kepada Imam Ali, 'Mengapa bukan mereka sendiri yang melakukannya?'. Imam Ali menjawab, "Ali adalah ayah anak-anak yatim. Aku menyuapkan madu ini kepada mereka seperti halnya para ayah menyuapi anak-anaknya."
Mengenai dengan hak tetangga, Imam Ali dalam wasiatnya berkata, "Allah, Allah! Kalian harus berbuat baik kepada para tetangga.Sebab Rasulullah memerintahkan kita untuk bersikap baik terhadap mereka. Saking pentinya berbuat baik kepada tetangga, bahkan Rasulullah bersabda [seolah] kita saling mewarisi dengan para tetangga,". Tetangga memiliki penghormatan tinggi dalam Islam, sebab agama Islam memiliki perhatian terhadap masalah sosial. Keluarga, kerabat, tetangga dan masyarakat, masing-masing memiliki kedudukan khusus dalam agama samawi ini.
Di bagian lain wasiatnya, Imam Ali berkata, "Allah, Allah. Kalian jangan melupakan hukum al-Quran, dan jangan sampai orang lain lebih dahulu menjalankannya dari pada kalian." Terkait wasiat ini, Ayatullah Makarim Shirazi menulis, "Perkataan ini menegaskan bahwa kita jangan sampai hanya cukup dengan membaca al-Quran disertai tajwidnya saja dan melupakan isinya, sedangkan non-Muslim justru mengamalkan isinya. Misalnya mengenai jual beli di pasar, al-Quran memerintahkan untuk jujur dan amanah, tapi kalian melanggarnya. Mereka menuntut berbagai ilmu pengetahuan dan terorganisir mengikuti sistem yang berlaku, tapi kalian tidak memperdulikannya dan akan tertinggal,". Amat disayangkan berbagai masalah tersebut justru menimpa umat Islam dewasa ini.
Mengenai shalat, Imam Ali dalam wasiatnya berkata, "Allah, Allah. Dirikanlah shalat, karena shalat merupakan tiang agama."Shalat menjadikan manusia terhubungan dengan Allah dan mengingat-Nya. Shalat juga menghidupkan spirit takwa. Oleh karena itu, shalat menjauhkan manusia dari kerusakan dan kemunkaran. Untuk sebabnya shalat disebut sebagai tiang agama. Sebaliknya meninggalkan shalat akan "melupakan Tuhan", dan orang yang melupakan Tuhan cenderung mudah untuk melakukan dosa dan kemaksiatan.
Di bagian lain wasiatnya, Imam Ali juga menyinggung mengenai haji. Beliau berkata, "Allah, Allah!. Mengenai Kabah, baitullah, jangan sampai kalian meninggalkanya dan kesempatan tidak akan diberikan lagi, dan orang lain akan menggantikanmu." Masalah ini bukan hanya memiliki dimensi ubudiyah semata tapi lebih luas dalam aspek sosial dan politik. Salah seorang perdana menteri Inggris di akhir abad 19 bernama William Gladstone berkata, "Kaum Muslim membaca al-Quran dan bertawaf di Baitullah. Nama Muhammad dikumandangkan setiap pagi dan sore oleh muadzin, maka Kristen menghadapi ancaman besar. Untuk itu kalian harus membakar al-Quran dan merusak Kabah serta menghapus nama Muhammad dari azan, ". Ucapan orang-orang yang memusuhi Islam seperti William Gladstone ini menunjukkan pentingnya al-Quran, shalat dan haji serta nama Nabi Muhammad Saw yang harus dijaga oleh umat Islam.
Imam Ali dalam wasiat lainnya berkata, "Allah, Allah! Kalian jangan mengabaikan jihad dengan harta, jiwa dan lisanmu di jalan Allah". Maksud jihad dengan jiwa adalah maju ke medan perang demi membela Islam dan negara-negara Islam dari serangan musuh. Sedangkan jihad dengan harta adalah memberikan bantuan finansial untuk membantu pasukan Muslim, dan dalam konteks kekinian adalah penggunaan media massa. Tapi perlu diperhatikan bahwa penyalahgunaan kata jihad untuk menciptakan perpecahan di tengah umat Islam dan pembantaian terhadap Muslim maupun menunjukkan wajah buruk Islam seperti kejahatan anti-kemanusiaan yang dilakukan kelompok-kelompok takfiri seperti ISIS berbeda dengan makna Jihad sebenarnya dalam Islam.
Masalah ikatan persahabatan dan kasih sayang juga memiliki kedudukan khusus dalam Islam. Menurut Imam shadiq, ketika dua orang Muslim bermusuhan, maka setan bersuka cita, tapi ketika mereka berdamai, setan tidak berdaya. Di bagian lain wasiatnya, Imam Ali memberikan nasehat supaya umat Islam jangan sampai meninggalkan Amr Maruf dan Nahi Munkar. Beliau berkata, "Amr maruf dan nahi Munkar jangan sampai ditinggalkan, sebab kejahatan akan menguasai kalian dan ketika berdoa tidak akan terkabul,". Sejumlah riwayat menjelaskan bahwa salah satu penyebab doa tidak terkabul disebabkan mengabaikan Amr Maruf dan Nahi Munkar.
Di akhir kata, wasiat mulia Imam Ali bagi umat Islam ini menunjukkan hakikat keagungan beliau sebagai Amirul Mukminin. Harus diakui, jika wasiat Imam Ali ini dijalankan dengan baik oleh kaum Muslimin saat ini, maka umat Islam akan hidup mulia di dunia dan akhirat. Tapi amat disayangkan, wasiat yang diucapkan Imam Ali menjelang kesyahidannya itu tidak diperdulikan oleh umat Islam.Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.
Hadis Akhlak Ushul Kafi: Berbuat Baik dengan Orang Tua
Berbuat Baik dengan Orang Tua
1. Dari Abu Wallad bin al-Hannat, penjual gandum berkata, ÔÇ£Saya bertanya kepada Imam Shadiq as tentang firman Allah Swt, ÔÇÿDan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.ÔÇØ (QS. al-Isra: 23) Apa makna dari kata ihsan dalam ayat ini?ÔÇØ
Imam Shadiq as menjawab, ÔÇ£Ihsan atau berbuat baik dalam ayat ini hendaknya engkau bergaul bersama mereka dengan baik dan tidak memaksa mereka memintamu sesuatu yang dibutuhkan darimu, sekalipun mereka mampu (yakni, penuhi kebutuhan mereka tanpa mereka harus berkata). Bukankah Allah Swt telah berfirman, ÔÇ£Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.ÔÇØ (QS. Ali Imran: 92)
Abu Wallad bin al-Hannat berkata kembali, ÔÇ£Kemudian Imam Shadiq as berkata, ÔÇÿSementara firman Allah yang menyebutkan, ÔÇÿJika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ÔÇ£ahÔÇØ dan janganlah kamu membentak mereka (QS. al-Isra: 23),ÔÇÖ berarti bila mereka menyulitkanmu, jangan sampai berkata ÔÇ£ahÔÇØ dan jangan membentak mereka bila memukulmu.ÔÇØ
Beliau menambahkan, ÔÇ£Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.ÔÇØ (QS. al-Isra: 23) Bila mereka memukulmu, maka katakan kepada keduanya, ÔÇ£Semoga Allah mengampuni kalian berdua.ÔÇØ Dan itulah perkataan yang mulia.
Imam Shadiq as berkata bahwa firman Allah yang menyebutkan hendaklah bersikap lembut dan penuh kasih sayang dalam berlaku kepada mereka berarti jangan memelototi mereka, tapi pandangilah dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Jangan mengangkat suaramu lebih tinggi dari mereka, tidak bersikap lebih tinggi dari mereka dan tidak melangkah lebih dahulu dari mereka.[1]
2. Rasulullah Saw bersabda, ÔÇ£Taatilah ayah dan ibumu. Berbuat baiklah kepada mereka baik masih hidup atau sudah meninggal. Bila mereka memerintahkanmu untuk meninggalkan istri dan hartamu, maka lakukanlah. Karena sesungguhnya itu sebagian dari iman.ÔÇØ[2]
3. Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, ÔÇ£Apa hak ayah atas anaknya?
Beliau menjawab, ÔÇ£Jangan memanggilnya dengan namanya saja. Tidak berjalan mendahuluinya. Jangan duduk sebelum ia duduk dan jangan melakukan perbuatan yang membuat namanya buruk.ÔÇØ[3]
4. Imam Shadiq as berkata, ÔÇ£Apa yang menghalangi kalian untuk melakukan kebaikan untuk ayah dan ibunya baik ketika masih hidup atau meninggal seperti ini; menunaikan salat, mengeluarkan sedekah, melakukan ibadah haji dan berpuasa untuk mereka. Karena pahala yang diberikan kepada mereka juga akan diberikan kepadanya, sehingga Allah Swt menganugerahkan kebaikan yang banyak bagi rezekinya akibat perbuatan baik itu.ÔÇØ[4]
5. Seseorang bertanya kepada Imam Shadiq as, ÔÇ£Ayah dan ibuku menentang aku mengikuti Syiah.ÔÇØ
Beliau menjawab, ÔÇ£Berbuat baiklah dengan mereka, sama seperti engkau berbuat baik kepada Muslimin yang berwilayah kepada kami.ÔÇØ[5]
6. Imam Baqir as berkata, ÔÇ£Sesungguhnya seseorang yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya semasa hidupnya kemudian orang tuanya meninggal, tapi ia tidak membayar utang orang tua dan meminta ampun untuk keduanya, maka Allah akan menggolongkannya sebagai anak yang tidak taat kepada orang tua. Sementara ada seseorang yang tidak taat kepada orang tuanya dan tidak berbuat baik kepada mereka, tapi ketika orang tuanya meninggal dan ia membayar utang dan meminta ampun atas dosa mereka, Allah Swt akan memasukkannya ke dalam golongan orang yang berbuat baik kepada orang tuanya.ÔÇØ[6] (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Hadis Akhlak Ushul Kafi: Menginginkan Kebaikan Mukminin
Menginginkan Kebaikan Mukminin
 
