کمالوندی

کمالوندی

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, Hauzah Ilmiah Qom harus tetap menjadi sebuah hauzah revolusioner dan tempat kelahiran revolusi dan dibutuhkan pemikiran dan perencanaan untuk mencapai tujuan itu.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan hal itu dalam pertemuannya dengan anggota Forum Perwakilan Santri dan para pelajar Hauzah Ilmiah Qom di Tehran, Selasa (15/3/2016).

 

Rahbar menjelaskan tentang posisi dan peran efektif Hauzah Ilmiah Qom dalam proses kemenangan Revolusi Islam dan menyoroti upaya tertentu untuk menghapus identitas revolusi dari lembaga pendidikan agama itu.

 

“Universitas dan hauzah ilmiah memiliki peran efektif dalam kelahiran dan kemenangan Revolusi Islam,” ujarnya.

 

Ayatullah Khamenei menilai efektivitas gerakan dan perjuangan universitas dalam kemenangan Revolusi Islam karena kehadiran faktor utama yaitu; perlawanan kalangan ulama.

 

“Perlawanan mahasiswa tentu hanya akan terbatas di lingkungan universitas dan selesai sampai di situ jika tanpa disertai oleh perlawanan ulama dan santri,” tambahnya.

 

Menurut Rahbar, komprehensitas dan efektivitas adalah dua kriteria gerakan ulama dalam Revolusi Islam. Hauzah Ilmiah Qom terbentuk dari dua bagian kepemimpinan ulama dan santri.

 

“Imam Khomeini ra sebagai bagian dari kepemimpinan ulama mengeluarkan selebaran dan pidato, tapi pihak yang menyampaikan pidato dan pandangan beliau kepada masyarakat luas dan daerah-daerah terpencil adalah pelajar agama dan santri,” jelasnya.

 

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menandaskan bahwa jika Hauzah Ilmiah Qom tidak ada, maka gerakan Imam Khomeini ra mungkin tidak akan sukses dan ini mengindikasikan peran Hauzah Ilmiah Qom dalam kelahiran dan keberlangsungan Revolusi Islam.

 

Menurutnya, poros penghubung antara Imam Khomeini ra dan kelahiran Revolusi Islam adalah Hauzah Ilmiah Qom. Dengan memperhatikan peran luar biasa Hauzah Ilmiah Qom dalam kemenangan Revolusi Islam, sekarang muncul motivasi dan ide untuk menghilangkan aspek revolusi dari hauzah ilmiah.

 

Rahbar meminta semua pihak untuk menunjukkan keprihatinan terhadap segala bentuk upaya untuk menyingkirkan revolusi dari hauzah-hauzah ilmiah.

 

“Bahaya itu harus dilawan dengan pemikiran, kebijaksanaan dan perencanaan yang baik sehingga Hauzah Ilmiah Qom tetap menjadi sebuah lembaga revolusioner dan tempat kelahiran revolusi. Pandangan dan gerakan revolusioner juga harus berkembang di hauzah,” tandasnya. (RM)

 
 
 
 
 
 

Peringatan pekan persatuan adalah kesempatan emas untuk menekankan kembali pentingnya masalah persatuan, tidak sekedar slogan, melainkan mewujudkannya secara nyata. Persatuan memang memiliki kerumitan tersendiri. Ketika kita membuka lembaran sejarah, muncul nama-nama besar seperti Sayyid Jamaluddin Asad Abadi, Syeikh Muhammad Abduh, Ayatullah Boroujerdi, Syeikh Shaltut, Sayyid Qutub, Imam Khomeini dan Ayatullah Sayyid Khamenei yang selalu berjuang untuk mewujudkan persatuan dan solidaritas umat

Imam Khomeini adalah termasuk di antara pengislah dunia Islam kontemporer di mana beliau telah mengambil langkah-langkah efektif untuk mewujudkan solidaritas dan kekompakan umat Islam. Dalam hal ini, beliau adalah orang pertama yang terun langsung untuk mewujudkannya. Dalam menjelaskan persatuan, beliau menekankan dua poin yaitu bersama dan berpegang teguh pada tali Allah Swt, karena persatuan hakiki tidak akan terwujud tanpa berpegang teguh pada tali Allah Swt.

Pekan Persatuan
Berdasarkan perspektif al-Quran, manusia pada awal mula penciptaan adalah makhluk yang bersatu, karena Allah Swt menciptakan manusia dari "satu jiwa". Persatuan dalam penciptaan ini merupakan asas dari terbentuknya umat yang satu. Menurut pandangan al-Quran, umat yang satu. Menurut al-Quran, umat yang satu tersebut runtuh karena berbagai faktor seperti kezaliman, cinta dunia, sektarianisme, perpecahan, permusuhan dan penghasutan.

Untuk mewujudkan kembali persatuan dan umat yang satu itu, al-Quran telah mempersiapkan sejumlah mekanisme seperti persaudaran, kepedulian dan kasih sayang, di bawah naungan agama Islam. Imam Khomeini selalu menekankan bahwa bahwa dalam Islam, semua umat Muslim adalah bersaudara. Oleh karena itu, umat Muslim adalah sebuah masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang memiliki hubungan persaudaraan dan semuanya berpegang teguh pada agama Islam.

Imam Khomeini dalam banyak kesempatan mengingatkan kembali makna persatuan Islam di mana umat Muslim dari setiap kelompok dan mazhab, bersatu di bawah panji Islam. Demi mewujudkan persatuan tersebut, tidak harus masing-masing mereka meninggalkan mazhab aslinya dan hanya memilih satu mazhab saja. Karena hal ini tidak perlu dan tidak mungkin direalisasikan.

