کمالوندی
Dua Sahabat Nabi Memakan Daging Salman Al-Farisi
Pada suatu hari, Nabi saw meminta Salman pergi mengambil makanan dari BaitulMal untuk dihidangkan pada dua orang yang datang meminta bantuan pada Nabi saw.
Pengurus BaitulMal, Usamah bin zaid, berkata pada Salman bahwa ia sekarang tidak mempunyai apa-apa.
Ternyata ada sahabat yang mengintip perbincangan Salman dan Usamah ini. Ketika melihat dan mendengar kejadian ini, salah satu dari dua sahabat Nabi tersebut berkata pada temannya,
“Usamah itu pelit” dan tentang Salman, mereka berberkata “Kalau seandainya Salman disuruh untuk mengeringkan sumur yang penuh dengan air, maka ia akan melakukannya.”
Setelah itu, dua sahabat Nabi saw pergi untuk mengintai apa yang sedang dilakukan oleh Usamah.
Ketika mereka berdua datang ke sisi Nabi saw, beliau bersabda bahwa “Aku mencium bau daging dari mulut kalian.”
Mereka berdua berkata, “Sesungguhnya kami hari ini benar-benar tidak memakan daging wahai Rasulullah.”
Rasul saw bersabda, “Iya! Kalian telah memakan daging Salman dan Usamah.”
وَ لا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضاً أَ يُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحيمٌ (12)
Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Surat al-Hujurat [49]: 12)
Para ulama akhlak mendefinisikan gibah atau menggunjing sebagai segala sesuatu yang apabila orang yang digunjing mendengarnya, ia akan merasa sakit hati. Adapun tentang ibarat “memakan daging saudaraya”, sebagian mufasir, berpendapat bahwa itu semua karena yang digunjing tidak berdaya dan tidak bisa membela dirinya sendiri. Sehingga orang yang menggunjing berarti mereka telah memakan saudaranya sendiri yang tidak bisa membela diri.
Kisah Sahabat Nabi; Menjadi Kaya Raya
Jika ada yang ingin mendapatkan kekayaan, maka ia harus bekerja cerdas dan keras. Juga seharusnya ia membumbui kerja cerdas dan kerasnya tersebut dengan sabar dan ketekunan serta kedermawanan. Seperti yang akan kita saksikan pada sahabat Baginda Nabi Muhammad saw di bawah ini.
Suatu ketika salah satu sahabat Nabi saw -dari sisi harta- sedang begitu sangat kekurangan. Istrinya berkata kepadanya, “Seandainya engkau pergi ke sisi Nabi saw dan engkau meminta sesuatu dari beliau.”
Sahabat tersebut pergi ke sisi Nabi saw dan ketika ia melihat beliau, Nabi saw bersabda, “Siapa saja yang meminta sesuatu dari kami, kami akan memberikannya. Dan barang siapa yang memenuhi kebutuhannya (sendiri) maka Allah swt akan membuatnya kaya.”
Sahabat tersebut dalam hatinya berkata, “Maksud dari perkataan Nabi ini tidak ada yang lain lagi selain itu adalah aku.” Ia pun akhirnya kembali ke istrinya dan menceritakan sabda Nabi ini.
Sang istri berkata, “Nabi itu hanya manusia (menurutnya yakni beliau tidak tahu akan keadaanmu), cepatlah kembali pada Nabi dan ceritakan keadaanmu.”
Sahabat tersebut pun kembali menghadap Nabi saw dan hal sebelumnya terulang kembali. Ketika ia melihat Nabi saw, beliau bersabda, “Barang siapa yang meminta kepada kami maka kami akan memberinya dan siapa saja yang pergi berusaha maka Allah akan membuatnya kaya.”
Hal ini yakni pulang-pergi kembalinya sahabat terjadi sebanyak tiga kali. Pada akhirnya sahabat tersebut berencana untuk mencari pekerjaan. Ia keluar dari rumahnya, lalu ia meminjam sebuah sekop dan pergi ke gunung. Sahabat tersebut mengumpulkan sejumlah kayu bakar dan pergi ke Madinah lalu menukarnya dengan lima kantong tepung. Lalu ia kembali ke rumah, membuat roti setelah itu memakannya.
