کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Ibrahim Ayat 7-10
Ayat ke 7-8
 
┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘Æ Ï¬┘ÄÏú┘ÄÏ░┘æ┘Ä┘å┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Å┘â┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϪ┘É┘å┘Æ Ï┤┘Ä┘â┘ÄÏ▒┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄÏú┘ÄÏ▓┘É┘èÏ»┘Ä┘å┘æ┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϪ┘É┘å┘Æ ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘É┘è ┘ä┘ÄÏ┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘î (7) ┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë ÏÑ┘É┘å┘Æ Ï¬┘Ä┘â┘Æ┘ü┘ÅÏ▒┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É Ï¼┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄÏ║┘Ä┘å┘É┘è┘æ┘î Ï¡┘Ä┘à┘É┘èÏ»┘î (8)
 
Artinya:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (14: 7)
 
Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (14: 8)
 
Kita telah membahas sebelumnya tentang Nabi Musa as yang menasehati Bani Israil agar mensyukuri nikmat atas dibebaskannya mereka dari perbudakan Firaun. Hal ini menjadi prinsip bahwa mensyukuri atau mengkufuri nikmat berperan besar bagi bertambah maupun hilangnya nikmat.
 
Namun mensyukuri dan memuji Tuhan memiliki tingkatan. Adakalanya pada tingkatan lisan seperti berzikir dengan lisan dan berdoa. Terkadang pula syukur dalam perbuatan dengan menginfakkan dan menafkahkan semua fasilitas yang diberikan Allah Swt, demi mencari ridha-Nya. Memanfaatkan nikmat mata untuk menuntuk ilmu dan melayani sesama makhluk Allah Swt, bukan untuk mencari keuntungan yang tidak halal. Ketika manusia mengetahui bahwa ilmu dan hartanya dari Allah bukan dari dirinya, inilah sebuah bentuk syukur. Sebaliknya, ketika manusia menggunakan nikmat Ilahi ini di jalan yang salah, pada dasarnya tidak bersyukur terhadap nikmat Allah.
 
Dalam riwayat disebutkan bahwa Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Musa as untuk mensyukuri-Nya. Musa berkata, "Aku tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan perintah ini, karena setiap kali aku bersyukur, muncul nikmat lainnya yang mesti aku syukuri pula." Tuhan menjawab, "Pengakuanmu tentang apapun yang kamu miliki dari-Ku, sebagai syukur terbaik." Maka secara alamiah mempergunakan berbagai nikmat Allah di jalan yang tidak disenangi-Nya, merupakan kufur nikmat dan Allah berjanji akan mengazabnya.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Salah satu ketentuan ilahi bahwa syukur menyebabkan bertambahnya nikmat dan kufur menyebabkan turunnya azab.
2. Tuhan tidak membutuhkan syukur dan pujian dari kita. Namun, spirit bersyukur memicu pertumbuhan moralitas diri kita dan sarana menerima nikmat yang lebih besar lagi.
 
Ayat ke 9
 
Ïú┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘å┘ÄÏ¿┘ÄÏú┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É ┘å┘Å┘êÏ¡┘ì ┘ê┘ÄÏ╣┘ÄϺϻ┘ì ┘ê┘ÄϽ┘Ä┘à┘Å┘êÏ»┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Šϼ┘ÄϺÏí┘ÄϬ┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘ÄϺϬ┘É ┘ü┘ÄÏ▒┘ÄÏ»┘æ┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘è┘ÆÏ»┘É┘è┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è Ïú┘Ä┘ü┘Æ┘ê┘ÄϺ┘ç┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘ÄϺ ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Æ┘å┘ÄϺ Ï¿┘É┘à┘ÄϺ Ïú┘ÅÏ▒┘ÆÏ│┘É┘ä┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ü┘É┘è Ï┤┘Ä┘â┘æ┘ì ┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘å┘Ä┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘ÅÏ▒┘É┘èÏ¿┘ì (9)
 
Artinya:
Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya". (14: 9)
 
Ayat ini mengabarkan tentang puncak pengingkaran para penentang nabi di sepanjang sejarah. Walaupun umat-umat terdahulu telah menyaksikan mukjizat yang nyata dan argumentasi yang terang, mereka masih merasa berada dalam keraguan dan mengatakan tidak akan beriman, bahkan menutupkan tangan mereka ke mulutnya sendiri. Mereka diam dan tidak mengizinkan dirinya mendengarkan perkataan orang yang lain.
 
Ketika menyaksikan mukjizat yang begitu jelas, orang yang ragu laksana orang yang di siang hari yang terang benderang mengatakan bahwa saya ragu apakah hari ini siang atau malam. Keraguan seperti ini tidak bisa diterima. Namun, ketika kita ragu saat tanya jawab dan dialog dalam menemukan hakikat, keraguan seperti ini menyebabkan sampainya pada iman yang teguh dan menjamin manusia mampu menghadapi berbagai permasalahan.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Mengkaji sejarah orang-orang terdahulu dan mengenal sunah ilahi, sebagai pelajaran bagi generasi mendatang dalam mencapai jalan yang lurus.
2. Keraguan orang kafir terhadap kebenaran agama berdasarkan penentangan buta bukan karena mengkaji dan menelitinya secara logis.
 
Ayat ke 10
 
┘é┘ÄϺ┘ä┘ÄϬ┘Æ Ï▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘Ä┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï┤┘Ä┘â┘æ┘î ┘ü┘ÄϺÏÀ┘ÉÏ▒┘É Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘è┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘â┘Å┘à┘Æ ┘ä┘É┘è┘ÄÏ║┘Æ┘ü┘ÉÏ▒┘Ä ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ï░┘Å┘å┘Å┘êÏ¿┘É┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏñ┘ÄÏ«┘æ┘ÉÏ▒┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ïú┘Äϼ┘Ä┘ä┘ì ┘à┘ÅÏ│┘Ä┘à┘æ┘ï┘ë ┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘å┘Æ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï¿┘ÄÏ┤┘ÄÏ▒┘î ┘à┘ÉϽ┘Æ┘ä┘Å┘å┘ÄϺ Ϭ┘ÅÏ▒┘É┘èÏ»┘Å┘ê┘å┘Ä Ïú┘Ä┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏÁ┘ÅÏ»┘æ┘Å┘ê┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘à┘æ┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Å Ïó┘ÄÏ¿┘ÄϺÏñ┘Å┘å┘ÄϺ ┘ü┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘Å┘ê┘å┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏ│┘Å┘ä┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘ì ┘à┘ÅÏ¿┘É┘è┘å┘ì (10)
 
Artinya:
Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata". (14: 10)
 
Para penentang bahkan tidak mengizinkan nabi-nabi ilahi menyelesaikan pembicaraannya. Menghadapi sikap tidak terpuji mereka, al-Quran menuturkan, saat para nabi dalam posisi membela agama Tuhan, mereka mengatakan bahwa seandainya kalian mengingkari kami, apakah Tuhan pun bisa kalian ingkari? Dia pencipta kalian dan mengajak menuju jalan yang lurus. Jika tidak menerima sampai batas akhir Ilahi berlaku, maka tidak ada jalan lagi untuk bertaubat dan terhindar dari murka Ilahi. Karena itu, selama masih ada kesempatan kembalilah menuju jalan Allah Swt.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Para nabi mengajak umat manusia menuju kesucian dari berbagai dosa. Maka, manusia yang tercemar dosa dan kerusakan, tidak akan mendengarkan perkataannya.
2. Kaum muslimin adalah pengikut kebenaran. Islam tidak menerima sikap fanatik berdasarkan ras, etnis dan mengikuti para leluhur yang tidak logis.
Tafsir Al-Quran, Surat Ibrahim Ayat 4-6
Ayat ke 4
 
┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘ì ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï¿┘É┘ä┘ÉÏ│┘ÄϺ┘å┘É ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É┘ç┘É ┘ä┘É┘è┘ÅÏ¿┘Ä┘è┘æ┘É┘å┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘è┘ÅÏÂ┘É┘ä┘æ┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘è┘Ä┘ç┘ÆÏ»┘É┘è ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ▓┘É┘èÏ▓┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘â┘É┘è┘à┘Å (4)
 
Artinya:
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (14: 4)
 
Pada pembahasan yang lalu, telah dijelaskan bahwa Allah Swt berfirman tentang orang yang mengikuti hawa nafsunya, menolak kebenaran dan mengingkari para nabi. Dalam ayat ini, Allah Swt berfirman bahwa para nabi ilahi tidak pernah lalai menjalankan tugasnya dan mereka berbicara dengan bahasa kaumnya berdasarkan tingkat pemahaman masing-masing. Sehingga para penentang tidak memiliki satu alasan pun untuk menolak kebenaran dengan mengatakan bahwa kami tidak memahami perkataannya.
 