Dengan bersandar pada sisi kolektif dalam agama, seluruh kaum Muslimin akan mampu mewujudkan persatuan tersebut. Dalam merealisasikanya, setiap Muslim dituntut paling tidak untuk memiliki jiwa yang besar dalam menyikapi masalah-masalah yang berkaitan dengan umat Islam, melampaui batas-batas geografi, mazhab, nasionalisme, bahasa dan lain sebagainya. Mereka juga harus mengedepankan maslahat dibanding kepentingan kelompok atau pribadi.

Menurut Imam Khomeini, "Perpecahan dan perselisihan umat Islam adalah penyakit kronis dan yang paling diuntungkan adalah pihak-pihak yang tidak bermazhab Syiah, Sunni, Hanafi atau lainnya. Mereka adalah kelompok yang menginginkan kehancuran Islam sehingga mazhab Islam apapun tidak penting buat mereka. Kita harus meperhatikan makna ini bahwa kita semua adalah Muslim serta kita semua meyakini al-Quran dan ketauhidan, dan kita harus berjuang dan berkhidmat untuk al-Quran dan ketauhidan itu."

Imam Khomeini mengetahui bahwa perpecahan tersebut bersumber faktor alam, geografi, bahasa, budaya dan yang terpenting adalah makar dan intrik kaum imperialis dunia yang selalu berusaha melebarkan jurang perpecahan serta menitikberatkan perbedaan.  Oleh karena itu, perselisihan di antara negara-negara Islam harus diselesaikan dengan prinsip dan mekanisme strategis. Dialog kesepahaman, pendekatan, rasa kebersamaan dan perspektif memiliki nasib yang saling terkait, adalah elemen-elemen pemersatu umat Islam.

Imam Khomeini
Imam Khomeini mengatakan, "Jika umat Islam dapat menghidupkan kembali kemuliaan dan kebesaran pada masa awal Islam, serta kembali pada Islam dan persatuan sejati, maka fenomena [persatuan] tersebut akan menjadi poros Islam untuk menciptakan kekuatan dan keberanian yang spektakuler."

Persatuan dunia Islam bagi Imam Khomeini adalah cita-cita agung dan dalam hal ini beliau mengatakan, "Insya Allah suatu hari nanti, semua umat Islam akan saling bersaudara dan semua akar kefasadan di semua negara Muslim akan tercerabut, dan bahwa akar busuk Israel akan tercerabut dari Masjid al-Aqsa dan dari negara Islam kita. Insya Allah kita akan bersama-sama bergerak dan menunaikan shalat di Masjid al-Aqsa."

Setelah wafatnya Imam Khomeini, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, mengambil alih tugas serta menjadikan persatuan Islam sebagai poros kinerjanya. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Jika para ulama Islam percaya bahwa al-Quran telah menyebutkan: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (al-Hadid;25). Dan bahwa penegakan keadilan, pemberantasan kezaliman dan menciptakan kehidupan tayibah umat manusia, adalah tujuan semua agama, maka semua gerakan harus mengarah pada pemerintahan Islam, dan pemerintahan Islam di berbagai negara dan masyarakat Islam adalah hal yang mungkin diwujudkan."

Rahbar juga memperingatkan soal konspirasi musuh untuk merusak persatuan Islam dengan cara membangun tembok pemisah antara Iran dan dunia Islam. Menurutnya, semua berkewajiban untuk meruntuhkan tembok tersebut dan haji adalah kesempatan dan momentum terbaik untuk melaksanakan tanggung jawab ini.

Ayatullah Khamenei
Negara-negara Islam dengan segala kekuatan yang dimilikinya seperti sumber daya manusia dan sumber alam pemberian Allah Swt, punya kemampuan untuk memainkan peran signifikan dalam transformasi regional dan internasional. Di antara keunggulan Dunia Islam adalah, populasi penduduk 1,7 milyar jiwa dari sekitar 60 negara merdeka yang memiliki sumber-sumber energi, letak geografis yang strategis dan kesamaan-kesamaan agama juga budaya.

Jika seluruh kapasitas ini digunakan sepenuhnya untuk melayani kepentingan Muslimin, pasukan asing dan musuh Islam tidak akan mampu menghambat kemajuan dan mencegah munculnya kekuatan dunia Islam.

Ikatan persatuan Muslimin terpenting adalah kolektifitas mereka yang banyak dalam masalah agama. Kiblat yang satu, manasik haji, kitab suci Al Quran, hadis, sunnah dan realitas-realitas sejarah Islam adalah komponen-komponen agama yang efektif untuk memperkuat persatuan dunia Islam dengan tujuan menghadapi konspirasi musuh.

Dari sisi politik, ada sejumlah negara berpengaruh di dunia Islam yang memainkan peran penting dalam mengajak negara-negara Islam ke arah persatuan dan kemajuan. Salah satunya adalah Republik Islam Iran. 

Metode ini dapat digunakan dalam dimensi-dimensi yang lebih luas di antara negara Islam yang memiliki banyak kesamaan itu. Kongres akbar haji merupakan kesempatan dan momentum yang terbaik untuk memperkuat persatuan di antara Muslimin.

Persatuan ini dengan cepat akan meluas tanpa mendorong kelompok-kelompok berbeda Islam berpindah keyakinan sehingga masalah penting persatuan Islam ini dapat terwujud secara nyata. Realisasi persatuan Islam yaitu, Muslimin tidak saling bermusuhan dan saling membantu dalam masalah-masalah penting dunia.

Upaya menciptakan perpecahan di antara kelompok-kelompok Islam dan menebarkan keraguan-keraguan di antara mereka adalah langkah musuh persatuan Islam untuk memecah negara-negara yang ada dalam lingkup geografis Islam. Mereka juga membangun benteng pemisah antara Iran dan negara-negara Islam lainnya.