Esok harinya, ia kembali ke pegunungan dan kembali untuk mengumpulkan kayu bakar lebih banyak setelah itu membawanya ke kota dan menjualnya. Sedikit demi sedikit ia bisa menabung dan hasilnya ia bisa membeli sekop baru. Ia pun mencari pekerjaan (dengan sekopnya). Lambat laun, ia bisa membeli dua unta dan satu budak sehingga akhirnya ia pun menjadi kaya.
Ketika ia datang ke sisi Nabi saw, ia bercerita tentang apa yang telah ia kerjakan dan ia dapatkan. Tak lupa juga ia mengisahkan pulang pergi dirinya ke sisi Nabi saw sebanyak tiga kali pada waktu itu. Setlah itu Nabi saw bersabda, “Aku dari dulu berkata padamu bahwasanya siapa saja yang meminta kepada kami, kami akan memberinya dan siapa saja yang berusaha keras dan berupaya (menutupi kebutuhannya) maka Allah akan membuatnya kaya.”
Kisah Abu Nawas; Cara Cepat Dapatkan Hadiah Dari Khalifah
Abu Nawas selalu berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Kali ini ia menginginkan hadiah dari raja. Bagaimana cara ia mendapatkan hadiah dari raja, mari kita simak bersama-sama!
Kisah Abu Nawas; Suatu hari ketika berada di pasar bersama para temannya, Abu Nawas tiba-tiba berkata,
“Kawan-kawan, hari ini saya menjadi orang yang paling kaya, bahkan lebih kaya daripada Allah swt ” Ujar Abu Nawas.
kata-kata Abu Nawas tersebut dipandang sangat aneh oleh teman-temannya dan membuat kegaduhan di pasar, orang-orang sekitar mulai membicarakan sikap Abu Nawas ini, karena selama ini dia dianggap orang yang alim dan taqwa meski suka jenaka.
Kata-kata Abu Nawas tersebut sampai ke istana. Baginda memerintahkan pengawal kerajaan untuk segera menangkap dan membawa Abu Nawas kehadapannya, menanyai pertanggungjawaban Abu Nawas.
Sesampai di istana, baginda raja bertanya,
“Hai Abu Nawas, benarkah engkau berkata seperti yang dibicarakan orang-orang?” Tanya Raja.
“Benar, Baginda?” Jawab Abu Nawas.
“Mengapa kau berkata begitu, apa engkau sudah kafir?” Tanya baginda lagi.
“Ampun baginda, jangan marah dahulu dengarkan penjelasan hamba!” Kata Abu Nawas menenangkan suasana.
“Apa yang telah engkau dakwahkan disana? Mengapa engkau menyebut jika engkau lebih kaya dari Allah swt yang maha kaya?” Tanya baginda.
“Saya lebih kaya daripada Allah SWT karena saya mempunyai anak, sedangkan Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.” Jawab Abu Nawas.
“Itu memang benar, tetapi apa maksudmu berkata begitu di tengah pasar sehingga membuat kegaduhan?” Tanya baginda tidak habis pikir.
Dengan santai Abu Nawas menjawab,
“Hanya untuk ditangkap dan dihadapkan pada baginda yang mulia.”
“Apa perlunya kamu menghadapku?”
“Agar memperoleh hadiah dari Khalifah.” Jawab Abu Nawas tegas.
“Dasar kamu!” Komentar baginda. Kemudian memerintahkan Abu Nawas untuk meninggalkan istana dan juga tidak lupa diberikan hadiah.
Mata Rasulullah Pun Berlinang, “Surga Untukmu Wahai Fathimah”
Pada saat malam Takbiran, Sayyidina Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan Kurma. Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra putri Rasulullah Saw, Sayyidina Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung Kurma. Terihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Sayyidah Fatimah menuntun Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.
Esok harinya tiba Shalat ‘Idul Fitri. Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti Shalat jama’ah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah ‘Id selesai, keluarga Rasulullah Saw itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.
Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah Saw. Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang Ibnu Rafi’i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu.
Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, dalam ‘Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Nabi itu.