Secara alamiah, setiap perbuatan manusia diiringi oleh reaksinya sendiri. Orang yang menutup mata, telinga dan akalnya dari kebenaran, berada dalam kesesatan. Selain itu, kehidupan mereka berada dalam kesempitan. Inilah ganjaran yang diberikan Allah kepada mereka di dunia, sebagaimana para pencari kebenaran yang menerima petunjuk para nabi, mendapatkan kebaikan dalam hidupnya. Inilah ganjaran kebaikan mereka di dunia. Maksud dari ayat ini yang menyebutkan bahwa Allah menyesatkan, adalah bahwa orang yang keras kepala karena kesalahannya sendiri, tidak mendapatkan rahmat Allah Swt. Inilah kerugian bagi mereka.
 
Sebagaimana dalam ayat lainnya disebutkan bahwa Tuhan tidak menyesatkan manusia, kecuali orang-orang yang zalim dan berlebihan sebagai tanda dari dampak kezaliman dan dosa yang jauh dari cahaya Ilahi. Seandainya Allah Swt hendak menyesatkan seseorang, Allah tidak mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk bagi umat manusia. Allah tidak mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk bagi umat manusia. Padahal, Allah Swt telah menurunkan kitab suci dan para nabinya untuk menyelamatkan umat manusia. Namun, sebagian manusia tidak memberikan hatinya di jalan kebenaran.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Bahasa para nabi bukan bahasa khusus yang hanya dipahami oleh kaum cendekia saja, namun mereka berbicara dengan bahasa kaumnya berdasarkan tingkat pemahaman mereka sebagai argumentasi untuk semua.
2. Allah bersikap bijaksana kepada semua manusia, baik yang berperilaku baik maupun yang buruk. Semua mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya masing-masing.
 
Ayat ke 5
 
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë Ï¿┘ÉÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘É┘å┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ«┘ÆÏ▒┘Éϼ┘Æ ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ©┘æ┘Å┘ä┘Å┘à┘ÄϺϬ┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘å┘æ┘Å┘êÏ▒┘É ┘ê┘ÄÏ░┘Ä┘â┘æ┘ÉÏ▒┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏú┘Ä┘è┘æ┘ÄϺ┘à┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ä┘ÄÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘ì ┘ä┘É┘â┘Å┘ä┘æ┘É ÏÁ┘ÄÏ¿┘æ┘ÄϺÏ▒┘ì Ï┤┘Ä┘â┘Å┘êÏ▒┘ì (5)
 
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (14: 5)
 
Mengiringi sebuah kaidah umum tentang dakwah para nabi di ayat sebelumnya, ayat ini mengisyaratkan metode Nabi Musa as, sebagaimana disebutkan dalam al-Quran bahwa ia hendak membebaskan manusia yang terikat rantai perbudakan Firaun dan penyembahan berhala para pembohong. Untuk membuktikan kebenaran kalinnya, Musa as memperlihatkan mukjizat kepada masyarakat. Umat Nabi Musa pada periode tertentu menerima dakwah ilahi dan pada saat yang lain menolaknya. Maka masa risalah Musa as ada waktu-waktu yang dipenuhi karunia rahmat Ilahi dan ada pula waktu yang dipenuhi kesulitan. Al-Quran menyebutkan sebagai ayyamullah (hari-hari Allah). Hari-hari tersebut untuk mengingatkan manusia dari kelalaian dan mengambil pelajaran darinya.
 
Kaum Bani Israel dengan izin Allah suatu saat selamat melintasi sungai Nil dan musuh-musuhnya tenggelam. Namun, karena mengingkari nikmat Allah, di saat yang lain kaum ini selama 40 tahun berada dalam kesulitan dan tersesat di padang Sahara sebagai pengingat bagi mereka dan keturunnya.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Mengingat sejarah para pendahulu, adalah media untuk bersabar menghadapi kesulitan dan bersyukur atas berbagai karunia Ilahi.
2. Memperingati hari-hari yang menentukan nasib sejarah sebuah umat terutama umat Islam adalah perintah Ilahi.
 
Ayat ke 6
 
┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘Æ ┘é┘ÄϺ┘ä┘Ä ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë ┘ä┘É┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘É┘ç┘É ÏºÏ░┘Æ┘â┘ÅÏ▒┘Å┘êϺ ┘å┘ÉÏ╣┘Æ┘à┘ÄÏ®┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘ÉÏ░┘Æ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¼┘ÄϺ┘â┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ Ïó┘Ä┘ä┘É ┘ü┘ÉÏ▒┘ÆÏ╣┘Ä┘ê┘Æ┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ│┘Å┘ê┘à┘Å┘ê┘å┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ Ï│┘Å┘êÏí┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÅÏ░┘ÄÏ¿┘æ┘ÉÏ¡┘Å┘ê┘å┘Ä Ïú┘ÄÏ¿┘Æ┘å┘ÄϺÏí┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ¡┘Æ┘è┘Å┘ê┘å┘Ä ┘å┘ÉÏ│┘ÄϺÏí┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ü┘É┘è Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘Ä┘ä┘ÄϺÏí┘î ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘â┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ©┘É┘è┘à┘î (6)
 
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu". (14: 6)
 
Ayat ini adalah kelanjutan dari ayat sebelumnya dengan menyebut perintah mengingat hari-hari Tuhan. Dalam al-Quran diceritakan tentang salah satu hari-hari terbesar bagi kaum Yahudi, yaitu hari keselamatan mereka dari tangan Firaun. Berdasarkan ramalan para tukang sihirnya, tentang kelahiran Musa as yang mengancam singgahsananya, Firaun memmerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki dan membiarkan hidup bayi perempuan. Dengan berbagai alasan, Firaun menyiksa dan membunuh para pemuda Bani Israel serta memperbudak para gadis dan kaum wanitanya. Inilah ujian terbesar Bani Israel, hingga jelas apa reaksi mereka menghadapi Firaun.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Nikmat kebebasan merupakan karunia Ilahi dan Tuhan memerintahkan mengingat nilainya untuk generasi mendatang.
2. Walaupun perilaku Firaun dan antek-anteknya adalah keburukan, bagaimanapun hal ini merupakan ujian Allah bagi umat manusia.
Tafsir Al-Quran, Surat Ibrahim Ayat 1-3
Dengan berakhirnya pembahasan tafsir surat ar-Ra'd, kita memasuki surat Ibrahim. Kebanyakan ayat dari surat ini diturunkan di Mekah. Nama surat ini diambil dari nama Nabi Ibrahim as. Agama yang dibawa Ibrahim as. merupakan akar dari tiga agama besar dunia; Yahudi, Kristen dan Islam. Baiklah, mari kita memasuki pembahasan surat ini dengan terlebih dahulu mendengarkan bacaan surat Ibrahim ayat pertama.
 
