کمالوندی
Mengapa Israel Sebar Kebohongan soal Teror para Komandan Perlawanan?
Para pejabat Rezim Zionis, untuk lari dari kekalahan dalam perang, menyebarluaskan berita-berita bohong tentang teror terhadap para komandan pasukan perlawanan Palestina.
Abdel Bari Atwan, analis Dunia Arab, dalam artikelnya di surat kabar Rai Al Youm, Senin (15/7/2024) menggarisbawahi kebohongan-kebohongan media Israel, terkait gugurnya para komandan perlawanan Palestina, termasuk Mohammed Deif, Komandan Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas.
Ia mengatakan, "Kebohongan media-media Rezim Zionis, tidak lebih dari sekadar igauan, dan hal itu dilakukan atas dasar kebangkrutan dan ketidakberdayaan."
Atwan menambahkan, "Para komandan perlawanan di Jalur Gaza, yang mendesain dan melaksanakan operasi Badai Al Aqsa, dan sebelumnya melancarkan operasi Pedang Al Quds, untuk membela Masjid Al Aqsa, telah menjadi mimpi buruk bagi PM Israel, dan para ekstremis di sekitarnya. Oleh karena itu selama sembilan bulan perang atas Gaza, mereka melakukan apa pun untuk bisa meneror para komandan perlawanan, dan menyampaikannya kepada publik yang ketakutan, sebagai sebuah prestasi."
Ia melanjutkan, "Pasukan Israel, terkejut menyaksikan kuatnya kelompok-kelompok perlawanan di Jalur Gaza, maka dari itu setiap hari bermimpi bisa meneror Mohammed Deif, Marwan Isa, Rafa Salama, dan komandan-komandan perlawanan yang lain, namun sampai sekarang tidak berhasil."
Menurut analis Dunia Arab ini, siapa pun yang kalah di medan tempur akan berusaha melancarkan teror. Ia akan melakukan genosida dan menaikkan jumlah korban tewas dari anak-anak lewat kebohongan demi meraih kemenangan bagi pasukan Israel, di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan selatan Lebanon.
Sutradara Film Asal Gaza Ungkap Upaya Keras Menjaga Fakta
Film berjudul "From Ground Zero" adalah kompilasi dari 22 film pendek yang dibuat oleh para pembuat film di Jalur Gaza, sepanjang perang.
Rezim Zionis, sejak 7 Oktober 2023, didukung total negara-negara Barat, melancarkan pembunuhan luas baru di Jalur Gaza, dan Tepi Barat, terhadap rakyat tak berdaya dan tertindas Palestina.
Menjaga narasi-narasi makro dan mikro dari realitas-realitas yang terjadi ini saat ini jauh sangat penting dari sebelumnya. Oleh karena itu Rashid Masharawi, sutradara Palestina, menceritakan tentang pembuatan 22 film pendek di Gaza.
Ia menuturkan, "Ide awalnya adalah memusatkan perhatian pada cerita-cerita pribadi yang tak tersampaikan, dan menyampaikannya dengan metode yang benar dari sisi seni dan teknis. Kami mengajar para pembuat film ini untuk memproduksi cerita-cerita ini, dan mampu tampil di berbagai festival dan acara televisi."
Masharawi menambahkan, "Sulit untuk mengeluarkan film-film ini dari Gaza, dan salah satu masalah utama kami adalah mengeluarkan film-film ini dari Gaza, dan melakukan kontak kontinu dengan para pembuat film. Sekalipun hanya lewat internet, media sosial, Facebook, WhatsApp, dan sejenisnya, yang penting kami bisa berbicara satu sama lain. Tapi ketika tidak ada listrik untuk menambah daya ponsel, maka tidak ada satu pun yang Anda miliki."
Ia menjelaskan,
Terkadang kami bekerja selama 24 jam, tidak tidur, karena di wilayah itu ada listrik, internet aktif, dan kami bisa mengirim hasil-hasil terbaik kami untuk diunggah. Film terakhir kami terkirim dua minggu lalu.
Masharawi melanjutkan, "Menggabungkan 22 film dalam satu karya, merupakan tantangan besar dari sisi penyuntingan film, karena tidak ada seorang pun yang pernah melakukan seluruh proses pembuatan film hanya dengan sebuah kamera, dan kualitas suara juga sangat berbeda."
Pada saat yang sama, Masharawi, mengingatkan kondisi ini telah menyebabkan salah satu film pendek berjudul "Sorry Cinema" secara khusus, sulit untuk berbicara tentang pembatasan-pembatasan produksi film dalam kondisi seperti ini.
Ia menerangkan, "Ini adalah salah satu film yang memiliki ikatan khusus dengan saya, karena dalam hidup Anda pikir sinema adalah prioritas hidup, tapi tiba-tiba Anda menyadari ternyata bukan, tidak seperti itu. Lebih penting dari semua itu apa yang Anda makan, menyelamatkan keluarga Anda, dan Anda menyaksikan bahwa menyelamatkan orang lebih penting dari sinema."
Sutradara film Palestina ini mengatakan,
Kami membuat film supaya bisa membuat hidup lebih baik, hidup lebih mudah, supaya bisa lebih kita pahami. Supaya kondisi manusia lebih baik. Film ini benar-benar memiliki unsur tersebut, karena sutradara berada dalam kondisi yang harus memilih salah satu, hidup atau sinema, dan ia memilih hidup.
Saat ditanya apa peran sinema, Masharawi menjelaskan, "Sinema bagi saya sangat penting. Saya membuat film di dalam Wilayah pendudukan sejak lebih dari 30 tahun lalu. Sinema harus dijaga dari penjajahan Israel. Dunia perfilman bukan sekadar harus menjadi sebuah reaksi tapi juga harus menjadi sebuah langkah. Kami orang-orang Palestina, adalah sebuah bangsa. Kami memiliki bahasa, sejarah, musik, warna, dan makanan yang sama. Kami punya banyak sesuatu milik bersama. Semua ini dapat menjadi sandaran yang kokoh untuk membuat film."
Rashid Masharawi, dilahirkan pada tahun 1962 di Gaza, dari keluarga pengungsi Jaffa, dan dibesarkan di kamp pengungsi Shati. Ia tinggal dan bekerja di Tepi Barat, dan pada tahun 1996 mendirikan Pusat Produksi dan Distribusi Sinema, dengan maksud untuk mendukung produksi perfilman lokal.
Masharawi juga menjadi donator perfilman melalui telepon seluler sehingga ia dapat menayangkan film-film yang diproduksi di kamp-kamp pengungsi Palestina.
