کمالوندی

کمالوندی

 

Meski saya tidak sekolah dan tidak memiliki pengetahuan, namun saya menghafal al-Quran dengan sendiri di rumah dan dengan mengikuti suara tartil sejumlah ustad dan akhirnya saya berhasil menghafal seluruh al-Quran; al-Quran adalah mukjizat, barang siapa yang menggelutinya, maka Allah akan sangat memudahkan tujuannya dan mempermudahkannya.

Menurut Kantor Berita ABNA, Aftab Khan Muhammad Zaman, qori dan hafiz tunanetra Pakistan yang berpartisipasi dalam jurusan qiraat muabaqoh internasional al-Quran Iran ke-34 saat wawancara dengan IQNA mengungkapkan, sebelum mengenal al-Quran, dikarenakan tunanetara, saya melewati kehidupan dalam kesuraman, namun harmonisasi dengan al-Quran memberikan sebuah cahaya pada penglihatan saya, saya tidak memandang kehidupan menjadi tidak enak, namun saya dengan tenang dan ridha, menganggap tunanetra saya sebagai sebuah nikmat.

Ia dengan mengisyaratkan Surah An-Nisa ayat 174 menegaskan, al-Quran adalah cahaya dan masyarakat tanpanya tidak akan pernah meraih cahaya dan hakikat.

Qori tunanetra asal Pakistan ini menambahkan, selain qiraat tujuh dan sepuluh yang saya pelajari di Pakistan dari sejumlah pengajar terkemuka qiraat, saya menghafal al-Quran dengan sendirian di rumah dan dengan mengikuti suara tartil sejumlah pengajar jurusan ini dan akhirnya saya pun berhasil menghafal seluruh al-Quran.

Ia mengisyaratkan Surah Al-Qamar ayat 17, "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” dan menegaskan, meski saya tidak sekolah dan tidak memiliki pengetahuan, namun hafalan al-Quran bagi saya amatlah mudah, karena al-Quran adalah mukjizat, barang siapa yang menggelutinya, maka Allah akan sangat memudahkan tujuannya dan mempermudahkannya.

Aftab Khan menyebut hafalan dan qiraat al-Quran sebagai motivasi penting untuk bermanfaat kehidupannya dan menegaskan, jika tidak ada al-Quran tidak dipungkiri kehidupan bagi saya, yang tunanetra akan semakin lebih sukar, namun selain al-Quran kehidupan penuh dengan kebahagiaan dan kelezatan; karena keyakinan akan berlalunya kehidupan dunia ini akan dapat mengemban segala problem.

Sanjungan atas Upaya Iran dalam Merealisasikan Persatuan Islam

Demikian juga, Dr Karamullah, pengajar al-Quran asal Pakistan yang menyertai qori tunanetra ini, terkait musabaqoh Iran ini mengatakan, ada dampak positif, dimana musabaqoh ini mengumpulkan dan menyatukan negara-negara Islam dan Ahlusunnah dan Syiah adalah hal yang tak dapat dipungkiri dan kami mengerti di Iran tidak ada perbedaan antara Syiah dan Ahlusunnah.

Menurutnya, penyelenggaraan kompetisi al-Quran khusus para tunanetra adalah hal yang amat efektif dan bermanfaat. Ia menambahkan, Iran adalah tempat kelahiran al-Quran dan penyelenggaraan musabaqoh dengan mengundang para delegasi pelbagai negara dunia menjadikan pengetahuan satu sama lain para kompetitor akan sejumlah suku dan pelbagai budaya dan mengokohkan hubungan persahabatan antar mereka.

Dr Karamullah mengungkapkan, meski saya adalah Ahlusunnah, namun saya sangat memuji upaya masyarakat Iran dalam menyatukan kaum muslim dan musabaqoh al-Quran dengan moto "Satu Kitab, Satu Umat” mengkisahkan sejumlah upaya ini dalam rangka merealisasikan persatuan Islam dan dukungan terhadap seluruh kaum muslim.

Dr Karamullah mengisyaratkan dipaksanya edukasi al-Quran di sekolah-sekolah khusus dan negeri Pakistan. Ia mengatakan, pelajaran seperti pendidikan bahasa Urdu, Inggris, Matematika, dan pelajaran-pelajaran lain di sekolah Pakistan adalah wajib, namun tidaklah terlalu peduli dengan pendidikan al-Quran dan hadis, dimana dengan undang-undang baru pemaksaan pendidikan al-Quran di sekolah, anak-anak kecil dapat mengenal makna-makna al-Quran dan menimba ajaran-ajaran suci al-Quran.

Bersamaan dengan penyelenggaraan msuabaqoh internasional al-Quran ke-34, musabaqoh internasional al-Quran tunanetra dunia Islam untuk yang kedua kalinya diselenggarakan di musholla Imam Khomeini (ra) dan sampai tanggal 26 April mendatang menjamu para pecinta al-Quran.

 

Pesan saya, generasi muda yang jauh dari Alquran, sesungguhnya itulah generasi yang ketinggalan zaman. Tentunya pihak-pihak yang berwenang di tanah air diharap bisa memberikan ruang dan perhatian yang lebih besar kepada generasi muda yang mempelajari Alquran.

Menurut Kantor Berita ABNA, Muhammad Humaedi Hatta, hafiz muda asal Takalar Sulawesi Selatan kembali mendulang prestasi membanggakan dengan meraih peringkat ketiga dalam cabang hafalan Alquran 30 juz pada ajang "The International Holy Qur'an Competition for Muslim Students VI" yang berlangsung di kota Masyhad Republik Islam Iran 27-29 April 2018. 

Sebelumnya Imam Masjid Al Markaz Makassar ini juga meraih juara III Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) internasional 30 juz yang ke-8 di Libya pada tahun 2013. Hafiz kelahiran 1 Juli 1991 tersebut juga telah menjuarai MHQ tingkat provinsi dan nasional dan sudah mengikuti berbagai ajang MHQ internasional termasuk yang pernah diadakan di Arab Saudi tahun 2010. 

Disebutkan Kompetisi Alquran untuk Mahasiswa Muslim tingkat internasional yang berlangsung di kota Masyhad Iran tersebut diikuti oleh 18 qari dan 24 hafiz dari 35 negara. Indonesia diwakili oleh Muhammad Yunus untuk cabang qiraat dan Muhammad Humaedi Hatta untuk cabang hafalan Alquran. 

Hasil akhir kompetisi yang diumumkan pada Minggu (30/4), Mujtaba Fardafani, wakil Iran meraih peringkat terbaik pertama cabang hafalan Alquran, Harun Mamadu Hasan dari Nigeria meraih juara dua dan Muhammad Humaedi Hatta dari Indonesia meraih juara ketiga. 

Sementara untuk cabang qiraat, peringkat pertama juga diraih oleh wakil tuan rumah, Mahdi Ghulamnejad, sementara untuk juara dua Muhammad Ali Furughi dari Afghanistan dan Ahmad Jamal Kamal al-Mansharawi dari Irak sebagai juara ketiga. 

Muhammad Humaedi Hatta dalam wawancaranya mengatakan musabaqah Alquran khususnya pada event-event internasional menjadi motivasi tersendiri bagi para hafiz dan qari untuk lebih meningkatkan kemampuan serta menjaga kecintaannya pada Alquran. "Melalui bacaan ataupun hafalan Alquran, kita juga bisa membuat bangga orangtua dan negara." Ungkap alumni UIN Alauddin Makassar tersebut. 

Berikut wawancara lengkap redaksi ABNA dengan Muhammad Humaedi Hatta:

Di negara mana saja anda pernah mengikuti kompetisi Alquran, dan prestasi apa saja yang anda raih?

Sebelumnya saya pernah ikut MHQ tahun 2010 di Arab Saudi, di Libya dan Tehran pada tahun 2012, dapat juara II dicabang hafalan Alquran 20 juz di Yordania, pernah ikut di Kuwait dan terakhir yang barusan terselenggara di Masyhad Republik Islam Iran.

Berarti, ini bukan yang pertama kalinya anda ikut kompetisi Alquran di Iran, apa perbedaan yang anda temukan dengan kompetisi yang dulu anda ikuti di tahun 2012?

Hampir tidak ada perbedaan, kecuali ditahun 2012 diadakan di kota Tehran, dan tahun ini diadakan di Masyhad, perbedaannya hanya situasi kota dan cuacanya antara Tehran dan Masyhad.

Apa motivasi anda menghafal Alquran sementara kita tahu aktivitas Alquran sayangnya masih kurang diminati oleh generasi muda di Indonesia?

Banyak kemuliaan dan keutamaan yang didapat oleh orang yang menjadikan Alquran bagian dari kehidupannya baik dengan rajin membaca dan menghafalkannya, yang semua itu dijelaskan dalam Alquran dan hadis. Kepada yang menghabiskan usianya dalam menggeluti aktivitas-aktivitas Qur'ani, Allah swt menjanjikan padanya kebahagiaan dunia dan akhirat. 

Menurut anda, kompetisi dan musabaqah Alquran memang perlu diadakan? apa manfaatnya? 

Iya sangat penting. Karena ini dapat dijadikan ajang untuk mengasah dan memotivasi khususnya generasi muda untuk lebih mencintai dan mengkaji Alquran. 

Dari sejumlah negara yang anda datangi untuk terlibat dalam kompetisi Alquran, apa perbedaan yang anda temukan dengan kompetisi yang diadakan di Iran?

Perbedaannya hanya pada saat babak penyisihan dan final, dimana penyisihannya di uji melalui Skype langsung oleh dewan juri di Iran dan pada babak finalnya, semua finalisnya ditempatkan di ruang karantina. 

Apa tanggapan anda dengan qari dan hafiz tuan rumah yang menjadi juara pertama, apa memang mereka layak mendapatkan itu?

Menurut saya kurang layak pada cabang tahfidz. Menurut penilaian saya seharusnya yang juara I delegasi dari Nigeria, karena hafalan dan tajwid yang sempurna sementara tuan rumah saya lihat melakukan beberapa kesalahan.

Dari pengamatan anda, bagaimana aktivitas Qur'ani di Iran dan apa tanggapan anda mengenai beberapa isu negatif yang berkembang mengenai Iran khususnya isu Alquran di Iran itu berbeda dengan yang dibaca muslim kebanyakan?

Dari pengamatan saya, semua kalangan umur, mulai dari yang tua sampai anak-anak begitu concern dalam mempelajari Alquran. Dibuktikan semua kalangan profesi banyak yang hafal Alquran, tidak hanya dari kalangan santri. 