1. Imam Shadiq as berkata, ÔÇ£Wajib bagi seorang mukmin untuk menginginkan kebaikan seorang mukmin yang lain baik berada bersamanya atau tidak.ÔÇØ[1]
2. Rasulullah Saw bersabda, ÔÇ£Setiap orang dari kalian harus menginginkan kebaikan saudaranya, sebagaimana kalian menginginkan kebaikan bagi diri sendiri.ÔÇØ[2]
3. Rasulullah Saw bersabda, ÔÇ£Manusia paling tinggi derajatnya di sisi Allah di Hari Kiamat adalah orang yang lebih banyak menginginkan kebaikan bagi orang lain di bumi.ÔÇØ[3]
4. Rasulullah Saw bersabda, ÔÇ£Barangsiapa yang pergi untuk memenuhi kebutuhan saudara seagamanya, tapi tidak memikirkan kebaikan baginya, maka ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.ÔÇØ[4]
5. Imam Shadiq as berkata, ÔÇ£Barangsiapa yang bermusyawarah dengan saudara seagamanya dan ia tidak memberikan pendapatnya secara ikhlas, maka Allah Swt akan mengambil akalnya.[5]
Sumber: Vajeh-haye Akhlak az Ushul Kafi, Ibrahim Pishvai Malayeri, 1380 Hs, cet 6, Qom, Entesharat Daftar Tablighat-e Eslami.
[1] . Bab Nashihah al-MuÔÇÖmin, hadis 2.
[2] . Ibid, hadis 4.
[3] . Ibid, hadis 5.
[4] . Bab Man Lam Yunaashih Akhahu al-MuÔÇÖmin, hadis 1.
[5] . Ibid, hadis 5.
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 58-61
Ayat ke 58-59
┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ Ï¿┘ÅÏ┤┘æ┘ÉÏ▒┘Ä Ïú┘ÄÏ¡┘ÄÏ»┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏú┘Å┘å┘ÆÏ½┘Ä┘ë Ï©┘Ä┘ä┘æ┘Ä ┘ê┘Äϼ┘Æ┘ç┘Å┘ç┘Å ┘à┘ÅÏ│┘Æ┘ê┘ÄÏ»┘æ┘ïϺ ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä ┘â┘ÄÏ©┘É┘è┘à┘î (58) ┘è┘ÄϬ┘Ä┘ê┘ÄϺÏ▒┘Ä┘ë ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É ┘à┘É┘å┘Æ Ï│┘Å┘êÏí┘É ┘à┘ÄϺ Ï¿┘ÅÏ┤┘æ┘ÉÏ▒┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É Ïú┘Ä┘è┘Å┘à┘ÆÏ│┘É┘â┘Å┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë ┘ç┘Å┘ê┘å┘ì Ïú┘Ä┘à┘Æ ┘è┘ÄÏ»┘ÅÏ│┘æ┘Å┘ç┘Å ┘ü┘É┘è Ϻ┘äϬ┘æ┘ÅÏ▒┘ÄϺϿ┘É Ïú┘Ä┘ä┘ÄϺ Ï│┘ÄϺÏí┘Ä ┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ¡┘Æ┘â┘Å┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (59)
Artinya:
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. (16: 58)
Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (16: 59)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang musyrik menganggap malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah. Ayat ini menyebutkan, "Mereka menisbatkan hal yang tidak benar mengenai para malaikat dan Allah, padahal mereka sendiri menilai anak perempuan menistakan mereka. Bila seseorang mengabarkan kepada mereka bahwa isterimu melahirkan anak perempuan, kontan wajahnya merah menanggung malu dan menyembunyikan dirinya dari masyarakat. Orang seperti ini selalu berpikir mampukah ia menanggung kehinaan ini. Untuk keluar dari kondisi kejiawaan yang semacam ini, ia bahkan tega menguburkan anak perempuannya dalam keadaan hidup."
Disebutkan dalam sejarah bahwa alasan terpenting orang-orang Arab menganggap hina anak perempuan dikarenakan mereka hidup di lingkungan padang pasir biasanya tidak pernah terlepas dari perang. Tentu saja di medan perang anak perempuan tidak punya kemampuan untuk berperang. Selain itu, bila sebuah kabilah kalah dalam berperang, anak-anak perempuannya bakal ditawan oleh musuhnya yang menang dan akhirnya menjadi budak wanita yang diperlakukan semena-mena.
Namun di masa jahiliyah itu, al-Quran dan Islam menganugerahkan nilai yang tinggi kepada anak perempuan. Nabi Muhammad Saw sendiri banyak memperingatkan umatnya mengenai berbuat baik kepada anak perempuan dan beliau sendiri memberikan perhatian khusus kepada anak perempuannya Fathimah Zahra as.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Bila sampai kini disebagian masyarakat mengunggulkan anak laki-laki ketimbang perempuan, dapat dikatakan bahwa mereka masih melestarikan pemikiran jahiliyah.
2. Peran khurafat dan pemikiran yang tidak benar di sebagian manusia masih kuat, sehingga terkadang mereka siap mengacuhkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang paling jelas sekalipun. Sebagaimana yang terjadi di masa jahiliyah, seorang ayah yang dipengaruhi pemikiran khurafat sampai hati menguburkan anak perempuannya dalam keadaan hidup.
3. Agama-agama langit, khususnya Islam mengutuk keras berbagai kepercayaan khurafat terkait anak perempuan dan wanita.
 
