کمالوندی

کمالوندی

Menyusul memburuknya situasi kemanusiaan di Suriah, tiga negara anggota Dewan Keamanan PBB (DK-PBB) mengajukan draf resolusi di bawah Bab VII PiagamPBB untuk mempercepat proses bantuan kemanusiaan ke Suriah.

 

Draf resolusi tersebut diusulkan oleh Australia, Luksemburg dan Yordania kepada DK-PBB dan menurut rencana akan diambil voting pada awal bulan depan. Demikian dilaporkan kantor berita Qodsna, Jumat (30/5).

 

Menurut keterangan diplomat yang hadir di Dewan Keamanan, draf resolusi tersebut menuntut dilaksanakannya isi resolusi yang didasarkan pada Bab VII Piagam PBB, di mana diizinkan menggunakan kekuatan militer untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi pelaksanaan resolusi itu.

 

Resolusi tersebut menegaskan bahwa jika ada negara atau kelompok yang menghalangi masuknya bahan-bahan makanan dan bantuan darurat ke Suriah, maka DK-PBB dapat menggunakan wewenangnya termasuk opsi militer.

 

Draf resolusi yang telah diusulkan itu telah diserahkan kepada lima anggota tetap DK-PBB untuk dievaluasi dan diambil pemungutan suara resmi pada pekan depan.

 

Sebelumnya pada bulan Februari, DK-PBB telah mengesahkan resolusi 2139 untuk mengirim bantuan ke Suriah, namun menurut para pejabat PBB, resolusi tersebut tidak sesuai yang diharapkan dan bahkan tidak begitu mampu membantu situasi krisis para pengungsi Suriah.

Minggu, 25 Mei 2014 19:32

Imam Hadi, Pelita Penerang Umat

Sejarah Islam menunjukkan kehadiran orang-orang besar dan mulia yang begitu berjasa bagi umat manusia. Mereka adalah para penerus risalah para Nabi dan Rasul yang mengenalkan jalan kebahagiaan sejati dan keselamatan bagi umat manusia. Ahlul Bait Rasulullah Saw menjadi pelita penerang umat dari kegelapan. Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw mencurahkan hidupnya untuk membimbing manusia dengan ketinggian ilmu dan keutamaan akhlaknya. Salah satu dari Ahlul Bait Rasulullah saw adalah Imam Hadi yang telah menunjukkan keagungannya sejak kecil hingga akhir hayatnya.

 

Imam Hadi lahir tanggal 15 Dzulhijjah 212 Hq di Madinah. Ketika ayahnya Imam Jawad syahid, Imam Hadi memegang tanggung jawab kepemimpinan umat Islam. Beliau memberikan petunjuk dan bimbingan kepada masyarakat selama 33 tahun. Kepemimpinan Imam Hadi semasa dengan enam orang penguasa dari dinasti Abbasiah. Di masa kepemimpinan beliau inilah Ahlul Bait Rasulullah Saw banyak mengalami tekanan dari pihak penguasa lalim. Salah satu dari enam khalifah yang sezaman dengan beliau dan paling membenci Ahlul Bait adalah Mutawakkil.

 

Keimamahan Imam Hadi menjadi ancaman bagi musuh-musuh Ahlul Bait, terutama penguasa lalim. Untuk itulah, mereka berupaya memisahkan Imam dari umat Islam. Bahkan sejak kecil, para imam mendapat tekanan dari penguasa lalim. Tapi tekanan tersebut tidak menghalangi para Imam dalam membimbing masyarakat bahkan sejak usia beliau. Dengan alasan mengajar, ulama terkemuka Madinah saat itu, Abdullah Junaidi diminta untuk mengajar Imam Hadi yang masih berusia delapan tahun. Keagungan ilmu dan ketinggian akhlak Imam Hadi membuat Abdullah Junaidi terpesona.

 

Suatu hari seseorang bernama Muhammad bin Said bercerita, "Hari Jumat aku melihat Junaid, lalu aku bertanya tentang sesuatu kepadanya. Bagaimana pendapatmu tentang anak yang sedang engkau ajar. Junaid memandangku, lalu menjawab, "Anak itu adalah sheikh besar dari Bani Hasyim. Demi Tuhan, apakah engkau melihat orang yang lebih berilmu dariku di Madinah ini ?". "Tidak", jawabku singkat. Junaid kembali berkata, "Demi Tuhan, ketika aku membahas sebuah masalah dengan bersandar pada ilmuku, ia (Imam Hadi) membukakan pintu hakikat mengenai masalah tersebut untukku. Terkadang aku memintanya untuk membaca sebuah ayat al-Quran. Lalu dengan suaranya yang merdu, anak itu membaca al-Quran yang membuatku begitu terpesona. Subhanallah, maha suci Allah swt, dari mana ia mendapatkan pengetahuan itu ? Masyarakat mengiranya akulah yang mengajari anak itu, padahal sebaliknya akulah yang belajar darinya. Demi Tuhan  ia adalah manusia terbaik di muka bumi dan ia adalah manusia terbaik yang diciptakan oleh Allah swt."  Sejarah juga mencatat berbagai keutamaan Imam Hadi sejak usianya yang masih beliauhingga akhir hayat.

 

Imam Hadi as memulai perjuangannya melawan para penguasa Abbasiah secara tidak langsung dengan penyadaran sosial, budaya dan pendidikan. Ahlul Bait Rasulullah Saw mengajarkan pondasi pemikiran dan keyakinan yang kokoh dan logis  kepada masyarakat yang berada di bawah tekanan politik penguasa lalim.

Tekanan berat dari sisi politik dan menyebarnya kerancuan pemikiran dan keyakinan merupakan dua fenomena yang muncul di zaman Imam Hadi as.

Tanpa Imam Hadi as, dasar keyakinan dan pemikiran Islam bakal terancam.

 

Sebelum Imam Hadi as dipindahkan ke Samara oleh pasukan Abbasiah, beliau tinggal di Madinah yang menjadi pusat keilmuan dan fikih dunia Islam. Aktifitas Imam Hadi as di Madinah memicu kekhawatiran dari para penguasa zalim. Oleh karena itulah mereka memaksa Imam Hadi as untuk meninggalkan Madinah dan selama 10 tahun beliau hidup dalam tekanan berat di masa kekuasaan Bani Abbasiah. Tekanan berat politik para penguasa Abbasiah terhadap Imam Hadi as menyulitkan masyarakat untuk bisa menemui beliau. Hal ini dilakukan mereka dengan harapan bahwa ketidakhadiran Imam Hadi as di tengah-tengah masyarakat bakal memunculkan masalah keyakinan.