Selama berada di Iran, bagaimana kesan anda? apa menurut anda Iran memang layak menyebut diri sebagai Republik Islam?

Kota-kota di Iran bersih, dan orang-orangnya disiplin dalam manajemen waktu. Menurut saya, cukup layak untuk menyebut diri republik Islam.

Apa pesan anda kepada generasi muda Indonesia khususnya mengenai aktivitas mencintai Alquran? 

Pesan saya, generasi muda yang jauh dari Alquran, sesungguhnya itulah generasi yang ketinggalan zaman. Tentunya pihak-pihak yang berwenang di tanah air diharap bisa memberikan ruang dan perhatian yang lebih besar kepada generasi muda yang mempelajari Alquran.

Terimakasih atas waktunya

Sama-sama

 

Menziarahi makam Imam Husain, bukan urusan mazhab Sunni atau Syiah, melainkan umat Islam. Dan harapan saya, kecintaan pada Imam Husain menjadi poros persatuan umat Islam. Persatuan dan persaudaraan itu, harus menjadi ruh bagi umat Islam.

Zuhairi Misrawi adalah salah seorang intelektual muda Nahdlatul Ulama yang sangat produktif menulis dan melakukan riset mengenai pendekatan moderasi dalam pembangunan Indonesia terutama dalam hal toleransi keagamaan dan keadilan sosial di dalam masyarakat yang plural (beragam) dan demokratis. Cendekiawan yang lahir 5 Februari 1977 di Sumenep Jawa Timur ini menjadi direktur Moderate Modern Society Jakarta sejak tahun 2008. 

Ia menamatkan pendiikan sarjananya di Departemen Akidah-Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1995-2000) dan studi pascasarjananya (post-graduate) di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta tahun 2006.

Zuhairi Misrawi telah berkali-kali melakukan perjalanan dan kunjungan ke Iran, termasuk baru-baru ini bersama dengan rombongan Ikatan Jamaah Ahlulbait (IJABI) yang dipimpin Ustad Miftah F Rahmat (anggota Dewan Syura IJABI). Pada kesempatan kunjungan di kota Qom setelah sebelumnya berada di kota Masyhad untuk menziarahi makam Imam Ridha as, redaksi ABNA berhasil melakukan wawancara pada Senin Malam (14/10) di restoran Hotel Al-Zahra Qom seusai makan malam. Pada Selasa pagi (15/10), intelektual NU yang lebih kerap disapa Gus Mis ini melanjutkan perjalanan ke Najaf Irak untuk melihat dan terlibat langsung dalam salah satu pagelaran keagamaan terbesar di dunia yang melibatkan jutaan manusia pada peringatan Arbain yang telah menjadi tradisi tahunan. 

Assalamu alaikum Gus. Maaf mengganggu waktunya. Oh iya Gus, ini yang keberapa kalinya anda ke Iran? 

Wa alaikum salam. Dengan sekarang sudah kesembilan kali. Pertama kali tahun 2014 dan pernah dalam setahun saya tiga kali ke Iran. 

Sampai sesering itu Gus?

Iya, saya merasakan betul kenyamanan setiap ke Iran, dan selalu ada kerinduan untuk bisa ke sini. 

Apa ada perbedaan yang anda lihat dan rasakan dengan yang sebelumnya terakhir kali ke Iran dengan yang sekarang? 

Iya, saya melihat ada pembangunan yang terus Iran lakukan secara fisik, tetapi memang yang menjadi kekhasan dari Iran adalah solidaritas yang kuat antar warganya, yang didasari kecintaan yang besar pada Rahbar, Pemimpin Tertinggi Iran. Itu yang menjadikan Iran sebagai negara yang terus melakukan suatu perubahan-perubahan dan transformasi yang sangat revolusioner, bahkan kalau kita lihat posisi Iran di Timur Tengah semakin kuat, seperti di Lebanon, di Irak, di Suriah, di Yaman dan Qatar. Sehingga dunia akhirnya mengakui Iran sebagai negara yang sangat kuat secara politik dan secara militer. 

Kemudian termasuk perkembangan yang pesat dari sisi sains dan ilmu pengetahuan. Kita tahu Iran sekarang melesat hampir sejajar dengan Australia dan negara-negara Eropa dan Amerika. Riset-riset dari Iran menjadi rujukan bagi akademisi dan intelektual dalam mengembangkan riset-riset ilmu pengetahuan terutama yang saya tahu tekno pad, yang saya pernah lihat langsung sebuah lembaga riset yang sangat maju kalau tidak salah pada salah satu jalan di arah menuju Qom. 

Juga kesan-kesan orang Indonesia, bahwa Iran menjadi salah satu destinasi wisatawan. Saya beberapa kali mendapat kesan yang positif dari sejumlah traveler dan backpackers Indonesia tentang Iran. Jadi memang kecenderungannya, Iran sedang mengalami pertumbuhan yang sangat baik jika dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah lainnya, yang sedang dilanda musim semi konflik internal. Di Iranpun tidak lepas dari adanya aksi-aksi demonstrasi, namun itu tidak menghambat pertumbuhan Iran dalam berbagai sektor kehidupan. 

Menurut Gus dengan pengamatan Gus sendiri secara langsung apakah Iran layak menyandang nama Republik Islam dan apakah benar kehidupan masyarakat di Iran telah mencerminkan kehidupan yang Islami?

Islam itu kan sebenarnya akhlak. Jadi sebagaimana sabda Nabi bahwa ia diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan ini saya pahami, bahwa berIslam itu ya berakhlak baik. Dan saya merasakan akhlak yang tinggi yang diperlihatkan orang-orang Iran. Mereka jujur, ramah, menjaga kebersihan, disiplin, pekerja keras, persahabatan yang hangat. Dan itu nilai-nilai Islam yang saya rindukan, yang hilang di dunia Islam, dan mungkin juga di Indonesia karena terlalu heboh dengan pertarungan politik. 

Saya melihat bahwa akhlak orang-orang Iran ini sangat baik. Saya tidak melihat ada sikap-sikap dari warga Iran yang mencerminkan jauh dari akhlak. Karena itu jujur, mengapa saya suka ke Iran, karena saya menemukan akhlak Islam di Iran. Saya lama belajar di Mesir, selalu ke Turki, ke Lebanon, ke Qatar, ke Dubai, ke Arab Saudi, dan justru saya menemukan akhlak itu di Iran. Dimana kehangatan, ketulusan dan bagaimana mereka menghargai tamu, sebagaimana hadis Nabi, jika kamu mengimani Allah dan hari akhi akhir, hendaklah kamu menghormati tamumu. Dan cara Iran menghormati tamu menurut saya suatu cerminan akhlak yang sangat tinggi, sehingga mohon maaf, saya ini Sunni dari NU, dan disini orang-orang Iran dari Syiah, dengan melihat dari luar seolah-olah perbedaan yang ada antara Sunni dan Syiah menjadi sesuatu yang menakutkan karena narasi politik Arab Saudi dan Israil, tetapi ketika saya hadir disini persaudaraan antara Sunni dan Syiah itu sangat luar biasa. 

Saya biasa salat dengan mereka, di Masjid Tehran University saat Jumatan, di Masyhad, di Esfahan dan di Qom, di tengah lautan ribuan manusia yang bermazhab Syiah dan saya salat dengan tradisi NU, tidak pernah saya diperlakukan secara diskriminatif atau mendapatkan sikap yang tidak sopan. Kenapa? karena orang-orang Iran punya akhlak, bahwa perbedaan mazhab adalah sebuah keniscayaan karena memang sudah jadi kenyataan banyak mazhab dalam khazanah Islam. Akhlak itulah yang membuat orang-orang Iran tetap memperlakukan saya dengan baik dan bersahabat meski saya berbeda dengan mereka. Akhlak mereka itu membuat saya jatuh hati dan berkesimpulan, bahwa Syiah atau Ahlulbait itu adalah satu kelompok yang sangat mengedepankan akhlak, dan itu adalah inti dari ajaran Islam.

Jadi Gus bukan melihat cerminan kehidupan Islami itu dari jilbab yang dikenakan semua muslimah Iran atau masjid-masjid yang penuh dengan jamaah? Sebab di Indonesia kan kehidupan Islami itu selalu diidentikkan dengan busana Islami yang dikenakan atau ramainya masjid. 

Tidak, saya melihat kehidupan Islam itu dari cerminan akhlak yang dipantulkan. Kita bisa berbeda cara pandang terhadap fiqih, atau bahkan hukum Islam, tapi hendaklah akhlak harus dikedepankan. Saya tadi beruntung membeli buku yang ditulis ulama Ahlulbait mengenai Nabi Muhammad saw. Betapa yang dikedepankan dari Rasulullah itu adalah akhlak. Karena akhlak itu yang menjadikan kita dapat menghargai dan memberi penghormatan pada orang yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kita. 

Kalau sudut pandang kehidupan Islami itu masjid yang penuh, di Iran pun memang saya melihat hal itu. Dibanding masjid di Jakarta yang tidak sedikit masjidnya kosong saat waktu salat. Di Iran bahkan masjid melakukan salat berjamaah berkali-kali untuk memberikan kesempatan salat berjamaah bagi yang terlambat. Ada bacaan Alquran yang sangat indah sebelum salat dilakukan, ada ceramah-ceramah yang menyejukkan disela-sela itu. Dan tradisi ziarah warga Iran yang benar-benar membangun spritualitas, bahwa kita yang masih hidup ini harus tetap berhubungan dengan yang telah mati, terutama untuk mengenang kebaikan orang-orang yang sudah meninggal dunia. Secara umum, saya melihat Islam itu di Iran, karena dimensi akhlak yang ditonjolkan itu. 

Gus kan tadi menyinggung mengenai perbedaan pandangan keislaman, nah terkait hal ini, di Indonesia kan sedang menjamur kelompok takfiri, yang mengkampanyekan gaya hidup yang intoleran, menyebarkan ujaran kebencian dan permusuhan termasuk pada Syiah yang merupakan mazhab mayoritas warga Iran bahkan sampai dilembagakan dengan nama ANAS (Aliansi Nasional Anti Syiah), menurut Gus apakah ini ada manfaatnya bagi kehidupan beragama di Indonesia?

