کمالوندی
Hamas Respon Serangan Israel terhadap Pos-pos Muqawama
Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) saat merespon serangan rezim Zionis Israel terhadap pos-pos muqawama di Jalur Gaza menyatakan, muqawama akan membalas serangan ini.
Seperti dilaporkan IRNA, Jubir Hamas Fauzi Barhum Sabtu (02/11) seraya menjelaskan bahwa serangan Israel terhadap warga tak berdosa indikasi rencana sistematis rezim ini merusan dan menghancurkan Gaza, menambahkan, muqawama akan memberi balasan tegas atas serangan Israel ini.
Jet tempur Israel Sabtu dini hari dilaporkan membombardir berbagai wilayah Jalur Gaza dan mengakibatkan satu orang tewas dan tiga lainnya terluka.
Sejumlah pos pengintai kubu muqawama di barat laut Gaza juga menjadi sasaran serangan jet tempur Israel.
Muslim di Jerman Semakin tak Aman
Salah satu tokoh Muslim Jerman mengkonfirmasi eskalasi ketidakaamanan umat Muslim di negara ini.
Burhan Kesici, ketua Dewan Islam Jerman Jumat (01/11) dalam wawancaranya dengan Kantor Berita Anadolu mengatakan, di tahun 2019 terjadi lebih dari 80 serangan ke masjid di Jerman, kondisi keamanan sangat parah dan muslim tidak memiliki rasa aman yang cukup.
"Petinggi keamanan membutuhkan kerja sama dekat dengan masyarakat Islam untuk meningkatkan pemahaman, musyawarah dan meraih informasi tentang mereka," papar Kesici.
Kepala Dewan Islam Jerman ini merilis statemennya sehari setelah polisi Jerman terpaksa mengosongkan sebuah masjid di kota Cologne setelah ada ancaman bom.
Setelah melakukan penyisiran dan pemeriksaan teliti, polisi tidak menemukan adanya bom di masjid tersebtu dan menyatakan ini sebuah ancaman palsu.
Jerman selama beberapa tahun terakhir dilanda eskalasi Islamophobia. Di tahun 2018, lebih dari 100 masjid dan Islamic Center Jerman menjadi target serangan sayap kanan ekstrim negara ini.
Polisi Jerman tahun lalu mencatat lebih dari 813 kasus kejahatan terhadap Muslim termasuk pelecehan verbal, surat ancaman, dan serangan fisik yang sedikitnya mencidrai 54 etnis Muslim.
Jerman dengan populasi lebih dari 81 juta, temasuk negara Eropa barat yang memiliki populasi terbanyak.
Hizbullah: Berani Langgar Lebanon, Drone Israel akan Langsung Ditembak
Hizbullah Lebanon memperingatkan Israel bahwa drone rezim ini akan langsung ditembak jatuh jika berani melanggar zona udara Lebanon.
FNA Sabtu (02/11) melaporkan, central-media.org (Al-'Alam al-Harbi) Lebanon yang dekat dengan Hizbullah seraya merilis video pendek dengan subtitle Bahasa Ibrani yang memperingatkan rezim Zionis Israel, bahwa setiap pesawat nirawak Israel yang memasuki zona udara Lebanon akan ditembak jatuh.
Media Israel menganggap video ini sebagai pesan tegas untuk Israel bahwa drone mereka akan menjadi target serangan sebagaimana yang dijanjikan Hizbullah.
Sampai saat ini sejumlah drone mata-mata Israel ditembak jatuh oleh Hizbullah di Lebanon selatan.
Israel berulang kali melanggar resolusi 1701 Dewan Keamanan dengan menerobos zona udara Lebanon.
Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB yang dirilis pasca berakhirnya perang 33 hari Israel dengan Lebanon tahun 2006, memperingatkan Israel atas langkah permusuhan terhadap Beirut, namun rezim ini tanpa mengindahkan resolusi ini, senantiasa melanggar zona udara, darat dan laut Lebanon.
Jaksa Agung Israel Halangi Kelanjutan Posisi PM Netanyahu
Jaksa Agung Israel mengkonfirmasi akan mencegah kelanjutan posisi perdana menteri Benjamin Netanyahu jika ia terbukti bersalah di berkas skandal korupsi.
