کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 14 September 2025 07:36

Apa Arti Haram dalam Islam?

 

Haram adalah salah satu konsep terpenting dalam yurisprudensi Islam dan merujuk pada tindakan yang dilarang dalam Islam dan akan dikenakan hukuman di akhirat.

Haram adalah salah satu dari lima hukum praktis (wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram) dalam yurisprudensi Islam, yang mencakup serangkaian tindakan terlarang. Hukum ini disebutkan dalam Al-Qur'an dan berbagai hadis dan mencakup berbagai perilaku individu, moral, ibadah, dan sosial.

Dalam artikel dari Pars Today ini, kita akan membahas berbagai konsep haram dan jenis-jenisnya, serta mengapa beberapa tindakan dianggap haram.

Sumber Hukum Haram

Para ahli hukum Islam telah mengambil hukum haram dari ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadis. Misalnya, memakan bangkai, daging babi, dan darah (Surah Al-Maidah), riba (Surah Al-Baqarah), perjudian dan alkohol, ejekan, dan ghibah (Surah Al-Hujurat) termasuk di antara hal-hal yang secara tegas dinyatakan haram.

Filsafat dan Alasan Mengapa Haram

Ulama meyakini bahwa hukum Islam didasarkan pada manfaat dan mudharat yang nyata. Setiap tindakan yang memiliki mudharat yang signifikan dilarang, meskipun bermanfaat bagi sebagian orang. Mudharat ini dapat bersifat fisik, mental, sosial, atau spiritual.

Syahid Mutahari juga menekankan bahwa kriteria haram bukan hanya mudharat fisik, tetapi juga dampak spiritual dan moral.

Jenis-Jenis Haram

Haram diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori utama:

Keyakinan Haram, seperti politeisme, kekufuran, kemunafikan, berlebih-lebihan dalam beragama, dan putus asa akan rahmat Allah.

Ibadah, seperti meninggalkan salat, kemunafikan, murtad, berkurban kepada berhala, sujud kepada selain Allah.

Moral, seperti berbohong, menggunjing, curiga, pengkhianatan, penganiayaan terhadap orang beriman, memata-matai, memfitnah.

Sosial, seperti korupsi, penindasan, perusakan masjid, penyembunyian kebenaran.

Ekonomi, seperti suap, riba, perjudian, perampasan harta, menjual dengan harga lebih mahal.

Politik dan keamanan, seperti spionase, mengungkap rahasia, menebar perpecahan.

Seksual, seperti perzinahan, sodomi, pernikahan dengan inses, hubungan terlarang.

Makanan, seperti babi, bangkai, darah, anggur, hewan yang disembelih atas nama selain Allah.

Hikmah Menetapkan Hukum yang Terlarang

Penetapan hukum yang terlarang telah dilaksanakan dengan tujuan menjaga keselamatan manusia, menata masyarakat, menguji hamba-hamba Allah, dan menghukum orang-orang berdosa. Allah telah menghalalkan segala sesuatu yang suci dan bermanfaat, dan segala sesuatu yang jahat dan berbahaya diharamkan. Sebagian hikmahnya jelas bagi manusia, tetapi banyak di antaranya tersembunyi, dan manusia wajib tunduk kepadanya.

Pada hakikatnya, yang terlarang dalam Islam bukan hanya larangan, tetapi juga sarana pendidikan bagi perkembangan individu dan sosial manusia, agar mereka dapat mengarahkan hidup mereka menuju keselamatan, keadilan, dan kedekatan dengan Allah.

Minggu, 14 September 2025 07:36

Apa Kedudukan Wanita dalam Islam?

 

Kedudukan laki-laki dan perempuan dalam persamaan sosial dan peran masing-masing dalam perubahan sosial telah lama menjadi tantangan bagi pemikiran manusia.

Sepanjang sejarah, sikap individu dan sosial terhadap kedudukan laki-laki dan perempuan telah mengalami perubahan yang signifikan, terkadang menyebabkan konflik yang intens antar jenis kelamin.