Ayat ke 1
 
Ϻ┘äÏ▒ ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘î Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘ä┘ÉϬ┘ÅÏ«┘ÆÏ▒┘Éϼ┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ©┘æ┘Å┘ä┘Å┘à┘ÄϺϬ┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘å┘æ┘Å┘êÏ▒┘É Ï¿┘ÉÏÑ┘ÉÏ░┘Æ┘å┘É Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë ÏÁ┘ÉÏ▒┘ÄϺÏÀ┘É Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ▓┘É┘èÏ▓┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘à┘É┘èÏ»┘É (1)
 
Artinya:
Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (14: 1)
 
Tujuan para nabi dan rasul adalah menyelamatkan manusia dari perbudakan nafsu dan godaan setan, serta membebaskan masyarakat dari cengkeraman penguasa zalim (tagut). Selain itu, mereka diutus untuk memutus rantai tradisi keliru yang secara turun menurun dipelihara dan dilestarikan di tengah masyarakat. Jika hal ini terwujud, maka terbentang jalan bagi penyembahan Tuhan Yang Maha Esa dan jalan bagi manusia untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya.
 
Ketika kita kaji lebih jauh, kata zhulumat yang berarti kegelapan dalam al-Quran selalu disebut dalam bentuk jamak. Adapun nur yang berarti cahaya, berbentuk tunggal. Hal ini menunjukan bahwa jalan kegelapan sebagaimana syirik, kekufuran dan nifak itu beraneka ragam, sedangkan jalan kebenaran hanya satu.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kitab samawi tidak cukup untuk memberikan petunjuk. Untuk itu Allah mengutus bersamanya para nabi dan rasul serta para pemimpin ilahi untuk membimbing umat manusia, sehingga petunjuk ilahi dijalankan di tengah umat manusia, sekaligus sebagai suri tauladan dalam penerapannnya.
2. Tujuan utama agama-agama langit adalah menyelamatkan manusia dari kegelapan; dari kebodohan menuju cahaya ilmu, dari kegelapan perpecahan dan persengketaaan menuju cahaya persatuan serta dari kegelapan dosa menuju cahaya takwa.
 
Ayat ke 2
 
Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ┘ê┘ÄϺϬ┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘ê┘Ä┘ê┘Ä┘è┘Æ┘ä┘î ┘ä┘É┘ä┘Æ┘â┘ÄϺ┘ü┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘ì Ï┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ì (2)
 
Artinya:
Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (14: 2)
 
Berdasarkan ayat ini, kedudukan kitab langit memberikan petunjuk bagi umat manusia, sebagaimana dalam penjelasan ayat ini, "Yang menurunkan kitab adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segenap isinya, juga manusia."
 
Bagaimana manusia sebagai makhluk di hadapan penciptanya, mengingkari keberadaan Allah dan kitab suci-Nya? Apakah pengingkaran ini berdasarkan argumentasi logis ataukah mengikuti hawa nafsu? Tentu saja, hal ini hanya karena hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada dosa dan maksiat.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kita mengikuti undang-undang yang datang dari pencipta yang mengetahui seluruh kebutuhan dan kapasitas kita. Meninggalkan undang-undang ilahi dan mengikuti ketentuan manusia adalah sebuah bentuk kekufuran.
2. Tuhan tidak rugi atas pengingkaran kita. Sama hal jika kita berlindung di dalam rumah dan menghindari cahaya matahari. Apa yang kita lakukan tidak menyebabkan kerugian bagi matahari, namun sebaliknya kerugian ada pada kita karena tidak mendapatkan pancaran sinarnya.
 
Ayat ke 3
 
Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ¡┘ÉÏ¿┘æ┘Å┘ê┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘Ä Ïº┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏÁ┘ÅÏ»┘æ┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘å┘Æ Ï│┘ÄÏ¿┘É┘è┘ä┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘è┘ÄÏ¿┘ÆÏ║┘Å┘ê┘å┘Ä┘ç┘ÄϺ Ï╣┘É┘ê┘Äϼ┘ïϺ Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ü┘É┘è ÏÂ┘Ä┘ä┘ÄϺ┘ä┘ì Ï¿┘ÄÏ╣┘É┘èÏ»┘ì (3)
 
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (14: 3)
 
Ayat ini menjadi argumentasi dasar bahwa kaum kafir menentang jalan para nabi dan rasul. Akar dari kekufuran mereka adalah cinta dunia dan mengikuti hawa nafsunya. Mereka hanya mengharapkan kenikmatan dunia, dengan bebas melakukan apa saja yang diinginkannya; makan, minum, berpakaian dan berbuat sesuka hati. Manusia seperti ini mengingkari keberadaan agama yang akan menghalangi semua perbuatannya yang tidak terpuji.
 
Keberimanan tidak hanya pemikiran dan keyakinan saja. Tetapi keberimanan adalah menjalankan ketentuan yang telah ditetapkan agama. Orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya tidak bersedia untuk memenuhi hal tersebut. Al-Quran mengatakan, "Orang-orang kafir tidak cukup sampai di sini, mereka pun mengajak orang lain mengikuti jalannya". Maka, mereka menyebut para nabi dan rasul sebagai orang-orang sesat dan jalannya sebagai jalan yang keliru, supaya masyarakat menerima mereka.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Orang kafir menyukai kerusakan dan kemunkaran. Salah satu cara yang paling sering dilakukan orang kafir dengan menebarkan berbagai kerusakan dan kemunkaran di muka bumi. Selain itu dalam menghadapi para nabi dan rasul yang merupakan lawan-lawannya, mereka menyebarluaskan propaganda yang tidak benar tentang agama langit dan jalan para nabi.
2. Yang paling berbahaya dari cara hidup orang-orang kafir adalah memilih dunia dari pada akhirat. Bagi mereka, hidup adalah mencari kelezatan di dunia ini.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-Ra'd Ayat 42-43
Ayat ke 42
 
┘ê┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘à┘Ä┘â┘ÄÏ▒┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘Ä┘â┘ÆÏ▒┘Šϼ┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘à┘ÄϺ Ϭ┘Ä┘â┘ÆÏ│┘ÉÏ¿┘Å ┘â┘Å┘ä┘æ┘Å ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘ì ┘ê┘ÄÏ│┘Ä┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘Å┘ü┘æ┘ÄϺÏ▒┘Å ┘ä┘É┘à┘Ä┘å┘Æ Ï╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘äÏ»┘æ┘ÄϺÏ▒┘É (42)
 
Artinya:
Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.(13: 42)
 
Dalam ayat-ayat sebelumnya disinggung bahwa Allah Swt kepada Rasulullah Saw berfirman, Jika musyrikin Mekah menentangmu, janganlah khawatir karena nabi-nabi sebelumnya juga menghadapi penentang dalam jumlah besar. Akan tetapi Allah Swt akan memberikan azab di dunia maupun di akherat kepada mereka.
 
Ayat ini yang merupakan lanjutan ayat-ayat sebelumnya, mengatakan, kaum kafir berpikir dapat melarikan diri dari kemurkaan dan azab Allah Swt. Dalam benak mereka terlintas mengelabui atau melakukan makar kepada Allah Swt. Padahal segala sesuatunya berada di bawah kekusaaan Allah Swt. Jika terlintas melakukan makar, maka ketahuilah bahwa Allah dengan ilmunya yang tidak terbatas, meliputi segala sesuatu di alam semesta ini. Bahkan sesuatu yang terlintas dalam benak manusia tidak luput dari pengawasannya.
 
Allah Swt memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Namun mereka menyalahgunakan kesempatan yang diberikan Allah Swt, dan tetap berada dalam kekafiran. Lebih dari itu, mereka menduga kesempatan yang ada adalah bukti kasih sayang Allah Swt. Padahal hal itu merupakan kebijaksanaan ilahi supaya mereka bertaubat serta tidak tersesat di jalan kekufuran. Anehnya, manusia sebagai makhluk yang lemah ingin berhadapan dengan Allah Swt. Padahal semua kekuatan dan kemuliaan secara mutlak bermuara dari Allah Swt. Untuk itu, siapapun yang melakukan makar terhadap Allah Swt dan agama-Nya akan terkena azab dari Yang Maha Kuat.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Sebagian manusia berusaha melakukan makar terhadap Allah Swt. Padahal,makar itu baru bisa diterapkan ketika pihak lawan berada dalam kondisi lengah. Sementaraitu, Allah Swt tidak akan pernah lengah dan senantiasa mengawasi segala sesuatu di alam semesta ini.
2. Janganlah berpikir pendek. Dengan ibarat lain, jangan melihat orang-orang kafir saat ini. Akan tetapi kita harus berpikir ke depan, yakni dampak dari kekafiran itu.
 
