کمالوندی
Surat al-Mulk 25-30
Surat al-Mulk 25-30
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (25) قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ (26) فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيئَتْ وُجُوهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَقِيلَ هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تَدَّعُونَ (27)
Dan mereka berkata: "Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?" (67: 25)
Katakanlah: "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". (67: 26)
Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya. (67: 27)
Salah satu alasan orang-orang yang mengingkari kebangkitan (Maad) terhadap nabi-nabi Allah adalah jika Anda mengatakan kebenaran dan akan ada kebangkitan, sebutkan waktu terjadinya. Jika Anda yakin akan hal ini, mengapa Anda tidak menyebutkan tanggal pastinya?
Kelanjutan ayat tersebut menegaskan bahwa hanya Allah yang mengetahui waktu kebangkitan dan bahkan para nabi pun tidak mengetahuinya. Berdasarkan wahyu Ilahi, mereka diberitahu tentang kebangkitan di dunia setelah kematian, dan mereka memperingatkan manusia untuk berhati-hati terhadap tindakan dan perilaku mereka agar mereka tidak mengalami kesusahan dan siksa pada hari itu.
Pada hari itu, orang-orang yang mengingkari Hari Kebangkitan dan kafir kepada Allah, akan mempunyai muka yang jelek dan bingung, dan bekas-bekas kesedihan serta penyesalan yang mendalam akan terlihat di wajah mereka. Karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri apa yang selama ini mereka ingkari di dunia dan tidak ada jalan keluar darinya.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Tidak mengetahui waktu hari kiamat bukanlah alasan tidak terjadinya hari kiamat, seperti halnya jika seorang teman menjanjikan kepada anda bahwa ia akan datang ke rumah anda suatu hari nanti, namun tidak menyebutkan waktunya, maka hal tersebut bukanlah alasan bahwa ia akan tidak datang.
2. Misi para nabi adalah menyampaikan risalah Allah dan memperingatkan manusia. Namun mereka tidak mengatakan apa pun tentang apa yang belum diwahyukan Tuhan kepada mereka dan tidak membuat klaim yang tidak masuk akal.
3. Tidak perlu seseorang mengetahui segala sesuatu, termasuk mengetahui waktu kiamat/ jika waktu terjadinya jauh maka menyebabkan orang lupa dan lalai, dan jika dekat menimbulkan rasa takut dan cemas bagi mereka yang dekat dengannya.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَهْلَكَنِيَ اللَّهُ وَمَنْ مَعِيَ أَوْ رَحِمَنَا فَمَنْ يُجِيرُ الْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (28) قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آَمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (29)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?" (67: 28)
Katakanlah: "Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata". (67: 29)
Kaum musyrik di Mekkah berharap dengan wafatnya Rasulullah, para pengikutnya juga akan hilang, tidak meninggalkan jejak Islam. Ayat-ayat tersebut berbunyi: Apapun nasib yang menanti Rasulullah dan para sahabatnya (hidup atau mati), tidak ada pengaruhnya terhadap nasibmu, dan kamu tidak akan terbebas dari azab Tuhan di dunia dan akhirat.
Jangan berpikir jika Nabi dan para sahabatnya binasa maka kalian akan selamat dari murka Allah. Karena Tuhan selalu ada dan tidak ada sedikitpun kuasaNya yang tak terbatas akan berkurang. Kami beriman kepada Tuhan yang demikian dan kami telah menyerahkan diri kami kepada-Nya sehingga Dia dapat melakukan apa pun yang terbaik bagi kami. Kami telah menaruh kepercayaan kami pada-Nya dan tunduk pada kehendak-Nya. Tetapi kamu yang kafir kepada Allah, siapakah yang akan menyelamatkan kamu dari murka-Nya?
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Musuh-musuh Islam ingin kebinasaan orang-orang yang beriman, namun kehendak Tuhan lebih utama dari keinginan dan hawa nafsu mereka, dan mereka harus berpikir untuk menyelamatkan diri dari murka Tuhan.
2. Syarat beriman kepada Tuhan adalah bertawakal kepada-Nya dan tunduk pada kehendak-Nya, karena kita tahu bahwa Dia adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan tidak menginginkan apa pun selain kebaikan bagi hamba-hamba-Nya.
3. Orang-orang kafir menyadari kesalahannya ketika mereka tidak mempunyai jalan lain dan mereka tidak akan luput dari azab Allah.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَأْتِيكُمْ بِمَاءٍ مَعِينٍ (30)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?". (67: 30)
Ayat yang merupakan akhir dari Surat al-Mulk ini mengacu pada salah satu tanda rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan menyatakan: Mata air, sumur dan saluran air, dengan pengaturan Allah, menyediakan air yang Anda butuhkan sepanjang tahun, karena bumi di bawah kakimu terbuat dari dua lapisan yang berbeda; Lapisan permeabel yang menyerap air dan lapisan kedap yang menyimpan dan mempertahankan air.
Jika seluruh permukaan bumi bersifat permeabel maka air hujan akan meresap jauh ke dalam bumi dan tidak dapat dijangkau oleh manusia, dan jika seluruh permukaan bumi kedap air maka air akan menutupi permukaan bumi dan berubah menjadi rawa-rawa. Akibatnya, tidak ada lagi kawasan pemukiman dan pertanian di bumi dan kehidupan manusia pun terganggu total. Namun atas izin Tuhan, air permukaan dimurnikan dengan melewati lapisan tanah dan pasir yang permeabel dan kemudian disimpan di akuifer dan sumber bawah tanah yang besar untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Manusia yang beriman hidup antara rasa takut dan harapan, dan tidak menaruh hatinya pada nikmat materi, namun selalu beranggapan bahwa ia mungkin akan kehilangan nikmat tersebut suatu hari nanti. Pada saat yang sama, harapannya tidak pernah terputus dari Tuhan Semesta Alam. Sebab ia meyakini jika Allah menutup satu pintu karena hikmah, maka Dia akan membukakan pintu lain karena belas kasihan.
2. Orang-orang yang mengingkari Tuhan, jika suatu saat tidak turun hujan dan bumi menjadi kering dan tidak ada air, kepada siapa mereka akan meminta hujan?
Surat al-Mulk 20-24
Surat al-Mulk 20-24
أَمَّنْ هَذَا الَّذِي هُوَ جُنْدٌ لَكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ إِنِ الْكَافِرُونَ إِلَّا فِي غُرُورٍ (20)
Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu. (67: 20)
Ayat-ayat sebelumnya berbicara mengenai kekuatan tak berakhir Tuhan di langit dan bumi. Sementara itu, ayat kali ini berbicara mengenai kelemahan dan ketidakmampuan manusia. Sekaitan dengan ini, juga disinggung salah satu faktor kekufuran dan pemberontakan manusia terhadap Tuhan. Ayat ini menyatakan, mereka (manusia) sombong dan menganggap dirinya unggul, mereka merasa memiliki kekuatan yang tidak ada bandingannya. Oleh karena itu, mereka menolak untuk taat kepada Tuhan dan tunduk terhadap perintah-Nya.
Sebagian orang yang sombong dengan ilmu, kekuasaan, dan kekayaannya, mengingkari Tuhan dan berkata: Tuhan itu tidak ada, kalaupun ada, Dia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap kita karena segala kemungkinan dan kemampuan kita. Sedangkan orang-orang yang bangga dengan kekuasaannya, jika mereka mempelajari sejarah sedikit, mereka akan melihat bahwa terkadang kekuatan dan bala tentara yang sama bangkit melawan penguasa yang kuat dan menjatuhkan mereka, dan terkadang Tuhan membawa mereka ke kehancuran dengan turunnya azab.