Film besutan Masharawi, berjudul "Palestine Stereo", tampil dalam festival film Toronto pada tahun 2013, setelah itu ia membuat film berjudul Letters from Yarmouk pada tahun 2014, dan Writing on Snow, pada tahun 2017.
Di antara film-film besutan Rashid Masharawi yang lain adalah Haifa (1996), Waiting (2005), dan Live from Palestine (2002). Pada tahun 2018, Masharawi, ikut serta dalam festival film internasional Fajr ke-36 di Iran.
Sejumlah Upaya Militer dan Diplomatik untuk Hentikan Kejahatan IsraelSejumlah Upaya Militer dan Diplomatik untuk Hentikan Kejahatan Israel
Kepala Biro Politik Hamas mengumumkan, semua yang disampaikan tentang penangguhan perundingan, tidak benar, dan Hamas, terus melanjutkan upaya mengakhiri perang sesuai syarat-syarat yang ditetapkan perlawanan.
Lebanon
Media-media berbahasa Ibrani, mengabarkan malam bagai neraka bagi orang-orang Zionis, di distrik-distrik utara karena serangan puluhan rudal Hizbullah, yang dilakukan dalam tiga tahap.
Serangan hebat rudal Hizbullah, ke utara Wilayah pendudukan ini membuat media-media Zionis terheran-heran. Hizbullah meluncurkan sedikitnya 80 rudal pada Selasa (16/7/2024) malam ke berbagai lokasi di utara Wiayah pendudukan.
Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah, Rabu, dalam peringatan Asyura Imam Hussein as, di Beirut, menegaskan dukungan atas Gaza, dan memperingatkan Rezim Zionis, terkait perluasan area perang di utara Wilayah pendudukan.
"Kepada Zionis, kami katakan, jika tank-tank Anda, datang ke Lebanon atau selatan negara ini, maka Anda tidak akan kekurangan tank lagi, karena tidak ada satu pun tank yang akan tersisa untuk Anda," kata Nasrullah.
Sekjen Hizbullah menegaskan, "Selama penjajah terus menyerang warga sipil, pasukan perlawanan akan terus menembakkan rudal dan menyerang distrik-distrik baru Zionis."
Pada situasi seperti ini, stasiun televisi Al Jazeera melaporkan, Abdallah Bou Habib, Menteri Luar Negeri Lebanon memperingatkan kemungkinan terseretnya seluruh kawasan ke sebuah ledakan besar, dan menuntut gencatan senjata, serta pelaksanaan penuh Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB terkait Lebanon.
Yaman
Media-media Yaman, mengabarkan serangan koalisi Amerika Serikat, dan Inggris, ke bandara internasional Al Hudayda. AS dan Inggris, dengan dalih menjaga keamanan pelayaran di Laut Merah, dan Selat Bab El Mandeb, sejak serangan Israel, ke Gaza, sampai sekarang berulangkali menyasar posisi Ansarullah dan Angkatan Bersenjata Yaman.
Pusat Hak Asasi Manusia Ain Al Insaniah Yaman, mengumumkan jumlah syuhada dan korban luka akibat serangan Koalisi Arab Saudi dalam 3.400 hari terakhir, mencapai 50.408 orang. Menurut lembaga ini, dalam rentang waktu yang sama, 18.456 gugur, dan 31.952 terluka.
Palestina
Media-media Palestina, Kamis dinihari melaporkan, distrik Al Zawaida, dan kamp pengungsi Nuseirat, di tengah Gaza, menjadi target serangan hebat pasukan Israel, dan tujuh warga Palestina, gugur serta sejumlah lainnya terluka akibat serangan ini.
Kantor berita Sama, melaporkan, Departemen Informasi Otorita Ramallah Palestina di Jalur Gaza mengumumkan, sejak 72 hari lalu pasukan Israel, menduduki pintu penyeberangan Rafah, dan melarang korban luka akibat perang keluar Gaza, untuk berobat sehingga 292 korban luka Palestina, gugur.
Pasukan Amerika Serikat, pada hari Rabu, mengumumkan telah menghentikan misi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, melalui dermaga-dermaga apung milik mereka di pesisir pantai Gaza.
Brad Cooper, Deputi Staf Komando Pusat Militer AS di Timur Tengah, CENTCOM, dalam sebuah konferensi pers mengatakan, misi dermaga apung sudah selesai, maka dari itu tidak dibutuhkan lagi.
Sementara Presiden AS Joe Biden, sebelumnya mengaku bangga dengan upaya pasukan AS menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan mengatakan, Angkatan Laut AS, telah membangun dermaga apung sementara di Laut Mediterania, dalam waktu cepat untuk menyalurkan bantuan ke Palestina.
Di sisi lain Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas, dalam pembicaraan dengan Bassel Al Hassan, Ketua Komite Dialog Lebanon-Palestina, di Qatar, menuturkan, semua yang disampaikan tentang penundaan perundingan tidak benar, dan Hamas, terus melanjutkan upaya untuk menghentikan perang sesuai syarat-syarat yang ditetapkan perlawanan, dan diharapkan segera dicapai kesepakatan gencatan senjata.
Hamas, Rabu malam meminta masyarakat internasional untuk memecahkan kebisuan mereka di hadapan kejahatan-kejahatan Rezim Zionis, dan mengambil tindakan untuk menghentikan pelanggaran seluruh aturan serta norma-norma kemanusiaan, dan mengakhiri genosida terhadap warga tak bersalah di Jalur Gaza.
Permintaan Hamas, terhadap masyarakat internasional disampaikan di saat warga Palestina, di Gaza, yang gugur akibat serangan Israel, sejak 7 Oktober, sampai sekarang mencapai 38.794 orang.
Rezim Zionis
Kantor berita Tasnim, melaporkan, surat kabar Israel, Maariv, melakukan sebuah jajak pendapat yang hasilnya menunjukkan kondisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang jauh lebih kompleks dari sebelumnya.
Menurut hasil jajak pendapat itu, Netanyahu, di tengah para pendukungnya di sayap kanan juga mengalami penurunan popularitas serius. Jajak pendapat ini menunjukkan bahwa Netanyahu saat ini ditekan dari tiga arah, dari oposisi, dari kalangan sayap kanan, dan dari orang-orang masih setia pada koalisi berkuasa.
Di sisi lain, David Barnea, Direktur Mossad, Rabu malam mengatakan, desakan Netanyahu, atas syarat-syarat baru akan menggagalkan perundingan dengan Hamas. Oleh karena itu, Barnea, mendesak pertukaran tahanan dilakukan sesegera mungkin dengan Hamas.