Dalam masyarakat tempat Islam muncul, perempuan kehilangan banyak hak asasi manusia yang mendasar. Dalam masyarakat Arab pra-Islam, status perempuan sangat rendah dan perempuan dianggap sebagai barang dan komoditas.

Dalam artikel Pars Today ini, kita akan membahas kedudukan perempuan dalam Islam.

Memiliki Jiwa Manusia yang Sempurna

Islam menganggap perempuan, seperti halnya laki-laki, dikaruniai jiwa, kehendak, dan kebebasan manusia yang sempurna, dan menempatkan mereka di jalan kesempurnaan, yang merupakan tujuan penciptaan. Oleh karena itu, Islam menempatkan keduanya pada posisi yang sama dan menyapa mereka dengan sapaan "Wahai manusia" dan "Wahai orang-orang yang beriman" serta mewajibkan program-program pendidikan, moral, dan ilmiah bagi mereka.

Allah dalam Al-Qur'an berfirman dalam ayat-ayat seperti, "Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga." (Ghafir: 40), telah menjanjikan kepada kedua jenis manusia bahwa mereka akan menikmati kebahagiaan yang sempurna.

Dan dengan ayat-ayat seperti, "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Al-Nahal: 97), telah menjelaskan bahwa setiap pria dan wanita dapat mencapai perkembangan spiritual dan material dengan mengikuti program-program Islam dan berjalan menuju kehidupan yang "baik" dan murni yang penuh kedamaian.

Mandiri dan Bebas

Islam memandang perempuan, seperti halnya laki-laki, sebagai makhluk yang mandiri dan bebas dalam segala hal. Al-Qur'an, dengan ayat-ayat seperti "Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya." (Al-Muddatshir: 38), atau "Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri. (Al-Fusshilat: 46), menyatakan kebebasan ini bagi semua individu, baik laki-laki maupun perempuan.

Di sisi lain, karena kemandirian merupakan prasyarat bagi kehendak dan pilihan, Islam memasukkan kemandirian ini dalam semua hak ekonomi dan menganggap semua jenis hubungan keuangan diperbolehkan bagi perempuan dan menganggap mereka sebagai pemilik pendapatan dan modal mereka.

Dalam ayat 32 Surat An-Nisa dinyatakan, "Bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan."

Jika kita perhatikan kata “iktsab” yang berbeda dengan “kasab” untuk memperoleh harta yang hasilnya menjadi milik orang yang memperolehnya, dan juga jika kita perhatikan kaidah umum, “Semua orang memegang kendali atas hartanya,” maka jelaslah bagaimana Islam menghargai kemandirian ekonomi perempuan dan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.

Pembagian Kerja

Islam menganggap laki-laki dan perempuan setara dalam hal kemanusiaan, tetapi dalam aspek lain, seperti tugas sosial, terdapat perbedaan di antara mereka, yang sama sekali tidak berarti diskriminasi atau ketidaksetaraan hukum. Sebaliknya, tujuan Islam dengan perbedaan-perbedaan ini adalah untuk mengatur dan membagi kerja sedemikian rupa sehingga masing-masing dari mereka dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Perbedaan-perbedaan ini sebenarnya untuk mengoptimalkan fungsi sosial dan alami dari masing-masing jenis kelamin dalam masyarakat.

Akhirnya, Al-Qur'an mengakui kedudukan perempuan sebagai manusia dengan hak dan kewajiban yang mandiri, dan menekankan bahwa dari sudut pandang Tuhan, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, kriteria keunggulan manusia di mata Tuhan adalah ketakwaan dan perilaku yang baik, bukan gender.(

 

Masjid Jamkaran merupakan simbol harapan global akan munculnya seorang juru selamat, tersebarnya keadilan, kebaikan, serta pertumbuhan spiritual dan intelektual manusia.