Ayat ke 43
 
┘ê┘Ä┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘ä┘ÄÏ│┘ÆÏ¬┘Ä ┘à┘ÅÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘ïϺ ┘é┘Å┘ä┘Æ ┘â┘Ä┘ü┘Ä┘ë Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï┤┘Ä┘ç┘É┘èÏ»┘ïϺ Ï¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘É┘è ┘ê┘ÄÏ¿┘Ä┘è┘Æ┘å┘Ä┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ Ï╣┘É┘å┘ÆÏ»┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘É┘ä┘Æ┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É (43)
 
Artinya:
Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab".(13: 43)
 
Ayat ini merupakan akhir ayat surat ar-Raad, yang mengungkapkan puncak pengingkaran orang orang yang menentang Rasulullah Saw. Mereka secara terang-terangan mengingkari risalah yang diemban oleh Rasulullah Saw. Pada awal surat ini, Allah Swt menyampaikan pesan kepada Rasulullah Saw dan orang-orang mukmin bahwa apa yang disampaikan oleh Rassulullah Saw itu benar. Akan tetapi banyak orang yang tidak mengimaninya. Untuk itu, jangan ragu dan bimbang mengimani ajaran yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.
 
Dalam ayat ini, Allah Swt kepada Rasulullah Saw mengatakan, katakan kepada orang-orang yang ingkar bahwa aku tidak menunggu pengakuan kalian untuk menyampaikan risalah ilahi. Pengutusan Allah Swt kepadaku sebagai utusan-Nya dan keimanan atas kitab suci oleh segelintir orang meski seorang saja, itu sudah cukup bagiku.
 
Menurut sejumlah riwayat, pengertian orang yang mempunyai ilmu kitab yang disinggung di penghujung surat ar-Raad ini, adalah Imam Ali as, yang merupakan orang pertama mengimani Rasulullah Saw dan membelanya hingga akhir hayat. Sangat jelas bahwa keimanan seseorang seperti Imam Ali bin Abi Thalib as lebih baik di banding kekafiran ribuan orang musyrik dan kesaksiannya atas risalah menyingkirkan kekufuran dan kebimbangan para penentang. Sebab keimanan yang tertanam pada jiwa Imam Ali as berlandaskan pada ilmu dan makrifah, bukan karena tendensi rasialis atau kekeluargaan.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Seseorang yang menyatakan beriman kepada Allah Swt, tidak akan kalah di hadapan penghinaan dan tudingan-tudingan bohong yang disampaikan oleh orang-orang kafir.
2. Kuantitas bukanlah standar. Bahkan, nilai kesaksian seorang ulama lebih berharga di banding pengingkaran orang-orang yang jahil atau bodoh.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-Ra'd Ayat 39-41
Ayat ke 39
 
┘è┘Ä┘à┘ÆÏ¡┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘Å ┘ê┘Ä┘è┘ÅϽ┘ÆÏ¿┘ÉϬ┘Å ┘ê┘ÄÏ╣┘É┘å┘ÆÏ»┘Ä┘ç┘Å Ïú┘Å┘à┘æ┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É (39)
 
Artinya:
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).(13: 39)
 
Berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan hadits ada dua macam ketentuan Allah. Pertama,menyangkut perkara yang permanen sehingga aturannya juga tetap. Tentang ketentuan ini ada beberapa ayat suci di antaranya adalah ayat 29 surah Qaf, Maa Yubaddalul Qaulu Ladayya, artinya tidak ada perubahan dalam firman-Ku. Ayat berikutnya adalah ayat 162 suratal-Baqarah, "Kullu Syaiin 'indahu bimiqdar" artinya dan setiap sesuatu di sisi-Nya sesuai dengan takaran. Ketentuan seperti ini disebutkan dalam firman Allah, "Fi lauhin mahfudh". Hanya mereka yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah yang dapat mengetahui ketentuan di lauh mahfudh ini.
 
Kedua,adalah ketentuan yang berhubungan dengan perkara yang tidak tetap dan bergantung pada perbuatan manusia, seperti taubat yang mendapatkan ampunan, atau sedekah yang dapat menolak bala atau kezaliman yang mendatangkan murka ilahi. Artinya,dalam mengurusi alam ciptaannya, Allah membuat ketentuan yang tidak tetap dan disesuaikan dengan kondisi dan perubahan yang terjadi di alam ciptaan. Hal itu karena kebijaksanaan dan ilmu-Nya yang tak terbatas. Perubahan yang terjadi pada ketentuan jenis kedua ini bukan karena kebodohan Allah- naudzubillah- tetapi karena kebijaksanaan ilahi dan ketergantungan pada situasi. Ayat al-Quran ud'uuni astajib lakum, serulah Aku niscaya Aku akan memenuhi seruan kalian, adalah salah satu contoh ketentuan jenis ini. Dengan berdoa manusia dapat mengubah nasib dan keadaannya.
 
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Allah memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk mengubah tatanan ketentuan alam maupun syariat.
2.Setelah menciptakan alam semesta beserta isinya, Allah Swt tidak berlepas tangan, tetapi mengawasi dan mengurusinya. Karena Dia adalah Rabb.
3.Penghapusan atau penetapan segala ketentuan alam ada di tangan Allah semata.
4.Menghapus atau menetapkan sesuatu, selalu didasarkan pada kebijaksanaan dan ilmu Allah Swt.
 
Ayat ke 40
 
┘ê┘ÄÏÑ┘É┘å┘Æ ┘à┘ÄϺ ┘å┘ÅÏ▒┘É┘è┘Ä┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏÂ┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘å┘ÄÏ╣┘ÉÏ»┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘å┘ÄϬ┘Ä┘ê┘Ä┘ü┘æ┘Ä┘è┘Ä┘å┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¿┘Ä┘ä┘ÄϺÏ║┘Å ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ│┘ÄϺϿ┘Å (40)
 
Artinya:
Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.(13: 40)
 
Dalam kehidupan dunia ini kita menyaksikan kenikmatan yang didapatkan oleh kaum mukmin karena keimanan dan kesalehannya juga kemalangan yang menimpa kaum kafir karena kekafiran mereka. Kisah umat-umat terdahulu juga menjadi bagian dari pembahasan ini. Kisah umat Nabi Nuh yang ditenggelamkan, atau umat Nabi Hud yang dihancurkan Allah dengan azab-Nya adalah karena keingkaran mereka dan Allah sudah menjanjikan azab buat mereka di dunia.
 
Ayat ini menyapa Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, "Wahai Nabi, Kami memang telah menjanjikan kebaikan dan kebahagiaan bagi mereka yang beriman sebagaimana juga telah menjanjikan kesengsaraan bagi mereka yang kafir dan ingkar. Mungkin Kami berkenan menunjukkan kepadamu sebagian dari janji Kami itu, atau mungkin pula tidak sampai engkau wafat. Tetapi apapun yang terjadi, janji Kami pasti terpenuhi. Sebagai Rasul, engkau hanya bertugas menyampaikan risalah dan janji Kami kepada umatmu. Keimanan atau keingkaran mereka adalah urusan Kami dan Kami lah yang akan memperhitungkannya.
 
Allah tidak akan membiarkan kekafiran dan keingkaran tanpa balasan. Balasan dan azab mungkin datang menimpa mereka ketika Nabi Saw masih hidup dan mungkin pula datang setelah beliau wafat. Yang pasti mereka pasti akan menerima balasan atas keingkaran mereka. Allah Swt tidak memikulkan tugas kepada Nabi Saw selain menyampaikan amanat risalah dan kalam ilahi kepada umatnya. Sedangkan perhitungan keimanan atau keingkaran umat, adalah urusan Allah.
 