 

Situasi dan kondisi demikian secara perlahan-lahan memunculkan aliran-aliran sesat di tubuh umat Islam. Hal ini membuat agama Islam betul-betul berada dalam bahaya. Untuk menghadapi kondisi sulit ini, Imam Hadi as memperkuat "Lembaga Perwakilan" dan menyebarkannya ke daerah-daerah guna menciptakan koordinasi antara sesama pengikut Ahlul Bait yang tersebar di daerah-daerah.

 

Sebenarnya sebelum Imam Hadi as, telah ada lembaga perwakilan yang dibentuk oleh para Imam sebelumnya. Tapi kelebihan Imam Hadi as adalah menjadikan badan ini resmi perwakilan dirinya, sehingga masyarakat tetap dapat berkomunikasi dengan beliau lewat wakil-wakilnya. Dengan demikian, tuntunan beliau juga dapat sampai ke masyarakat, tanpa kehadirannya. Metode ini mampu melanggengkan sistem Imamah di tengah tekanan kuat penguasa.

 

Manajemen Imam Hadi di masa itu sangat berpengaruh dan efektif untuk bisa keluar dari krisis-krisis selanjutnya yang lebih sulit. Karena kondisi politik saat itu berkembang sedemikian rupa sehingga Ahlul Bait pasca Imam Hadi as yakni di masa Imam Hasan Askari as, semakin tertekan. Badan perwakilan sangat penting pengaruhnya dalam mengkoordinasi dan mengatur keilmuan, sosial dan keamanan para pengikut Ahlul Bait as. Dalam lembaga ini, pesan Imam akan sampai kepada para pengikutnya dengan cepat dan sistematik melalui satu kanal yang terpercaya dan resmi. Sehingga dari sisi keamanan tidak sampai menyulitkan para pengikut Ahlul Bait dan tempatnya tidak sampai diketahui oleh orang lain.

 

Jaringan penting ini dari sisi keilmuan dan fikih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dari sumber aslinya dan hasil pertamanya secara nyata adalah menjawab shubhah-shubhah keyakinan dan pemikiran. Mengambil jawaban  atas masalah-masalah fikih dan teologi dari kanal yang bisa dipercaya bak payung perlindungan yang besar bagi para pengikut Ahlul Bait yang bisa juga dipakai untuk menghadapi pelbagai serangan budaya. Jaringan perwakilan pada hakikatnya berposisi sebagai sebuah jaringan besar universitas yang menghubungkan para pengikut Ahlul Bait dengan pusat penyebaran pemikiran-pemikiran Ahlul Bait.

 

Imam Hadi as mengenalkan Bani Abbasiah sebagai penguasa yang tidak sah dan melarang umat Islam untuk bekerjasama dengan mereka kecuali pada masalah-masalah darurat. Dengan usaha ini kedok pengasa lalim itu semakin jelas bagi masyarakat. Imam Hadi as menyadarkan masyarakat bahwa jangan sampai mereka mengorbankan ideologinya hanya karena kelezatan dunia yang sementara.

 

Akhirnya para penguasa zalim itu berusaha menyingkirkan Imam Hadi as karena mereka tidak tahan melihat pribadi agung ini. Akibatnya pada tanggal 3 Rajab tahun 254 Hq, Imam Hadi as dibunuh. Berita kesyahidan beliau ini membuat masyarakat bersedih. Di hari syahadahnya Imam Hadi as, masyarakat berkumpul di rumah beliau dan semua orang di kota itu tenggelam dalam kesedihan dan tangisan.

 

Kami ucapkan belasungkawa di hari syahadahnya Imam Hadi as dan mengakhiri pembahasan ini dengan nasihat beliau, "Perbanyaklah istighfar dan bersyukur kepada Allah swt, dengan demikian seluruh kebahagian dunia dan akhirat akan engkau raih,".(

Minggu, 25 Mei 2014 19:29

HAM dan Pemerintahan Imam Ali as

Dalam tulisan singkat ini, akan dijelaskan mengenai sirah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib assebagai pelaku dan pelaksana terbaik Hak Asasi Manusia (HAM). Tanggal 13 Rajab adalah hari kelahiran Imam Ali as. Sejarawan sepakat bahwa beliau lahir di dalam Ka`bah yang suci. Tak seorang pun di dunia ini yang lahir di dalam Ka`bah. Hal itu adalah pertanda keagungan dan ketinggian kedudukan Imam Ali as di sisi Allah Swt. Allah Swt telah menjadikan beliau sebagai teladan yang sempurna bagi umat manusia. Keberadaan Imam Ali as merupakan hujjah bagi manusia dan telah membuka pintu-pintu rahmat Allah Swt bagi hamba-hamba-Nya.

 

Ketika mendengar berita kelahiran Imam Ali as, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Berkat kelahiran ini, Allah Swt akan membukakan pintu-pintu rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya." Sementara itu, Allamah Syahid Murtadha Muthahhari, cendekiawan terkemuka Iran mengatakan, "Jika kita menjadikan Ali sebagai teladan dan Imam bagi kita, maka kita telah menjadikan seorang manusia sempurna, seimbang dan seorang yang telah menumbuhkan semua nilai kemanusiaan secara konsisten dalam dirinya, sebagai pemimpin bagi kita."

 

Salah satu tema yang sangat ditegaskan oleh Imam Ali as dalam kehidupan beliau terutama di masa pemerintahan singkatnya adalah perhatian dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Dewasa ini, dunia dilanda berbagai konflik, perang dan pertumpahan darah sehingga masyarakat kemudian berpikir untuk menemukan cara bagaimana melindungi hak-hak dan martabat manusia.

 

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusiaadalah salah satu bentuk upaya untuk melindungi dan menjaga hak-hak setiap manusia. Namun deklarasi tersebut belum sempurna mengingat keterbatasan dan kemungkinan kesalahan dan kekeliruan pemikiran oleh para perumusnya. Selain itu, deklarasi tersebut selama ini belum dilaksanakan dengan benar.

 

Jelas bahwa Tuhan mengetahui segala hal dan rahasia manusia serta mengetahui semua kebutuhan dan kemampuannya. Allah Swt tentunya juga lebih tahu bagaimana dan dengan metode apa untuk melindungi martabat manusia, sebab Dia sendiri yang memberi kehidupan dan martabat itu kepada manusia. Allah Swt telah menurunkan hak-hak dasar manusia dalam bentuk yang sempurna melalui wahyu kepada Rasulullah Saw. Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as juga telah menjelaskan hak-hak tersebut kepada masyarakat.

