کمالوندی
Model Kesepakatan yang Dicari Iran di Wina
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrel, membahas perkembangan yang dicapai dalam perundingan nuklir Wina dalam pembicaraan telepon pada Sabtu (5/2/2022).
Amir-Abdollahian menekankan bahwa Tehran dengan benar-benar mencari kesepakatan, tetapi kepentingan nasional Iran juga harus dijamin. Sementara itu, Borrell menuturkan negosiasi berada pada fase yang penting, dan semua pihak harus datang ke Wina dengan agenda yang jelas untuk mencapai kesepakatan.
Menlu Iran menyatakan Republik Islam serius untuk mencapai kesepakatan, tetapi juga bertekad untuk melindungi garis merah dan kepentingan nasionalnya. Menurutnya, beberapa perkembangan positif telah terjadi dalam negosiasi, namun ini masih belum memenuhi harapan Iran.
Iran terlibat dengan lebih tegas dalam perundingan Wina putaran baru dengan agenda pencabutan sanksi. Hal ini berangkat dari pengalaman di masa lalu di mana Amerika Serikat secara sepihak meninggalkan kesepakatan nuklir JCPOA, dan pihak Eropa juga tidak mampu memenuhi kepentingan ekonomi Iran seperti tertulis dalam kesepakatan.
Perundingan Wina ditangguhkan sejak 28 Januari 2022 untuk memberikan kesempatan kepada para delegasi untuk berkonsultasi dengan pemerintahan mereka dan membuat keputusan politik demi mencapai sebuah kesepakatan.
Iran akan menerima kesepakatan untuk mencabut sanksi selama ia dapat diverifikasi dan secara pasti menjamin kepentingan ekonomi Iran, terlepas dari undang-undang domestik negara lain, terutama AS.
Sejauh ini JCPOA gagal untuk menjamin kepentingan ekonomi Iran. Pendekatan AS dan ketidakmampuan pihak Eropa untuk bertindak independen (di luar bayang-bayang AS) telah menambah ketidakpercayaan Iran terhadap beberapa pihak dalam perundingan Wina.
Oleh karena itu, Tehran akan menyetujui kesepakatan yang secara realistis dan berkelanjutan melayani kepentingan ekonomi Iran, bukan hanya (kesepakatan) di atas kertas.
JCPOA ditandatangani pada 2015 dengan tujuan menjamin kepentingan ekonomi Iran dan negara ini juga menerima beberapa pembatasan pada program nuklirnya. Dalam praktiknya, bukan hanya kepentingan itu tidak dipenuhi secara berkelanjutan, tetapi Iran juga dijatuhi sanksi di berbagai sektor setelah AS keluar dari JCPOA.
Berangkat dari ketidakpercayaan terhadap pihak Barat, tim perunding Iran mengambil langkah-langkah dan mengajukan proposal yang rasional, sambil mengeveluasi keseriusan mereka. Tim Iran ingin memastikan agar kepentingan nasional Republik Islam tidak dilanggar kembali jika kedua pihak mencapai kesepatan.
Selama prinsip penting ini belum terbukti bagi Iran, maka pihaknya tidak akan menerima kesepakatan apa pun.
Dalam hal ini, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani menulis di akun Twitternya pada Sabtu kemarin bahwa keuntungan ekonomi yang nyata, efektif, dan dapat diverifikasi bagi Iran adalah syarat yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan.
Pihak Barat harus memberikan jaminan untuk membuka jalan bagi tercapainya kesepakatan. Jaminan itu antara lain ekspor minyak tanpa hambatan dan pengiriman uangnya ke Iran secara berkelanjutan, kerja sama tak terbatas antara bank-bank Iran dan bank-bank asing, kemudahan dan kelancaran kegiatan perdagangan luar negeri Iran terlepas dari pemerintah mana yang berkuasa di AS di masa depan, serta investasi yang berkelanjutan dan dapat diandalkan di Iran.
Dunia dalam Pandangan Imam Hadi as
Hari ini tanggal 3 Rajab bertepatan dengan peringatan Haru Syahadahnya Imam Hadi as, Imam kesepuluh Ahlul Bait as. Manusia suci ini dibunuh oleh penguasan Dinasti Abbasiah karena merasa terancam kekuasaannya atas keberadaan beliau.
Sejarah Islam menunjukkan kehadiran orang-orang besar dan mulia yang begitu berjasa bagi umat manusia. Mereka adalah para penerus risalah para Nabi dan Rasul yang mengenalkan jalan kebahagiaan sejati dan keselamatan bagi umat manusia. Ahlul Bait Rasulullah Saw menjadi pelita penerang umat dari kegelapan.
Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw mencurahkan hidupnya untuk membimbing manusia dengan ketinggian ilmu dan keutamaan akhlaknya. Salah satu dari Ahlul Bait Rasulullah saw adalah Imam Hadi yang telah menunjukkan keagungannya sejak kecil hingga akhir hayatnya.
Imam Ali al-Hadi lahir tanggal 15 Dzulhijjah 212 H di kota Madinah. Ketika ayahnya Imam Jawad syahid, Imam Hadi memegang tanggung jawab kepemimpinan umat Islam. Beliau memberikan petunjuk dan bimbingan kepada masyarakat selama 33 tahun.
Kepemimpinan Imam Hadi semasa dengan enam orang penguasa dari dinasti Abbasiah. Di masa kepemimpinan beliau inilah Ahlul Bait Rasulullah Saw banyak mengalami tekanan dari pihak penguasa lalim. Salah satu dari enam khalifah yang sezaman dengan beliau dan paling membenci Ahlul Bait adalah Mutawakkil.
Keimamahan Imam Ali al-Hadi menjadi ancaman bagi musuh-musuh Ahlul Bait, terutama penguasa lalim. Untuk itulah, mereka berupaya memisahkan Imam dari umat Islam. Bahkan sejak kecil, para imam mendapat tekanan dari penguasa lalim. Tapi tekanan tersebut tidak menghalangi para Imam dalam membimbing masyarakat bahkan sejak usia kecil beliau.
Kehidupan sosial dan politik Ahlul Bait menunjukkan betapa sensitifnya tanggung jawab yang mereka pikul dalam melindungi dan menyebarkan agama di tengah-tengah masyarakat. Periode kehidupan mereka penuh dengan peristiwa yang mengancam masyarakat Islam, akibat kebodohan masyarakat waktu itu atau oleh para penguasa zalim. Di masa kehidupan Imam Ali al-Hadi as muncul sejumlah pemikiran dan keyakinan di tengah-tengah umat Islam. Pembahasan seperti melihat Tuhan, keyakinan akan Jabr (Determinasi) atau sebaliknya lebih menekankan kebebasan manusia. Sebagian lagi justru cenderung pada tasawwuf yang kemudian berusaha merasuki pikiran masyarakat umum.
Munculnya fenomena seperti ini berasal dari perubahan dalam kebijakan budaya penguasa Bani Abbasiah dan serangan pemikiran filsafat materialistik dari bangsa-bangsa lain ke tengah masyarakat Islam. Para khalifah pasca Ma’mun telah mengalokasikan dana luar biasa untuk menerjemahkan buku-buku filsafat Yunani. Bahkan disebutkan bahwa para penerjemah mendapat upah emas seberat buku yang diterjemahkan.
Salah satu ajaran penting dan kunci dari pernyataan Imam Hadi as yang mencerahkan adalah perhatian yang diberikan kepada dunia fana dan perannya dalam mempromosikan kebahagiaan manusia. Imam Hadi as memperkenalkan dunia sebagai pasar di mana kelompok mendapat manfaat darinya dan kelompok lainnya merugi. Di mata Imam, yang tercela adalah keterikatan akan dunia dan cinta dunia, bukan dunia itu sendiri, tetapi karena manusia mencari keuntungan di pasar akan terikat pada dunia. Keterikatan pada kesenangan duniawi ini adalah sumber kesalahan manusia dan penderitaannya karena melakukan dosa. Penderitaan ini dalam materi yan fana dan keinginan duniawi, menghancurkan manusia dan menjadi sarana bagi kejatuhan dan kemerosotannya. Keuntungan dan kerugian pasar dunia bergantung pada banyak faktor dan keadaan.