Dengan mengandalkan kekuatan palsunya, apakah orang-orang kafir mengira mereka mampu melawan kehendak Tuhan dan menghadapi faktor alam seperti air, angin, dan api, yang semuanya merupakan tentara Tuhan?
Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Mereka yang tertipu dengan kekuatan dan fasilitas materi yang dimilikinya, maka mereka mengingkari Tuhan, dan menganggap dirinya tidak terkalahkan.
2. Manusia adalah makhluk lemah, maka dengan mengandalkan kekuatan dan tentara manakah ia ingin melawan kekuatan Tuhan, dan menganggap dirinya menang di medan perang?
أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ (21)
Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri? (67: 21)
Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini mengisyaratkan lemahnya manusia dalam memenuhi rejekinya, dan menyatakan, jika dalam satu tahun tidak turun hujan, dan tidak ada tumbuhan yang tumbuh, apa yang akan kalian lakukan? Dan jika kekeringan melanda seluruh bumi, atau wabah dan bencana alam menghancurkan tanaman kalian, saat itu bagaimana kalian memenuhi kebutuhan hidup kalian?
Faktanya adalah keberadaan manusia sepenuhnya lemah dan membutuhkan. Ia juga lemah dalam memenuhi kebutuhan primernya seperti air dan makanan, tapi ia tetap memberontak dan keras kepala terhadap penciptanya, di mana ia merasa tidak ada kekuatan yang unggul darinya dan ia merasa tidak butuh untuk beribadah dan taat kepada Tuhan.
Dengan kata lain, pengamatan terhadap kekuatan materi dan kekuatan semu telah membutakan mata banyak orang untuk melihat kekuatan Tuhan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, mereka membiarkan diri mereka menyangkalnya dan memaksakan penolakannya. Bagaikan seseorang yang berdiri di pekarangan rumahnya pada malam hari dan karena terangnya cahaya, ia tidak dapat melihat bintang-bintang di langit dan matanya pun tidak mampu melihat segala keagungan di langit.
Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Sarana rezeki dan kehidupan manusia berada di tangan Tuhan semata. Oleh karena itu, segala bentuk ketidaktaatan kepada Tuhan dan keras kepala terhadap perintah-Nya akan berakhir dengan kerugian bagi manusia itu sendiri, dan kerugian sekecil apa pun tidak akan menimpa Tuhan karena ketidaktaatan manusia.
2. Jika kita beranggapan bahwa nikmat yang kita miliki saat ini akan hilang di kemudian hari dan kita tidak bisa berbuat apa-apa, maka kita akan rendah hati dan tawadhu' dihadapan Tuhan, tidak sombong dan congkak.
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (22)
Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (67: 22)
Ayat ini membandingkan orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir, dan dengan perumpamaan yang menarik, ayat ini menggambarkan keadaan mereka sebagai berikut: yang satu berdiri tegak, kokoh dan lurus, menempuh jalan hidup yang benar, dan yang lain tergeletak di tanah, jatuh dan merangkak. Jelas bahwa orang pertama sudah mengidentifikasi hambatan di jalan, berjalan di jalan dengan benar dan bergerak menuju tujuan, tetapi yang kedua, karena tidak mengetahui hambatan dengan baik, bergerak dengan susah payah, terkadang menyimpang ke kiri dan kadang ke kanan, dan karena tidak mengenali jalannya dengan benar, ia tidak mencapai tujuannya.
Kajian sejarah juga menunjukkan bahwa orang-orang beriman sejati tetap teguh meski menghadapi banyak rintangan dan permasalahan serta tidak putus asa pada jalan lurus yang harus mereka tempuh. Namun orang-orang yang menganggap kematian sebagai akhir pekerjaannya dan tidak melihat tujuan hidup di dunia ini, berbuat apa saja demi memuaskan hawa nafsu dan kesenangan duniawi serta tidak mempunyai dasar dan kriteria yang jelas atas tindakan dan perilakunya.
Orang yang mengingkari Tuhan adalah dirinya sendiri yang menjadi pusat segala perbuatannya. Keegoisan dan bebas dari segala kekangan untuk mencapai nafsu inderawi menjadi kriteria semua karyanya. Ia menganggap dirinya sebagai Tuhannya sendiri dan tidak menerapkan perintah dan larangan Tuhan dalam hidupnya. Bagi orang seperti itu, jelek dan cantik bergantung pada pemahaman dan keinginan hatinya.
Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Keras kepala terhadap kebenaran membuat seseorang melawan yang benar dan menghindari yang benar serta memandang dirinya sendiri. Orang seperti itu tertahan untuk mengetahui jalan hidup yang benar dan bergerak di dalamnya.
2. Jalan agama adalah lurus dan memiliki tujuan yang jelas, dan orang yang beragama akan mencapai tujuan dengan tetap berkomitmen di jalan ini.
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (23) قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (24)
Katakanlah: "Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (67: 23)
Katakanlah: "Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kamu kelak dikumpulkan". (67: 24)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya yang mengkritik keras kepala orang-orang kafir terhadap kebenaran, ayat-ayat ini mengatakan: Allah telah memberikan sarana untuk memahami kebenaran kepada seluruh umat manusia. Mata, telinga, akal dan hati adalah alat pengetahuan dan pemikiran manusia, dan pada kenyataannya, semua pencapaian ilmu pengetahuan manusia adalah hasil dari berkah besar ini.
Sebagian orang mempergunakan alat-alat tersebut hanya demi memenuhi kebutuhan hidup materiil dan mensejahterakan dunianya, namun mereka telah menutup mata dan telinga terhadap kebahagiaan akhirat dan kehidupan kekal di akhirat, dan seolah-olah tidak mendengar tentang hal itu dan belum melihat jejaknya.
Akal, mata, dan telinga adalah nikmat yang besar dan berharga, dan mensyukurinya ada dua bentuk: yang pertama adalah menggunakannya ke arah yang benar dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan keunggulan manusia/ dan yang lainnya adalah dengan menaati dan menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat ini kepada kita.
Kelanjutan ayat tersebut mengacu pada kehidupan setelah kematian dan kehadiran di hari kiamat dan mengatakan: Meskipun kamu telah bangkit dari bumi dan akan kembali ke bumi dengan kematian, ini bukanlah akhir dari pekerjaanmu; Sebaliknya kalian akan dibangkitkan dan kalian semua akan hadir di padang mahsyar.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Allah Swt telah memberi sarana yang diperlukan kepada manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga hujjah (bukti) terpenuhi, dan tidak ada alasan lagi bagi manusia.
2. Rasa syukur setiap nikmat berbeda dengan nikmat lainnya dan mengucapkan syukur dengan lisan merupakan rasa syukur yang paling minim. Seseorang harus menunjukkan rasa syukurnya dengan perbuatan dan menggunakan setiap nikmat pada tempatnya.
3. Jangan kita ragu akan kekuatan Tuhan untuk menghidupkan orang yang telah meninggal. Ia (Tuhan) yang menciptakan manusia dari tanah yang tak bernyawa dan memberi kekuatan penglihatan, pendengaran dan pemahaman kepada manusia.