 

Periode singkat pemerintahan Imam Ali as dan sistem pemerintahan yang beliau terapkan dapat dijadikan sebagai model praktis bagi penerapan HAM. Sebab, di masa pemerintahan beliau, masyarakat sangat majemuk dan terdiri dari berbagai etnis, bahasa, warna kulit dan agama. Namun beliau mampu mengendalikan pemerintahan dengan adil tanpa adanya pelanggaran HAM. Pada dasarnya, cara praktis yang diterapkan oleh Imam Ali as tersebut telah menggambarkan Piagam HAM yang sebenarnya.

Menurut pandangan HAM Islam, untuk menjamin martabat manusia tidak mungkin dilakukan tanpa memperhatikan dua prinsip, yaitu "keabadian dan pencarian Tuhan." Fitrah manusia selalu mencari Tuhan, dan Allah Swt memperhatikan dan bahkan memberikan rahmat kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, manusia dalam pandangan Islam adalah wujud yang memiliki tujuan dan bukan wujud yang tak berguna.

 

Manusia adalah wujud yang senantiasa ingin menuju kepada Tuhan. Dengan demikian, segala bentuk deklarasi dan kesepakatan HAM harus sepenuhnya sejalan dan sesuai dengan ruh dan fitrah manusia. Namun sayangnya, kita melihat bahwa HAM Barat justru menempatkan manusia sebagai makhluk independen dari segala sesuatu, termasuk Tuhan. Pandangan itu sangat bertolak belakang dengan pandangan Islam, karena agama Samawi ini menempatkan Tuhan sebagai poros.

 

Dasar HAM lainnya dalam Islam adalah manusia tidak berakhir dengan kehancuran atau ketiadaan. Dalam wasiatnya kepada Imam Hasan as, Imam Ali as berkata, "Ketahuilah bahwa kamu diciptakan untuk dunia itu, bukan untuk dunia ini kamu akan meninggalkan rumah yang kamu tinggali sekarang, dan kamu berada di sebuah rumah di mana kamu tidak bisa duduk meski hanya beberapa hari, serta kamu berada di jalan di mana akhirnya adalah akhirat, maka berusahalah untuk memperbaiki tempat tinggalmu dan janganlah kamu jual akhiratmu dengan dunia."

 

Ketidakabadian dunia dan kekekalan kehidupan akhirat telah disinggung dalam banyak ayat al-Quran. Ayat-ayat al-Quran juga memperingatkan manusia bahwa perilaku mereka di dunia ini akan menentukan kebahagiaan atau kesengsaraan mereka di akhirat. Dengan demikian, ketika kita berbicara tentang HAM, maka hak-hak itu selain menjamin martabat manusia di dunia juga harus memperhatikan kebahagiaan abadi dan akhirat manusia. Hal itu tidak akan terwujud tanpa ketaatan dan pelaksanaan ajaran wahyu serta tunduk kepada Tuhan. Sementara HAM yang saat ini diterapkan tidak memiliki keistimewaan itu, dan bahkan cenderung dijadikan dalih bagi para arogan dunia untuk menggapai kepentingan mereka.

 

Hak paling dasar setiap manusia adalah hak hidup, di mana semua pemerintah, masyarakat dan individu harus menghormati hak itu. Dalam hal ini, Imam Ali as tidak hanya cukup menganggap penting hak hidup, tetapi beliau juga mendidik masyarakat untuk menjaga hak tersebut serta melaksanakan aturan dan hukum-hukumnya.

 

Pengtingnya hak hidup dalam pandangan Imam Ali as dapat dilihat dari surat perintah beliau kepada Malik Ashtar yang berbunyi, "Hindarilah pertumpahan darah yang tidak semestinya,. " Dalam kasus tersebut, Imam Ali as telah mengisyaratkan hal penting bahwa penguasa tidak boleh memperkuat pemerintahannya dengan cara menumpahkan darah, di mana masalah itu selalu mewarnai sejarah kehidupan manusia.

 

Imam Ali as berkata, "Janganlah kamu memperkuat pemerintahanmu dengan menumpahkan darah yang tidak sah, di mana penumpahan darah akan melemahkan kekuatan dan bahkan merampas pemerintahan dari pemiliknya kepada orang lain." Dalam pandangan Islam sejati, manusia mukmin adalah terhormat karena keimanannya, namun selain orang-orang non-Muslim, juga memiliki martabat dan hak untuk hidup bila dipandang dari sisi kemanusiaannya.

 

Kebebasan adalah hak penting lainnya yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Namun kadang-kadang karena kesimpulan salah tentang kebebasan dan penyalahgunaannya, alih-alih melindungi martabat manusia, kebebasan itu justru digunakan untuk merendahkan martabat orang lain. Menurut para pemikir, kebebasan bukan berarti bahwa manusia terlepas dari segala belenggu dan pembatasan, di mana ia setiap saat mampu mengikuti keinginan dan hawa nafsunya. Dengan demikian, kebebasan masih terikat dengan aturan-aturan tertentu dan tidak mutlak, dan dalam Islam, pembatasan-pembatasan itu telah ditetapkan oleh Tuhan.

 

Imam Ali as dalam pemerintahannya telah memberikan kebebasan kepada masyarakat, bahkan ketika beliau menyampaikan pidato, para penentangnya melontarkan protes paling pedas kepada beliau sehingga acara pidato beliau terganggu. Imam Ali as tidak hanya menyampaikan slogan kebebasan saja, tetapi beliau juga melaksanakannya dalam perkataan dan perilaku beliau. Selain itu, putra paman Rasulullah Saw tersebut telah memberikan prasarana sosial kepada masyarakat untuk mengunakan kebebasan yang sebenarnya. Selain menerapkan kebebasan itu, Imam Ali as juga telah membimbing masyarakat dan menjelaskan kebenaran kepada mereka untuk mencegah penyalahgunaan kebebasan.

 

Dasar lainnya tentang HAM adalah kesetaraan. Namun dalam Islam, dasar itu dapat diterima jika tidak melanggar dasar utamanya yaitu keadilan, sebab, keadilan adalah memberikan hak kepada setiap orang sesuai dengan kelayakannya, sementara kesetaraan terkadang tidak adil.