Ayat ke 60
┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É ┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘ŠϺ┘äÏ│┘æ┘Ä┘ê┘ÆÏí┘É ┘ê┘Ä┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘ë ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ▓┘É┘èÏ▓┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘â┘É┘è┘à┘Å (60)
Artinya:
Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi. Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (16: 60)
Setelah menjelaskan akidah khurafat orang-orang Musyrik dalam ayat sebelumnya, ayat ke-60 surat an-Nahl ini menyebutkan, "Sumber semua keburukan dalam kepercayaan dan perbuatan akibat dari menjauhi keimanan dan hari akhirat. Tidak ada manusia yang beriman akan membolehkan dirinya menilai makhluk Allah sebagai sumber kehinaan dan juga tidak akan berani merampas kehidupannya. Karena kehidupan merupakan anugerah ilahi. Sementara segala sifat kebaikan itu berasal dari Allah. Setiap mukmin dalam segala urusannya selalu berniat untuk mendekatkan dirinya dengan sifat-sifat baik Allah dan mengembangkannya dalam dirinya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Syirik dan kufur sumber segala keburukan, sementara keimanan dan keikhlasan menjadi sumber segala kebaikan.
2. Kemuliaan, kekuatan dan segala kesempurnaan hanya bagi Allah semata dan manusia untuk sampai pada kesempurnaan harus memiliki sifat-sifat Allah.
 
