کمالوندی

کمالوندی

Islamphobia adalah sebuah ungkapan baru yang berkaitan diskriminasi atau fanatisme anti-Islam dan Muslim. Kata ini untuk pertama kalinya digunakan pada dekade 1980, namun pasca 11 September 2001, penggunaannya semakin meluas.

Sejak itu, Islamphobia berarti kekhawatiran dan kebencian terhadap Muslim, serta pemahaman terhadap Islam yang tidak memiliki nilai kolektif dengan budaya lain dan berada di posisi yang lebih rendah di Barat. Islam bukan sebuah agama langit melainkan sebuah ideologi politik radikal.

Islamphobia adalah dalam rangka menciptakan ketakutan terhadap agama dan syariat Islam, masyarakat Islam dan peradaban Islam. Itu merupakan kinerja media massa Barat dengan tujuan memperluas hegemoni dan juga dalam rangka mencoreng citra Islam dengan isu-isu seperti kekerasan, terorisme, anti-hak asasi manusia, despotisme,terbelakang, non-sipil, berbahaya untuk dunia, pembunuh dan tidak rasional. Dengan cara itu, mereka berusaha menciptakan atmosfer Islamphobia dalam masyarakat dunia.

Di antara seluruh agama yang berurusan dengan Kristen, hanya agama Islam yang lebih disalahpahami dan pada akhirnya menjadi target serangan dunia Kristen. Lebih dari 1.000 tahun, Islam dinilai sebagai salah satu ancaman utama bagi masyarakat Eropa.Sikap tersebut akhirnya melahirkan perspektif bahwa Islam dan penganutnya adalah musuh paling berat Kristen Barat. Adapun dampak utama pencitraan negatif dari Islam adalah pembenaran anggapan tidak benar tentang Muslim ditambah lagi dengan kinerja radikal serta gaya hidup para panguasa Timur di negara-negara Muslim. Perpaduan antara asumsi infaktual dan kinerja radikal serta gaya hidup para penguasa negara-negara Islam itu semakin mempercepat perluasan Islamphobia.

Penggunaan Islamphobia meningkat pada era pemerintahan mantan presiden AS George W. Bush dan khususnya pasca serangan 11 September 2001. Wacana tersebut merupakan dampak langsung dari perang melawan terorisme yang diupayakan Bush dengan alasan serangan 11 September. Setelah runtuhnya Uni Soviet Amerika Serikat tidak memiliki musuh di dunia dan serangan 11 September dijadikan sebagai alasan untuk membangun musuh baru dan menduduki negara Muslim yang sebelumnya dijajah pihak komunis.

Di saat musuh-musuh di era Perang Dingin, menjadi teman baru lembaga-lembaga penting Barat termasuk NATO, masalah keberadaan militan islamis, telah membantu visualisasi musuh baru kolektif Amerika Serikat. Secara keseluruan, pada beberada dekade di akhir abad-20, Islam tidak diperkenalkan dengan baik dalam sistem media massa Amerika Serikat. Selama itu, televisi-televisi seperti CNN dan media cetak serta sinema, memiliki peran penting dalam membentuk dan mengelola opini publik Amerika Serikat. Oleh karena itu mengingat visualisasi tidak benar terhadap Islam dan Muslim, dalam beberapa tahun pasca seranan 11 September, perspektif anti-Islam semakin meningkat di Amerika Serikat.

Berdasarkan sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga Gallup di Amerika Serikat, 22 persen responden menyatakan bahwa mereka tidak ingin bertetangga dengan Muslim, 39 persen ingin agar warga Muslim AS diberi tanda khusus yang membedakan mereka dari warga AS lainnya. Secara keseluruhan, politik pemerintah Amerika Serikat berdasarkan pada prinsip xenophobia sehingga mengokohkan Islamphobia, yang pada hakikatnya bertentangan dengan hukum hak-hak sipil dan supremasi hukum serta nilai-nilai kemanusiaan nasionalnya.

Pengurungan untuk jangka waktu lama dan tanpa perhitungan yang tercatat dalam berbagai data, pengambilan sidik jari dari warga Muslim, ekstradisi sejumlah warga Muslim, serta kelambanan dalam menangani berkas permintaan kewarganegaraan Amerika Serikat, merupakan di antara hasil dari Islamphobia dalam kebijakan negara itu. Masalah tersebut saat ini telah berubah menjadi sebuah norma umum.

Diskriminasi dan perilaku menyimpang terhadap warga Muslim di Barat, khususnya di Amerika Serikat, terjadi dalam berbagai bentuk. Bahkan hal-hal itu juga berdampak pada pemberian layanan yang timpang di berbagai restoran, pusat-pusat hiburan dan semacamnya. Kerap warga Muslim mendapat perilaku buruk dan tidak terhormat, olokan, penghinaan dan lain-lain. Di lain pihak, pihak berwenang menunjukkan sikap yang lebih ekstrim terhadap warga Muslim dengan penggeledahan tidak terhormat, pemukulan dan berbagai perilaku diskriminatif lain.

Di dunia Barat, Kristen khususnya kelompok Protestan, berperan penting dalam perluasan Islamphobia. Kelompok ini, akibat pengalaman sejarah yang mereka miliki soal peran dan intervensi agama di kancah sosial pada abad pertengahan, merasa terusik dengan masuknya agama dalam kehidupan sosial. Oleh sebab itu, mengingat peran sosial agama Islam, kelompok Kristen itu merasa terganggu dengan penyebaran Islam di bumi Eropa.

Kelompok Protestan menjelaskan Islam dengan menggunakan label-label yang marak dinisbatkan kepada Islam pada abat pertengahan. Sementara, kelompok Kristen radikal Amerika Serikat yang juga disebut dengan Kristen Zionis, memanfaatkan secara maksimal serangan 11 September 2001 untuk memasyarakatkan Islamphobia. Mereka menggunakan berbagai rekaman pidato Ben Laden dan sepemikirannya yang anti Yahudi dan Kristen, serta pernyataan-pernyataan kerasnya, sebagai bukti kuat untuk mencoreng citra Islam dan Muslim. Pernyataan para pemimpin sayap kanan Kristen Amerika Serikat dalam hal ini menunjukkan bahwa pelontaran berbagai masalah negatif anti-Islam dan Muslim pasca 11 September, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari wacana politik mereka. Dalam hal ini mereka mengemukakan konsep-konsep di antaranya, “jejak teroris Muslim di Amerika Serikat, Islam versus Barat dan pedang Islam” untuk menebar citra negatif tentang Islam dan Muslim di berbagai media massa penting di Amerika Serikat.

Namun setelah satu dekade berlalu sejak serangan 11 September, kini tibalah giliran pemanfaatan berbagai aktivitas ekstrimis kelompok teroris Takfiri (ISIS). Untuk kali ini, media massa Amerika Serikat dan Barat dengan menyebutkan nama ISIS yang berarti “pemerintah Islam”, berusaha untuk menisbatkan perilaku ISIS dengan pemikiran Islam yang sesungguhnya. Media massa ini meliput secara meluas seluruh aksi-aksi kekerasan ISIS serta menyetarakannya dengan pemikiran dan ajaran Islam.

Ini terjadi di saat Barat sendirilah yang melatarbelakangi pembentukan dan pengokohan kelompok-kelompok teroris Takfiri seperti ISIS. Sebagaimana yang diungkapkan Hillary Clinton, mantan menlu Amerika Serikat, dalam bukunya “Hard Choices”.  Ditegaskannya bahwa ISIS dibentuk oleh Amerika Serikat dan dinas-dinas intelijen negara-negara sekutunya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa proyek 11 September dan kelompok teroris Takfiri ISIS, keduanya adalah bagian dari perencanaan politik jangka panjang Islamphobia. Hal itu juag dimanfaatkan oleh Hollywood untuk menyebarkan Islamphobia dengan menampilkan berbagai aksi sadis kelompok ISIS.

Barat sepenuhnya mengetahui masalah ini bahwa Islam merupakan tantangan berat bagi hegemoni mereka. Tantangan yang dihadapi mereka dari Islam jauh lebih dalam dan berat dari bahaya perluasan komunisme. Apalagi  Islam bukan hanya dilihat dari sisi ideologinya saja, mengingat Islam juga berhubungan dengan sumber-sumber alam melimpah di dunia.

Barat bersaing dengan komunisme soal pengaruh mereka di dunia termasuk di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Akan tetapi dalam berhadapan dengan Islam, Barat harus menyusun rencana perang dan pertempuran di berbagai level. Karena umat Islam umat Islam mampu bangkit untuk memperjuangkan hak-hak mereka, sebagaimana gerakan kebangkitan di Timur Tengah yang dimulai dari Revolusi Islam Iran. Bangkitnya kembali Islam politik akhirnya memaksa Amerika Serikat untuk agresif berhadapan dengan Republik Islam Iran. Apalagi, gelombang kebangkitan Islam di Timur Tengah pada tahun 2011, terinspirasi dari Revolusi Islam Iran.

Selasa, 25 April 2017 22:04

Syeikh Zakzaky, Pejuang Jalan Kebenaran

Syeikh Ibrahim Zakzaky, pemimpin Muslim Nigeria dilahirkan pada 5 Mei 1953 di kota Zaria, Nigeria Utara. Ia menempuh pendidikan dasarnya di sekolah tradisional al-Quran dan Islam di Zaria di bawah bimbingan guru-guru besar seperti, Isa Madaka dan Sani Abdulkadir.

Syeikh Zakzaky mulai tahun 1971-1975 menimba pendidikan di sebuah lembaga terkenal Sekolah Studi Arab (SAS) di Kano. Setelah meraih prestasi cemerlang di sekolah tersebut, ia langsung diterima di Universitas Ahmadu Bello (ABU) di Zaria.

Syeikh Zakzaky memilih jurusan ekonomi di ABU dan berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1979. Tapi, pihak universitas menahan ijazah Zakzaky dengan alasan keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan Islami. Ia adalah anggota aktif di Muslim Student Society (MSS). Selama menjadi mahasiswa, ia bahkan dikenal di tingkat nasional Nigeria karena sangat aktif di kegiatan keagamaan dan Islami. Oleh sebab itu, ijazah Zakzaky ditahan oleh universitas yang dikuasai kubu sekuler.