Tehran, Pars Today- Masjid Jamkaran, di pinggiran Qom dan dekat makam Sayidah Masoumah, lebih dari sekadar tempat ibadah, melainkan perwujudan cita-cita yang mengajak manusia menuju masa depan yang cerah dan agung.

Masjid ini, yang dibangun atas perintah Imam Mahdi dan berdasarkan kisah Hassan bin Mutla Jamkarani, merupakan simbol harapan yang berdetak di hati yang menanti; sebuah harapan akan munculnya seorang juru selamat yang, dengan kedatangannya, akan membebaskan dunia dari penindasan, kebodohan, dan perpecahan, serta membuka jalan bagi transendensi manusia.

Dalam perspektif ini, Jamkaran bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga wadah bagi pendidikan jiwa dan pikiran manusia. Tauhid dan keadilan, yang menjadi poros kemunculannya, berperan sebagai kekuatan kolektif di tempat ini; sebuah kekuatan yang meletakkan dasar bagi tumbuhnya kebaikan, empati, dan perkembangan intelektual dalam masyarakat manusia. Hadir di masjid ini merupakan tindakan spiritual memasuki dunia di mana manusia berinteraksi bukan atas dasar kekuasaan, melainkan atas dasar kebajikan dan kebijaksanaan.

Keutamaan shalat di Jamkaran, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis dari Imam Mahdi, sangatlah penting. Keutamaan ini tidak hanya mencerminkan kesucian tempat tersebut, tetapi juga menunjukkan hubungan yang mendalam antara ibadah dan kesadaran. Shalat di Jamkaran adalah kesempatan untuk merenungkan jalan kehidupan, menyucikan diri, dan terhubung dengan kebenaran yang akan terungkap saat kemunculan Sang Pemberi Keadilan Tertinggi.

Jamkaran juga merupakan tempat berkumpulnya para pecinta Ahlul Bait dan mereka yang mendambakan kehadiran Imam Mahdi. sebuah kelompok yang, dengan doa dan antusiasme, tak hanya mencari keselamatan individu, tetapi juga pembebasan kolektif umat manusia dari kegelapan sejarah. Solidaritas ini dapat menabur benih kebaikan dan empati di hati masyarakat dan menuntun manusia untuk membangun dunia yang lebih baik; dunia di mana rasionalitas, moralitas, dan cinta menggantikan kekerasan dan diskriminasi.

Akhirnya, Masjid Jamkaran hendaknya dianggap bukan hanya sebagai tempat suci, tetapi juga sebagai basis untuk membuat perjanjian; basis untuk refleksi, dialog, dan persiapan menghadapi kemunculan Imam Mahdi.

Masjid ini mengajak manusia untuk berpartisipasi dalam pemenuhan janji ilahi; sebuah janji di mana keadilan bertindak bukan hanya sebagai prinsip hukum, tetapi juga sebagai kekuatan vital bagi pertumbuhan mental, moral, dan sosial manusia.

Jamkaran, dalam pengertian ini, adalah titik di mana manusia, melalui doa dan kehadirannya, terikat pada masa depan yang transenden; sebuah masa depan di mana kebahagiaan bukan lagi sebuah harapan, melainkan kenyataan yang dijalani.

 

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran, dalam kontak telepon dengan Deputi Perdana Menteri dan Menteri Negara urusan Pertahanan Qatar, menegaskan dukungan Iran atas bangsa Qatar.

Mayjen Sayid Abdolrahim Mousavi, Kamis (11/9/2025) melakukan kontak telepon dengan Sheikh Saoud bin Abdulrahman Al Thani, membahas serangan terbaru Rezim Zionis ke Doha, Qatar.
 
Dalam pembicaraan telepon itu, pertama-tama Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran, menyampaikan selamat atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan menyebut serangan teror Rezim Israel ke Qatar, sebagai kejahatan.
 
Ia menuturkan, peristiwa ini dari pandangan para pejabat politik Republik Islam Iran, perlu dikecam sekeras-kerasnya.
 
