کمالوندی

کمالوندی

Jumat, 04 Februari 2022 19:38

Contoh Kemajuan Revolusi Islam Iran

 

43 tahun telah berlalu dari kemenangan Revolusi Islam Iran. Selama 43 tahun ini, Iran mencapai banyak kemajuan. Sementara arus-arus menyimpang bukan saja tidak meliputnya, bahkan ingin memutarbalikkan kondisi yang ada dan menyembunyikan keberhasilan ini.

Revolusi Islam Iran yang memiliki esensi Islami adalah sebuah revolusi yang mendapat dukungan besar dari rakyat, dan termasuk peristiwa terpenting di abad 20 serta meraih kemenangan dengan perjuangan yang besar. Revolusi ini kini memasuki usianya yang ke-44. Urgensitas penjelasan akan kemajuan Revolusi Islam juga mengharuskan penjelasan atas sebagian karakteristik pemerintahan Pahlevi. Secara global ada empat karakteristik pemerintahan Pahlevi yang paling penting dari yang lain, seperti despotisme dalam negeri, korupsi yang luas khususnya di puncak kekuasaan, ketergantungan terhadap AS dan masyarakat yang ditindas.

Salah satu karakteristik unggul pemerintahan Pahlevi adalah despotisme dan tirani di dalam negeri. Rezim Pahlevi menerapkan kediktatorannya melalui dua sarana Savak (di Tehran dan pusat kota) dan Gendarmerie (lembaga militer di kota-kota dan desa). Di era pemerintahan rezim Pahlevi, wacana seperti pemilu, partai dan kebebasan berpendapat tidak memiliki arti. Mohammad Reza Pahlevi membentuk Partai Rastakhiz untuk menyatukan kekuasaan dan seluruh rakyat juga harus menjadi anggota partai tersebut.

Perbandingan kemajuan infrastruktur Iran saat ini di banding dengan sebelum Revolusi
Ciri lain dari pemerintahan Pahlavi adalah korupsi yang meluas di pucuk pimpinan kekuasaan. Dalam bukunya, Assadollah Alam merujuk pada korupsi moral para pejabat pemerintahan Pahlavi. “Korupsi begitu merajalela di tingkat atas negara bahkan telah melampaui batas rasa malu,” tulis Alam dalam bukunya, mengutip Hoveyda. Banyak karya telah meneliti korupsi ekonomi pejabat pemerintah Pahlavi, termasuk Mohammad Reza Shah dan anggota keluarganya.

The Financial Times melaporkan jumlah aset yang diambil oleh diktator buronan dari berbagai negara dan menulis tentang Mohammad Reza Pahlavi: "Syah Iran yang digulingkan telah mengambil 35 miliar dolar kekayaan dari negara." Ardeshir Zahedi juga menulis tentang jumlah kekayaan yang telah dibawa Shah ke luar negeri: "Yang Mulia telah membawa 31 miliar dolar ke luar negeri."

Karakteristik lain dari pemerintahan Pahlavi adalah ketergantungannya yang besar pada kekuatan asing, terutama Amerika Serikat. Pemerintah Pahlavi secara psikologis, politik, defensif, dan keamanan bergantung dan menjadi boneka Amerika Serikat. Menurut doktrin dua pilar Nixon, Iran adalah gendarmerie regional. Realisasi kepentingan Amerika dalam kebijakan luar negeri adalah bagian dari komitmen rezim Pahlavi. Dalam politik dalam negeri, meskipun pilar kekuasaan Pahlavi kedua adalah tiga pilar: tentara, birokrasi, dan pengadilan, ia juga memiliki pilar keempat, yaitu dukungan Amerika. Ciri lain dari pemerintahan Pahlavi adalah aristokrasi di puncak kekuasaan dan deprivasi dalam tubuh politik. Selama era Pahlavi, 46 persen warga hidup dalam kemiskinan absolut, 73 persen di pedesaan, 46 persen buta huruf, dan 96 persen desa tidak memiliki listrik. Terlepas dari situasi ini, beberapa di dalam dan di luar Iran berusaha untuk memurnikan rezim Pahlavi dengan mendistorsi pencapaian 43 tahun Revolusi Islam.

Ada sejumlah kesulitan untuk memaparkan kemajuan Iran setelah kemenangan Revolusi Islam, salah satunya adalah adalah ketidakjelasan konsep/wacana. Ketidakjelasan konsep ini artinya wacana dan konsep kemajuan adalah sama dan berarti simbol fisik dan ekonomi seperti menciptakan lapangan kerja, membangun bandara udara, kilang minyak, jalan dan lain sebagainya. Di Barat, jenis kemajuan ini disebut kemajuan linier. Dalam literatur politik Revolusi Islam dan dalam sistem epistemologi Imam Khomeini, disebut dengan sebutan “kemajuan” dan bukan “pembangunan”, karena dalam sistem politik Islam tercakup dimensi material dan spiritual manusia.

Salah satu tantangan revolusi dengan Barat adalah terkait cara memandang manusia, karena dalam sistem Islam pertumbuhan kebajikan moral, pertumbuhan spiritualitas dan keamanan moral menjadi perhatian, tetapi di Barat ini tidak ada artinya dan apa yang penting dan menjadi tugas pemerintah adalah menjamin kesejahteraan dan keamanan, sementara pertumbuhan spiritualitas bukanlah salah satu tugas dan tanggung jawab pemerintah.

Dalam pemerintahan Islam dan sistem Republik Islam yang timbul darinya, ada kepedulian terhadap pertumbuhan spiritualitas dan kebajikan moral yang menjadi kewajiban pemerintah, dan ini adalah salah satu kendala Revolusi Islam dengan Barat. Oleh karena itu, salah satu contoh kemajuan Revolusi Islam adalah tumbuhnya spiritualitas dan keutamaan moral dalam tubuh masyarakat, sehingga saat ini masyarakat Iran, meskipun tidak menghadapi pembatasan sosial, telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dalam konsep Barat, ketika membahas pembangunan, sebagian besar aspek material yang nyata diperhitungkan. Dengan demikian, hal-hal seperti i'tikaaf tidak dianggap sebagai kemajuan, padahal ini adalah salah satu bidang kemajuan spiritual masyarakat.