Universitas sengaja menahan ijazah Zakzaky, karena pada tahun 1978, saat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Muslim Student Society, ia dituding sebagai otak utama di balik demonstrasi nasional dalam mendukung masuknya syariat Islam ke dalam konstitusi Nigeria. Meskipun kaum Muslim membentuk setengah dari populasi Nigeria, namun konstitusi negara itu disusun berdasarkan parameter-parameter lain dan protes masyarakat telah mengundang kemarahan otoritas Nigeria. Untuk itu, pemerintah dan penguasa Nigeria sangat marah terhadap Zakzaky.

Sebuah goncangan besar terjadi dalam kehidupan Zakzaky pada tahun 1978 dan 1979. Pada masa itu, ia bertemu dengan Imam Khomeini ra di pengasingan di Paris. Satu tahun setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Zakzaky sebagai Sekjen Mahasiswa Muslim Afrika datang ke Iran untuk bertemu Imam Khomeini ra di Tehran. Pada kesempatan kedua ini, Imam Khomeini ra menyerahkan sebuah al-Quran kepadanya sebagai hadiah sambil berkata, “Pergilah dan berilah hidayah kepada rakyatmu dengan al-Quran.”

Setelah peristiwa itu, kehidupan Zakzaky menemukan makna yang sesungguhnya dan seakan-akan sebuah jalan terang sedang terbentang di hadapannya, di mana pancaran cahayanya mengarahkan Zakzaky ke arah kebenaran yang besar. Setelah pertemuan tersebut, ia memilih mazhab Ahlul Bait dan masuk Syiah. Ia bertekad untuk memberi teladan perilaku yang mulia dan baik seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya.

Syeikh Zakzaky benar-benar ingin meneladani akhlak Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya. Ia mendahului dalam mengucapkan salam bahkan kepada anak-anak. Ia memilih pakaian sederhana, tapi bersih dan selalu memperlihatkan kesantunan dan penghormatan kepada semua orang baik Muslim maupun non-Muslim. Perilaku mulia dan sikap adil yang ditunjukkan oleh Syeikh Zakzaky mendorong banyak warga Kristen dan kelompok-kelompok Islam lain di Nigeria untuk memilih mazhab Ahlu Bait.

Syeikh Zakzaky menjadi rujukan ketika terjadi perselisihan antara Muslim dan non-Muslim di Nigeria. Ia benar-benar ingin menyingkap kebenaran dan memutus perkara dengan adil. Jika kebenaran ada di pihak non-Muslim, Syeikh Zakzaky akan memberi keputusan sesuai fakta dan memberikan hak mereka. Perilaku adil ini dan akhlak luhurnya telah memperluas penyebaran Islam murni di Nigeria. Kecintaan kepada Ahlul Bait as, khususnya Imam Husein as telah mengisi setiap sudut di negara Afrika Barat itu.

Syiah merupakan kelompok asing di Nigeria sebelum Syeikh Zakzaky memilih mazhab itu dan hanya ada beberapa orang yang menganut Syiah. Akan tetapi berkat dakwah dan perjuangan Syeikh Zakzaky, Nigeria sekarang menjadi negara dengan mayoritas penduduk Muslim di Afrika. Data resmi menyebutkan bahwa kaum Muslim membentuk sekitar 65 persen dari total 180 juta penduduk Nigeria. Meski penduduknya mayoritas Muslim, pemerintah Nigeria dikenal sekuler.

Syeikh Zakzaky memimpin Gerakan Islam Nigeria dan ia aktif di dalamnnya. Organisasi ini memiliki lebih dari 300 Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang tersebar luas di berbagai daerah, terutama di wilayah utara Nigeria. Mereka dikenal dengan nama Sekolah Fudiyyah. Selain mengelola banyak pusat-pusat Islam dan lembaga lainnya, gerakan itu juga memiliki koran yang paling banyak beredar di Nigeria yaitu, Al Mizan dalam bahasa Hausa. Gerakan Islam Nigeria memiliki misi untuk mencerahkan masyarakat Muslim untuk tugas mereka sebagai individu atau komunitas.

Syeikh Zakzaky sebagai pemimpin Gerakan Islam Nigeria telah menghabiskan banyak umurnya untuk berdakwah tentang ajaran Islam murni dan mazhab Ahlul Bait as. Ia berkali-kali dipenjara oleh rezim Nigeria karena ideologinya. Ia juga menghafal seluruh al-Quran serta menghabiskan waktunya untuk mengkaji dan meneliti berbagai dimensi Islam. Syeikh Zakzaky mampu berbicara dalam banyak bahasa termasuk Hausa, Arab, Inggris, Spanyol, dan Persia. Ia pernah diundang ke Sierra Leone, Niger, Aljazair, Inggris, Perancis, Spanyol, Amerika Serikat, Lebanon, Azerbaijan, dan Iran, untuk menyampaikan caramah agama.

Syeikh Zakzaky sangat mencintai Ahlul Bait Nabi as dan berkali-kali datang ke kota Mashhad untuk berziarah ke Makam Imam Ali Ridha as. Dalam sebuah wawancaranya tentang Imam Ridha, ia mengatakan, “Berbicara tentang Imam Ridha atau apapun yang disampaikan tentangnya, tidak hanya terbatas di buku, makalah, seminar atau di tempat-tempat di mana kita tinggal. Kita harus menanamkan semua perilaku seperti yang diucapkan oleh Imam Ridha. Kesantunan itu harus tampak dalam perilaku kita. Ini jauh lebih penting. Kita harus mempelajari adab, jihad, rasionalitas, kerja keras, kesabaran, dan… dari beliau dan kemudian mengamalkannya.”

Ia lebih lanjut menjelaskan sebuah poin penting yang menjadi tujuan dakwahnya di Negeria. Ia mengatakan, “Ketika kita kembali ke negara masing-masing, kita harus mengamalkan ucapan Imam Ridha yang berkata, ‘Semoga Allah merahmati orang-orang yang menghidupkan perintah kami. Ketika para sahabat bertanya tentang isi perintahnya, beliau berkata, ‘Pelajarilah makrifat ucapan kami dan ajarilah masyarakat, karena jika masyarakat mendengar keindahan ucapan kami dan mengenalinya, mereka pasti akan mengikuti kami.’”

Pemimpin Syiah Nigeria ini dalam penjelasannya menyinggung gerakan-gerakan keagamaan Imam Ridha dan Imam Husein as, dan mengatakan, “Kita punya dua nadi kehidupan dalam sejarah para imam maksum as; pertama gerakan Imam Husein dan satu lagi gerakan Imam Ridha. Pada masanya, Imam Ridha menghidupkan kembali agama dan itupun ketika pemikiran-pemikiran sesat merasuki Dunia Islam. Beliau datang ke Khorasan dan memilih wilayah itu untuk berhijrah. Kehadirannya di kota Mashhad adalah sebuah hikmah Ilahi dan Allah Swt berkehendak agar ia datang ke daerah itu, ia hidup di tempat terasing dan syahid dalam keterasingan serta dimakamkan di daerah asing. Semua ini mengandung hikmah Ilahi.”

Syeikh Zakzaky juga menyimpan ketertarikan luar biasa kepada Revolusi Islam dan pemimpinnya yaitu, Imam Khomeini ra dan Sayid Ali Khamenei. Ia percaya bahwa konflik dan kekerasan di dunia telah mencapai puncaknya, dan Republik Islam Iran – sebagai negara pengikut Ahlul Bait as yang mengajari dialog rasional – memainkan peran signifikan di dunia modern. Ia menambahkan, “Dengan berpijak pada rasionalitas dan budaya Imam Ridha as, Iran menyelesaikan masalah nuklir di meja perundingan dan ini adalah sebuah pesan yang harus kita bawa bersama di negara-negara kita.”

 

Sebelumnya, kita telah mempelajari biografi singkat dan sepak terjang Pemimpin Gerakan Islam Nigeria, Syeikh Ibrahim Zakzaky. Ia pernah dua kali bertemu Imam Khomeini ra dan merasakan perubahan spiritual yang luar biasa dalam dirinya.

Mujahid dari Afrika ini menemukan sosok Imam Khomeini ra sebagai teladan praktis terbaik dalam berbagai dimensi kepribadian, agama, dan politik, dan kemudian ia memutuskan untuk menjadi pengikut Bapak Pencetus Revolusi Islam Iran itu.

Setelah pertemuan tersebut, Syeikh Zakzaky memilih mazhab Ahlul Bait as dan ia kemudian menjadi seorang pemimpin yang berani dan adil berkat perilaku mulianya dan perjuangan tak kenal lelah. Ia adalah seorang tokoh yang dicintai oleh banyak hati. Keikhlasan dan dakwahnya telah melahirkan generasi yang mencintai mazhab Ahlul Bait dan Imam Husein as di Nigeria.

Hassan Bala, juru bicara Gerakan Islam Nigeria mengatakan, “Alasan mengapa Syeikh Zakzaky sekarang memiliki banyak pengikut adalah karena ia memilih pendekatan damai di Nigeria. Dalam waktu kurang dari 20 tahun, jumlah Syiah di Nigeria mencapai jutaan orang dan ini terjadi karena teladan perilaku Syeikh Zakzaky yang terilhami dari para imam maksum as.”

Perjuangan Syeikh Zakzaky membuat populasi Syiah di Nigeria meningkat signifikan dalam tiga dekade lalu. Selama masa itu, jutaan Muslim Sunni dan warga Kristen memilih menganut mazhab Ahlul Bait as. Syeikh Zakzaky percaya bahwa Islam membawa sebuah pesan universal dan bukan milik bangsa Arab, tapi ia milik seluruh umat manusia dengan keanekaragaman budaya. Dalam perspektifnya, Islam murni Nabi Muhammad Saw adalah Islam yang penuh kasih sayang, cinta, dan persaudaraan, di mana Ahlul Bait as adalah figur-figur yang mengamalkan Islam murni ini dengan sempurna.