 

Dalam sirah Imam Ali as dan pemerintahan beliau, terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa beliau selalu melindungi prinsip kesetaraan yang tidak  melanggar keadilan meskipun dalam kondisi sulit, bahkan beliau mengorbankan nyawanya untuk merealisasikan keadilan dan keseteraan. Hal itu dapat kita lihat dalam perintah Imam Ali as kepada Malik Ashtar. Beliau tidak membedakan ras, etnis, warna kulit dan lainnya dalam menjalankan keadilan. Beliau selalu menjalankan pemerintahan dengan adil termasuk dalam distribusi Baitul Mal, pelaksanaan undang-undang dan pengadilan.

 

Suatu ketika, ada orang-orang yang meminta jatah lebih dari Baitul Mal kepada Imam Ali as karena menganggap diri mereka lebih mulia dari yang lain, karena mereka adalah sahabat Rasulullah Saw. Kepada mereka, Imam Ali as berkata, "Ketahuilah bahwa barang siapa dari Muhajirin dan Anshar sahabat Rasulullah Saw mengganggap dirinya memiliki keunggulan, maka ia harus mengetahui bahwa kemuliaan nyata di sisi Allah Swt di hari kiamat, dan pahalanya ada di sisi-Nya. Dengan demikian, kalian adalah hamba Allah dan harta adalah harta Allah yang aku bagikan kepada kalian dengan setara, dan tak seorang pun lebih unggul di hadapan lainnya. Baik Arab maupun ajam dan orang-orang yang bertakwa akan memperoleh pahala di hari kiamat. Apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang baik. "

Minggu, 25 Mei 2014 19:01

Imam Musa Kazim, Muara Kebaikan

Para Imam Maksum dan Ahlul Bait Rasulullah Saw merupakan manusia mulia terbaik yang mengajarkan akhlak dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Mereka meletakkan prinsip pendidikan dan pengajaran yang terbaik kepada masyarakat. Seluruh pelajaran yang mereka sampaikan berasal dari satu sumber yaitu Nabi Muhammad Saw yang diutus oleh Allah swt untuk menyempurnakan akhlak manusia.

 

Peran Ahlul Bait dalam membimbing dan memberi petunjuk bagi umat manusia sepanjang sejarah diakui bukan hanya oleh kalangan Syiah, tapi juga Sunni. Berbagai literatur Sunni menunjukkan pengakuan terhadap ketinggian kedudukan Ahlul Bait Rasulullah Saw. Salah satu dari Ahlul Bait itu adalah Imam Musa Kazim. Beliau dilahirkan pada tahun 128 H di desa Abwa, antara Mekah dan Madinah. Di usia 20 tahun, setelah kesyahidan ayahnya, Imam Sadiq as, beliau memimpin umat Islam selama 35 tahun.

 

Komitmen dan kegigihan Imam Musa Kazim dalam menegakkan kebenaran dan melawan kezaliman menyebabkan beliau harus menjalani kehidupan yang sulit di era dinasti Abbasiah. Sejarah mengungkapkan bahwa Imam Musa Kazim mendekam di penjara selama 14 tahun. Penguasa lalim saat itu menghendaki Imam Musa menghentikan perlawanannya atas kezaliman. Bahkan Dinasti Abbasiah menjanjikan akan memberikan harta yang melimpah setiap bulannya kepada Imam Musa. Namun beliau menolak usulan tersebut dengan menyebutkan ayat 33 surat Yusuf, "Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku."

 

Fase kehidupan Imam Kazim di era pemerintahan dinasti Abbasiyah dipenuhi berbagai tekanan dari pemerintah zalim. Akhirnya beliau gugur syahid akibat diracun rezim lalim. Imam Kazim dimakamkan di Kazimain, dekat kota Baghdad Irak, dan kini menjadi salah satu tempat ziarah umat Islam yang termashur di negara ini.

 

Imam Kazim menjadi muara segala kebaikan. Untuk itulah seluruh mazhab Islam bahkan non-muslim sekalipun sangat menghormati dan memuliakannya. Muhyidin Ibnu Arabi, Sufi terkemuka Sunni menjelaskan mengenai keutamaan Imam Kazim. Sufi besar dunia Islam ini menjelaskan implementasi lima ayat pertama Surat At-Thur dalam karakter Imam Kazim. Ibnu Arabi mengibaratkan Imam Musa Kazim seperti Nabi Musa. Tapi bedanya, Nabi Musa memiliki kedudukan Nubuwah sedangkan Imam Musa Kazim tidak. Selain itu, Ibnu Arabi menilai Imam Musa Kazim sebagai pencerah dunia.

 

Ibnu Arab menulis, "Demi Tuhan dan malaikat, penunggu arash-Nya serta seluruh makhluk di bumi dan langit di bukit Thur. Demi  kitab yang diturunkan di bukit Thur. Salam atas rumah yang menjadi tempat ziarah para malaikat. Salam bagi langit yang megah, salam bagi rahasia yang tersembunyi, salam bagi samudera, salam bagi cermin cahaya, dia adalah Musa Kalim di lembah iman Imamah... cahaya yang berkilau, yaitu Abu Ibrahim Musa Bin Jafar yang diberkahi Allah swt."

 

Sejarah mengungkapkan lebih dari 200 perawi hadis dan ulama saat itu yang berguru kepada Imam Musa Kazim. Imam Musa menghidupkan tradisi intelektualitas masyarakat saat itu. Beliau juga menganjurkan masyarakat supaya menimba ilmu dari sumber yang terpercaya dan meningkatkan keilmuan mereka sehingga tidak terjebak dalam kebodohan dan kepicikan.

 

Ibnu Hajar Haitsami, salah satu pemuka Ahlu Sunnah berkata, Musa Kazim pewaris ilmu-ilmu dari ayahnya dan memiliki keutamaan serta kesempurnaan. Beliau mendapat gelar Kazim karena kesabaran beliau menghadapi cacian dan kelapangan beliau memaafkan orang yang bersalah kepadanya. Di zamannya, tidak ada orang yang menandinginya baik dari sisi keilmuan maupun ketakwaan.

 

Imam Kazim dengan berbagai cara menjelaskan kepada umat sistem politik dan sosial ideal berdasarkan ajaran Islam. Di sisi lain, masyarakat pun akhirnya memahami bahwa kinerja pemerintahan Bani Abbasiyah bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sementara itu, Harun al-Rashid menempuh berbagai strategi untuk menjauhkan Imam dari umat. Misalnya, dengan berbagai alasan, ia menjebloskan Imam Kazim ke penjara dengan harapan masyarakat terputus komunikasinya dengan beliau.

 

Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kazim berkata, "Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka". Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan lalim, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.

 

Sementara itu, Harun terus berupaya bagaimana caranya membunuh Imam Musa. Suatu hari, dia mengutus Yahya bin Khalik ke penjara. Tugas yang diemban Yahya adalah meminta Imam untuk tidak menentang Khalifah dan menawarkan pengampunan serta pembebasan kepada beliau. Namun, Imam menolak semua tawaran itu.