Dari ayat tadi terdapat lima pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kebahagiaan orang-orang mukmin yang mendapat anugerah dan berkah dari Allah atau kesengsaraan dan kemalangan kaum kafir karena murka Allah adalah sebagian kecil dari janji Allah kepada hamba-hamba-Nya.
2.Salah satu janji Allah kepada Nabi-Nya adalah mengunggulkan agama ini atas kekafiran. Terkadang janji Allah itu terlaksana setelah sang nabi wafat. Karena itu ayat ini melarang kita menantikan hasil pekerjaan kita dalam waktu dekat.
3.Baik anugerah kenikmatan maupun kemurkaan dan siksa, diberikan oleh Allah dengan perhitungan yang benar.
4.Tugas kita adalah menyampaikan kebenaran atau yang diistilahkan dengan tabligh. Kita tidak dibebani tugas tentang hasilnya. Allah lah yang kelak akan menghakimi.
5.Penangguhan azab bagi orang-orang kafir atas kekafiran mereka, bukan karena Allah menghapuskan balasan atas mereka. Azab ilahi akan datang pada waktunya.
 
Ayat ke 41
 
Ïú┘Ä┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘ÄÏ▒┘Ä┘ê┘ÆÏº Ïú┘Ä┘å┘æ┘ÄϺ ┘å┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Ä ┘å┘Ä┘å┘Æ┘é┘ÅÏÁ┘Å┘ç┘ÄϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ïú┘ÄÏÀ┘ÆÏ▒┘ÄϺ┘ü┘É┘ç┘ÄϺ ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘è┘ÄÏ¡┘Æ┘â┘Å┘à┘Å ┘ä┘ÄϺ ┘à┘ÅÏ╣┘Ä┘é┘æ┘ÉÏ¿┘Ä ┘ä┘ÉÏ¡┘Å┘â┘Æ┘à┘É┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï│┘ÄÏ▒┘É┘èÏ╣┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ│┘ÄϺϿ┘É (41)
 
Artinya:
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Maha cepat hisab-Nya.(13: 41)
 
Ayat ini adalah kelanjutan dari ayat sebelumnya tentang azab Ilahi yang pasti datang pada waktunya. Ayat ini menyatakan, mengapa kalian (wahai orang-orang kafir) tidak mengambil pelajran dari nasib umat-umat terdahulu. Bukankah kalian mengetahui bagaimana umat-umat terdahulu dibinasakan karena keingkaran mereka. Mereka menentang ajaran Allah dan menantang azab ilahi. Tidak ada yang dapat menolak turunnya azab Allah. Mengapa meski mengetahui kisah umat-umat terdahulu kalian tidak mengambil pelajaran supaya tidak terkena murka dan azab Allah? Allah Maha Kuasa. Dialah yang dengan kuasaNya mengurangi daerah-daerah dari tepinya sedikit demi sedikit.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Sebagian bencana alam terjadi karena kemurkaan Allah dan balasan atas keingkaran manusia. Jika datang, azab ilahi akan menimpa mereka yang ingkar dan mereka yang diam menyaksikan keingkaran.
2.Kematian alamiah adalah sebuah ketentuan yang telah Allah gariskan untuk manusia. Tidak ada seorang manusia pun yang lepas dari ketentuan ini dan tak ada yang dapat lari darinya. Karena itu, semua bangsa dan kaum pasti akan binasa. Hanya Allah lah yang kekal dengan kekuasaan-Nya.
Peringatan dalam Al-Quran: Memberikan Harta Kepada Safih
Memberikan Harta Kepada Safih
 
Allah Swt berfirman, "Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (QS. an-Nisa: 5)
 
Satu hal penting dalam ekonomi Islam adalah memperhatikan masalah modal yang dimiliki dan upaya mencegah agar tidak hilang sia-sia. Hal itulah yang membuat sebagian ayat-ayat al-Quran menyinggung masalah ini, termasuk ayat kelima dari surat an-Nisa. Dalam ayat ini, Allah Swt memperingatkan umat Islam agar tidak memberikan hartanya kepada mereka yang belum sepurna akalnya (Safih). Kata Safih dalam ayat ini berarti orang yang belum dewasa baik terkait masalah sosial maupun ekonomi dan masih belum mampu menggunakan modal dan hartanya dengan baik guna memperbaiki urusan dunianya.
 
Dari ayat kelima surat an-Nisa ini juga dipahami bahwa memberi makan sehari-hari mereka yang masih belum mampu mengelola hartanya sendiri tidak boleh berasal dari modal dan asal hartanya, tapi dari keuntungan yang didapat dari modal yang diputar di tangan orang lain.[1]
 
Dengan memperhatikan ayat ini, para tokoh masyarakat atau keluarganya harus bertanggung jawab atas harta mereka yang belum sempurna akalnya ini dan tidak memberikannya langsung kepada mereka. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan seseorang atau lembaga untuk mengelola harta mereka. Tapi bila tidak ada yang mampu melakukannya, maka pemerintah Islam harus turun tangan mengelola harta mereka dan keuntungan darinya diberikan kepada mereka agar kekayaan masyarat dapat terus berputar dan sebagian orang mendapatkan keuntungan dari modalnya.
 
Sumber: Hoshdar-ha va Tahzir-haye Qorani, Hamid Reza Habibollahi, 1387 Hs, Markaz-e Pajuhesh-haye Seda va Sima.
 
[1] . Mahmud Zamakhsyari, al-Kassyaf 'an Haqaiq Ghawamidh at-Tanzil, Beirut, Dar al-Kitab al-Arabi, 1407 Hs, cet 3, jilid 1, hal 471.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-Ra'd Ayat 36-38
Ayat ke 36
 
┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘Ä ┘è┘Ä┘ü┘ÆÏ▒┘ÄÏ¡┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘É┘à┘ÄϺ Ïú┘Å┘å┘ÆÏ▓┘É┘ä┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘ê┘Ä┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ¡┘ÆÏ▓┘ÄϺϿ┘É ┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘Å┘å┘Æ┘â┘ÉÏ▒┘Å Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏÂ┘Ä┘ç┘Å ┘é┘Å┘ä┘Æ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Å┘à┘ÉÏ▒┘ÆÏ¬┘Å Ïú┘Ä┘å┘Æ Ïú┘ÄÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ Ïú┘ÅÏ┤┘ÆÏ▒┘É┘â┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ïú┘ÄÏ»┘ÆÏ╣┘Å┘ê ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘ÄÏó┘ÄÏ¿┘É (36)
 
Artinya:
Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali".(13: 36)
 
Ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw dengan mengatakan, "Wahai Rasul! Janganlah engkau berharap semua orang akan mengikuti ajakanmu dan tunduk kepada ajaran ilahi! Sebagian orang akan beriman dan sebagian lagi akan mengingkarinya. Namun jangan sampai engkau berputus asa karena keingkaran mereka atau menjadi kehilangan semangat karena kekafiran mereka. Jika pun semua orang kafir dan mengingkari ajaranmu jangan sampai engkau melepaskan misimu ini. Sampaikan dengan suara yang lantang bahwa aku hanya menyembah Allah semata dan aku adalah hamba-Nya. Sebab kepada-Nya lah aku akan kembali. Katakan, aku tidak mengajak kalian untuk kepentingan diriku dan menantikan pujaan kalian. Aku hanya mengajak kalian ke jalan Allah dan tidak mengharapkan apa-apa untuk diriku sendiri."
 
Dengan menyampaikan perintah Allah ini dan menjelaskan misi kenabiannya, pastilah di antara kaum Ahlul Kitab ada yang menerima seruan Nabi Sawdan beriman kepada Islam, risalah beliau dan al-Quran diturunkan bersama beliau. Ada pula kelompok dari Ahlul Kitab yang menolak risalah ini dan tidak bersedia tunduk kepada al-Quran.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Kita harus berhati-hati jangan sampai keterikatan pada sebuah golongan membuat kita harus berhadapan dengan kebenaran. Kebenaran harus didahulukan di atas keterikatan pada golongan dan kelompok.
2. Keimanan hanya sempurna jika meliputi semua ajaran agama. Pengingkaran terhadap sebagian ajaran dan hukum ilahi sama dengan pengingkaran terhadap seluruh ajaran agama.
 