Ayat ke 61
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ê┘Æ ┘è┘ÅÏñ┘ÄϺϫ┘ÉÏ░┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘ŠϺ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘Ä Ï¿┘ÉÏ©┘Å┘ä┘Æ┘à┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ▒┘Ä┘â┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘ÄϺϿ┘æ┘ÄÏ®┘ì ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘â┘É┘å┘Æ ┘è┘ÅÏñ┘ÄÏ«┘æ┘ÉÏ▒┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ïú┘Äϼ┘Ä┘ä┘ì ┘à┘ÅÏ│┘Ä┘à┘æ┘ï┘ë ┘ü┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ϼ┘ÄϺÏí┘Ä Ïú┘Äϼ┘Ä┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏú┘ÆÏ«┘ÉÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä Ï│┘ÄϺÏ╣┘ÄÏ®┘ï ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘é┘ÆÏ»┘É┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (61)
Artinya:
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (16: 61)
Ayat ini menjelaskan mengenai dua kaidah universal mengenai sunnah ilahi. Ayat 61 ini menyebutkan, "Pemberian waktu kepada manusia pendosa merupakan sunnah ilahi. Karena bila Allah berkehendak untuk membalas langsung setiap dosa yang dilakukan manusia, niscaya tidak akan ada satu manusia pun yang hidup di muka bumi dan kehidupan manusia bakal musnah. Oleh karenanya, kesempatan yang diberikan ini bagi sebagian orang di dunia dan sebagian lainnya di akhirat."
Sunnah ilahi lainnya, Allah memberikan kesempatan kepada manusia pada waktu yang telah ditentukan. Saat tiba waktunya diturunkan azab atau tiba ajalnya, hal ini tidak akan dimajukan atau dimundurkan dan tidak ada yang mampu menghalangi kehendak Allah.
Ayat ini juga menjelaskan peran dosa yang merusak dan menyebutkan, "Dosa tidak saja membinasakan manusia, tapi juga mengancam seluruh makhluk hidup. Ini merupakan tanda bahaya dari manusia kepada seluruh makhluk hidup.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Setiap dosa atau kezaliman kepada diri sendiri atau orang lain akan menjadi sumber kebinasaan manusia sesuai dengan sunnah ilahi, sekalipun ditangguhkan terjadinya kecuali ia bertaubat dan menebus masa lalunya.
2. Kesempatan yang diberikan Allah kepada orang-orang zalim dan pendosa bukan berarti Allah lalai akan hal tersebut. Karena siksa Allah akan diturunkan pada waktunya. (IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 53-57
Ayat ke 53-54
┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ï¿┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ┘å┘ÉÏ╣┘Æ┘à┘ÄÏ®┘ì ┘ü┘Ä┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï½┘Å┘à┘æ┘Ä ÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ┘à┘ÄÏ│┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘äÏÂ┘æ┘ÅÏ▒┘æ┘Å ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ï¬┘Äϼ┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (53) Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä ÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ┘â┘ÄÏ┤┘Ä┘ü┘Ä Ïº┘äÏÂ┘æ┘ÅÏ▒┘æ┘Ä Ï╣┘Ä┘å┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ┘ü┘ÄÏ▒┘É┘è┘é┘î ┘à┘É┘å┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘è┘ÅÏ┤┘ÆÏ▒┘É┘â┘Å┘ê┘å┘Ä (54)
Artinya:
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (16: 53)
Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu dari pada kamu, tiba-tiba sebahagian dari pada kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain). (16: 54)
Kedua ayat tersebut yang kandungannya seringkali diulang dalam ayat-ayat al-Quran lainnya, menekankan dua poin. Pertama, seluruh kenikmatan baik raga dan jiwa, serta kenikmatan alam seperti air, tanah, tumbuh-tumbuhan, binatang, bumi dan langit berasal dari Allah Swt, semua itu berasal dari Allah Swt. Lantas mengapa sebagian kalian menjadikan sederet kenikmatan tersebut sepadan dengan Allah Swt dan mematuhi selain-Nya? Mematuhi atau mentaati selain Allah Swt sebagai ganti dari ketaatan kepada Zat Yang Maha Kuasa, sama halnya dengan melakukan syirik atau menyekutukan Allah Swt.
Adapun poin kedua menyebutkan, saat terjadi musibah, kalian menghadapi kondisi sedih, yang kemudian menjadikan Allah Swt sebagai tempat mengeluh dan mengadu. Kalian meminta kepada Allah Swt supaya menyelesaikan problema kalian. Namun uniknya, saat problema itu dapat diselesaikan, sebagian dari kalian melupakan Allah Swt, bahkan menyebut selain Allah Swt sebagai pihak yang menyelesaikan problema tersebut. Ini adalah salah satu bentuk syirik atau penyekutuan kepada Allah Swt.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kita harus bersikap waspada bahwa kenikmatan dapat melupakan Allah Swt dan menyebabkan syirik kepada-Nya.
2. Menjaga keimanan dan meminta pertolongan kepada Allah Swt harus terus dipertahankan. Hal itu tidak hanya dilakukan saat menghadapi kesulitan.
 
Ayat ke 55
┘ä┘É┘è┘Ä┘â┘Æ┘ü┘ÅÏ▒┘Å┘êϺ Ï¿┘É┘à┘ÄϺ Ïó┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘ÄϬ┘Ä┘à┘ÄϬ┘æ┘ÄÏ╣┘Å┘êϺ ┘ü┘ÄÏ│┘Ä┘ê┘Æ┘ü┘Ä Ï¬┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (55)
Artinya:
Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenag-senanglah kamu. Kelak, kamu akan mengetahuinya (akibatnya). (16: 55)
Ayat ini menjelaskan kelanjutan ayat sebelumnya, menyekutukan Allah Swt di saat gembira dan berakhirnya masalah dapat dilihat pada seseorang yang tidak mensyukuri kenikmatan Allah Swt dan mengingkari apa yang diberikan-Nya. Sangatlah jelas bahwa seseorang yang tak mensyukuri kenikmatan akan dihadapkan pada kemungkaran Allah Swt di dunia dan akhirat. Meski ia menggunakan kenikmatan tersebut, tapi hal itu tak membahagiakannya. Bahkan kenikmatan itu membuat orang tersebut mendapat azab.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Tidak mensyukuri kenikmatan Allah Swt adalah bentuk dari kesyrikan dan kekafiran yang membuat Allah Swt murka.
2. Meski banyak manusia yang mengingkari Allah, namun Allah Swt tidak memutuskan nikmat yang diberikan-Nya dan membiarkan mereka untuk tetap bersenang-senang. Namun sebenarnya, hal itu merupakan kesempatan yang diberikan kepada Allah Swt, supaya manusia sadar.
 