Aspek lain dari kemajuan Revolusi Islam termasuk melawan penindasan, perlawanan terhadap dominasi dan paksaan serta tuntutan kemerdekaan, di mana, selama 43 tahun, Iran, negara yang bergantung, telah menjadi kekuatan nasional yang independen dalam arti kata yang sebenarnya. Sejak zaman Agha Mohammad Khan Qajar - ketika era modern dimulai - terutama setelah Fath Ali Shah, dengan kekalahan dari Rusia selama dua periode perang dan pemaksaan kontrak kolonial, keberadaan perdana menteri yang dipaksakan, kudeta, pendudukan Iran, mencopot dan mengangkat Shah (raja), rakyat tidak punya tempat.

Iran yang beradab di era Safawi baik secara geografis dan posisi dalam 200 tahun ini telah hancur, Iran yang di era Safawi Eropa berbaris untuk berdagang negara ini. Revolusi Islam telah memulihkan identitas orang Iran dalam hal karakter historis mereka, dan ini dianggap sebagai contoh kemajuan.

Dalam 57 tahun rezim Pahlavi, menurut statistik yang tersedia, situasi negara menghadapi 46 persen kemiskinan absolut, 73 persen warga hidup di pedesaan dan 46 persen warga buta huruf, dan Revolusi Islam mengambil alih negara dalam situasi ini. Meskipun ada universitas sebelum revolusi, ada 150.000 mahasiswa, dan menurut Pemimpin Tertinggi Revolusi, ada profesor yang baik, tetapi tidak ada penemuan atau inovasi.

Di beberapa sektor di mana sanksi telah berlaku, peristiwa yang terjadi di Iran di bawah tekanan puluhan media yang membom negara kita dengan baik menjelaskan kesulitan ini. Misalnya, di sektor kedokteran revolusi dan pemuda Iran yang cerdas berada di puncak sains. Dalam situasi saat ini, terdapat 20 juta orang terpelajar yang mengenyam pendidikan tinggi dan lebih dari 1.500 unit universitas, dan meminimalisasi buta huruf merupakan isu yang sangat penting. Tidak adanya fasilitas di desa-desa sehingga pada awal revolusi sebenarnya tidak ada yang baru di desa, hanya lambang pemerintahan di desa adalah koperasi desa, tetapi sekarang di desa-desa ada sekolah, jalan, telekomunikasi, gas, air, aspal, taman, gedung olahraga dan sebagainya.

Kini pedesaan Iran pun merasakan internet
Poin pentingnya adalah bahwa selama empat puluh tiga tahun, meskipun ada tekanan, sanksi dan harga tinggi, Revolusi Islam Iran telah mampu mempertahankan independensinya dan melakukan perlawanan. Yang luar biasa adalah bahwa dalam kondisi kedaulatan empat komponen separatisme, teror, perang dan sanksi yang dipaksakan kepada Revolusi Islam Iran oleh musuh, kemajuan Revolusi Islam sangat berharga. Jika Revolusi Islam tidak terlibat dalam perang dan separatisme, tidak akan ada sanksi, dan tokoh intelektual tidak dibunuh, maka pastinya hari ini Iran akan semakin maju dan kesulitan ekonomi akan sangat berkurang menyiksa rakyat Iran.

Bahkan tokoh-tokoh terkemuka Barat mengakui kemajuan Revolusi Islam Iran. Zbigniew Brzezinski, penasehat keamanan mantan Presiden AS, Carter, lima tahun dan beberapa bulan sebelum meninggal menjelaskan, "Negara yang selama tiga puluh tahun lebih berada di bawah represi dan sanksi paling keras, kini dengan berbagai kesulitan tersebut berada di urutan ke-17 ekonomi dunia, memiliki teknologi nuklir, dan termasuk negara terkemuka dunia di bidang sel punca. Saya sangat yakin bahwa negara ini, dengan kapasitas dan kapabilitas pribumi ini, akan menghidupkan kembali peradaban besar Islam-Iran dalam waktu yang tidak terlalu lama."

Brzezinski yang termasuk penentang utama Revolusi Islam di era Carter mengatakan, Iran dari sisi demokrasi, terdepan dari negara-negara tetangga...menurut keyakinan Saya, Iran sebuah pemerintah-bangsa kredibel, identitas kredibel ini menjadi faktor solidaritas di negara ini, sesuatu yang sangat jarang ditemukan di mayoritas negara-negara Timur Tengah."

 

Revolusi Islam Iran setelah 43 tahun, menghadapi berbagai tantangan yang mayoritasnya dari permusuhan Barat. Meski demikian, Revolusi Islam banyak memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan.

Salah satu peluang penting yang dihadapi Revolusi Islam adalah memanfaatkan pemuda potensial dan efektif. Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei saat menjelaskan Langkah Kedua menyebutkan, kapasitas terpenting yang membuat optimis Iran adalah sumber daya manusia yang potensial dan efektif dengan didasari iman dan agama yang kuat. Populasi pemuda di bawah 40 tahun yang sebagian besar merupakan hasil dari gelombang penduduk yang tercipta pada tahun 1960-an, merupakan peluang yang berharga bagi negara ini. 36 juta orang antara usia 15 dan 40, hampir 14 juta dengan pendidikan tinggi, lulusan sains dan teknik terbesar kedua di dunia, sejumlah besar anak muda yang tumbuh dengan semangat revolusioner dan siap untuk perjuangan jihadis untuk negara, dan sejumlah besar cendekiawan muda. Seorang pemikir yang bergerak di bidang ilmiah, budaya, kreasi industri, dll.; Ini adalah harta yang sangat besar bagi negara yang tidak dapat dibandingkan dengan cadangan material apa pun.

Keberadaan pemuda potensial dan efektif jika dimanfaatkan dengan benar oleh pemerintah, maka akan tercipta peluang besar bagi negara, sementara saat ini bahkan kekuatan besar dunia mengalami kekurangan sumber daya manusia.