Kanal 13 televisi Israel Sabtu (02/11) melaporkan, Jaksa Agung Israel Avichai Mandelblit pekan ini akan berunding dengan hakim, pengacara, pakar hukum dan pemerintah terkait berkan 4000, berkas paling berat mengenai tudingan terhadap Netanyahu. Ia berusaha meraih kesimpulan untuk mengambil keputusan terkait berkas ini di akhir bulan November.
Jaksa Agung Israel bulan Februari lalu mengumumkan berencana mengadili Netanyahu 2 Oktober terkait tiga bekas skandal korupsi.
Polisi Israel tengah menyelidiki empat berkas skandal korupsi perdana menteri Benjamin Netanyahu.
Ketika Netanyahu bersaing dengan rival politiknya untuk membentuk kabinet dan mengambil kekuasaan, berkas hukum Netanyahu akan sangat berpengaruh pada kesuksesan dalam membentuk kabinat serta menempati posisi perdana menteri. Artinya berkas ini juga menentukan masa depan politik Israel.
Transformasi Lebanon dalam Perspektif Nasrullah
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah kemarin menyampaikan pandangannya tentang dinamika terbaru negaranya yang dilanda krisis politik.
Lebanon menghadapi aksi demonstrasi massa sejak 9 Oktober lalu. Para pengunjuk rasa menyerukan perbaikan mata pencaharian dan pemberantasan korupsi. Aksi protes rakyat ini memicu pengunduran diri Saad Hariri dari jabatannya sebagai perdana menteri. Sayid Hassan Nasrullah menyampaikan dua pidato di Lebanon tidak lama setelah protes meletus, dan pidato kemarin menjadi yang pertama setelah pengunduran diri Hariri dan yang ketiga setelah protes dimulai.
Dalam tiga pidatonya, Nasrullah mengemukakan pandangan Hizbullah menyikapi protes ini. Menurutnya, Hizbullah mendukung protes rakyat dan tuntutan mereka, tapi menentang segala bentuk kekerasan baik dilakukan oleh pengunjuk rasa maupun pasukan keamanan, dan menyerukan supaya pemerintah melayani kepentingan rakyat.
Dalam pidatonya kemarin, Sekjen Hizbullah menyampaikan pandangan kritisnya. Pertama mengenai metode protes para pengunjuk rasa. Meskipun menegaskan kembali dukungannya terhadap tuntutan rakyat, tetapi ia mengkritik perilaku anarkis dan penutupan jalan oleh para demonstran yang mengganggu kehidupan masyarakat.
Kritik kedua terhadap pendekatan Saad Hariri dalam menyikapi aksi protes rakyat. Sayid Hassan Nasrullah sebelumnya menentang pengunduran diri Saad Hariri dari jabatan perdana menteri. Bahkan menggambarkan masalah saat ini berkaitan dengan periode tiga dekade sebelumnya. Ia juga menyebut pengunduran diri Hariri sebagai aksi tidak bertanggung jawab dalam situasi krisis saat ini. Langkah tersebut bukan hanya tidak mengurangi masalah rakyat, bahkan semakin meningkatkan persoalan yang mengimpit rakyat Lebanon.
Masalah lain yang disoroti Nasrullah dalam pidatonya kemarin mengenai penekanan terhadap dimensi eksternal dari perkembangan terakhir di Lebanon. Di satu sisi, ia menyinggung peran destruktif AS dalam memperkeruh masalah ekonomi Lebanon. Di sisi lain, terjadi peningkatan peran negatif aktor asing dalam protes baru-baru ini. Sumbu Arab, termasuk Arab Saudi, bersama dengan rezim Zionis dan Amerika Serikat, berusaha untuk menyebarkan propaganda anti-Hizbullah dengan menuding gerakan perlawanan Islam ini sebagai pemicu masalah ekonomi di Lebanon, sekaligus pelaku kekerasan terhadap para pengunjuk rasa.
Dengan pendekatan ini, Seyed Hassan Nasrullah dalam pidato sebelumnya menekankan bahwa masalah Lebanon saat ini adalah akumulasi dari masalah yang menumpuk selama tiga dekade. Dalam pidatonya kemarin, sekretaris jenderal Hizbullah menekankan bahwa "sejauh ini tidak ada pemerintahan atas nama Hizbullah yang telah dibentuk di Lebanon dan mereka yang menggunakan istilah-istilah seperti itu ingin menyematkan semua label kegagalan atas nama Hizbullah."