Sebagian orang melihat dunia sebagai tempat peralihan dan mencoba membangun cadangan untuk akhirat di dunia. Mereka adalah orang yang di pasar dunia menempatkan metode Nabi Saw dan Ahlul Bait as yang melangkah di jalur penghambaan diri kepada Allah dan berusaha keras di jalan kebenaran dan keadilan. Orang-orang seperti ini akan sampai pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tetapi mereka yang menganggap dunia sebagai sesuatu yang permanen dan stabil, adalah tawanan hawa nafsu dan mengikuti setan serta dunia sebagai tujuannya. Mereka menjadi mainan dunia yang berkilau dan dosa yang mereka lakukan membuat mereka merugi dan akhirnya mereka mendapat azab ilahi di akhirat.
Dalam hadis lain, Imam Hadi as mengatakan, "Allah telah menempatkan dunia sebagai tempat ujian dan akhirat sebagai rumah terakhir dan konsekuensi dunia. Ujian dan peristiwa dunia akan mendapat pahala di akhirat, sebaliknya pahala di akhirat sebagai ganti ujian di dunia."
Imam Hadi as memulai perjuangannya melawan para penguasa Abbasiah secara tidak langsung dengan penyadaran sosial, budaya dan pendidikan. Ahlul Bait Rasulullah Saw mengajarkan pondasi pemikiran dan keyakinan yang kokoh dan logis kepada masyarakat yang berada di bawah tekanan politik penguasa lalim.
Tekanan berat dari sisi politik dan menyebarnya kerancuan pemikiran dan keyakinan merupakan dua fenomena yang muncul di zaman Imam Hadi as. Tanpa beliau, dasar keyakinan dan pemikiran Islam bakal terancam.
Sebelum Imam Hadi as dipindahkan ke Samara oleh pasukan Abbasiah, beliau tinggal di Madinah yang menjadi pusat keilmuan dan fikih dunia Islam. Aktifitas Imam Hadi di Madinah memicu kekhawatiran dari para penguasa zalim. Oleh karena itulah mereka memaksa Imam Hadi as untuk meninggalkan Madinah dan selama 10 tahun beliau hidup dalam tekanan berat di masa kekuasaan Bani Abbasiah.
Image Caption
Tekanan berat politik para penguasa Abbasiah terhadap Imam Hadi menyulitkan masyarakat untuk bisa menemui beliau. Hal ini dilakukan mereka dengan harapan bahwa ketidakhadiran Imam Hadi di tengah-tengah masyarakat bakal memunculkan masalah keyakinan.
Situasi dan kondisi demikian secara perlahan-lahan memunculkan aliran-aliran sesat di tubuh umat Islam. Hal ini membuat agama Islam betul-betul berada dalam bahaya. Untuk menghadapi kondisi sulit ini, Imam Hadi as memperkuat "Lembaga Perwakilan" dan menyebarkannya ke daerah-daerah guna menciptakan koordinasi antara sesama pengikut Ahlul Bait yang tersebar di daerah-daerah.
Imam Hadi sebagaimana pendahulunya, Imam Ali bin Abi Thalib menjalani kehidupan secara sederhana, zuhud, saleh dan senantiasa membantu orang miskin maupun orang yang membutuhkan.
Imam Hadi berperan besar dalam menyampaikan nilai-nilai Al-Quran kepada umat Islam di zamannya. Mengenai Al-Quran, salah satu pernyataan beliau di antaranya, "Allah Yang Maha Kuasa tidak menempatkan Al-Qur'an hanya untuk waktu tertentu. atau untuk orang-orang khusus saja. Sebab Al-Qur'an berlaku sampai hari kiamat, dan senantiasa baru untuk zaman apapun, dan bangsa manapun,".
Malaysia Kecam Kejahatan Baru Rezim Zionis
Para pengunjuk rasa berkumpul di depan kedutaan AS di Kuala Lumpur untuk mendukung Palestina dengan mengutuk pembongkaran rumah di daerah Sheikh Jarrah oleh rezim Zionis Israel.
Sekelompok perwakilan LSM Malaysia melakukan aksi protes di depan Kedutaan Besar AS di Kuala Lumpur di tengah pembatasan yang diberlakukan pemerintah Malaysia akibat penyebaran Covid-19 varian Omicron.
Perwakilan organisasi non-pemerintah Malaysia hari Jumat (28/1/2022) menyerukan diakhirinya dukungan penuh AS terhadap Israel dalam aksi penghancuran rumah, pengusiran Muslim Palestina dengan perluasan Yahudisasi Al Quds, serta memutus dukungan senjata dan menjatuhkan sanksi terhadap rezim Zionis.
Saat ini, 28 keluarga Palestina di daerah Sheikh Jarrah berisiko mengungsi dan kehilangan rumah mereka, karena Israel berupaya menyita rumah-rumah ini dan menyerahkannya kepada pemukim Zionis.
Pemukim Zionis mengklaim bahwa tanah di mana rumah-rumah ini dibangun adalah milik mereka. Namun, Palestina memiliki dokumen yang membuktikan kepemilikan sah atas tanah tersebut.
Ammar al-Hakim: Irak Tidak Butuh Pasukan AS
Pemimpin Gerakan Kebijaksanaan Nasional Irak, Ammar Al-Hakim mengatakan, “Hari ini, kemampuan keamanan dan militer Irak telah mencapai titik kemandirian, sehingga tidak membutuhkan pasukan Amerika,". .
Ammar al-Hakim, Pemimpin Gerakan Kebijaksanaan Nasional Irak hari Jumat (4/2/2022) mengatakan bahwa semua pihak di Irak berupaya untuk mengaktifkan elemen kekuatan nasionalnya, dan membangun sistem pertahanan yang komprehensif dan profesional yang bebas dari pengaruh pihak manapun.
"Pemerintah masa depan harus melakukan upaya serius untuk membentuk aparat ini dan menggunakan berbagai unit militer, termasuk tentara dan aparat kontra-terorisme serta Al Hashd Al Shaabi dan Peshmerga, untuk membangun kesatuan militer nasional yang komprehensif," ujar Al-Hakim.
"Kami berada di garis depan dalam membela persatuan nasional semua kelompok politik di Irak, dan kami menghormati karakteristik sosial setiap orang, dan kami ingin persatuan ini menjadi prasyarat untuk persatuan yang lebih besar di tingkat nasional," kata Hakim.
Selama kunjungannya baru-baru ini ke Amerika Serikat, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi bertemu dengan Presiden Joe Biden untuk membahas berbagai masalah dan kebutuhan pasukan AS untuk meninggalkan Irak pada akhir tahun ini.
Namun, sumber-sumber Irak mengatakan Amerika akan terus hadir di Irak sebagai penasihat, yang memicu reaksi keras dari berbagai kelompok Irak, termasuk Hizbullah, Al Nujaba dan lainnya.
Sheikh Naeem Qasim: Front Perlawanan Jegal Infiltrasi Zionis ke Lebanon
Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menekankan bahwa perlawanan tidak akan membiarkan rezim Zionis menyusup ke Lebanon.
Televisi Al-Manar hari Sabtu (5/2/2022) melaporkan, Sheikh Naim Qassem, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon dalam pidatonya mengatakan, "Front perlawanan membela Lebanon, oleh karena itu mendapat dukungan rakyat,".
"Dukungan untuk Hizbullah meningkat dari hari ke hari, sayangnya beberapa orang berpengaruh atau kaya menyerang Hizbullah," ujarnya.