Peluang lain di langkah kedua Revolusi Islam adalah fasilitas materi yang besar. Terkait hal ini Rahbar menjelaskan, Peluang material negara juga membentuk daftar panjang yang dapat diaktifkan dan dimanfaatkan oleh manajer yang efisien, termotivasi dan bijaksana, meningkatkan pendapatan nasional dengan lompatan yang signifikan dan membuat negara kaya, serta memiliki rasa percaya diri sebenarnya dan menghapus kesulitan saat ini. Iran, dengan satu persen dari populasi dunia, memiliki 7 persen dari cadangan mineral dunia: sumber daya bawah tanah yang luas, lokasi geografis yang luar biasa antara timur dan barat dan utara dan selatan, pasar nasional yang besar, pasar regional yang besar dengan 15 tetangga dengan populasi 600 juta, garis pantai yang panjang, kesuburan tanah dengan beragam produk pertanian dan hortikultura, ekonomi besar dan beragam, adalah bagian dari kapasitas negara; Banyak kapasitas tetap utuh dan belum tersentuh. Iran dikatakan sebagai nomor satu di dunia dalam hal kapasitas alam dan manusia yang belum dimanfaatkan."

Peluang material ini memberi negara kapasitas dan kemampuan untuk fokus pada sumber daya dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada negara asing. Pada saat yang sama, memiliki peluang material ini memungkinkan untuk menetralisir sanksi. Masalah lain adalah bahwa peluang material ini adalah alasan mengapa pemimpin revolusi menekankan strategi ekonomi perlawanan, karena peluang unik ini memberikan dasar bagi penerapan ekonomi perlawanan, jika pada manajer senior percaya pada ekonomi perlawanan dan fokus pada sumber daya dan kapabilitas, yang tentu saja terjadi di pemerintahan ketiga belas.

Peluang penting lainnya yang dihadapi Revolusi Islam adalah stabilitas dan keamanan perbatasan. Dalam dekade terakhir, kawasan Asia Barat telah menghadapi perang, perselisihan sipil dan ketidakamanan yang meluas, tetapi Republik Islam Iran telah menyaksikan stabilitas dan keamanan di perbatasannya dan di dalam negeri. Pada saat yang sama, Republik Islam Iran menghadapi lebih dari negara lain, musuh kecil atau besar, yang telah menargetkan keamanannya. Musuh telah menggunakan segalanya mulai dari disintegrasi dan perang hingga sanksi dan distorsi untuk mengancam keamanan Iran, tetapi kekuatan pertahanan Republik Islam Iran, bersama dengan persatuan dan identitas nasional, merupakan faktor penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan negara.

Rahbar saat menjelaskan langkah kedua Revolusi Islam menilai stabilitas dan keamanan sebagai peluang negara untuk maju di langkah kedua ini. Dalam hal ini Rahbar mengatakan, "Revolusi Islam menjamin stabilitas dan keamanan negara serta integritas wilayah dan menjaga perbatasan yang menjadi target ancaman serius musuh, dan memunculkan mukjizat kemenangan di perang delapan tahun dan kekalahan rezim Baath Irak serta dukungan Amerika dan Eropa serta Timurnya."

Peluang lain yang diraih revolusi ini adalah Islam. Republik Islam Iran memiliki beragam etnis dan penduduk yang selain memiliki identitas Iran, juga Islam menjadi faktor pemersatu di antara mereka. Faktanya tidak ada poros seperti Islam yang mampu mempersatukan bangsa Iran dan beragam etnisnya di bawah satu bendera, ini adalah indeks yang menjaga negara dari disintegrasi dan invasi musuh. Agama Islam faktor pemersatu di Iran selama 43 tahun, seperti salah satu faktor pemersatu revolusioner dalam melawan rezim Shah dan pendukungnya.

Peluang penting lainnya bagi Revolusi Islam untuk maju pada langkah kedua adalah kemajuan ilmiah yang telah terjadi selama 43 tahun terakhir. Hari ini, menurut banyak dokumen internasional, Republik Islam Iran berada di puncak kemajuan ilmiah. Pemimpin Tertinggi Revolusi menyatakan dalam pernyataan langkah kedua: "Revolusi Islam menjadi kekuatan pendorong negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan penciptaan infrastruktur vital dan ekonomi, yang sampai saat ini buahnya semakin banyak. Ribuan perusahaan berbasis pengetahuan, ribuan proyek infrastruktur yang diperlukan untuk negara di bidang teknik sipil, transportasi, industri, energi, pertambangan, kesehatan, pertanian, air, dll., jutaan lulusan universitas atau mahasiswa, ribuan unit universitas di seluruh negeri, puluhan proyek besar seperti siklus bahan bakar nuklir, sel punca, nanoteknologi, bioteknologi, dll dengan peringkat pertama di dunia, 60 kali peningkatan ekspor non-minyak, hampir sepuluh kali lipat peningkatan unit industri, puluhan kali lipat industri dalam hal kualitas, konversi industri perakitan ke teknologi dalam negeri, keunggulan nyata di berbagai bidang teknik, termasuk di industri pertahanan, kecemerlangan di bidang kedokteran yang penting dan sensitif dan posisi otoritas di dalamnya dan lusinan contoh lain dari kemajuan, adalah hasil dari semangat ini dan kehadiran serta perasaan kolektif tersebut yang dibawa ke negara ini oleh revolusi.»

Penjelasan Rahbar mengenai langkah kedua Revolusi Islam
Peluang penting lainnya bagi kemajuan Revolusi Islam adalah adanya sekutu yang memiliki ikatan mendalam dengan Republik Islam. Ada hubungan strategis dan tanpa syarat antara Republik Islam Iran dan kelompok-kelompok muqawama. Berbeda dengan hubungan antara Barat dan Amerika dengan negara-negara kawasan, yang membantu negara-negara tersebut dengan tujuan mengamankan kepentingan material dan strategis mereka, hubungan Republik Islam Iran dengan arus muqawama adalah hubungan tanpa syarat tanpa keuntungan atau tujuan emosional. Saat berperang melawan musuh Zionis, kelompok-kelompok ini mendefinisikan keamanan Republik Islam Iran sebagai milik mereka sendiri. Jumlah kelompok perlawanan di kawasan Asia Barat meningkat dari hari ke hari, menekankan keamanan lokal di kawasan itu dan menentang intervensi asing. Ini adalah salah satu peluang terpenting bagi kemajuan Revolusi Islam di bidang politik luar negeri.

Poin terakhir adalah jika represi asing khususnya sanksi zalim terhadap Republik Islam Iran berkurang, mengingat peluang yang disebutkan di atas, maka akan diraih kemajuan dan kesuksesan lebih besar di langkah kedua Revolusi Islam, dan dan kesulitan hidup rakyat Iran juga menurun.