Ayat ke 37
 
┘ê┘Ä┘â┘ÄÏ░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ▓┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å Ï¡┘Å┘â┘Æ┘à┘ïϺ Ï╣┘ÄÏ▒┘ÄÏ¿┘É┘è┘æ┘ïϺ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϪ┘É┘å┘É ÏºÏ¬┘æ┘ÄÏ¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ¬┘Ä Ïú┘Ä┘ç┘Æ┘ê┘ÄϺÏí┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘Ä┘à┘ÄϺ ϼ┘ÄϺÏí┘Ä┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ╣┘É┘ä┘Æ┘à┘É ┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘É┘è┘æ┘ì ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘ê┘ÄϺ┘é┘ì (37)
 
Artinya:
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.(13: 37)
 
Melanjutkan ayat sebelumnya yang menjelaskan sikap sebagian orang yang menentang al-Quran, ayat ini mengingatkan Nabi Saw dan kaum Mukminin agar mereka tidak ragu kepada kebenaran karena keingkaran orang-orang kafir. Al-Quran adalah kitab yang secara jelas membedakan antara kebenaran dan kebatilan serta jelas dalam menerangkan hukum dan hikmah ilahi. Jika semangat kalian sedikit mengendur dalam mengajak mereka kepada kebenaran, berarti kalian telah menarik murka Allah kepada kalian. Jika itu terjadi, tidak ada yang dapat menolong dan membela kalian dari murka Allah.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Ada perbuatan yang lebih hina dari mengumbar hawa nasfu, yaitu menuruti hawa nafsu orang lain.
2. Mungkin banyak orang yang berilmu namun selalu mengumbar hawa nafsunya.
 
Ayat ke 38
 
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ Ï▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘ÄÏ▓┘Æ┘ê┘ÄϺϼ┘ïϺ ┘ê┘ÄÏ░┘ÅÏ▒┘æ┘É┘è┘æ┘ÄÏ®┘ï ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘ä┘ÉÏ▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘ì Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘Ä Ï¿┘ÉÏó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘ì ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ Ï¿┘ÉÏÑ┘ÉÏ░┘Æ┘å┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘É┘â┘Å┘ä┘æ┘É Ïú┘Äϼ┘Ä┘ä┘ì ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘î (38)
 
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu).(13: 38)
 
Menjawab tuntutan para penentang yang mengira bahwa para nabi harus memiliki kehidupan yang khusus dan berbeda dengan kebanyakan orang serta mampu menunjukkan mukjizat apa saja yang diminta, ayat ini menjelaskan bahwa para nabi adalah manusia seperti manusia-manusia lainnya. Mereka lahir dari ibu dan bapak. Lalu setelah dewasa menikah dan membangun keluarga dan Allah memberikan kepada mereka keturunan. Mukjizat yang ditunjukkan oleh para nabi adalah karena kehendak Allah bukan karena tuntutan umat mereka.
 
Keinginan atau tuntutan manusia tidak akan pernah habis. Setiap orang pasti memiliki keinginan yang sebagian bertentangan dengan hukum alam. Jika orang memang mencari kebenaran, tentunya ia akan mempercayai risalah seorang nabi dengan menyaksikan mukjizat yang dibawa olehnya. Sedangkan orang pendurhaka tidak akan pernah beriman meski melihat puluhan mukjizat.
 
Di akhir ayat ini Allah Swt menyinggung bahwa setiap masa selalu ada ketentuan dan hukum atau syariat yang dikhususkan untuk masa itu. Dengan datangnya nabi berikutnya, risalah dan ketentuan itu akan terhapuskan dan digantikan dengan hukum yang baru.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Mengenai para nabi, jangan sampai kita terjebak dalam sikap ekstrim. Sebagian orang seperti kaum kafir memandang para nabi sebagai para penyair dan orang gila. Sebagian orang mengagungkan dan memuja para nabi hingga menyejajarkan mereka dengan Tuhan.
2. Mukjizat yang diawab oleh para nabi sama seperti ajaran mereka yang datang bukan dari diri mereka tetapi dari Allah Swt. Para nabi hanyalah perantara bagi mukjizat itu.
Sejenak Bersama Al-Quran: Abu Dzar dan Ayat Kanz
Abu Dzar dan Ayat Kanz
 
Allah Swt berfirman:
 
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS. at-Taubah: 34)
 
Abu Dzar merupakan seorang sahabat terdekat Nabi Muhammad Saw dan dalam upayanya memrotes sikap Khalifah Utsman dan Muawiyah serta para pejabat mereka yang mengumpulkan harta, setiap pagi dan malam ia membaca ayat 34 surat Taubah ini dengan suara lantang dihadapan Muawiyah dan setelah itu ia berkata kepada Utsman, "Ayat ini tidak khusus untuk orang yang tidak mau membayar zakat dan mencakup segala bentuk upaya mengumpulkan harta."
 
Dalam Tafsir al-Mizan disebutkan bahwa sikap Abu Dzar terhadap Utsman, Muawiyah dan Ka'ab al-Ahbar menunjukkan bahwa mengumpulkan di tengah masyarakat yang miskin termasuk haram hukumnya, sekalipun dari cara yang halal dan telah dikeluarkan zakatnya. Sebagian ahli tafsir menyebut apa yang dilakukan Abu Dzar ini kembali pada ijtihad pribadinya, tapi ia pribadi mengatakan, "Maa Qultu Lahum Illa Maa Sami'tu Min Nabiyyihim... Saya tidak mengatakan sesuatu kepada mereka, kecuali apa yang saya dengarkan dari Nabi mereka." Di sisi lain, sikap Abu Dzar yang transparan dan terbuka itu telah diakui oleh Nabi Muhammad Saw.
 
Menelisik kembali kehidupan Abu Dzar, sikap Amar Makruf dan Nahi Mungkarnya terkait hukum agama punya hubungan dengan ekonomi. Sikapnya bersitegang dengan Utsman tidak ada kaitannya dengan harta dan kedudukan, tapi sebuah protes menyaksikan adanya kemungkaran sosial.
 
Akhirnya, Khalifah Utsman mengasingkan sahabat Nabi yang tegar dan revolusioner ini ke daerah Syam dan dari Syam ia dikembalikan ke Madinah dalam kondisi mengenaskan lalu terakhir diasingkan lagi ke Rabadzah dan di daerah ini sahabat Nabi ini meninggal dunia. Ini satu noktah hitam dalam periode kekhalifan Utsman bin Affan.
 
Banyak ulama yang berusaha menyebut Utsman tidak bersalah dan menuding Abu Dzar punya pemikiran sosialis dan menentang kepemilikan pribadi. Tapi Allamah Amini dalam bukunya al-Ghadir menolak tuduhan itu dan membahasnya secara luas dan terperinci.[1]
 
Pengasingan Abu Dzar yang dilakukan berulang-ulang diakibatkan aksi protesnya terhadap pemerintah dan teriakannya menentang pengumpulan kekayaan yang dilakukan Utsman, Muawiyah dan Ka'ab al-Ahbar yang berusaha membenarkan perbuatan keduanya tercatat dengan rapih dalam buku-buku sejarah baik Syiah maupun Ahli Sunnah.[2] Sekalipun tetap saja ada yang berusaha menjustifikasi kondisi itu dengan menyebut kesempatan Abu Dzar meneriakkan protes disebabkan kebebasan berpendapat yang diberikan Utsman kepada masyarakat. Sementara terkait pengasingan Abu Dzar, mereka mencoba mencarikan alasan dengan kaidah "Menjauhkan keburukan lebih penting dari mengambil untung". Oleh karenanya, mereka menilai kehadiran Abu Dzar di Madinah dan Syam sebagai keburukan dan pengasingannya termasuk upaya melindungi maslahat.[3] Namun tetap saja perilaku memalukan yang dilakukan terhadap sahabat Nabi Saw yang jujur dan bertakwa tidak dapat dibenarkan. Apalagi kejujuran dan protesnya itu berangkat dari upaya mengubah kondisi yang telah menyimpang dari ajaran Islam.
 