Ayat ke 56-57
┘ê┘Ä┘è┘Äϼ┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ä┘É┘à┘ÄϺ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ê┘å┘Ä ┘å┘ÄÏÁ┘É┘èÏ¿┘ïϺ ┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ Ï▒┘ÄÏ▓┘Ä┘é┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¬┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘ÄϬ┘ÅÏ│┘ÆÏú┘Ä┘ä┘Å┘å┘æ┘Ä Ï╣┘Ä┘à┘æ┘ÄϺ ┘â┘Å┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ Ï¬┘Ä┘ü┘ÆÏ¬┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (56) ┘ê┘Ä┘è┘Äϼ┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¿┘Ä┘å┘ÄϺϬ┘É Ï│┘ÅÏ¿┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘å┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ┤┘ÆÏ¬┘Ä┘ç┘Å┘ê┘å┘Ä (57)
Artinya:
Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bahagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka. Demi Allah, sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa yang telah kamu ada-adakan. (16: 56)
Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki). (16: 57)
Kedua ayat tersebut menyinggung keyakinan dan perbuatan khurafat serta perilaku tidak layak orang-orang Musyrik. Kaum Musyrik menyisakan sebagain dari kenikmatannya untuk berhala. Pada saat yang sama, mereka harus mempertanggungjawabkan tindakannya ini. Lantas atas dasar hak yang mana mereka melakukan hal tersebut dan menggunakan kenikmatan ilahi di jalan syirik?
Kelanjutan ayat tersebut menjelaskan bahwa kaum Musyrik menduga para malaikat sebagai anak-anak Tuhan. Berdasarkan keyakinan ini, mereka mempunyai tiga penyimpangan mendasar. Pertama, mereka menyatakan bahwa Tuhan mempunyai anak. Padahal Tuhan tidak mempunyai anak. Kedua, mereka mengganggap para malaikat sebagai anak-anak perempuan Tuhan. Padahal tidak ada laki-laki dan perempuan di kalangan malaikat. Ketiga, orang-orang Musyrik menyebut perempuan sebagai hal yang hina. Bahkan mereka mengubur anak perempuan secara hidup-hidup. Dengan kondisi seperti ini, mereka mengaitkan hal tersebut dengan Tuhan.
Semua itu adalah kebohongan semata. Untuk itu, kaum Musyrik harus mempertanggungjawabkan sikap mereka. Dapat dipastikan bahwa mereka tak dapat menjawab hal itu.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kita tidak berhak memanfaatkan nikmat ilahi untuk sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah Swt.
2. Bergantung pada sesuatu atau pihak-pihak yang mereka sendiri tidak mengetahui apa yang akan terjadi, dapat dikatakan sebagai bentuk khurafat.
3. Kasih sayang materi dan duniawi Allah Swt mencakup semua orang, termasuk orang-orang yang menyeleweng.
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 48-52
Ayat ke 48
Ïú┘Ä┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘ÄÏ▒┘Ä┘ê┘ÆÏº ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë ┘à┘ÄϺ Ï«┘Ä┘ä┘Ä┘é┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ï┤┘Ä┘è┘ÆÏí┘ì ┘è┘ÄϬ┘Ä┘ü┘Ä┘è┘æ┘ÄÏú┘Å Ï©┘É┘ä┘ÄϺ┘ä┘Å┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘å┘É Ïº┘ä┘Æ┘è┘Ä┘à┘É┘è┘å┘É ┘ê┘ÄϺ┘äÏ┤┘æ┘Ä┘à┘ÄϺϪ┘É┘ä┘É Ï│┘Åϼ┘æ┘ÄÏ»┘ïϺ ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï»┘ÄϺϫ┘ÉÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (48)
Artinya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang Telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri? (16: 48)
 
Ayat ini menyamakan bayangan sesuatu yang jatuh ke tanah dan tertunduk dengan kondisi sujud. Allah berfirman, tidak hanya seluruh makhluk-Nya yang bersujud kepada-Nya, tapi juga bayangan mereka tunduk dan sujud di hadapan-Nya. Jelas, seluruh ciptaan Allah mengikuti undang-undang dan aturan ilahi dan tidak mungkin terjadi kesalahan padanya. Dengan kata lain, mereka taat mutlak kepada Sang Pencipta dan tidak mungkin menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan. Itulah mengapa bayangan segala sesuatu mengikuti zat aslinya yang mengikuti sunnah ilahi.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Sistem yang menguasai alam ini seluruhnya mengikuti dan taat perintah Allah.
2. Semua wujud dalam keadaan sujud dan bertasbih kepada Allah. Lalu mengapa manusia ingin keluar dari sistem harmonis ini dan tidak ingin bersujud di hadapan Allah?
 
Ayat ke 49-50
┘ê┘Ä┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¼┘ÅÏ»┘Å ┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘ÄϺϿ┘æ┘ÄÏ®┘ì ┘ê┘ÄϺ┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ä┘ÄϺϪ┘É┘â┘ÄÏ®┘Å ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘Ä┘â┘ÆÏ¿┘ÉÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (49) ┘è┘ÄÏ«┘ÄϺ┘ü┘Å┘ê┘å┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ┘ü┘Ä┘ê┘Æ┘é┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘ü┘ÆÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ┘à┘ÄϺ ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (50)
Artinya:
Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. (16: 49)
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (16: 50)
Kelanjutan ayat dari sebelumnya mengenai sujudnya para makhluk ditambahkan bukan hanya makhluk hidup di alam, tapi juga mencakup para malaikat. Mereka taat, tunduk dan sujud kepada Allah Swt, tidak pernah sombong dan menentang-Nya. Karena mereka senantiasa merasakan kehadiran Allah dan pengawasan-Nya.
Sekaitan apa makna sebenarnya dari sujud para makhluk ada dua pendapat mengenai hal ini. Pendapat pertama melihat sujud pada makhluk sebagai penyerahan diri di hadapan hukum alam dan sunnah ilahi. Sementara pendapat kedua memahami arti sujud yang dimaksudkan muncul dari kesadaran dan pengetahuan, sekalipun memahami hal ini di luar dari kemampuan manusia.
Mencermati sejumlah ayat al-Quran lain menunjukkan al-Quran sependapat dengan pandangan kedua. Karena al-Quran di ayat lain menyebutkan, ÔÇ£Kalian tidak mampu mengetahui tasbih dan sujudnya makhluk ciptaan Allah.ÔÇØ Bila menurut pendapat pertama, jelas kita memahami dan mengetahui tasbih dan sujud mereka. Oleh karenanya, bentuk sujud yang dilakukan berdasarkan kesadaran yang dilimpahkan Allah kepada manusia dan bukan kesadaran yang bisa dicapai dengan usaha.
Dari dua tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Makhluk hidup tidak hanya tinggal di atas bumi ini tapi juga ada di tempat lain seperti yang diisyaratkan dalam surat as-Syuuraa ayat 29.
2. Ketakutan kita terhadap Allah akibat perbuatan dosa yang kita lakukan, namun ketakutan para malaikat dari Allah bersumber dari keagungan Allah, sama seperti ketakutan para nabi dan wali Allah kepada-Nya.
3. Para malaikat adalah para pelayan suci ilahi yang melakukan pekerjaannya dengan benar dan sempurna.
 