 

Iran di masa pemerintahan Shah Pahlavi adalah gendarmeri kawasan dan bersama Arab Saudi merupakan sekutu utama Barat, khususnya Amerika Serikat di Asia Barat.

Tapi setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran, Tehran dianggap sebagai musuh utama Barat.

Iran senantiasa sangat penting bagi Barat. Urgensitas ini sampai pada tahap di mana Inggris di awal abad-14 Hs membantu Reza Khan Mir Panj (Reza Shah Pahlevi) berkuasa di Iran. Berkuasanya Mohammad Reza Pahlevi juga atas pengaturan dan dukungan Barat. Barat senantiasa berusaha Iran dari sisi budaya mengalami perubahan dan menerima identitas budaya Barat.

Kebijakan Mohammad Reza Pahlevi memisahkan agama dan mazhab di Iran juga sesuai dengan resep kekuatan Barat khususnya Amerika Serikat bagi Iran. Abdullah Ganji, aktivis politik menyatakan, "Pengaruh Barat di Iran di masa Pahlevi sampai pada batas seluruh perdana menteri Iran setelah kudeta 28 Mordad 1332 Hs (19 Agustus 1953) ditunjuk melalui koordinasi dengan Amerika."

Mantan Presiden AS Nixon dan Donald Trump
Iran di masa Pahlevi adalah salah satu dari dua pilar Amerika di kawasan Asia Barat. Di strategi dua pilar Presiden Nixon, Iran dan Arab Saudi adalah dua gendarmeri kawasan yang menindaklanjuti dan melaksanakan kebijakan Amerika Serikat.

Selama strategi "independensi nasional" dari pertengahan 1960-an hingga Revolusi Islam Iran pada 1979, Amerika Serikat menjadi sekutu besar Iran. Dengan demikian, berbagai perjanjian dibuat antara kedua negara, di mana kesepakatan senjata senilai 70 juta dolar dengan Amerika Serikat dan perjanjian bantuan teknis tahunan senilai 23,5 juta dolar dengan Amerika Serikat hanyalah beberapa contoh.

Alireza Azghandi, dosen universitas di mukadimah bukunya "Hubungan Luar Negeri Iran 1320-1357 (1941-1978)" menulis, "Mohammad Reza Pahlevi menjalin hubungan baik dan dekat dengan Amerika Serikat karena takut atas ekspansi Uni Soviet. Bahkan di tahun 1345-1355 (1966-1976), yakni tahun-tahun de-eskalasi di mana ancaman Soviet terhadap Iran telah menghilang, minat Reza Pahlevi untuk memperluas hubungan ekonomi dan keamanan dengan Washington tidak menurun. Sebaliknya selama tahun-tahun peningkatan kekuatan finansial Iran, akibat penjualan minyak, sentimen untuk lebih dekat dengan AS semakin kuat, jatuhnya Shah sebenarnya merupakan demonstrasi ketakutannya terhadap komunisme di satu sisi dan ketergantungan sepihaknya pada Amerika Serikat...di sisi lain, di dalam negeri, visi Shah didasarkan pada konsolidasi lebih lanjut fondasi monarki, dan di front asing, itu mengarah pada solidaritas sepihak dengan Amerika Serikat."

Lima bulan setelah kemenangan Revolusi pada 13 Juli 1979, Nick Brown, staf muda Timur Tengah di Kantor Luar Negeri Inggris yang kemudian menjadi sekretarisnya sendiri dan kemudian duta besar untuk Teheran, mengutip 10 alasan jatuhnya Mohammad Reza Shah mengatakan: "Hubungan dan ketergantungan penuh pemerintah Shah pada kekuatan Barat tidak disetujui oleh rakyat."

Setelah Revolusi Islam, terjadi perubahan dramatis dalam kebijakan luar negeri Republik Islam, sehingga Amerika Serikat, mitra terbesar Iran, menjadi musuh terbesarnya. Alasan utamanya adalah konflik identitas antara Iran dan Barat, terutama Amerika Serikat. Sebelum revolusi, Iran adalah aktor pro-Barat, tidak memiliki permusuhan dengan rezim Zionis, agama bukan penanda utama kebijakannya, tidak hanya tidak menantang kehadiran Barat di kawasan itu, tetapi juga merupakan gendarmeri Barat di kawasan, tetapi Tehran memiliki identitas yang sama sekali berbeda setelah revolusi.

Setelah revolusi, Iran adalah aktor independen yang kekuasaannya dipilih oleh rakyat, tidak tergantung pada Barat dan bahkan menentang dan melawan campur tangan Barat dalam urusan regional, tidak mengakui rezim Zionis dan menganggapnya sebagai rezim pendudukan. Agama juga merupakan penanda sentral, yang terdiri dari kebijakan dalam dan luar negeri.

Bendera Republik Islam Iran
Dengan identitas baru ini, Revolusi Islam di Iran mengubah pengaturan keamanan regional yang merugikan Amerika Serikat dan Barat. Setelah revolusi, Iran menjadi kekuatan independen di kawasan Asia Barat tanpa ketergantungan pada kekuatan asing, dan Barat, terutama Amerika Serikat, khawatir Iran akan menjadi model bagi negara-negara lain di kawasan itu. Untuk alasan ini, ia tidak menahan diri dari metode atau taktik apa pun untuk menyerang Iran dan bahkan menargetkan rakyat Iran.

Gary Sick, Penasihat Keamanan Nasional AS di era presiden Jimmy Carter beberapa tahun setelah kemenangan Revolusi Iran mengatakan, "Menurut Saya, peristiwa yang benar-benar mengubah hubungan Iran dan Amerika terjadi tahun 1972, yakni ketika Presiden AS saat itu, Nixon dan Henry Kissinger datang ke Iran dan menandatangani sejumlah perjanjian dengan negara ini, di mana ini adalah perjanjian yang sangat luar biasa. Mereka meminta Iran bertanggung jawab sebagai penjaga kepentingan AS di kawasan, dan Shah pun langsung menerimanya...Meski hal ini bagi rakyat Iran sangat sulit untuk diterima, tapi untuk selanjutnya, Amerika semakin menemukan ketergantungan lebih besar kepada Iran, dari pada Iran kepada Amerika...."

