کمالوندی

کمالوندی

 

Tim instruktur Israel melatih para petani Republik Azerbaijan untuk menerbangkan drone.

Dikutip dari laman Sputnik Azeri, Minggu (17/10/2021), pelatihan ini diadakan dalam bentuk teori dan praktik oleh Pusat Pendidikan Kejuruan Negara di kota Ismayilli.

Kegiatan ini diadakan di kebun anggur seluas dua hektar yang digunakan oleh Pusat Pendidikan Kejuruan Negara, dan kelas teori dilaksanakan di ruang pelatihan lembaga ini.

Secara bersamaan, rezim Zionis juga memiliki kegiatan militer di Azerbaijan.

“Bukan rahasia lagi bahwa para perwira tinggi Israel melakukan kegiatan di Azerbaijan,” kata Mehman Aliyev, kepala kantor berita Turan yang berbasis di Baku.

Rakyat Azerbaijan selalu menentang hubungan pemerintah mereka dengan rezim Zionis, karena kejahatan rezim itu terhadap rakyat Palestina.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:46

Surat Muhammad ayat 36-38

 

Surat Muhammad ayat 36-38

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ (36) إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ (37)

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (47: 36)

Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. (47: 37)

Salah satu faktor ketergantungan terhadap dunia adalah padangan keliru atas kehidupan di dunia. Mereka yang menganggap kekayaan dan kekuatannya akan langgeng di dunia, akan sangat bergantung kepada dunia. Orang seperti ini tidak akan bersedia mengorbankan hartanya di jalan Tuhan, atau memanfaatkan kekuasaannya untuk memperkuat agama ilahi.

Sementara menurut perspektif orang mukmin, dunia tak ubahnya sebuah jalan di antara lembah dan hutan yang indah; Sebagian orang kehilangan tujuannya dan berhenti di pinggir jalan, serta sibuk berfoya-foya dan bertamasya di bawah pohon rindang dan di pinggir danau.

Tapi orang beriman tidak akan melupakan tujuannya. Mereka seperti orang yang lain, berhenti di pinggir jalan tapi tidak selamanya dan hanya sesuai dengan kebutuhannya. Mereka tidak berhenti lama dan dengan cepat melanjutkan perjalanannya menuju tujuan final. Selain itu, orang beriman meniti jalan kehidupan berdasarkan takwa, sehingga tidak akan melanggar rambu-rambu ilahi selama perjalanannya dan sampai ke tujuan dengan selamat.

Wajar jika di jalan ini orang yang lebih cepat berjalan dan sampai ke tujuan adalah mereka yang tidak banyak membawa beban, sehingga tidak akan senantiasa khawatir menjaganya. Mereka setiap berhenti di tempat pemberhentian sementara, hanya mengambil apa yang diperlukan dan meninggalkan sisanya bagi mereka yang membutuhkan.

Yang mencegah perjalanan manusia di jalan kehidupan adalah ketamakan dan sifat kikir. Sifat ini tidak memungkinkan manusia membawa beban yang ringan dan berjalan dengan cepat ke tujuan.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tenggelam dalam kenikmatan duniawi, sangat bergantung kepadanya dan melupakan akhirat, tidak sesuai dengan iman dan takwa ilahi.

2. Dunia manusia tidak beriman, seperti dunia anak-anak yang sangat bergantung dengan mainannya serta melewati hari-harinya dengan bermain.

3. Memiliki harta dan kekayaan diperlukan untuk melewati hidup duniawi, tapi hanya seperlunya, bukannya tujuan akhir kehidupan adalah mengumpulkan harta dan menimbunnya.

4. Tamak dan kikir, mencegah manusia melakukan kewajiban ilahi terkait infak dan bersedekah.

هَاأَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ (38)

Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. (47: 38)

Ayat terakhir Surah Muhammad ini melanjutkan ayat sebelumnya terkait ketergantungan sekelompok orang mukmin terhadap harta dan kekayaan duniawi serta sikap enggan merekauntuk menginfakkanya di jalan Tuhan. Ayat ini menyatakan, jika kalian beriman kepada Tuhan, maka keharusan dari iman bukan sekedar shalat dan puasa yang tidak membutuhkan biaya, tapi keharusan beriman adalah mengeluarkan harta kalian dalam bentuk zakat, atau jihad untuk memperkuat agama Allah. Mereka yang kikir di jalan ini, jangan menganggap bahwa Tuhan membutuhkan mereka ketika memberi perintah seperti ini, tapi justru mereka yang membutuhkan Tuhan dan semakin mereka kikir, sejatinya mereka terhalang untuk mendapat pahala dan rahmat ilahi di dunia dan akhirat.

Akhir ayat ini dengan mengatakan, jangan kalian mengira karena beriman, maka kalian akan senantiasa mendapat rahmat dan bantuan Tuhan di dunia. Jika kalian menolak melakukan kewajiban dalam menjaga agama dan berperang melawan musuh Tuhan, maka secara bertahap kekuatan kalian akan menurun dan musnah. Jika demikian, Tuhan akan menggantikan kalian dengan kelompok lain yang berusaha keras untuk membela agama Tuhan dan tidak kikir dalam menginfakkan sebagian hartanya di jalan Tuhan.

Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kikir dalam berinfak tidak selaras dengan iman kepada Tuhan. Dan orang mukmin tidak kikir.

2. Wajar jika manusia harus berinfak di jalan Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Ia harus menyadari bahwa Tuhan Maha Kaya dan tidak butuh kepada mereka, dan manusia dengan mengumpulkan harta dan kekayaan tidak akan membuat mereka tidak membutuhkan Tuhan.

3. Orang beriman akan mendapat pertolongan dan dukungan Tuhan ketika dengan benar menjalankan kewajibannya dan Tuhan tidak memberi jaminan kepada siapa pun.