Dibentuknya kelompok-kelompok ekstrem dan Takfiri seperti Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS yang mengatasnamakan agama Islam, sebenarnya dilakukan untuk merusak persatuan Islam.

Penafsiran-penafsiran politik atas agama dan mengenalkan Islam sebagai agama kekerasan, dapat dianggap sebagai bagian dari konspirasi musuh persatuan Islam. Seperti yang ditegaskan Rahbar, pemanfaatan peluang haji adalah upaya terbaik untuk menggagalkan konspirasi ganda yang dilancarkan di dunia Islam ini.

Meski telah berlalu 1.200 tahun sejak masa ghaibah Imam Mahdi as, umat tertindas tetap menantikan kemunculan dan kebangkitan sang juru penyelamat dunia. Para penanti sejati Imam Mahdi as, sedang mempersiapkan seluruh peluang kemunculan Imam Mahdi as.

Setelah kesyahidan Imam Hasan Askari as, imam kesebelas Ahlul Bait Nabi as, putra beliau Imam Mahdi as dan imam ke-12 dan terakhir dari cucu Rasulullah Saw, memulai tanggung jawab kepemimpinannya pada tanggal 9 Rabiul Awal pada tahun 260 Hijriah.

Imam Mahdi as adalah imam mulia dan pilihan Allah Swt yang janji-janji kemunculannya untuk menyelamatkan umat manusia dari kezaliman dan kefasadan, telah banyak disebutkan dalam berbagai riwayat dari Nabi Saw dan para imam maksum as.

Para penguasa rezim Abbasiyah mengetahui hal ini dan mereka berupaya membunuh Imam Mahdi as, sama seperti mereka membunuh ayahnya Imam Hassan Askari as. Akan tetapi, Allah Swt berkehendak lain dan menyembunyikan Imam Mahdi as dari pandangan mereka. Dengan demikian dimulailah masa ghaibah Imam Mahdi as.

Selama 69 tahun, beliau berhubungan dengan masyarakat melalui empat wakil yang ditunjuk beliau secara bergantian. Sampai akhirnya pada tahun 329 Hijriah beliau tidak menunjuk wakil langsung dan ketika itulah dimulai periode ghaibah kubro. Sejak saat itu, masyarat menanti kemunculan Imam Mahdi as untuk menegakkan pemerintahan keadilan, perdamaian dan keamanan di seluruh penjuru dunia.

Namun seperti apa pemerintahan Imam Mahdi as yang dielu-elukan dan diharapan oleh para penantinya? Terkait pemerintahan tersebut, banyak riwayat dan ayat yang menyebutkan kriterianya. Termasuk di antaranya adalah bahwa pemerintahan Imam Mahdi as, adalah pemerintahan rakyat yang berporos pada penegakan tuntutan masyarakat tertindas dan papa di dunia.

Pada ayat 105 dari surat al-Anbiya disebutkan, "Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh."

Dengan demikian masyarakat yang selama berabad-abad menghadapi kezaliman dan penindasan, pasca kemunculan Imam Mahdi as serta para pewaris kekuasaan di muka bumi dan para sahabat Imam, mereka akan merasakan manfaat dari pemerintahan universal yang adil.

Dalam pemerintahan Imam Mahdi as, hukum-hukum syariat akan diberlakukan. Sepanjang sejarah banyak ideologi manusia yang telah terbukti ketidakefektifannya. Oleh sebab itu pada pemerintahan universal Imam Mahdi as, ketentuan dan syarat agama terakhir dan paling lengkap, Islam, akan diberlakukan.

Allah Swt dalam banyak surat al-Quran menekankan bahwa agama sejati di sisi Allah Swt adalah Islam dan siapapun yang memilih agama lain selain Islam, maka sesungguhnya ia sedang merugi. Dalam beberapa ayat juga disebutkan janji bahwa Islam akan menang di hadapan seluruh agama dan ideologi di dunia ini.

Imam Jakfar as-Sadiq as dalam hal ini berkata, "Setelah terhina, Allah Swt akan memuliakan kembali Islam berkat dia (Mahdi as), dan akan menegakkan kembali huku-hukumnya setelah sebelumnya ditinggalkan, segala bentuk bid'ah akan diberantas oleh Mahdi as, penyimpangan akan dimusnahkan dan sunnah-sunnah asli akan dihidupkan kembali.

Namun harus diperhatikan bahwa non-Muslim tidak dapat dipaksa untuk menjadi Islam. Akan tetapi ketika Islam sejati tanpa propaganda bias diperkenalkan kepada mereka oleh Imam Mahdi, maka mereka dengan sukarela dan ikhtiar akan menerima agama samawi ini.

Dewasa ini, masyarakat dunia merasakan ketidakadilan dan diskriminasi lebih dari era-era sebelumnya. Sedemikian rupa sehingga satu persen penduduk bumi menguasai 50 persen sumber finansial dunia. Dari sisi lain, akibat politik imperialis pemerintah-pemerintah Barat serta ketergantungan dan ketidakbecusan para penguasa, setiap hari jumlah masyarakat miskin semakin bertambah.

Selain itu, kekuatan imperialis memandang diri mereka sebagai ras superior dan menilai bangsa-bangsa lain tidak berperadaban. Oleh karena itu, salah satu impian terbesar masyarakat dunia adalah pemberantasan diskriminasi dan perwujudan keadilan. Salah satu kriteria utama pemerintahan Imam Mahdi as adalah universalitas keadilan bagi seluruh penduduk bumi.