Ya menurut saya memang ini masalah serius yang kita hadapi. Munculnya takfiri atau kelompok-kelompok yang mudah mengkafirkan kelompok-kelompok yang berbeda, atau kelompok yang melakukan tindakan kekerasan terhadap mereka yang berbeda. Maka ini adalah tantangan serius yang sedang kita hadapi bersama. Oleh karena itu, NU dalam fatwa terakhir yang merupakan hasil kajian dari lembaga kajian keagamaan NU, sebaiknya kita tidak menggunakan istilah kafir. Karena istilah kafir itu bisa dijadikan instrumen untuk melakukan tindakan kekerasan dan diskriminasi. 

Jadi kita sekarang harus banyak hati-hati, karena masih banyak kelompok-kelompok yang mengusung ideologi takfiri bahkan mereka memaksakan kehendak, terakhir malah melakukan penusukan kepada Bapak Wiranto. Ini menunjukkan bahaya takfiri itu telah di depan mata. Dari sini, kita bisa belajar dari Iran. Dimana semua pihak harus terlibat secara langsung untuk melakukan edukasi, terutama pemerintah. Semua pihak harus terlibat secara serius dalam berbagai program penanganan, diantaranya program deradikalisasi, pengarus-utamaan Pancasila, dan yang terpenting melalui jalur kebudayaan. 

Sebagaimana yang kita lihat di Iran, kebudayaannya kan tinggi sekali. Kebudayaan itulah yang membentuk karakter dan cara pandang melihat dunia yang tidak penuh dengan kegelapan, tapi penuh dengan mimpi, harapan dan cita-cita. Ada tujuan bersama yang hendak dicapai sebuah bangsa. Karena itu, saya dan kawan-kawan di Indonesia, mencoba untuk membongkar nalar dari takfiri itu, sehingga kita semua terselamatkan dari fitnah dan bahaya-bahaya yang bisa ditimbulkan takfirisme. 

 

Bersama Ijabiyyun di komplek Makam Sayidah Maksumah di Qom

Sebagai politisi, Gus kan bisa dibilang berada dalam lingkaran kekuasaan, bagaimana pandangan Gus Mis terhadap Presiden Jokowi di periode keduanya, terkait isu intoleransi yang makin marak di masa kepemimpinannya pada periode pertama?  Dan bagaimana komitmen Presiden Jokowi menghadapi makin maraknya aksi intoleransi terhadap kelompok-kelompok marjinal dan apa yang akan dilakukan Presiden untuk mencegah makin meluasnya aksi-aksi intoleran di periode keduanya?

Pertama, pemerintah sedang semaksimal mungkin melakukan penegakan hukum. Pemerintah sadar, negara harus hadir menegakkan hukum, terutama pada hate speech (ujaran kebencian). Dan harus diakui penanganan ujaran kebencian itu tidak mudah, terutama di era media sosial sekarang ini yang diramaikan munculnya akun-akun anonim yang melakukan ujaran kebencian sehingga aspek penegakan hukum itu sangat penting. 

Kedua, melakukan edukasi yang efektif. Sekarang sudah mulai dilakukan yaitu menjalankan kurikulum pendidikan moral Pancasila, yang insya Allah tahun ini sudah mulai, sebab itu penting sekali melibatkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat sipil untuk membangun suatu narasi bersama. 

Ketiga, memunculkan kembali kebudayaan-kebudayaan kita yang sangat kaya. Karena kebudayaan-kebudayaan kita pada hakikatnya menyadarkan kita bahwa kita ini satu nusa satu bangsa, sebagaimana yang telah dipatrikan pada Sumpah Pemuda tahun 1928. 

Jadi pemerintah sedang bekerja, sedang membuat langkah-langkah yang efektif, bagaimana mengatasi intoleransi ini, dan memang tidak mudah, karena kita hidup di alam demokrasi yang masih desentralistik, terutama pada level bawah. Tidak semua persoalan bisa dihandle oleh pemerintah pusat, sehingga diserahkan ke pemerintah daerah. Disinilah terkadang muncul persoalan, ketika pemerintah daerah cenderung dekat dengan kelompok intoleran, maka disitulah lahir kebijakan-kebijakan yang berpotensi merusak alam demokrasi. 

Pemerintah disemua level harus menyadari, bahwa negara harus berada di tengah. Menjamin kebebasan setiap kelompok, untuk berpendapat, berserikat dan berorganisasi. Dan ini tentu harus diatasi dengan cara untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang menjamin kebebasan setiap kelompok untuk berkeyakinan dan menyatakan pendapat. 

Selalu saya mengatakan, mengatasi persoalan intoleransi tidak bisa satu malam, sebab tidak bisa instant. Dia harus ada proses yang jelas dan menyediakan perangkat-perangkat hukum, sehingga tidak ada kelompok yang mengatasnamakan mayoritas dan kebenaran absolut dengan seenaknya kemudian mempersekusi kelompok minoritas. Itu tidak boleh, itu prinsip, maka harus ada payung hukum yang kuat. Dan yang harus terpenting perlu keterlibatan masyarakat secara luas. Dan juga Kepolisian harus tegas, dengan memberikan kesempatan pada siapapun untuk berserikat dan berkumpul. 

Karenanya saya kira, teman-teman Ahlulbait, tidak ada salahnya melakukan peringatan Asyura. Terus terang saja, ketika teman-teman Ahlulbait tidak bisa melakukan peringatan Asyura dibeberapa daerah, saya merasa sedih teriris-iris, merasa negara ini belum hadir. Saya kira kelompok-kelompok yang selama ini getol melakukan tindakan kekerasan, itu harus ditindak secara hukum, dan kita punya perangkat hukum yang kuat untuk itu.  

Kita pindah topik Gus. Gus kan ke Iran untuk selanjutnya ke Irak mengikuti longmarch ke Karbala dalam rangka peringatan Arbain, Gus tahu adanya pagelaran tahunan ini dari mana dan mengapa sampai Gus tertarik untuk mengambil bagian didalamnya? 

Dari teman-teman Ahlulbait di Indonesia banyak menceritakan tentang suasana kesakralan, suasana kebersamaan, dalam peringatan Arbain. Sehingga saya akhirnya tertarik ingin ikut merasakan langsung. Saya tertarik, karena bagi saya kisah Imam Husain itu penuh makna, penuh pelajaran yang harus kita ambil, dan dengan ikut dalam peringatan Arbain ini, saya ingin belajar dari peristiwa wafatnya Imam Husain, sehingga kita umat Islam ini punya satu pemahaman yang sama. Kita sadari terjadi polarisasi dan keterpecahan dalam tubuh umat Islam, yang menurut saya itu bisa dipersatukan melalui pemahaman yang sama mengenai Imam Husain. Karena itu saya ingin belajar lebih banyak mengenai Imam Husain, ingin mengenal Imam Husain, dan apa yang terjadi pada Imam Husain itu tidak boleh terjadi lagi. 

Ketika cucu Rasulullah, orang yang suci, dan dicintai Rasulullah, sampai Nabi bersabda, Husain dariku dan aku dari Husain, itu artinya ketika peristiwa Karbala dimana saat itu Imam Husain dibunuh dengan cara yang menyedihkan, ini menunjukkan pada kita, bahwa kepada orang seperti Imam Husain saja mendapat perlakuan yang sangat kejam bagaimana dengan umat ini. Jadi ada makna besar dibalik peristiwa Arbain ini, dan saya harus terlibat di dalamnya. Dan saya mengatakan, saya selalu berdoa, ya Allah sebelum saya meninggal saya ingin punya kesempatan untuk ikut Arbain dan ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh saya. 

Saya sudah tidak sabar, walaupun waktu yang harus dihabiskan cukup lama, 17 hari meninggalkan Jakarta, meninggalkan tugas bersamaan dengan pelantikan Presiden. Tapi saya memilih untuk berada di Karbala. Insya Allah, saya akan mendoakan Indonesia dari Karbala dan saya akan menulis di salah satu portal besar untuk mengabarkan kepada dunia bahwa ada peristiwa besar dalam Islam yang kita harus mengambil makna, sehingga kesalahan itu jangan sampai diulangi lagi. 

Kata Bung Karno, jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah.  Dan saya kira kita juga umat Islam, jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah Islam. Itu adalah tanggungjawab kita bersama. Kita sebagai pengikut Rasulullah yang mencintai Imam Husain, harus melakukan sesuatu untuk kebaikan Islam, untuk kebaikan kemanusiaan. Apalagi kita tahu revolusi Imam Husain itu banyak menginspiriasi pemimpin dunia, termasuk Bung Karno sendiri. Kalau tokoh besar saja seperti Mahatma Ghandi, Bung Karno, belajar dari Imam Husain apalagi Zuhairi Misrawi yang bukan siapa-siapa, saya kira memang harus belajar dari Imam Husain. 

Setahu saya di sunni pun apalagi di masyarakat NU ada tradisi untuk menziarahi makam wali-wali Allah, dan tidak bisa dipungkiri Imam Husain adalah juga waliyullah, menurut Gus Mis, kurang populernya makam Imam Husain menjadi tujuan ziarah dalam msyarakat sunni disebabkan apa?

Ini karena tidak banyak yang mengenal peristiwa Karbala ini. Karena sejarah tentang Imam Husain  tidak dipelajari secara sempurna. Insya Allah saya ingin menulis tentang Imam Husain agar memunculkan kembali memori kolektif kita sebagai umat Islam. Ini sejarah ya, sangat kelam di masa lalu. Dan kita tidak boleh mengabaikan begitu saja. Ajaran cinta dalam Islam harus dikedepankan terlebih kepada keluarga Rasulullah saw. Menziarahi makam Imam Husain, bukan urusan mazhab Sunni atau Syiah, melainkan umat Islam. Dan harapan saya, kecintaan pada Imam Husain menjadi poros persatuan umat Islam. Persatuan dan persaudaraan itu, harus menjadi ruh bagi umat Islam. Saya teringat dengan pesan Imam Besar al Azhar, bahwa Sunni dan Syiah itu ibarat dua sayap, yang kalau salah satu sayapnya itu tidak berfungsi, maka umat Islam tidak akan bisa berbuat untuk kemajuan dalam peradaban manusia. Karenanya antara satu dengan yang lain harus saling mendukung untuk mewujudkan kekuatan bersama. Sehingga umat Islam berada dalam rel yang sama untuk memberi manfaat pada dunia. 

Saya berharap, peristiwa Imam Husain mempersatukan kita sebagai umat Islam. 