Ayat ke 51
┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘ÄϺ Ϭ┘ÄϬ┘æ┘ÄÏ«┘ÉÏ░┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ç┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ÏºÏ½┘Æ┘å┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ç┘Å┘ê┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ç┘î ┘ê┘ÄϺϡ┘ÉÏ»┘î ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘è┘æ┘ÄϺ┘è┘Ä ┘ü┘ÄϺÏ▒┘Æ┘ç┘ÄÏ¿┘Å┘ê┘å┘É (51)
Artinya:
Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; Sesungguhnya dialah Tuhan yang Maha Esa, Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (16: 51)
Setelah menjelaskan penyerahan diri semua makhluk di hadapan Allah, ayat ini menyebutkan, ÔÇ£Wahai manusia! Mengapa kalian mensyirikkan Allah dan mendudukkan sebagian makhluk atau manusia sejajar dengan Allah? Padahal pencipta kalian adalah Dia Yang Esa. Tidak ada selain Allah yang layak untuk disembah. Bila manusia hanya melihat Allah dan menyembahnya, jelas saja ia tidak punya rasa takut dengan selain-Nya. Ia hanya takut kepada Allah Sang Pencipta. Ketakutan ini berdampak pada keseriusannya untuk melaksanakan segala kewajiban yang dibebankan Allah kepadanya. Ini semua akan menumbuhkembangkan segala potensi yang dimilikinya dan menjadi sempurna.
Dari tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Keyakinan akan adanya dua sumber; kebaikan dan keburukan yang mengatur dunia merupakan kepercayaan yang salah. Karena segala sesuatu berasal dari Allah, sekalipun kita melihatnya adalah keburukan.
2. Takut kepada selain Allah sebenarnya termasuk bentuk syirik dan seorang mukmin tidak takut kepada apa dan siapa pun selain Allah.
 
Ayat ke 52
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘ŠϺ┘äÏ»┘æ┘É┘è┘å┘Å ┘ê┘ÄϺÏÁ┘ÉÏ¿┘ïϺ Ïú┘Ä┘ü┘ÄÏ║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï¬┘ÄϬ┘æ┘Ä┘é┘Å┘ê┘å┘Ä (52)
Artinya:
Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka Mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah? (16: 52)
Sebagai lanjutan ayat sebelumnya, ayat ini menyebutkan, ÔÇ£Baik sistem takwini (cipta) dan sistem tasyriÔÇÖi (tinta), kedua-duanya berasal dari Allah.ÔÇØ Tidak satu pun selain Allah yang mampu mencipta dan tidak satu pun selain-Nya yang berhak membuat undang-undang dan kewajiban. Bila memang demikian, lalu mengapa masih saja ada orang yang tidak bertakwa kepada-Nya dan masih memperhitungkan orang lain.
Dari tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Penyembahan hanya kepada Allah Yang Maha Esa dan taat kepada selain-Nya tidak diperbolehkan, kecuali kepada mereka yang diperintah oleh Allah.
2. Yang berhak menentukan undang-undang alam hanya sang pencipta.
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 43-47
Ayat ke 43-44
┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï▒┘Éϼ┘ÄϺ┘ä┘ïϺ ┘å┘Å┘êÏ¡┘É┘è ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ┘ü┘ÄϺÏ│┘ÆÏú┘Ä┘ä┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘ç┘Æ┘ä┘Ä Ïº┘äÏ░┘æ┘É┘â┘ÆÏ▒┘É ÏÑ┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (43) Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘ÄϺ┘äÏ▓┘æ┘ÅÏ¿┘ÅÏ▒┘É ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä Ïº┘äÏ░┘æ┘É┘â┘ÆÏ▒┘Ä ┘ä┘ÉϬ┘ÅÏ¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘Ä ┘ä┘É┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘É ┘à┘ÄϺ ┘å┘ÅÏ▓┘æ┘É┘ä┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘ÄϬ┘Ä┘ü┘Ä┘â┘æ┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (44)
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (16: 43)
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab, dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (16: 44)
 
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat sejarah, sejumlah orang-orang Musyrik meragukan mengapa Allah mengutus manusia sebagai nabi. Mereka berharap bahwa yang diutus Allah itu seperti malaikat.
Ayat-ayat ini sejatinya menjadi jawaban atas keraguan mereka. Ayat menyebutkan, ini bukan pertama kalinya Allah mengutus manusia sebagai rasul-Nya, namun tetap saja kalian menganggap hal ini sebagai satu hal yang mengherankan dan bersikeras untuk tidak menerimanya. Oleh karenanya, tanyakan kepada pengikut agama lain dan Ahlul Kitab. Mereka akan menjawab bahwa para nabi yang diutus kepada mereka juga manusia dan sepanjang sejarah memang demikian. Para nabi besar seperti Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa as juga adalah manusia yang bertugas menyampaikan risalah Allah kepada umat manusia dan setiap dari mereka mengeluarkan mukjizat untuk membuktikan kenabiannya.
Nabi Muhammad Saw juga sama dengan para nabi sebelumnya diutus dengan membawa Kitab Allah dan mukjizat guna membuktikan kenabiannya. Mukjizat paling penting beliau adalah al-Quran. Sebuah kitab Allah yang diturunkan untuk menunjukki manusia dan nabi sendiri punya kewajiban untuk menjelaskannya kepada mereka.
Ayat ini juga mengisyaratkan satu prinsip umum mengenai para ilmuan dan ahli ilmu harus menjadi referensi. Berdasarkan berbagai riwayat, bukti paling penting mengenai masalah ini adalah Ahlul Bait Nabi sebagai ahli ilmu yang menjadi rujukan. Ilmu yang dimiliki Ahlul Bait berasal dari sumber ilmu Nabi yang bertaut dengan ilmu tak terhingga Ilahi.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Para nabi ilahi sejak dahulu berasal dari manusia, bukan jin atau malaikat agar menjadi bukti bagi masyarakat semua. Dengan demikian mereka tidak lagi beralasan bahwa apa yang dibawa oleh para nabi tidak dapat dilakukan.
2. Urusan yang berhubungan dengan agama harus ditanyakan kepada mereka yang benar-benar mengetahuinya dan tidak kepada setiap orang yang memiliki sedikit pengetahuan mengenainya.
3. Para nabi agung ilahi memiliki Kitab dan mukjizat agar masyarakat tidak bingung dalam memilah mana yang benar dan batil.
4. Risalah dan tugas Nabi Muhammad Saw adalah menjelaskan al-Quran dan kewajiban masyarakat adalah menerima dan memikirkannya.
 