Seketika itu Ibnu Rafi’i berucap Istighfar, sambil mengusap-usap dadanya seolah ada yang nyeri di sana. Mata Ibnu Rafi’i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes di pipinya.
Kecamuk dalam dada Ibnu Rafi’i sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah Saw.
Sesampainya tiba di depan Rasulullah, “Ya Rasulullah, ya Rasulullah, ya Rasulullah, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ibnu Rafi’i. “Ada apa wahai sahabatku?” tanya Rasulullah.
“Tengoklah ke rumah putri baginda, ya Rasulullah. Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein.”
“Kenapa keluargaku?”
“Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.”
Rasulullah Saw pun bergegas menuju rumah Sayyidah Fatimah. Tiba di teras rumah, tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dan kedua putranya.
Mata Rasulullah pun berlinang. Beliau menangis melihat keluarga putri tercinta dan dua cucunya yang hanya makan gandum basi dihari Raya Idul Fitri.
Di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak. Keluarga Rasulullah Saw penuh tawa bahagia dengan hanya makan gandum yang baunya tercium tak sedap.
“Ya Allah, Allahumma Isyhad…Ya Allah, Allahumma Isyhad… (Ya Allah saksikanlah, saksikanlah) Di hari ‘Idul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum yang basi. Mereka membela kaum papa, ya Allah. Mereka mencintai kaum fuqara dan masakin. Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi, asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat. Allahumma Isyhad, saksikanlah ya Allah, saksikanlah,” bibir Rasulullah berbisik lembut.
Sayyidah Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, sang ayah sedang berdiri tegak. “Duhai ayahnda, ada apa gerangan ayah menangis?”
Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu. Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar,
“Surga untukmu, Nak…Surga untukmu.”
Demikianlah, menurut Ibnu Rafi’i, keluarga Rasulullah Saw pada hari ‘Idul Fitri menyantap makanan yang basi dan bau.
Ibnu Rafi’i berkata, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah Saw agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap ‘Idul Fitri dan aku pun simpan kisah itu dalam hatiku.
Namun, selepas Rasulullah Saw wafat, aku takut dituduh menyembunyikan Hadits, maka aku ceritakan hal ini agar menjadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin.”
(Musnad Imam Ahmad, jilid 2, hlm. 232).
Allahumma Shalli ‘Alaa Sayyidina Muhammad Wa ‘Alaa Aali Sayyidina Muhammad.
Poin-Poin Demo Irak
Secara geopolitik, Irak adalah Negara strategis di kawasan Barat Asia. Dari sisi paduan etnis, agama dan budaya, Irak memiliki keistimewaan bagi pemerintah Iran. Stabilitas dan instabilitas politik, keamanan dan ekonomi Irak akan berpengaruh besar bagi negeri para Mulla, baik langsung maupun tidak. Peristiwa demo Irak akhir-akhir ini dan tuntutan beberapa kelompok atas situasi politik dan ekonomi, telah menarik banyak pengamat untuk meninjau kondisi rakyat Baghdad. Dan merekapun menganalisa situasi Baghdad jauh dari hiruk-pikuk media.
Cendikiawan Irak; Reformasi Harus Fundamental
Jika Anda mendengar teriakan para pendemo, Anda akan mengerti jelas situasi dalam negeri Irak. Pendemo mengeluh keburukan administrasi, tidak adanya layanan memadai dan pengangguran. Abdul Jalil Deiri, jurnalis dan ahli media, tidak melihat reformasi pemerintah Irak kemaren sebagai reformasi fundamental. Ia yakin bahwa sistem pemerintahan Irak, yang dibangun atas agama dan etnis, harus segera berubah.
Mahdi Hamid Jasim, 16 tahun anggota Dewan kota Baghdad, sependapat dengan pandangan Deiri. Sistem kepemimpinan diyakininya sebagai jalan keluar krisis Irak. Pemimpin pemerintah harus memiliki kekuatan untuk memilih dan mencopot menteri kabinetnya. “Demo kemaren memiliki dua sisi negatif dan positif. Sisi positifnya adalah tidak mengekor arahan partai atau gerakan dalam ataupun luar negeri. Demo ini adalah kebangkitan pemuda, pemberani dan negarawan. Lalu sisi negatif demo ini adalah tidak adanya ketua atau pemimpin yang bisa diikuti oleh warga”, yakinnya.