Ia mengatakan, “Islam datang sebagai sebuah pesan universal untuk mengubah pemikiran kita. Budaya masyarakat tentu saja dibiarkan lestari, tapi landasan pemikiran dan perilaku kita yang dirubah. Sebagai contoh, seseorang meninggalkan kebohongan – sebelum ia masuk Islam – demi menjaga reputasi sosialnya, tapi setelah memeluk Islam, ia meninggalkan dusta demi mencari keridhaan Allah Swt dan karena yakin tentang kehidupan setelah kematian, surga, dan neraka. Hal ini berlaku untuk semua dimensi perilaku pribadi Muslim. Ia sekarang berbuat baik demi mencari keridhaan Allah Swt dan mendekatkan diri kepada-Nya.”

Menurut Syeikh Zakzaky, semua dimensi positif yang ditemukan seseorang setelah menjadi Muslim adalah karena sebuah kekuatan perubahan yang disebut tauhid.

Seorang mahasiswa Nigeria yang masuk Syiah di tangan Syeikh Zakzaky, mengatakan, “Syeikh Zakzaky sekembalinya dari Iran pada tahun 1980, tidak membawa kata-kata Syiah dalam memperkenalkan keyakinan barunya itu dan semua isi dakwahnya disampaikan dalam format persaudaraan Islam.” Dengan kata lain, masyarakat pertama tertarik dengan akhlak mulianya dan kemudian tertarik dengan mazhabnya.

Berkat ajaran yang disampaikan Syeikh Zakzaky, masyarakat Syiah Nigeria memiliki perilaku Islami yang unik. Mereka bahkan tidak membangun masjid-masjid khusus yang terpisah dari saudara-saudara Sunni dan banyak dari keluarga miskin Ahlu Sunnah di Nigeria juga dibantu oleh Muslim Syiah. Setelah tragedi Mina di Mekkah, Syeikh Zakzaky mendatangi rumah-rumah Muslim Sunni untuk menyampaikan rasa duka dan mereka juga menjadi makmum shalat di belakang tokoh Syiah ini. Jadi, tidak heran jika kelompok Wahabi Al Saud sangat marah menyaksikan fenomena tersebut.

Menurut keterangan mahasiswa Nigeria itu, pengikut mazhab Ahlul Bait as sekarang punya nama harum di tengah rakyat Nigeria. Di mana saja mereka berurusan dengan seorang Muslim Syiah, mereka mengetahui bahwa ia benar-benar dapat dipercaya. Mereka tahu bahwa individu tersebut tidak berkata dusta, tidak mencuri, atau melakukan pelanggaran hukum. Semua keindahan perilaku ini adalah hasil dari kerja keras Syeikh Zakzaky.

Jumlah Muslim Syiah di Nigeria sekarang mencapai sekitar 8-12 juta orang dan ini terjadi setelah dakwah tak kenal lelah yang dilakukan oleh tokoh agama tersebut. Di Nigeria, para pengikut dan pecinta Ahlul Bait Nabi khususnya Imam Husein as, menunjukkan kecintaan mereka dalam berbagai pawai akbar dan mengikuti ritual-ritual keagamaan. Pada Hari Asyura dan Arabain, jutaan Muslim menempuh perjalanan jauh dengan jalan kaki ke kota Zaria untuk bersama-sama dengan saudaranya mengenang perjuangan Imam Husein as di Husainiyah Baqiyatullah.

Menurut sumber-sumber akurat, jalan kaki massal itu dilakukan secara spontan dan didasari oleh kecintaan Muslim Nigeria kepada Ahlul Bait as. Irak mencatat rekor dalam jalan kaki massal pada Hari Arbain dan Nigeria menduduki posisi kedua. Jumlah mereka semakin bertambah di setiap tahun dan disebutkan bahwa 10 juta Muslim Nigeria mengikuti pawai akbar itu pada tahun 2015. Ini semua berkat perjuangan Syeikh Zakzaky di negara Afrika Barat itu.

Bertambahnya jumlah pecinta Ahlul Bait as di Nigeria telah mengundang kekhawatiran banyak pihak terutama Arab Saudi, Amerika Serikat, dan rezim Zionis Israel. Mereka melancarkan konspirasi dan menginfiltrasi lembaga-lembaga pemerintah dan dinas intelijen Nigeria. Mereka sudah lama terganggu dengan aktivitas Syeikh Zakzaky dan sejak masih mahasiswa jurusan ekonomi ia dikenal sangat aktif dan berani.

Setelah Syeikh Zakzaky meraih sukses di Nigeria, musuh-musuh dalam negeri dan asing semakin marah terhadap kegiatan tokoh agama itu. Mereka khawatir bahwa pertumbuhan pesat Islam di Nigeria akan menumbangkan pemerintahan sekuler dan melahirkan sebuah pemerintah Islam di bawah pimpinan Syeikh Zakzaky. Musuh benar-benar takut bahwa Zakzaky akan berubah menjadi Khomeini ra kedua dan dengan membentuk pemerintahan Islam seperti Iran, maka celah untuk infiltrasi asing di Nigeria akan tertutup rapat.

Kekhawatiran yang dirasakan Arab Saudi, AS, dan otoritas Nigeria membuat tekanan terhadap Syeikh Zakzaky meningkat signifikan. Pada tahun 2014, pawai akbar peringatan Hari Quds Sedunia memantik kemarahan pemerintah dan militer Nigeria. Militer menyerang aksi damai masyarakat dan membunuh tiga orang putra Syeikh Zakzaky. Namun, pejuang Islam ini justru mendirikan shalat untuk jenazah putranya dan menegaskan bahwa putra-putranya adalah pengorbanan yang tidak berarti jika dibanding para syuhada Karbala. Sikap ini menunjukkan bahwa Syeikh Zakzaky mengorbankan seluruh wujudnya di jalan Islam dan mendidik manusia-manusia mulia. Ia siap mempersembahkan jiwanya dan keluarganya di jalan suci ini.

Pada 12 Desember 2015, militer Nigeria juga menyerang Muslim Syiah dengan alasan menghadang konvoi kendaraan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Nigeria, Jenderal Tukur Yusuf Buratai. Militer memberondong orang-orang tak berdosa, khususnya perempuan dan ana-anak di kota Zaria dan Husainiyah Baqiyatullah. Jumlah korban pembantaian itu mencapai lebih dari 1000 orang. Militer Nigeria juga menangkap 500 perempuan dan anak-anak sejak tentara menyerang rumah Syeikh Zakzaky.

Rakyat Nigeria di berbagai kota kemudian menggelar demonstrasi sebagai bentuk protes terhadap perlakuan keji militer terhadap Muslim Syiah. Mereka mengutuk keras kesewenang-wenangan itu dan menuntut agar Syeikh Zakzaky segera dibebaskan. Setelah menyaksikan maraknya protes, akhirnya diperoleh informasi bahwa Syeikh Zakzaky dan istrinya masih hidup dan mereka sedang dalam perawatan medis.

Pada 13 Januari 2016, Dewan Tinggi Nasional untuk Urusan Islam Nigeria (NSCIA), mengunjungi Syeikh Zakzaky yang dipenjara di Abuja. Menurut anggota NSCIA, Profesor Dahiru Yahya, kelompok itu telah bertemu dengan Syeikh Zakzaky dan istrinya dan mereka telah pulih dari luka tembak selama penangkapan.

Gerakan Islam Nigeria kembali mengulangi permintaan mereka bahwa Syeikh Zakzaky harus dibebaskan tanpa syarat. Pemerintah juga dituntut mengembalikan jasad korban tewas kepada keluarga mereka, merilis angka korban dan membentuk komisi yudisial yang independen untuk menentukan apa yang terjadi selama pembantaian di Zaria.

Syeikh Zakzaky sejauh ini melarang Muslim Nigeria melakukan perlawanan bersenjata. Ia lebih memilih jalan damai untuk menyelesaikan semua perkara dan meminta masyarakat Muslim untuk tidak memberi alasan di tangan pemerintah dan militer Nigeria. Meski demikian, militer tetap saja menyerang Muslim Nigeria.

Selasa, 25 April 2017 22:02

Sirah Kebudayaan Imam Musa Kazhim as

Imam Musa Kazhim as dijuluki dengan Abdus Saleh atau Hamba Saleh, karena kezuhudan dan ibadahnya. Beliau juga dijuluki Kazhim karena kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan masa, karena Kazhim berarti orang yang meredam amarahnya. Imam Musa Kazhim as, gugur syahid pada tanggal 25 Rajab 183 Hijriah.

Dalam sejarah disebutkan, masa kepemimpinan Imam Musa Kazhim as, adalah masa tersulit dalam kehidupan politik, sosial dan budaya Islam. Dua orang terkuat dari Bani Abbasiah, bernama Mansur dan Harun, serta dua orang paling keji bernama Mahdi dan Harun, berkuasa pada era tersebut. Kala itu, pembunuhan dan pembantaian terjadi berulangkali di wilayah kekuasaan Bani Abbasiah dan banyak gerakan pemberontakan rakyat yang ditumpas.

 

Di sisi lain, penaklukan wilayah-wilayah baru dan rampasan perang yang melimpah, semakin menambah kekuatan dan kekokohan Bani Abbasiah. Pada saat yang sama, gerakan pemikiran dan keyakinan juga berkembang. Sehingga setiap hari muncul keyakinan baru dalam busana budaya dan mazhab yang masuk dalam masyarakat. Kemunculan keyakinan itu diterima dan bahkan didukung oleh pemerintah Bani Abbasiah.

 

Syair, seni, fiqih, hadis dan bahkan kezuhudan dan ketakwaan semuanya melayani para penguasa. Suasana yang mencekik juga tidak memungkinan hubungan langsung imam dengan masyarakat di berbagai belahan wilayah Islam. Pada era itu, hanya satu hal yang menjaga Islam tetap pada jalurnya, yaitu kebijaksanaan dan manajemen serta upaya tiada henti Imam Musa Kazhim as.

 

Dalam kondisi itu, Imam Musa Kazhim as melanjutkan program-program ayahnya Imam Jakfar Sadiq as. Guna mencegah penyusupan ateisme serta untuk menjaga tuntutan pemikiran dan ideologi masyarakat, beliau memusatkan upaya-upaya beliau di sektor budaya. Beliau menyampaikan hukum dan maarif Islam di berbagai bidang melalui para sahabat dan murid pilihan.