Salah satu prinsip penting Islam adalah perluasan keadilan, di mana di dalamnya tidak ada diskriminasi dan ketimpangan. Banyak hadis yang menyebutkan keadilan dalam pemerintahan Imam Mahdi as di akhir zaman kelak. Salah satu di antaranya adalah hadis Rasulullah Saw, "Aku akan memberikan kabar gembira kepada kalian soal kemunculan Mahdi (as), ketika perselisihan dan kebimbangan masyarakat meluas, dia akan bangkit dan memenuhi bumi dengan keadilan dan kebajikan setelah dipenuhi dengan kezaliman dan kejahatan. Penghuni langit dan bumi akan meridhoi pemerintahannya dan akan membagikan kekayaan di antara masyarakat secara merata."

Pemerataan keadilan pasti akan dibarengi dengan penafian kezaliman dan pelanggaran. Salah satu tragedi terbesar umat manusia adalah perang dan pertempuran berdarah yang destruktif. Sejak sejarah manusia di mulai, betapa banyak terjadi pertempuran besar dan kecil yang merenggut nyawa manusia. Musibah getif ini juga terjadi di era kontemporer dengan skala yang lebih luas.

Kekuatan-kekuatan imperialis menyerang untuk merampas kekayaan negara-negara lain, atau memaksa para antek-anteknya untuk melakukannya. Sebagai contoh, ratusan ribu orang dalam beberapa tahun terakhir tewas dalam perang yang dikobarkan oleh anasir teroris Takfiri seperti Daesh, besutan Amerika Serikat. Bencana yang menimpa masyarakat Irak dan Suriah.

Akan tetapi menyusul penegakan pemerintahan universal Imam Mahdi as, perang dan permusuhan akan diberantas. Perang terakhir adalah perang sebelum berdirinya pemerintahan universal Imam Mahdi as, melawan kekuatan-kekuatan imperialis yang tidak dapat merelakan kepentingan ilegal mereka.

Dengan demikian cita-cita besar umat manusia untuk terbebas dari kezaliman, kejahatan, pertumpahan darah dan ketidakadilan, akan terealisasikan pada masa pemerintahan Imam Mahdi as. Sebagaimana telah disebutkan Rasulullah Saw dalam hadis beliau bahwa Imam Mahdi as akan memenuhi dunia yang telah dikuasi kezaliman dan kejahatan dengan keadilan dan kebajikan.

Penumpasan kaum hegemonik haus perang, penindasan dan agresi dalam pemerintahan universal Imam Mahdi (as) akan menghadirkan perdamaian dan keamanan. Dewasa ini, keamanan adalah hal yang paling dibutuhkan umat manusia. Di sejumlah negara, perang dan pembantaian telah menghancurkan keamanan sementara di negara-negara seperti Amerika Serikat, instabilitas dalam masyarakat terus mengancam dan setiap hari ratusan orang menjadi tumbal fenomena tersebut.

Perasaan tidak aman dan tidak tenang, menimbulkan dampak mental dan psikologis, serta ekonomi dan sosial yang sangat buruk. Akan tetapi dalam pemerintahan universal Imam Mahdi, ketika perang, kezaliman dan pelanggaran telah berakhir, serta keadilan dan kesetaraan berlaku, maka masyarakat akan merasakan ketenangan dan keamanan multidimensional.

Imam Muhammad Baqir as, dalam hal ini menjelaskan kondisi pada era pemerintahan universal Imam Mahdi as dengan menyebutkan bahwa seorang perempuan tua dapat bepergian dari satu titik ke titik lain di dunia tanpa ada kekhawatiran akan menghadapi gangguan. Keamanan multidimensional ini bersumber dari fakta bahwa seluruh masyarakat menganut satu agama dan keyakinan yaitu Islam di mana pelanggaran dan gangguan kepada orang lain adalah haram, dan bahkan umat Islam diwajibkan untuk membatu sesama.

Pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di muka bumi merupakan kriteria lain dari pemeritahan universal Imam Mahdi as. Dewasa ini, hanya segelintir negara yang maju dan berkembang dan itu pun hanya dapat dinikmati oleh kelompok kecil konglomerat. Adapun manfaat kemajuan dan pembangunan pada periode pemerintah universal Imam Mahdi as adalah milik seluruh masyarakat.

Selain itu, kemajuan pada masa tersebut juga jauh melampuai kemajuan saat ini. Rasulullah Saw bersabda, "Ketika itu, jelajah bui akan ditempuh lebih cepat dari memejamkan mata, sedemikian rupa sehingga jika [sebelumnya] seseorang ingin bepergian ke timur atau barat bumi dalam satu jam, maka hal ini akan ditempuh dalam waktu sesingkat-singkatnya."

Pembangunan dan kemajuan pada masa pemerintahan universal Imam Mahdi as bergantung pada sejumlah anasir penting lain yaitu pertumbuhan pesat perspektif dan kemajuan cepat ilmu pengetahuan. Imam Muhammad Baqir as dalam sebuah riwayat menjelaskan hal ini bahwa berkat ijin Allah Swt pada era Mahdi as, akal masyarakat akan sempurna. Dalam hadis lain, beliau menyinggung poin penting lain, "Ilmu pengetahuan adalah 27 huruf dan semua yang dibawa oleh para nabi hanya dua huruf saja… ketika Mahdi kami bangkit, dia akan mengeluarkan 25 huruf lainnya, dan menyebarkannya kepada masyarakat."

Dengan demikian  pada era pemerintahan universal Imam Mahdi as, seluruh lapisan masyarakat memiliki taraf kehidupan tinggi dan menikmati seluruh nikmat ilahi dengan sebaik-baiknya.

Topik-topik yang akan disampaikan, dari lisan sebuah tetesan yang ingin menjelaskan tentang samudera yang luas.