Lebih lanjut ia menambahkan, ".... Saya pikir aspek hubungan Iran-AS ini belum diperhitungkan sama sekali. Fakatanya adalah Amerika Serikat untuk membela kepentingannya di kawasan sangat bergantung pada Iran, dan karena itu Iran lebih seperti mitra dominan dalam banyak hal...Hubungan Iran dan Amerika sangat dekat dan sepenuhnya sisi pribadi. Sejatinya hubungan tersebut sekedar bergantung pada pribadi Shah. Seiring dengan meletusnya revolusi, seluruh sisi ini rusak dan tidak ada penggantinya. Amerika Serikat menghabiskan waktu hampir 10 tahun untuk menyusun strategi untuk mempertahankan kepentingannya di Teluk Persia. Strategi ini hanya mengandalkan Iran dan sosok Shah, oleh karena itu, ketika Shah pergi, semua pihak tercengang. Untuk menggantikan strategi sebelumnya, tidak ada strategi baru, dan ini sebuah bencana menurut Amerika Serikat."

Di Iran sejumlah pemerintah meyakini bahwa ada peluang berdamai dengan Amerika dan menyelesaikan tensi dan konflik antara kedua negara. Pemerintah kubu reformis mengambil kebijakan mengindari konflik dengan dunia, termasuk dengan Amerika serta dialog kritis Barat dengan Iran dalam pemerintahan konstruktif digantikan oleh dialog konstruktif dalam pemerintahan reformis. Tapi prediksi pendekatan ini bukan saja gagal berujung pada pemulihan hubungan Iran dan Barat, tapi George W Bush junior, putra presiden AS saat itu, tahun 2002 menyebut Iran bersama Irak dan Korea Utara sebagai poros kejahatan.

Jack Straw, mantan menlu Inggris seraya mengisyaratkan memorinya atas sikap Barat membelakangi Iran menyatakan, " Pada satu titik selama kepresidenan Iran (Mohammad Khatami), Iran datang ke Barat, tetapi Presiden Bush saat itu menarik permadani dari bawah kakinya." Seraya menilai dungu menyebut Iran sebagai poros kejahatan oleh Bush, Straw mengatakan, akhir Januari 2002, Bush menyebut Iran bersama Irak dan Korea Utara sebagai poros kejahatan. Ini sebuah kesalahan dan kedunguan.

Image Caption
Permusuhan Amerika dengan Iran sampai pada batas Mantan presiden AS Donald Trump melanggar secara sepihak sebuah kesepakatan yang mendapat dukungan resolusi Dewan Keamanan PBB, dan seraya keluar dari JCPOA, ia mengambil pendekatan represi maksimum terhadap Tehran dan selain memulihkan sanksi sebelumnya, juga menambah sanksi baru terhadap Iran. Tujuan pemerintah Trump adalah menerapkan tekanan kehidupan terhadap rakyat Iran dan menciptakan konfrontasi antara rakyat dan pemerintah Tehran, tapi muqawama aktif Iran berhasil mengalahkan pendekatan represi maksimum.

Faktanya adalah akar dari permusuhan Amerika dengan Iran bukan sekedar gesekan politik yang dalam, tapi konfrontasi kedua negara yang mendalam dalam wacana dan berpangkal dari dua pandangan dunia dan dua wacana dengan pendekatan ideologis. Amerika Serikat adalah pelopor dari demokrasi liberal dan sekularisme, dan Iran adalah pembara bendera ideologi Islam.

Isu lain adalah hubungan Iran dengan negara-negara Eropa juga dipengaruhi hubungan Tehran dan Washington. Amerika Serikat tidak melihat hubungan dekat Iran dengan negara-negara Eropa sesuai dengan kepentingannya. Oleh karena itu, selama 43 tahun lalu, hubungan Iran dan negara-negara Eropa tidak mengalami peningkatan.

Salah satu dampak penting meletusnya Revolusi Islam di Iran adalah pengaruhnya terhadap sistem keamanan kawasan Asia Barat.

Berikut sejumlah pengaruh Revolusi Islam di Iran terhadap sistem keamanan di Asia Barat:

Penolakan dan Perlawanan atas Hegemoni dan Intervensi Barat di kawasan

Republik Islam Iran telah mempersulit hegemoni dan intervensi Barat di kawasan Asia Barat. Iran sebelum revolusi merupakan salah satu dua pilar Nixon, presiden AS saat itu di Asia Barat. Amerika Serikat setelah kemenangan Revolusi Islam telah kehilangan salah satu penjaga utama keamanannya di kawasan. Doktrin dua pilar Nixon tumbang dan keseimbangan sistem keamanan di kawasan Teluk Persia musnah.

Iran sebelum revolusi tercatat sebagai perisai pertahanan dan salah satu pendukung kepentingan AS di kawasan. Tapi setelah revolusi, Iran malah berubah menjadi salah satu ancaman terpenting bagi Amerika Serikat. Kebijakan luar negeri Republik Islam Iran dibentuk berdasarkan asas penolakan setiap hegemoni dan penolakan atas penerimaan hegemoni, menjaga independensi penuh dan integritas wilayah, membela hak seluruh Muslim dan non-blok dengan kekuatan yang mendominasi dan hubungan timbal balik yang damai dengan negara-negara non-kombatan.

Imam Khomeini
Imam Khomeini, bapak pendiri Republik Islam Iran di pesan peresmian periode pertama parlemen Republik Islam Iran mengatakan, "Pendekatan tidak Timur dan tidak Barat, harus kalian pertahankan di seluruh bidang dalam negeri dan di hubungan luar negeri."

Penentangan terhadap campur tangan AS dalam urusan internal Iran dan di kawasan Asia Barat membuat Washington mengadopsi strategi permusuhan terhadap Republik Islam Iran. Separatisme, sanksi, teror, dan perang adalah empat pendekatan bermusuhan yang telah digunakan Amerika Serikat terhadap Republik Islam Iran selama 43 tahun terakhir. Namun, setelah 43 tahun, pendekatan anti-Iran ini tidak hanya melemahkan Republik Islam, tetapi posisi AS di kawasan Asia Barat juga melemah, dan posisinya di Asia Barat menurun, dengan penarikan skandal dari Afghanistan dan tekanan dari kelompok Irak untuk penarikan penuh pasukan AS dari negara ini adalah contoh penurunan dan melemahnya posisi AS di Asia Barat.