 

Imam Musa menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi, "Setiap hari kulalui dengan kesusahan, sementara kau lalui hari-harimu dengan kesenangan. Lalu, kita akan sama-sama mati. Hingga di suatu hari yang tiada akhirnya, kelak kita diberdirikan di hadapan Mahkamah Ilahi, ketika orang-orang licik hanya akan menjadi pecundang dan terhinakan."

 

Alasan Harun memindahkan Imam Musa as dari satu penjara ke penjara lain tidak ada lain adalah karena permintaannya kepada setiap kepala penjara untuk membunuh Imam, namun mereka tidak bersedia untuk memenuhi permintaan tersebut. Hingga akhirnya Sindi yang berhati keras itu bersedia untuk meracun Imam as. Maka, di dalam penjaralah beliau meninggal akibat racun yang dibubuhkan ke dalam makanannya pada 25 Rajab tahun 183 H.

Syarat Dikabulkannya Doa

 

Muhammad bin Muslim mengatakan:

 

"Saya menyampaikan kepada Imam Baqir atau Imam Shadiq, ÔÇÿKami menyaksikan seseorang yang sangat serius salam beribadah dan beragama, tapi tidak menerima keimamahan Anda. Apakah segala usaha dan ibadahnya bermanfaat baginya?'

 

Imam menjawab, ÔÇÿWahai Muhammad! Perumpamaan Ahlul Bait as sama seperti keluarga yang hidup di masa Bani Israil, dimana selama 40 hari ia beribadah dan kemudian berdoa, maka doanya pasti dikabulkan. Tapi seorang dari mereka selama 40 hari melakukan hal yang sama dan setelah itu berdoa, tapi doanya tidak dikabulkan. Ia kemudian menemui Nabi Isa as dan meminta agar mendoakannya. Nabi Isa as segera mengambil wudu, melakukan salat dan setelah itu berdoa. Allah Swt mewahyukan kepada beliau, ÔÇÿHamba-Ku itu mendatangiku lewat pintu yang tidak kusiapkan untuk itu. Ia berdoa kepadaku, tapi hatinya meragukan kenabianmu. Dengan demikian, seandainya ia berdoa kepada-Ku sampai tenggorokannya pecah dan jari-jarinya putus, Aku tetap tidak akan mengabulkan doanya!'

 

Nabi Isa as kemudian berkata kepada orang itu, ÔÇÿApakah engkau berdoa kepada Allah dan pada saat yang sama meragukan kenabianku?'

 

Orang itu menjawab, "Benar, wahai Ruh Allah! Demi Allah, apa yang engkau katakan itu benar adanya. Kini berdoalah kepada Allah agar menghilangkan keraguan ini dari hatiku!'

 

Nabi Isa as kemudian berdoa dan Allah menerima taubatnya. Ia kemudian sama seperti keluarganya yang setelah 40 malam beribadah, maka doanya terkabulkan."[1]

Tidak Mencari Aib Orang Lain

 

Imam Husein as berkata:

 

"Seseorang yang tidak mencari aib orang lain berarti ia tidak perlu meminta maaf." (Nuzhah an-Nazhir wa Tanbih al-Khathir, hal 80)

 

Tidak ada manusia yang tidak memiliki aib dan kekurangan baik dalam akhlak maupun perilakunya, bahkan mungkin saja kesalahan itu terjadi pada diri kita sendiri. Karena kita tidak maksum dan tidak terjaga dari kesalahan. Dari sini, manusia berakal dan beriman tidak boleh mencari tahu aib orang lain. Terlebih lagi bila ia telah mengetahuinya lalu menceritakannya kepada orang lain. Hal itu akan membuatnya terhina di tengah masyarakat dan menyedihkannya. Seseorang yang melakukan perbuatan ini pada akhirnya meminta maaf kepada orang tersebut.

 

Seorang mukmin setiap kali menyaksikan aib atau kekurangan pada perilaku orang lain, hendaknya ia tidak menyampaikannya kepada orang lain, tapi yang perlu dilakukannya adalah secara baik mengucapkannya langsung kepada orang tersebut. Bila perlu ia harus membimbingnya agar dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kekurangannya.

 

Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.

Bismillahirrahmanirrahim

 

Segala puji bagi Allah sebagai bukti pengakuan akan segala nikmat. Tidak ada tuhan selain Allah sebagai bukti keikhlasan akan keesaan-Nya. Salawat dan salam kepada makhluk termulia dan mereka yang terpilih dari keluarganya. Amma Ba'du...

 

Sesungguhnya merupakan keutamaan Allah atas makhluk-Nya adalah mengayakan mereka dengan yang halal. Allah Swt berfirman, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui."

 

Rasulullah Saw bersabda, "Nikah itu merupakan Sunnahku. Barangsiapa yang menolak Sunnahku berarti ia bukan dari umatku." (26/1/1372)

 

Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang menikah berarti ia telah mendapatkan setengah dari agamanya dan hendaknya ia bertakwa terkait setengah yang tersisa."

 

Rasulullah Saw bersabda, "Menikahlah dan lahirkan keturunan sehingga kalian menjadi banyak. Sesungguhnya di Hari Kiamat aku bangga dengan jumlah kalian dibandingkan dengan umat yang lain, sekalipun dengan anak yang gugur di dalam kandungan ibunya."

 

Semoga Allah Swt memberikan berkah pada akad nikah yang kami bacakan malam ini untuk kalian; para pengantin pria dan pengantin wanita muslim dan Dia memberikan taufik kepada kalian untuk bisa menjalankan kewajiban pernikahan. (14/2/1363) Semoga pengantin pria dan wanita yang sudah menjadi suami dan istri bisa hidup berdampingan selama bertahun-tahun dengan penuh kebahagiaan. (15/9/1381) Semoga pernikahan ini menghasilkan rumah tangga yang baik, sehat, mukmin dan beragama. (3/6/1375)

 

Saya akan menyampaikan beberapa nasihat untuk para pengantin wanita dan pengantin pria serta keluarga mereka. Kemudian Insyaallah saya akan membacakan akad nikah. (8/3/1381)

Dalam akad nikah yang akan dibacakan nanti, sejatinya kami akan menggabungkan dan mengaitkan dua pihak yang asing dengan beberapa kata sehingga keduanya menjadi muhrim dan dekat dan lebih mengasihi dari semua yang ada di dunia ini.