Ayat ke 45-47
Ïú┘Ä┘ü┘ÄÏú┘Ä┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘Ä┘â┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏ│┘æ┘Ä┘è┘æ┘ÉϪ┘ÄϺϬ┘É Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ«┘ÆÏ│┘É┘ü┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘ç┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Ä Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ï¡┘Ä┘è┘ÆÏ½┘Å ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ┤┘ÆÏ╣┘ÅÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (45) Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ«┘ÅÏ░┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è Ϭ┘Ä┘é┘Ä┘ä┘æ┘ÅÏ¿┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘à┘ÅÏ╣┘ÆÏ¼┘ÉÏ▓┘É┘è┘å┘Ä (46) Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ«┘ÅÏ░┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϭ┘ÄÏ«┘Ä┘ê┘æ┘Å┘ü┘ì ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄÏ▒┘ÄÏí┘Å┘ê┘ü┘î Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘è┘à┘î (47)
Artinya:
Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari. (16: 45)
Atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu). (16: 46)
Atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (16: 47)
Sesuai dengan logika al-Quran yang mengajak para penentang dan orang-orang musyrik agar memikirkan sejarah umat-umat terdahulu, sekaligus mengambil pelajaran dari mereka yang menentang ucapan para nabi, ayat-ayat yang telah dibacakan sebelumnya menyebutkan, siksaan para penentang kebenaran tidak hanya di Hari Kiamat.
Sangat mungkin sekali di dunia ini Allah menurunkan azab dan siksanya kepada orang-orang zalim yang menolak kebenaran. Ketika malam tiba dan orang-orang tengah beristirahat atau di siang hari ketika tengah bekerja tiba-tiba azab ilahi turun dan atau azab ilahi menimpa mereka dari tempat yang tidak pernah mereka sangka-sangka. Ketika azab telah diturunkan, tidak ada lagi jalan untuk melarikan diri. Benar, Allah dengan kelembutannya tidak cepat-cepat mengazab orang-orang kafir dan memberikan mereka kesempatan melepaskan diri dari sikap keras kepala dan menerima kebenaran.
 
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Azab dan siksaan ilahi diturunkan setelah semua bukti telah sempurna. Ketika bukti-bukti kebenaran belum sempurna tidak akan diturunkan azab.
2. Baik orang kafir dan mukmin harus mengetahui bahwa perbuatan makar orang-orang zalim di hadapan ilmu dan kekuatan Ilahi tidak berarti apa-apa. Tidak ada satu apa pun yang mampu mencegah kemarahan Allah.
3. Kemarahan Allah di dunia tidak dapat diperkirakan. Oleh karena itu tidak mungkin lari dari azab ketika telah diturunkan.
4. Kemarahan dan siksa Allah bertujuan untuk mendidik manusia dan bukan karena kedengkian dan balas dendam.
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 58-61
Naisyaburi, Filsuf Iran Meninggal Dunia
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 38-42
Ayat ke 38-39
Artinya:
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (16: 38)
Agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta. (16: 39)
Sebelumnya, kita telah bahas bersama bahwa kekafiran, kesyirikan, dan kesesatan, yang berdasarkan pada permusuhan, tidak akan dapat diharapkan untuk mendapatkan hidayah kebenaran. Bahkan Allah Swt menyatakan telah menutup pintu hidayah-Nya bagi orang-orang yang melakukannya.
Dua ayat ini menyebutkan, mereka menilai kematian sebagai akhir dari kehidupan mereka dan mengatakan, Tuhan menghukum orang-orang yang telah mati dengan tidak menghidup mereka kembali dan kematian menutup rapor setiap orang di dunia ini. Yang menarik adalah bahwa mereka mengatakan ini dengan menyatakan sumpah atas nama Tuhan. Ketika manusia tidak memiliki pengetahuan yang tepat terhadap Allah Swt, maka ia akan menggambarkan Allah di dalam benaknya seperti sebuah wujud yang disembah melalui arca-arca, dan berhala itu menjadi tidak berperan dalam kehidupan dan hanya rekayasa benak manusia saja. Tuhan seperti ini tidak dapat mengatur urusan dunia dan sebab itu pula setelah kematian pun Tuhan seperti itu juga tidak memiliki program atau rancangan apapun.
Namun Allah Swt berfirman, pada Hari Kiamat akan diketahui apakah para nabi yang menjanjikan surga dan neraka adalah pembohong atau mereka yang mengingkari seruan tersebut? Di sanalah hakikat akan terbukti, namun apa daya karena sudah tidak ada jalan kembali.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kiamat dan penghidupan kembali orang-orang yang telah mati adalah janji Allah yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan terhadap Allah Swt.
2. Sekelompok orang dengan sengaja mengingkari kiamat berdasarkan permusuhan dan keras kepala. Namun sebagian besar manusia menolaknya karena kebodohan dan tidak adanya pengetahuan yang benar.
 
Ayat ke 40
Artinya:
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "Kun (jadilah)", Maka jadilah ia. (16: 40)
Manusia ketika menggambarkan sesuatu dalam benaknya, hanya dengan menginginkannya saja manusia dapat mewujudkannya dalam benaknya dan tidak memerlukan hal atau sarana lain. Ini merupakan contoh pendekatan untuk menjelaskan seperti itu pula lah Allah ketika hendak menciptakan sesuatu. Allah Swt hanya cukup menginginkannya, maka terciptalah sesuatu tersebut. Sekali lagi contoh tersebut hanya dalam rangka pendekatan nalar kita dengan penjelasan mengenai kun fayakun.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tidak ada artinya kita meragukan kiamat, karena kekuatan Allah Swt jauh melampaui hanya sekedar menghidupkan makhluk yang telah binasa.
2. Allah Swt yang menciptakan makhluk hanya dengan menginginkan saja, apakah Ia juga tidak mampu menghidupkan kembali makhluk yang telah hancur berubah dalam unsur lain.
 