4. Mengorbankan jiwa dan harta di jalan Tuhan, faktor yang membuat sebuah masyarakat tetap eksis dan meninggalkannya karena sifat bergantung kepada dunia, akan membuat masyarakat dilupakan dan digantikan dengan kaum yang lain.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:46

Surat Muhammad ayat 33-35

 

Surat Muhammad ayat 33-35

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (33)

‏Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (47: 33)

Di pembahasan sebelumnya kita membahas mengenai orang munafik dan kafir. Sementara ayat kali ini berbicara kepada orang mukmin: Wahai orang beriman ! Berhati-hatilah supaya kalian tidak seperti orang munafik yang menentang perintah Tuhan dan rasul-Nya. Mereka di mulut menerima perintah Tuhan, tapi dalam prakteknya mereka menentang atau tidak melaksanakan kewajibannya.

Kalian yang mengaku sebagai mukmin sejati dan berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan dan rasul-Nya, maka kalian juga harus menunjukkan di perbuatan bahwa kalian taat terhadap perintah Tuhan, bukan bertindak sesuai dengan hawa nafsu dan meninggalkan apa yang kalian tidak inginkan.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Keharusan dari iman adalah berserah diri sepenuhnya dihadapan perintah Tuhan dan rasul-Nya, karena iman tanpa menjalankan perintah Tuhan dan rasul-Nya bukan iman sejati.

2. Di samping al-Qur’an, sirah dan sunnah rasul juga hujjah. Oleh karena itu, harus memperhatikan keduanya untuk mengenal agama.

3. Melakukan perbuatan baik saja belum cukup, tapi menjaga perbuatan dari ancaman seperti syirik dan riya serta sombong juga diperlukan.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ (34)

Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. (47: 34)

Menurut ayat al-Qur’an, Allah Swt Maha Pengampun dan mengampuni berbagai dosa hamba-Nya. Bagaimana pun juga ada sejumlah orang yang bersikeras untuk tetap kafir dan syirik, serta menyeret orang lain untuk berbuat dosa serta menyimpang, dan tetap berada di jalan ini hingga akhir umurnya. Orang seperti ini tidak meninggalkan peluang untuk mendapat rahmat ilahi dan tidak termasuk orang-orang yang mendapat ampunan Tuhan.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Allah Swt membuka peluang dan pintu taubat bagi semua hamba-Nya. Tapi mereka yang bersikeras di jalan kekufuran dan syirik serta menentang jalan Tuhan, dan meninggal dunia di jalan ini, mereka tidak termasuk orang yang mendapat rahmat dan ampunan Tuhan.

2. Poin penting terkait nasib manusia adalah apakah ia meninggal dalam kondisi beriman atau kafir.

3. Kafir karena sikap keras kepala dan menentang kebenaran sangat berbahaya, dan membuat manusia terhalang menerima rahmat Tuhan.

فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ (35)

Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu. (47: 35)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini kepada orang beriman mengatakan, berhati-hatilah supaya ucapan orang yang lemah imannya tidak mempengaruhi kalian, sehingga kalian bersedia berdamai dengan musuh ketimbang melawan mereka.

Perdamaian diterima ketika musuh tidak lagi menunjukkan permusuhannya serta bersedia menghormati hak-hak kalian, serta hidup damai dengan kalian. Tapi musuh yang setiap hari melancarkan konspirasi dan skema, serta ingin menghancurkan agama Tuhan, maka berdamai dengan mereka adalah tanda-tanda kelemahan di agama serta tanda orang yang ingin mengejar hidup yang mudah tanpa beban.

Tuhan menginginkan kehormatan dan keagungan orang beriman, dan jika orang mukmin istiqamah maka Tuhan akan membuat mereka unggul dari musuh. Tapi mereka yang ingin berdamai dengan musuh karena lemahnya iman, maka hal ini hanya menghasilkan kehinaan bagi mereka.

Jelas bahwa segala bentuk resistensi melawan musuh memiliki harga, tapi pengalaman membuktikan bahwa untuk jangka panjang, harga yang harus dibayar karena berdamai dengan musuh lebih besar dari harga perlawanan. Selain itu, siapa saja yang mengejar kehormatan, serta jika ada kerugian di jalan ini, maka Tuhan akan mengkompensasinya dengan layak dan pahalanya tidak akan dikurangi.

Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang beriman tidak akan takut atau mendua ketika menyaksikan jumlah musuh lebih banyak dan fasilitasnya lebih maju, karena Tuhan bersama orang mukmin dan siapa saja yang bersama Tuhan pasti akan menang.

2. Iman tidak selaras dengan sifat malas atau lemah.

3. Di medan pertempuran dengan musuh, orang beriman tidak akan mengajukan perdamaian, karena ini tanda kelemahan dan ketakutan mereka, serta hal yang tidak baik. Tapi jika musuh menginginkan perdamaian dan kebaikan berada di dalamnya, maka mereka akan menerimanya.

4. Allah menghendaki kehormatan dan keagungan bagi orang beriman. Melalui bimbingan-Nya, Ia akan membantu orang-orang yang teguh di jalan agama.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:46

Surat Muhammad ayat 29-32

 

Surat Muhammad ayat 29-32

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ (29) وَلَوْ نَشَاءُ لَأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ (30)

Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?(47: 29)

Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu (47: 30)

Di pembahasan sebelumnya dibahas tentang orang-orang munafik yang mengejar keinginan egoisnya sendiri ketimbang perintah Tuhan, meski hal-hal tersebut bertentangan dengan keridhaan Tuhan. Ayat ini mengisyaratkan salah satu tanda-tanda mereka dan menyatakan, "Mereka tidak menyukai Nabi dan ajarannya, dan bahkan memiliki kebencian di hatinya terhadap nabi dan orang-orang mukmin. Di laurnya, mereka beriman dan bersama orang-orang mukmin, tapi mereka lebih cenderung menjalin hubungan dan kerja sama dengan musuh sehingga kepentingan materi dan duniawinya terjamin. Mereka lebih suka melemahkan frong mukmin melalui ucapan dan langkah mereka, ketimbang melawan konspirasi musuh."

Tentunya jika Tuhan menghendaki, Ia mampu menampakkan tanda di wajah mereka, sehingga seluruh masyarakat mengenalinya melalui wajah mereka. Tapi Tuhan tidak melakukan hal ini, menampakkan batin seseorang di dunia, tapi orang mukmin yang cerdas akan mampu mengenali orang munafik melalui perkataan mereka.