 

Ibn Hajar Haitami, seorang ilmuwan dan ahli hadis terkemuka Ahlussunnah dalam kitab “Al-Sawaiq al-Muhriqah” menulis, “[Imam] Musa Kazhim, dia adalah pewaris [Imam] Jakfar Sadiq dalam ilmu, makrifat, kesempurnaan dan keutamaan. Dia dijuluki Kazhim karena ketabahannya yang besar. Beliau juga dijuluki dengan Bab al-Hawaij yakni pintu semua hajat. Imam Musa Kazhim as, adalah manusia yang paling penghamba dalam masyarakatnya. Pada masanya, tidak ada yang dapat menandinginya dalam hal makrifat kepada Allah Swt, ilmu pengetahuan dan kedermawanan.”

 

Amr makruf dan nahyu munkar, adalah dua program penting Islam dan termasuk dalam furuuddin. Al-Quran dan para imam maksum as telah menekankan tentang tugas langit ini. Dua kewajiban itu bukan hanya ada dalam agama Islam, melainkan juga salah satu program pembimbingan terpenting di seluruh agama samawi lainnya. Imam Musa Kazhim as dalam aktivitas budayanya sangat menekankan masalah amr makruf dan nahyu munkar untuk membimbing umat Islam.

 

Kisah Bishr bin Harits Hafi, adalah contoh nyata dari cara Imam Musa Kazhim as bertabligh. Bishr bin Harits menjalani hidupnya dengan bergelimang dosa dan shahwat. Pada suatu hari, Imam Musa Kazhim as melintasi gang tempat tinggal Bishr, dan ketika beliau tepat berada di depan rumah Bishr, secara kebetulan pintu rumah itu terbuka dan salah satu pembantunya keluar rumah.

 

Imam Musa Kazhim as bertanya kepada pembantu itu, “Apakah tuanmu seorang yang bebas atau hamba?” Sang pembantu itu menjawab: “Bebas”. Imam menggelengkan kepala dan berkata, “Memang seperti yang kau katakan. Karena jika dia adalah hamba maka dia akan beramal dengan kondisi penghambaan dan menaati Tuhannya.”

 

Setelah mengucapkan itu, Imam Musa Kazhim as melanjutkan perjalanannya. Bishr yang menyaksikan percakapan pembantunya dengan Imam, segera bergegas keluar tanpa sandal dan berlari mengejar Imam. Dia berkata, “Wahai tuanku! Ulangilah padaku apa yang kau katakan kepada perempuan ini.” Kemudian Imam Musa Kazhim as mengulangi ucapannya. Seketika secercah cahaya bersinar dalam hati Bishr dan ia menyesali perilakunya. Dia kemudian mencium tangan Imam Musa Kazhim dan mengusapkan tanah pada pipinya. Diiringi isak tangis dia berkata, “Iya, aku adalah hamba... iya aku adalah hamba.”

 

Imam telah melaksanakan tugasnya dalam amr makruf dan nahyu munkar dengan baik. Dengan ucapan pendek, beliau telah menyadarkan Bishr dan membalikan hatinya sedemikian rupa sehingga dia bertaubat dan menghabiskan sisa umurnya dalam ketaatan.

 

Para khalifah Bani Abbasiah menisbatkan diri mereka dengan Rasulullah Saw, untuk melegitimasi kekuasaan mereka dan juga untuk menyusupkan pengaruh spiritualitas dalam masyarakat. Mereka yang berasal dari keturunan paman Rasulullah yaitu Abbas bin Abdul Muthalib, memanfaatkan secara maksimal kekerabatan dengan Nabi Muhammad dan mengklaim diri sebagai khalifah. Mereka juga mengklaim bahwa para imam maksum as, dari keturunan Sayidah Fatimah as, dan mengingat setiap orang dinisbatkan kepada kakek ayah, maka para imam maksum as tersebut bukan putra dan keturunan Rasulullah Saw.

 

Dengan cara seperti itu, mereka berupaya mengelabuhi opini masyarakat awam. Oleh karena itu, Imam Musa Kazhim as melawan makar mereka dengan bersandarkan pada ayat-ayat al-Quran. Debat beliau dengan Harun al-Rashid, termasuk di antara upaya beliau dalam menjelaskan posisi Ahlul Bait as serta kebenaran dan keutamaan mereka dalam masalah kepemimpinan umat.

 

Pada suatu hari, Harun al-Rashid bertanya kepada Imam, “Bagaimana Anda mengklaim sebagai putra Rasulullah padahal Anda adalah putra Ali as?” Imam Musa Kazhim menjawabnya dengan membacakan ayat 84 dan 85 surat al-An’am, di mana Allah Swt berfirman:

 

“...dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.”

 

Kemudian  Imam berkata, “Di antara yang disebutkan dari keturunan Ibrahim, hanya Nabi Isa yang dinisbatkan kepada ibunya. Padahal dia tidak memiliki ayah dan masuk dalam nasab para nabi melalui ibunya. Oleh karena itu, kami juga dinisbatkan sebagai keturunan Rasulullah Saw melalui ibunda kami Fatimah az-Zahra as.”

 

Menerima jawaban logis Imam, Harun al-Rashid meminta penjelasan lebih lanjut. Kemudian Imam menceritakan peristiwa Mubahalah, di mana Allah Swt dalam ayat 61 surat Al-Imran, berfirman kepada Rasulullah Saw:

 

“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” Mendengar jawaban tersebut, Harun al-Rashid merasa telah mendapatkan jawaban dan memuji Imam.

 

Al-Quran adalah anugerah terbesar Allah Swt untuk kebahagiaan abadi umat manusia. Peran penting kitab samawi ini dalam pertumbuhan dan penyampaian manusia pada kesempurnaan sangat jelas. Al-Quran sebagai mukjizat terbesar Rasulullah Saw telah mampu mengubah masyarakat Arab di berbagai bidang sosial, politik dan budaya. Peristiwa ini, khususnya perubahan mendalam di sektor budaya sama seperti penghembusan nyawa baru pada tubuh umat manusia yang telah setengah mati.

 

Dalam hadits Tsaqalain yang terkenal, Rasulullah Saw telah menekankan kebersamaan itrah dan Ahlul Bait Nabi. Dan Rasulullah Saw telah berjanji bahwa barang siapa yang berpegang teguh pada keduanya maka mereka tidak akan pernah tersesat.

 

Imam Musa Kazhim as sebagai seorang pembimbing umat, juga sangat menekankan pentingnya al-Quran sebagai sumber hidayah. Bukan hanya menyeru masyarakat untuk membaca dan mengamalkan ayat-ayat al-Quran, melainkan beliau juga terdepan dalam memberikan contoh. Syeikh Mufid dalam kitab Irsyad menulis, “Imam Kazhim as adalah manusia paling faqih di masanya, dan paling penghapal al-Quran di masanya, serta paling indah dalam berqiraah dalam masyarakat.”

 

Perhatian Imam Musa Kazhim as terhadap posisi al-Quran tidak hanya terbatas pada dimensi individualnya. Beliau menjelaskan dan menafsirkan al-Quran. Dengan berbagai cara, beliau berusaha meningkatkan pemahaman dan makrifat masyarakat Islam.

 

Suatu ketika beliau ditanya tentang ayat 19 surat al-Rum yang menyebutkan bahwa bumi akan dihidupkan setelah kematiannya. Beliau menjawab, “Hidupnya bumi bukan dengan hujan, melainkan Allah Swt akan membangkitan manusia-manusia akan menghidupkan keadilan dan bumi akan hidup kembali dengan hidupnya keadilan serta penegakan hukum-hukum Allah Swt di muka bumi lebih bermanfaat dari hujan 40 hari.”

Muhammad Saw – beberapa tahun sebelum pengangkatan – selalu berdiam diri di Gua Hira selama satu bulan di sepanjang tahun. Ia duduk di atas bongkahan batu sambil menatap bintang-bintang dan keindahan kota Makkah. Ia duduk di sana merenungkan keagungan badan manusia, bumi, pepohonan dan tanaman, binatang, gunung-gunung dan ngarai, lautan yang luas dan gelombang yang menderu. Muhammad Saw bersujud di hadapan kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta alam semesta.

Muhammad Saw juga gelisah dengan orang-orang yang menyembah berhala dan meninggalkan Sang Pencipta. Ia kadang memikirkan fenomena penindasan yang dilakukan oleh para pembesar kaum dan orang kaya terhadap masyarakat lemah dan miskin serta mencari solusinya. Saat rasa lelah menghadapi kondisi kala itu menderanya, Muhammad Saw akan bersimpuh di hadapan Allah Swt serta larut dalam ibadah dan munajat. Ia meminta bantuan Tuhan untuk mengakhiri penyimpangan akidah dan problema sosial dan moral masyarakat.

Setelah mengakhiri masa 'itikaf satu bulan di Gua Hira, Muhammad Saw kembali ke kota Makkah dengan hati yang tenang, wajah yang bercahaya, dan penuh optimis. Ia kemudian melakukan thawaf di Ka'bah dan selanjutnya pulang ke rumah untuk memulai rutinitas kehidupan. Muhammad Saw diutus menjadi Rasul pada usia 40 tahun ketika sedang berkhalwat di Gua Hira. Malaikat Jibril datang dan membawa wahyu kepadanya sambil berkata, "Bacalah!" "Aku tidak bisa membaca," jawab Muhammad.

"Bacalah," ulang Malaikat Jibri. Tapi Muhammad terus memberi jawaban yang sama sampai tiga kali dan akhirnya ia pun berkata, "Apa yang harus kubaca?" Jibril menjawab, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan inilah momen pengangkatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Keagungan dan kandungan wahyu membuat tubuh Muhammad gemetar dan mengucurkan banyak keringat, dan ia pun kembali ke rumahnya.

Setelah menguasai dirinya, Muhammad menyaksikan gunung, bebatuan, dan apa saja yang dilewatinya menyampaikan salam kepadanya dan mereka berkata, "Salam atasmu wahai Muhammad. Salam atasmu wahai Wali Allah. Salam atasmu wahai Rasulullah. Berbahagialah karena Tuhan memberikan keutamaan dan keindahan kepadamu dan memuliakanmu atas segenap manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Orang yang utama adalah ia yang diberikan keutamaan oleh Tuhan dan orang yang terhormat adalah ia yang diberikan kehormatan oleh Tuhan. Jangan gelisah, Allah akan segera mengantarkanmu ke derajat yang paling tinggi dan kedudukan yang paling mulia." (Bihar al-Anwar, jilid 18)

Risalah kenabian Muhammad Saw memiliki keistimewaan yang khas dibanding risalah para nabi sebelumnya. Ciri khas risalah Rasul Saw adalah sebagai penutup, penghapus risalah sebelumnya, penyempurna risalah para nabi terdahulu, ditujukan untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad dan tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Risalah para nabi terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja dan sesuai dengan kondisi pada masa itu. Sementara risalah Nabi Muhammad Saw diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan berlaku hingga akhir zaman.