Pekan lalu, pasukan keamanan Lebanon telah mengidentifikasi dan menghancurkan 17 jaringan mata-mata Zionis yang beroperasi di berbagai bagian negara itu.
Badan Intelijen Pasukan Keamanan Internal Lebanon meluncurkan operasi terbesar dalam sejarahnya terhadap jaringan mata-mata Israel, dan dalam waktu empat minggu mampu membongkar kasus yang melibatkan puluhan tersangka yang bekerja sama secara langsung atau tidak langsung dengan Mossad.
Politisi Rusia: Revolusi Islam Iran Hadang Hegemoni Global AS
Mantan Deputi Ketua Majelis Rendah Rusia Duma menganggap Revolusi Islam Iran sebagai penghambat besar bagi hegemoni Amerika Serikat di dunia.
Sergey Baburin, Sabtu (5/2/2022) dalam wawancara dengan IRNA mengatakan, "Rakyat negara-negara kawasan Asia Barat yang berhadapan dengan hegemoni AS, berhasil bangkit melawan AS berkat inspirasi dari Revolusi Islam Iran yang dipimpin Imam Khomeini."
Mantan Deputi Ketua Duma Rusia juga menganggap keluarnya pasukan AS dan NATO dari Afghanistan secara memalukan pada Agustus 2021 lalu, sebagai buah dari Revolusi Islam Iran.
Baburin menuturkan, "Iran melawan sistem hegemoni AS, dan berhasil membuktikan bahwa tanpa persetujuan AS sekali pun, ia bisa mempertahankan independensinya."
Ia menambahkan, "Perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan tanah airnya juga mengikuti jejak Revolusi Islam Iran, dan sampai sekarang telah mengalahkan berbagai konspirasi besar seperti Kesepakatan Abraham yang digulirkan mantan Presiden AS Donald Trump untuk menjajah Palestina, dan mengakui secara resmi penjajahan tersebut."
Bagaimana Imam Baqir as Memandang Kerja dan Produksi
"Imam Muhammad Baqir as memandang pekerjaan sebagai aktivitas suci dan bernilai. Beliau menjelaskan hubungan mendalam antara ekonomi dan spiritual dalam Islam. Menurut pandangan Imam Baqir as, kerja dan produksi yang dilakukan dalam tolok ukur dan nilai agama, dan dengan tujuan memenuhi kebutuhan, serta demi kemakmuran individu maupun masyakarat, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan, terhitung sebagai ibadah."
Setiap orang yang merenungkan lautan ilmu Ahlul Bait as, maka dia akan tertarik dengan spiritualitas dan kesempurnaan ilmu mereka serta akan merasa rendah hati dan hormat. Hari ini, dengan penuh rendah hati dan keinginan kuat, kitamenuju ke pantai lautan ilmu Imam Bagir as sehingga pada hari kelahiran beliau saat ini kita dapat menimbailmudaribeliau.
Imam Muhammad Baqir as dilahirkan di kota Madinah pada tanggal 1 Rajab tahun 57 H. Beliau adalah putra dari cicit Rasulullah saw, Imam Ali Zainal Abidin. Beliau diberi gelar "Baqirul Ulum" yang berarti pembelah ilmu. Artinya beliau punya kemampuan tinggi dalam mengurai segala cabang ilmu. Itu pulalah yang disabdakan Nabi Saw jauh sebelum lahirnya Imam Baqir as.
Rasulullah Saw pernah bersabda kepada sahabatnya, Jabir bin Abdillah Ansari. Beliau berkata, "Wahai Jabir, engkau akan tetap hidup setelah kepergianku, hingga engkau bertemu dengan salah satu putra keturunanku, orang yang paling mirip denganku dan namanya sama dengan namaku. Kapanpun engkau melihatnya, sampaikan salamku padanya dan amalkan sungguh-sungguh pesanku ini."
Rasulullah saw memberi gelar kepada cucu yang akan ditemui oleh Jabir bin Abdillah itu dengan Baqir al-Ulum. Setelah bertahun-tahun berlalu, Jabir akhirnya bertemu dengan Imam Muhammad Baqir as dan ia pun menyampaikan titipan salam Rasulullah Saw kepada Imam.
Kelahiran Imam Baqir as
Abdullah bin Atha al-Makki, salah seorang ilmuan di zamannya mengatakan, "Saya tak pernah melihat ada ulama dan ilmuan yang tidak merasa kerdil di depan Imam Muhammad Baqir as. Aku pernah menyaksikan sendiri bagaimana Hakam bin Atha yang dikenal punya kedudukan keilmuan yang sangat tinggi duduk bersimpuh di depan Imam Baqir seperti seorang anak kecil di depan gurunya."
Imam Baqir as selalu bersandar pada dua sumber penting Islam yaitu al-Quran dan Sunnah untuk menjelaskan ajaran-ajaran agama di berbagai bidang termasuk masalah sosial, ekonomi dan politik. Beliau kepada sahabatnya berkata, "Setiap riwayat yang aku katakan kepadamu, ketauhilah bahwa riwayat tersebut berasal dari Istinbat al-Quran." Imam Baqir as menilai akal memiliki peran penting untuk memahami hakikat sesuatu. Oleh karena itu, beliau menyerukan masyarakat untuk menggunakan akal tersebut untuk memahami berbagai ilmu.
Ekonomi dan hal-hal yang berhubungan dengan kerja dan produksi merupakan topik penting dalam pendidikan Ahlul Bait as. Islam tidak hanya mengajarkan urusan akhirat saja, tetapi juga mengajarkan masalah keduniawian dan hal itu sesuai dengan tuntutan manusia. Oleh sebab itu, Islam telah memberikan petunjuk dan penjelasan terkait masalah ekonomi, bahkan telah memberikan jalan dan solusi yang sangat bernilai guna meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.
Perilaku dan ucapan Imam Ahlul Bait as dalam upaya untuk mendapatkan rizki halal merupakan satu keutamaantersendiri. Mereka selalu berusaha memenuhi kebutuhan finansial dan ekonominya dengan bekerja keras. Kerja dan aktivitas produksi dalam pandangan Imam Baqir as memiliki kedudukan penting.
Imam Baqir as melihat sistem ekonomi yang sehat akan terwujud jika sumber produksi kekayaan diolah oleh orang-orang saleh. Terkait hal itu, beliau menegaskan tentang kekayaan yang halal dan orang-orang yang kaya dan saleh. Imam Baqir as mengatakan, kekayaan harus diolah oleh orang-orang yang mengetahui hak atas harta dan kewajibannya terhadap harta tersebut serta melaksanakannya dengan baik. Salah satu penyebab hancurnya umat Islam dan Islam adalah investasi berada di tangan orang-orang yang tidak mengetahui hak dan tanggung jawab atas kekayaan tersebut dan tidak melaksanakannya dengan baik. (Mustadrak al-Wasail, Juz 2, Halaman 393)
Kelahiran Imam Baqir as
Imam Baqir as amat memperhatikan masalah produksi, khususnya pertanian. Di sisi lain,beliau juga memperhatikan masalah kerja dan mengais rizki yang halal serta tidak bergantung kepada orang lain. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan jalan bertani, di mana sebagian kebutuhan makanan penting dan pekerjaan dapat dipenuhi melalui jalantersebut.
Imam Baqir as berkata, "Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia disisi Allah Swt dari pertanian dan tidak ada nabi yang diutus Allah Swt yang tidak bertani kecuali Nabi Idris as, karena beliau seorang penjahit. (Miratul Uqul, Juz 19, Halaman 339).
Dari riyawat tersebutdapat dipahami bahwa jika seseorang memiliki tanah dan air yang cukup, namun tetap hidup miskin, maka ia telah jauh dari rahmat Allah Swt. Sebab, amat jelas bahwa ia bukan seorang yang inginberusaha untuk bekerja demi memenuhi kebutuhannya. Imam Baqir as berkata, "Setiap orang yang memiliki tanah dan air yang cukup, namun tetap hidup fakir, maka Allah Swt akan menjauhkan orang tersebut dari rahmat-Nya."