Surat Al-Mulk 15-19
Surat Al-Mulk 15-19
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ (15)
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (67: 15)
Meskipun bumi mempunyai beberapa jenis gerak, namun tetap tenang dan stabil. Jika bumi terus-menerus berguncang dan tidak tenang serta stabil, maka bumi tidak akan pernah menjadi tempat yang cocok untuk kehidupan. Padahal, salah satu nikmat besar Tuhan adalah dijinakkannya bumi bagi penghuninya, termasuk manusia, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan manusia. Sebagian bumi kering dan layak huni serta menyediakan kebutuhan manusia akan tempat tinggal dan berbisnis. Dataran datar merupakan tempat yang cocok untuk pertanian dan peternakan serta segala jenis kegiatan industri dan ekonomi. Selain itu, tambang besar dan cadangan yang tersembunyi di bawah tanah menyediakan bahan mentah yang diperlukan bagi kehidupan manusia.
Tentu saja, syarat bagi manusia untuk mendapatkan manfaat dari semua berkah ini adalah dengan bekerja dan berusaha serta berjuang menghadapi kesulitan; Rezeki tidak bisa didapat dengan berdiam diri di rumah.
Pada saat yang sama, seseorang tidak boleh terlalu terikat pada dunia ini dan nikmatnya, karena dunia ini fana dan cepat berlalu, dan seseorang harus memikirkan tentang Hari Pembalasan, yang merupakan akhir dari dunia ini.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Tuhan menjadikan bumi tenang dan stabil bagi manusia, sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
2. Rezeki dari Tuhan, tapi jika kita tidak berusaha maka kita tidak akan dapat memanfaatkan rezeki di bumi.
3. Usaha manusia di dunia dan keberhasilannya dalam hidup tidak boleh menyebabkan dia mengabaikan hari kiamat, jika tidak, dia tidak akan mencapai hasil yang diinginkan.
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, (67: 16)
atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? (67: 17)
Ayat-ayat ini menunjuk pada kelemahan dan ketidakberdayaan manusia terhadap kehendak Allah dan mengatakan, “Jika bumi menjadi gelisah dan terbelah serta menelan kamu, apa yang bisa kamu lakukan? Atau apa yang akan kalian lakukan jika hembusan angin kencang dan merusak melanda kotamu?
Lantas, bagaimana mungkin seseorang yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan kekuatan alam yang dahsyat seperti gempa bumi atau angin topan, bisa selamat dari azab Tuhan di dunia ini dan melewati batas-batas perintah Tuhan?
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Kemurkaan dan azab ilahi tidak terbatas pada hari kiamat. Tuhan juga akan menurunkan azab-Nya di dunia, sehingga menjadi peringatan dan pelajaran bagi manusia.
2. Langit pusat komando dan pengaturan urusan bumi dan penghuninya.
3. Alam dan seluruh kekuatannya berada di bawah pengaturan dan perintah Tuhan, dan tanpa ijin-Nya sesuatu tidak akan terjadi.
4. Kekuatan Tuhan dalam membuat tenang bumi adalah manifestasi dari kekuasaan-Nya.
وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ (18) أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ (19)
Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (67: 18)
Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (67: 19)
Ayat pertama ditujukan kepada orang-orang kafir dan ingkar kepada Tuhan dan berbunyi: Pelajarilah sejarah bangsa-bangsa yang lampau untuk mengetahui nasib bangsa-bangsa yang memberontak dan durhaka, yaitu mereka yang binasa di dunia karena kekuasaan Allah dan tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali tumpukan bangunan yang hancur.
Ayat berikut mengatakan: Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung di udara, bagaimana mereka terbang di langit dengan membuka dan menutup sayapnya dan mungkin menempuh jarak yang jauh ribuan kilometer? Siapa yang memberi mereka kemampuan untuk bangkit dari tanah melawan hukum gravitasi dan terbang dengan mudah di langit?!
Adakah yang lain selain Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana yang mempunyai ilmu dan kuasa untuk memberikan bulu dan sayap kepada hewan-hewan tersebut serta menciptakan tubuhnya sedemikian rupa sehingga dapat terbang di angkasa? Selain itu, siapa yang mengajari mereka pengetahuan tentang penerbangan dan tujuan untuk menempuh jarak ribuan kilometer (terkadang dengan penerbangan berkelompok) tanpa memiliki alat navigasi yang canggih dan mencapai tujuan?
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Mengingkari ajaran para nabi ilahi hanya menimbulkan kemurkaan dan hukuman Tuhan di dunia dan akhirat.
2. Sejarah umat terdahulu yang membangkang dan memberontak adalah pelajaran bagi generasi mendatang.
3. Burung yang terbang di angkasa dan melakukan perjalanan panjang untuk tujuan yang jauh, tanpa terjatuh atau saling bertabrakan, merupakan tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan.
4. Asal mula penciptaan dan pengaturan urusan dunia adalah rahmat Tuhan yang tak terbatas yang meliputi seluruh makhluk di alam semesta.
Surat al-Mulk 6-14
Surat al-Mulk 6-14
وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (6) إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ (7) تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ (8)
Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (67: 6)
Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, (67: 7)
hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" (67: 8)
Dalam budaya Islam, mereka yang dengan keras kepala mengingkari keberadaan Tuhan dan mengikuti jalan kekafiran dan kemusyrikan akan dihukum oleh Tuhan di Hari Kebangkitan dan akan dimasukkan ke dalam neraka. Tempat dimana api meletus dan terdengar suara yang sangat mengerikan.
Panasnya neraka seolah-olah meledak dan terkoyak akibat besarnya amarah dan kemurkaan terhadap penghuni neraka, mendidih dan mengaum seperti orang yang sedang marah ingin meledak.
Namun yang lebih berat dari hukuman fisik ini adalah teguran dan tuduhan dari para penjaga neraka, yang bertanya kepada mereka, “Tidakkah ada yang memperingatkan kamu dan memberitahukan kepadamu tentang amalan-amalan yang akan membawa kamu ke neraka, sehingga pada hari ini kamu terjebak dalam hukuman seperti ini?"
Dari tiga ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Setelah Tuhan menyempurnakan hujjah (bukti) terhadap manusia, mereka yang membangkang dengan pengetahuan dan sengaja, akan mendapat siksa.
2. Azab neraka selain membakar fisik manusia, juga menyiksa jiwa mereka dengan celaan dan penghinaan terhadap ahli neraka.
قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ (9) وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ (11)
Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". (67: 9)
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (67: 10)
Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (67: 11)
Menanggapi para malaikat yang bertanggung jawab atas neraka, penghuni neraka mengakui bahwa Tuhan telah mengutus orang untuk membimbing mereka dan bahwa mereka telah mendengar peringatan dari para utusan ilahi, namun mereka tidak menerima kebenaran dan menolak tunduk terhadapnya; Yang lebih buruk lagi, mereka menyebut nabi-nabi Allah tersesat dan menyesatkan manusia.
Orang-orang yang menganggap dirinya tercerahkan dan paham di dunia serta menganggap orang-orang beriman sebagai orang-orang yang naif dan mudah tertipu, akan mengakui di Hari Kebangkitan bahwa seandainya kita mempunyai telinga untuk mau mendengar dan mendengarkan perkataan para nabi, atau setidak-tidaknya kita akan menggunakan akal kami dan tidak mengikuti hawa nafsu, hari ini tempat kami bukanlah neraka.