Allah Swt mengangkat Muhammad al-Amin sebagai manusia yang paling layak dan paling sempurna. Muhammad Saw adalah sosok manusia sempurna dan moderat, di mana tidak pernah berbuat sesuatu secara ifrat (berlebihan) dan tafrit (pengurangan). Muhammad Saw diutus untuk menyelamatkan manusia yang tenggelam dalam penyembahan berhala dan kebodohan. Dengan bantuan akal dan fitrah mereka sendiri, ia membimbing masyarakat ke jalan tauhid dan meninggalkan berhala.

Pesan utama dan terpenting dari pengutusan Muhammad Saw adalah prinsip tauhid. Prinsip ini bersifat universal sehinggal Islam dikenal sebagai agama tauhid. Para nabi terdahulu juga membawa ajaran tauhid seperti yang disebutkan dalam suarat Al-Anbiya ayat 25, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya; "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku."

Tauhid tentu saja bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan krisis-krisis di era Jahiliyah. Tauhid berarti membenci, menjauhi, dan menghapus segala bentuk syirik, menolak semua bentuk kezaliman, dan tidak mengandalkan semua kekuatan lain selain kekuasaan Allah. Tauhid seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh manusia modern.

Di antara misi pengutusan Nabi Muhammad Saw adalah menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Dalam surat Al-Hadid ayat 25, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." Untuk menciptakan keadilan di masyarakat, pertama-tama harus mengenal keadilan itu sendiri dan kemudian motivasi untuk melaksanakannya di tengah masyarakat.

Rasulullah Saw telah memperjelas masalah keadilan baik secara teoritis maupun praktis. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan beliau. Nabi Muhammad – tanpa alasan yang pantas – tidak pernah memuliakan seseorang dari yang lain atau merendahkan seseorang. Beliau bahkan mengarahkan pandangannya ke masyarakat secara adil. Demikian juga ketika mendengarkan pembicaraan masyarakat.

Para sahabat berkisah bahwa Rasulullah Saw menyimak pendapat kami sedemikian rupa sehingga kami berpikir beliau tidak mengerti apa-apa dan baru pertama kali mendengarnya. Padahal, beliau adalah sosok manusia sempurna yang selalu ditemani oleh Jibril.

Pendidikan dan pengajaran merupakan pilar utama kebahagiaan individu dan masyarakat. Semua nabi diutus untuk membimbing manusia ke jalan kebahagiaan dan kesempurnaan. Mereka adalah para guru dan pendidik sejati, di mana mengajarkan makrifat dan hukum-hukum Tuhan kepada manusia dengan ucapan dan amalan. Para nabi tidak pernah mengenal lelah dalam berdakwah demi menghapus kerusakan dan kebobrokan dari masyarakat.

Rasulullah Saw membaktikan seluruh hidupnya untuk mendidik dan membimbing masyarakat. Di tengah berkecamuknya Perang Uhud dan ketika beliau terluka parah dan giginya patah, sekelompok sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kutuklah mereka! Engkau berjuang untuk membimbing dan menyelamatkan mereka, tapi mereka justru berperang denganmu!" Rasul Saw kemudian meletakkan patahan giginya di telapak tangan dan mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berseru,"Ya Allah! Berilah mereka petunjuk, tunjuklah jalan kepada mereka. Mereka tidak mengetahui."

Dalam peristiwa Perang Badar, ketika para tawanan yang terikat rantai dibawa menghadap Rasulullah Saw, sebuah senyuman tersungging di bibir beliau. Salah satu tawanan kemudian berkata, "Seharusnya engkau tertawa karena telah mengalahkan kami dan sekarang kami menjadi tawananmu." Rasul bersabda, "Jangan salah! Senyuman saya, bukan senyuman kemenangan dan penaklukan, tapi ini karena harus mengantarkan orang-orang seperti kalian ke surga dengan rantai. Saya ingin menyelamatkan kalian dan kalian melakukan perlawanan terhadap saya, dan kalian menghunus pedang!"

Rasulullah telah mengubah gaya hidup dan hubungan kemanusiaan, budaya politik, budaya pemerintahan dan lain-lain. Beliau membuat masyarakat punya jati diri dan kepribadian, serta menjadikan mereka lebih bertanggung jawab. Rasul bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.”

Allah Swt telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi dan kapasitas. Akal dan fitrah adalah dua sarana internal untuk memperoleh kemuliaan material dan spiritual. Namun mengingat akal dengan sendirinya tidak cukup untuk meniti jalan menuju Tuhan, maka Dia mengutus para nabi sebagai pembimbing eksternal, dan tentu ini tidak menciderai orisinalitas akal dan kedudukannya. Rasulullah Saw juga memberikan perhatian khusus kepada akal, ilmu pengetahuan, dan orisinalitas akal.

Akhir kata, peringatan hari pengutusan Rasulullah Saw merupakan sebuah kesempatan untuk kembali mendalami ajaran-ajaran Islam – penjamin kebahagiaan – dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad. Masyarakat modern harus kembali ke jalan Rasulullah Saw untuk menyingkirkan sifat-sifat syirik dari dalam diri dan menolak hegemoni asing.

Selasa, 25 April 2017 21:57

Pahala Sabar

Imam Sajjad as senantiasa mengajak masyarakat untuk bersabar dan berkata,

“Begitu Kiamat terjadi, ada yang bersuara mengumumkan, “Ahli keutamaan dan kemuliaan hendaknya bangkit. Kemudian sekelompok orang bangkit dan mereka dipanggil untuk ke surga. Mereka segera menuju surga. Para malaikat bertanya kepada mereka, “Kalian mau ke mana? Mereka menjawab, “Kami pergi menuju ke surga.” Para malaikat bertanya, “Siapakah kalian ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah ahli keutamaan.” Para malaikat bertanya, “Keutamaan kalian pada apa?” Mereka menjawab, “Kami bersabar dalam menghadapi setiap masalah yang tidak kami ketahui juga setiap kali menghadapi kezaliman. Bila ada orang berbuat salah terhadap kami, maka kami memaafkannya." Kemudian para malaikat berkata, “Masuklah ke dalam surga; betapa bagusnya pahala orang-orang yang berbuat baik.”

Setelah itu Imam Sajjad as berkata, “Orang-orang yang sabar juga diminta untuk bangkit dan pergi ke surga, para malaikat juga menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas dan mereka mengenalkan dirinya sebagai orang yang sabar. Kemudian mereka ditanya, “Kesabaran kalian pada apa?”

Mereka menjawab, “Kami bersabar dalam manaati Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kemudian dikatakan kepada mereka, “Masuklah ke dalam surga. Karena itu adalah pahala orang-orang yang berbuat baik.”

Putus Asa Adalah Dosa Yang Paling Besar

Imam Zainul Abidin sedang melakukan tawaf dan beliau paham bahwa ada sekelompok orang sedang berkumpul di dekat ka’bah. Beliau bertanya, “Untuk apa orang-orang ini berkumpul di sini?”

Dijawab, “Muhammad bin Syahab Zuhari telah kehilangan akalnya. Dia tidak berbicara dengan siapapun. Keluarganya telah membawanya keluar dari rumah, barangkali akan berbicara ketika melihat orang lain.”

Setelah Imam Zainul Abidin selesai melakukan tawaf, beliau mendekati Zuhari yang sedang dalam kondisi sangat panik.

Imam Zainul Abidin berkata, “Hai Zuhari! Ada apa denganmu. Mengapa engkau menjadi demikian?”

Zuhari berkata, “Aku telah berbuat bodoh dan ikut dalam pembunuhan. Sekarang hati nuraniku tersiksa dan aku menjadi demikian karena takut kepada Allah.”

Imam Zainul Abidin berkata, “Benar engkau ikut serta dalam pembunuhan seorang hamba. Namun, berputus asa dari rahmat Allah dosanya lebih besar.”

Kemudian beliau berkata, “Pergi dan bayarlah tebusan darah korban pembunuhan itu kepada keluarganya.”

Zuhari berkata, “Aku telah melakukannya. Tapi walinya tidak mau menerima.”

Imam Zainul Abidin berkata, “Letakkan uang tebusan itu dalam sebuah kantong dan tunggulah sampai waktu salat, kemudian lemparkan ke rumah mereka.”

Zuhari melakukan hal ini dan setelah itu sedikit demi sedikit dia merasa tenang.  

Orang Yang Banyak Bersujud

Imam Baqir menceritakan tentang perilaku ayahnya seraya berkata, “Ayahku Ali bin Husein setiap kali mengingat nikmat-nikmat Allah beliau bersujud untuk menyampaikan rasa syukurnya. Setiap kali Allah menjauhkan keburukan darinya, beliau melakukan sujud. Setiap kali selesai mengerjakan salat, beliau bersujud. Kapan saja ada dua orang yang berdamai, beliau juga bersujud. Oleh karena itu beliau dijuluki sebagai Sajjad.”

Inilah Dunia

Di antara nasihat Imam Zainul Abidin as:

Hai orang yang terikat pada dunia dan percaya pada dunia dan gemerlapannya! Apakah engkau tidak mengambil pelajaran dari orang-orang terdahulu dan ayahmu yang terlah meninggalkan dunia ini, dari teman-temanmu yang bumi telah menyembunyikan tubuhnya di di dalam dirinya, dari saudara-saudaramu yang telah berpisah denganmu dan keluargamu yang telah pergi dari dunia ini menuju ke dunia lain?

Setelah mereka muncul di dunia ini, terletak di dalam perut bumi dan kecantikannya hancur berubah menjadi tanah. Rumah-rumah mereka kosong dari keberadaan mereka dan taqdir telah menyeretnya menuju kematian, tangannya tidak sampai lagi pada dunia dan apa yang dicintainya dan liang-liang kubur telah menelan mereka.