Ketika turun perintah jihad, orang munafik selain mencegah orang mukmin berjihad melalui perkaan mereka atau membesar-besarkan kekuatan dan fasilitas musuh, mereka juga menakut-nakuti masyarakat untuk hadir di medan perang. Mereka tidak menyangka bahwa ada orang-orang yang cerdas, karena Tuhan sepenuhnya mengetahui batin mereka dan perbuatan mereka melawan orang muslim, serta akan mengazabnya di waktu yang tepat.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kita harus menjaga hati dan jiwa kita, dan jangan mengikat bahwa niat dan motivasi tercemar kita akan selalu tersembunyi.

2. Kedengkian dan hasud merupakan salah satu faktor munculnya penyakit munafik dan bermuka dua. Kita jangan mengambil hati kedengkian orang beriman, karena ini tanda dari sifat munafik.

3. Suasana batin manusia berpengaruh dalam penampilannya. Dengan kata lain, wajah dan ucapan manusia sebagian besar mengekspresikan diri dan motif batinnya, meskipun ia berusaha untuk menjaga agar batinnya tidak diketahui dan disembunyikan.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ (31)

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (47: 31)

Ayat ini mengisyaratkan salah satu sunnah ilahi terpenting terkait manusia, khususnya orang mukmin dan mengatakan, orang-orang yang mengklaim beriman sangat banyak. Tapi Tuhan memberi berbagai ujian untuk menentukan mana yang benar-benar beriman dan mana yang hanya mengklaim di mulut. Ini untuk membedakan mereka yang berpaling dari agama dan keimanannya di saat sulit dan mereka yang tetap berpegang teguh pada imannya di saat-saat tersulit.

Wajar jika di kondisi sulit, orang munafik tidak dapat menyembunyikan sifat batinnya, karena mereka melakukan perbuatan yang menguak rahasianya dan sifat sejatinya terungkap.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tuhan akan menguji mereka yang mengaku beriman, sehingga mereka sendiri akan memahami seberapa besar kejujuran klaim imannya dan masyarakat mengenali seberapa kuat iman mereka.

2. Kesabaran dan istiqamah di jalan Tuhan dan menahan kesulitan di jalan ini, merupakan tanda kebenaran klaim iman.

3. Tolok ukur iman adalah konsisten di kondisi sulit dan kesulitan, dan jika tidak, mayoritas manusia di kondisi makmur dan sejahtera akan mengaku beriman.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ (32)

Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah serta memusuhi Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka. (47: 32)

Melanjutkan ayat sebelumnya terkait munafikin, ayat ini menyinggung prinsip umum dan mengatakan, mereka yang terjebak di kekufuran, baik orang kafir yang mengungkapkan kekafirannya melalui ucapan, atau orang munafik yang menyembunyikan kekafiran di hatinya, keduanya adalah kelompok yang melawan Tuhan dan rasul-Nya.

Meski kebenaran sangat jelas bagi mereka, dan menyadari kebenaran jalan serta ajaran rasul, tapi mereka memilih melawan kebenaran. Mereka menyangka mampu merusak agama Tuhan, dan mencegah kemajuannya. Sementara Kehendak Tuhan adalah agama Islam menyebar luas dan kekafiran serta kemunafikan musnah.

Dari satu ayat terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Sikap keras kepala dan penentangan terhadap Tuhan, hanya berakhir dengan kehancuran.

2. Tuhan telah mengirim sarana bimbingan dan petunjuk kepada manusia, serta menyempurnakan hujjah-Nya. Oleh karena itu, manusia harus mengenal kebenaran dan mengikutinya.

3. Upaya dan konspirasi orang kafir dan munafik tidak akan berhasil, dan sebaliknya agama Tuhan akan semakin tersebar luas.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:45

Surat Muhammad ayat 25-28

 

Surat Muhammad ayat 25-28

إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ (25)

Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. (47: 25)

Di pembahasan sebelumnya disebutkan tentang orang munafik yang lemah imannya dan tidak berdabbur tengah ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut Al-Qur'an, seakan-akan hati mereka terkunci.

Ayat kali ini mengatakan, mereka yang mengabaikan petunjuk Al-Qur'an dan nabi, maka pasti mengikuti jalan setan. Setan pertama-tama mencitrakan kepada manusia perbuatan buruk menjadi indah dan kemudian mengajaknya untuk melakukan perbuatan tersebut. Hal ini membuat manusia tertipu dengan perbuatan buruknya.

Manusia seperti ini menyusun masa depannya berdasarkan angan-angannya, di mana setiap hari membuat dirinya semakin jauh dari jalan kebenaran dan sangat sulit baginya untuk kembali ke jalan kebenaran.

Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Berbeda dengan anggapan orang munafik yang menilai dirinya orang tercerahkan dan pandai, menurut perspektif Al-Qur'an mereka adalah orang reaksioner yang berbalik dari jalan terang hidayah menuju kegelapan.

2. Mengikuti bujukan setan termasuk faktor yang merusak iman seseorang dan akhirnya adalah membuat manusia jauh dari jalan kebenaran dan bernasib buruk.

3. Ilmu dan pengetahuan terhadap kebenaran saja tidak cukup, tapi harus juga disertai dengan perjuangan melawan bujukan setan dengan serius.

4. Mencitrakan keburukan menjadi sebuah keindahan dan angan-angan panjang adalah sarana setan.

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ (26)

Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia mereka. (47: 26)

Ayat ini mengisyaratkan hubungan orang munafik dengan kafir dan menyatakan, orang munafik Madinah pergi ke orang Yahudi dan menjalin perjanjian kerja sama dengan mereka, dan di sejumlah urusan yang ada kepentingan bersama, mereka mengambil langkah-langkah melawan orang muslim. Di sisi lain, mereka berusaha menyembunyikan hubungan mereka ini dari Rasulullah Saw dan orang Muslim. Tapi Al-Qur'an mengatakan, Tuhan akan menguak pengkhianatan mereka tersebut sehingga konspirasi mereka akan terkuak dan masyarakat mengenali mereka.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang muslim harus waspada dan menyadari bahwa sejumlah anggota masyarakat Islam memiliki hubungan dengan musuh dan orang kafir serta bekerja sama dengan mereka. Kelompok ini bersedia mengorbankan kepentingan masyarakat Islam untuk kepentingan dirinya serta musuh.