Dalam budaya Islam, akal dianggap berharga dalam dua hal, yang pertama adalah bahwa akal membantu manusia dalam memahami wahyu Ilahi dan sabda Rasulullah/ yang lainnya adalah manusia dengan bantuan akal (tidak bergantung pada wahyu Ilahi) dengan ketelitian dalam sistem penciptaan yang menakjubkan akan menyadari adanya sang Pencipta yang pandai, berkuasa dan bijaksana, sehingga ia berhenti melakukan hal-hal buruk dan salah.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Tuhan menjelaskan hak dan kebenaran kepada manusia melalui akal dan wahyu, dan tidak menyisakan alasan bagi siapa pun.
2. Ajaran para nabi sesuai dengan akal dan selaras dengannya. Oleh karena itu, dengan memikirkan dan merenungkan ajarannya, seseorang menyadari kebenaran misinya.
3. Karena keras kepala dan penentangan terhadap kebenaran, maka perbuatan manusia sampai pada titik di mana ia menganggap para nabi berada dalam kesalahan besar dan menganggap dirinya sebagai orang yang tercerahkan.
إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (12) وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (13) أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14)
Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (67: 12)
Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (67: 13)
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (67: 14)
Menyusul penjelasan kondisi orang-orang kafir dan musyrik di hari kiamat, ayat-ayat ini pertama-tama membahas tentang nasib orang-orang mukmin di hari kiamat dan mengatakan, “Barangsiapa yang senantiasa menghindari berbuat maksiat, apalagi secara rahasia, maka dialah yang akan mendapat rahmat Allah dan ampunan serta akan mendapat pahala Ilahi yang besar di hari kiamat.
Golongan ini mengetahui bahwa Allah mengetahui setiap perkataan yang mereka ucapkan, baik yang terbuka maupun yang tersembunyi, dan lebih dari itu, apa yang ada dalam pikiran dan hati mereka dan belum terucap, Allah mengetahuinya.
Bagaimana bisa diasumsikan bahwa Tuhan tidak mengetahui keadaan makhluk-Nya, padahal Dialah penciptanya dan mengetahui segala detail dan rahasia alam semesta.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Iman kepada Tuhan akan efektif ketika manusia bukan saja menunjukkan dalam kondisi zahir, tapi juga dalam kondisi rahasia dan tersembunyi, ia tidak akan melanggar petintah-Nya.
2. Tuhan mengetahui niat dan motivasi kita, oleh karena itu, kita jangan berbuat riya' dan mengejar tindakan lahiriah.
3. Iman kepada ilmu Allah yang mendalam dan menyeluruh merupakan faktor terbaik yang menghindarkan manusia dari berbuat dosa dan melakukan hal-hal buruk dan dosa.
Surat al-Mulk 1-5
Surat al-Mulk 1-5
سورة الملك
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (2)
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, (67: 1)
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (67: 2)
Surat al-Mulk diturunkan di Mekah dan terdiri dari 30 ayat. Ayat-ayat surat ini fokus pada asal usul keberadaan, topik tauhid, sistem dunia yang menakjubkan, penciptaan manusia, dan juga tentang kebangkitan dan hukuman berat bagi pelaku kejahatan.
Jelaslah bahwa manusia tidak mampu mengetahui hakikat (Dzat) Tuhan; Oleh karena itu, dalam berbagai surat, al-Qur'an memperkenalkan sifat-sifat Tuhan dan hubungannya dengan dunia dan manusia, sehingga tidak ada seorang pun yang mengira bahwa Tuhan menciptakan dunia dan membiarkannya begitu saja.
Kedaulatan dan kepemilikan mutlak atas dunia ada di tangan Tuhan dan kehendak-Nya berkuasa atas seluruh makhluk di dunia. Tidak ada sesuatu pun dan tidak seorang pun yang berada di luar kekuatan dan kekuasaannya. Keabadian dan kelanggengan adalah miliknya sendiri, dan segala sesuatu yang lain bersifat fana dan dapat binasa.
Di antara semua makhluk ciptaan Tuhan, manusia selalu diuji oleh Tuhan tentang bagaimana ia mengambil keputusan dan jalan apa yang dipilihnya. Hal ini karena manusia memiliki karakteristik khusus seperti perasaan dan hak memilih. Hak untuk memilih ini berlangsung sejak awal kehidupannya hingga kematiannya.
Nilai seseorang tergantung pada pilihannya. Semakin berharga pilihannya, semakin berharga pula dia. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kuantitas dan banyaknya amal perbuatan tidak penting di mata Tuhan, namun yang penting adalah niat dan motivasi tindakan manusia serta kualitasnya, yang memberikan nilai dan kredibilitas.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Semua kekuatan dan pemerintahan manusia akan mengalami kemunduran dan kehancuran. Pemerintahan-pemerintahan ini dihancurkan oleh munculnya kekuatan yang lebih unggul atau pesaing yang lebih kuat. Satu-satunya kedaulatan yang tidak membusuk dan tidak terkalahkan adalah kedaulatan Tuhan.
2. Kematian bukan berarti kemusnahan dan kehancuran, tetapi merupakan suatu perkara eksistensial yang diciptakan Tuhan dalam kelanjutan kehidupan duniawi manusia dan merupakan jalan perpindahan dari dunia ini ke dunia lain.
3. Kehidupan dan kematian adalah sebuah wadah untuk menguji manusia agar kemampuan setiap orang dalam menghadapi suka dan duka hidup, termasuk kepahitan dan kebahagiaan, keberhasilan dan kegagalan menjadi jelas.
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (4)
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (67: 3)
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (67: 4)
Tuhan mengajak manusia untuk mempelajari secara cermat sistem penciptaan dan luasnya dunia yang tidak terbatas. Dengan segala kehebatan bumi, gunung, hutan, lautan dan berbagai makhluk yang ada di muka bumi, ayat ini mengajak manusia untuk memandang ke langit di atas kepalanya dan mengkajinya lagi dan lagi untuk melihat siapakah yang mampu di dunia ini kecuali kekuasaan Tuhan yang tak terbatas.
Dari makhluk yang sangat kecil dan mikroskopis seperti atom dan partikelnya hingga benda langit yang sangat besar seperti bintang besar, semuanya diciptakan berdasarkan tatanan yang kokoh dan stabil. Menariknya, seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan manusia, setiap hari terungkap sistem baru dari sistem dunia.
Perlu dicatat bahwa kaum materialis menganggap agama sebagai produk ketidaktahuan manusia dan percaya bahwa dengan tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan, agama akan tersingkir dari masyarakat manusia. Namun bertentangan dengan pandangan mereka, ayat-ayat tersebut mengajak umat manusia untuk mempelajari keajaiban dunia dan memperluas cakupan ilmunya agar keimanannya terhadap ilmu dan kekuasaan Allah semakin kuat. Bahkan ayat-ayat tersebut mengajak orang-orang yang berakal untuk berdebat dengan orang-orang yang kafir dan ingkar mengenai kehebatan dunia ciptaan, apakah sistem yang menakjubkan ini bisa merupakan produk dari suatu kebetulan buta tanpa rencana dan program serta pencipta yang berpengetahuan dan cakap?!
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Penciptaan dunia didasarkan pada rahmat dan kemurahan Tuhan; Makhluk tidak mempunyai hak di hadapan Tuhan untuk memaksa-Nya menciptakan mereka, dan Tuhan juga tidak perlu menciptakan mereka untuk memenuhi kebutuhan-Nya.