Zuhari Misrawi di kompleks Makam Imam Ridha as di Masyhad

Seruan Gus Mis agar Sunni dan Syiah bersatu yang dengan itu umat Islam menjadi kuat bertentangan dengan seruan sebagian kelompok yang mengklaim Syiah dapat mengancam keutuhan NKRI dan berbahaya bagi aqidah kaum muslimin Indonesia yg mayoritas Ahlusunnah sehingga harus dihalangi. Menurut Gus? 

Justru yang mengatakan itu yang mengancam NKRI. Karena dia sudah menuduh. Saya berkali-kali mengatakan, hoax paling besar itu adalah hoax terhadap Syiah. Syiah digambarkan begitu rupa. Kita lupa Syiah itu adalah pecinta Ahlulbait. Saya melihat ajaran-ajaran dari Syiah itu, adalah ajaran-ajaran yang semata-mata ingin membangun kecintaan pada Rasulullah dan keluarganya, dan mengambil sari pati inti dari Islam. Sebagaimana saya katakan tadi, kalau kita melihat Iran, yang mayoritas adalah Syiah Jakfariyah, sesungguhnya kita melihat mereka sebuah kelompok yang sangat baik, karena mereka membangun tidak hanya aspek moral tapi juga ilmu pengetahuan, kebudayaan, politik luar negeri yang disegani Amerika bahkan sampai bisa menjatuhkan drone Amerika, dan ini sangat membanggakan. 

Terakhir Gus. Pesan-pesan Gus Mis untuk masyarakat muslim di Indonesia terkait mengenai pentingnya mengembangkan kehidupan moderasi dalam masyarakat muslim.

Saya kira Islam itu adalah moderat. Maka kita bertanggungjawab untuk terus mempelajari Islam dengan baik terutama bagaimana membumikan akhlak itu dalam semua aspek kehidupan kita. Orang yang mengatakan bahwa Syiah mengancam NKRI adalah orang itu tidak berakhlak menurut saya. Mengapa? karena dia dengan kesombongannya sudah memvonis orang lain seolah-olah orang lain itu menjadi ancaman untuk dia apalagi ancaman pada NKRI. Saya bisa membuktikan bahwa yang menjadi ancaman justru yang mengatakan Syiah adalah ancaman. Karena dia sudah mengeksekusi warga Indonesia yang berada dalam kelompok Ahlulbait, Saya sendiri lebih menyukai menyebut Ahlulbait daripada menyebut Syiah. Karena Syiah itu adalah istilah yang jauh lebih pejuratif. Istilah Ahlulbait jauh lebih adem, menyejukkan dan lebih diterima. Di Iran sendiri saya dengar lebih sering menyebut Ahlulbait daripada Syiah. 

Terimakasih Gus atas waktunya.

 ________

Zuhairi Misrawi aktif membagi pengalaman perjalanannya selama di Iran dan di Irak di akun media sosialnya:

FB: Zuhairi Misrawi

IG: zuhairimisrawi

Twitter: zuhairimisrawi

 

 

Hukum Berinvestasi di Pasar Saham dalam Pandangan Ayatullah Makarim Shirazi

Salah seorang ulama marja taklid Syiah yang bermukim di kota Qom, Republik Islam Iran, ketika ditanya oleh salah seorang muqallidnya mengenai hukum berinvestasi di pasar saham, beliau memberikan jawaban mengenai kebolehannya.

Berikut tanya jawab fikih mengenai hukum jual beli saham di pasar saham:

Pertanyaan:

Apakah hukumnya dalam pandangan syariat mengenai aktivitas berinvestasi di pasar saham?

Jawaban Ayatullah Makarim Shirazi:

Tidak ada masalah jika bursa saham yang dimaksud terkait dengan saham perusahaan/pabrik/pusat ekonomi yang memang memiliki produk/hasil eksternal dengan kejelasan jumlah saham dan harganya.

 

Sabtu, 26 September 2020 16:26

Imam Mahdi Afs dalam Riwayat Ahlus Sunnah

 

“meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum hari kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari ahlul-baytku yang akan dinamai dengan namaku. Ia akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan penindasan setelahnya”

(Shahih Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh At-thabrani, hal 217; As-sawaiq al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1, hal 249)


 Abu Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dari A’isyah dari Rasulullah saww beliau bersabda:

 “Al-Mahdi dari itrah-ku, dia berperang atas sunahku sebagaimana saya berperang atas wahyu.” 

Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, an-Nasa'i, Ibnu Majah, al-Baihaqi dan sekelompok Ulama lain meriwayatkan dari 

Ummul Mu’minin Ummu Salamah r a. Bahwa Nabi saww bersabda: 

“Al-Mahdi dari ‘Itrahku dan putra Fathimah. “ 

Komentar Ulama Ahlusunah Tentang Kemutawatiran Hadis Kedatangan Imam Mahdi a s Ibnu Hajar al-Asqallani berkata: 

“Telah mutawatir berita (hadis) bahwa Mahdi adalah dari umat ini dan sesungguhnya (Nabi) Isa putra Maryam akan turun dan salat di belakangnya" 

Asy-Syaukani dalam risalahnya yang berjudul at-Taudhih fi Tawaturi Ma Ja'a fi al-Mahdi al-Muntadzar wa al-Masih 70 berkata: 

“Dan Hadis yang datang tentang Mahdi yang dapat ditemukan adalah lima puluh hadis, ada yang shahih, hasan dan dhaif yang tertolong, dan ia mutawatir tanpa diragukan.” 

Abdul Aziz bin Baz rektor Universitas Madinah Al-Munawarah berkata seperti dimuat di majalah al-Jami’ah al-Islamiyah, no. 3, hal 161 - 162 : 

“Sesungguhnya masalah al-Mahdi merupakan masalah yang menjadi pengetahuan umum, dan hadits-hadits mengenainya banyak sekali, bahkan mutawatir. Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa munculannya tokoh yang dijanjikan ini merupakan suatu perkara yang telah tetap (kebenarannya yang tidak bisa diragukan lagi), dan kemunculannya adalah benar. 

Seorang dosen dalam Universitas tersebut bernama Ustad Syeh Abdul Muhsin Al-Ibad dalam bukunya : 

Muhadharah haula al-imam Al-Mahdi wa At-Ta'liq 'Alaiha, hal. 26, yang juga disampaikan dalam kuliahnya yang berjudul

 "Akidah Ahlus Sunnah dan Atsar tentang Al-Mahdi Al-Muntadhar sbb: Jumlah yang saya ketahui dari nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Al-Mahdi dari Rasulullah S A W, adalah 26 orang" 

{Di antara kitab kitab Ulama Ahlussunah yang menyebut sejarah para Imam atau bahkan dikarang khusus tentang sejarah hidup mereka ialah: al-Fushuul al-Muhimmah; Ibnu Shabbagh al-Maliki, ash-Shawaiq al-Muhriqah; Ibnu Hajar al-Haitsami, pada bab 11, Nuuur al-Abshar fi Manaqib Aal an-Nabi al-Mukhtaar; Syeikh asy-Syablanji dan Is'aaf ar-Raghibiin; Ibnu Shabban.} 

ULAMA AHLU SUNNAH PUN MEYAKINI BAHWA IMAM MAHDI (afs) ADALAH PUTRA IMAM HASAN ASKARI :

 1. Al-Quthb asy-Sya’rani berkata dalam kitab al-Yawaqid wa alJawahir: Al-Mahdi adalah putra Imam Hasan al-Askari dan keturunan Imam Husain, kelahirannya pada malam pertengahan bulan Sya’baan tahun 255H. Beliau akan tetap hidup hingga berkumpul dengan Nabi Isa putra Maryam a s, demikian diberitakan kepada kami oleh Syeikh Hasan al-Iraqi yang dikebumikan di Mesir dan pendapat itu disetujui oleh tuanku Ali Al-Khawaash. 

2.’Izzuddin bin Atsir (wafat 630 H.) ketika menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 260 H. menulis: “Abu Muhammad Al-Askari (Imam Hasan) lahir pada tahun 232 H. dan wafat pada tahun 260 H. Ia adalah ayah Muhammad yang dinamai oleh Syi’ah dengan “al-muntazhar”. 

3. ’Imaduddin Abul Fida` Ismail bin Nuruddin Asy-Syafi’i (wafat 732 H.) menulis: “Ali Al-Hadi wafat pada tahun 254 di Samirra`. Ia adalah ayah Hasan Al-Askari dan imam kesebelas dari dua belas imam serta ayah Muhammad Al-Muntazhar yang menghilang di sirdab (ruang bawah tanah yang dimiliki oleh mayoritas rumah-rumah di Timur Tengah--pen.) dan lahir pada tahun 255 H.”. 

4. Ibnu Hajar Al-Haitsami Al-Makki Asy-Syafi’i (wafat 974 H.) dalam kitab Ash-Shawaa’iqul Muhriqah. 

5. Nuruddin Ali bin Muhammad bin Shabbagh Al-Maliki (wafat 855 H.). 

6. Abul Abbas Ahmad bin Yusuf Ad-Dimasyqi (wafat 1019 H.) dalam kitab Akhbaarud Duwal wa Atsaaru Uwal. 

7. Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Yusud Al-Ganji Asy-Syafi’i (wafat 658 H.) dalam buku Kifaayatut Thaalib. 

8. Syaikh Muhyiddin IBN ARABI seorang SUFI BESAR dan terkenal dalam ahlu Sunnah waljama'ah  di dalam kitab Al-Futuhat mangatakan :

 ”Ketahuilah Bahwa Al-Mahdi a. s. itu mesti keluar, namun tidak akan keluar kecuali apabila dunia sudah penuh dengan kezaliman dan dialah yang akan melenyapkan kezaliman itu dan menggantikan dengan keadilan. Dia berasal dari keturunan Rasulullah S A W dari putra Fathimah r. a. Kakeknya adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib, dan ayahnya adalah Imam Hasan Al-Askari bin Imam Ali Al-Naqi bin Imam Muhammad Al-Taqi bin Imam Ali Al-Ridha bin Imam Musa Al-Kazhim bin Imam Jakfar Ashshadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib r.a.