Lelaki Ini Adalah Budak Zainul Abidin

Sudah berapa lama hujan tidak turun di Madinah. Kekeringan telah melanda tanah-tanah pertanian. Masyarakat telah mengalami kesusahan. Akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan salat meminta hujan dan bermunajat kepada Allah supaya diturunkan hujan.

Said bin Musayib salah seorang warga Madinah pada saat itu pandangan matanya tertuju pada seorang budak kulit hitam yang sedang berada di atas bukit dan jauh dari orang-orang sedang bermunajat. Said memerhatikan sikap lelaki kulit hitam ini. Dia benar-benar tenggelam dalam munajat sehingga tidak tahu bahwa Said sedang berada di sisinya. Sebelum doanya selesai, awan hitang telah menyelimuti langit kota. Budak kulit hitam ini memandang ke langit. Begitu dia melihat awan tebal, dia bersyukur kepada Allah, tersenyum dan pergi.

Tidak lama kemudian, hujan turun begitu lebat sehingga khawatir terjadi banjir. Said merasa bahwa munajat budak kulit hitam itulah yang menyebabkan turunnya hujan di kota ini setelah lama terjadi kekeringan. Dia membuntuti budak tersebut, dalam upaya ingin mengetahui bahwa dibawah pendidikan siapakah budak ini?

Said sedang membuntuti budak ini sampai dia masuk ke rumahnya Ali bin Husein as dan dia juga meminta izin untuk masuk ke dalam rumah tuannya. Said berkata kepada Imam Zainul Abidin as, “Wahai putra Rasulullah! Saya datang untuk membeli budak ini dari Anda, bila Anda menyetujuinya.”

Imam berkata, “Saya bisa menjual budak ini kepadamu.”

Kemudian beliau berkata kepada budaknya, “Hai hamba Allah! Dari sejak saat ini engkau akan mengabdi kepada Said bin Musayib, maka ikutilah dia.”

Budak itu berkata kepada Said, “Apa yang menyebabkan engkau memisahkan aku dan maulaku?”  

Said bin Musayib menjelaskan apa yang telah terjadi kepada budak dan Imam Sajjad as dan berkata, “Engkau mulia dan dekat di sisi Allah dan aku ingin memiliki budak seperti ini di rumahku.”

Kondisi budak menjadi berubah. Dia mengangkat tangannya ke langit dan berkata, “Ya Allah! Ada rahasia antara aku dan Engkau. Karena sekarang rahasia itu sudah terungkap, maka kembalikanlah aku pada diri-Mu.”

Imam, Said dan semua orang yang ada di rumah Imam merasa trenyuh dengan kata-kata budak ini dan mereka menangis. Said pun keluar dari rumah Imam dengan menangis dan pada saat yang sama dia menyesal.

Begitu Said bin Musayib sampai di rumahnya, salah seorang budak Imam menyampaikan pesan dan berkata, “Hai Said! Imam berkata, bila engkau mau, engkau bisa ikut acara pemakaman budak itu!” (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Sajjad as

Selasa, 25 April 2017 21:55

Persaudaraan Seagama

Said bin Hasan datang menemui Imam Baqir as. Imam bertanya kepadanya, “Apakah di antara kalian ada kebiasaan ini dimana salah satu dari kalian pergi ke saudara segamanya dan mengambil uang di sakunya sebatas kebutuhannya dan pemiliknya tidak menolaknya?”

Said menjawab, “Tidak. Saya tidak mengenal orang seperti ini.”

Imam Baqir as berkata, “Kalau begitu tidak ada yang namanya persaudaraan.”

Said berkata, “Kalau demikian, apakah kami dalam kehancuran?”

Imam Baqir as berkata, “Akal lelaki ini sampai saat ini belum sempurna. Yakni taklif [kewajiban] tergantung pada derajat akal. Dengan adanya perbedaan derajat akal, maka taklif juga akan menjadi berbeda.”

Keadilan Allah

Imam Baqir as berkata, “Salah seorang nabi dari Bani Israil melihat seorang lelaki yang separuh tubuhnya ada di bawah dinding dan separuhnya lagi dimakan oleh burung pemakan bangkai dan anjing-anjing telah merobek-robek tubuhnya. Kemudian dia pergi dari sana dan masuk ke kota lain. Di sana dia melihat salah seorang pembesar kota itu meninggal dunia dan diletakkan di atas amben dengan dikafani kain sutera dan disekelilingnya ada anglo-anglo tempat dupa dinyalakan. Nabi itu berkata, “Ya Allah, aku bersaksi bahwa Engkau adalah penguasa yang adil dan tidak akan berbuat zalim kepada siapapun. Namun lelaki yang pertama itu adalah hamba-Mu yang tidak pernah menyekutukan-Mu sekejap mata pun dan Engkau menetapkan kematiannya sebagaimana yang aku lihat [separuh tubuhnya di bawah dinding dan separuhnya lagi dimakan burung-burung dan anjing-anjing]. Sementara orang kedua tidak beriman sama sekali kepada-Mu sekejap matapun. Namun Engkau menetapkan kematiannya dengan kemewahan seperti ini.”

Allah berfirman, “Iya wahai hamba-Ku. Aku adalah penguasa yang adil yang tidak akan berbuat zalim sebagaimana yang engkau katakan. Hamba-Ku; orang pertama punya dosa di sisi-Ku, sehingga Aku tetapkan kematiannya demikian, supaya ketika dia menemui-Ku dalam kondisi tidak ada dosa sama sekali baginya. Sementara hamba-Ku; orang kedua ini, punya satu perbuatan baik di sisi-Ku, sehingga Aku tetapkan kematiannya demikian, supaya ketika dia menemui-Ku tidak ada lagi perbuatan baik baginya dan tidak menuntut-Ku.”

Bersedekah Secara Sembunyi-Sembunyi

Dinukil dari Imam Baqir as bahwa ketika beliau memandikan jasad ayahnya; Ali bin Husein [Zainul Abdin],  orang-orang yang ada di sekitar mengetahui bahwa lutut dan kakinya kapalan. Pada saat itu mata mereka tertuju pada pundak Imam Zainul Abidin as bahwa sebagian dari pundaknya juga kapalan seperti lututnya.

Mereka mengatakan, bekas yang tampak di kaki dan lutut, jelas karena sujud yang lama. Tapi mengapa bagian dari pundak ini juga kapalan?!

Imam Baqir as berkata, “Kalau bukan karena pasca kematian beliau, aku tidak akan menyampaikan sebabnya. Setiap hari sebisa mungkin pasti mengenyangkan orang-orang miskin. Begitu malam tiba dan makanan keluarganya masih lebih banyak, beliau memasukkannya ke dalam karung. Ketika semuanya sudah tertidur, beliau pergi ke rumah sejumlah orang miskin. Karena mereka menjaga harga diri, sehingga tidak ada orang yang mengenal mereka kalau miskin. Beliau membagikan apa yang ada di dalam karung itu kepada mereka sedemikian rupa sehingga tidak ada yang tahu siapa pembawa makanan ini. Tidak seorang pun dari anggota keluarga beliu juga mengetahuinya. Tapi saya tahu. Maksud beliau dari pekerjaan ini adalah agar beliau mendapatkan pahala sedekah secara sembunyi-sembunyi dari tangannya sendiri.

Ayahku selalu mengatakan, “Bersedekah secara sembunyi-sembunyi bisa memadamkan kemarahan Allah, seperti air yang memadamkan api. Bila salah satu dari kalian memberikan sedekah dengan tangan kanan, berikanlah sekiranya tangan kiri tidak tahu.”

Macam-Macam Hati

Imam Baqir as berkata, “Hati ada tiga macam:

1. Hati yang terbalik, dan tidak bisa ditempati apapun [tidak menerima kebenaran sama sekali] dan ini adalah hatinya orang kafir.

2. Hati yang ada titik gelapnya. Kebaikan dan keburukan akan masuk ke dalamnya. Yang mana yang lebih kuat, maka akan mendominasi.

3. Hati yang Farrakh yaitu hati yang bersinar di dalamnya cahaya ilahi dan akan tetap sampai Hari Kiamat dan ini adalah hati orang mukmin.

Taufik Meninggalkan Dosa

Imam Baqir as berkata, “Allah Swt telah menurunkan wahyu kepada Daud as, “Pergi temuilah hamba-Ku Daud dan katakan kepadanya, “Engkau telah melanggar perintah-Ku. Aku telah memaafkanmu. Kemudian engkau melanggar perintah-Ku lagi dan Aku telah mengampunimu. Kemudian engkau melanggar lagi dan aAu mengampunimu. Bila engkau melanggar perintah-Ku yang keempat kalinya, maka Aku tidak akan memaafkanmu.”

Daud pergi menemui Danial dan menyampaikan pesan Allah kepadanya. Danial bangun di waktu sahar [akhir malam] dan bermunajat kepada Tuhannya, seraya berkata, “Ya Allah! Nabi-Mu Daud telah menyampaikan pesan-Mu kepadaku bahwa aku telah melanggar perintah-Mu sebanyak tiga kali dan Engkau telah mengampuniku. Bila kali yang keempat aku melanggar perintah-Mu, maka aku jatuh ke dalam kesalahan. Untuk itu berilah aku taufik untuk meninggalkan dosa. Yakni meninggalkan dosa memerlukan taufik dari Allah dan harus kita mohon kepada-Nya, sehingga kita sukses dalam meinggalkan dosa.

Imam Baqir as Dalam Majlisnya Yazid

Ketika para tawanan Karbala dibawa masuk ke majlis Yazid, dia bermusyawarah dengan orang-orang sekitarnya bahwa apa yang harus dilakukan terkait para tawanan ini. Sebagian memberikan usulan untuk membunuh mereka. Pada saat itu Imam Baqir as yang masih kanak-kanak mulai berbicara. Setelah memuji Allah, beliau berkata:

Hai Yazid! Orang-orang sekitarmu memberikan usulan kepadamu dimana orang-orang sekitar Firaun tidak pernah memberikan usulan seperti ini! Ketika Firaun meminta usulan kepada orang-orang sekitarnya terkait Musa dan saudaranya, apa yang harus dilakukan terhadap mereka, orang-orang sekitarnya mengatakan, “Kasihlah kesempatan kepadanya dan saudaranya...”