2. Hubungan orang munafik dengan musuh dilakukan secara rahasia. Oleh karena itu, pemuka masyarakat harus waspada dan menggunakan berbagai metode dan sarana yang tepat untuk membongkar hubungan ini.

3. Manusia harus sadar bahwa Tuhan mengetahui seluruh perbuatan dan rahasianya, dan jika mereka meyakini hal ini maka mereka tidak akan melancarkan konspirasi terhadap yang lain.

فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ (27) ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (28)

Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? (47: 27)

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. (48: 28)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung akhir dan nasib orang munafik di dunia dan mengatakan, mereka sangat sulit saat meregang nyawa, karena para malaikat pencabut nyawa, pertama-tama menyiksa mereka dan kemudian mengambil nyawa mereka. Kondisi sakaratul maut ini adalah hasil dari perilaku mereka. Ini karena mereka tidak melakukan perbuatan yang diridhai Tuhan dan sebaliknya mereka melakukan perbuatan yang membuat Tuhan murka.

Wajar jika kita semua di berbagai fase kehidupan sering dihadapkan pada dua jalan dan harus memilih salahs atunya. Tapi mayoritas manusia memilih jalan sesuai dengan keinginan hawa nafsunya dan lebih mendukung kepentingannya.

Sementara berdasarkan budaya Al-Qur'an, tolok ukur pilihan orang mukmin bukan tuntutan dan kepentingan dirinya, tapi faktor penentu bagi dirinya adalah keridhaan atau kemurkaan Tuhan. Artinya apa yang diridhai Tuhan, akan mereka lakukan meski tidak selaras dengan keinginannya dan apa yang tidak diridhai Tuhan mereka tinggalkan, meski hatinya ingin melakukannya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kematian bukan akhir manusia, tapi akhir kehidupan dunia dan malaikat akan mengambil nyawa yang diberikan kepada manusia saat mereka diciptakan.

2. Kematian manusia munafik dan bermuka dua akan sangat sulit dan disertai dengan siksaan.

3. Meski manusia bebas dalam memilih jalannya, tapi mereka harus menerima dampak dari setiap pilihannya. Tak diragukan lagi, mengikuti keridhaan Tuhan akan berdampak baik bagi manusia dan menentang keridhaan Tuhan, akan berdampak buruk dan menyakitkan.

4. Perbuatan manusia meski diluarnya terlihat baik dan indah serta disukai masyarakat, tapi jika tidak mendapat keridhaan Tuhan akan musnah dan hancur.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:45

Surat Muhammad ayat 21-24

 

Surat Muhammad ayat 21-24

طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ (21)

Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (47: 21)

Di pembahasan sebelumnya disebutkan tentang orang-orang yang imannya lemah dan munafik, di mulut mereka meminta perintah jihad, tapi ketika perintah ini diturunkan Tuhan, mereka lari dari perintah ini dengan berbagai alasan.

Ayat ini kepada kelompok ini mengatakan, keharusan dari iman adalah kalian mentaati perintah Tuhan dan rasul-Nya, serta menghindari ucapan tak pantas dan mencari alasan yang tidak tepat, karena ucapan kalian melemahkan semangat orang mukmin dan membuat mereka menolak hadir di medan jihad dan melawan musuh.

Lebih lanjut ayat ini menyatakan, jika kelompok yang lemah imannya ini benar dalam ucapan mereka, maka mereka harus berpartisipasi di perang jihad melawan musuh, karena ini membuat mereka terhormat di dunia dan meraih pahala ilahi di akhirat.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Keharusan iman adalah ucapan yang baik dan pantas serta beramal sesuai dengan perintah Tuhan, bukannya kita melakukan apa yang kita ingin ucapkan dan apa yang kita inginkan.

2. Jihad melawan musuh merupakan salah satu perintah Tuhan. Kita harus jujur dalam melakukan perintah ini dan tidak mencari-cari alasan, karena jihad ini menguntungkan manusia.

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (23)

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (47: 22)

Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (47: 23)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini kepada orang-orang yang lemah imannya mengatakan, jika kalian berpaling dari perintah Tuhan mengenai jihad, maka orang musyrik akan mengalahkan kalian, dan kalian akan kembali ke tradisi jahiliyah. Tradisi yang menjadi peluang bagi maraknya kerusakan di masyarakat, pembantaian dan pertumpahan darah karena fanatisme kesukuan akan merebak dan bahkan bisa berujung pada tindakan sadis seperti mengubur anak perempuan hidup-hidup.

Al-Qur’an lebih lanjut menambahkan, sikap lari dari jihad dan mencari-cari alasan akan menyebabkan mata dan telinga orang-orang yang lemah imannya dan munafik tidak dapat melihat atau mendengarkan kebenaran. Wajar mereka yang tidak melihat kebenaran dengan baik, akan melawannya dan dijauhkan dari rahmat Tuhan.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Menurut perspektif Al-Qur’an, meninggalkan jihad akan menjadi peluang bagi maraknya kerusakan dan pertumpahan darah.

2. Berpaling dari ajaran ilahi akan melemahkan institusi keluarga dan famili.

3. Mereka memiliki motivasi merusak di masyarakat dan menimbulkan kerusakan di institusi keluarga, bukan saja dijauhkan dari rahmat ilahi, bahkan akan mendapat laknat Tuhan.

4. Memiliki mata dan telinga saja tidak cukup. Tapi yang terpenting adalah memanfaatkan keduanya dengan benar. Jangan sampai orang yang memiliki telinga, tapi tidak mendengar kebenaran atau mereka yang memiliki mata, tapi tidak melihat kebenaran.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (24)

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (47: 24)

Melanjutkan ayat sebelumnya yang menjelaskan karakteristik orang-orang yang lemah imannya, ayat ini menyatakan, “Akar dari seluruh masalah orang-orang seperti ini adalah mereka tidak memahami ayat al-Quran dan merenungkannya, atau karena mereka mengikuti hawa nafsu dan menolak apa yang mereka pahami serta melawannya.”