Marjaiyat dan Tuntutan Warga
Salah satu pembahasan hangat bangsa Irak adalah pernyataan pedas dan tegas marja’ (ulama besar), yang menuntut pemerintah untuk transparan mengenai faktor penyebab peristiwa baru-baru ini.
Sebagian warga menuntut peran lebih para marja’ di ranah politik. Tetapi Doktor Ja’far al-Tha’an, seorang cendikiawan dan dosen, yakin bahwa peran marjaiyat dalam sosial masyarakat sudah diatur jelas. Para marja’ agama memiliki peran untuk mengisi kekosongan dalam sosial kemasyarakatan, “Tapi lebih dari ini, mereka tidak bisa ikut campur langsung dalam masalah politik dan ekonomi”, jelasnya.
Koordanitor Demo
Dalam demo Irak ini, jangan sampai dilupakan perang dingin para musuh. Sepertinya gerakan politik oposisi pemerintah –meskipun berkoalisi dengan gerakan lain- sudah terkoordinir dengan partai Baath untuk menjatuhkan pemerintah saat ini.
Laman-laman facebook saat ini, menurut sumber keamanan Irak, menuju ke satu arah, yaitu Iran. Banyak oposisi pemerintah Irak dan musuh, yang tersingkir karena gelombang gerakan Mukawamah, tidak memiliki jalan lain kecuali mengeksploitasi kekuatan cyber dan menumpangi demo untuk propaganda Iran dan mengaburkan nilai-nilai longmarch Arbain. Iran mereka isukan sebagai sumber krisis Irak, khususnya setelah diketahui bahwa mayoritas pejabat saat ini memiliki hubungan baik dengan Teheran.
Sedikit menguak rahasia alur propaganda ini, sumber keamanan menjelaskan bahwa mayoritas laman facebook berubah dari laman ekonomi dan perdagangan menjadi provokator demo anti-Iran, tepatnya 3 hari sebelum dimulainya demo. “Ini sudah terkoordinasi”, yakinnya.
Yang perlu diperhatikan adalah koordinasi sudah terbangun di seluruh segi. Salah satu pejabat intelijen, yang melihat langsung demo, selain merekam beberapa senjata, bahan ledak dan obat terlarang, juga menekankan kehadiran beberapa orang berpengaruh di tengah-tengah demo. “Rekaman ini membuktikan bahwa ada tangan di balik tirai yang mengarahkan alur demo”, lapornya.
Tuntutan Rakyat dan Reaksi Pemerintah
Jalal Khaledi, jurnalis Irib, melaporkan nir fasilitas serta layanan layak kepada warga dan tidak adanya penanganan khusus pemerintah atas pengangguran.
“Inilah penyebab demo”, menurutnya. Dalam pandangan jurnalis ini, ketiadaan elemen al-Hashd al-Shaabi adalah nilai positif dalam hal ini, “Karena al-Hashd al-Shaabi juga mengiringi tuntutan masyarakat”, jelasnya.
Jurnalis tersebut mengkritik pemerintah dan menuntut mereka untuk turun ke jalan merasakan dan mendengarkan rintihan rakyat langsung, karena demo yang rentan ditumpangi.
Mengenai klip-klip anti-Iran, Khaledi memandangnya sebagai hal biasa. “Klip-klip tersebut tidak berkaitan. 80% pendemo adalah pemuda yang mengkritik dan protes atas situasi dalam negeri. Dan wajar jika beberapa pihak menungganginya”, jelasnya.
Otoritas Agama Irak: Pengunjuk Rasa Wajib Menghindari Kekerasan Dan Penyelusupan
Perwakilan Ayatollah Sistani hf dalam khutbah Jumat di Karbala dalam sebuah pernyataannya mendesak para pemrotes untuk tidak merusak properti publik dan pribadi dan tidak melanggar pasukan keamanan.
Dia juga menekankan bahwa pasukan keamanan harus memastikan keamanan demonstrasi.