 HADITS HADITS TENTANG IMAM MAHDI (afs ) 

A.Nabi saww bersabda : 

 “dunia ini tidak akan hancur hingga seorang lelaki dari kalangan bangsa arab yang namanya sama denganku muncul”

 (Shahih Tirmidzi, jld 9, hal 74) 

B.Rasulullah saww bersabda:

 “meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum hari kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari ahlul-baytku yang akan dinamai dengan namaku. Ia akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan penindasan setelahnya” 

(Shahih Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh At-thabrani, hal 217; As-sawaiq al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1, hal 249)

 C.Ummu salamah ra mengutip Rasulullah saww bersabda 

“Mahdi adalah dari ahlulbaytku dan keturunan Fathimah as” 

 (Sunan Ibnu Majah, kitab al-fitan, vol 2, hal 1368, no. 4076; Sunan Abi dawud, kitab al-mahdi, no. 3735)

 C. Di riwayatkan  oleh Qunduzi dalam kitabnya Yanabi al-mawaddah dari sanad Abu sa’id alkhudri berkata:

 “Rasulullah sakit keras. Fathimah mendatanginya ketika aku sedang berada disana. Melihat Rasulullah saww yang lemah, Fathimah menangis tersedak. Rasulullah pun menepuk pundak Husain dan berkata

 “Mahdi adalah dari keturunan Husain. Salam atasnya semua”

 ( Yanabi al-mawaddah vol 3, hal 394)

 128 (seratus dua puluh delapan) Ulama Ahlusunah telah meyakini kelahiran Imam Mahdi as.

 Di bawah ini akan kami sebutkan sebagian nama-nama mereka:

 1.Muhammad bin Harun Abu Bakar ar-Rauyani (w. 307 H) dalam kitabnya al-Musnad.

 2.Abu Nu’aim aI-Ishfahani (w. 430H) dalam kitabnya al-Arba’in haditsan fi al-Mahdi.

 3.Ahmad Bin Husain al-Baihaqi (w. 458 H) dalam Syu’ab al-Iman.

 4.Al-Khawarizmi al-Hanafi (w. 568 H) dalam Maqtal al-Imam al-Husain.

 5.Muhyiddin Ibn al-Arabi (w. 638 H) dalam al-Futuhat alMakkiyah, bab 366 dalam pembahasan 65, sebagaimana disebut dalam Yawaqit wa al-Jawahir oleh asy-Sya’rani.

 6.Kamaluddin Muhammad bin Thalhah asy-Syafi'iy (w. 652 H) dalam Mathalib as-Su'ul.

 7.Sibth Ibn al-Jauzi al-Hanbali (w. 654 H) dalam Tadzkirah-alKhawash.

 8.Muhammad bin Yusuf al-Kunji asy-Syafi’i (terbunuh tahun 658 H) dalam kitabnya Kifayah ath-Thalib.

 9.Al-Juwaini al-Hamawaini asy-Syafi’i (w. 732 H) dalam Fara’id as-Simthain: 2337.

 10.Nuruddin Ibnu Shabbagh al-Maliki (w. 855 H) dalam al-Fushul al-Muhimmah.71

 11.A1-Quthb asy-Sya’raani, sebagaimana dinukil dalam Nuur alAbshar (187).

 12.Syeikh Sahan al-Iraqi, sebagaimana dinukil dalan Nuur al-Abshar.

 13.Syeikh Ali al-Khawash, sebagaimana disebutkan oleh al-Quthb asy-Sya’rani.

 14.Syeikh asy-Syablanji dalam Nuur al-Abshar.

 15.Ibnu Hajar al-Haitsami al-Makki (974 H) dalam ash-Shawaiq.

 

 PENUTUP

 Imam Mahdi (afs) dalam Al Qur'an........:

 Ayat pertama

 

 وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( ‏انبيا 105)

 Allah SWT berfirman:

 “Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku  yang saleh.”(Anbiya’; 105)

 Imam Muhammad Al-Baqir a.s. bersabda:” hamba-hamba Allah yang akan menjadi pewaris bumi yang tersebut dalam ayat- adalah para sahabat Al-Mahdi a.s. yang akan bangkit  di akhir zaman.”

 Syekh Thabrisi setelah menukil riwayat ini mengatakan, terdapat sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahli Sunah yang menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam Al-Baqir a.s. di atas. Hadis tersebut mengatakan, “Jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, maka Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang yang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.” Imam Abu bakar, Ahmad bin Husain Al-Baihaqi dalam buku al-Ba’tsu wa Nutsur telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini.[Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67]

 Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim berkaitan dengan ayat yang berbunyi “Kami telah menulis di Zabur setelah Dzikr…” dijelaskan bahwa semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Dzikr. Sedang maksud dari dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah Al-Qaim a.s. dan para pengikutnya.[Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464]

 

 Ayat kedua

  وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ.

 Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas di bumi, dan akan Kami jadikan mereka para pemimpin dan pewaris dunia.(Qashash; 5) 

 Sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali a.s. di dalam Nahjul balagah serta sabda para Imam yang lain, ayat ini berkaitan dengan Mahdawiyah. Dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut kafilah kebenaran yang terzalimi yang akhirnya kendali dunia akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman.[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 239]

 Syekh Shaduq dalam kitab Amalinya menukil sabda Imam Ali a.s. yang berbunyi:”ayat ini berkaitan dengan kita”.[Tafsir Nuruts Tsaqalain, juz 4, halaman 107-111]

 Ayat Ketiga

  

 يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ...

 Hai orang- orang yang beriman, barang siapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, bersikap keras terhadap orang- orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela...(Al-Maidah; 54)

 Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Al-Qaim dan para pengikutnya, merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekali tidak takut terhadap apapun”.[Tafsir Nur Tsaqalain, juz 1, halaman 641]

  

 Ayat Keempat

  

 وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى‏ لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ.  

 Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka (pasti) akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.(Nur; 56)

 Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait a.s. diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saaw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin a.s. bahwa beliau membaca ayat di atas. Setelah itu beliau berkata,”Demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi umat ini. Dialah orang yang disebut-sebut oleh Rasul saaw, jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir a.s. dan imam Ja’far Shadiq a.s.”.

 Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentang ayat ini dengan penjelasan berikut ini            ” mengingat agama Islam belum tersebarnya ke seluruh penjuru dunia, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.”[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 152; Tafsir Al-Burhan, juz 3, halaman 147]

 

 Ayat Kelima

 هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى‏ وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

 Dialah Zat yang yang telah mengutus rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.(At-Taubah; 33)

 Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar karya Rasyiduddin Mibudi disebutkan: Rasul dalam ayat tersebut adalah baginda Nabi Muhammad saaw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memenangkan agama (Islam) ini atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saaw pada suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya, hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluarganya yang telah meninggal dunia kembali lagi...[Kasyful asar, juz, 4, halaman 119-120]

 

 Ayat Keenam

  وَ مَنْ قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنا لِوَلِيِّهِ سُلْطاناً فَلا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كانَ مَنْصُوراً

 Barangsiapa terbunuh secara mazdlum, maka kita akan jadikan ahli warisnya sebagai pemimpin, oleh karena itu hendaknya tidaklah berlebihan dalam membunuh, sesungguhnya dia akan tertolong. (Isra’; 33)  

 Huaizi dalam kitab tafsir Nur Tsaqalain mengatakan: Imam Baqir a.s. berkata, " Maksud dari orang yang terbunuh secara mazdlum tersebut adalah Husain a.s., dan kamilah ahli waris dan wali dari beliau, saat Qaim a.s. datang dia akan menuntut darah Husain a.s. dan sesungguhnya dia akan ditolong. Dan dunia tidak akan berakhir selagi darah tersebut tidak ditebus dan diambil oleh seorang dari keluarga Muhammad saaw, seorang sosok yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah disesaki oleh kezaliman dan ketidak adilan.”[Nur tsaqalian, juz 3, halaman 163]

  

 Ayat Ketujuh

 بَقِيَّة اللَّهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ...

 Simpanan Tuhan itu lebih baik bagi kalian, jika kalian beriman... (Hud; ayat 86)

 Dalam tafsir Nur Tsaqalain, dengan menukil dari Al-Kafi, disebutkan,” Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s. tentang Al-Qaim a.s., apakah bisa menggunakan ungkapan Amirul mukminin saat mengucapkan salam kepada beliau? Imam menjawab, "Tidak, karena gelar ini diberikan Allah untuk Imam Ali a.s  saja. ... dia bertanya (lagi), aku tebusan bagimu, lalu apa yang harus aku sampaikan saat mengucapkan salam padanya ? Imam Shadiq a.s. menjawab, Semua harus mengatakan: السلام عليک يا بقية الله   “Salam atasmu wahai simpanan Allah”. Kemudian beliau membaca ayat di atas.[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]

 Syekh Abu Manshur Thabrisi dalam kitab Al-Ihtijaj, menukil sebuah riwayat dari Amirul Mukiminin Ali a.s.:”Baqiyatullah adalah Mahdi, di mana dia akan datang setelah masa ini. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman.”[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]

 Syekh Shaduq r.a. dalam kitab Ikmaluddin, meriwayatkan sebuah riwayat yang cukup panjang dari Imam Muhammad Al-Baqir a.s. Isi sebagian riwayat yang menyinggung permasalahan Imam Mahdi a.s.itu demikian,” Saat Qaim muncul, dia akan bersandar kepada Ka’bah, kemudian 313 orang bergabung dengannya. Maka ungkapan pertama yang beliau ucapkan adalah ayat di atas, dan mengatakan akulah Baqiyatullah, hujjah dan khalifah Allah di antara kalian. Saat itu setiap muslim menyalaminya dengan ungkapan, Salam atasmu wahai Baqiyatullah di bumi-Nya.”

 [Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390-392]     

 I.Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib a.s., dari Rasulullah Saaw.:

 “Sesungguhnya Islam itu bermula sebagai sesuatu yang asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang asing.” Seseorang bertanya: “Siapakah orang-orang yang asing itu, wahai Rasulullah?”