Meski ayat ini membicarakan orang-orang yang lemah imannya, tapi ayat 29 Surah Saad, menilai taddabur dan merenungkan ayat-ayat al-Quran sebagai kewajiban seluruh orang mukmin dan mengatakan, Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.

Oleh karena itu, di Hari Kiamat, Rasulullah mengadukan tentang al-Quran yang ditinggalkan, pengaduan yang mencakup seluruh umat Islam dan mengindikasikan lemahnya perhatian umat Muslim terhadap kitab samawi ini. Perhatian lemah ini ada beberapa bentuk: Sekelompok orang tidak membaca ayat-ayat al-Quran, sekelompok lain membacanya tapi tidak bertadabbur atau merenungkan ayat-ayat yang dibacanya, serta sekelompok lain setelah membaca kemudian merenungkannya tapi tidak mengamalkannya.

Oleh karena itu, pemahaman yang benar akan ajaran al-Quran harus menjadi landasan bagi perbuatan dan perilaku umat Islam sehingga rahmat Tuhan akan meluas di masyarakat dan mempermudah seluruh urusan. Jika tidak demikian, pertama-tama hati-hati manusia akan terkunci dan kemudian masarakat akan menghadapi beragam kesulitan dan masalah yang berujung pada tertutupnya jalan keselamatan dan kebahagiaan.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Al-Qur’an bukan sekedar untuk dibaca, itu adalah buku pemikiran dan kontemplasi, dan bacaannya harus menjadi awal untuk kontemplasi dalam ayat-ayatnya. Oleh karena itu, orang yang tidak merenungkan ayat-ayat al-Qur'an akan ditegur oleh Allah.

2. Seluruh umat Muslim berkewajiban untuk bertadabbur dan merenungkan al-Qur’an dan ini bukan hanya tugas kelompok tertentu.

3. Meninggalkan taddabur al-Qur’an akan membuat hati-hati manusia terkunci, ketika hati terkunci maka mereka tidak lagi dapat merenungkan al-Quran dan tidak lagi dapat mengambil manfaat darinya.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:45

Surat Muhammad ayat 18-20

 

Surat Muhammad ayat 18-20

فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ (18)

Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang? (47: 18)

Di pembahasan sebelumnya diisyaratkan orang-orang yang keras kepala dan suka menghina para utusan Tuhan. Sementara ayat ini menyebutkan mereka yang mengingkari Ma’ad (Hari Kebangkitan) yang mengatakan, “Selama kami tidak menyaksikan Kiamat dengan mata kepala kami sendiri, maka kami tidak akan beriman kepadanya, sementara argumentasi akan kemungkinan terjadinya Kiamat sangat jelas.”

Jika mereka benar-benar mencari kebenaran, maka mereka akan mengimani Hari Kiamat dengan argumentasi logika dan akal sebelum mereka menyaksikan terjadinya hari tersebut. Dan jika kini mereka tidak beriman, ketika mereka menyaksikan Kiamat, maka iman mereka tidak berguna. Sama seperti manusia yang sakit ketika dokter mendiagnosa penyakitnya dan memberinya resep, tapi pasien mengatakan, selama aku belum menyaksikan kematian, aku tidak percaya terhadap penyakitkan dan aku tidak butuh pengobatan. Jelas bahwa saat itu (kematian datang) obat dan pengobatan tidak lagi berguna dan penyesalan tidak bermanfaat.

Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang kafir dan mereka yang mengingkari Ma’ad (Hari Kebangkitan) karena keras kepala, tidak memanfaatkan peluang untuk bertobat dan sejatinya mereka mensia-siakan kesempatan yang diberikan Tuhan.

2. Banyak argumentasi dan tanda terjadinya Hari Kiamat, tapi ini bagi mereka yang bersedia mendengarkan dan memiliki hati mencari kebenaran.

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (19)

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (47: 19)

Menyikapi sikap keras kepala orang kafir, ayat ini kepada Rasulullah Saw mengatakan, “Kamu juga harus konsisten dengan jalanmu, dan ketahuilah kekuatan lain selain kehendak Tuhan Yang Maha Esa di dunia ini tidak bermanfaat, dan tidak ada yang mampu melemahkan Tuhan. Oleh karena itu, berlindunglah kepada-Nya di setiap keadaan dan bertawakallah kepada-Nya serta jangan takut akan banyaknya musuh.”

Kelanjutan ayat ini menekankan poin bahwa orang beriman harus menjaga takwa kepada Tuhan dan jika mereka tergelincir atau melakukan kesalahan, segera meminta ampun kepada Tuhan.

Rasulullah Saw sendiri juga meminta ampun bagi dirinya dan orang-orang mukmin. Jelas bahwa para nabi terbebas dari dosa dan maksud dari istighfar nabi bukan meminta ampunan dari dosa, tapi mengindikasikan spirit tawadhu dan khusyu’ di hadapan Tuhan, ketika manusia merasa dirinya selalu bersalah di hadapan-Nya. Karena risalah para nabi merupakan tugas dan tanggung jawab yang berat, yang diamanatkan Tuhan kepada para nabi. Mereka harus senantiasa merasa belum menunaikan tanggung jawabnya sesuai yang diinstruksikan, sehungga mereka tidak akan lalai dari usaha dan perjuangan serta tidak harus puas dengan apa yang telah mereka lakukan.

Dengan demikian, di Al Quran bukan saja khusus berkaitan dengan Rasulullah Saw, tapi juga disebutkan permintaan ampunan dari para nabi sebelumnya.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Seluruh ucapan dan perilaku kita harus dilandasi tauhid sehingga kita tidak bersandar pada kekuatan manusia yang palsu atau kita tidak akan takut kepada mereka.

2. Pria dan wanita beriman termasuk mereka yang dimintakan ampunan oleh Rasulullah Saw. Beliau selain membimbing masyarakat, juga meminta bantuan Tuhan untuk keselamatan dan kebersihan serta kesucian jiwa mereka.

3. Para rasul juga seperti seluruh masyarakat, dari jenis manusia sendiri dan memiliki keterbatasan seperti manusia pada umumnya. Oleh karena itu, mereka juga membutuhkan rahmat ilahi untuk menutupi kekurangannya.