2. Argumentasi keteraturan merupakan salah satu argumen teologi yang banyak disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an.
3. Sistem yang ada di dunia adalah sistem terbaik dan tidak ada kekurangan atau cacat dalam sistem penciptaan.
4. Beberapa peristiwa alam seperti gempa bumi, banjir, badai, dan kekeringan, jika kita cermati beberapa kali, kita akan menemukan bahwa fenomena tersebut bukan disebabkan oleh adanya kejahatan dan kekacauan di dunia, melainkan mengindikasikan suatu sistem, di mana manusia harus mengetahui dengan cermat faktor-faktor yang efektif di dalamnya, dan beradaptasi dengan mekanismenya.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (5)
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (67: 5)
Pada ayat-ayat sebelumnya, kita berbicara tentang tujuh langit, yang mengungkapkan keagungan keberadaan dan berlapis-lapisnya langit. Ayat ini mengatakan: Bintang-bintang yang kamu lihat adalah semua bintang di lapisan langit yang paling bawah, yang bersinar untukmu di malam hari, bagaikan pelita yang indah dan menerangi kepalamu. Misalnya saja galaksi Bima Sakti yang merupakan salah satu fenomena paling menarik dan spektakuler di langit saat malam.
Bahkan meteor yang datang menuju bumi pun tidak lepas dari kendali dan kuasa Tuhan. Melalui mereka, Tuhan membinasakan makhluk-makhluk jahat yang berniat menyerbu langit, dan api meteorit yang membara membinasakan mereka, makhluk-makhluk yang kami sebutkan dalam ayat 7 dan 8 Surat As-Saffat.
Dari satu ayat tadi terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Sistem dunia, selain tepat dan kokoh, juga memiliki keindahan yang istimewa, dan Tuhan memberikan perhatian khusus pada hiasan dan keindahan dalam penciptaan langit dan bumi.
2. Di dunia ini, ada makhluk jahat yang berniat menembus sistem keberadaan dan menyebabkan gangguan di dalamnya, namun mereka tidak berdaya melawan kehendak ilahi dan dihancurkan oleh panah api meteorit.
Surat At-Tahrim 9-12
Surat At-Tahrim 9-12
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (9)
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (66: 9)
Pada program sebelumnya telah disebutkan kehinaan dan aib orang-orang kafir serta kehormatan dan kebanggaan orang-orang beriman di hari kiamat. Ayat ini ditujukan kepada Rasulullah: Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bila perlu tegaslah terhadap mereka karena akhir kekafiran dan kemunafikan adalah neraka.
Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ahli tafsir besar: Yang dimaksud dengan Jihad pada ayat ini bukanlah perang militer dengan orang-orang kafir dan munafik, karena Rasulullah tidak pernah berperang dengan orang-orang munafik semasa hidupnya, melainkan yang dimaksud dengan Jihad adalah jihad intelektual, sebagaimana yang difirmankan dalam surat Furqan ayat 52: Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk melakukan jihad intelektual dengan orang-orang kafir dan munafik dan mengajak mereka kepada Allah dengan logika dan argumentasi yang jelas, dan jika mereka bangkit melawannya, tunjukkanlah tindakan yang keras dan tegas.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Hakikat agama adalah keyakinan di hati. Orang munafik adalah orang yang di luarnya muslim, tapi di batinnya kafir, karena tidak memiliki keyakinan dan keimanan di hatinya.
2. Kelembutan dan kekerasan diperlukan pada tempatnya dan sesuai dengan keadaan. Tentu saja, kebaikan selalu mendahului kekerasan.
3. Jihad melawan musuh ada banyak bentuknya, dan jihad intelektual dan penjelasan didahulukan dari jihad militer dan bersenjata melawan orang kafir atau munafik.
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ (10)
Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)". (66: 10)
Ayat di awal surat ini menceritakan tentang beberapa istri Nabi yang mengungkapkan rahasia Nabi kepada orang lain dan menyebabkan kesusahan dan kesilitan baginya. Ayat-ayat ini mengatakan: Pada zaman nabi-nabi terdahulu, terdapat istri-istri yang demikian; Wanita-wanita yang tinggal di rumah para Nabi seperti Nuh dan Luth, namun bekerja sama dengan musuh-musuh mereka dan menghalangi orang untuk menerima perkataan kedua nabi Ilahi tersebut.
Jelas bahwa dalam sistem keadilan Ilahi, ketergantungan atau kedekatan dengan para nabi tidak bisa menjadi suatu keistimewaan yang bisa terbebas dari hukuman, dan setiap orang ditanyai dan dihukum berdasarkan perilaku dan ucapannya. Oleh karena itu, meskipun kedua wanita ini (istri Nuh dan istri Lut) adalah istri para nabi ilahi, tapi mereka akan masuk neraka pada hari kiamat.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Menjadi istri atau anak Nabi tidak menyelamatkan seseorang. Sesungguhnya baik atau buruknya setiap orang di dunia dan akhirat tergantung pada pilihannya masing-masing dan tergantung pada jalan apa yang dipilihnya dan bagaimana kinerjanya.
2. Manusia, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kehendak bebas dan tidak dipaksa. Oleh karena itu, istri Nabi sekalipun, meskipun memiliki hubungan keluarga dengannya, dapat memilih jalan yang bertentangan dengan jalan nabi.
3. Orang saleh harus menjaga keluarganya, karena kekafiran juga merasuk ke rumah pada nabi.
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آَمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (11)
Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. (66: 11)
Berbeda dengan istri Nuh dan Luth, yang diperkenalkan sebagai dua contoh utama wanita kafir, ayat ini dan ayat berikutnya memperkenalkan dua wanita sebagai contoh sempurna keimanan: yang satu adalah istri Fir'aun dan yang lainnya adalah Maryam. Istri Firaun, bernama Asiyah, tinggal di istana Firaun dan segala macam kemewahan dan kenyamanan tersedia untuknya. Namun ketika dia menyadari kebenaran Nabi Musa, dia percaya padanya dan menentang ancaman Firaun hingga akhirnya dia syahid di bawah siksaan berat oleh agen Firaun.
Sayidah Maryam, yang menghabiskan seluruh hidupnya melayani Yerusalem dan beribadah kepada Tuhan. Ia disayangi Tuhan dan diberi anak, Nabi Isa as.
Walaupun kedua wanita ini mempunyai keadaan yang sangat berbeda, namun karena sama-sama hamba Tuhan dan tunduk pada perintah-Nya, maka mereka diperkenalkan sebagai teladan bagi laki-laki dan perempuan beriman sepanjang sejarah agar orang-orang beriman mengetahui bahwa mereka harus mengikuti kebenaran dan hakikat dalam situasi apa pun dan menaati perintah Tuhan.
Dari satu ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Selain nabi, masyarakat awam juga bisa menjadi teladan hamba Tuhan. Bahkan perempuan pun bisa menjadi teladan bagi laki-laki, sebagaimana istri Fira'un telah diperkenalkan sebagai teladan bagi semua orang beriman.
2. Lingkungan rumah dan keluarga, atau tersebarnya keyakinan dan tradisi palsu di masyarakat tidak bisa menjadi alasan untuk kafir dan tidak beragama, seperti halnya istri Fir'aun yang tinggal di istana Fir'aun, namun ia beriman kepada Nabi Musa. Oleh karena itu, kata-kata pertama dan terakhir yang berbicara adalah kemauan dan kebijaksanaan manusia, bukan hal lain.