Imam Muhammad Baqir as memandang pekerjaan sebagai aktivitas suci dan bernilai. Beliau menjelaskan hubungan mendalam antara ekonomi dan spiritual dalam Islam. Menurut pandangan Imam Baqir as, kerja dan produksi yang dilakukan dalam tolok ukur dan nilai agama, dan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, sertademi kemakmuran individu maupun masyakarat, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan, terhitung sebagai ibadah.
Penggunaan harta untuk kepentingan sosial, khususnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan adalah tujuan Imam Baqir as dalam kegiatan produksi. Beliau menggunakan hasil pertanian dan perkebunannya untuk membantu anak-anak yatim dan orang-orang fakir. Imam Baqir as mengatakan, "Aku lebih menyukai untuk memikul tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan sebuah keluarga Muslim dan menolong mereka dari kelaparan, memberikan pakaian kepada mereka serta menjaga kehormatannya daripada menunaikan satu ibadah haji mustahab atau bahkan 70 ibadah haji mustahab." (Miratul Qulub, Juz 9, Halaman 108).
Meski Imam Baqir as usianya semakin tuadan memiliki pembantu, namun beliau tetap bekerja keras. Bahkan ada sekelompok orang yang mengira perbuatan beliau itu sebagai penjelas untuk tidak merasa zuhud dan qanaah.
Seseorang bernamaMuhammad bin Munkadir mengatakan, "Suatu hari yang panas, aku melihat Abu Jafar Muhammad bin Ali (Imam Baqir as) berada di sekitar Madinah. Beliau keluar dari Madinah untuk bekerja. Kepada diriku aku mengatakan, "Subhanallah, seorang pembesar Quraish dalam kondisi yang panas seperti ini sibuk dengan urusan duniawinya. Aku harus menasihatinya." Kemudian aku mendekatinya dan mengucapkan salam. Dalam kondisi keringat yang sedang mengucur, beliau menjawab salamku.
Aku berkata kepadanya, "Apakah seorang pembesar Quraish dalam cuaca yang panas seperti ini masih sibuk dengan urusan duniawi? Jika dalam posisi seperti ini ajalmu datang, apa yang akan engkau lakukan?" Beliau menjawab, jika dalam kondisi saat ini ajalku datang, maka aku akan mati dalam kondisi taat kepada Allah Swt, sebab hasil jerih payahku ini telah menjadikanku dan keluargaku tidak tergantung kepadamu dan orang lain. Aku takut ajalku tiba pada saat aku sibuk bermaksiat kepada Allah Swt."
Mendengar jawaban Imam Baqir as, Muhammad bin Munkadir berkata, "Semoga Allah selalu memberikan rahmat kepadamu. Apa yang engkau katakan benar. Sebelumnya, aku ingin menasihatimu tetapi engkau telah menasihatiku."
Selain mendorong untuk bekerja dan berusaha, Imam Baqir as juga melarang menganggur, bermalas-malasan dan meninggalkan pekerjaan. Tak diragukan lagi, pengangguran selain menimbulkan kondisi yang tidak menentu dan menghilangkan hargadiri, juga akan menjadi penghalang utama pertumbuhan ekonomi. Jika dalam ekonomi masyarakat tidak ada motor penggerak yaitu kerja dan usaha, maka ekonomi tersebut akan berhenti dan mengalami resesi.
Kelahiran Imam Baqir as
Imam Baqir as berkata, "Aku membenci orang yang mencari alasan dan tidak mencari pekerjaan, kemudian dia hanya tinggal di rumah dan dengan menengadahkan tangan berkata, "Ya Allah, berilah aku rizki." Sementara semut keluar dari lobangnya untuk mencari rizki dan memenuhi kebutuhannya dengan upaya dan bekerja keras."
Perkataan Imam Baqir as tersebut menunjukkan bahwa pengangguran tidak hanya menyebabkan resesi dan ketertinggalan ekonomi, namun juga memiliki dampak negatif terhadap fisik dan jiwa,serta tingkah laku manusia.Bahkan akan mendorong timbulnya akhlak dan sosial yang buruk,serta menghilangkan kebahagiaan hidup manusia.
Sementara itu, perdagangan sebagai salah satu bentuk pekerjaan memiliki peran penting dalam menumbuhkan ekonomi. Oleh karena itu, perdagangan juga mendapat perhatian khusus dari Ahlul Bait as. Imam Baqir as meriwayatkan dari ayahnya, terus hingga Rasulullah Saw, berkata, "Berkat memiliki 10 bagian, dan sembilan bagiannya terdapat dalam perdagangan."
Selain mengajarkan tentang perdagangan, Ahlul Bait as juga mengajarkan kepada manusia tentang kehalalannya, di mana pedagang harus mengetahui hukum syariat tentang perdagangan. Sehingga apa yang dia dapat adalah harta yang halal.
Kasih Ibu; Memperingati Kelahiran Sayidah Fatimah Az-Zahra
20 Jumadi al-Tsani, rumah Rasulullah Saw dan Khadijah as tengah menunggu kelahiran putri tercinta mereka yang nantinya diberi nama Fatimah Zahra, penghulu wanita surga.
Di hari kelahiran Sayidah Fatimah yang juga ditetapkan sebagai Hari Ibu di Republik Islam Iran, kami dikesempatan kali ini selain membahas wanita suci ini, juga akan menjelaskan peran ibu dan metode pendidikan ibu paling sukses ini.
Sebelum Sayidah Fatimah lahir, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, Wahai Muhammad ! Allah Swt mengirim salam kepadamu dan memerintahkanmu untuk menjahui Khadijah selama 40 hari !
Kemudian Rasulullah melaksanakan perintah tersebut dan menghabiskan siang dengan berpuasa dan malam dengan ibadah. Setelah 40 hari, Jibril turun dan berkata, Allah Swt mengirim salam kepadamu dan berfirman, bersiaplah menerima hadiah dan kehormatan-Ku ! Ketika itu, Malaikat Mikail membawa buah surgawi. Rasulullah kemudian memakannya dan meminum air serta berhubungan dengan Khadijah malam itu, dan Fatimah lahir dari proses tersebut.
Ketika Khadijah menikah dengan Rasulullah Saw, perempuan Quraisy meninggalkannya dan menolak mendatanginya atau berinteraksi dengannya. Bahkan mereka tidak mengucapkan salam kepadanya dan mencegah yang lainnya berkomunikasi dengannya serta bertanya mengenai kondisinya.
Saat Khadijah mengandung Sayidah Fatimah, hanya janin tersebut yang berkomunikasi dengan ibunya dan menghiburnya. Khadijah menyembunyikan rahasia ini, bahkan ia tidak memberi tahu suaminya. Suatu hari ketika Rasulullah tiba di rumah dan mendengar dialog ibu dan anak tersebut. Rasul kemudian bertanya, Wahai Khadijah ! Kamu sedang berbicara dengan siapa ? Khadijah menjawab, janin ini berbicara denganku dan teman ketika aku kesepian.
Rasul kemudian berkata, Wahai Khadijah ! Jibril memberi kabar gembira kepada bahwa janin ini anak perempuan dan ia akan memiliki keturunan yang suci dan diberkahi, serta Allah Swt akan melanjutkan keturunanku melaluinya dan darinya para Imam Maksum terlahir dan setelah terputusnya kenabian serta wahyu, mereka akan melanjutkan risalahku.