Menghidupkan Perlawanan terhadap Rezim Penjajah Israel

Efek lain Revolusi Islam terhadap tatanan kawasan Asia Barat adalah intensifikasi perjuangan anti-Israel. Segera setelah kemenangan Revolusi Islam, secara resmi diumumkan bahwa kami tidak menerima rezim Zionis sebagai sistem yang sah dan memberikan hak kepada Muslim dan partai-partai Palestina untuk mengangkat senjata demi pembebasan negara mereka yang diduduki. Mengikuti kebijakan anti-Zionis, segera setelah revolusi, kedutaan Israel di Tehran ditutup dan kedutaan Palestina didirikan di tempatnya dan seorang duta besar ditunjuk untuk itu.

Menyusul kemenangan Revolusi Islam di Iran, dan orientasi tuntutan kebebasan serta anti-Israel yang berujung pada pemutusan hubungan strategis dan diplomatik dengan Tel Aviv, serta menyusul prakarsa Imam Khomeini menetapkan Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, perlawanan terhadap Israel mendapat nafas baru.

Iran setelah kemenangan Revolusi Islam menjadi pusat perlawanan terhadap rezim Zionis Israel, dan jantung muqawama Islam melawan Tel Aviv, serta pelopor perlawanan ketika para pemimpin negara-negara Arab menyerah dengan menandatangani perjanjian Camp David. Imam Khomeini dengan kebesaran dan keberanian penuh mengambil alih bendera perlawanan terhadap Israel dan memberi indentitas Islami terhadap resistensi bangsa Palestina. Sejatinya dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, perlawanan terhadap Israel yang semakin lemah akibat kekalahan beruntun negara-negara Arab di perang melawan rezim ilegal ini, berhasil menghidupkan kembali muqawama dan ini merupakan pukulan telak terhadap eksistensi rezim penjajah Israel.

Fathi Shaqaqi
Fathi Shaqaqi, mantan sekjen Jihad Islam Palestina terkait pengaruh Revolusi Islam Iran terhadap perlawanan rakyat Palestina mengatakan, "Revolusi ini membuat kami mengerti bahwa kemenangan kami tergantung pada mengikuti jalan Imam Khomeini. Oleh karena itu, pintu dan dinding Masjid Al-Aqsha dan masjid lainnya tiba-tiba dihiasi dengan gambar Imam Khomeini; Intifadah merupakan salah satu buah dari kebangkitan Islam yang dibawa Imam Khomeini ke kawasan, khususnya di Palestina."

Setelah 43 tahun, Revolusi Islam masih tetap menolak mengakui secara resmi keberadaan rezim ilegal Israel. Republik Islam Iran tidak melakukan intervensi di urusan internal negara lain, tapi menilai normalisasi hubungan sejumlah negara Arab dengan Israel sebagai indikasi nyata pengkhianatan terhadap cita-cita Palestina.

Menghidupkan Kebangkitan Islam di kawasan dan Pembentukan Faksi Muqawama

Efek penting lain dari Revolusi Islam terhadap ketertiban keamanan di Asia Barat adalah menghidupkan Kebangkitan Islam, yang dalam praktiknya menyebabkan pembentukan kelompok-kelompok perlawanan di kawasn. Mendukung kaum tertindas dan membela tanah suci Islam adalah salah satu tujuan yang menciptakan landasan bagi pengaruh Revolusi Islam di dunia Islam. Kemunculan Revolusi Islam memberikan ekspresi lebih pada prinsip-prinsip umum umat Islam dan meningkatkan dampak cita-cita dan tujuan mereka pada negara-negara dan gerakan Islam seperti Palestina. Akibatnya, gelombang harapan muncul di hati gerakan perlawanan Palestina, yang menyebabkan pertumbuhan dan penguatan mereka.

 

Dengan bangkitnya Kebangkitan Islam, telah terbentuk kelompok-kelompok perlawanan di berbagai negara di kawasan yang telah mempertimbangkan karakteristik negatif, termasuk penolakan dominasi, penolakan arogansi dan anti-otoritarianisme, dan karakteristik positif seperti keadilan, Islamisme, kemerdekaan, libertarianisme dan spiritualisme. Perlawanan lahir dari Revolusi Islam Iran, dan inti poros perlawanan terbentuk dengan kemenangan Revolusi Islam Iran. Perlawanan lahir ketika negara-negara Arab percaya bahwa mereka tidak dapat mengalahkan rezim Zionis, proses rekonsiliasi antara negara-negara Arab dan rezim Zionis dengan Kesepakatan Camp David dimulai, dan juga tren penurunan posisi Palestina dalam politik luar negeri negara-negara Arab.

Pejuang Palestina
Dalam keadaan seperti itu, kelompok perlawanan dibentuk di Lebanon dan Palestina. Pertama Jihad Islam Palestina pada tahun 1981, kemudian Hizbullah Lebanon pada tahun 1982, dan kemudian Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) pada tahun 1987. Dengan kata lain, sebelum runtuhnya Uni Soviet, liberalisme Barat "lainnya" telah terbentuk dalam bentuk poros perlawanan di kawasan Asia Barat dan mencontoh Revolusi Islam Iran. Pada tahap ini, para aktor perlawanan menghidupkan kembali perjuangan melawan rezim Zionis tanpa dukungan negara-negara Arab dan, seperti Revolusi Islam Iran, melewati tahap stabilisasi.

Fase kedua kesempurnaan poros muqawama di kawasan Asia Barat dimulai sejak tahun 2000, karena di tahun tersebut muqawama Hizbullah dan rakyat Lebanon selatan membuahkan hasil, serta tentara Israel setelah dua dekade terpaksa mundur dari wilayah selatan Lebanon. Peristiwa tersebut menandai awal dari serangkaian kekalahan rezim Israel dari kelompok perlawanan di kawasan Asia Barat, yang pada tahun 2006 dan dalam perang 33 hari telah menjadi kepercayaan umum.

Faktanya, dalam perang tahun 2006, muncul kepercayaan yang luas bahwa mitos tentara Zionis yang tak terkalahkan adalah narasi yang dipromosikan oleh Zionis untuk memaksa orang-orang Arab berkompromi dan menghindari perang dengan rezim. Ciri dari fase ini adalah terbukti bahwa kelompok-kelompok perlawanan telah menjadikan prinsip realis "membantu diri sendiri" sebagai prioritas dalam strategi pertahanan mereka dan memperkuat daya penangkal mereka, dan bahwa perang "batu" melawan "rudal" telah menjadi tak berarti.