Dalam pernyataannya itu menekankan: Melanggar pasukan keamanan dan menyerang properti publik dan pribadi selama demonstrasi adalah menyalahi syar‘i dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demonstrasi yang damai. Kekerasan didalam demonstrasi dapat memberikan peluang kepada pihak asing untuk ikut campur tangan dan membuka jalan bagi mereka untuk memanfaatkan demonstrasi ini kepada tujuan makar mereka dalam menanamkan rencana regional dan internasional pihak asing tersebut.
Dalam pernyataan lanjutannya: Reformasi sejati harus dicapai melalui cara damai, solidaritas dan persatuan di antara rakyat Irak. Kami mendesak kepada pengunjuk rasa untuk mengendalikan emosi mereka, mencegah memperparah situasi dan merusak properti pribadi dan publik.
Para pengunjuk rasa seharusnya tidak membiarkan para penyusup ikut dan menyusup dalam demonstrasi. Dalam demonstrasi di hari-hari sebelumnya, tujuan yang dimaksudkan dalam demonstrasi belumlah tercapai dan diperlukan disini pembentukan komite peradilan yang independen untuk menyelidiki khusus mengenai demonstrasi di hari hari sebelumnya itu.
Ziarah Arbain (14)
Pada bagian ke-14 "Ziarah Arbain" dari 20 bagian ini, para peziarah bercerita tentang Arbain dan mengungkapkan atas apa yang mereka saksikan di sana.
Peziarah itu di antaranya berasal dari Argentina, Amerika, Australia, Chile, Turki, Lebanon dan negara-negara lainnya.
Peringatan Arbain di Karbala setiap tahunnya diikuti oleh jutaan peziarah dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama peziarah dari negara-negara Muslim.
Setelah para peziarah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as.
Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.
Tanggal 20 Safar yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 2019 adalah hari Arbain.
Menurut data resmi Irak, sekitar 14 juta peziarah Arbain berjalan kaki dari Najaf ke Karbala pada tahun lalu.
Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini. Mereka juga memberikan pelayanan kesehatan secara gratis dan pelayanan-pelayanan lainnya.
Peziarah dari Argentina: "Melihat jutaan orang yang sedang berjalan, itu sangat menakjubkan. Semua layanan yang diberikan kepada pezirah berarti bahwa ini bukan hal biasa."
Peziarah dari Amerika: "Masya Allah, saya melihat orang-orang yang memberikan semua yang dimilikinya di sini kepada orang lain. Mereka memberikan semua miliknya demi Imam as. Ini akan menjadi pesan terbesar saya."
Peziarah dari Australia: "Kemurahan hati masyarakat sangat luar biasa. Mereka sangat membantu, dan persatuan penuh…."
Peziarah dari Chile: "Itulah mengapa saya memberi tahu Anda bahwa sangat sulit bagi Barat untuk memahaminya."
Peziarah dari Turki: "Ketika kita dengan penuh cinta menggambarkan keindahan-keindahan ini, dan penghormatan manusia satu dengan yang lainnya, itu tergambar pada berkah dan kebaikan di sepanjang jalan atas nama Imam Hussein as dan layanan yang diberikan kepada manusia. Ketika kita menggambarkan spiritualitas para pecinta Imam Hussein as kepada mereka, maka mereka semua ingin datang ke sini pada tahun depan."
Peziarah dari Chile: "Sebenarnya, Arbain adalah masalah yang secara jelas menarik perhatian semua orang dikarenakan kurangnya spiritualitas yang ada di Barat saat ini."
Peziarah dari Turki: "Jika kita ingin membayangkan Islam satu tubuh dan mengatakan bahwa Islam benar-benar muncul di suatu tempat, maka kita bisa melihat dan menyaksikan semuanya itu di sini."
Peziarah dari Lebanon: "Ketika kami kembali ke negara kami, hati kami terkoyak karena jauh dari tempat ini. Cinta dan hasrat akan mendorong seseorang untuk berziarah tempat-tempat ini setiap tahunnya."
Peziarah dari Argentina: "Saya berpikir tentang Arbain tahun depan, dan saya tidak akan meninggalkan jalan ini, dan ini akan menjadi sebuah hal yang harus dan dharuri. Insya Allah."