  

 Beliau menjawab:

 "Mereka itu ialah orang-orang yang berlaku baik ketika masyarakat telah rusak. Sesungguhnya tidak ada keterlepasan atau keterasingan bagi seorang Mukmin. Tak ada seorang Mukmin pun yang mati, melainkan para malaikat menangis karena kasihan kepadanya. Kalaupun mereka tidak menangis untuknya, maka kuburnya akan diluaskan dengan cahaya yang cemerlang ketika ia diletakkan di tempat kepalanya terletak.” ”

 (silakan rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip dari Ja’fariyat wal Asy-Atsiyyat)

 II. Ibnu Majah men-takhrij dalam Sunan-nya, jilid II, dalam bab Al-Fitan, Fitnah Dajjal, dari Abu Imamah Al-Bahili, katanya:

 “Rasulullah berkhutbah kepada kami, dan sebagian besar khutbah beliau adalah ceritera mengenai Dajjal, yang terhadapnya beliau memperingatkan kami. Di antara kata-kata beliau adalah:

 "Sungguh, belum pernah ada cobaan di muka bumi, sejak Allah menciptakan keturunan Adam, yang lebih besar dari Dajjal. Allah tidak pernah mengutus seorang Nabi, maka pasti dia memperingatkan umatnya terhadap Dajjal. Aku adalah Nabi yang terakhir dan kalian adalah umat yang terakhir; dan tak dapat tidak, Dajjal akan keluar di kalangan kalian.’”

 (silakan rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip dari Sunan Ibnu Majah)

 III. Imam Ja'far bin Muhammad Al BAqir (AS ) berkata :

 “Sesungguhnya Al-Qa’im kami, apabila ia muncul, maka Allah SWT memanjangkan bagi pengikut kami daya dengar dan lihat mereka, sehingga antara mereka dengan Al-Qa’im tidak perlu ada kurir. Dia akan berbicara kepada mereka, dan mereka dapat mendengar dan melihat kepadanya sedang dia sendiri masih tetap di tempatnya.’”

 (Al-Kulainy, Al-Kafi, jilid VIII, hal 240 – 241)

 

 IV. Imam Ash-Shadiq a.s berkata :

 “Sesungguhnya orang Mukmin di zaman Al-Qa’im itu, jika dia berada di Timur, dia pasti bisa melihat saudaranya yang berada di Barat. Demikian pula mereka yang berada di Barat akan dapat melihat saudaranya yang berada di Timur.”

 (Abdullah Syabr, Haqqul Yakin, jilid I, hal. 229)

 V. Rasulullah saaw bersabda:

 “Barangsiapa yang MATI belum mengenal IMAM ZAMANNYA , maka matinya mati jahiliyah.

 (Shahih Bukhari jilid 5, halaman 13, bab Fitan)

 Allahumma shalli wasallim wabaarik alaa Muhammad wa Aali Muhammad ,Allahumma nawwir quluubana bi Muhammad wa Aalihil Ath'har.Allahumma'shrah shudhuurana bidzhuhuuril Hujjah Al Qa'im min Aali Muhammad waj'alna min anshaarihi wa Hizbihi Ya Karim

 

Diantara kewajiban penting umat Syiah di masa keghaiban Imam Zaman afs adalah mensyukuri nikmat terbesar akan keberadaan Hujjah Allah dengan menciptakan kehidupan masyarakat yang penuh dengan keberkahan. Senantiasa menghidupkan siang dan malam dengan ibadah, do'a, kesungguhan mempelajari ilmu agama, melaksanakan perintah-perintah Imam Zaman afs, memusahabah jiwa, dan yang lebih utama senantiasa memanjatkan do'a mengharapkan disegerakannya kemunculan Imam Zaman afs.

Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Shafi Ghulpaghani dalam pesan tertulisnya menyambut peringatan 9 Rabiul Awal yang masyhur dikenal di dunia Islam Syiah sebagai hari bermulanya keimamahan Imam Mahdi afs menyebutkan, "Anugerah terbesar Allah SWT di setiap masa adalah kehadiran Hujjah Allah bagi semua manusia. Kewajiban kita hari ini adalah memperkenalkan karakteristik dan keistimewaan masyarakat Mahdawi dan daulah Ilahi yang penuh keberkahan ke seluruh dunia."

Berikut teks lengkap pesan ulama marja taklid tersebut:

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang

Allah SWT berfirman, "Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." (Qs. Ibrahim: 5).

Diantara hari-hari Allah adalah 9 Rabiul Awal, peringatan hari bermulanya masa keimamahan dan kewilayahan Waliyullah al 'Ahdzam Imam pemberi petunjuk dan hujjah Allah di muka bumi, pewaris para Anbiyah, imam kedua belas al Hujjah Ibn al Hasan al Mahdi afs.

Hari ini adalah hari yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Saya ucapkan selamat akan datangnya hari terangkatnya pemimpin yang akan membebaskan dunia dari kezaliman, ketidak adilan dan keserakahan.

Rakyat mulia Iran dan seluruh umat Syiah di dunia meyakini bahwa hari ini adalah hari besar yang patut untuk dirayakan dan dimuliakan.

Anugerah terbesar Ilahi disetiap masa dan periode adalah kehadiran Hujjah Allah yang sejak Amirul Mukminin as sampai kiamat nanti dunia tidak pernah kosong dari hujjah Allah baik itu tampak maupun ghaib. Para Hujjah Allah itulah yang menjaga ayat dan risalah Ilahi dari penyimpangan dan penyelewengan.

Diantara kewajiban penting umat Syiah di masa keghaiban Imam Zaman afs adalah mensyukuri nikmat terbesar akan keberadaan Hujjah Allah dengan menciptakan kehidupan masyarakat yang penuh dengan keberkahan.  Senantiasa menghidupkan siang dan malam dengan ibadah, do'a, kesungguhan mempelajari ilmu agama, melaksanakan perintah-perintah Imam Zaman afs, memusahabah jiwa, dan yang lebih utama senantiasa memanjatkan do'a mengharapkan disegerakannya kemunculan Imam Zaman afs.

Hari ini kita memiliki kewajiban untuk memperkenalkan karakteristik dan keistimewaan masyarakat Mahdawi dan Daulat Ilahi yang penuh kemuliaan kepada masyarakat seluruh dunia sehingga dunia yang saat ini haus akan keadilan dan bosan dengan kezaliman dan penindasan, pembunuhan dan kekerasan satu sama lain mengetahui akan datangnya suatu waktu dimana janji Allah akan terpenuhi, keadilan akan tegak dibawah satu panji kepemimpinan Imam Mahdi afs.

 

Sesuai hadis Tsaqalain, Al-Quran dan Ahlu Bait merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, keduanya adalah pusaka Nabi saw yang diwariskan kepada para umatnya, pusaka yang sanggup menjaga umat akhir zaman dari berbagai bahaya yang datang menghadang, baik bahaya ideologi, budaya, atau yang lain yang dilancarkan musuh-musuh pengikut agama yang benar.

Dari riwayat Tsaqalain dapat dipahami bahwa  keduanya Al-Quran dan Al-Itrah memberikan andil yang sama dalam memberikan petunjuk kepada manusia, keduanya lentera dan lampu yang menerangi jalan manusia guna menggapai tujuan penciptaannya, menuju dan mendekat kepada sang kekasih sejati.

Al-Quran adalah Imam yang shamit, diam dan tak bicara, sedang Imam adalah Quran yang natiq dan berbicara. Atas dasar ini, sangat aneh jika satu dengan yang lain tidak memperkenalkan rekan dan teman sejatinya.

Para imam adalah mufasir sejati Al-quran mereka telah mensosialisasikan dan menjelaskan kandungan dan isi al-Quran, sebagaimana sebaliknya kitab suci ini juga memuat banyak ayat yang menjelaskan tentang Imamah? apa keutamaan mereka? Apakah pelantikan dan pemilihan mereka hak seluruh manusia?, dan berbagai soal lain yang bertalian dengan hal tersebut.

Dalam kesempatan ini kita akan membahas ayat-ayat yang menjelaskan tentang para imam. Pada kali ini kita hanya akan membawakan beberapa ayat yang khusus menjelaskan kepemimpinan bagi umat manusia, sedang penjelasnnya akan kita terangkan pada kesempatan yang akan datang. Insya Allah.

Ayat Tabligh
يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ وَ اللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكافِرِينَ

Artinya:"Wahai Rasul sampaikanlah apa yang yang telah diturunkan oleh Tuhanmu, dan jika kamu tidak melakukannya, maka kamu tidak menyampaikan risalahNya, (apa yang engkau sampaikan sebelumnya sia-sia belaka), dan Allah akan menjagamu dari (ulah) manusia sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk orang-orang kafir". (Surat Maidah, ayat 67).

Ayat Ikmaludin
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَ اخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَ رَضِيتُ لَكُمُ الإِْسْلامَ دِيناً

Artinya:"Hari ini orang-orang kafir berputus asa dari agama mereka, oleh karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, dan takutlah kalian kepadaKu, hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian dan Aku rampungkan nikmatKu atas kalian". (Surat Maidah, ayat 3).

Ayat Wilayah
إِنَّما وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَ رَسُولُهُ وَ الَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَ يُؤْتُونَ الزَّكاةَ وَ هُمْ راكِعُونَ

Artinya: “ Sesungguhnya wali kalian adalah Allah, RasulNya dan mereka yang beriman yang mendirikan shalat dan memberikan zakat dalam keadaan ruku”. (Surat Maidah, ayat 55).

Ayat Ulil Amr
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَ أَطِيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الأَْمْرِ مِنْكُمْ

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul  dan Ulil amr dari kalian”. (Surat Nisa’, ayat 59).

Ayat Shadiqin
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ كُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan bersamalah dengan orang-orang yang jujur”. (Surat Taubah, ayat 119).

Sabtu, 26 September 2020 15:30

Mengenang Sayidah Ruqayyah Binti Husein as

 

Suara tangisan dan rintihan Sayidah Ruqayyah yang baru berusia tiga tahun atas kehilangan ayahnya (Imam Husein as), membuat rombongan tawanan Karbala menangis tersedu-sedu di sebuah penjara kumuh di Syam.

Tangisan itu terjadi di tengah malam setelah ia melihat ayahnya dalam mimpi. Ia terbagung dari tidurnya dan bangkit mencari-cari sang ayah! Sayidah Ruqayyah merindukan belaian dan dekapan ayah. Ia adalah putri Imam Husein as dan cucu Sayidah Fatimah az-Zahra as.

Namun, orang-orang yang memberikan kesaksian atas kenabian kakeknya di setiap adzan, justru menaburkan garam di atas luka putri mungil ini, memisahkannya dari sang ayah, dan menawannya di penjara kumuh. Ruqayyah terus mencari-cari sang ayah dan menanti kepulangan pahlawan hidupnya, ia masih sangat belia untuk berpisah dengan sang ayah.

Para tawanan sangat gelisah atas tangisan putri kecil Imam Husein as sehingga hal ini didengar oleh Yazid bin Mu’awiyah. Dia memerintahkan pasukannya membawakan kepala suci Imam Husein as untuk ditunjukkan kepada putrinya agar tidak lagi mencari-cari sang ayah.