Pada tahun 2011, dunia Arab menyaksikan kebangkitan Islam melawan penguasa dan otoriter selama beberapa dekade. Prediksi awal dari kebangkitan rakyat adalah penekanan pada peran rakyat dan kemungkinan terbentuknya pemerintah sipil yang menentang ketergantungan asing. Situasi ini, sementara melemahkan fondasi kekuatan penguasa kawasan yang berkompromi, juga mengarah pada penguatan poros perlawanan terhadap poros konservatif Arab dan rezim Zionis.

Oleh karena itu, strategi "intervensi" dalam urusan internal negara-negara anggota muqawama, khususnya Suriah, dengan tujuan menghasut rakyat dan membentuk pemberontakan rakyat dan kekerasan terhadap rezim, dimasukkan ke dalam agenda, dan untuk meraih tujuan ini, kelompok teroris menjadi alat yang sangat diperhatikan. Meskipun situasi ini pada awalnya merupakan ancaman bagi poros perlawanan, namun kemudian menjadi peluang untuk memperkuat perlawanan dan meningkatkan posisi regionalnya, karena poros muqawama yang dipimpin oleh Republik Islam Iran  memilih opsi "aksi aktif" dan "perlawanan strategis" dalam melawan teroris dan pendukungnya. Hal ini mendorong semakin maraknya kelompok muqawama setelah satu dekade dan berubahnya poros menjadi geopolitik muqawama.

Iran, Kekuatan Unggul Kawasan Asia Barat

Salah satu efek penting Revolusi Islam adalah Iran setelah empat dekade berubah menjadi kekuatan unggul di kawasan. Masalah ini dijelaskan secara transparan oleh Rahbar. Rahbar saat menjelaskan langkah kedua Revolusi Islam menjelaskan sejumlah alasan dan faktor konfrontasi dengan Republik Islam Iran dan muqawama di kawasan. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Iran yang kuat, hari ini seperti awal Revolusi menghadapi berbagai tantangan kubu arogan, tapi memiliki arti yang sepenuhnya berbeda. Jika saat itu tantangan dengan AS terkait mematahkan tangan anasir asing atau menutup kedubes Israel di Tehran ataupun membongkar sarang spionase, hari ini tantangan terkait dengan kehadiran Iran yang kuat di perbatasan rezim Zionis Israel dan mencabut domain pengaruh ilegal Amerika dari kawasan Asia Barat serta dukungan Republik Islam Iran terhadap perjuangan pejuang Palestina di jantung bumi pendudukan, membela Hizbullah dan muqawama di seluruh kawasan....."

Rahbar Ayatullah Khamenei
Lebih lanjut Rahbar mengatakan, "....Jika saat itu, tantangan Barat menghalangi pembelian senjata bagi Iran, tapi saat ini tantangannya adalah mencegah relokasi senjata maju Iran kepada kubu muqawama. Jika saat itu anggapan Amerika adalah dirinya mampu menang atas Republik Islam dan bangsa Iran dengan sejumlah anasir bayaran Iran atau sejumlah pesawat dan helikopter, tapi saat ini, Washington membutuhkan sebuah koalisi besar dari puluhan pemerintah yang menentang atau terintimidasi untuk melawan Iran secara politik dan keamanan, tapi begitu Amerika akan tetap kalah di konfrontasi ini."

Fakta ini mengindikasikan bahwa Republik Islam Iran setelah empat dekade bukan saja tidak tumbang, bahkan menjadi kekuatan unggul di kawasan Asia Barat, sebuah kekuatan yang tidak akan mengubah transformasi di kawasan tanpa mempertimbangkan peran Republik Islam Iran.

 

Ketua parlemen Lebanon menyebut perlawanan dan senjatanya adalah kebutuhan nasional untuk menghentikan keserakahan rezim Zionis.

Al-Arabi Al-Jadeed melaporkan, Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri hari Jumat (4/2/2022) mengatakan bahwa senjata perlawanan adalah hasil dari pendudukan Israel dan Lebanon membutuhkan perlawanan selama salah satu wilayahnya berada di bawah pendudukan Israel.

Berri menyambut baik setiap langkah untuk membawa negara-negara Arab lebih dekat satu sama lain. Tapi jalan ini tidak mungkin dicapai, kecuali dengan kembalinya Suriah ke Liga Arab dan kembalinya orang-orang Arab ke Suriah.

Ketua parlemen Lebanon dalam statemennya juga mengungkapkan masalah pemilu legislatif Lebanon, dan tidak akan membiarkan satu menit pun terjadi penundaan dalam pemilihan.

Nabih Berri menekankan bahwa pemilu adalah titik balik penting bagi Lebanon, dan rakyat negara ini harus memutuskan dalam pemilu  kali ini mengenai masa depan negaranya, dan upaya untuk memulihkan kondisi Lebanon.

Pemilu legislatif Lebanon akan diadakan pada 27 Maret 2022.

 

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas kembali menyampaikan terima kasih kepada Republik Islam Iran dan Hizbullah Lebanon atas dukungannya terhadap rakyat dan perlawanan Palestina.

Sami Abu Zuhri, anggota senior Hamas hari Kamis (3/2/2022) mengungkapkan apresiasi tinggi atas dukungan Republik Islam Iran dan Hizbullah Lebanon terhadap Palestina, dan menegaskan rezim Zionis sebagai musuh bersama umat Islam.

"Hal yang membedakan antara Republik Islam Iran dengan negara lain adalah dukungan tegasnya terhadap perjuangan Palestina," ujar Abu Zuhri.

Kelompok-kelompok Palestina, termasuk Hamas telah berulang kali mengakui bantuan Republik Islam Iran dan Hizbullah di Lebanon kepada rakyat Palestina yang tertindas.

Pejabat Iran dan Hizbullah Lebanon selalu menekankan bahwa poros perlawanan berdiri di samping rakyat Palestina dan perlawanan heroik di Jalur Gaza.

Ismail Haniyeh, kepala Biro Politik Hamas menyatakan bahwa Republik Islam Iran selalu mendukung rakyat Palestina dan kelompok perlawanan. 