Ziarah Arbain (13)
Bagian ke-13 "Ziarah Arbain" dari 20 bagian ini, menceritakan pengalaman para peziarah Arbain dari Afrika, Amerika, Turki dan Australia.
Peringatan Arbain di Karbala setiap tahunnya diikuti oleh jutaan peziarah dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama peziarah dari negara-negara Muslim.
Setelah para peziarah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as.
Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.
Tanggal 20 Safar yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 2019 adalah hari Arbain.
Menurut data resmi Irak, sekitar 14 juta peziarah Arbain berjalan kaki dari Najaf ke Karbala pada tahun lalu.
Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini. Mereka juga memberikan pelayanan kesehatan secara gratis dan pelayanan-pelayanan lainnya.
Berikut adalah komentar peziarah Arbain dari Afrika, Amerika, Turki dan Australia:
Peziarah dari Afrika: "Ini persis apa yang terjadi pada hari kiamat kelak. Bahwa kita sedang bergerak ke sebuah tempat, di mana ini akan terjadi di hari kiamat. Bahwa kita sedang bergerak ke sebuah tempat, di mana amal perbuatan kita menunggu kita. Saya merasa bahwa semua orang di sini dengan ransel mereka sedang bergerak ke arah Imam Husein as."
Peziarah dari Amerika: "Momen ketika saya berjalan sendirian, saya berpikir tentang Imam Mahdi as. Pengalaman ini adalah persiapan saya untuk Imam Mahdi as. Pawai Arbain ini menciptakan semacam ketahanan spiritual dan fisik. Semua ke arah Imam saya. Suatu hari, Insya Allah saya bisa bertemu dengannya."
Peziarah dari Turki: "Setiap kali saya sendirian, saya berpikir bahwa seandainya saya memiliki 10 nyawa, maka saya akan mengorbankan 10 nyawaku itu di jalan Imam Husein as. Sebab, saya sangat mencintai jalan ini."
Peziarah dari Australia: "Saya hanya berpikir bahwa betapa Imam Husein as dan Ahlul Bait as menghadapi kesulitan selama peristiwa Asyura dan tragedi yang mereka alami. Saya sangat berdoa, perasaan yang sangat sedih."
Peziarah dari Turki: "Jika Tuhan memberikan taufik kepada saya, dan selama saya masih bernyawa, saya akan terus mengikuti perjalanan cinta Arbain ini. Jika Allah Swt memberikan taufik dan Imam Husein as mengundang, saya akan datang setiap tahun.
Ziarah Arbain (12)
Bagian ke-12 "Ziarah Arbain" dari 20 bagian ini, menceritakan pengalaman para peziarah Arbain dari Irak, Australia, Lebanon, Argentina, Arab Saudi dan Jerman.
Peringatan Arbain di Karbala setiap tahunnya diikuti oleh jutaan peziarah dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama peziarah dari negara-negara Muslim.
Setelah para peziarah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as.
Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.
Tanggal 20 Safar yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 2019 adalah hari Arbain.
Menurut data resmi Irak, sekitar 14 juta peziarah Arbain berjalan kaki dari Najaf ke Karbala pada tahun lalu.
Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini. Mereka juga memberikan pelayanan kesehatan secara gratis dan pelayanan-pelayanan lainnya.
Berikut adalah kesan sejumlah peziarah dari Irak dan beberapa negara dunia ketika mengikuti pawai Arbain:
Peziarah dari Irak: "Namaku Ruqayyah Ali Abdul Hadi. Saya berumur 9 tahun dan kelas III SD. Saya datang ke sini untuk berpartisipasi dalam pawai Arbain."
Peziarah dari Australia: "Satu hal yang lebih mengesankan bagi saya adalah jalan kaki ini tidak mudah, dan semua yang bisa saya pikirkan tentangnya adaah pengorbanan Ahlul Bait Nabi Saw untuk kita. Saya pikir ini adalah perbuatan terkecil yang kita bisa lakukan untuk mereka."
Peziarah dari Lebanon: "Semua kelelahan di jalan ini akan terlupakan ketika kita mengingat kelelahan, penderitaan dan kesulitan Sayidah Zainab sa, dan dengan bantuan Allah Swt dan bertawassul kepada Ahlul Bait as, kita akan menempuh jalan ini (hingga akhir) sebagai bentuk simpati kepada Sayidah Zainab."