Aspek lain dari pidato Nasrallah mengenai penekanannya terhadap kekuatan militer Hizbullah dan akan terus menggunakan kekuatan tersebut. Salah satu tujuan aktor asing dalam protes baru-baru ini adalah untuk mengubah protes rakyat menjadi aksi anti-Hizbullah.
Laporan Aksi March of Returns ke-81
Ribuan orang berkumpul di beberapa titik di perbatasan Jalur Gaza untuk menggelar aksi demo March of Returns pada Jumat sore (1/11) lalu. Aksi ini merupakan aksi yang kedelapan puluh satu. Demonstran dalam aksi ini menuntut rezim Zionis Israel untuk membuka blokade Jalur Gaza.
Diwartakan oleh Anadolu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 59 orang menderita luka-luka akibat tindak kekerasan yang dilakukan tentara Israel dalam menangani demonstran ini. 34 diantaranya terluka akibat tertembak peluru tajam.
Tercatat lebih dari 270 orang yang mengikuti aksi-aksi ini meninggal dan ribuan lainnya luka-luka semenjak pertama kali diselenggarakan pada bulan Maret 2018 silam.
PBB Bekerjasama dengan Turki untuk Pulangkan Pengungsi Suriah
Badan Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dikabarkan akan bekerjasama dengan Turki untuk memulangkan sebanyak 2 juta pengungsi Suriah kembali ke negaranya. Hal ini diumumkan secara resmi oleh PBB sebagaimana yang dilaporkan oleh Anadolu.
Pengumuman ini merupakan salah satu hasil pertemuan tertutup antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres pada Jumat (1/11) di Vahdettin Pavilion di Istanbul, Turki.
“Sekjen menekankan prinsip-prinsip dasar terkait dengan pemulangan pengungsi secara sukarela, aman dan terhormat. Ia memberitahu Presiden (Erdogan) bahwa UNHCR akan segera membentuk tim untuk mengkaji proposalnya dan mulai berbincang dengan pejabat Turki. Hal ini sesuai dengan mandat yang telah diberikan,” ujar juru bicara PBB pada Jumat (1/11).
Guterres sangat mengapresiasi dukungan Turki terhadap hal-hal yang diupayakan oleh PBB di Timur Tengah.
Netanyahu Inginkan Pemilu Putaran Ketiga
Dilansir dari Middle East Monitor, seorang analis Israel menilai Benjamin Netanyahu lebih memilih untuk mengulang pemilu untuk kali ketiga daripada membentuk pemerintahan bersama dengan rival politiknya, Benny Gantz.
Sebelumnya, Netanyahu mengumumkan bahwa pihaknya bersedia untuk membentuk pemerintahan bersama dimana dia tidak lagi menjabat sebagai Perdana Menteri. Hal itu disampaikan pasca Gantz menyatakan bahwa partainya berubah haluan politik dari liberal-kiri ke sayap kanan.
Baca juga: Netanyahu Gagal, Rivlin Serahkan Mandat ke Gantz
Sima Kadmon, analis media Yedioth Ahronoth menyebut Netanyahu ‘ketakutan dan bersedia untuk melakukan apa saja demi menjaga kursinya serta tidak berhadapan dengan amukan sistem peradilan’.
Sebagaimana diketahui bahwa Netanyahu terlibat beberapa kasus korupsi. Hanya saja, undang-undang Israel memberikan kekebalan hukum pada pejabat tertinggi pemerintahan yaitu Perdana Menteri selama ia menjabat. Dengan begitu, mengamankan kursi PM bagi Netanyahu berarti keamanan dari jeratan hukum dan peradilan.
Al-Baghdadi, dari Penjara AS hingga Pemimpin ISIS
Media menukil banyak pernyataan petinggi AS tentang kematian pemimpin kontroversial ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi dalam operasi khusus di wilayah Idlib, Suriah. Dengan keyakinan penuh, petinggi AS mengabarkan kematian al-Baghdadi dalam operasi militer tersebut.