Khadijah saat itu hanya ditemani oleh anak yang berada di kandungannya dan ini yang menghiburnya hingga saat kelahiran. Ketika akan melahirkan ia meminta bantuan perempuan Quraisy, tapi mereka menolaknya. Kemudian Allah Swt mengirim empat wanita surgawi untuk membantu wanita beriman ini. Sarah istri Nabi Ibrahim as, Asiyah istri Firaun, Maryam putri Imran dan Kultsum putri Musa bin Imran mendatangi Khadijah atas perintah Allah Swt dan membantu proses kelahiran Sayidah Fatimah as. Dengan demikian, Fatimah lahir dalam kondisi suci, dan namanya adalah nama terindah karena dipilih langsung oleh Allah Swt.
Kehidupan Ahlul Bait as merupakan petunjuk yang jelas bagi mereka yang ingin meraih kehidupan terbaik di dunia dan akhirat. Di ziarah Jamiah Kabirah yang di dalamnya kita mengirim salam kepada seluruh Imam Maksum as, ada jumlah yang menyebutkan bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan seorang hamba tergantung pada ketaatan dan ketidaktaatan kepada imam maksum. Jumlah tersebut berbunyi مَن أتاکُم نَجی وَ مَن لَمْ یَاْتِکُمْ هَلَک (Barang siapa yang datang kepadamu akan selamat dan mereka yang tidak datang akan celaka). Di ziarah Asyura juga disebutkan bahwa kita memohon kepada Allah supaya kehidupan dan kematian kita sesuai dengan pola hidup Ahlul Bait as, «اللهُمَّ اجْعَلْ مَحْیایَ مَحْیا مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، وَمَماتی مَماتَ مُحَمَّد وَآل مُحَمَّد.
Di antara Imam Maksum as, kehidupan penuh berkah Sayida Fatima Zahra bak mentari bagi wanita muslim dan mengenal kehidupan wanita suci ini sangat bermanfaat bagi kita semua. Di masyarakat modern saat ini, ketika sistem kapitalis Barat melalui serangan budayanya berusaha menyajikan teladan rusak dan tak manusiawi kepada perempuan dan gadis muslim, mengkaji berbagai dimensi kehidupan Sayidah Fatimah akan mampu menjadi teladan praktis yang tepat bagi umat Muslim.
Tak diragukan lagi kehidupan individu dan sosial Sayidah Zahra menjadi pelajaran penting bagi semua orang. Selain itu, peran beliau di keluarga sebagai istri dan seorang ibu sangat berpengaruh. Mengingat hari kelahiran Sayidah Fatimah ditetapkan sebagai Hari Ibu di Republik Islam Iran, kini kami akan mengkaji peran Sayidah Fatimah sebagai seorang ibu serta berbagai dimensi kasih sayang seorang ibu yang dimilikinya.
Mengingat peran ibu adalah rububiyah dan Tuhan juga Rabb, maka peran ibu adalah pancaran peran Tuhan. Hati penuh kasih dan lembut ibu merupakan manifestasi rahmat dan kasih sayang Tuhan; Seakan-akan Tuhan meletakkan setetes dari lautan kasih sayang dan kecintaan di hati ibu.
Al-Quran di Surat al-Baqarah ayat 223 menyebut perempuan sebagai ladang kemanusiaan dan berkata, نِسَاؤُکُمْ حَرْثٌ لَکُمْ فَأْتُوا حَرْثَکُمْ أَنَّى شِئْتُمْ (Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu...). Oleh karena itu, rahim ibu adalah tempat mendidik generasi dan anak di perut ibu, janin menerima inti dari sifat dan karakteristik ibu, ayah dan kakek. Seperti air, tanah, cahaya, panas dan penyakit berdampak langsung pada benih tanaman, begitu juga sifat dan karakteristik ibu, ayah dan kakek juga berpengaruh pada janin (bayi).
Ibu adalah posisi sangat penting, karena ia yang membentuk manusia dan ia juga bertanggung jawab atas peran pendidik manusia yang suci dan benar serta tokoh-tokoh besar dan bijak. Warisan, pendidikan dan lingkungan adalah tiga pilar utama dalam membentuk kepribadian manusia, dan harus diketahui di bidang pendidikan bahwa anak memiliki besar terhadap ibu dan ayahnya, khususnya ibu dalam hal ini memainkan peran lebih besar. Karena para ibu pada umumnya lebih dekat dengan anak-anak karena keberadaannya yang lebih banyak di rumah.
Sayidah Zahra menjadi teladan dalam mendidik anak dan ia melaksanankan tanggung jawabnya sebagai ibu dengan baik. Ia menyerahkan anak-anaknya seperti Imam Hasan, Imam Husein, Zainab Kubra dan Umu Kultsum ke masyarakat di mana setiap anak-anaknya tersebut merupakan teladan dan contoh dari manusia-manusia yang pandai, sadar, berani, mukmin, pejuang dan memiliki nilai-nilai tertinggi kemanusiaan.
Sayidah Zahra menekankan hal ini bahwa anak-anak sedari kecil dikenalkan dengan kewajiban dan mengajari mereka untuk berhubungan dengan Tuhan serta menabur benih-benih kecintaan dan hubungan dengan sang pencipta, sehingga anak-anak tersebut tidak akan merasa terbebani ketika melakukan kewajiban, tapi mereka akan mengerjakannya dengan penuh minat dan kesenangan.
Dengan demikian, putri Rasulullah Saw ini bahkan membiasakan anak-anaknya untuk shalat malam. Yang pasti beliau memahami dengan benar metode pendidikan dan tidak memaksa anak-anaknya serta mengajak mereka melakukannya sesuai dengan kemampuannya. Misalnya Sayidah Fatimah di malam ke-23 bulan suci Ramadhan mengajak anak-anaknya untuk tidak tidur di malam penuh berkah tersebut dan di siang harinya ia meminta anak-anaknya untuk tidur cukup sehingga mereka istirahat dengan cukup, memberinya makan lebih sedikit sehingga badan dan mental akan lebih siap untuk begadang di malam penuh berkah tersebut.
Sayidah Zahra di berbagai dimensi pendidikan merupakan teladan sempurna seorang ibu. Beliau menembus jauh ke dalam jiwa anak-anaknya dan memperkuat landasan moral, pendidikan, dan kemanusiaan mereka.
Sayidah Zahra dalam mendidik anak-anaknya bertindak dengan baik sehingga anak-anaknya selain meraih kesempurnaan dan mencarinya, juga penuh kasih sayang kepada yang lain dan tetap mempertahankan etika saling menghormati di keluarga. Dengan demikian, Imam Husein as sangat menghormati kakaknya. Imam Husein juga tidak akan berbicara ketika ada kakaknya, Imam Hasan as, dan sangat mencintai adiknya, Zainab Kubra. Selain itu, kecintaan Sayidah Zainab kepada kakaknya, Imam Husein as juga sangat besar.
Di antara metode lain pendidikan Sayidah Fatimah adalah sifat pemurahnya. Di depan mata anak-anaknya, ia membantu orang lain, sedangkan dirinya menahan lapar, tapi rela memberi makan yang tengah kelaparan. Sayidah rela menghadiahkan kalungnya kepada orang miskin dan dari uang tersebut, ia membeli kain dan membuat pakaian yang layak bagi mereka. Bahkan Sayidah Fatimah dalam doanya mendahulukan orang lain dari dirinya sendiri, seperti yang dinukil Imam Hasan as, ketika berkata, "Suatu malam aku melihat ibuku yang beribadah hingga subuh, dan senantiasa mendoakan orang muknin dan orang lain, tapi tidak untuk dirinya sendiri. Saat aku bertanya mengenai alasannya, ibuku berkata, pertama para tetangga, baru kemudian diri kita sendiri."
Metode pendidikan wanita besar Islam ini membuat anak-anaknya menjadi orang sukses, berpengaruh, kuat menghadapi kesulitan, bertauhid, pejuang dan memiliki kerja sama tinggi dengan masyarakatnya. Apa yang ditampilkan oleh Sayidah Fatimah, wanita dunia dan penghulu perempuan alam semesta, di kehidupannya menunjukkan keutamaan dan maqam tinggi beliau. Sekali lagi kami ucapkan selamat atas kelahiran putri tercinta Rasulullah Saw dan Sayidah Khadijah as.