Irak
Pada situasi seperti sekarang ini, Perlawanan Islam Irak, merilis pernyataan yang mengabarkan serangan ke pelabuhan Eilat, di selatan Wilayah pendudukan.
Perlawanan Islam Irak, mengumumkan, serangan drone ini dilakukan dalam rangka membantu rakyat Palestina, dan merespons kejahatan-kejahatan Rezim Zionis Israel.
"Hari Hussein" Digelar di Jantung Kota New York
Umat Islam Amerika Serikat, menggelar "Hari Hussein" di kota New York, untuk menunjukkan kecintaan mereka kepada Imam Hussein as, Pemimpin para syuhada.
Muslim Amerika Serikat, di hari Minggu pertama bulan Muharam, menggelar "Hari Hussein". Dalam acara ini teriakan "Ya Hussein" menggema di antara gedung-gedung pencakar langit di kawasan Manhattan, New York.
Tahun ini umat Islam AS, yang berasal dari berbagai negara termasuk Iran, Pakistan, Afghanistan, India, Bangladesh, dan yang lainnya, bersama-sama turun ke jalan kota New York, menggelar "Hari Hussein" untuk mengenang Imam Hussein as, keluarga dan para sahabatnya yang gugur di Karbala lebih dari 1.300 tahun lalu.
Para pecinta Imam Hussein as, cucu dan Ahlul Bait, Rasulullah SAW, turun ke jalan-jalan Manhattan, New York, selepas salat zuhur dan asar berjamaah. Secara berkelompok dengan berbagai bahasa, mereka menggelar azadari (acara duka) untuk Imam Hussein as.
Dalam acara tersebut nampak sebagian besar yang datang adalah keluarga-keluarga bersama anak-anak mereka yang masih belia di tengah suhu panas kota New York, sehingga mengajarkan teladan Abu Abdillah Al Hussein kepada para penyembah materi di Barat.
Para peserta acara duka Imam Hussein as, ini sebagaimana selalu dilakukan setiap bulan Muharam, membagi-bagikan makanan, buah dan minuman, kepada masyarakat AS yang menonton di jalan-jalan Manhattan.
Beberapa peserta acara juga membagi-bagikan setangkai bunga ros, dan brusor berbahasa Inggris, terkait kebangkitan Karbala, yang menjelaskan peristiwa sejarah penting ini kepada para pejalan kaki, dan penganut agama lain.
Umat Islam kota New York, juga ikut serta dalam acara duka "Hari Hussein" di berbagai masjid kota ini, untuk mengenang perjuangan Imam Hussein as, keluarga, dan para sahabatnya di Karbala, untuk menjaga kelanggengan Islam.
Sementara di Iran, para pecinta Imam Hussein as, menggelar acara duka dan azadari di tempat-tempat suci, masjid, dan bahkan di rumah-rumah mereka. Acara duka bulan Muharam, tahun ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, digelar luas di Iran.
Meski telah berlalu selama berabad-abad lamanya, namun peristiwa menyedihkan Karbala, dan gugurnya Imam Hussein as beserta keluarga dan para sahabat setianya, bukan hanya tidak pernah berkurang urgensitasnya, bahkan terus bertambah, pesan-pesan Asyura menyebar luas, dan acara-acara duka Imam Hussein as, diselenggarakan di berbagai belahan dunia.
Imam Hussein as, Imam Ketiga Syiah, bersama keluarga, dan para sahabatnya yang setia gugur di tangan para penyembah kekuasaan dan dunia, pada tahun 61 Hijriah Qamariah di padang Karbala.
Teror Donald Trump, Amerika yang Marah Menuju Tribalisme
Teror terhadap Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, sekaligus rival Presiden Joe Biden, dalam pemilu presiden mendatang, telah memunculkan banyak spekulasi.
Latar Belakang
Menyusul teror terhadap Trump, polisi AS mengumumkan dalam insiden penembakan terhadap Donald Trump, seorang pengunjung terbunuh, dan dua lainnya terluka parah. Pelaku penembakan juga ditembak mati oleh penembak jitu polisi AS.
Pelaku penembakan terhadap Donald Trump, adalah seorang pemuda berusia 20 tahun yang bernama Thomas Matthew Crooks.
Penyelidikan terkait penyebab dan motif penembakan yang dilakukan aparat keamanan AS terus berlanjut, akan tetapi masalah penting dalam teror Trump, adalah dampaknya terhadap iklim politik, masa depan AS, dan pilpres mendatang.
Meluasnya Kekerasan Politik di AS
AS yang selama beberapa dekade terus membangga-banggakan sistem politik, aturan politik, dan struktur kekuasaan politiknya di hadapan masyarakat dunia, dan menawarkannya sebagai sebuah model bagi dunia dalam rangka menegakkan demokrasi dan kebebasan, sekarang berada dalam posisi sulit.
Meskipun krisis politik dan kekerasan dilakukan secara terang-terangan, dan sudah begitu mengakar di masyarakat AS, tapi dalam beberapa tahun terakhir masalah ini semakin memburuk, dan semakin terbuka.
Serangan para pendukung Trump, ke gedung Kongres AS, setelah pemilu presiden tahun 2020, menjadi bukti tak terbantahkan, dan terkini dari kekerasan politik yang tumbuh subur di tengah masyarakat AS. Di tahun 2024, kekerasan ini nampak semakin serius, dan mendalam, buktinya penembakan atas Trump.
Kenyataan tersebut telah membuat para pejabat AS sangat kebingungan, dan berusaha mencegah masyarakat untuk tidak melakukan tindakan kekerasan, serta berusaha membela sistem politik AS, dan menenangkan situasi dengan menunjukkan simpati pada Trump, dan mengutuk insiden yang terjadi.
Sebagaimana disebutkan dalam pesan Biden, kepada Trump, setelah insiden penembakan, "Tidak ada tempat bagi kekerasan semacam in di AS, kita sebagai sebuah bangsa harus bersatu, dan mengecam kekerasan tersebut."
Upaya untuk mencegah peningkatan intensitas kekerasan politik di AS, juga dilakukan oleh salah satu senator independen AS, Bernie Sanders, ia mengatakan, "Kekerasan politik sama sekali tidak bisa ditolerir."
Barack Obama, mantan Presiden AS, merespons penembakan terhadap Trump, dan mengatakan, "Dalam demokrasi kita sama sekali tidak ada tempat untuk kekerasan politik. Kita harus memanfaatkan momen ini untuk kembali berkomitmen pada peradaban dan penghormatan di dalam politik kita."
Robert F. Kennedy Jr, adalah pejabat AS lain yang menanggapi penembakan terhadap Trump. Ia menuturkan, "Sekarang tiba saatnya setiap warga AS yang mencintai negaranya untuk menghindari perpecahan, dan berhenti melakukan kekerasan dalam bentuk apa pun."