Pasukan Yazid memasuki penjara dengan membawa sebuah nampan yang ditutupi kain. Sebagian tawanan berpikir bahwa pasukan Yazid sedang membawakan makanan agar putri kecil itu terdiam, tapi ini bukan kebiasaan Yazid.

Nampan itu diletakkan di depan Sayidah Ruqayyah dan dibukakan kain penutupnya. Putri kecil ini sangat terkejut dan menjerit menyaksikan itu, ia mulai paham bahwa ayah tidak akan pernah kembali. Sayidah Ruqayyah mendekap kepala sang ayah dan menciumnya sembari berkata dengan logat anak-anak, “Wahai ayah! Siapa gerangan yang menodai jenggotmu dengan darah? Wahai ayah! Siapa yang telah memotong urat-urat lehermu? Wahai ayah! Siapa yang telah membuatku yatim sejak kecil? Wahai ayah! Kemanakah harapanku kulabuhkan setelah ketiadaanmu?”


Sayidah Ruqayyah terus menumpahkan isi hatinya, sementara para tawanan menangis mendengar itu. Suara gemetar Sayidah Ruqayyah tiba-tiba senyap, jiwa dan raga yang terluka itu jatuh ke atas tanah dan menghembuskan nafas terakhirnya. Yazid telah membungkam suara putri kecil Imam Husein as agar kekejamannya tidak terkuak, tetapi penjara yang kumuh itu dan makam kecil putri Imam Husein as menjadi saksi atas kejahatan Yazid untuk selamanya.

Di Karbala, laki-laki dan wanita, budak dan hamba merdeka, hitam dan putih, tua dan muda, remaja dan anak-anak, dan bahkan bayi dalam gendongan, semua ikut menuliskan sejarah dan menciptakan epos. Seakan Tuhan ingin menyempurnakan hujjah-Nya kepada penduduk bumi sehingga tidak seorang pun dapat beralasan bahwa ia tidak mengetahui kebenaran Imam Husein as.

Nama Sayidah Ruqayyah selalu menjadi kenangan pilu bagi umat Rasulullah Saw dan dari sisi lain mengingatkan mereka akan kekejaman Yazid dan para pengikutnya. Ruqayyah adalah simbol ketertindasan dan pengabaian kebenaran pasca wafat Rasulullah Saw. Kesyahidan Sayidah Ruqayyah di penjara kumuh merupakan bukti atas penyimpangan masyarakat Islam dari cita-cita luhur kemanusiaan Islam.

Penyimpangan dari ajaran nabi pembawa rahmat, di mana kecintaan kepada Ahlul Baitnya merupakan ganjaran atas risalahnya dan ia meminta umatnya untuk mengikuti Ahlul Bait as sebagai satu-satunya cara melestarikan jerih payah Rasulullah Saw sebagai nabi akhir zaman.

Rasulullah Saw bersabda, “Aku meninggalkan dua pusaka berharga untuk kalian yaitu al-Quran dan Ahlul Baitku. Kedua pusaka berharga ini tidak akan berpisah sampai keduanya menemuiku di tepi telaga Kautsar. Kalian tidak akan tersesat dan tergelincir selama kalian berpegang pada keduanya.”

Sepeninggal Nabi Muhammad Saw, umat Islam mengalami penyimpangan kecil dan besar sehingga pada masa kekuasaan Mu’awiyah, Islam hanya tinggal namanya saja. Umat Islam terpisah dari Ahlul Bait dan keterpisahan ini membuat jeritan Imam Husein as yang meminta pertolongan di Karbala tidak disahuti dan terjadilah peristiwa Asyura.

Namun, ketertindasan Imam Husein as dan kekejaman musuh terhadap wanita dan putri-putri Ahlul Bait membuat umat bangun dari tidurnya dan kebenaran mulai tersingkap.

Sekarang pusara putri kecil Imam Husein as di Damaskus, Suriah selalu dipadati oleh para peziarah dan pecinta Ahlul Bait. Makam kecilnya membuat kalbu setiap insan merdeka bergetar dan meneteskan air mata. Ketertindasan Sayidah Ruqayyah membuat Yazidiyan dan Umawiyan kehilangan muka dan kekejaman mereka tersingkap bagi semua.


Akan tetapi, ada saja orang yang mengingkari kebenaran peristiwa gugurnya Ruqayyah. Sebagian berusaha mengurangi ingatan orang akan peristiwa kesyahidan putri kecil Imam Husein ini. Sebagian mengklaim bahwa Imam Husein as tidak punya anak dengan nama Ruqayyah, sebagian yang lain memperkenalkan Ruqayyah sebagai salah satu putri dari sahabat Imam Husein, sebagian malah mengingkari peristiwa syahidnya Ruqayyah untuk mengesankan bahwa makam di Damaskus bukan milik putri Imam Husein.

Perlu dicatat bahwa keberadaan Sayidah Ruqayyah diterima oleh semua pakar sejarah dan jika pun ada syubhat tertentu, ia tidak terkait dengan keberadaan sosok putri Imam Husein as ini. Para sejarawan hanya berbeda pendapat mengenai nama putri kecil ini dan kadang juga usianya, tentu semua menerima bahwa umurnya belum mencapai usia baligh.

Berbagai kitab rujukan sejarah mengangkat kisah kehidupan Sayidah Ruqayyah as secara ringkat atau terperinci. Para sejarawan mengakui bahwa putri kecil Imam Husein as meninggal di penjara Yazid akibat penderitaan, penawanan, dan setelah menyaksikan kepala suci Imam Husein.

Kitab Nafsul al-Mahmum karya Syeikh Abbas Qummi mencatat peristiwa tersebut. Sejarah kehidupan Sayidah Ruqayyah juga bisa ditemukan dalam buku Majma’ al-Bahrain karya Fakhruddin Thuraihi, seorang mufassir dan ulama abad ke-11 Hijriyah, serta buku Kamil Bahai yang ditulis oleh Imaduddin Thabari, ulama abad ke-7 Hijriyah.

Para ulama dan ilmuwan besar yang telah menghabiskan umurnya untuk memperdalam berbagai disiplin ilmu Islam, mengakui kebenaran peristiwa yang menimpa Sayidah Ruqayyah. Di antara ulama itu, Ayatullah Nouri Hamedani, Ayatullah Nasir Makarim Shirazi, Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi, dan Ayatullah Alawi Gorgani, mereka mengatakan keberadaan Sayidah Ruqayyah dan kesyahidannya di penjara Syam, tidak terbantahkan.

Makam Sayidah Ruqayyah as di Damaskus, Suriah.
Ayatullah Nouri Hamedani, salah satu marja’ taklid dan ulama kontemporer menuturkan, “Buku-buku seperti kitab Kamil Bahai, Nafsul al-Mahmum, dan kitab-kitab rujukan lainnya menyebutkan bahwa putri kecil yang oleh sebagian orang dikenal sebagai Ruqayyah dan gugur di Syam adalah putri Imam Husein as. Jika seseorang bernazar melalui perantara Sayidah Ruqayyah, ia harus ditunaikan dan makam yang terletak di Damaskus adalah miliknya.”

Ayatullah Mirza Jawad Tabrizi, seorang marja’ taklid dan guru besar Hauzah Ilmiah Qum mengatakan, “Makam Sayidah Ruqayyah binti Husein as di Damaskus sudah terkenal sejak hari kesyahidannya, seakan Imam Husein meninggalkan sebuah jejak di Syam sehingga kelak tidak muncul orang-orang yang mengingkari penawanan para anggota Ahlul Bait dan peristiwa yang terkait dengan mereka.”

“Putri mungil ini adalah saksi besar bahwa di antara para tawanan terdapat anak-anak kecil. Pemakaman Sayidah Ruqayyah di Syam merupakan sebuah bukti besar dan petunjuk yang kuat tentang penawanan keluarga suci dan kezaliman yang dilakukan atas mereka, sebuah kezaliman yang ditangisi oleh semua nabi mulai Nabi Adam as sampai nabi akhir zaman…,” ungkapnya.

 

Tanggal 31 Shahrivar 1399 Hijriah Syamsiah atau 21 September 2020 memperingati 40 tahun Pekan Pertahanan Suci, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyampaikan pidato melalui konferensi video untuk menghormati, dan menghargai jasa satu juta veteran perang Pertahanan Suci.

Era pertahanan suci rakyat Iran yang berlangsung selama 8 tahun melawan musuh Revolusi Islam, merupakan modal abadi yang memainkan peran bersejarah Iran. Kaum muda, dan para pejuang terjun ke medan perang untuk membela Islam pasca agresi militer rezim Baath, Irak pada 31 Shahrivar 1359 Hs atau 22 September 1980, dan dengan bersandar pada iman, mereka berjuang sampai mati di perang ini. Akhirnya pasca 8 tahun perlawanan, musuh dan sekutu-sekutunya kalah. 
 
Dalam perspektif Rahbar, belajar dari era sensitif, dan bersejarah di transformasi negara Iran ini, memiliki peran keteladanan bagi semua generasi di berbagai masa, dan penjelasan tentang berbagai sudut peristiwa penting ini menyebabkan tersebarnya budaya pengorbanan, dan perlawanan menghadapi musuh. Menurut Ayatullah Khamenei, Pertahanan Suci adalah salah satu peristiwa bangsa Iran paling rasional yang mengandung kebijaksanaan, dan inovasi, ia merupakan sumber mata air yang darinya bisa diciptakan berbagai jenis budaya luhur sejarah, sosial, politik, cinta, dan keluarga. 
 
Ayatullah Khamenei menilai tujuan negara-negara yang memaksakan perang terhadap Iran, adalah meruntuhkan pemerintahan dan Revolusi Islam. Menurutnya dalam perang Pertahanan Suci, lawan asli Iran bukanlah Partai Baath atau Saddam Hussein. Di balik Saddam, ada kekuatan-kekuatan yang sebagian di antaranya seperti Amerika Serikat, merasa terpukul dengan lahirnya Revolusi Islam Iran.
 