Imam Khomeini; Hamba Saleh dan Pembaharu Islam Murni Muhammadi
Imam Khomeini pada 12 Bahman 1357 Hs (1 Februari 1979) setelah bertahun-tahun berada di pengasingan selama lebih dari 14 tahun akhirnya kembali ke Iran dan menetapkan sendi-sendi revolusi paling unik sepanjang sejarah.
Revolusi di Iran yang menurut pengakuan saksi mata, pengamat dan analis selain membawa pesan spiritual, independensi dan nilai-nilai mendasar Islam serta berujung pada pembentukan pemerintahan Republik Islam Iran, juga membuat cahaya Islam murni Muhammadi semakin bersinar di dunia.
Tak diragukan lagi bahwa salah satu faktor kemunculan kembali ajaran murni Islam adalah arsitek besar Revolusi Islam Iran, Sayid Ruhullah Mousavi Khomeini yang dikenal dengan panggilan Imam Khomeini. Beliau dengan meneladani sirah Rasulullah Saw dan para Imam Maksum as, meletakkan sendi-sendi pemerintahan Islam di dunia dan setelah 43 tahun dari usia dari sistem ini, pemerintahan Islam masih tetap menjadi tempat berlindung orang-orang tertindas dan para pencari kebebasan di dunia.
Detik-detik bersejarah kedatangan Imam Khomeini
Diriwayatkan ketika jumlah sahabat Rasulullah Saw mencapai 40 orang, Rasul diperintahkan Allah Swt untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Saat itu, mereka yang berada di dekat gunuh Safa menyaksikan Rasulullah Saw menginjak kerikil dan pasir serta dengan tekad kuat dan langkah tegas naik ke Safa dan dengan suara keras berkata, «یا صباحاه» (Sebuah panggilan saat ada bahaya atau hal-hal penting)
Dalam waktu singkat, warga berkumpul. Rasulullah Saw memandang orang-orang dengan kasih sayang dan belas kasihan yang tak terbatas dan mulai berkata: Pernahkah Anda mendengar kebohongan dari saya? Pernahkah Anda mendengar sesuatu yang tidak benar? Semua orang berkata: Tidak! "Kami tidak melihat atau mendengar apapun darimu kecuali kejujuran dan kemurnian." Nabi kemudian berkata, jika aku mengatakan bahwa ada musuh bersiap untuk menyerang kalian, apakah kalian akan menolak untuk mempercayaiku dan memilih untuk mengabaikannya.
Setelah menarik perhatian masyarakat, Nabi mengatakan: "Sekarang, jika saya memberi tahu Anda bahwa penunggang kuda musuh datang dari belakang gunung ini dan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayai ucapanku! Ketahuilah dan sadarilah ! Setelah kehidupan ini, kalian memiliki dunia yang penuh gejolak, dunia yang memiliki banyak rasa sakit, penderitaan, siksaan, dan kemalangan! Oleh karena itu, saya memperingatkan kalian tentang siksaan berat yang akan kalian hadapi dan memperingatkan kalian tentang bahayanya."
Imam Khomeini juga memulai revolusinya dengan tujuan menghidupkan kembali agama Rasulullah Saw, dan di pidatonya tahun 1964, Imam memperingatkan peratifikasian draf kapitulasi dan konsesi penuh kepada Amerika serta pelanggaran kedaulatan nasional. Imam berkata, "Saudara-saudara, Saya memperingatkan adanya bahaya! Wahai politisi Iran, Saya umumkan adanya bahaya ! Wahai saudagar Iran, aku umumkan bahaya! Wahai militer Iran, wahai marja agama, Saya peringatkan adanya bahaya! Wahai ulama, santri, wahai marja, saudara-saudara, wahai Najaf, wahai Qom, wahai Syuhada, wahai Tehran, wahai Shiraz, Saya nyatakan ada bahaya!
Ayatullah Khamenei dan Imam Khomeini
Imam Khomeini, pemimpin besar Revolusi Islam, memiilki spririt ikhlas dan penghambaan, dan di setiap kondisi, perkataan dan perilakunya, ia selalu taat kepada Tuhan dan senantiasa mencari ridha-Nya. Ayatullah Khamenei, pengganti Imam Khomeini dan pemimpin besar Iran saat ini, terkait karakteristik Imam mengatakan, "Imam Khomeini seorang ahli ibadah yang berhasil membebaskan dirinya dari penghambaan kepada selain Tuhan dan ia benar-benar seorang hamba Tuhan. Ia membuat hatinya bersih dan jiwanya bersinar."
Pemimpin Revolusi ini dengan bertawakkal kepada Tuhan, mengikuti sirah para Imam Maksum as serta bersandar pada kemampuan bangsa telah menetapkan sendi-sendi revolusi yang termasuk peristiwa paling unik di sejarah Islam. Revolusi ini berhasil menggulingkan rezim yang memiliki akar 2.500 tahun. Ia menganggap kemenangan seluruhnya dari Tuhan.
Ayatullah Khamenei yang keberanian dan kepercayaannya juga diketahui semua orang, bersaksi bahwa dalam peristiwa yang mengerikan, ketika semua pejabat menemui jalan buntu dalam pekerjaan mereka, mereka mendatangi Imam dan dia memberi mereka kedamaian dan harapan. Ayatullah Khamenei mengatakan dalam hal ini: "Imam Khomeini, dengan koneksi spiritual dan kepercayaannya kepada Tuhan, selalu berdiri seperti gunung yang kuat dan tidak ada yang menggoyahkannya. Di sebagian besar arus negeri ini dan peristiwa-peristiwa revolusi, semua beban selalu ada pada Imam. Dia membimbing semua pejabat dan orang-orang dalam acara dengan satu kalimat dan mengakhiri kelemahan dan ketakutan."
Imam Khomeini (semoga Allah merahmatinya) sangat rendah hati karena kepribadian dan posisinya yang tinggi. Dia tidak pernah menganggap dirinya lebih besar dari orang lain, tetapi menganggap dirinya sebagai pelayan rakyat dan tidak berusaha memenangkan gelar untuk dirinya sendiri. Untuk alasan ini, dia berulang kali memperingatkan untuk tidak memujinya.
Merujuk pada kebesaran dan kekuasaan Imam, Ayatullah Khamenei menggambarkan kerendahan hatinya kepada umat sebagai berikut: “Imam adalah orang yang mampu mengubah dan menggeser seluruh politik dunia dengan kekuasaannya. Kemauan yang kuat terhadap gunung-gunung besar yang kecil tersebut, bahasa fasih yang kata-katanya meledak dan memiliki efek seperti bom di dunia, setiap kali ia berbicara kepada rakyat, ia menganggap dirinya lebih kecil, dan di hadapan emosi dan keyakinan dan keberanian, kebesaran dan pengorbanan rakyat, menundukkan kepala dan berkata dengan rendah hati: "Rakyat lebih baik dari kita ...".
Al-Quran di Surat al-Anfal ayat 24 menyinggung para pembaharu Islam dan kepada orang beriman yang senantiasa hatinya dipenuhi cahaya iman mengatakan, "«یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا اسْتَجِیبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاکُمْ لِمَا یُحْیِیکُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ یَحُولُ بَیْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَیْهِ تُحْشَرُونَ» (Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan). Sesungguhnya sebuah aliran (ajaran) dapat memberi kehidupan jika hidup, dan Islam yang selalu dinamis dan hidup, dapat menghidupkan dan mencegah kematian pengikutnya.