Sumber: Mohsen Qarati, Daghayeghi ba Quran, Tehran, Markaz Farhanggi Darsha-i az Quran, 1388 Hs, cet 1.
 
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-Ra'd Ayat 32-35
Ayat ke 32
 
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘É ÏºÏ│┘ÆÏ¬┘Å┘ç┘ÆÏ▓┘ÉϪ┘Ä Ï¿┘ÉÏ▒┘ÅÏ│┘Å┘ä┘ì ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘â┘Ä ┘ü┘ÄÏú┘Ä┘à┘Æ┘ä┘Ä┘è┘ÆÏ¬┘Å ┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä Ïú┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘ÆÏ¬┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘â┘Ä┘è┘Æ┘ü┘Ä ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ï╣┘É┘é┘ÄϺϿ┘É (32)
 
Artinya:
Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu!(13: 32)
 
Melanjutkan bahasan ayat sebelumnya, yang menyinggung masalah sikap keras kepala dan penentangan orang-orang kafir terhadap kebenaran, dalam ayat 32 ini, al-Quran menunjukkan salah satu cara penentangan orang-orang kafir terhadap kebenaran. Kepada Rasulullah, al-Quran menjelaskan, jangan engkau pikir orang-orang musyrik hanya menghina ajaranmu. Sebelum ini pun, berapa banyak para nabi yang mereka hina. Meski Allah telah memberikan kesempatan bagi mereka untuk kembali pada jalan yang benar dan beriman. Namun orang-orang musyrik tersebut menyia-nyiakan kesempatan itu, hingga akhirnya mereka mendapat azab yang hebat.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Mengenal dan mempelajari sejarah nabi-nabi terdahulu, dan beragam cobaan yang mereka alami, merupakan faktor yang bisa memperkuat kesabaran orang-orang mukmin terhadap pelbagai cobaan dan kesulitan.
2. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita untuk bertaubat. Karena murka Allah bisa datang sekali waktu tanpa pernah kita duga.
 
Ayat ke 33-34
 
Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘ç┘Å┘ê┘Ä ┘é┘ÄϺϪ┘É┘à┘î Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë ┘â┘Å┘ä┘æ┘É ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘ì Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄÏ│┘ÄÏ¿┘ÄϬ┘Æ ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Å┘êϺ ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï┤┘ÅÏ▒┘Ä┘â┘ÄϺÏí┘Ä ┘é┘Å┘ä┘Æ Ï│┘Ä┘à┘æ┘Å┘ê┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘Ä┘à┘Æ Ï¬┘Å┘å┘ÄÏ¿┘æ┘ÉϪ┘Å┘ê┘å┘Ä┘ç┘Å Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É Ïú┘Ä┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏ©┘ÄϺ┘ç┘ÉÏ▒┘ì ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘É Ï¿┘Ä┘ä┘Æ Ï▓┘Å┘è┘æ┘É┘å┘Ä ┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘à┘Ä┘â┘ÆÏ▒┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏÁ┘ÅÏ»┘æ┘Å┘êϺ Ï╣┘Ä┘å┘É Ïº┘äÏ│┘æ┘ÄÏ¿┘É┘è┘ä┘É ┘ê┘Ä┘à┘Ä┘å┘Æ ┘è┘ÅÏÂ┘Æ┘ä┘É┘ä┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ü┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ ┘ç┘ÄϺϻ┘ì (33) ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘É Ïº┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄÏ╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘ŠϺ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É Ïú┘ÄÏ┤┘Ä┘é┘æ┘Å ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ ┘ê┘ÄϺ┘é┘ì (34)
 
Artinya:
Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah: "Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu". Atau apakah kamu hendak memberitakan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau kamu mengatakan (tentang hal itu) sekadar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.(13: 33)
 
Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah. (13: 34)
 
Dua ayat ini merupakan jawaban al-Quran atas pernyataan batil orang-orang musyrik yang meyakini bahwa berhala-berhala yang mereka sembah adalah sekutu Allah dalam mengatur alam semesta, seperti dalam menurunkan hujan atau musim kemarau. Al-Quran menegaskan, Allah adalah Zat yang Maha Kuasa, yang menguasai dan mengatur seluruh alam semesta, termasuk manusia dan segala urusannya. Lantas apa perlunya Allah dengan berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik?
 
Selanjutnya, ayat 33 surat ar-Ra'd mengungkap akar keyakinan batil orang-orang musyrik tersebut dan menyatakan, kebatilan di mata orang-orang musyrik tampak menjadi indah. Karena itu mereka mengejarnya dan terhalang menuju jalan kebenaran. Tentu saja mereka yang tidak ingin mendapatkan hidayah dari Allah, niscaya tak ada sesuatu atau siapapun yang bisa memberikan petunjuk kepada mereka dan mengantarkannya kepada kebahagiaan hakiki.
 
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Allah Swt mengutarakan pertanyaan kepada manusia, supaya akal dan fitrahnya bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah dan bisa menerima kebenaran.
2.Segala upaya dan rongrongan untuk menentang kehendak Allah hanya akan menghantarkan manusia kepada kehancuran. Cahaya Allah dan agamanya tidak akan pernah bisa dipadamkan oleh musuh-musuhnya.
 
Ayat ke 35
 
┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¼┘Ä┘å┘æ┘ÄÏ®┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄϬ┘É┘è ┘ê┘ÅÏ╣┘ÉÏ»┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÅϬ┘æ┘Ä┘é┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¬┘Äϼ┘ÆÏ▒┘É┘è ┘à┘É┘å┘Æ Ï¬┘ÄÏ¡┘ÆÏ¬┘É┘ç┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ÆÏú┘Ä┘å┘Æ┘ç┘ÄϺÏ▒┘Å Ïú┘Å┘â┘Å┘ä┘Å┘ç┘ÄϺ Ï»┘ÄϺϪ┘É┘à┘î ┘ê┘ÄÏ©┘É┘ä┘æ┘Å┘ç┘ÄϺ Ϭ┘É┘ä┘Æ┘â┘Ä Ï╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ÏºÏ¬┘æ┘Ä┘é┘Ä┘ê┘ÆÏº ┘ê┘ÄÏ╣┘Å┘é┘ÆÏ¿┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘â┘ÄϺ┘ü┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä Ïº┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ▒┘Å (35)
 
Artinya:
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.(13: 35)
 
Setelah menegaskan akibat buruk yang diterima orang-orang musyrik di akhirat kelak, al-Quran dalam ayat 35, surat ar-Ra'd ini lantas menggambarkan keadaan orang-orang mukmin di Hari Kiamat. Al-Quran menyatakan bahwa apa yang dijanjikan Allah Swt kepada orang-orang bertakwa adalah surga. Sebuah tempat indah bagaikan taman hijau yang dipenuhi beragam buah dan makanan yang lezat. Tentu saja taman surga dengan taman dunia memiliki perbedaan yang amat jauh. Karena itu al-Quran menggunakan ungkapan perumpamaan. Dengan kata lain bila kita ingin mengetahui keindahan surga. Maka keindahan surga setidaknya seperti seindah-indahnya taman yang pernah ada di dunia.
 