Dampak Teror pada Masa Depan Politik Trump
Teror gagal terhadap Trump, semakin memperburuk perang politik di AS. Kebanyakan anggota Partai Republik di Kongres, menyalahkan Partai Demokrat dan Presiden Joe Biden atas percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump.
Sekitar 30 anggota Partai Republik di Kongres AS, secara langsung menuduh Presiden Joe Biden, Partai Demokrat atau media-media afiliasinya telah menggiring opini publik AS, sehingga terdorong melakukan percobaan pembunuhan terhadap Trump.
Senator J.D. Vance dari negara bagian Ohio, di akun media sosial X menulis, "Premis asli kampanye Biden, adalah Donald Trump, dianggap sebagai seorang fasis otoriter yang harus dijegal apa pun risikonya. Narasi-narasi semacam ini secara langsung berujung dengan upaya meneror Trump."
Puluhan legislator AS, dalam pesan-pesan mereka di berbagai platform media sosial, menuduh Joe Biden, atau para penentang Trump yang lain, berada di balik penembakan tersebut.
Di sisi lain, sebagian kalangan menganggap penembakan terhadap Trump, sebagai adegan sandiwara, dan politis dengan maksud untuk menyingkirkan rival Trump, yaitu Biden.
Soal ini, Daily Mail menulis, "Beberapa jam setelah teror gagal terhadap Trump, beberapa pengamat mengklaim bahwa insiden ini adalah sandiwara dan dilakukan untuk memulihkan serta memperkuat visi pilpres."
Beberapa jam setelah insiden penembakan terhadap Donald Trump, kata sandiwara atau staging berubah menjadi kata yang paling banyak dicari keempat di mesin pencarian Google.
Penasihat senior Donald Trump, David J. Urban, yang membantu memenangkan Trump di Pennsylvania pada tahun 2016 mengatakan, "Trump, adalah seorang petarung, saya berharap teror ini akan mempersatukan orang-orang Amerika untuk mendukung Trump."
Sehubungan dengan ini, salah satu pengajar di Universitas Massachusetts, mengatakan, upaya teror di banyak sisi memperpendek proses panjang upaya melemahkan lawan politik dan mengalahkan mereka, sebagian besar orang menganggap teror sebagai instrumen yang membantu mereka sebagai metode yang sangat cepat dan efektif untuk mencapai target.
Masyarakat Amerika adalah Masyarakat yang Marah
Teror Trump, telah memicu gelombang kekhawatiran munculnya letusan kemarahan politik, dan perpecahan politik yang akut di AS. Bloomberg menulis, "Kekerasan politik sudah merasuk ke dalam wacana politik AS, dan kekerasan-kekerasan ini bukan hanya mempengaruhi para politisi, tapi juga warga biasa."
Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga polling Morning Consult dan Bloomberg, pada bulan Mei 2024, setengah warga AS di Swing states (negara-negara bagian yang dapat dimenangkan kedua partai politik AS) mengaku takut dengan kekerasan dalam pemilu di negaranya, dan tidak akan mendukung partai tertentu dalam pemilu.
Tanda Bahaya bagi Demokrasi AS
Politico dalam salah satu analisanya terkait teror Trump menulis, "Teror terhadap salah satu kandidat pilpres AS, adalah melangkah ke budaya yang sarat penghinaan, delegitimasi, dan tribalisme. Kenyataannya, teror ini apa pun motifnya, adalah pelanggaran terhadap cita-cita palsu AS soal demokrasi, dan sistem politik yang berlandaskan demokrasi."
Dalam hal ini, Joe Biden, menegaskan pentingnya persatuan nasional di AS dan menuturkan, "Politik harus menjadi wacana perdamaian, dan aktivitas-aktivitas politik sekalipun tidak boleh berubah menjadi medan perang dan pembunuhan."
Perkembangan Perang Ukraina dan Rusia, Tindakan Baru NATO hingga Kemungkinan Serangan Kimia oleh Ukraina
Kelanjutan dukungan NATO terhadap Ukraina dalam perang dengan Rusia, upaya untuk mengadakan pertemuan internasional kedua mengenai nasib Ukraina, perpanjangan sanksi terhadap beberapa negara yang tidak sejalan dengan Amerika Serikat, dan risiko perang kimia di antaranya berita terpenting perang antara Ukraina dan Rusia dalam beberapa hari terakhir.
Kelanjutan perang di Ukraina dan dukungan negara-negara anggota NATO
Tehran, Parstoday- Perang di Ukraina masih berlangsung sementara negara-negara anggota NATO mendukung Ukraina dengan berbagai cara untuk melanjutkan perang.
Negara-negara Barat tidak hanya bersikeras untuk melanjutkan perang di Ukraina, tetapi juga semakin mempolarisasi dunia secara politik. Dalam hal ini, Uni Eropa memperpanjang sanksi terhadap Iran selama satu tahun lagi dengan alasan bahwa mereka mendukung Rusia dalam perang di Ukraina.
Penyelenggarakan pertemuan internasional kedua mengenai Ukraina
Ukraina mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan pertemuan internasional kedua tentang visi perdamaian Ukraina dalam perang dengan Rusia selama beberapa bulan ke depan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa Kyiv seharusnya dapat mengadakan pertemuan internasional kedua mengenai prospek perdamaian dalam perang dengan Rusia.
Zelensky berkata, "Saya menetapkan tujuan untuk memiliki program yang sepenuhnya siap pada bulan November".
Bulan lalu, Ukraina mengadakan pertemuan perdamaian pertama di Swiss, yang dihadiri oleh perwakilan 92 negara. Namun Rusia, yang merupakan pihak yang berperang, tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Kini Rusia telah mengumumkan bahwa Moskow tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan ini dan tidak mengetahui rencana pertemuan kedua.
Saat mengumumkan persyaratan perdamaian negaranya dengan Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, "Bertentangan dengan klaim Barat, Rusia tidak memulai perang ini sebagai bagian dari operasi militer khusus, tetapi rezim Kyivlah yang memulai permusuhan dan terus memberikannya,".
Pertemuan perdamaian Ukraina yang diselenggarakan Swiss digelar sebulan lalu tanpa hasil signifikan. Dalam pernyataan akhir pertemuan ini, tidak ada solusi spesifik yang diusulkan untuk mencapai perdamaian di kawasan.
Rusia hancurkan 13 drone Ukraina di Rusia
Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan penghancuran 13 drone Ukraina di berbagai wilayah negaranya.