وَيَقُولُ الَّذِينَ آَمَنُوا لَوْلَا نُزِّلَتْ سُورَةٌ فَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ مُحْكَمَةٌ وَذُكِرَ فِيهَا الْقِتَالُ رَأَيْتَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَأَوْلَى لَهُمْ (20)

Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka. (47: 20)

Ayat ini mengisyaratkan kondisi sulit umat muslim di masa awal Islam dan menyatakan, “Tekanan musuh mendorong umat Muslim meminta ijin kepada Rasulullah Saw untuk berperang dan melawan. Mereka mengatakan, mengapa tidak turun ayat yang mengijinkan mereka berperang ? Namun ketika sejumlah ayat diturunkan dan perintah untuk melawan juga diturunkan, sejumlah orang yang sebelumnya berbicara mengenai jihad dan perang, mulai mundur dan mereka ketakutan.”

Berbeda dengan orang mukmin sejati yang tetap konsisten berjihad hingga diambang kematian, dan siap syahid serta berkorban di jalan Tuhan, orang-orang munafik sangat ketakutan bahkan sebelum perang terjadi. Mereka bahkan hampir mati ketika mendengar perintah jihad.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mungkin banyak yang mengumbar klaim, tapi dalam praktek dan di medan perang, orang mukmin sejati dan orang munafik akan terlihat nyata.

2. Meski Islam adalah agama rahmat, tapi ada perintah jihad melawan orang zalim dan penindas, serta perintah perang.

3. Takut berjihad dan lari dari medan perang merupakan indikasi lemahnya iman dan sifat munafik.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:44

Surat Muhammad ayat 15-17

 

Surat Muhammad ayat 15-17

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ (15)

(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya? (47: 15)

Di ayat sebelumnya dibahas mengenai nasib orang beriman dan kafir. Ayat ini lebih lanjut menyinggung posisi mereka di surga dan neraka, serta menjelaskan sejumlah karakteristik kedua tempat ini.

Di antara karakteristik fisik manusia di dunia yang juga ditemukan diakhirat adalah rasa haus dan perlu air yang sehat untuk memenuhinya. Ayat ini menyatakan, Allah Swt untuk memenuhi kebutuhan ini menyediakan beragam air yang jernih dan lezat di surga, mulai dari air hingga susu, minuman keras hingga madu. Namun ahli neraka diberikan air yang mendidih, meski mereka berada di tengah-tengah api dan kebutuhannya akan air segar dan dingin kian besar.

Dari satu ayat tadi ada lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hiasan dan kelezatan duniawi kalian jangan menyeret kalian ke perbuatan dosa, karena Allah Swt akan menyediakan kelezatan dan kenikmatan tertinggi di akhirat bagi para penghuni surga.

2. Mereka yang bijaksana dan menghindari kelezatan tak sah dan fana, maka akan meraih kelezatan kekal.

3. Rahmat dan ampunan khusus Tuhan, di sampaing kenikmatan materi dan fisik akan membuat tenang jiwa dan mental ahli surga.

4. Ahli surga dijamu dengan beragam minuman, makanan dan buah-buahan.

5. Kenikmatan ahli surga tidak ada kekurangan dan abadi.

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّى إِذَا خَرَجُوا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آَنِفًا أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (16)

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka. (47: 16)

Ayat ini menyinggung orang-orang yang lemah imannya dan memiliki penyakit hati yang hidup di komunitas Islam, namun tidak menerima ucapan rasul dan wahyu ilahi. Mereka mendengar wahyu ilahi dari lisan nabi, tapi mengatakan, “Kami tidak memahami apa pun dan ketika mereka bertemu dengan orang mukmin yang berilmu dan berwawasan, mereka dengan sinis berkata, apakah kalian memahami ucapan nabi ? Adapun kami tidak memahami apa pun!

Ayat ini merupakan jawaban bagi perikalu tak benar kelompok ini dan menyatakan, ucapan nabi jelas dan fasih. Tapi karena kalian mengejar hawa nafsu dan tidak ingin mengikuti kebenaran, maka kalian tidak mampu memahami dan mengenal kebenaran. Dengan kata lain, masalahnya bukan dari nabi, tapi justru kalian yang enggan menerima kebenaran.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Menyembah hawa nafsu dan mengikuti keinginan nafsu telah menghalangi kemampuan manusia untuk membedakan kebenaran dan kebatilan, dan mencegahnya memahami kebenaran.

2. Kita harus waspada terhadap orang-orang yang hatinya sakit di tengah masyarakat, di mana mereka berusaha membuat anggota masyarakat lainnya meragukan kebenaran wahyu dan ucapan nabi serta ingin melemahkan iman masyarakat.

3. Membaca dan mendengar firman Allah belum cukup, tapi yang penting adalah memahami ajaran dan perintahnya serta mengamalkannya. Banyak orang yang mendengar sabda nabi yang jelas dan fasih, tapi karena mereka mengejar keinginan hawa nafsunya, maka mereka menolak menerima kebenaran.

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ (17)

Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya. (47: 17)

Dalam menghadapi orang yang hatinya sakit yang tidak bersedia menerima bimbingan Nabi dan meragukan keabsahannya, Al Quran berjanji dalam ayat ini bahwa siapa pun yang menerima bimbingan awal para nabi, Allah akan memberinya dua berkah yang berharga: Pertama, hidayah di jalan kehidupan yang berliku dan kedua, keselamatan dan kesucian jiwa.

Wajar jika manusia selalu rentan terhadap kesalahan dan kekeliruan, dan tidak mudah untuk menentukan jalan yang benar dalam berbagai hal seperti ekonomi, sosial, budaya, keluarga, dll. Manusia membutuhkan bimbingan ilahi sepanjang hidupnya, jadi Tuhan telah berjanji untuk membantunya membedakan cara hidup yang benar jika dia menerima bimbingan asli Tuhan.

Namun begitu di samping petunjuk dan bimbingan ini, kesucian jiwa juga diperlukan sehingga manusia tidak sampai terpengaruh oleh bahaya dengki, hasud, kikir atau berbagai sifat buruk lainnya serta tidak menyimpang dari jalan kebenaran.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Menerima bimbingan asli merupakan peluang untuk meningkatkan hiyadah dari Tuhan.