Berikut adalah secuil kisah perjalanan Abu Bakr al-Baghdadi.
5 tahun sembunyi. Abu Bakr al-Baghdadi menghabiskan hari-harinya di suatu tempat yang tidak diketahui dan tiba-tiba dilaporkan kabar kematiannya dalam serangan operasi militer AS di Idlib, Utara Suriah.
Al Jazeera memandangnya bukan satu kejadian kebetulan, khususnya ketika Presiden AS mengetik satu tulisan mengherankan dalam akun twiternya, “Saat ini terjadi peristiwa besar”.
Sama seperti kematiannya, kehidupan al-Baghdadi penuh lika-liku. Ia tertulis dalam buku most wanted AS. Pemerintah Washington pernah menghargainya sebesar 25 juta dolar. Lalu siapakah Abu Bakr al-Baghdadi ini?
Kelahiran Samarra, Pendidikan Baghdad
Ibrahim Awad Ibrahim Ali al-Badri al-Samarrai adalah nama asli Abu Bakr al-Baghdadi. Lahir tahun 1971 di kota Samarra, Irak dalam keluarga al-Badri.
The Daily Telegraph, Inggris, menuliskan bahwa umur 18 tahun, al-Baghdadi pindah ke al-Thabji, Baghdad dan menyelesaikan S1 dan S2-nya dalam bidang ilmu Islam. S3 juga ia sempurnakan di universitas yang sama dalam bidang hukum Islam, tepatnya tahun 2000.
14 Tahun Menjadi Imam Sholat
Hingga tahun 2004, al-Baghdadi masih tinggal di al-Thabji. Abu Bakr al-Baghdadi tinggal di satu kamar yang berdampingan dengan masjid. Dan selama 14 tahun ia menjadi imam sholat masjid tersebut. Setelah ribut dengan pemimpin masjid dan masyarakat sekitar, al-Baghdadi meninggalkan al-Thabji.
“Al-Baghdadi hanya bermain bola dan ia pemain terbaik tim masjid”, kata salah seorang warga setempat.
Beberapa media Arab menukil kisah al-Baghdadi dari sebagian mantan gurunya. “Sebelumnya ia bukan seorang Wahabi Salafi. Ia ahli tajwid. Selain baca Quran, ia tidak memiliki keistimewaan lain”, kata mereka. Padahal site-site Jihadis melaporkan S3-nya.
Kemudian al-Baghdadi bergabung dengan kelompok kecil al-Tauhid wa al-Jihad pimpinan Abu Musab al-Zarqawi asal Yordania. Ia ikut perang di provinsi al-Anbar, Barat Irak.
Ditangkap AS
Militer AS berhasil menangkap Abu Bakr al-Baghdadi. Militer memenjarakannya selama 4 tahun di penjara Buka, Basrah. Selama di penjara, ia kenal dengan elemen-elemen al-Qaeda dan akhirnya ia bergabung dengan mereka.
CBS News menukil pernyataan pemerintah AS bahwa selama AS menguasai Irak tahun 2004, al-Baghdadi ada di penjara. Dan fotonya juga masih ada.
Buka adalah satu penjara yang dibangun AS di Basrah, Irak. Teroris paling ekstrem biasa dipenjara di sana. Sebagian ekstremis dibebaskan oleh militer AS tahun 2009.
Abu Bakr al-Baghdadi tidak bertemu dengan Abu Muslim al-Turkmani (Wakil Pemimpin ISIS) Haji Bakr dan Abu Qasim (dua Komandan ISIS) di Suriah. Tetapi mereka bertemu di penjara.
Buka adalah penjara paling lengkap. Beberapa tahanan Abu Ghraib juga dipindah ke sana. Dan beberapa Komando senior ISIS juga pernah ditahan di sana.
Al-Zarqawi memerintahkan al-Baghdadi untuk perangi militer AS. Al-Zarqawi sendiri tewas dalam serangan udara Washington tahun 2006. Setelah itu, al-Baghdadi masih menjadi anak buah Abu Omar al-Baghdadi, yang tewas tahun 2010. Dari tahun inilah Abu Bakr al-Baghdadi memimpin kelompok teroris bernama Daulah Islam Irak.