 

Kedua; dengan akad nikah ini, kita tengah menciptakan sebuah anggota baru masyarakat yang terdiri dari institusi-institusi rumah tangga. (11/12/1373)

 

Tentunya faedah terpenting dari pernikahan adalah membentuk rumah tangga dan masalah lainnya adalah cabang dan derajat kedua dan atau sebagai sandaran masalah ini; seperti regenerasi atau memenuhi kebutuhan biologis; semua ini termasuk masalah sekunder. Masalah primer dan terpenting adalah membentuk rumah tangga itu sendiri. (9/12/1380)

 

Agama Islam menilai pernikahan sebagai kewajiban bagi setiap wanita dan pria. Karena kelanggengan kehidupan manusia ada pada pembentukan rumah tangga dan membentuk rumah tangga juga tergantung pada pernikahan. (12/12/1362) Itulah mengapa dalam semua agama dan mazhab ada pernikahan. (12/12/1362) Pernikahan bukan hanya ada dalam agama Islam. (19/12/1362) Semua pernikahan bagi mereka sendiri adalah benar. Oleh karenanya, bila seseorang non Muslim masuk Islam, katakanlah pasangan suami-istri, maka pernikahan yang sudah dilakukannya adalah sah. (12/12/1362) Islam mengakui pernikahan agama-agama lain yang dilakukan di antara mereka. Islam mengakui mereka sebagai suami-istri dan menilai anak-anak mereka sebagai anak halal. (11/5/1375) Islam tidak memerintahkan untuk melakukan akad nikah lagi. Yakni, Islam menghormati semua pernikahan yang ada pada agama dan mazhab lain. Karena prinsip pernikahan adalah perjanjian mulia antara seorang perempuan dan seorang pria untuk hidup bersama. Dalam semua agama perjanjian ini merupakan sesuatu yang diakui dan dihormati. (12/12/1362)

 

Biasanya acara pernikahan adalah acara keagamaan. Orang-orang Kristen melakukannya di gereja. Orang-orang Yahudi melakukannya di Sinagog. Orang-orang Muslim kalaupun tidak melakukan di masjid, sebisa mungkin melakukannya di tempat-tempat yang mulia atau di hari-hari penuh berkah keagamaan atau secara umum dilakukan dengan perantara para pemuka agama. Pemuka agama ketika hadir dalam acara pernikahan biasanya menyampaikan ceramah keagamaan. Dengan demikian, kondisinya betul-betul diwarnai keagamaan. Pernikahan memiliki sisi kesucian. (14/10/1390) Hanya saja dalam Islam, pernikahan ada syarat-syaratnya, ada hukum-hukumnya yang selain akan mengokohkan dan menguatkan ikatan ini, juga mengeluarkan pernikahan dari nilai-nilai yang tidak diakui menuju pada nilai-nilai yang diakui. (19/12/1362) Nah, apa maknanya? Maknanya adalah begitu kita masuk pada tahapan ini, kita harus memperbarui perjanjian dengan Allah dan dengan perjanjian keagamaan terkait pada diri kita sendiri. Rumah tangga harus dimulai dengan perhatian kepada Allah. Itulah mengapa dalam Islam ditetapkan adanya kewajiban ibadah pada malam pengantin bagi setiap muslim. Ada salat Sunnah. Ada doanya.

 

Sebagian orang beranggapan bahwa pernikahan hanya sebuah tahapan untuk memadamkan syahwat dan hanya memenuhi keinginan hawa nafsu. Padahal sejatinya tidak demikian. Memenuhi kebutuhan hawa nafsu dan memenuhi kebutuhan alami juga perlu dan tidak masalah sama sekali, bahkan sangat baik. Namun sekalipun memenuhi kebutuhan alami tetap harus dengan mengingat Allah, perhatian kepada Allah dan di jalan Allah. Ketika kalian makan pun, pertama kalian membaca "Bismillahirrahmanirrahim" dan ketika selesai kalian membaca "Alhamdulillah" dan bersyukur kepada Allah. Apakah ada pekerjaan yang lebih alami dari makan?! Membentuk rumah tangga harus menjadi pembaruan kembali perjanjian dengan Allah. Yakni, setiap manusia yang memiliki perjanjian dengan Allah, maka ia harus mengingatnya dan pada langkah pertama adalah ia harus menjaganya pada masalah pernikahan ini. (29/7/1381) Oleh karenanya, sangat mudah bagi seseorang untuk mendapatkan pahala melalui tindakan dan perbuatan yang bisa memenuhi tabiat dan kebutuhannya ini. Karena ia merupakan Sunnah dan melakukan perkara ini dengan niat menjalankan Sunnah Rasulullah Saw dan menaati perintahnya. (9/11/1376)

 

Sumber: Khanevadeh; Be Sabke Sakht Yek Jalaseh Motavval Motavva Dar Mahzar-e Magham Moazzam Rahbari

Minggu, 25 Mei 2014 18:44

Sayidah Zahra, Teladan Hidup Sejati

Rasulullah Saw sudah lama berpulang ke pangkuan Tuhan, tapi lorong-lorong di Madinah masih menerbakan semerbak harum kehadiran manusia suci itu dan masjid nabi masih menyimpan kenangan indah yang dilukiskan oleh Rasul Saw. Di samping masjid, rumah Sayidah Fatimah az-Zahra dan Imam Ali as dipenuhi oleh duka dan kesedihan. Kepergian Rasul Saw dari satu sisi, dan kondisi Fatimah as yang sedang terbaring sakit dari sisi lain, telah menambah kesedihan Imam Ali as dan putra-putri beliau. Putri Nabi as sedang menjalani detik-detik terakhir dari kehidupannya. Duka berpisah dengan sang ayah telah merampas ketenangan dan kegembiraan Fatimah as.

 

Jiwa dan ruh Sayidah Fatimah as sangat tertekan dengan berbagai peristiwa yang terjadi pasca wafat Nabi Saw. Akan tetapi, janji sang ayah telah membuat perempuan suci ini merasa tenang dan lega. Pada saat ajal sudah dekat, Rasul Saw membisikkan sesuatu ke telinga putrinya dan berkata, "Wahai putriku! Engkau adalah orang pertama dari Ahlul Baitku yang akan menyusulku."