Islam murni Muhammadi menurut pandangan Imam Khomeini adalah Islam yang sumber utamanya adalah al-Quran dan wilayah Ahlul Bait as. Sementara di periode ghibat Imam Mahdi as, marjaiyah politik dari ulama agama menjadi rujukan. Dengan kata lain, Islam yang murni adalah agama yang bersumber dari al-Quran, wilayah Ahlul Bait as dan marjaiyah politik ulama, serta berlandaskan pada akal dan rasio yang benar serta suara yang berdasarkan al-Quran.
Imam Khomeini meyakini bahwa Islam murni Muhammadi tidak memberi peluang orang kafir menguasai umat muslim, dan muslim dengan menjaga perintah dan larangan Tuhan serta mengikuti ayat al-Quran, senantiasa berada di atas.
Menurut perpektif Imam Khomeini, tuntutan keadilan dan anti-kezaliman merupakan karakteristik nyata Islam murni Muhammadi, Islam yang melawan kezaliman dan eksploitasi serta berusaha menegakkan keadilan sosial. Allah Swt menyebutkan penerapan keadilan sebagai tujuan agama sejak awal pengutusan para nabi. Di bagian ayat ke 25 Surat al-Hadid, Allah Swt berfirman: «لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَیِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْکِتَابَ وَالْمِیزَانَ لِیَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ... » (Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan...)
Imam Khomeini terkait keadilan di Republik Islam Iran mengatakan, "Di Republik Islam, keadilan Islami dapat ditemukan, keadilan ilahi menaungi seluruh bangsa, apa yang ada di pemerintahan Taghut tidak ada di Republik Islam."
Banyak pengamat yang meyakini bahwa Imam Khomeini adalah pembaharu ideologi agama setelah Imam Maksum as; Sosok yang tujuan akhirnya dari Revolusi Islam dan menciptakan kebangkitan ideologi dan sosial, menghidupkan kembali Islam murni Muhammadi. Imam menilai Islam bukan ajaran yang terbatas pada amalan individu, dan ia meyakini universalitas agama dan kehadirannya di tengah sosial.
Pemimpin besar Revolusi Islam, bukan saja membawa revolusi Iran ke arah kemenangan, tapi juga menciptakan spirit persatuan dan persaudaraan Islam di seluruh masyarakat Islam. Revolusi Islam Imam Khomeini sebuah ledakan cahaya dan cahayanya menyelimuti seluruh negara Islam dan non-Islam, serta memberi kehormatan kepada kaum tertindas di seluruh dunia, dan khususnya bagi umat Islam ketika agama dipropagandakan sebagai candu bagi masyarakat, tapi Imam melalui Revolusi Islam telah menunjukkan kepada dunia bahwa Islam memiliki kemampuan untuk mengorganisir komunitas dan menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat.
Peran Revolusi Islam Iran di Pembentukan Kebangkitan Islam di Kawasan
Abad 20 hanya berumur 13 tahun ketika Peran Dunia Pertama meletus. Banyak negara terpaksa atau tidak, terlibat di perang dunia ini. Perang ini juga berujung para tumbangnya imperatur Ottoman di dunia Islam dan dimulainya penjajahan di wilayah Islam.
Menurut kesaksian sejarah, abad 20 adalah abad yang dipenuhi dengan perang, haus kekuasaan dan hegemoni sejumlah negara dan pemerintah di dunia. hanya 13 tahun dari usia abad 20 berlalu, komunitas dunia mencicipi Perang Dunia Pertama. Banyak negara dunia baik itu terpaksa atau tidak, terlibat dalam perang ini. Perang ini bagi dunia Islam juga menandai kehancuran Imperatur Ottoman dan dimulainya penjajahan wilayah Islam oleh negara Barat.
Berbagai wilayah imperatur Ottoman yang sampai saat ini masih menderita despotisme para sultan, kali ini terlilit kezaliman baru dan tercerai berai dalam bentuk negara-negara kecil serta dibagi di antara pemenang perang seperti Inggris dan Prancis. Inggris dan Prancis yang ketakutan atas terbentuknya pemerintahan Islam bersatu, di luanya tampak memberi kebebasan politik kepada negara-negara kecil ini, tetapi pada kenyataannya menunjuk orang untuk mengejar kebijakan dan kepentingan mereka. Secara ekonomi dan budaya, mereka terus menyerang dan mendominasi negara-negara kecil ini.
Perang Dunia Pertama
Di antara negara tersebut, Mesir sebagai negara terpenting dan memiliki posisi strategis di kawasan berada di bawah kolonialisme Inggris. Selama tahun-tahun tersebut, pemerintah Inggris melalui Deklarasi Balfaour, telah mempersiapkan peluang bagi invasi Yahudi ke Palestina.
Sementara Iran meski di awal Perang Dunia ini dan perkembangannya tidak memiliki peran, tapi mengingat posisi geografinya dan ketidakmampuan Shah, telah menjadi lokasi lalu lalang militer Rusia dan Inggris, sehingga di akhir perang dunia, hampir seluruh wilayah Iran diduduki Inggris.
20 tahun kemudian, dunia menyaksikan Perang Dunia Kedua. Perang ini berlangsung selama enam tahun dan hasilnya adalah berkuasanya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan besar dunia. Ada pun negara-negara Islam mengalami paceklik, wabah, perampokan dan penjajahan.
Dengan kehadiran pihak asing di wilayah dan negara Islam, dan upaya mereka untuk menaklukkan budaya pemerintahan ini, berbagai kelompok dan organisasi mulai bermuncuan di negara-negara ini yang berusaha mencari jalan selamat bagi rakyatnya dengan berpegang pada ideologi seperti Marxisme, Sosialisme, Liberalisme dan seluruh isme materalis lainnya. Sejumlah kelompok ini melupakan total identitas Islamnya dan menilai jalan selamat dengan bernaung kepada Barat dan budayanya, tapi sejumlah kelompok lainnya menggabungkan antara Islam dan isme Barat. Namun demikian sampai saat ini di antara ulama Syiah dan Sunni, masih ada yang berusaha untuk kembali ke ajaran asli Islam.
Banyak reformis dari spektrum yang berbeda muncul di negara-negara Islam, yang paling penting dapat dianggap sebagai Sayid Jamaluddin Asadabadi. Ia belajar di seminari-seminari (Hauzah Ilmiah) Iran dan Irak dan menghabiskan seluruh hidupnya bepergian ke negeri-negeri Islam. Sayid Jamaluddin selalu berusaha memperingatkan umat Islam tentang bahaya dominasi budaya, ekonomi dan politik Barat.
Di Afghanistan, ia menerbitkan surat kabar, majalah, dan menulis buku-buku agama dan sejarah. Di India, ia melawan ide-ide materialis dan kecenderungan Wahabi, dan akhirnya berhasil mendirikan sebuah partai di Mesir, yang segera memperoleh pengaruh yang cukup besar di antara semua orang, dan ini membuat takut para penjajah sampai-sampai ia diusir dari Mesir dan partainya dibubarkan. Dia mengubah sastra Mesir dari sastra aristokrat yang melayani pujian raja menjadi sastra populer (rakyat/sipil) dan menggunakannya untuk membela hak-hak kaum tertindas.
Pemikiran Sayid Jamaluddin di Iran melalui arahan ulama Syiah menyebabkan Revolusi Konstitusi. Sebuah revolusi yang mengubah monarki menjadi monarki konstitusional, meskipun untuk waktu yang singkat. Sebagai hasil dari revolusi ini, untuk pertama kalinya di Iran, Majelis Nasional didirikan, meskipun majelis ini lebih merupakan monarki dan tatanan daripada rakyat.
Di Mesir pada tahun 1952, Gamal Abdel Nasser menggulingkan monarki dalam kudeta militer dan berperang melawan kolonialisme. Abdel Nasser sejak lama adalah pemimpin Arab terbesar dan terpopuler di kawasan itu, tetapi pada akhirnya, menguatnya gagasan pan-Arab dan tendensi sosialis dalam ekonomi menyebabkan pemberontakan umat Islam Mesir menyimpang dari jalur murni Islam yang dimaksud oleh Sayid Jamaluddin.