Tapi orang-orang sekitarmu memberikan usulan untuk membunuh kami. Apakah engkau tahu apa sebab perbedaan usulan dan pendapat ini?”

Kemudian beliau melanjutkan, “Sebabnya adalah anggota majlisnya Firaun adalah anak-anak halal dan jemaah yang hadir di sisimu adalah anak-anak haram. Karena tidak akan membunuh para nabi dan anak-anaknya nabi selain anak-anak zina.” (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Muhammad Baqir as

Selasa, 25 April 2017 21:54

Celaan Terhadap Penggunjing

Imam Shadiq as berkata, “Seorang lelaki berkata kepada Imam Zainul Abidin, “Si fulan mengaitkan sesuatu yang tidak baik terhadap Anda dan mengatakan bahwa Anda sesat dan pembuat bid’ah.”

Imam Zainul Abidin berkata, “Engkau tidak menjaga hak persahabatan dengannya, karena engkau menyampaikan kata-katanya kepadaku dan engkau juga telah melanggar hakku, karena engkau menyampaikan kata-kata dari saudaraku yang tidak kuketahui. Kita berdua akan mati dan di mahsyar kita akan bertemu dan Allah akan menghukumi di antara kita; mengapa engkau mengunjing? Jangan menggunjing, karena dia adalah makanan anjing-anjing neraka. Selain itu ketahuilah bahwa orang yang banyak menyampaikan aibnya orang lain, dia harus menunggu bahwa aibnya juga akan dicari-cari oleh orang lain.”

Balasan Menciptakan Agama Baru

Imam Shadiq as berkata, “Seorang lelaki hidup di masa lalu. Dia mencari dunia dan harta kekayaan dari jalan yang halal, tapi tidak berhasil. Dia bersungguh-sungguh melalui jalan yang haram, tapi juga tidak berhasil. Setan menjelma dan berkata kepadanya, “Engkau ingin mengumpulkan harta kekayaan dari jalan yang halal, tapi tidak berhasil dan dari jalan yang haram juga tidak berhasil. Sekarang, maukah engkau, aku ajari satu cara agar engkau berhasil mencapai keinginanmu dan mendapatkan harta kekayaan yang melimpah, juga sejumlah orang akan menjadi pengikutmu?” Dia bilang, iya.

Setan berkata, “Ciptakan agama baru dari dirimu sendiri dan ajaklah masyarakat untuk mengikuti agama buatanmu sendiri.”

Dia mengikuti apa yang diperintahkan oleh setan dan masyarakat pun mengikutinya dan dia juga mendapatkan harta yang melimpah. Suatu hari dia sadar dan bergumam, “Betapa jeleknya perbuatanku menyesatkan masyarakat. Aku pikir tidak mungkin ada taubat bagiku selain aku harus memberitahukan orang-orang yang sudah aku sesatkan bahwa apa yang telah didengarnya dariku adalah batil dan buatanku sendiri. Mungkin dengan cara ini taubatku akan diterima.”

Dia mendatangi satu persatu pengikutnya. Dia mengatakan kepada para pengikutnya bahwa apa yang aku sampaikan adalah batil. Tidak ada dasarnya.

Mereka mengatakan, “Engkau bohong. Ucapanmu dahului itu benar, sekarang engkau telah meragukan agamamu sendiri dan tersesat.”

Ketika dia mendengar jawaban ini dari mereka, dia meletakkan rantai di lehernya dan berkata, aku tidak akan membukanya sampai Allah menerima taubatku.”

Allah menurunkan wahyu kepada nabi zaman itu, “Katakan kepada si fulan, demi kemuliaan-Ku! Meski engkau memanggil Aku dan berteriak sampai sendi-sendimu terputus, maka doamu tidak akan Aku terima, kecuali orang-orang yang mati dalam agamamu dan orang yang engkau sesatkan, engkau beritahu tentang hakikat yang sebenarnya, sehingga mereka keluar dari agamamu [dan hal ini juga tidak mungkin baginya].

Janji Surga

Abu Bashir berkata, “Saya punya seorang tetangga sebagai wakil dari para pegawai penguasa zalim dan mendapatkan harta kekayaan yang banyak. Dia punya budak perempuan penyanyi dan selalu menyelenggarakan pesta pora untuk para penyembah hawa nafsu dan berfoya-foya; para budak menyanyi, sedangkan mereka mabuk-mabukan. Karena bertetanggaan dengan saya, dan suara kemungkaran itu sampai ke telinga saya, saya tidak suka padanya dan beberapa kali sempat menegurnya. Tapi dia tidak mau menerima. Karena saya memaksa dan melebih-lebihkan, sampai akhirnya suatu hari dia berkata, “Aku adalah seorang lelaki yang menderita dan menjadi tawanan setan, tapi engkau tidak terjerat oleh setan dan hawa nafsu. Bila engkau mau memberitahukan kondisiku kepada pemilikmu; Imam Shadiq as, mungkin Allah akan menyelamatkan aku dari mengikuti hawa nafsu dengan perantara kamu.”

Abu Bashir berkata, “Ucapan lelaki itu menembus hatiku. Saya bersabar sampai ketika bertemu dengan Imam Shadiq as dan menceritakan kisah tetangga saya ini kepada beliau.” Imam Shadiq as berkata, “Ketika engkau kembali ke Kufah, dia akan datang menemuimu. Katakan kepadanya, Jakfar bin Muhammad mengatakan, tinggalkanlah pekerjaan buruk yang engkau lakukan, aku akan menjamin surga untukmu.”

Saya kembali ke Kufah dan masyarakat datang menjenguk saya. Dia juga datang bersama mereka. Ketika dia ingin pergi, saya memandangnya. Ketika ruangan sudah sepi, saya katakan, “Aku telah menyampaikan kondisimu kepada Imam Shadiq. Beliau mengatakan, sampaikan salam untuknya dan katakan tinggalkanlah kondisi itu sehingga aku menjaminnya dengan surga.” Dia menangis. Dia berkata, “Demi Allah! Jakfar mengatakan ucapan ini kepadamu?” Saya bersumpah, iya. Dia berkata, “Ini cukup bagiku! Kemudian dia pergi.”

Setelah beberapa hari berlalu, dia mengutus seseorang kepadaku. Ketika saya menemuinya, saya melihat dia berada di balik pintu berdiri dalam keadaan telanjang. Dia berkata, “Apa yang aku miliki dari barang haram, aku kembalikan semuanya kepada pemiliknya. Sekarang engkau melihat aku ada di balik pintu karena ketelanjangan.”

Saya menemui teman-temanku dan mengumpulkan beberapa baju dan membawa untuknya.

Kemudian, setelah beberapa hari dia mengirim pesan, “Aku sakit. Kesinilah aku ingin melihatmu.”

Selama dia sakit saya senantiasa menanyakan kabarnya dan saya mengobatinya dengan obat-obatan.

Akhirnya dia mendekati kematian dan saya duduk di sampingnya. Dia dalam keadaan sekarat dan pingsan. Ketika sadar dan siuman, dia tersenyum dan berkata, “Abu Bashir, Imam kamu; Imam Shadiq as telah memenuhi janjinya.” Dia mengatakan ini dan meninggal dunia.

Pada tahun itu juga, ketika saya pergi haji, saya menemui Imam Shadiq as di Madinah dan meminta izin untuk masuk ke dalam rumahnya. Begitu saya masuk dan kaki saya yang satu masih berada luar dan yang satunya lagi sudah berada di dalam rumah, Imam Shadiq as berkata, “Abu Bashir! Kami telah memenuhi janji kami kepada tetanggamu.” (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ja’far Shadiq as

Selasa, 25 April 2017 21:46

Jangan Ada Urusan Dengan Dia

Ismail bin Hisyam; Gubernur Madinah, pada masa kekuasaannya sangat menyakiti Imam Zainul Abidin as. Warga Madinah juga sudah tidak tahan atas kezalimannya. Akhirnya Walid bin Abdul Malik; khalifah masa itu memutuskan untuk memecatnya.

Ketika Ismail dipecat dari jabatannya, Walid memerintahkan agar dia diletakkan di hadapan masyarakat. Sehingga siapa saja yang punya keluhan atasnya, bisa berdiri di depannya dan menuntut haknya. Warga satu persatu maju dan menyampaikan kata-katanya. Namun Imam Zainul Abidin mewanti-wanti anak-anak dan orang-orang dekatnya untuk tidak menyampaikan kata-kata sedikitpun yang anti Ismail. Imam sendiri ketika lewat di sisinya, malah mengucapkan salam. Ketika Ismail melihat kebesaran ini dari Imam, dengan suara keras dia berkata, “Allah lebih tahu kepada siapa risalah dan tugas-Nya diberikan.”

Hati-Hatilah Anakku!

Imam Sajjad as di detik-detik terakhir usianya berpesan kepada anaknya, Imam Muhammad Baqir as. Beliau meminta kepadanya agar memperhatikan pesan-pesan itu.

Putraku! Ketahuilah bahwa waktu akan berlalu dan dia akan membawa umurmu dengannya. Untuk itu, hindarilah berangan-angan panjang. Betapa banyak orang-orang yang berangan-angan, tapi tidak mencapai angan-angannya dan mati. Dan betapa banyak orang yang mengumpulkan harta kekayaannya, tapi tidak bisa memakannya. Apalagi harta kekayaan itu didapatkan dari jalan yang haram demi menjauhkan dirinya dari kemiskinan. Tapi kematian tidak memberikan kesempatan padanya dan musibah harta kekayaan itu membebani pundaknya. Sesungguhnya adakah kerugian yang lebih buruk dari kerugian yang nyata ini...!”

Siapa Saja Yang Tidak Layak Untuk Dijadikan Sebagai Teman

Imam Sajjad as berkata kepada salah satu anaknya, “Putraku! Perhatianlah pada lima orang dan jangan bercakap-cakap, bersahabat dan bepergian dengan mereka:

1. Jangan bersahabat dengan pembohong. Karena dia seperti fatamorgana. Dia akan menunjukkan kepadamu yang jauh sebagai yang dekat dan yang dekat sebagai yang jauh.

2. Jangan berteman dengan orang yang buruk. Karena dia akan menjualmu hanya dengan sesuap makanan.

3. Jangan bercakap-cakap dengan orang yang kikir. Karena dia akan menendangmu saat engkau benar-benar membutuhkan.

4. Jangan berteman dengan orang bodoh. Karena dia ingin menguntungkanmu, tapi karena kebodohannya, malah dia merugikanmu.