 

Sang suami bersama empat anaknya duduk di dekat tempat pembaringan Fatimah di detik-detik terakhir kehidupannya. Ali as menatap wajah istrinya dengan penuh cinta dan ia teringat akan sabda Nabi Saw yang berkata kepadanya, "Wahai Ali! Fatimah adalah buah jantung hatiku. Aku bersumpah kepada Allah bahwa Fatimah tidak pernah membuatku bersedih." Detik-detik yang penuh keheningan dan kebisuan berlalu secara perlahan, Ali as mengggenggam erat tangan Fatimah as yang panas karena demam dan memutar ulang sebuah kenangan indah yang pernah diucapkan oleh putri Nabi Saw kepada suaminya. Pada waktu itu, Fatimah as berkata, "Wahai Ali! Aku akan bersamamu dalam semua keadaan. Aku akan bersamamu dalam suka dan duka, dalam kesenangan dan kesusahan."

 

Ali as larut dalam perenungan dan berkata kepada dirinya, 'Fatimah telah melaksanakan ucapan-ucapannya dengan indah.' Putra-putri Fatimah as juga menatap sang ibu dengan linangan air mata dan mengingat kenangan-kenangan indah bersama ibunya. Zainab as mengisahkan bahwa ibunya tidak pernah membiarkan peminta kembali dengan tangan hampa. Sementara Hasan as teringat akan doa ibunya yang dipanjatkan dengan khusyu' di pertengahan malam, sang ibu mendoakan semua orang. Husein as menyaksikan bagaimana ibunya dulu memberi pencerahan kepada masyarakat dengan lisan yang fasih.

 

Ali as secara perlahan membisikkan sesuatu ke telinga istrinya dan berkata, "Wahai Fatimah! Keberadaanmu memberikan kedamaian. Engkau tidak pernah menyakitiku dan aku melupakan semua kesedihanku setiap kali menatapmu. Sungguh engkau adalah perempuan terbaik umat Muhammad." Fatimah membuka matanya dan menatap suami dan anak-anaknya dengan penuh cinta, seakan ia ingin menyampaikan pesan terakhirnya kepada sang suami yaitu, jagalah anak-anak dengan baik dan kuburlah jasadku di malam hari agar jauh dari penglihatan orang-orang.

 

Kesedihan kian menyesakkan dada Ali as. Ia bangkit pergi ke masjid untuk berdoa dan bermunajat dengan Tuhannya untuk beberapa waktu. Tidak lama kemudian, ruh suci Fatimah as berpisah dari jasadnya. Ia menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata, "Salam sejahtera atasmu wahai Jibril, salam sejahtera atasmu wahai Rasulullah, para malaikat datang kemari dan ayahku bersabda, 'Wahai putriku bergegaslah menujuku, apa yang ada di hadapanmu lebih baik bagimu. Salam sejahtera atasmu wahai ayah dan salam atas janji-janji benar yang engkau sampaikan." Pada saat itu, Fatimah as dijemput oleh malaikat menuju Sang Pencipta.

 

Ali as semakin tak berdaya ketika tiba di rumah. Dengan menyaksikan jasad Fatimah as, ia berkata, "Tidak ada kebaikan dan kehidupannya di dunia setelah kepergianmu dan aku menangis karena aku takut kehidupanku akan berlangsung lama setelah engkau." Ali as saat itu benar-benar kehilangan. Di hadapan jenazah suci istrinya, Ali as merintih.

 

Sayidah Fatimah az-Zahra as adalah seorang perempuan mulia yang selalu memberi pencerahan kepada masyarakat. Ia tidak hidup lebih dari 17 tahun, tapi memiliki semua keutamaan kemanusiaan. Sayidah Fatimah as telah mencapai makrifat yang tinggi tentang alam semesta dan Sang Pencipta sehingga ia menjadi simbol kehidupan yang mulia. Pengetahuan tentang Tuhan telah menyatu dalam diri Sayidah Fatimah as dan ia tidak hidup kecuali untuk mencari keridhaan Tuhan. Rasulullah Saw memberi kesaksian tentang kedekatan Fatimah as dengan Tuhan dan beliau bersabda kepada salah satu sahabatnya, "Wahai Salman! Allah telah menjadikan hati dan jiwa serta seluruh wujud Fatimah penuh dengan iman, di mana ia telah membebaskan dirinya dari semua hal demi menghambakan diri dan menaati Tuhan."

 

Jiwa suci Sayidah Fatimah as telah terbebas dari gemerlap dunia. Rumah Imam Ali as dan Fatimah as jauh dari kemegahan dan fasilitas mewah. Meski demikian, rumah itu dipenuhi dengan cahaya iman dan takwa serta menebarkan spirit untuk menunaikan tugas dan berjuang untuk menegakkan kebenaran. Sayidah Fatimah as adalah seorang yang zuhud, tapi bukan berarti ia meninggalkan dunia, hanya saja ia tidak terjebak dalam tipu daya dunia dan juga tidak terpenjara oleh kemegahannya. Tidak ada perempuan yang sejajar dengan Fatimah as dari segi ketakwaan. Ia mempersembahkan apa yang diperolehnya di jalan Tuhan dan menginfakkan apa yang dimilikinya.

 

Sikap dan tutur kata Sayidah Fatimah as senantiasa dihiasi dengan akhlak mulia dan salah seorang yang selalu bersamanya, Asma' berkata, "Aku tidak menemukan perempuan yang lebih sopan dari Fatimah. Ia adalah perempuan yang mendapat didikan dari sisi Tuhan. Ketika Tuhan menurunkan sebuah ayat yang meminta masyarakat untuk tidak memanggil Rasul dengan sebutan nama, Fatimah juga dengan penuh sopan memanggil ayahnya dengan sebutan Rasulullah sampai Rasul memberitahu bahwa ayat tersebut tidak berlaku untuknya."

 

Sayidah Fatimah as mengerahkan semua kemampuannya untuk menyebarkan keadilan dan kebenaran sehingga pelita Islam terang benderang di seluruh penjuru dunia. Ia memiliki semangat rasa tanggung jawab yang tinggi. Fatimah as mengetahui bahwa kehidupan dengan segala suka-dukanya, merupakan sebuah kesempatan untuk melaksanakan tugas Ilahi. Manusia beruntung adalah mereka yang mengetahui tugasnya dengan baik dan melaksanakannya. Mengamalkan tugas tentu saja membutuhkan pengetahuan dan kearifan. Fatimah as memahami tugas-tugasnya dengan baik dan berusaha maksimal untuk menunaikannya.