Imam Khomeini adalah fakih dan marji’ yang paling pandai. Pada saat yang sama beliau juga seorang filsuf. Namun bukan filsuf yang bersandar pada prinsip orang lain. Tapi seorang filsuf yang memiliki dasar ijtihad dan filsafat.

Imam menjelaskan tiga pembahasan tafsir. Kita tidak memiliki usaha sekuat usaha beliau dalam pembahasan tafsir. Beliau menjelaskan poin-poin filsafat yang sampai di dunia. Surat penghargaan sampai ke Qom dari seluruh penjuru dunia dan para filsuf dunia telah mengakui pendapat-pendapat baru Imam. Imam sendiri telah mewujudkan gerakan baru di dunia, berbeda dengan filsafat-filsafat yang ada. Almarhum Haj Agha Mostafa meski hanya sebentar belajar kepada beliau, tapi dikenal sebagai seorang filsuf.

---

Sebagian orang yang dengki atau yang tidak tahu, mengatakan bahwa Imam Khomeini sampai pada tanggal 15 Khordad tidak berkecimpung dalam urusan politik dan masyarakatlah yang menyeretnya ke dalam masalah ini. Padahal orang-orang yang bersama Imam Khomeini tahu bahwa sejak beliau belajar di hauzah dan belajar kepada almarhum Ayatullah Hairi Yazdi atau di masa Ayatullah Boroujerdi, memiliki banyak perbedaan pendapat dengan mereka dalam urusan politik. Namun beliau tidak menyampaikan masalah  ini di hadapan opini umum demi menjaga persatuan Islam. Karena adanya kemungkinan hancurnya persatuan masyarakat Islam.

Imam Khomeini tidak pernah meninggalkan salat tahajjud. Dalam kondisi sakit, sehat, di penjara, saat bebas, dalam pengasingan, bahkan di atas tempat tidur rumah sakit jantung, beliau tetap mengerjakan salat tahajjudnya.

Ketika beliau sakit di Qom, dan atas perintah dokter, beliau dibawa ke Tehran. Pada waktu itu hawa sangat dingin dan hujan salju, dan jalan-jalan mengalami pembekuan. Imam berjam-jam berada di dalam mobil ambulance dan setelah dipindahkan ke rumah sakit jantung, beliau tetap tidak meninggalkan salat tahajjudnya.

Suatu malam ketika datang dari Paris ke Tehran, semua yang ada di dalam pesawat tidur, dan hanya Imam Khomeini yang mengerjakan salat tahajjud di bagian tingkat atas pesawat.

Sebagian Pasdaran di Qom menceritakan bahwa kadang-kadang saat Imam Khomeini tidak tidur malam untuk mengerjakan salat tahajjud, beliau menanyakan kondisi mereka.

Suatu hari Imam Khomeini berkata:

“Kesinilah! Ringkesi karpet ini. Karena di atas karpet ini ada gambar binatang dan mengerjakan salat di dalam sebuah ruangan yang ada gambarnya manusia atau binatang hukumnya makruh.”

Masalah ini menunjukkan kesensitifan beliau terhadap masalah agama.

---

Imam Khomeini ra
Imam Khomeini berada di Najaf selama tiga belas tahun dan beliau secara rutin membaca ziarah Jamiah Kabirah. Di malam-malam hari, selain saat pergi ke Karbala atau benar-benar sakit, sehingga tidak bisa keluar dari rumah, setiap malam pada jam tertentu, beliau pergi ke makam Imam Ali as dan membaca ziarah Jamiah Kabirah. Ziarah yang paling sedikit membutuhkan waktu satu jam. Tapi seseorang merasa bahwa dia benar-benar berada di hadapan para imam maksum as dan menyampaikan hak mereka dan pada hakikatnya adalah satu putaran pelajaran mengenal imam.

Kecintaan Imam Khomeini kepada Ahlul Bait Rasulullah Saw tidak bisa dijelaskan. Imam Khomeini adalah pecinta mereka. Seorang pecinta yang begitu mendengar suara “Ya Husein” dengan sendirinya air matanya mengalir. Begitu seorang pembaca kidung Ahlul Bait mengatakan, “Assalamu Alaika Ya Aba Abdillah” tetesan air mata mengalir dari matanya dan ini adalah kecintaan yang tidak sedikit.

Suatu hari adalah hari syahadahnya Sayidah fathimah as, Imam Khomeini diminta untuk ikut hadir acara bersama para staf kantornya. Ketika Imam Khomeini datang dan duduk, begitu salah satu staf kantor membaca kidung duka, Imam Khomeini menangis dengan suara keras. Sehingga staf itu sebentar saja membacanya demi menjaga kondisi Imam. Tapi air mata Imam Khomeini senantiasa mengalir di pipinya. Meski dunia menafsirkan tangisan Imam dengan beragam tafsiran, tapi beliau tidak malu-malu menangis, bahkan di depan kamera tetap menangis untuk Aba Abdillah.

---

Suatu hari salah seorang rohani di madrasah Refah berkata kepada Imam Khomeini, “Mengapa Anda tidak banyak menyebut Imam Zaman af dalam pidato Anda?”

Imam Khomeini bangkit dan berkata:

“Apa yang Anda katakan? Apakah Anda tidak tahu bahwa apa yang kita miliki adalah dari Imam Zaman af. Apa yang saya miliki adalah dari Imam Zaman af dan apa yang kita miliki dari revolusi adalah dari Imam Zaman af?” (Emi Nur Hayati)

Dikutip dari penuturan Hujjatul Islam Wal Muslimin Mohammad Ali Anshari Kermani

Sumber: Pa be Pa-ye Aftab II; Gofteh-ha va Nagofteh-ha az Zendegi Imam Khomeini ra, 1387, cetakan 6, Moasseseh Nashr-e Panjereh

Senin, 04 Desember 2017 15:17

Dalam Pencarian Pemimpin Yang Pandai

Buraihah adalah ulama Kristen yang berusia tujuh puluh tahun di masa Imam Shadiq as dan menjadi kebanggaan umat Kristiani.