Satu hal yang menarik lainnya adalah al-Quran menggunakan istilah orang-orang bertakwa atau mutaqqin di hadapan orang-orang musyrik atau musyrikin. Padahal seharusnya, lawan musyrikin adalah mukminin atau orang-orang beriman. Namun tampaknya, al-Quran sengaja memakai istilah tersebut, sebagai penjelas bahwa iman dan takwa adalah dua hal yang senantiasa beriringan. Hal ini semakin memperjelas bahwa klaim iman tanpa takwa dan amal saleh merupakan klaim yang tak berarti.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1. Balasan orang-orang yang bertakwa adalah kebahagiaan abadi di surga.
2. Akhir perbuatan manusia adalah hal yang penting. Meski orang-orang bertakwa mengalami beragam cobaan sewaktu di dunia, namun di akhirat kelak mereka akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Sebaliknya orang-orang kafir yang hanya mengejar kesenangan fana di dunia, niscaya di akhirat nanti memperoleh azab neraka.
Tafsir Al-Quran, Surat Ar-Ra'd Ayat 29-31
Ayat ke 29
 
Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘à┘É┘ä┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏÁ┘æ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘ÄϺϬ┘É ÏÀ┘Å┘êÏ¿┘Ä┘ë ┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏ¡┘ÅÏ│┘Æ┘å┘Å ┘à┘ÄÏó┘ÄÏ¿┘ì (29)
 
Artinya:
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.(13: 29)
 
Dalam penjelasan sebelumnya, al-Quran menjelaskan kepada kita bahwa zikir dan mengingat Allah bisa menentramkan kalbu orang-orang mukmin. Adapun dalam ayat yang baru kita dengar bacaannya tadi, menyatakan, bahwa orang-orang mukmin yang beramal saleh, akan selalu mendapat karunia dari Allah swt baik di dunia, maupun di akhirat, dan mereka akan memperoleh kebahagiaan dan akhir yang baik.
 
Umumnya, al-Quran kerap menyandingkan iman dengan amal saleh, sebagai dua hal yang tak boleh terpisah. Orang-orang mukmin berbeda dengan orang-orang fasik dan munafik. Mungkin saja seorang yang fasik menyimpan iman di hatinya, namun dalam prakteknya, mereka melakukan tindakan maksiat dan dosa. Sementara orang yang munafik, secara lahir mereka berprilaku baik, namun hatinya tidak beriman.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Kebahagiaan hidup di dunia hanya bisa terwujud di bawah pancaran iman dan amal saleh. Karena itu, mereka yang berbuat kejelekan tidak akan bisa juga menikmati kebahagiaan sejati hidup di dunia.
2.Kebahagiaan materi para pemuja dunia, hanya bersifat sementara dan fana. Sementara kebahagiaan orang-orang beriman, tidak hanya di dunia semata, tapi abadi hingga di akhirat kelak.
 
Ayat ke 30
 
┘â┘ÄÏ░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä Ïú┘ÄÏ▒┘ÆÏ│┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘â┘Ä ┘ü┘É┘è Ïú┘Å┘à┘æ┘ÄÏ®┘ì ┘é┘ÄÏ»┘Æ Ï«┘Ä┘ä┘ÄϬ┘Æ ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘É┘ç┘ÄϺ Ïú┘Å┘à┘Ä┘à┘î ┘ä┘ÉϬ┘ÄϬ┘Æ┘ä┘Å┘ê┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ïú┘Ä┘ê┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘Ä┘â┘Æ┘ü┘ÅÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘äÏ▒┘æ┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘Ä┘å┘É ┘é┘Å┘ä┘Æ ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘è ┘ä┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ç┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ï¬┘Ä┘ê┘Ä┘â┘æ┘Ä┘ä┘ÆÏ¬┘Å ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É ┘à┘ÄϬ┘ÄϺϿ┘É (30)
 
Artinya:
Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dialah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat".(13: 30)
 
Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa risalah dan bimbingan ilahi selalu berjalan berkelanjutan di antara umat-umat terdahulu. Dalam ayat ini, Allah Swt juga berbicara kepada kaum musyrik Mekah yang mengingkari misi nubuwah Nabi Muhammad Saw. Ayat ini menjelaskan, bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi yang pertama kali diutus di tengah-tengah mereka dan diragukan misinya. Sebelum ini pun Allah telah berkali-kali mengutus para nabinya pada umat-umat terdahulu. Seluruh utusan Allah itu menyampaikan apa yang diwahyukan oleh Allah kepada umatnya, dan bukan sesuatu yang muncul dari dirinya sendiri, lantas dinisbahkan kepada Allah.
 
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Menelaah dan mengkaji sejarah umat-umat terdahulu amat berpengaruh terhadap pengenalan dan penerimaan kita atas hakikat dan ajaran agama ilahi.
2.Dengan berbekal tawakal kepada Allah Swt, kita bisa memperoleh kekuatan untuk tetap berjuang dan berdiri teguh di hadapan perlawanan dan permusuhan orang-orang kafir.
 
Ayat ke 31
 
┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ê┘Æ Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä ┘é┘ÅÏ▒┘ÆÏó┘Ä┘å┘ïϺ Ï│┘Å┘è┘æ┘ÉÏ▒┘ÄϬ┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¼┘ÉÏ¿┘ÄϺ┘ä┘Å Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘é┘ÅÏÀ┘æ┘ÉÏ╣┘ÄϬ┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘Å Ïú┘Ä┘ê┘Æ ┘â┘Å┘ä┘æ┘É┘à┘Ä Ï¿┘É┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘à┘Ä┘ê┘ÆÏ¬┘Ä┘ë Ï¿┘Ä┘ä┘Æ ┘ä┘É┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘Ä┘à┘ÆÏ▒┘Šϼ┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ Ïú┘Ä┘ü┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ ┘è┘Ä┘è┘ÆÏª┘ÄÏ│┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ ┘ä┘Ä┘ê┘Æ ┘è┘ÄÏ┤┘ÄϺÏí┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘Ä┘ç┘ÄÏ»┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘å┘æ┘ÄϺÏ│┘Ä Ï¼┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ïϺ ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ▓┘ÄϺ┘ä┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ Ϭ┘ÅÏÁ┘É┘èÏ¿┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ÏÁ┘Ä┘å┘ÄÏ╣┘Å┘êϺ ┘é┘ÄϺÏ▒┘ÉÏ╣┘ÄÏ®┘î Ïú┘Ä┘ê┘Æ Ï¬┘ÄÏ¡┘Å┘ä┘æ┘Å ┘é┘ÄÏ▒┘É┘èÏ¿┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘ÄϺÏ▒┘É┘ç┘É┘à┘Æ Ï¡┘ÄϬ┘æ┘Ä┘ë ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏ«┘Æ┘ä┘É┘ü┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘É┘èÏ╣┘ÄϺϻ┘Ä (31)
 
Artinya:
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.(13: 31)
 
Menyambung bahasan ayat sebelumnya, yang menyinggung masalah penentangan orang-orang kafir terhadap risalah Nabi Muhammad. Dalam ayat ini, al-Quran memperingatkan kepada mereka, bahwa kekufuran dan pengingkaran mereka bukan berarti akan melepaskannya dari kekuasaan Allah dan bisa bebas hidup sesuka hatinya. Karena Allah Swt, akan membalas kejahatan orang-orang kafir yang berbuat keterlaluan tidak hanya di akhirat saja, tapi juga di dunia.
 
Dengan mengkaji ayat tersebut, kita akan bisa menemukan dua kelompok orang kafir. Pertama, kelompok kafir yang mengetahui kebenaran namun mengingkarinya. Sedang kelompok kedua adalah orang-orang kafir yang tidak mengenal kebenaran. Tentu saja, orang-orang kafir yang dimaksud dalam ayat ini, adalah kelompok pertama. Mereka tidak hanya mengingkari kebenaran, tapi bahkan berupaya memerangi dan menghancurkan kebenaran. Sebegitu ingkarnya mereka, hingga kalaupun muncul mukjizat yang bisa meluluhlantakkan gunung-gunung dan menghidupkan kembali orang-orang mati, niscaya mereka tetap ingkar dan tidak akan beriman.
 
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ
1.Allah Swt menciptakan manusia dan melengkapinya dengan ikhtiar. Sehingga ia bisa bebas memilih jalan hidupnya, apakah menjadi mukmin ataukah kafir. Karena itu, orang-orang beriman jangan berharap bahwa seluruh manusia akan menjadi mukmin.
2.Allah Swt menghendaki manusia bebas memilih keyakinannya. Karena jika tidak demikian, niscaya Allah mampu memaksa seluruh manusia beriman kepada-Nya.
3.Munculnya beragam musibah dan bencana adalah akibat ulah manusia.



