Menurut Sputnik, saat mengumumkan penghancuran 13 drone Ukraina di langit Rusia, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Ukraina mencoba melakukan serangan teroris menggunakan beberapa drone di wilayah Federasi Rusia.
Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, sistem pertahanan udara telah menghancurkan 9 drone di Rostov, Bilgorod, Kursk, Voronezh, Laut Hitam dan sekitar pantai barat Semenanjung Krimea.
Tuntutan Amerika agar Ukraina tidak menyerang jauh ke wilayah Rusia
Matthew Miller, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa pencegahan Washington terhadap serangan Ukraina jauh ke dalam wilayah Rusia dengan menggunakan senjata yang disediakan oleh negara ini adalah langkah yang tepat.
Sebelumnya, Inggris mengumumkan bahwa mereka tidak mengizinkan Ukraina menggunakan rudalnya untuk menyerang wilayah Rusia.
Posisi baru NATO dalam perang di Ukraina Sekretaris Jenderal NATO mengumumkan bahwa aliansi tersebut tidak akan melakukan intervensi langsung dalam konflik di Ukraina, dan akan membatasi bantuannya untuk mendukung jatuhnya pesawat tempur Rusia.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengangkat masalah ini setelah Wakil Menteri Pertahanan Polandia Cezary Tomczyk menanyakan tentang jatuhnya rudal Rusia di Ukraina.
Stoltenberg mengatakan, "Koalisi akan mendukung Ukraina dalam menembak jatuh pesawat tempur Rusia, tetapi tidak akan campur tangan langsung dalam konflik tersebut,".
Kekhawatiran akan penggunaan senjata kimia oleh Ukraina
Volodymyr Tarabrin, Perwakilan Tetap Rusia di Organisasi Pelarangan Senjata Kimia menekankan bahwa Rusia tidak memiliki ancaman kimia terhadap Ukraina. Perwakilan tetap Rusia di Organisasi Pelarangan Senjata Kimia juga menuduh Kyiv terus meningkatkan stok penawar racun, masker gas, dan peralatan pelindung diri lainnya secara signifikan melebihi kebutuhan mereka.
"Tampaknya tindakan provokatif ini berskala besar terhadap penggunaan senjata kimia oleh Ukraina sendiri," katanya.
Seorang pejabat senior angkatan bersenjata Rusia baru-baru ini mengumumkan bahwa tentara Ukraina menggunakan senjata kimia secara sistematis, dan terdapat banyak bukti bahwa tentara Ukraina telah menggunakan zat beracun seperti kloropikrin dan klorastefenon di berbagai wilayah di Donetsk, yang telah didokumentasikan berkali-kali. Namun sejauh ini Amerika Serikat bungkam mengenai kondisi tersebut.
Prancis Harus Diprotes, Mengapa Keamanan Olimpiade di Tangan Israel?
Rezim Israel, terlibat dalam dua level, langsung dan tidak langsung, dalam mengelola keamanan Olimpiade 2024 di Paris, Prancis.
Dalam level langsung, Israel, adalah bagian dari sebuah koalisi yang dibentuk oleh Prancis. Akan tetapi poin pentingnya adalah partisipasi tidak langsung Rezim Israel, dalam program keamanan Olimpiade Paris.
Kehadiran Rezim Israel, yang merupakan salah satu pelanggar utama hak asasi manusia, dalam menjaga keamanan Olimpiade, adalah sebuah paradoks yang mengerikan bagi umat manusia.
Behnam Khosravi, Sekretaris Kedua Kedutaan Besar Republik Islam Iran, di Lebanon, menulis catatan terkait kehadiran Rezim Israel, di Olimpiade Paris, sebagai berikut,
Sekitar satu bulan menjelang dimulainya Olimpiade 2024 di Paris, di saat para atlet sedang berlomba memperebutkan tiket terakhir untuk bertanding di Olimpiade ini, aparat keamanan Prancis, membentuk sebuah koalisi yang memiliki lebih dari 46 anggota untuk menjaga keamanan Olimpiade.
Dalam sebuah manuver luar biasa, selain langkah Prancis ini, Rezim Israel, akan mengirim tim keamanan khusus untuk menjaga atlet-atletnya sepanjang pertandingan Olimpiade Paris berlangsung.
Israel, dalam sembilan bulan terakhir membunuh lebih dari 38.000 orang di Gaza, yang setengahnya adalah perempuan dan anak-anak. Maka dari itu kehadiran aparat keamanan Israel, yang terlibat dalam genosida Gaza, di Olimpiade Paris, adalah sesuatu yang aneh.
Kehadiran mereka di Olimpiade yang tujuan utamanya menjaga hak asasi manusia, perdamaian, dan kehidupan tanpa diskriminasi, adalah sebuah pelanggaran besar. Dengan memperhatikan masalah ini apakah kehadiran aparat keamanan Israel, dalam menjaga keamanan Olimpiade 2024 tidak bertentangan dengan moral?
Apakah kehadiran aparat keamanan Israel, tidak bertentangan dengan semangat pertandingan Olimpiade? Apakah kehadiran mereka dalam menjaga keamanan Olimpiade tidak mengolok-olok nurani yang berada di balik pertandingan ini? Semua pertanyaan ini muncul di saat pasukan Israel, detik ini masih melakukan genosida terhadap rakyat Gaza.
Olimpiade, Upaya Membangun Masyarakat Berakhlak
Sejak pertama kali dimulai, yaitu pada 776 SM, olimpiade dirancang sebagai sebuah falsafah hidup tanpa perang yang berlandaskan persaingan-persaingan konstruktif. Terwujudnya gencatan senjata di tengah olimpiade yang digagas oleh para raja Yunani kuno salah satu buktinya.
Tradisi yang membuktikan bahwa umat manusia berusaha menggapai perdamaian dan ketenteraman. Di era modern, olimpiade, dengan tujuan yang sama yaitu menjaga hak asasi manusia dan menciptakan dunia yang dipenuhi perdamaian, berlanjut.
Para panitia penyelenggara olimpiade di berbagai periode, berusaha menunjukkan olahraga yang merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat modern yang beragam hari ini, sebagai simbol perdamaian dan solidaritas umat manusia.
Kenyataannya olimpiade berhasil memainkan peran penting dalam menyebarluaskan sebuah masyarakat damai melalui pariwisata dan daya tarik internasional olahraga.
Upaya pemerintah berbagai negara adalah mengubah olimpiade menjadi simbol dari sebuah kota impian yang dipenuhi perdamaian dan persahabatan di antara manusia. Masalah ini sekarang semakin dibutuhkan oleh masyarakat dunia dibandingkan sebelumnya.