Sudah lama keyakinannya tentang agama Kristen telah melemah dan mencari agama yang benar. Dia juga melakukan dialog dan pembahasan dengan banyak orang muslim. Dia punya istri yang senantiasa menjadi curahan hatinya tentang masalah agama. Namun dengan semua itu dia belum menemukan hasilnya. Sampai ketika para pengikut keluarga Rasulullah Saw mengenalkan Hisyam bin Hakam; salah satu murid hebat dan ilmuwan Imam Shadiq as kepadanya.

Suatu hari Buraihah pergi ke toko Hisyam di Kufah bersama orang-orang Kristen. Mereka melihat Hisyam sedang mengajar al-Quran kepada murid-muridnya. Buraihah berkata kepada Hisyam, “Saya telah melakukan dialog dan pembahasan dengan semua ilmuwan dan teolog Islam. Tapi saya belum menemukan hasilnya. Sekarang saya datang untuk berdialog denganmu.”

Hisyam sambil tertawa sambil berkata kepadanya, “Bila engkau mengharapkan mukjizatku seperti mukjizatnya Nabi Isa as, maka aku tidak punya.”

Kemudian dia bertanya tentang Islam kepada Hisyam dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Lalu Hisyam bertanya kepadanya tentang agama Kristen tetapi dia tidak bisa menjawab. Akhirnya Buraihah malu dan para jemaahnya menyampaikan rasa penyesalannya. Akhirnya mereka meninggalkannya.

Buraihah kembali ke rumahnya dan menceritakan kejadian pertemuannya dengan Hisyam kepada istrinya.

Sang istri berkata, “Bila engkau sedang mencari agama yang benar, maka jangan sedih. Di mana saja engkau melihat kebenaran, maka terimalah. Jangan keras kepala di jalan ini." Buraihah menerima ucapan istrinya dan pada hari yang lain dia kembali lagi menemui Hisyam dan berkata, “Apakah engkau punya seorang guru dan pemimpin?”

Hisyam berkata, “Iya.”

Buraihah berkata, “Siapakah dia dan berada di mana dan bagaimana kondisinya?”

Hisyam menceritakan sedikit tentang ras, kemaksuman, ilmu, kedermawanan dan keberanian Imam Shadiq as. Kemudian berkata:

“Hai Buraihah! Allah menetapkan setiap hujjah untuk masyarakat pada masa-masa yang lalu dan Dia juga menetapkannya untuk masyarakat di masa pertengahan dan masa terakhir. Hujjah Allah dan agama-Nya tidak akan pernah hilang.”

Buraihah berkata, “Engkau benar.” Kemudian Buraihah bersama istrinya dan Hisyam pergi ke Madinah untuk menemui Imam Shadiq as.

Hisyam bersama Buraihah dan istrinya menempuh jarak yang panjang antara Kufah dan Madinah. Mereka datang ke rumah Imam Shadiq as untuk menemui Imam Shadiq as. Di sana mereka bertemu Imam Kazhim as putranya Imam Shadiq as yang pada waktu itu usianya tidak sampai dua puluh tahun.

Hisyam menceritakan kisahnya dengan Buraihah kepada Imam Kazhim as. Pada saat itu Imam Kazhim as berkata kepada Buraihah:

“Sejauh apa engkau mengenal kitab [injil]mu?”

Buraihah berkata, “Saya mengenalnya.”

Imam Kazhim as berkata, “Sebatas apa engkau mengetahui maknanya?”

Buraihah berkata, “Saya mengetahuinya dengan baik dan saya meyakininya.”

Kemudian Imam Kazhim membaca sebagian dari isinya kitab Injil. Buraihah begitu terpengaruh oleh bacaan injil Imam dan pada saat itu juga dia beriman dan berkata, “Sudah lima puluh tahun saya telah mencari-cari Anda atau orang yang seperti Anda.”

Berbicara Dalam Ayunan

Ya’qub Sarraj berkata, “Saya datang menemui Imam Shadiq as. Saya melihat beliau sedang berdiri di dekat ayunan putranya; Musa as. Musa yang berada di dalam ayunan berbicara dengan beliau. Setelah pembicaraan keduanya selesai, saya mendekati Imam Shadiq as dan beliau berkata kepada saya, “Pergi dekatilah maulamu [yang ada di dalam ayunan] dan ucapkan salam kepadanya.”

Saya mendekati ayunan dan mengucapkan salam. Musa bin Jakfar yang pada saat itu masih kecil dan berada di dalam ayunan, menjawab ucapan salam saya dengan fasih dan berkata kepada saya, “Pergilah dan gantilah nama yang kemarin engkau tetapkan untuk putrimu. Kemudian datanglah kepadaku. Karena Allah menilai tidak  bagus nama ini.” (Ya’qub mengatakan, Allah telah menganugerahi saya seorang anak perempun dan saya namakan dia dengan nama Humaira.)

Imam Shadiq as berkata kepada saya, “Pergilah dan kerjakan perintahnya [Musa] supaya engkau mendapatkan hidayah.”