Peziarah dari Argentina: "Dengan menempuh jalan ini, manusia akan mengingat dosa-dosanya. Semua momen kesulitan yang dilewati, ia akan merasa bahwa mungkin puluhan kilometer yang ditempuh selama tiga hari ini menjadi semacam penyucian, karena memang sangat menyucikan."
Peziarah dari Arab Saudi: "Pawai Arbain ini mengingatkan kami tentang para tawanan (para wanita dan anak-anak Ahlul Bait as). Kami terkesan dengan gambaran-gambaran tentang tawanan Karbala dan tentang bagaimana Sayidah Zainab dan Imam Sajjad as ditawan."
Peziarah dari Jerman: "Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya katakan tentang perasaan saya ke Imam Husein as. Ada sesuatu dalam hati saya, namun saya tidak tahu bagaimana saya harus menjelaskannya. Imam Husein as adalah pribadi yang sangat luar biasa dari Allah Swt untuk (penduduk) bumi."
Ziarah Arbain (11)
Pada bagian kesebelas "Ziarah Arbain" dari 20 bagian ini, para pelayan peziarah yang dikenal dengan "Pelayan Imam Husein as" mengungkapkan pengalamannya selama melayani peziarah yang datang dari berbagai negara dunia, dan keinginan mereka untuk terus melanggengkan pelayanan ini hingga generasi selanjutnya.
Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.
Setiap tahun, jutaan peziarah Arbain dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama dari negara-negara Muslim mengunjungi Karbala untuk menghadiri peringatan Arbain Huseini as.
Setelah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as. Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini.
Namun tak hanya penduduk Irak, para pelayan peziarah Arbain juga datang dari negara-negara lain seperti Iran, Pakistan, Kuwait dan Lebanon. Mereka menyediakan posko-posko pembagian makanan dan minuman serta posko kesehatan.
Berikut di antara komentar para pelayan peziarah Arbain dari Irak dan Lebanon:
Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Berkat karunia Ilahi dan pemilik tempat ini serta berkah pemilik tempat ini, Karim Ahlul Bait as Imam Hasan Mujtaba as, kami tidak tahu apa yang kami berikan dan kami habiskan. Setiap orang mengeluarkan hartanya sebanyak yang dia mampu."
Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Uang yang kami kumpulkan bersamaan dengan nazar-nazar dari teman-teman, dan kami memberikan pelayanan kepada para peziarah dengan gratis. Setiap hari, kami menyiapkan daging 100-150 kg, di mana daging ini adalah hasil penyembelihan kami sendiri. Lalu kami membuat sate yang merupakan makanan populer di Najaf, seluruh Irak dan di sejumlah negara Arab."
Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Kami membuat (menyiapkan) apa yang diinginkan para peziarah."
Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Kami mewarisi pelayanan (melayani) dari leluhur kami. Kami mewarisi pelayanan dari ayah-ayah kami. Kami sekarang melakukan peran kami untuk menyampaikan tugas ini kepada anak-anak kami. Anak-anak kami akan menyampaikannya kepada anak-anak mereka hingga hal yang terkait dengan Imam Husein as ini tetap abadi dalam sejarah dari generasi ke generasi selanjutnya."
Pelayan peziarah Arbain dari Lebanon: "Bertanya kepadaku bahwa apakah saya bisa membeli mobil dengan uang ini. Kami tidak ingin membeli mobil, namun kami ingin membeli tempat di depan Imam Husein as."
Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Semua yang kami punya dari Imam Husein as. Dan jika kami menghabiskan umur kita, ini tetap tidak seberapa di hadapan Imam Husein as."
Pelayan peziarah Arbain dari Irak: "Jika sekarang saya bisa menjual rumah saya, dan membelanjakan uangnya di jalan Imam Husein as, maka saya akan melakukannya. Sebab, saya tidak punya rumah selain ini."
Pelayan peziarah Arbain dari Lebanon: "Saya mengatakan bahwa ini adalah jalan surga dan kami memiliki tempat kecil di jalan ini."



