2. Bersedia menerima petunjuk akan memperluas kapasitas manusia.

3. Mencapai kebersihan hati dan irfan sejati, hanya dapat diraih melalui bimbingan ilahi, bukan aliran humanisme seperti Buddhisme, Hinduisme atau semisalnya.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:43

Tafsir Surat Muhammad ayat 7-14

 

Tafsir Surat Muhammad ayat 7-14

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7) وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (9)

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (47: 7)

Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. (47: 8)

Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (47: 9)

Di pembahasan sebelumnya dijelaskan mengenai perlawanan terhadap musuh Islam di medan tempur. Ayat ini lebih lanjut kepada orang mukmin mengatakan, “Medan perang adalah medan pertempuran dan konfrontasi, serta ada kesulitan khusus di dalamnya. Oleh karena itu, bersabarlah dan istiqamah dalam membela agama kalian, serta jangan melarikan diri dari medan perang.”

Jika kalian konsisten dalam melawan musuh Tuhan, maka yakinlah kalian bahwa Allah akan membantu kalian, dan kalian akan menang melawan musuh. Karena Allah Swt menghendaki kehancuran musuh dan menghapus rencana mereka.

Tapi mereka (musuh) lebih memilih perang ketimbang menyerah terhadap ajaran Tuhan dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, nasib mereka adalah kehancuran dan hasil perbuatannya tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hanya iman saja tidak cukup, tapi diperlukan usaha untuk menyebarkan ajaran dan agama Tuhan, serta memerangi anasir yang menyesatkan masyarakat.

2. Mekanisme menolong agama Tuhan berbeda setiap zaman dan sesuai dengan kondisi. Terkadang melalui penyebaran kebenaran agama dan tabligh, dan terkadang melalui bantuan finansial dan juga terkadang melalui pemaafan dan pengorbanan.

3. Enggan di hati menerima ajaran ilahi, bentuk kekufuran di manusia serta menyebabkan kemusnahan perbuatan baik mereka.

4. Melawan kebenaran hanya berakhir dengan kehancuran dan membuat manusia jatuh ke dalam kesesatan dan jurang kehidupan yang berbahaya.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا (10) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آَمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ (11)

Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (47: 10)

Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung. (47: 11)

Melanjutkan ayat sebelumnya, Allah Swt di ayat ini memperingatkan orang kafir dan musyrik yang memusuhi orang Muslim, bahwa jika kalian bepergian dan menyaksikan wilayah di sekitar kalian, maka kalian akan menyaksikan jejak dan peninggalan kaum terdahulu, bagaimana mereka dimusnahkan dan nama mereka tidak lagi diingat.

Jangan mengira akhir dan nasib seperti ini khusus untuk mereka (kaum terdahulu), dan tidak mencakup kalian; Kalian jika mengikuti jejak mereka, juga akan mengalami nasib serupa. Sejatinya tidak ada yang akan membantu dan menyelamatkan kalian, karena Allah Swt tidak akan melindungi dan membantu musuh-Nya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mempelajari sejarah umat terdahulu dan menyaksikan sisa-sisa peradaban mereka dari dekat merupakan tujuan dari wisata di Islam, dan untuk mengambil pelajaran dari nasib umat terdahulu.

2. Manifestasi kemakmuran dan kesejahteraan orang kafir saat ini jangan sampai menipu kita. Karena mereka tidak memiliki nasib yang baik.

3. Iman kepada Tuhan adalah sarana untuk menarik rahmat dan perlindungan ilahi di dunia dan akhirat, sementara kekufuran merupakan faktor yang menyebabkan hilangnya rahmat.

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ (12)

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. (47: 12)

Setelah membandingkan antara orang beriman dan kafir di dunia, ayat ini mulai membandingkan kondisi mereka di Hari Kiamat dan menyatakan, “Orang-orang mukmin yang benar-benar menjalankan kewajibannya di dunia dan melakukan perbuatan baik, di Hari Kiamat akan mendapat kedudukan tinggi, penuh nikmat dan penuh kegembiraan. Tapi tempat orang yang menentang kebenaran adalah neraka. Karena mereka mengejar kelezatan duniawi dan seperti binatang hanya ingin mengenyangkan perut dan memenuhi syahwatnya, dan tidak mempersiapkan bekal untuk akhiratnya.

Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Menikmati kelezatan duniawi, baik itu sedikit atau banyak adalah sesuatu yang cepat hilang. Kita harus memikirkan bekal akhirat kita, tempat yang kekal dan abadi.

2. Al-Quran memperbolehkan manusia menikmati kelezatan duniawi, tapi menentang kehidupan hewani.

3. Kita harus memandang tujuan akhir dalam memilih jalan kehidupan, bukan terlena oleh pemandangan indah di pinggir jalan yang bersifat sementara.

وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ (13) أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (14)

Dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka. (47: 13)

Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? (47: 14)

Ayat ini membahas karakteristik orang kafir yang memusuhi Islam dan menyatakan, “Mereka membanggakan kekuatan dan hartanya, serta menyangka tidak ada yang mampu melawan mereka. Padahal nasib umat terdahulu menunjukkan mereka dihancurkan dengan kehendak Tuhan dan tidak ada yang mampu menyelamatkan mereka.”

Sifat buruk orang kafir lainnya adalah suka berfoya-foya memenuhi syahwatnya dan keuntungan mengalahkan mereka sehingga melihat perbuatan buruknya sangat indah. Mereka memandang buruk kebenaran dan apa yang datangnya dari Tuhan, serta menolak menerimanya.

Dari dua ayat tadi terhapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang mukmin tidak boleh takut terhadap kemampuan zahir musuh Allah, karena kekuatan Tuhan di atas seluruh kekuatan manusia.

2. Musuh dengan berbagai metode berusaha menyiksa dan menyakiti orang mukmin, tapi orang yang benar-benara beriman tidak akan pernah melepas imannya serta akan melanjutkan usaha dan perjuangannya.