Perang-perang destruktif dan ketidakadilan adalah realitas yang hari ini sedang dihadapi oleh masyarakat manusia. Kekejaman dan pelanggaran hak manusia paling dasar seperti hak hidup saat ini sedang merajalela di dunia, dan olimpiade dapat menjadi awal dari kebangkitan nurani umat manusia.
Keamanan Olimpiade dan Semangat Pertandingan Dunia Ini
Menjaga keamanan pertandingan selalu menjadi masalah penting bagi penyelenggara olimpiade. Upaya membentuk sebuah koalisi besar untuk menjaga keamanan atlet dan masyarakat yang ingin menyaksikan pertandingan-pertandingan ini bersama-sama tanpa diskriminasi, adalah hal yang penting.
Prancis, juga dengan maksud untuk menjaga keamanan pertandingan-pertandingan olimpiade, membentuk sebuah koalisi dengan 46 anggota. Koalisi yang dapat menjadi simbol upaya masyarakat manusia untuk mewujudkan sebuah dunia yang dipenuhi perdamaian, persahabatan, dan kesetaraan.
Menurut berita-berita yang tersebar, Rezim Israel, melakukan langkah aneh secara langsung dan tidak langsung terkait keamanan Olimpiade Paris 2024. Secara langsung, Israel, menjadi bagian dari koalisi yang dibentuk Prancis.
Akan tetapi poin pentingnya adalah kehadiran tidak langsung Israel, dalam menjaga keamanan Olimpiade Paris melalui sebuah perusahaan konsultasi keamanan multinasional. Kehadiran perusahaan keamanan Israel, ISDS (International Security & Defence Systems), dan aparat keamanan Israel, di Olimpiade Paris 2024, bertolak belakang dengan semangat perdamaian dan perdamaian Olimpiade itu sendiri.
Israel dan Kontradiksi Semangat Olimpiade
Partisipasi Rezim Israel, sebagai salah satu pelanggar utama HAM, dalam menjaga keamanan Olimpiade Paris 2024, adalah sebuah paradoks mengerikan bagi umat manusia. Spekulasi terkait penyerahan pengelolaan keamanan Olimpiade Paris kepada ISDS, oleh pemerintah Prancis, kencang terdengar.
ISDS, adalah salah satu perusahaan keamanan swasta Israel, dan Leo Gleser, direktur dan pendiri perusahaan ini, adalah mantan perwira militer Rezim Israel.
ISDS memberikan program komprehensif, terpusat, dan multidimensi di bidang keamanan kepada pemerintah dan organisasi-organisasi non-pemerintah, di berbagai peristiwa nasional dan internasional terutama di bidang keamanan siber, pelatihan tenaga kerja, dan aparat keamanan dalam berbagai pertandingan olahraga dunia. Kenyataan pahitnya, ISDS menjadi salah satu kontraktor keamanan Olimpiade Paris 2024.
Di sisi lain, Prancis, meminta Israel, untuk berpartisipasi dalam menjaga keamanan pertandingan dan pengiriman personel militer ke Paris, padahal Israel, sendiri adalah pelanggar tujuan-tujuan luhur olimpiade.
Bencana kemanusiaan, dan genosida terhadap rakyat Palestina, di Gaza, dilakukan oleh aparat keamanan dan personel militer Israel, yang akan dikirim ke Prancis. Pada saat yang sama diskriminasi luas yang dilakukan Israel, atas rakyat Palestina, adalah simbol Apartheid yang mengerikan.
Sementara itu, pemboman setiap hari ke rumah sakit-rumah sakit, sekolah, dan kamp pengungsi Palestina, di Jalur Gaza, dan pencegahan masuknya bantuan kemanusiaan untuk anak-anak dan perempuan Gaza, adalah pelanggaran tegas atas HAM.
Partisipasi aparat keamanan Israel, dalam menjaga keamanan Olimpiade 2024, di Paris, berarti menginjak-injak tujuan kemanusiaan olimpiade. Kenyataannya, kemungkinan partisipasi ISDS, dan pasukan Israel, adalah memberikan peluang kepada rezim ini untuk lari dari konsekuensi sistem Apartheid, yang diterapkan terhadap rakyat Palestina.
Kesimpulan
Olimpiade sebagai salah satu simbol dunia yang bersih dari perang, harus diselenggarakan tanpa indikasi-indikasi diskriminasi dan ketidakadilan. Olimpiade dapat dijadikan sebagai salah satu upaya terpenting manusia untuk menciptakan masyarakat yang dicita-citakan.
Saat ini, dengan memperhatikan genosida yang dilakukan pasukan Israel, di Gaza, partisipasi aparat keamanan Israel, dalam mengelola masalah keamanan dapat berubah menjadi guyonan pahit yang menyingkirkan tujuan-tujuan kemanusiaan olimpiade.
Partisipasi pasukan dan aparat keamanan Israel, dalam pertandingan Olimpiade Paris adalah sebuah upaya untuk membersihkan citra Israel, sebagai pelanggar HAM tersbesar di Gaza. Pemerintah Prancis, tidak boleh memberikan kesempatan pada Rezim Israel, untuk memanfaatkan momen olimpiade sebagai upaya menutupi pelanggaran HAM, dan genosida di Gaza, di hadapan masyarakat dunia.
AS Khawatirkan Sistem Multipolar di Dunia, Rusia, Iran dan Cina Sebaliknya
Rusia meyakini bahwa Barat, melawan upaya-upaya untuk menciptakan sebuah tatanan global multipolar yang lebih adil dan lebih stabil.
Saat ini, dunia, dengan mengambil pelajaran dari kegagalan kebijakan-kebijakan era Perang Dingin dan kebijakan unipolar, sedang menuju tatanan global baru.
Sejumlah penelitian menunjukkan, di tengah fenomena ini, Barat terutama Amerika Serikat, mengerahkan seluruh upayanya untuk mencegah dunia bergerak ke sebuah sistem multipolar.
Di sisi lain, para pemimpin Rusia, Iran, dan Cina, juga beberapa pemimpin kekuatan baru dunia seperti Brazil dan India, telah menunjukkan keinginan mereka terhadap sebuah sistem multipolar, dan bahkan sekutu-sekutu kunci AS, sendiri menaruh perhatian pada masalah ini.
Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, dalam artikelnya yang dimuat Schiller Institute, menulis, "Rusia mendukung terbentuknya sebuah sistem multipolar yang lebih adil dan lebih stabil dengan bersandar kepada Piagam PBB, dan prinsip kesetaraan dalam kedaulatan setiap negara dunia."