 

Mengenai kebesaran Sayidah Fatimah as, Rasulullah Saw bersabda, "Keimanan kepada Allah melekat dalam hati dan jiwa mendalam az-Zahra yang mampu menyingkirkan segalanya saat beribadah kepada Allah. Fatimah adalah bagian dari hati dan jiwaku. Barang siapa yang menyakitinya sama halnya ia menyakitiku dan membuat Allah tidak rela." Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, "Putriku yang mulia, Fatimah adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi. Ia adalah bidadari berwajah manusia. Setiap kali Fatimah beribadah di mihrab di hadapan Tuhannya, cahaya wujudnya menyinari malaikat. Layaknya bintang-gemintang yang bersinar menerangi bumi."

 

Keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki Sayidah Fatimah as bukan hanya disebabkan ia adalah putri Rasulullah Saw. Apa yang membuat pribadinya menjadi begitu luhur dan dihormati, lantaran akhlak dan kepribadiannya yang sangat mulia. Di samping itu, kesempurnaan dan keutamaan yang dimiliki Sayidah Zahra as mengungkapkan sebuah hakikat bahwa masalah gender bukanlah faktor yang bisa menghambat seseorang untuk mencapai puncak kesempurnaan. Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi yang sama untuk meraih kesempurnaan.

 

Kepribadian Sayidah Fatimah as yang begitu mulia, baik secara personal, maupun di lingkungan keluarga dan sosialnya menjadikan dirinya sebagai manifestasi nyata nilai-nilai Islam. Ia adalah manusia teladan, seorang istri dan ibu yang penuh pengorbanan. Ia adalah teladan manusia sempurna yang seluruh wujudnya penuh dengan cinta, iman, dan makrifat.

Berakhlak Mulia

 

1. Imam Shadiq as berkata, "Orang mukmin yang sempurna dari sisi keimanan adalah yang terbaik akhlaknya."[1]

 

2. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada sesuatu yang diletakkan di timbangan seseorang di Hari Kiamat yang lebih baik dari akhlak mulia."[2]

 

3. Rasulullah Saw bersabda, "Orang yang berakhlak baik mendapat pahala seperti orang yang berpuasa dan melakukan salat malam."[3]

 

4. Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt mewahyukan kepada sebagian nabi-Nya tentang akhlak mulia yang dapat mencairkan kesalahan sebagaimana matahari mencairkan es."[4]

 

5. Imam Shadiq as berkata, "Akhlak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya dimana sebagiannya telah tertanam dalam diri manusia berupa fitrah dan sebagian lainnya berupa niat."[5]

 

Penjelasan:

Niat dapat dihasilkan dengan kehendak dan latihan, sementara sesuatu yang tertanam dalam diri manusia lebih bersifat sekunder, karena yang terpenting adalah kehendak manusia itu sendiri.

 

6. Seorang sahabat Imam Shadiq as bertanya, "Apa definisi dari akhlak yang baik?" Beliau menjawab, "Hendaknya engkau bersikap rendah hati, berbicara dengan baik dan menghadapi saudaramu dengan wajah ceria."[6] (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Vajeh-haye Akhlak az Ushul Kafi, Ibrahim Pishvai Malayeri, 1380 Hs, cet 6, Qom, Entesharat Daftar Tablighat-e Eslami.

 



[1]
. Bab Husn al-Khulq, hadis 1.

[2] . Ibid, hadis 2.

[3] . Ibid, hadis 5.

[4] . Ibid, hadis 9.

[5] . Ibid, hadis 11.

[6] . Bab Husn al-Basyr, hadis 4.

Saat ini, slogan para pejabat Palestina setelah pemisahan Jalur Gaza dari Tepi Barat Sungai Jordan, adalah perwujudan rekonsiliasi nasional, urgensi nasional dan mekanisme strategis yang tidak dapat ditawar bagi bangsa Palestina.

 

Oleh karena itu, Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas, setelah bertahun-tahun meniti perundingan damai yang tiada ujungnya dengan Israel, sekarang menunjuk Rami Hamdallah, untuk membentuk pemerintahan persatuan Palestina.

 

Rami Hamdallah yang saat ini menjabat sebagai PM Otorita Ramallah di Tepi Barat, menyatakan siap untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional dan akan langsung memulai pemilihan para menteri dalam pemerintahan barunya.

 

Kabinet persatuan dan rekonsiliasi nasional Palestina akan dibentuk dengan kerjasama dan partisipasi Abbas serta para pejabat Hamas dan kelompok-kelopok lain. Menurut rencana, Ezzam al-Ahmad, perwakilan dari Front Fatah akan berada di Jalur Gaza pada hari Ahad (25/5) untuk merundingkan penentuan nama-nama menteri dalam pemerintahan baru.

 

Kedua kelompok yang bersaing itu mengakhiri perselisihan mereka pada 23 April 2014, dan menandatangani kesepakatan final rekonsiliasi nasional guna mengakhiri friksi politik keduanya. Berdasarkan kesepakatan tersebut, pemerintahan persatuan nasional harus terbentuk lima pekan setelah kesepakatan itu ditandatangani. Enam bulan kemudian, dilaksanakan pemilu parlemen.

 

Menjelang pembentukan pemerintahan persatuan nasional Palestina akhir pekan depan, tekanan dari Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel terhadap Mahmoud Abbas semakin meningkat. Kedua sekutu itu tampak sangat agresif untuk mengagalkan terwujudnya persatuan di bumi Palestina.

 

Tidak diragukan, pembentukan pemerintahan interim persatuan nasional akan menjadi pendahulu pelaksanaan pemilu secara menyeluruh di Palestina untuk membentuk parlemen dan setelah itu, pemerintah juga akan menyiapkan pelaksanaan pemilu pemimpin Palestina mendatang.

 

Otorita Ramallah sejauh ini telah mengambil langkah-langkah penting demi memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina termasuk keanggotaan di lebih dari 20 lembaga dan organisasi internasional yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta penandatanganan empat konvensi Jenewa.

 

Bersamaan dengan keputusan final Palestina untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional, Amerika Serikat memberikan ultimatum kepada Mahmoud Abbas dan mengumumkan penentangan keras Washington terhadap kesepakatan itu. Mengapa? Karena demi mendukung Israel, Gedung Putih tidak ingin kasus Palestina ini dilimpahkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 

Apalagi pada peringatan pendudukan Palestina ke-66, dunia telah memandang Israel sebagai perampas hak bangsa Palestina serta mengutuk pembangunan permukiman Zionis di wilayah Palestina.

 

Pembentukan pemerintahan persatuan nasional Palestina juga berarti efektivitas perlawanan, perjuangan, dan koordinasi semua kelompok di bumi terjajah itu dalam melawan dan mematahkan setiap makar rezim Zionis Israel. Ujung tombak perjuangan diplomatik Palestina juga semakin tajam menghujam jantung rezim penjajah Israel.