Sayapun pergi dan mengganti nama anak perempuan saya. (Emi Nur Hayati)

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Musa Kazdim as

Senin, 04 Desember 2017 15:14

Individu dan Masyarakat dalam Islam

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti yang nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat mengakkan keadilan (QS 57; 25)

Oleh: M. Ma’ruf, Direktur-Religious Democracy Institute

Muthahhari dalam buku Inna ad –Din ‘inda Allah al-Islam, mengawali dengan ayat Al-Quran (QS 57; 25) untuk membangun argumentasi definisi keadilan dan sanggahan relatifitas keadilan. Pada bagian akhir tulisan, beliau menyimpulkan;

“Dasar keadilan adalah hak-hak nyata dan punya realitas. Keadilan bukanlah persamaan. Keadilan juga bukan keseimbangan yang tidak bertumpu pada hak. Akan tetapi keadilan bertumpu pada hak yang mempunyai realitas dan fitrah. Individu mempunyai hak, masyarakat juga mempunyai hak. Keadilan berawal dari usaha memberi hak pada individu yang memang berhak menerimanya. Keadilan berarti menjaga dan memelihara hak-hak itu. Karena itu pada setiap zaman keadilan adalah suatu realitas yang tidak lebih dari satu. Pernyataan keadilan adalah i’tibari adalah salah belaka.”

Muthahhari berpendapat, keadilan berarti keseimbangan dalam masyarakat. Tercipta dengan cara menjaga hak-hak individu dan masyarakat. Hak dan kewajiban individu dan masyarakat bersifat timbal balik. Hanya saja hak tidaklah bersifat timbal balik bagi Allah. Karena hak yang dimiliki Allah atas mahkluknya  berbeda dari hak yang dimiliki seseorang atas orang lain. Tidak ada seorangpun punya hak atas Allah, sedangkan manusia hanya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab pada Allah.

Imam Ali berkata, sekiranya ada zat yang hanya berlaku haknya atas orang lain, dan tidak punya kewajiban pada orang lain, maka zat itu hanya Allah (Najh al-Balaghah 214). Imam Ali juga mengatakan, sebagai pemimpin kalian, aku punya hak atas kalian, begitu juga sebagai rakyat, kalian punya hak atas diriku. (Najh al-Balaghah, khutbah 214).

Nahjul Balaghah
Oleh karena itu, salah jika dikatakan hanya pemipin sajalah yang memiliki hak atas rakyat. Menurut Imam Ali, hukum bersifat universal mencakup pemimpin dan rakyat. Hukum bersifat timbal balik dan dua arah. Urusan pemimpin tidak akan terlaksana  tanpa keteguhan rakyat, dan urusan rakyat tidak akan terlaksana tanpa keteguhan pemimpin.

Individu dan Masyarakat

Berkenaan dengan relasi individu dan mayarakat, Muthahhari berpendapat bahwa relasi antara individu dan masyarakat dekat dengan pengertian asimilasi bukan kombinasi. Kombinasi memiliki pengertian kumpulan beberapa hal yang diletakkan satu disamping lainya, tidak lebih dari itu. Seperti campuran kacang kedelai dan kacang  adas, keduanya tetap dalam keadaan masing-masing meski dicampur. Seperti halnya udara, campuran antara oksigen dan ozon.

Namun berbeda dengan pengertian asimilasi, jika dua atau tiga unsur berbeda dicampur maka hasilnya saling mendekat dan memberi pengaruh sehingga menghasilkan unsur baru, menjadi perpaduan unsur kedua dan ketiga. Seperti juga air merupakan senyawa dua unsur gas, oksigen dan hidrogen yang melahirkan unsur yang berbeda dari  dua unsur asalnya.

Analogi lain, seperti ribuan batu dalam posisi saling berdekatan di padang pasir selama ratusan tahun, batu-batu tersebut tidak akan saling mempengaruhi. Begitu juga dengan ketika kita menanam ribuan pohon di hutan. Masing-masing pohon-pohon itu hanya berurusan dengan air, udara dan cahaya. Sementara manusia dan masyarakat memiliki emosi, keyakinan dan pikiran yang saling mengambil kepribadian satu sama lain. Masyarakat bukan hanya campuran melainkan asimilasi yang kuat sebagaimana air. Individu dan masyarakat saling mempengaruhi.

Hakekat sebuah kumpulan yang disebut masyarakat itu adalah satu. Masyarakat punya umur dan ruh. Masyarakat juga memiliki kepribadian.  Al-Quran mengatakan; Tiap-tiap umat mempunya ajal.  Bila telah datang ajalnya, maka mereka tidak akan mengendurkanya barang sesaatpun dan juga tidak memajukanya barang sesaatpun. (QS; 7;340

Al-Quran
Dengan demikian terdapat hubungan yang bersifat alamiah antara individu, masyarakat, hak dan kewajiban, pemenuhan keadilan yang bertumpu pada hak yang mempunyai realitas dan fitrah.   Basis keadilan yang diperjuangkan dalam Islam tidak bertumpu pada fokus realitas individu (individualisme dalam liberalisme), sehingga masyarakat yang bersifat iktibariyah hanya kumpulan individu. Juga bukan fokus pada masyarakat sebagai realitas hakiki (komunisme) dengan menafikkan realitas individu.

Islam menganggap baik individu dan masyarakat sebagai realitas hakiki bukan iktibari, keduanya saling mempengaruhi dibawah relasi dengan Tuhan sebagi sumber fitrah. Pemenuhan hak dan kewajiban timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, individu dengan pemimpin, masyarakat dengan pemimpin-semuanya dalam rangka menjalankan kewajiban kepada Allah. Baik individu dan masyarakat, mau tidak mau, dalam gerak sejarahnya kembali kepada Allah. Semakin sempurna pergerakanya maka semakin bertauhid.

Hak dan kewajiban individu dan masyarakat serta pemenuhan keadilan di dunia berkaitan erat dengan kehidupan akherat. Maka dapat disimpulkan bahwa baik liberalisme dan komunisme, dapat beririsan dengan Islam sejauh terpenuhinya keadilan di dunia, meski pandangan dunia kedunya saling menafikan. Akan tetapi pemikiran Islam jauh lebih maju dalam usaha pemenuhan keadilan di dunia, karena berbasis pada timbangan keadilan akherat. Keadilan itu satu, ditopang oleh realitas hak dan kewajiban individu dan masyarakat yang hakiki sesuai dengan fitrahnya.