Menurut Antonov, ide ini mendapat dukungan lebih besar dari masyarakat internasional, dan negara-negara dunia yang menuntut penghapusan kekuatan-kekuatan kolonialisme yang masih tersisa.
Diplomat Rusia ini menegaskan, "Kubu Barat masih melawan upaya-upaya ini, dan berusaha mempertahankan 'kendali kekuatan', serta melanggengkan statusnya sebagai 'penguasa nasib' orang lain."
Pada saat yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam pertemuan Parlemen BRICS ke-10 di St Petersburg, mengatakan, "Kami memahami dengan baik bahwa pembentukan sistem global yang mencakup perimbangan kekuatan nyata, realitas-realitas geopolitik baru, ekonomi serta demografi, adalah proses kompleks, dan dari banyak dimensi, sulit."
Putin menjelaskan upaya-upaya anggota BRICS, dan negara-negara berkembang tersebut mendapat perlawanan sengit dari kaum elit berkuasa dunia atau yang disebut "Golden Billion".
Sesuatu yang sudah pasti adalah Barat, di bawah pimpinan Amerika Serikat, di dunia unipolar, bertolak belakang dengan hukum internasional, menggunakan kekerasan, sanksi sepihak, penerapan aturan dagang diskriminatif, dan pemerasan terhadap negara lain di arena internasional.
Secara umum, para pemimpin AS, tidak punya pandangan positif terhadap dunia multipolar, mereka lebih memilih peluang-peluang yang banyak serta kenikmatan menjadi superpower, dan benci untuk menyingkirkan superioritas mereka yang tak terbantahkan.
Pada tahun 1991, pemerintah Presiden George W. Bush, merilis Strategi Keamanan Nasional yang menuntut pencegahan munculnya riva-rival setara di seluruh penjuru dunia. Strategi Keamanan Nasional lainnya di berbagai pemerintahan AS kemudian, baik Demokrat maupun Republik, selalu menegaskan kemunculan rival global, dan menekankan pentingnya mempertahankan dominasi AS.
Sehubungan dengan ini, National Interest, memperingatkan, "AS harus siap menghadapi sebuah dunia yang di dalamnya kekuatan akan menggantikan cita-cita liberal, dan Barat, untuk mempertahankan stabilitas internasional, harus menyusun aturan baru dalam berkoordinasi dengan negara-negara seperti Cina, dan kekuatan-kekuatan menengah yang membantu menertibkan dunia."
Masalah ini juga tidak luput dari pengamatan pada pengguna media sosial, sebagai contoh Milad Azizi, salah satu pengguna X menyinggung pergerakan dunia ke arah sistem multipolar. Ia menulis,
"Dunia akan segera menyambut sistem multipolar dalam kerangka kekuatan-kekuatan baru dan maju. Perkembangan terbaru di Asia Barat, Eropa Timur, dan belahan dunia lainnya, telah menggulingkan ketergantungan negara-negara dunia pada hegemoni penguasa sistem global sekarang, dan menciptakan ketergantungan multipolar bagi negara-negara baru, dan berkembang."
Salah satu kekuatan yang memainkan peran kunci dalam mengalahkan sistem global Barat, dan membawa dunia ke sebuah sistem multipolar adalah Iran. Menurut salah satu pengguna X, bernama Seyed Abbas Ahmadi, Iran, adalah salah satu kekuatan dunia multipolar.
"AS tidak ingin perubahan sistem global baru dimulai, dan di sisi lain, berlanjutnya diktatorisme AS, atas dunia akan berdampak buruk. Dunia unipolar dalam segala bentuknya tidak bisa dibenarkan. Iran, telah memilih, di dunia baru multipolar, ia akan menjadi salah satu kekuatan global."
Seorang pengguna media sosial X yang lain, mengingatkan tentang kekuatan Iran, di kawasan, dan terpukul mundurnya Barat.
"Keruntuhan bertahap dan relatif AS, keluar dari Afghanistan, tidak mau tunduknya Rusia, dan munculnya BRICS, pendeknya, dunia multipolar sedang terbentuk. Dengan menggunakan pandangan dunia unipolar, kita akan melakukan kesalahan strategis. Oleh karena itu, Iran, dapat bertindak untuk menjaga kekuatan regionalnya, dan memukul mundur Barat secara bertahap."
Para pengamat meyakini, salah satu alasan yang paling prinsipal terkait sanksi Iran, adalah melawan semakin menguatnya sistem baru non-AS. Meskipun pemerintahan Presiden Joe Biden, mengakui bahwa dunia multipolar telah kembali, tapi sepertinya ia masih mendambakan era AS tanpa rival.
Maka dari itu, Presiden AS, sangat ingin mengalahkan Rusia, dalam perang Ukraina, sehingga kekuatan Moskow, berkurang di masa depan, dan Washington, juga berusaha menjegal kemajuan Cina, dengan cara membatasi akses negara itu ke teknologi penting, sehingga masa transisi ke sistem non-AS akan berlangsung lebih lama.
Wanita Iran Mendaki Puncak Gunung Everest Kecil untuk Mengenang Ahlul Bait
Wanita pendaki gunung Iran berdiri di puncak puncak Kazbek di Georgia, yang dikenal sebagai Everest kecil, untuk mengenang nama Imam Husein dan Ahlul Bait Nabi Muhammad saw.
Tehran, Parstoday-Puncak Kazbekistan setinggi 5.047 meter terletak di sebelah timur pegunungan Kaukasus Tengah di Georgia, yang dikenal sebagai Everest kecil.
Pendaki gunung Iran, Zahra Abbasi mengatakan, "Setelah sekitar 24 jam navigasi terus-menerus dan melewati gletser, es dan tumpukan salju serta kondisi cuaca yang tidak stabil, saya berhasil mendaki puncak Kazbek, yang tingkat kesulitannya sama dengan puncak Himalaya yang saya lakukan,".
Wanita Iran ini, yang mulai mendaki 14 tahun lalu dan telah menaklukkan banyak puncak di 31 provinsi di Iran, menambahkan,"Mendaki adalah gaya hidup saya, dan dengan melihat pemandangan yang istimewa dan alami, saya menyadari betapa teraturnya pencipta dunia ini."
"hal yang menuntun dan menenangkanku hingga tujuan di ketinggian dan kondisi cuaca buruk adalah menyebut dan mengingat nama Allah swt Esa, dan sementara itu, yang selalu menjaga semangatku dalam kondisi buruk tersebut. pendakian adalah penyebutan Sayidah Zahra, Imam Husein, dan Ahlul Bait nabi Muhamamd saw.
Ketika Jaringan Siber Global Terganggu, Mengapa Iran BIsa Terlindung ?