3. Orang yang beriman kepada Tuhan, mencari keridhaan-Nya, lebih mengutamakan rumah surgawi dari pada istana Fira'un dan wujud materinya, serta kemegahan dunia tidak membutakan matanya.
4. Seorang wanita tidak bergantung pada laki-laki dalam urusan agama dan tidak boleh menaati perintah suaminya dalam hal-hal yang melanggar agama.
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ (12)
dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat. (66: 12)
Ayat ini mengacu pada sifat-sifat Sayidah Maryam yang masing-masing dapat menjadi teladan bagi seluruh umat beriman. Ciri yang pertama adalah kesucian yang mempunyai nilai dan kedudukan yang tinggi bagi seluruh umat manusia, khususnya perempuan. Ciri lain Maryam adalah keimanannya kepada Tuhan dan pengakuan terhadap kitab suci, yang diikuti dengan ketaatan terhadap perintah Tuhan serta ibadah dan pengabdian kepada-Nya.
Karena sifat tersebut, ketika Allah hendak mengutus Nabi Isa untuk dakwah dan menjadi utusan-Nya, maka Tuhan memilih Maryam sebagai ibunya. Karena pada saat itu, Sayidah Maryam adalah wanita Bani Israel yang paling suci dan beriman. Di kalangan wanita, satu-satunya wanita yang namanya disebutkan dalam Al-Quran adalah Maryam. Maryam disebutkan lebih dari 30 kali dalam buku ini.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Kesucian dan menjaga kesucian dari segala pencemaran seksual adalah nilai-nilai yang ditegaskan dalam semua agama ilahi.
2. Kemurnian dan kesucian memberikan dasar untuk menerima rahmat ilahi sesuai dengan kapasitas manusia.
3. Kesucian ibu mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa dan semangat anak, dan anak yang suci dan jujur tumbuh dari pangkuan ibu yang suci.
Surat At-Tahrim 6-8
Surat At-Tahrim 6-8
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (66: 6)
Dalam awal ayat surat ini, direkomendasikan mengenai beberapa masalah keluarga. Ayat ini mengatakan tentang tanggung jawab seseorang terhadap anggota keluarganya,"Orang beriman tidak hanya berpikir untuk menyelamatkan diri dari api neraka, tetapi juga merasa bertanggung jawab terhadap keluarganya dan memperingatkan agar tidak berbuat buruk dan tidak patut".
Suami dan istri bertanggung jawab satu sama lain dan terutama terhadap anak-anaknya. Hendaknya membersihkan rumah dan lingkungan keluarga dari segala pencemaran, termasuk tidak memperbolehkan benda-benda yang bersifat anti agama atau melemahkan akhlak keluarga masuk ke dalam lingkungan rumah. Hendaknya orang tua mengajak keluarga untuk beramal saleh dan mencegahnya melakukan keburukan dengan cara menyuruh berbuat baik dan memperingatkannya terhadap perbuatan buruk.
Dari sudut pandang lain, sebagaimana tanggung jawab orang tua untuk menjamin penghidupan dan gizi fisik yang sehat bagi anak-anak, pendidikan agama dan gizi intelektual yang benar dan sehat juga merupakan tanggung jawab orang tua. Wajar jika kegagalan dalam bidang ini dapat menjadi salah satu faktor penyimpangan intelektual dan praktis anak.
Mengenai api neraka, ayat ini menyatakan, bahan bakar api neraka adalah tubuh penghuni neraka yang darinya api itu timbul dan berkobar karena dosa, dan disebelahnya terdapat batu-batu yang meleleh karena panasnya neraka, seperti lahar membara yang muncul dari kawah gunung berapi.
Dari satu ayat tadi terdapat lima pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Nafsu manusia bersifat memberontak dan tamak serta menuntunnya pada hal-hal buruk, maka dalam segala situasi hendaknya berhati-hati terhadap hawa nafsu agar tidak menjebak seseorang.
2. Beriman kepada hari akhir (maad) dan neraka, memainkan peran penting dalam mengontrol manusia dan memperbaiki diri seseorang serta orang lain.
3. Langkah pertama perbaikan adalah memperbaiki diri sendiri dan keluarga, baru kemudian masyarakat.
4. Pendidikan agama untuk anak-anak adalah tugas dan tanggung jawab pemimpin keluarga.
5. Malaikat adalah pengelola sistem di dunia dan akhirat, dan mereka mengelola surga dan neraka berdasarkan perintah Ilahi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (7) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (8)
Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan. (66: 7)
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (66: 8)
Melanjutkan ayat sebelumnya yang berbicara tentang menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka, ayat ini pertama-tama ditujukan kepada orang-orang kafir dan menyatakan, "Tidak diterima udzur pada hari kiamat. Karena hari kiamat adalah tempat manifestasi perbuatan, dan perbuatan buruk yang melembaga dalam diri seseorang dan tidak dibersihkan dengan taubat dan ampunan, akan menjadi penyebab azab seseorang di neraka, sebagaimana ayat sebelumnya juga menyebutkan bahwa di neraka, api muncul dari dalam diri manusia.
Dalam lanjutan ayat tersebut, sekali lagi kembali ke dunia dan mengatakan kepada orang-orang yang beriman, solusi keselamatan manusia adalah bertaubat dan kembali dengan jujur dan ikhlas kepada Allah, agar Allah menutupi keburukannya dan mengampuninya.
Wajar jika seseorang yang bersih dari pencemaran dosa, akan terbuka jalan masuk surganya dan berada dalam bayang-bayang rahmat Tuhan. Nasehat taubat yang ditekankan dalam ayat ini sebenarnya adalah taubat yang datang dari dalam jiwa dan mengungkapkan penyesalan yang nyata dari seseorang (bukan sekedar karena akibat dosa yang tampak seperti tidak terpuji dan tercela di mata orang). Dengan kata lain, pertobatan sejati adalah ketika seseorang memutuskan untuk tidak kembali melakukan dosa itu dan tidak mengulanginya.
Lanjutan ayat tersebut mengacu pada keadaan orang-orang mukmin dan para sahabat serta pengikut Rasulullah di hari kiamat dan mengatakan: Pada hari orang-orang yang berdosa ahli neraka dihina dan dipermalukan, mereka (orang-orang mukmin) akan mendapat pujian dan kebanggaan; Cahaya keimanan terpancar dalam diri mereka, dan mereka memohon kepada Allah keabadian dan kesempurnaan cahaya itu.
Dari dua ayat tadi terdapat tujuh pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Taubat dan permintaan ampun di hari kiamat tidak berguna. Selama kita di dunia dan masih memiliki kesempatan, mari kita perbaiki masa lalu kita dengan taubat.
2. Api neraka dan azab di hari kiamat adalah buah dari amal perbuatan manusia itu sendiri.
3. Manusia harus menghindari perbuatan dosa, dan jika tergelincir atau berbuat dosa, maka secepatnya ini harus bertaubat sehingga dirinya tidak dicap berbuat dosa.
4. Orang mukmin tidak terjaga dari perbuatan dosa, dan terkadang ia berbuat dosa dan maksiat, tapi tanda-tanda keimanannya adalah menyesal dan bertaubat dari dosa.