Sejak 1948, ketika invasi Zionis global ke Palestina dimulai, umat Islam telah mencoba dengan berbagai cara untuk menghilangkan penindasan ini, tetapi pesimisme, penyerahan atau ketidakmampuan pemerintah Arab membuat tidak mungkin bagi mereka untuk mempertahankan tanah suci ini. Pada tahun 1967, empat negara Mesir, Irak, Yordania, dan Suriah bersekutu untuk menghancurkan Israel, tetapi hanya dalam enam hari, mereka dikalahkan dengan parah. Kekalahan ini, selain membuka jalan bagi kemunduran Gamal Abdel Nasser di Mesir, membuat harapan banyak umat Islam di seluruh dunia menjadi putus asa. Muslim di negara-negara Islam lainnya berada dalam situasi yang sama.
Sayid Jamaluddin
Pada saat inilah berita kebangkitan Syiah Iran yang dipimpin oleh salah satu ahli hukum (pakar fikih) dari seminari Qom mencapai telinga dunia. Cendekiawan dan ahli hukum revolusioner dan anti-penindasan yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Islam dan Muslim adalah "Ruhullah Al-Musawi Khomeini".
Ayatullah Khomeini yang sejak muda menimba ilmu di Hauzah Ilmiah (seminari) Qom dan Najaf, dan di usia 27 tahun mencapai derajat ijtihad adalah sosok arif dan pejuang. Selain mengajar dan menulis buku agama serta upaya mendidik ulama masa depan dunia Islam, beliau juga aktif berjuang melawan pemerintahan monarki dan kesultanan Shah di Iran. Kerajaan dan sistem monarki yang munul atas dukungan Inggris dan terus berlanjut eksistensinya berkat dukungan Amerika Serikat dan Israel.
Menurut perspektif ulama besar ini, masa gelap umat Islam ini karena sifat egoisme dan meninggalkan perjuangan serta kebangkitan karena Tuhan. Dalam karya-karyanya, ia mengajukan sebuah teori bahwa semua Muslim di dunia harus mengikuti "Velayat-e-Faqih". Seorang ahli hukum yang berilmu, pemberani dan memahami keadaan zamannya dan inilah rahasia kemenangan kaum muslimin. Setelah kematian Ayatullah Boroujerdi, otoritas Syiah dan pemimpin dunia, Ayatullah Khomeini menjadi sangat populer di kalangan Iran karena aktivitas sosial dan politiknya.
Pidato-pidatonya dan konfrontasi kerasnya dengan tindakan tidak sah pemerintah Pahlavi memberi rakyat harapan akan masa depan yang cerah. Setelah Perang Enam Hari antara Arab dan Israel, Imam Khomeini mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa setiap perdagangan dan hubungan politik antara negara-negara Islam dan Israel dan konsumsi barang-barang Israel dilarang di masyarakat Islam. Dalam fatwa lain, dia mengizinkan pembayaran sedekah dan zakat orang Syiah kepada gerilyawan Palestina, dan ini adalah pertama kalinya diizinkan pembayaran zakat Syiah kepada non-Syiah.
Kamp Pengungsi Palestina
Di bawah kepemimpinan Imam Khomeini, Revolusi Islam di Iran meraih kemenangan pada tahun 1979 (1357 Hs) dan kemenangan ini sebuah pelita dan cahaya di hati umat Muslim dunia serta harapan bagi kebebasan dari despotisme dan penjajahan meningkat drastis.
Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, kaum Syiah di mana pun di dunia mendapatkan kembali identitas agama mereka dan menjadi bangga karenanya. Banyak mualaf Sunni, yang menganggap isme Barat tidak berguna, juga menemukan cara baru untuk meraih kebebasan. Syiah Lebanon bersatu dengan mengakui Imam Khomeini sebagai Pemimpin Tertinggi, dan dengan persetujuannya, sebuah kelompok yang kita kenal sekarang sebagai Hizbullah dibentuk. Sebuah kelompok yang saat ini merupakan musuh besar dan kuat bagi rezim pendudukan Israel.
Sementara di Palestina, berkat kemenangan Revolusi Islam di Iran, terbentuklah banyak kelompok muqawama, meski mereka Sunni, tapi mereka sangat mencintai Khomeini dan cita-citanya, serta menjadikan metode perjuangannya serta rekan-rekannya sebagai acuan mereka. Iran di kondisi sulitnya ketika bertarung dengan kekuatan besar dunia, tetap tidak melepas dukungannya terhadap bangsa Palestina.
Bangsa Iran setelah perang delapan tahun dengan Irak, berhasil mengalahkan kekuatan besar dunia. Mereka mengibarkan bendera keadilan dan terus melanjutkan dukungan terhadap kaum tertindas. Dukungan ini juga menyeru Muslim seluruh negara Islam untuk bersatu melawan penjajah dan despotisme. Selama tahun-tahun pertama kemenangan revolusi rakyat Iran, Muslim Afghanistan baik Syiah maupun Sunni bersatu dan mengalahkan tentara Uni Soviet.
Sementara analis politik yang berafiliasi dengan Barat mengonfirmasi kekalahan cepat Revolusi Islam di Iran, dan kekuatan besar setiap hari merancang skenario baru untuk menggulingkannya, revolusi yang dipimpin oleh seorang ulama dan pakar hukum (Faqih) yang layak dan pemberani serta dengan dukungan besar rakyat ini terus maju untuk menggapai tujuan tingginya.
Tidak hanya bergerak maju dengan sendirinya, tetapi dengan mengeluarkan ide-idenya yang adil dan menjelaskan Islam sebagai agama sosial dan politik, ia dengan jelas menunjukkan dan menunjukkan jalan menuju kebebasan dari penindasan dan tirani kepada orang lain. Pencerahan ini menyebabkan kebangkitan Islam pada dekade pertama abad ke-21 di banyak negara Muslim, termasuk Mesir, Libya, Yaman, Bahrain, Tunisia dan Aljazair. Revolusi yang jelas-jelas menginginkan kembalinya sistem politik ke Islam dan mengakhiri tirani dan kediktatoran para penguasa.
Imam Khomeini
Tuntutan akan keadilan ini tidak terbatas di negeri-negeri Islam saja, tetapi juga terwujud di negara-negara Barat, seperti gerakan Wall Street di Amerika Serikat dan gerakan Rompi Kuning di Prancis. Semua gerakan ini telah terjadi melawan sistem kapitalis. Sistem yang menjadi dasar pembentukan negara adidaya dunia dan Iran Islam sejak awal revolusi menganggapnya tidak sah dan tidak adil.
Ya, begitulah Imam Khomeini, semoga Allah merahmatinya, dengan tepat menyebut Revolusi Islam Iran sebagai ledakan cahaya. Orang tua yang bijaksana ini, dengan pandangan ke depan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, membuka di hadapan kita jalan di mana kita harus tabah sampai nafas terakhir dan mewarisinya dengan cara terbaik untuk masa depan kita.
Kami tidak akan pernah lupa bahwa prinsip dasar dari warisan ini adalah gerakan terpadu dari seluruh umat Islam di bawah bendera Velayat-e-Faqih. Setiap gerakan atau kebangkitan yang melupakan prinsip ini entah melenceng atau segera gagal dan ditakdirkan untuk dilupakan dalam lembaran-lembaran sejarah. Kami telah mengorbankan banyak nyawa dan orang-orang terkasih untuk menegakkan prinsip yang berharga ini. Tidak ada keraguan bahwa kami akan terus melakukannya dan mengundang semua orang untuk mengikuti jalan ilahi ini.



