Menlu Jepang menekankan perlunya penekanan lebih tegas terhadap Korut untuk menghentikan uji coba rudalnya.

Taro Kono, Menlu Jepang menjelaskan bahwa Korut tidak menggubris tuntutan dunia internasional dan terus menguji senjatanya.

“Pyongyang telah membahayakan Kawasan dan dunia karena uji coba rudalnya” tambah Kono dalam wawancaranya dengan CNN.

Menurut Kono, untuk lepas dari bahaya Korut, harus diciptakan embargo baru yang mengikat lebih erat ekonomi Pyongyang.

“Menekan keras ekonomi Korut dapat menarik Korut ke meja perundingan” jelasnya.

Perlu diketahui bahwa, pada hari jumat kemarin, Presiden Korsel menyatakan bahwa Korsel dan AS tidak akan melakukan serangan senjata terhadap negara tetangganya tersebut.

Quebec, Berita Dunia – Dilansir dari Anatoli, Babak Barin, salah seorang hakim di Pengadilan Tinggi Propinsi Quebec, Kanada menangguhkan sebuah pasal undang-undang tentang pelarangan menggunakan penutup wajah secara penuh di tempat-tempat umum bagi warganya untuk sementara. Ia menganggap bahwa peraturan tersebut tidak sesuai dengan konstitusi dan diskrimitatif terhadap pemeluk agama Islam.

Hakim telah meminta kepada pemerintah untuk menetapkan pedoman yang jelas untuk mengesahkan undang-undang tersebut.

Sebagian wanita penduduk propinsi Quebec yang beragama Islam menggunakan Burqa, sebuah kain atau sejenisnya yang digunakan untuk menutupi wajah. Seperti di negara-negara besar Eropa pada umumnya seperti Perancis, Belgia, Belanda, Bulgaria dan Jerman, Kanada juga telah memberlakukan pelarangan menutupi wajah secara penuh di tempat-tempat umum. Meskipun berbagai lembaga HAM menganggap undang-undang tersebut sebagai bentuk Islamphobia.

Meski demikian, pemerintah Quebec sebelumnya mengklaim bahwa pemberlakuan undang-undang ini dimaksudkan untuk melakukan pemisahan antara politik dan kehidupan beragama serta bertujuan untuk menjaga keselamatan publik.

Menurut pengakuan pemerintah Quebec, penangguhan pasal tentang pelarangan penutupan wajah di tempat umum ini akan berlanjut hingga musim panas tahun 2018 mendatang.

Baghdad, Berita Dunia – Wakil Presiden Irak, Nouri Al-Maliki saat menanggapi pernyataan Emmanuel Macron, Presiden Perancis yang ditujukan kepada Irak mengatakan, “Undang-undang dasar Perancis tak memperbolehkan negara tersebut untuk ikut campur dalam urusan negara lain. Namun kami telah dikejutkan dengan pernyataan Presiden negara tersebut. Ia meminta kepada kami untuk membubarkan kelompok Hashd Shaabi.

Mantan Perdana Menteri Irak tersebut juga mengatakan, “Kami dengan tegas menolak campur tangan Perancis dalam hal ini. Tentunya hal itu merupakan bentuk intervensi masalah dalam negeri Irak dan melanggar hak kedaulatan negara ini dan bahkan bertentangan dengan undang-undang Perancis sendiri.”

Washington, Berita Dunia – Sekali lagi Donald Trump, Presiden AS, mengklaim bahwa ia akan tetap menang di Pemilu 2020.

Dinukil dari Bloomberg News dilaporkan bahwa Donald Trump terlihat sangat senang setelah melihat rancangan penurunan pajak dimenangkan di majelis Senat dan mengklaim bahwa di pemilu 2020 nanti dia tetap akan terpilih.

“Apakah Demokrat melantik orang yang tidak kita kenal? Namun di masa depan kita (Republik) tetap tidak akan terkalahkan. Kami tidak terkalahkan. Salah satu alasannya adalah hal-hal yang terjadi sekarang di pasar bisnis dan yang terjadi di sektor pekerjaan,” tegasnya.

Donald Trump menegaskan klaimnya ini setelah disetujuinya rancangan penurunan pajak di majelis Senat. Rancangan pajak tersebut disetujui oleh 51 anggota Senat, sedangkan 49 menyuarakan tidak setuju. Tidak ada satupun anggota Senat Demokrat yang menyetujui rancangan tersebut. Sedangkan dari partai Republik sendiri, hanya Bob Corker, ketua komite hubungan luar negeri Senat, yang tidak setuju.

Berdasarkan rancangan penurunan pajak versi Trump tersebut, nilai pajak perusahaan dari 35% turun menjadi 20%. Saat ini, majelis Senat harus menggabungkan rancangan ini dengan racangan yang telah disetujui sebelumnya oleh Dewan Perwakilan AS dan diakhir, harus diserahkan ke Presiden untuk ditandatangani.

Rancangan yang disetujui di Dewan Perwakilan dan Senat memiliki banyak perbedaan, namun dari segi penurunan nilai pajak, kedua-duanya sama yaitu dari 35% menjadi 20%.

Sejak periode kepresidenan Ronald Reagan, penurunan pajak periode ini termasuk penurunan yang paling tinggi. Para pengkritik Donald Trump yakin bahwa hal ini hanyalah menguntungkan orang kaya. Sedangkan yang miskin dan menengah akan menghadapi lebih banyak masalah.