Rahbar menjelaskan, di kemudian hari terbukti bahwa Amerika sebelum pecahnya perang, mencapai kesepakatan dengan Saddam Hussein, dan selama perang berlangsung Amerika memberikan bantuan senjata, dan informasi yang sangat berharga secara rutin kepada pasukan Saddam dan Partai Baath, konvoi militer terus-menerus dikerahkan di hadapan mata kita, dan disaksikan oleh kita. Kapal-kapal kargo bersandar di pelabuhan Uni Emirat Arab, dan dari UEA setiap hari tanpa henti menuju ke Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan menyerahkan amunisi ke pasukan Saddam Hussein. Sementara Iran sama sekali tidak punya senjata, dan peralatan perang lainnya. Kami benar-benar tidak punya fasilitas bertempur, hal ini mendorong musuh. Hal ini dipahami oleh musuh, sampai tingkat tertentu mereka tahu, dan terdorong untuk menyerang.
 
Rahbar setelah menjelaskan bagaimana perang yang dipaksakan pecah selama 8 tahun, mengulas faktor, dan poin-poin penting pertahanan rakyat Iran di hadapan musuh. Dalam hal ini beliau menilai kepemimpinan Imam Khomeini sejak awal hingga akhir perang Pertahanan Suci, sangat sensitif, dan luar biasa. Rahbar menuturkan, Imam Khomeini pada situasi seperti ini, mampu mengendalikan awal perang, kemudian mengawasi berlanjutnya gerakan ini di bawah mata, dan kehendaknya.
 
Imam Khomeini sejak awal, sudah mengenal berbagai dimensi, dan kapasitas tempur nyata, dan dengan kebijaksanaan yang mengejutkan beliau mengumumkan bahwa perang ini bukan perang dua negara bertetangga, Saddam Hussein hanyalah pion, dan musuh asli Revolusi Islam dan rakyat Iran ada di belakang Saddam. Imam Khomeini misalnya berkata, Amerika lebih buruk dari Uni Soviet, Soviet lebih buruk dari Amerika, Inggris lebih buruk dari keduanya, artinya Imam Khomeini sedang melakukan serangan yang targetnya adalah orang-orang yang mengetahui bahwa mereka adalah faktor asli, dan merekalah yang sebenarnya  berdiri di balik layar perang.
 
Rahbar menyebut sifat lain Imam Khomeini sebagai figur luar biasa yang memiliki pengaruh spiritual, kejujuran dan kesucian dalam menjelaskan hakikat, realitas dan pandangan tajam dalam perang Pertahanan Suci. Dengan ketegasan penuh, Imam Khomeini memimpin perang, dan menjalankan pekerjaan yang berujung dengan robohnya pendudukan Abadan, pembebasan Khorramshahr dan Susangerd adalah beberapa contoh ketegasan luar biasa ini. Selain itu, Imam Khomeini selalu memberikan semangat kepada rakyat, dan meruntuhkan kesombongan musuh saat diperlukan, mencegah dampak merusak sifat angkuh saat menang, dan memberikan kekuatan batin serta menyapa para pejuang ketika dibutuhkan termasuk metode ayah baik hati, dan pemimpin spiritual, sadar, serta menguasai medan, dan mengarahkan Pertahanan Suci.
 
Ayatullah Khamenei menyerupakan kemenangan Revolusi Islam Iran dalam perang yang dipaksakan dengan matahari, yang terang dan bersinar. Ia mengatakan, pertama musuh tak mampu memisahkan bahkan sejengkal wilayah Iran, kedua mereka gagal memukul mundur revolusi, dan pemerintahan Islam Iran walau selangkah. Pemerintahan Islam Iran pasca perang 8 tahun, jauh lebih kuat dari sebelum pecah perang, dan kemampuannya bertambah besar. Ini semua adalah kemenangan besar yang terjadi.
 
Dalam perang-perang  yang terjadi di masa raja-raja, di masa para taghut selama satu dua abad terakhir, Iran selalu kalah, tapi di masa Republik Islam, Iran berhadapan dengan kekuatan-kekuatan dunia, yaitu Timur dan Barat, Eropa dan Amerika, serta Uni Soviet juga para penguasa kawasan dan yang lainnya, berdiri melawan, dan menang. Ini poin pertama dan sangat penting, serta merupakan bagian dari dari identitas nasional.
 
Menurut istilah yang digunakan Rahbar, dalam Pertahanan Suci tercipta sebuah model baru partisipasi rakyat. Partisipasi rakyat begitu menakjubkan sehingga semua potensi bermunculan. Rahbar mengatakan, bayangkan seorang pemuda datang dari sebuah desa di salah satu wilayah Iran, misalnya desa di Kerman, masuk kota, dan bergabung dengan mereka, lalu kelak menjadi figur Hajj Qassem Soleimani, artinya ini adalah gerakan besar.
 
Contoh lain misalnya seorang pemuda mahasiswa yang sama sekali tidak pernah memegang senjata, secara sukarela terjun ke medan tempur, selama di garis depan pertempuran sekira satu setengah tahun, akhirnya menjadi anggota teladan, dan berpengaruh di sebuah pangkalan militer level tinggi. Bayangkan seorang pemuda yang bekerja sebagai wartawan di sebuah surat kabar, pergi berperang, tidak lama kemudian misalnya menjadi Syahid Hassan Bagheri, pakar intelijen perang, dan banyak peristiwa-peristiwa luar biasa lain, dan lahirnya potensi-potensi semacam ini. 
 
Di sisi lain, di era Pertahanan Suci, muncul keutamaan akhlak, dan spiritual tertinggi, serta peningkatan ruh yang membangun investasi, semangat percaya diri semakin kuat, dan mengarahkan kekurangan yang dialami masyarakat kepada inovasi teknologi, dan ilmu pengetahuan. Prestasi lain yang dicapai berkat Pertahanan Suci adalah kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang secara lahir bisa dilakukan, dan meningkatkan investasi sumber daya manusia, dan kepemimpinan dalam hal ini merupakan manifestasi keindahan.
 
Rahbar juga mengenang Jenderal besar dan berkata, sampai sekarang sahabat, saudara mukmin, dan rakyat mulia Iran masih belum mengetahui luasnya pekerjaan yang dilakukan Syahid Qassem Soleimani. Ini adalah sebuah modal sumber daya manusia yang lahir dari perang, artinya fondasi terbentuknya orang-orang semacam Qassem Soleimani terpasang dalam perang di era Pertahanan Suci.
 
Ayatullah Khamenei melanjutkan, poin lain adalah dalam Pertahanan Suci kita diperkenalkan dengan substansi, dan realitas memalukan peradaban Barat. Semua ada di tangan musuh, bahkan senjata kimia. Artinya senjata kimia juga diberikan, dan Saddam Hussein menggunakannya untuk menyerang kami, dan rakyat Irak sendiri.
 
Artinya di Halabcheh, Saddam menggunakan senjata kimia, dan di negara kita juga banyak, artinya Barat, Eropa, menginjak semua klaim kemanusiaan, dan hak asasi manusianya, dalam berhadapan dengan semua ini, dalam membela pemerintahan korup, dan diktator anti-kemanusiaan Saddam Hussein, Barat membantah semua klaimnya. Ini adalah pengetahuan mendalam yang sangat berharga bagi kita. Artinya, kita benar-benar harus tahu, dan paham bahwa inilah Barat, dan dengan pengetahuan ini kita mengambil keputusan, berpikir dan bekerja. 
 
Ayatullah Khamenei mengingatkan, secara alamiah perang adalah sebuah fenomena menyedihkan, dan penuh kekerasan, tapi bagi kami peristiwa menyedihkan dan penuh kekerasan selama 8 tahun ini, membawa berkah yang sangat banyak. Secara umum budaya perang adalah budaya penyadaran. Al Quran terkait para syuhada berkata, 
 
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٧٠﴾
 
“Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
 
Ayatullah Khamenei di akhir pidatonya menekankan untuk tidak meremehkan virus Corona, pemerintah Iran benar-benar sedang mengorbankan diri, para perawat, dokter, kepala rumah sakit, dan yang lainnya terus bekerja keras. Kita rakyat harus menjalankan tugas kita, jaga jarak sosial, memakai masker, mematuhi semua protokol kesehatan yang diberikan, mencuci tangan, adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan.
 
Dengan memperhatikan semakin dekatnya hari Arbain Imam Hussein as, Rahbar menuturkan, semua mencintai Imam Husssein as, dan ingin pergi berziarah, tapi ikut serta dalam pawai Arbain, diperbolehkan hanya atas izin pejabat di badan nasional penanganan Corona. Jika mereka mengatakan tidak, dan sampai sekarang memang berkata demikian, maka kita harus mematuhinya, semua harus patuh.
 
Hari Arbain semua warga membaca ziarah Arbain dengan khusyu, kepada Imam Hussein as kita katakan, wahai Sayid As Syuhada, kami ingin datang, tapi tidak bisa, sehingga beliau membantu kita. 
 
Di tempat pidato Ayatullah Khamenei tampak terpampang sebuah kaligrafi di dinding yang merupakan inti dari semua nasihat Rahbar di sebagian besar paparan beliau yaitu Surat Hajj ayat 40,
 
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّـهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّـهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ اللَّـهُ مَن يَنصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ ﴿٤٠﴾
 
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,”.

 

Ketua Otorita Ramallah seraya mengisyaratkan konspirasi musuh untuk menghancurkan isu Palestina mengatakan, rakyat Palestina masih komitmen dan melanjutkan perjuangannya serta pada akhirnya akan mencapai kemenangan.

"Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel menjadikan kesepakatan abad menggantikan hukum internasional," papar Abbas Jumat (25/9/2020) dalam pidato virtualnya di Sidang Majelis Umum PBB seraya menekankan bahwa rencana kesepakatan abad dan aneksasi Tepi Barat akan mencaplok 33 persen wilayah Palestina. Demikian dilaporkan IRNA.

Abbas juga menjelaskan bahwa sampai kapan cita-cita bangsa Palestina terkatung-katung tanpa penyelesaian yang adil, meminta sekjen PBB dan kuartet internasional mengambil langkah-langkah untuk menggelar konferensi internasional serta mempersiapkan sidang awal tahun depan.

Ketua Otorita Ramallah seraya mengkritik normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan Israel mengungkapkan, PLO tidak akan mengijinkan siapa saja berbicara mengatasnamakan rakyat Palestina.

Abbas juga menyinggung dialog antara Fatah dan Hamas serta menyatakan kesiapan Otorita Ramallah menggelar pemilu presiden dan parlemen dengan partisipasi seluruh faksi Palestina.

Sidang Majelis Umum ke-75 digelar sejak hari Selasa lalu melalui pidato virtual petinggi berbagai negara anggota.