3. Dasar iman adalah argumentasi, tapi sandaran orang kafir adalah anjuran batil dan hawa nafsu.

4. Manusia memahami keburukan suatu perbuatan melalui fitrah ilahi, tapi mereka menutupi perbuatan baik untuk mencapai keinginan hawa nafsunya, dan dengan berbagai cara mencitrakannya sebagai sebuah keindahan dan perbuatan yang terpuji.

Jumat, 15 Oktober 2021 19:43

Surat Muhammad ayat 1-6

 

Surat Muhammad ayat 1-6

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (1) وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ (2) ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ (3)

Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka. (47: 1)

Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (47:2)

Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka. (47: 3)

Surat yang kita kaji kali ini dinamakan Surat Muhammad, nama utusan ilahi terakhir dan penutup para nabi. Surah ini membahas dua kelompok manusia, mukmin dan kafir. Dua kelompok ini senantiasa ada di sepanjang sejarah dan juga di masa depan. Jelas bahwa tugas seorang mukmin adalah menyeru yang lain untuk beriman kepada Allah dan nabi-Nya, tapi mereka tidak berhak untuk memaksa yang lain untuk beriman.

Orang kafir yang didasari kebatilan senantiasa mencegah orang-orang mukmin dari jalan Allah. Untuk meraih ambisinya ini mereka mengerahkan segala cara mulai dari lunak hingga kekerasan dan bahkan dengan kekuatan militer. Di kondisi seperti ini tercipta konfrontasi antara mereka dengan kelompok orang beriman. Surah ini menjelaskan secara transparan tugas dan keperintah ilahi ketika terjadi perang antara orang mukmin dan kafir.

Para pembesar kafir dan musyrik senantiasa berusaha menamboh populasi kafir dan musyrik demi menjaga dan memperkuat posisi mereka. Mereka dengan berbagai metode berupaya merangkul pihak lain, bahkan mereka tak segan-segan berinfak kepada orang yang membutuhkan dan melakukan perbuatan baik dan amal, tapi faktanya tujuan mereka menjaga komunitasnya dan menarik pihak lain ke agama batil mereka.

Yang pasti mereka tidak mendapat manfaat dari perbuatannya tersebut dan Allah Swt tidak menerima perbuatan baik mereka, karena tujuannya tidak murni. Seperti orang yang membangun rumah sakit hanya untuk mendapat popularitas atau posisi sosial. Meski orang miskin mendapat manfaat darinya, tapi orang yang berinfak tersebut tidak mendapat pahala dari amal perbuatannya ini.

Sebaliknya mereka yang memahami kebenaran dan beriman kepadanya serta beriman kepada Rasulullah Saw, amal perbuatan baik mereka diterima Allah Swt. Allah dengan rahmat-Nya akan mengampuni dosa-dosa hamba ini dan memperbaiki urusannya.

Lebih lanjut Al Quran menekankan poin penting ini bahwa perbedaan antara kufur dan iman didasarkan para perbedaan kebenaran dan kebatilan. Satu kelompok berusaha mengenal kebenaran dan mengikutinya, tapi kelompok lain setelah mengenal kebenaran menolaknya, atau lebih jauh lagi memeranginya. Komunitas dunia tidak keluar dari dua kelompok ini, menerima kebenaran atau menolaknya.

Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Musuh Islam memiliki rencana dan program untuk melawan mereka dan mereka berusaha keras di jalan ini. Tapi upaya mereka pada akhirnya akan gagal dan Islam akan semakin berkembang.

2. Iman kepada Tuhan saja tidak cukup, tapi harus dibarengi dengan iman kepada nabi sehingga melalui jalan ini kita akan dapat mempelajari jalan Tuhan melalui ajaran para nabi.

3. Jika kita berusaha semampu kita untuk berbuat baik, Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, dan memperbaiki urusan kita.

4. Iman kepada Tuhan dan Nabi serta Kitab Samawi juga belum cukup, masih dibutuhkan perbuatan baik dan amal saleh.

5. Nasib baik atau buruk manusia bergantung pada ideologi dan amal perbuatannya, serta apakah ia mengikuti kebenaran atau kebatilan di ideologi dan perbuatannya.

فَإِذا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ (4) سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ (5) وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ (6)

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (47: 4)

Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, (47: 5)

dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka. (47: 6)

Di ayat sebelumnya telah kami jelaskan bahwa musuh Islam berencana melawan Islam dan melemahkan umat Muslim dengan berbagai metode. Di antara metode tersebut adalah mengobarkan perang dan konfrontasi. Allah Swt di ayat ini dengan jelas dan tegas menyatakan, “Di medan perang dengan musuh, kalian harus bersikap tegas dan kuat, berperanglah dengan berani dan kalahkan musuh.”

Tapi jika musuh menyerah, jangan kalian bunuh, tapi tawanlah mereka dan setelah perang berakhir, bebaskan mereka dengan tebusan atau melalui belas kasihan.

Sikap kalian terhadap musuh harus membuat mereka merasa lemah dan tunduk, dan metode perang ini harus tetap dilanjutkan hingga kalian menguasai mereka secara penuh.

Wajar jika di perang dan konfrontasi ini sejumlah orang akan terbunuh. Jika mereka yang terbunuh berada di jalan kebenaran, maka Allah akan membeli jiwa mereka dan memberi pahala di akhirat, dan jika mereka berada di jalan batil, maka jiwa mereka akan sia-sia dan di Hari Kiamat akan mendapat siksa.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kita harus berinteraksi secara damai dengan orang kafir yang tidak memerangi umat Muslim. Tapi terhadap mereka yang mengangkat senjata, kita harus memperlakukan mereka dengan keras dan tegas.

2. Seperti di medan perang, dibutuhkan ketegasan terhadap musuh, juga ditekankan pengampunan terhadap tawanan perang.

3. Perang dan jihad merupakan salah satu arena ujian ilahi bagi orang mukmin, siapa yang berjihad dan siapa yang melarikan diri dari medan tempur.

4. Para syuhada meski secara zahir terbunuh dan meninggal, tapi mengingat Tuhan melakukan transaksi dengan mereka, maka perbuatan mereka tidak akan sia-sia dan Tuhan merealisasikan tujuan mereka. Oleh karena itu, para syuhada adalah pemenang sejati di medan tempur.