Abu Bakr al-Baghdadi melihat kesempatan melawan Bashar Assad. Ia langsung menyerang Suriah tahun 2011.
Abu Bakr al-Baghdadi mengirim wakilnya, Abu Mohammad al-Julani, ke Suriah untuk membangun pangkalan al-Qaeda. Pasca itulah, Jabhat al-Nusra mengumumkan eksistensinya dengan aksi-aksi terorisme dan menjadi oposisi Suriah yang paling getol.
Persatuan Sementara dengan Jabhat al-Nusra
9 April 2011, satu file al-Baghdadi tersebar. Dalam file tersebut, Abu Bakr al-Baghdadi menegaskan bahwa al-Nusra adalah cabang dari Daulah Islam Irak. “Jabhat al-Nusra dan Daulah Islam Irak adalah kelompok teroris Daulah Islami Irak-Suriah (DAESH)”, tegasnya.
Bersama dengan pengaruh al-Julani di Suriah dan penolakannya atas keputusan al-Baghdadi mengenai persatuan Jabhat al-Nusra dan Daulah Islam Irak. Abu Bakr al-Baghdadi mendeklarasikan perang atas Jabhat al-Nusra. Inilah penyebab terpisahnya al-Baghdadi dari al-Qaeda.
Abu Bakr al-Baghdadi meminta Ayman al-Zawahiri, Pemimpin al-Qaeda, untuk tidak menyerahkan Suriah ke Jabhat al-Nusra. Sehingga al-Baghdadi meluaskan wilayah operasinya hingga Utara dan Timur Damaskus pada tahun 2012-2013.
Menukil dari sumber ISIS, Reuters melaporkan bahwa al-Baghdadi adalah satu-satunya teroris yang tidak membaiat al-Zawahiri pasca kematian Osama bin Laden.
Pemerintah ISIS
29 Juni 2014 al-Baghdadi mengumumkan kekhilafahan Islam. Abu Bakr al-Baghdadi menobatkan diri sebagai pemimpin semua muslim dan menuntut semua kelompok teroris untuk membaiatnya.
Abu Mohammad al-Adnani, Jubir ISIS, dalam rekaman suara menyatakan, nama Daesh berubah menjadi Daulah Islam.
4 Juli 2014, untuk pertama kalinya Abu Bakr al-Baghdadi menampakkan diri ke khalayak umum dan berpidato di masjid di Mosul. Foto-foto pemimpin Daulah Islam bertebaran di dunia maya. Sedangkan pemerintah Irak meragukan foto-foto tersebut karena menurut pemerintah Irak, al-Baghdadi terluka dan sembunyi di Suriah.
April lalu al-Baghdadi juga berpidato untuk menepis isu pro dan kontra kematiannya.
AS Tingkatkan Pengiriman Senjata ke Suriah dan Irak
Meskipun AS mengklaim menarik pasukannya dari Suriah, tapi sebagian sumber media Barat melaporkan negara ini mengirimkan lebih banyak senjata dan alutsista ke negara Arab itu.
Situs Military Times mengutip sumber di angkatan udara AS, melaporkan, pemerintahan Trump mengklaim menarik pasukannya dari Asia Barat dalam koalisi global melawan ISIS yang dipimpin AS, tapi tahun ini justru meningkatkan pengiriman senjata dan alutsista, bahkan lebih besar daripada operasi pembebasan di Mosul dan Raqqa.
Dilaporkan, militer AS telah mengerahkan lebih dari 453 ton senjata dan alutsista ke berbagai daerah di Irak dan Suriah hanya dalam setahun terakhir.
Di Afghanistan, di mana Pentagon mengklaim telah menarik lebih dari 2.000 tentaranya, tahun ini AS justru mengirim lebih dari 122 ton peralatan militer dan logistik ke Afghanistan.
Presiden AS Donald Trump dalam rapat umum persiapan pilpres di Minnesota bulan lalu mengatakan, "AS akan berada di Afghanistan untuk waktu yang singkat. Tetapi kami telah berada di Afghanistan selama lima tahun terakhir dan sekarang saatnya membawa pulang pasukan ke rumahnya masing-masing,".



