Gangguan dunia maya yang meluas di dunia telah menyebabkan banyak masalah di bandara, rumah sakit, dan bank di berbagai negara, namun gangguan ini tidak mempengaruhi pengoperasian jaringan siber di Iran.
Tehran, Parstoday- Sejak dini hari tanggal 19 Juli, banyak bank, bandara, bursa saham, media, dan maskapai penerbangan di negara-negara di dunia mengalami pemadaman listrik. Gangguan pada beberapa layanan Microsoft disebut-sebut sebagai penyebab gangguan tersebut.
Cirium, yang memantau penerbangan udara dunia, mengumumkan bahwa pada Jumat, 19 Juli, sekitar 11.000 penerbangan komersial dijadwalkan di seluruh dunia, 2.200 penerbangan di antaranya dibatalkan.
Dalam konteks ini, Elan Musk, pemilik Tesla dan jejaring sosial X (menyebut gangguan pada sistem komputer dunia sebagai "kegagalan teknologi informasi terbesar sejauh ini".
Pendapat Elon Musk, pemilik Tesla dan X, tentang disrupsi sistem komputer dunia
Pasha X Max, salah satu pengguna jejaring sosial X, juga mengkritik rapuhnya sistem teknologi informasi yang saling berhubungan di dunia dan menulis:
“Pemadaman yang dilakukan Microsoft akan menyebabkan gangguan global. Penerbangan dihentikan, saluran TV dan bank terkena dampaknya. PC Windows dimatikan. Hal ini menunjukkan rapuhnya sistem teknologi informasi yang saling berhubungan. “Kita membutuhkan infrastruktur yang lebih kuat dan rencana darurat yang lebih baik.”
Kritik User X terhadap rapuhnya sistem teknologi informasi yang saling berhubungan di dunia
Namun Iran tetap kebal
Setelah terjadi gangguan dunia maya global, Pusat Siber Nasional Iran mengumumkan dalam sebuah pernyataan, "Meskipun terjadi gangguan yang meluas pada sistem komputer di banyak negara, sejauh ini tidak ada kerusakan atau gangguan yang dilaporkan dalam memberikan layanan kepada masyarakat Iran. Sebab, Iran telah dilarang menerima layanan ini selama bertahun-tahun karena sanksi, dan layanan alternatif lokal telah dirancang dan dioperasikan sejak tahun yang sama atas inisiatif pemuda dan elit,".
Amir Mohammadzadeh Lajouardi, Wakil Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Iran juga mengatakan terkait hal ini bahwa gangguan komputer global yang disebabkan oleh masalah teknis sistem Microsoft tidak berdampak pada Iran dan sejauh ini tidak ada gangguan pada layanan teknologi informasi.
Dalam konteks yang sama, Saeed Chaldari, CEO Bandara Imam Khomeini (RA) Kota Iran, mengatakan, "Bandara Internasional Imam Khomeini (RA) Teheran, karena penggunaan perangkat lunak berbasis pengetahuan Iran kebal dari gangguan yang terjadi di bandara di seluruh dunia karena masalah Microsoft,".
Chaldari menambahkan, "Sistem perangkat lunak Bandara Internasional Imam Khomeini (RA) Teheran sebelumnya didukung oleh perusahaan Perancis, yang harus didukung dan didukung secara berkala oleh perusahaan tersebut. Dalam hal ini, direncanakan untuk mempersiapkan sistem Iran dengan pengetahuan dalam negeri yang diluncurkan dan dioperasikan 1,5 tahun yang lalu dengan kehadiran Menteri Jalan dan Pembangunan Perkotaan Iran. Sejak itu sistem bandara telah bekerja dengan perangkat lunak internal ini tanpa masalah,".
Mengenai bandara lain di Iran, Chaldari juga mengatakan, "80% penerbangan asing dilakukan dari Bandara Internasional Imam Khomeini di Tehran, dan bandara Mashhad dan Shiraz di Iran menyediakan dan mendukung sebagian penerbangan asing, yang tidak menjadi masalah,".
Dalam hal ini, Parsa, pengguna jejaring sosial X, memuji kinerja perangkat lunak Iran karena kebal dari gangguan dunia maya global dan menulis:
"Perangkat lunak Iran melindungi bandara Imam Khomeini (RA) dari gangguan global".
Pengguna X: Kekebalan bandara Imam Khomeini dari gangguan siber global
Mengubah sanksi menjadi peluang untuk kemajuan
Perlu dicatat bahwa penerapan sanksi besar-besaran Barat terhadap Iran pada awalnya dilakukan dengan tujuan politik dan ekonomi, namun belakangan tampaknya sanksi tersebut dijatuhkan dengan tujuan mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat Iran. Mungkin pada saat negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap Iran yang merdeka, mereka tidak berpikir bahwa Iran dapat mengubah ancaman-ancaman ini menjadi peluang dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Khanoum Ferdous, pengguna jejaring sosial X, menulis dalam sebuah postingan yang mengungkapkan kepuasannya terhadap swasembada Iran dan netralisasi sanksi Barat:
“Microsoft telah mengalami gangguan global. Sebagian besar media, transportasi, belanja, sistem kesehatan di dunia mengalami masalah, namun hanya Iran, Rusia, dan Korea Utara yang tidak mengalami masalah! Karena akibat sanksi yang kejam, mereka menjadi mandiri untuk waktu yang lama dan mencabut urat nadi vital mereka dari tangan Barat. Biarkan musuh menjadi penyebab kebaikan.
Pengguna X: Iran mampu melakukan swasembada meskipun ada sanksi
Behrouz Shojaei, seorang aktivis media dan pengguna jejaring sosial X, juga menunjukkan dampak sebaliknya dari sanksi Barat terhadap Iran dan menulis:
“Sekarang apakah Anda memahami apa yang baik dari sanksi? Dalam gangguan global terhadap Microsoft, Iran sepenuhnya aman dan sehat."
Penekanan pengguna Iran pada jaringan X pada efek kebalikan dari sanksi terhadap Iran
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap hari yang berlalu sejak penerapan sanksi Barat terhadap Iran, kurangnya ketergantungan pada Barat dan swasembada menunjukkan dampaknya.
Salah satu contoh ketidaktergantungan pada Barat adalah mengandalkan pengetahuan lokal dan penggunaan perangkat lunak Iran, yang ditunjukkan dengan baik dalam isu gangguan siber global.
Perlu dicatat bahwa Iran tidak memonopoli kemampuannya di bidang penyediaan layanan teknologi dan telah mentransfer pengalamannya ke negara lain.



