5. Selama manusia belum bersih dan suci dari kotoran, maka ia tidak akan masuk surga, karena surga adalah tempat orang-orang yang suci dan bersih, bukan orang buruk dan berdosa.
6. Taubat dan minta ampunan, membersihkan kekelaman masa lalu manusia dan juga peluang bagi pertumbuhan dan kesempurnaan manusia.
7. Perbuatan baik manusia di dunia akan muncul dalam bentuk cahaya di hari kiamat.
Surat At-Tahrim 1-5
Surat At-Tahrim 1-5
سورة التحريم
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (1) قَدْ فَرَضَ اللَّهُ لَكُمْ تَحِلَّةَ أَيْمَانِكُمْ وَاللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (2)
Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (66: 1)
Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (66: 2)
Surat At-Tahrim diturunkan di Madinah dan terdiri dari 12 ayat. Ayat-ayat pertama surat ini membahas hukum haram dan mengharamkan hal-hal halal bagi dirinya. Oleh karena itu, surat ini dinamakan At-Tahrim. Di akhir surat ini menyebutkan tentang dua wanita salehah dan wanita zalim, agar orang-orang beriman dapat meneladani orang-orang saleh dan bertakwa serta terhindar dari jalan dan orang-orang yang rusak dan zalim.
Ada di antara istri-istri Nabi yang iri terhadap yang lain, sehingga mereka berusaha mengadu tentang makanan yang telah disiapkan dan dimakan oleh istri Nabi yang lain. Misalnya, mereka berkata: Wahai Rasulullah, makanan yang kamu makan baunya tidak enak dan mulutmu bau.
Untuk mengatasi masalah tersebut dan membahagiakan istri-istri tersebut, Rasulullah bersumpah tidak akan memakan makanan tersebut lagi agar mulutnya tidak berbau busuk dan tidak membuat istri-istri yang lain menjadi tidak puas. Ayat-ayat ini diturunkan dan Rasulullah diingatkan mengapa kamu menyusahkan diri sendiri tanpa alasan dan apa yang dihalalkan oleh Allah, kamu jadikan haram bagi dirimu sendiri? Langgar sumpah Anda dengan memberikan penebusan dan akhiri larangan yang dibuat sendiri ini. Oleh karena itu, Rasulullah memerdekakan seorang budak dan menghalalkan apa yang diharamkannya bagi dirinya.
Dari dua aya tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Para nabi berada dalam bimbingan ilahi dan Tuhan dengan petunjuk-Nya, membimbing mereka ke jalan yang lurus dan benar.
2. Dalam Islam, monastisisme yang termasuk bentuk mengharamkan kelezatan hal-hal yang halal tidak diterima, karena Tuhan menghendaki apa yang dihalalkan kepada hamba-Nya dimanfaatkan.
3. Tuntutan suami-istri satu sama lain tidak boleh menyebabkan yang halal menjadi haram atau yang haram menjadi halal. Dengan kata lain, dalam lingkungan keluarga, mendapatkan kepuasan isteri adalah hal yang dapat diterima dalam rangka keridhaan Tuhan.
4. Sumpah mempunyai nilai dan keabsahan jika dalam kerangka hukum Ilahi, bukannya seseorang seseorang ingin menjadikan sesuatu yang halal menjadi haram bagi dirinya dengan cara bersumpah.
وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِ قَالَتْ مَنْ أَنْبَأَكَ هَذَا قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ (3) إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلَاهُ وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلَائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ (4)
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (66: 3)
Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. (66: 4)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya yang menggambarkan kelakuan salah sebagian istri Nabi terhadap Rasulullah Saw, ayat ini mengatakan: Selain rasa cemburu, salah satu hal yang dibenci dari sebagian istri adalah membuka rahasia, sedangkan kewajiban istri adalah untuk melindungi rahasia masing-masing.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat, Rasulullah menceritakan suatu rahasia kepada salah satu istrinya dan memintanya untuk tidak menceritakannya kepada orang lain, namun dia menceritakan rahasia tersebut kepada istri Nabi yang lain dan mengungkapkannya. Allah memberi tahu Rasul-Nya tentang kejadian ini. Rasulullah Saw mengingatkan istrinya bahwa dirinya telah melakukan kesalahan tersebut dan tentunya Nabi tidak menceritakan keseluruhan ceritanya secara detail agar istrinya tidak semakin malu.
Lanjutan ayat tersebut menasihati kedua wanita tersebut (penyampai rahasia dan pendengar) agar bertaubat atas kesalahannya dan berkata: Dengan demikian hati kalian telah menyimpang dari jalan yang benar; Kalau tidak bertaubat dan tidak berhenti, sebenarnya kalian berdua bersekongkol melawan Nabi. Tentu saja kalian tidak akan berhasil, karena Tuhan, malaikat dan orang-orang mukmin yang saleh adalah sahabat dan pendukung Rasulullah.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Menjaga rahasia merupakan salah satu ciri pasangan yang saleh dan bertakwa, dan mengungkap rahasia pasangan dianggap sebagai tindakan atau persekongkolan melawannya.
2. Rasulullah juga terkadang terjebak dalam beberapa masalah dalam keluarga, hal ini disebabkan oleh beberapa istri yang menyediakan sarana untuk menyakitinya, namun Nabi bersikap toleran dan damai serta memaafkan kesalahan mereka dengan lapang dada.
3. Terkadang dalam lingkungan rumah dan keluarga, kita perlu melupakan dan berlapang dada, dan jalan taubat serta kembali harus terbuka bagi si pelaku. Oleh karena itu, ketika menemukan kesalahan yang dilakukan salah satu anggota tidak boleh mengacaukan lingkungan keluarga dan menimbulkan ketegangan dalam rumah tangga serta melemahkan hubungan keluarga.
4. Ketika Rasulullah dihina dan difitnah, atau terjadi persekongkolan melawannya, maka tugas orang beriman adalah membelanya dengan tegas agar musuh tidak melemahkan dan merusak kedudukannya.
عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا (5)
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (66: 5)
Meskipun Rasulullah mempunyai beberapa istri dan beberapa di antaranya menyebabkan ketidaknyamanan dan kesakitan, namun Rasulullah tidak menceraikan satu pun dari mereka dan selalu memaklumi mereka.
Ayat ini memperingatkan istri-istri Nabi untuk tidak menyalahgunakan akhlak kedermawanan Nabi dan tidak berpikir bahwa Nabi tidak akan pernah menceraikan mereka, melainkan hak ini tetap dimiliki oleh Nabi. Selain itu, jangan berpikir bahwa mereka adalah wanita terbaik; Jika Nabi menceraikan mereka, maka perempuan-perempuan yang lebih baik dan layak akan dinikahi Nabi.
Dalam ayat ini juga disebutkan beberapa ciri-ciri istri yang layak, yang dapat menjadi tolok ukur dalam memilih istri dalam berumah tangga. Menjadi seorang Muslim dan beriman adalah syarat pertama pernikahan, dan seorang Muslim tidak boleh menikah dengan non-Muslim. Mempunyai sifat rendah hati terhadap istri, dan bertaubat serta orang yang rajin shalat dan puasa termasuk ciri-ciri yang ditegaskan dalam ayat ini.