Ditegaskannya, Iran telah memainkan peran kunci dalam memperkokoh kekuatan Hamas saat ini.

Jumat, 04 Februari 2022 19:30

Ratusan Teroris Daesh Tewas di Hasakah

 

Media keamanan Irak melaporkan tewasnya lebih dari 350 anggota kelompok teroris Daesh yang berusaha melarikan diri dari penjara Al-Hasakah di Suriah.

Russia Today hari Jumat (4/2/2022) melaporkan, Komando Operasi Gabungan Irak memantau pelarian tahanan teroris Daesh dari penjara al-Hasakah di Suriah yang memasuki serangan negara ini, dan pasukan keamanan Irak segera mengambil tindakan di perbatasan.

Pasukan Komando Gabungan berhasil menangkap kembali sekitar 3.900 teroris yang dipindahkan ke penjara lain yang aman, dan sekitar 100 teroris lainnya yang terluka selama operasi dirawat di rumah sakit.

Dalam operasi militer tersebut, lebih dari 350 anggota Daesh yang membawa senjata dalam serangan di penjara Hasakah tewas. 

Sebagian sumber menyatakan, jumlah milisi teroris Daesh yang tewas lebih dari 350 orang.

Baru-baru ini, sejumlah milisi teroris Daesh melancarkan serangan besar-besaran untuk membebaskan tahanan sesama anggota teroris lainnya di penjara Al Hasakah.

Anggota parlemen Suriah Musab al-Halabi mengungkapkan bahwa dinas intelijen AS terlibat dalam aksi penyerangan yang dilancarkan kelompok teroris Daesh ke penjara Hasakah.

Al-Halabi menerangkan bahwa Amerika Serikat saat ini berupaya mewujudkan plot peta baru Timur Tengah untuk membagi kawasan, terutama wilayah utara Suriah.

Pada 2017, sebagian besar kelompok teroris Daesh berhasil ditumpas setelah empat tahun operasi teroris besar-besaran di Suriah dan Irak. Tetapi sisa-sisa dari teroris Daesh masih melakukan operasi terhadap warga sipil dan pasukan keamanan Suriah dan Irak.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan terima kasih atas upaya panitia Seminar Hazrat-e Hamzah Sayid al-Syuhada untuk memperkenalkan tokoh dan sahabat besar Rasulullah Saw ini.

Hal itu disampaikan Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan anggota panitia Seminar Hazrat-e Hamzah Sayid al-Syuhada pada tanggal 25 Januari 2022.

Rahbar memuji upaya mereka dan mendorong mereka untuk meningkatkan kegiatan dan aktivitas di bidang tersebut, terutama melalui karya seni agar pengenalan mengenai kepribadian mulia dan peran Sayidina Hamzah as lebih sempurna dan mengena.

Menurut Rahbar, penghormatan dan peringatan mengenai Sayidina Hamzah as dan juga upaya untuk memperkenalkan peran besar sahabat Nabi Muhammad Saw pada masa penyebaran Islam adalah pekerjaan besar, dan tidak hanya masyarakat Iran yang akan memanfaatkannya tetapi juga umat Islam di negara-negara lain.  

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menjelaskan mengenai peran besar Sayidina Hamzah dalam penyebaran Islam dan melawan musuh pada masa awal penyebaran Islam. Rahbar juga menyinggung sejumlah sahabat besar lainnya, yang semuanya itu perlu untuk disampaikan dan diperkenalkan kepada masyarakat Islam.

Foto-foto pertemuan Rahbar dengan anggota panitia Seminar Hazrat-e Hamzah Sayid al-Syuhada dipublikasikan pada hari Kamis (3/2/2022) di Seminar Hazrat-e Hamzah Sayid al-Syuhada yang berlangsung di kota Qom, Republik Islam Iran.

Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan sahabat sekaligus paman Rasulullah Saw yang mencurahkan hidupnya untuk membela agama Islam.

 

Ketua Kamar Dagang Bersama Iran-Oman mengumumkan peningkatan 73% dalam volume perdagangan luar negeri Iran ke Oman.

"Dalam 10 bulan pertama tahun 1400 HS, kami mencapai angka satu miliar dolar dalam perdagangan luar negeri dengan Oman, yang akan mencapai 1,2 miliar dolar pada akhir tahun ini," ungkap Mohsen Zarrabi, Ketua Kamar Dagang Bersama Iran-Oman, sebagaimana dilaporkan IRNA, Kamis (03/02/2022).

Mohsen Zarrabi, Ketua Kamar Dagang Bersama Iran-Oman
Zarrabi juga mengatakan bahwa peta jalan untuk ekspor ke Oman dikembangkan dengan partisipasi sektor swasta dan Kamar Dagang Bersama. Menurutnya, rencana tersebut berfokus pada enam pilar rencana lima tahun pemerintah Oman, seperti startup, nano, dan berbasis pengetahuan.

Ketua Kamar Dagang Bersama Iran-Oman mengingatkan bahwa impor ke Oman pada tahun 2020 sekitar $ 24 miliar, seraya menambahkan, "Dalam sebagian besar barang yang diimpor ke Oman, Iran memiliki keunggulan ekspor."

Baca juga: Oman Tolak Sebut Ansarullah Yaman Teroris
Zarrabi mnyebutkan bahwa Oman memiliki perjanjian FTA (Perjanjian Perdagangan Bebas) dengan 16 negara Arab-Afrika, Amerika Serikat, Singapura dan empat negara Eropa (Swiss, Liechtenstein, Norwegia, Swedia).

"Oman dengan impor sebesar $ 24 miliar merupakan pasar yang sangat baik bagi produk-produk Iran," pungkas Zarrabi.

Menteri Perindustrian, Pertambangan, dan Perdagangan Iran akan berkunjung ke Oman pada 1810 Februari 2022 untuk berpartisipasi dalam Komisi Bersama Iran dan Oman sebagai ketua delegasi pemerintah dan swasta yang terdiri dari berbagai sektor ekonomi.

Dalam pertemuan Komisi Bersama ke-19, kedua negara dijadwalkan untuk berkonsultasi di bidang ekonomi, khususnya perdagangan, industri, pertambangan, penerbangan, maritim dan transit, energi, jasa teknis, pariwisata dan budaya.