Ayat ke 41-42
Artinya:
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempata yang bagus kepada mereka di dunia, dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (16: 41)
(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal. (16: 42)
Salah satu perintah dalam agama Islam adalah berhijrah di jalan Allah demi menjaga agama, keyakinan, serta keselamatan keluarga. Manusia yang mukmin tidak boleh tergilas dalam masyarakat yang zalim atau membiarkan dirinya dihina dan dizalimi. Ia harus melawan kezaliman itu atau meninggalkan tempat tersebut demi menjaga keyakinannya. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dan kaum Muslim yang berhijrah dari Mekah ke Madinah. Rasulullah dan sahabat beliau bersabar menghadapi berbagai kesulitan dan masalah, serta bertawakal kepada Allah Swt. Akhirnya mereka dapat mengatasi seluruh kesulitan tersebut. Dalam ayat tersebut Allah Swt berfirman, " Orang yang berhijrah di jalan Allah, akan hidup dalam kondisi yang lebih baik dan di akhirat juga akan mendapatkan pahala karena telah bertawakal kepada-Nya."
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jika kita tidak dapat melawan kezaliman, kita juga tidak boleh menerimanya dan mengatakan bahwa kita tidak memiliki jalan keluar apapun. Karena solusinya adalah berhijrah.
2. Di hadapan orang-orang zalim, kita harus bertawakal kepada kekuatan Allah bukan kekuatan asing.
3. Meski berhijrah adalah hal yang sulit, namun hal tersebut akan membawa kebahagiaan dan ketenangan, dan ini adalah janji Allah Swt. (IRIB Indonesia)
Kejahatan Israel di Bawah Bayangan Kegagalan Gencatan Senjata
Serangan brutal militer rezim Zionis Israel ke Jalur Gaza dilanjutkan setelah kegagalan perundingan antara Palestina dan rezim penjajah tersebut untuk mecapai gencatan senjata permanen.
Jet-jet tempur rezim Zionis kembali membombardir wilayah pemukiman penduduk di Gaza. Dalam serangan terbarunya, pesawat tempur Israel meluluhlantakkan sebuah apartemen di pusat wilayah yang diblokade tersebut.
Serangan pasukan Israel pada Sabtu (23/8) telah menyebabkan puluhan warga Palestina gugur syahid dan terluka. Agresi militer rezim Zionis di Gaza selama lebih sebulan setengah ini juga telah merusak dan menghancurkan ribuan rumah penduduk, termasuk tempat-tempat ibadah dan rumah sakit.
Sejak berakhirnya gencatan senjata sementara pada Selasa pekan lalu hingga sekarang, sedikitnya 81 warga Palestina gugur syahid. Sementara serangan brutal tentara Israel ke Gaza sejak tanggal 8 Juli 2014 hingga sekarang telah menyebabkan 2.103 orang gugur syahid dan lebih dari 10.660 lainnya terluka.
Serangan rezim Zionis yang begitu dahsyatnya telah mendorong PBB untuk memperingatkan kejahatan rezim itu. Lembaga internasional tersebut telah memberikan laporan-laporan terkait serangan ke Gaza dan menyatakan bahwa rekonstruksi di wilayah yang diblokade Israel sejak Juni 2007 itu memerlukan waktu sekitar 18 tahun.
Berlanjutnya serangan membabi buta rezim Zionis di Palestina membuktikan bahwa gencatan senjata sementara tidak dapat mencegah kejahatan rezim penjajah al-Quds tersebut. Di masa pelaksanaan kesepakatan penghentian sementara konflik, Tel Aviv tetap melanggar perjanjian tersebut, dan setelah berakhir kesepakatan itu, Israel juga langsung melanjutkan kejahatan-kejahatan mengerikannya di Gaza, bahkan gencatan senjata sementara digunakan rezim Zionis untuk menutupi tindakan-tindakan anti-kemanusiaannya.
Selama diberlakukannya beberapa kesepakatan penghentian sementara konflik dalam kerangka negosiasi untuk mencapai gencatan senjata jangka panjang, Israel selalu melanggarnya dan bahkan gencatan senjata sementara yang telah beberapa kali diperpanjang itu tidak mampu menciptakan ketenangan relatif. Di masa tersebut, militer Israel tetap melanjutkan kejahatannya.
Para analis politik meyakini bahwa jika akar utama krisis Gaza tidak diperhatikan, maka gencatan senjata sementara tidak akan mampu membantu penyelesaian krisis tersebut. Ketidakpercayaan rezim Zionis terhadap mekanisme pengurangan kekerasan telah menyebabkan kegagalan kesepakatan penghentian sementara konflik, dan sikap tersebut menunjukkan dengan jelas tentang sifat penghasut perang yang dimiliki oleh rezim ilegal itu.
Menariknya, selama konfrontasi dengan kelompok-kelompok Muqawama Palestina di perang terbaru ini, rezim Zionis menghadapi kekalahan luas. Namun rezim tersebut terus berusaha untuk menutupi kegagalannya, dan bahkan berusaha membalas dendam terhadap Muqawama dengan memaksakan gencatan senjata dengan persamaan Amerika-Israel. Melalui cara ini, Israel ingin menunjukkan bahwa pihaknya adalah pemenang dalam perang tersebut.
Hal yang pasti adalah konspirasi politik dan militer yang dikejar oleh Amerika Serikat dan Israel melalui mekanisme kesepakatan penghentian sementara konflik telah menjadi penyebab utama kegagalan pencapaian kesepakatan gencatan senjata permanen.
Rakyat Palestina menyatakan bahwa segala bentuk gencatan senjata di Gaza harus menjadi peluang untuk merealisasikan semua tuntutan mereka terutama penghentian serangan militer rezim Zionis dan diakhirinya blokade Gaza.
 
Gerakan Jihad Islam Palestina menegaskan, rezim Zionis menolak untuk memenuhi semua tuntutan rakyat Palestina, tetapi Muqawama dan rakyat pada akhirnya akan mampu memaksa Israel untuk melaksanakan gencatan senjata dan memperhatikan tuntutan-tuntutan Palestina.



