Menariknya, dalam ayat tersebut, keperawanan tidak dianggap sebagai nilai istimewa. Artinya, seorang wanita yang sudah berkeluarga, jika ia mempunyai sifat-sifat tersebut, maka kondisi tidak perawan, tidak mengurangi nilai-nilainya.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Perceraian adalah pilihan terakhir dalam perselisihan keluarga, bukan pilihan pertama. Jika pasangan tetap bersikeras pada kesalahannya, memiliki semangat yang tidak konsisten dan terus menerus mengganggu ketentraman keluarga dengan menimbulkan ketegangan, maka mungkin salah satu pilihannya adalah berpisah (talak).
2. Seorang janda atau perempuan yang ditalak memiliki hak untuk menikah lagi, dan mereka tidak boleh dilarang mempunyai suami lagi sampai akhir hayatnya.
3. Nilai sejati seorang perempuan adalah kesempurnaan akhlak, kemanusiaan dan spiritualitasnya, bukan usia atau keperawanannya.
Surat At Talaq 8-12
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ عَتَتْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهَا وَرُسُلِهِ فَحَاسَبْنَاهَا حِسَابًا شَدِيدًا وَعَذَّبْنَاهَا عَذَابًا نُكْرًا (8) فَذَاقَتْ وَبَالَ أَمْرِهَا وَكَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهَا خُسْرًا (9) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ آَمَنُوا قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا (10)
Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. (65: 8)
Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar. (65: 9)
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, (65: 10)
Di episode sebelumnya dibahas mengenai hukum keluarga terkait talak. Dalam ayat ini Allah Swt memperingatkan muslim bahwa jika kalian tidak bertindak sesuai dengan perintah Tuhan di berbagai urusan pribadi, keluarga dan sosial, maka kalian akan menderita akibat yang parah seperti generasi sebelumnya.
Ketidaktaatan kepada Allah mempunyai hukuman berat yang menimpa manusia di dunia dan di akhirat. Tentu saja hukuman ini didasarkan pada keadilan dan perhitungan yang cermat, sehingga di satu sisi tidak ada seorang pun yang dirugikan, dan di sisi lain diperhitungkan perbedaan antara yang baik dan yang buruk.
Lanjutan ayat tersebut berbunyi: Ambillah hikmah dari kaum-kaum yang membangkang dan tidak taat di masa lalu dan ketahuilah bahwa nasib orang-orang yang durhaka tidak lain hanyalah kerugian di dunia dan di akhirat. Jangan disangka mereka adalah orang-orang pintar dan cerdas yang meraih kemenangan di dunia ini, karena kehidupan manusia tidak berakhir dengan kematian dan yang terpenting adalah kondisi dan nasibnya di akhirat.
Sebagian orang beranggapan bahwa siksa dunia akan menyelamatkan seseorang dari hukuman akhirat, padahal masing-masing siksa itu menimpa seseorang sebanding dengan kemaksiatan kepada Allah. Orang bijaksana yang beriman kepada Tuhan mengetahui bahwa satu-satunya cara untuk lepas dari hukuman dunia dan akhirat adalah dengan bertakwa dan menghindari kemaksiatan kepada Tuhan.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Ketidaktaatan dan melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya akan mengakibatkan kerugian dan kehancuran dunia serta siksa yang berat di akhirat.
2. Janganlah kita berbangga dengan kesenangan dan kesuksesan sesaat yang datang karena ketidaktaatan dan pembangkangan melawan Tuhan; Sebaliknya, persoalan yang sangat penting adalah nasib dan akhir perbuatan manusia.
3. Akal dan iman tidak terpisah. Mengikuti akal akan membawa manusi kepada keimanan, dan menciptakan spirit takwa dalam dirinya.
4. Akal dan wahyu adalah sarana keselamatan. Keduanya senantiasa mencegah manusia dari hal-hal buruk, dan memperingatkannya sehingga ia akan meraih keselamatan dan kebahagiaan abadi.
رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا (11)
(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya. (65: 11)
Bersamaan dengan turunnya Al-Qur'an, Allah mengutus seorang nabi yang berdasarkan ayat-ayat kitab Allah yang jelas, menyeru manusia dari keburukan menuju kebaikan, dan mereka menerima seruan tersebut dengan iman dan amal saleh serta mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Perlu diketahui bahwa segala bentuk kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan dalam beriman, dan segala bentuk kerusakan, kemungkaran, dan perbuatan dosa merupakan bentuk kegelapan bagi manusia. Oleh karena itu, para nabi datang untuk membawa manusia kepada tauhid dalam pemikiran dan keyakinan serta mengajak berbuat baik. Dalam hal ini manusia dibimbing dari kegelapan menuju terang dan menjadi bahagia.
Walaupun berbuat dosa, kerusakan, dan kemungkaran itu ada kenikmatan dan kebahagiaan, namun tentu saja kenikmatan itu hanya sesaat dan tidak stabil. Namun orang yang beramal saleh akan memperoleh kenikmatan yang tetap dan abadi yang tidak dapat diperoleh di dunia yang fana ini, dan hanya di surga akhiratlah seseorang dapat menikmati kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada habisnya itu. Di surga itu, Allah telah menyiapkan rezeki yang terbaik bagi orang-orang yang bertakwa.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Kitab samawi saja tidak cukup untuk memberi hidayah manusia, harus ada nabi yang membimbing manusi dikehidupan sehari-hari berdasarkan ajaran kitab samawi tersebut, dan para nabi ini menjadi teladan praktis bagi manusia.
2. Jalan yang sesat itu banyak dan tersebar, oleh karena itu kata kegelapan itu dalam bentuk jamak, tetapi jalan yang benar tidak lebih dari satu, oleh karena itu kata terang itu berbentuk tunggal.
3. Tujuan pengutusan para nabi adalah untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan yang mereka ciptakan sendiri, dan menarik manusia ini ke jalan yang terang dan kebenaran.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا (12)
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (65: 12)
Ayat ini, yang merupakan akhir dari Surat At-Talaq, merujuk pada kebesaran alam semesta dan kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas dalam menciptakan dan merencanakan dunia dan mengatakan: "Tuhan menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi." Angka tujuh dalam ayat ini bisa berarti banyaknya bintang di langit atau banyaknya planet yang kondisinya mirip dengan bumi; Atau bisa juga merujuk pada suatu kenyataan di dunia yang belum diwahyukan kepada umat manusia dan akan menjadi jelas baginya di kemudian hari seiring dengan berkembangnya ruang lingkup ilmu pengetahuan.
Namun penciptaan saja tidak cukup, pengelolaan dan perencanaan dunia yang luar biasa ini, yang awal, akhir, dan dimensinya masih belum diketahui manusia meskipun terdapat peralatan dan teleskop yang canggih, adalah hal yang lebih penting yang mengungkapkan pengetahuan dan kekuatan tak terbatas sang Pencipta.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Tuhan yang kita percayai adalah Pencipta sekaligus Tuhan; Artinya, penciptaan dunia ada di tangan-Nya dan juga pengelolaan urusannya. Oleh karena itu, dua kata yang lebih banyak digunakan dibandingkan kata lain tentang Tuhan dalam al-Qur'an adalah Pencipta dan Tuhan.
2. Alam semesta merupakan ruang kelas terbesar untuk mengenal Tuhan dan kebesaran-Nya, meski sebagian orang hanya memandang makhluk dan mengabaikan Sang Pencipta.
3. Pengetahuan Tuhan tentang segala sesuatu adalah lengkap, akurat dan tanpa cela.



