5. Jangan berteman dengan orang yang memutuskan hubungan dengan keluarganya, karena Allah telah melaknat orang-orang ini.

Hari Ini Bukan Waktunya Mengemis

Imam Zainul Abidin, di hari Arafah melihat seorang miskin meminta-minta kepada masyarakat.

Beliau berkata, “Mengapa orang lelaki ini tidak meminta kepada Allah. Padahal di hari semacam ini semuanya harus menjulurkan tangannya kepada Allah.”

Pada hari lainnya, Imam as melihat seorang miskin meminta-minta kepada masyarakat sambil menangis. Imam as berkata, “Seandainya orang ini sebagai pemilik seluruh dunia pun, dan secara serentak dia  kehilangan semuanya, maka tidak ada nilainya menangis setetes air mata pun karenanya, apalagi hanya karena dirham dan dinar yang tidak seberapa.”

Kejadian Nabi Ya’qub as

Abu Hamzah Tsumali salah seorang sahabat Imam Sajjad as berkata, “Subuh hari Jumat kami mengerjakan salat bersama Imam Zainul Abidin as. Setelah salat, kami bergerak menuju ke rumah. Ketika sudah sampai di rumah, Imam memanggil salah satu budak perempuannya dan berkata, “Jangan sampai kalian membuat kecewa orang-orang miskin yang datang ke pintu rumah kita. Siapa saja yang mengetuk pintu rumah ini, maka berilah makanan. Karena hari ini adalah hari Jumat.”

Saya katakan, “Imam! Semua yang datang kesini bukan orang yang mustahaq [berhak diberi]”

Imam berkata, “Namun kami khawatir, sebagian mereka itu mustahaq dan secara tidak sengaja kami tidak memberinya. Sehingga kejadian yang terjadi bagi Ya’qub akan terjadi bagi kita.

Kemudian beliau menjelaskan tentang kejadian keluarganya Nabi Ya’qub as, “Setiap hari Nabi Ya’qub menyembelih seekor kambing. Sebagian digunakan untuk diri mereka sendiri dan sebagian lainnya disedekahkan. Seorang lelaki mukmin yang sedang berpuasa, asing di kota itu. Dia datang ke rumah Ya’qub as dan berkata, “Saya adalah lelaki yang membutuhkan. Berikan sedikit dari makanan kalian kepada saya. Penghuni rumah tidak memperhatikan permintaannya. Lelaki miskin ini kecewa dan menangis dan pada malam itu tertidur dalam kondisi yang ada dan mengeluh kepada Allah. Keesokan harinya dia kembali berpuasa. Namun Ya’qub dan keluarganya tidur dalam kondisi kenyang dan makanannya juga tersisa banyak.

Pagi harinya Allah menurunkan wahyu kepada Ya’qub, “Engkau telah menghinakan hamba-Ku dan membuat Aku marah. Untuk itu engkau layak mendapatkan musibah dan kesusahan. Hai Ya’qub! Engkau tahu bahwa aku lebih cepat membalas teman-teman-Ku daripada musuh-musuh-Ku. Dan ini karena perhatian baikku kepada mereka. Tapi aku tidak langsung menyusahkan musuh-musuhku setelah setiap kesalahan, supaya mereka tidak meminta ampunan. Kemudian Aku akan mengambil nikmat-nikmat yang ada sedikit demi sedikit dari mereka. Untuk itu, siapkanlah diri kalian.”

Imam Zainul Abidin as kemudian berkata, “Di malam itulah Yusuf as mimpi melihat sebelas bintang dan bulan. Yaitu malam dimana mereka tidur dalam kondisi kenyang dan ada orang yang membutuhkan dalam kondisi kelaparan.”

Beberapa Kalimat Penuh Hikmah

1. Barang siapa yang berjiwa mulia, maka ia akan meletakkan dunia di bawa telapak kakinya.

2. Barang siapa yang merasa cukup dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia adalah orang yang paling tidak membutuhkan.

3. Tidak ada amalan baik yang berkurang dari manusia yang baik, karena telah diterima oleh Allah.

4. Mereka yang lebih takut kepada Allah, maka akan bebas dari azab-Nya.

5. Seburuk-buruk manusia di sisi Allah adalah orang yang menilai Imam sebagai panutannya, tapi dia tidak mengikuti amalan dan perilakunya.

6. Tiga hal yang bisa menyelamatkan manusia; menjaga lisan, khususnya dari menggunjing, sibuk dengan pekerjaan yang ada manfaatnya baik dunia maupun akhirat dan terus menerus menangis di hadapan Allah karena dosa-dosa.

7. Setelah makrifat kepada Allah, tidak ada yang lebih tercinta di sisi Allah daripada Iffah [menjaga kehormatan] perut dan naluri seksual. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Sajjad as

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, partisipasi luas rakyat Iran dalam pemilu mendatang akan membuat musuh-musuh Islam dan musuh-musuh bangsa negara ini putus asa.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan hal itu dalam pidatonya di hadapan para pejabat negara dan Duta-duta Besar dari negara-negara Muslim dalam acara memperingati Hari Mab'ats (pengutusan Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulullah) di Tehran, ibukota Iran, Selasa (25/4/2017).

Rahbar menambahkan, Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel menentang Republik Islam disebabkan negara ini mencegah keserakahan-keserakahannya.

Seperti dilansir IRNA, Ayatullah Khamenei mengucapkan selamat Hari Mab'ats kepada seluruh umat Islam dunia dan bangsa Iran. Beliau menilai pemahaman atas penyebab permusuhan para Mustakbirin terhadap Islam sebagai tugas para pejabat negara-negara Muslim dan Islam.

"Pemerintahan-pemerintahan Islam harus memahami bahwa tujuan AS mengiringi sebuah negara Muslim dan memusuhi negara Muslim lainnya adalah mencegah persatuan dunia Islam dan menghalangi pemahaman umum umat Islam tentang kepentingan-kepentingan masyarakat Islam," jelasnya.

Menurut Rahbar, kemampuan yang tak tertandingi Islam dalam mengembangkan masyarakat, kapasitas  pembentukan peradaban material dan spiritual dan kekuatan Islam dalam menghadapi penindasan dan kezaliman merupakan penyebab utama permusuhan para Mustakbirin terhadap agama suci Islam.  

"Pembentukan kelompok-kelompok teroris atas nama Islam dan memecah belah di antara negara-negara Muslim adalah konspirasi AS dan rezim Zionis (Israel)," ujarnya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, para penindas dunia memusuhi Iran lebih banyak dari pada negara-negara Muslim lainnya, namun masalah utama mereka adalah Islam, dan fakta ini harus dipahami oleh semua umat Islam.

"Para penjarah berkolaborasi dengan sejumlah negara regional dan untuk melanjutkan pekerjaan ini, mereka berusaha menampilkan Republik Islam Iran atau Tasyayyu' (Syi'ah) sebagai musuh mereka, namun semua harus memahami poin ini bahwa persatuan dan perlawanan terhadap kekuatan-kekuatan intimidasi adalah jalan kemajuan dunia Islam," tuturnya.

Ayatullah Khamenei menyebut kebijakan umum dan ancaman semua pejabat AS di masa lalu dan sekarang dalam memusuhi rakyat Iran sebagai pertanda niat busuk para pejabat negara ini.

Rahbar menuturkan, AS di sepanjang waktu telah melakukan pekerjaan apa pun untuk "memukul" Republik Islam, namun semua mengetahui bahwa siapa saja yang ingin mengagresi rakyat negara ini, tidak diragukan lagi, tindakan itu akan merugikan dirinya sendiri, sebab reaksi rakyat Iran terhadap tindakan itu akan tegas.

Ayatullah Khamenei juga menyinggung para kandidat pemilu presiden Iran dan meminta mereka berjanji kepada rakyat untuk memajukan negara, membangun dan mengembangkan ekonomi, memecahkan persoalan masyarakat dan mencegah pandangan mereka keluar dari perbatasan Iran. Mereka harus berfokus pada kapasitas dan kemampuan rakyat dan negara.

Sebelum Rahbar berpidato, Hassan Rouhani, Presiden Iran menyampaikan pidato sambutan dan menilai demokrasi religius sebagai salah satu hadiah dari Bi'tsah    Nabi Muhammad Saw.

Ia mengatakan, dunia Islam didera kekerasan, teror, Takfiri, instabilitas dan ketidakamanan, dan hari ini dengan mengambil pelajaran dari bi'tsah Rasulullah Saw, negara-negara regional dan negara-negara Muslim harus melepaskan diri dari persoalan, ketidakamanan dan instabilitas.

Wakil Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran untuk Urusan Hukum dan Internasional mengatakan, ada kerjasama yang baik antara Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Sayid Abbas Araqchi mengatakan hal itu pada Selasa (25/4/2017) ketika menyinggung pertemuannya dengan Yukiya Amano, Direktur Jenderal IAEA.

"Laporan-laporan IAEA telah berulangkali membuktikan bahwa Republik Islam Iran telah melaksanakan JCPOA (Rencana Aksi Bersama Komprehensif) dengan hati-hati dan selalu komitmen dengan kewajibannya, namun pihak seberang tidak melaksanakan komitmennya untuk menjalankan JCPOA, "kata Araqchi seperti dilansir IRNA.

Ia juga menegaskan adanya jalan untuk menghapus hambatan dan persoalan yang menghalangi pelaksanaan JCPOA.

Araqchi menjelaskan, dalam pertemuan dengan Amano, Dirjen IAEA di Wina, telah diulas mengenai kondisi terbaru instalasi nuklir Iran, masalah fasilitas nuklir di Arak, Fordow, Natanz dan cara-cara inspeksi dan pengawasan IAEA.

Araqchi bertemu dengan Amano di markas IAEA di Wina, Austria pada Senin.

Sementara itu, pertemuan ke-7 Komisi Gabungan Iran dan negara-negara anggota Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Perancis, Inggris, Amerika Serikat ditambah Jerman) digelar di Wina pada hari ini, Selasa.

Ini adalah pertemuan pertama Komisi Gabungan JCPOA sejak dimulainya pemerintahan baru AS.