Menyinggung percakapan telepon Presiden Iran Masoud Pezeshkian, dengan Emir Qatar, Mousavi menjelaskan, “Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran, dalam pernyataan resminya mengecam aksi kejahatan ini.”
 
Ia menambahkan, “Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, sama sekali tidak ragu untuk mendukung saudara-saudaranya di Qatar, karena dua negara dan dua bangsa ini selalu bertumpu pada persaudaraan, dan kami tidak akan pernah meninggalkan bangsa Qatar sendirian dalam melawan musuh terutama Rezim penjahat Zionis, yang merupakan faktor utama ketegangan dan instabilitas di kawasan.”
 
Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran menerangkan, “Dukungan langsung Barat terutama Amerika Serikat, terhadap penjajahan, penumpasan, dan pembunuhan warga tak bersalah oleh Rezim Zionis, dan agresinya terhadap negara kawasan lain yang intensitasnya meningkat dalam beberapa tahun terakhir, adalah faktor utama kelancangan dan pendorong agresi rezim ini.”
 
“Serangan ke Qatar, tidak dilakukan tanpa koordinasi dan lampu hijau AS, dan seluruh dunia mengetahui dengan baik tanpa dukungan langsung dan tidak langsung Barat, hidup rezim penjahat ini tidak mungkin berlanjut,” imbuhnya.
 
Menanggapi permintaan Qatar untuk melakukan negosiasi yang lebih intens dengan Iran, Mousavi menegaskan kesiapan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, untuk bekerja sama di berbagai level.
 
Ia menegaskan, “Pemerintah, bangsa, dan Angkatan Bersenjata Qatar harus tahu bahwa Republik Islam Iran, dan Angkatan Bersenjata kami hingga akhir akan bersama mereka.”
 
Dalam pembicaraan telepon itu, Sheikh Saoud bin Abdulrahman Al Thani, menilai serangan Rezim Zionis terhadap Qatar, adalah sebuah teror, dan berterimakasih atas solidaritas pemerintah dan bangsa Iran, terutama kontak telepon Presiden Iran dengan Emir Qatar.
 
Deputi PM Qatar, menganggap serangan Israel ke Doha seperti sebuah pisau yang dihunjamkan Rezim Zionis secara pengecut terhadap Qatar.
 
“Ini terjadi di saat perundingan-perundingan dilakukan untuk menciptakan perdamaian dengan koordinasi dan permintaan seluruh pihak,” katanya.
 
“Israel sama sekali tidak mematuhi aturan, prinsip dan asas apa pun, dan kejadian ini pada kenyataannya telah melanggar seluruh garis merah serta melanggar semua aturan internasional, dan diplomasi,” ujarnya.
 
Saoud bin Abdulrahman Al Thani menandaskan, “Kami berharap bisa menggelar pertemuan untuk mengkaji masalah ini dalam waktu dekat, dan menemukan langkah-langah praktis untuk menghadapi aksi-aksi semacam ini secara bersama-sama.”

 

Amir Saeed Iravani, Duta Besar dan Wakil Tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan bahwa Republik Islam Iran mengutuk keras agresi dan serangan teroris terhadap Negara Qatar.

Menurutnya, "Kami dengan tegas mendukung hak negara Qatar untuk membela diri secara sah berdasarkan hukum internasional dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menanggapi pelanggaran sembrono itu."

Menurut laporan Pars Today, Amir Saeed Iravani, dalam pernyataannya pada hari Kamis di pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB menegaskan, Kami sekali lagi menekankan posisi Organisasi Kerja Sama Islam yang berprinsip dan teguh, yang berakar pada Piagamnya dan telah diperkuat melalui resolusi-resolusi berturut-turut dari KTT Kepala Negara dan Menteri Luar Negeri. Sebuah sikap yang dengan tegas menolak segala bentuk agresi terhadap kedaulatan dan keamanan negara-negara anggota.

Dubes dan Watap Iran untuk PBB menambahkan, "Manifestasi terbaru dari posisi ini adalah resolusi yang diadopsi pada Sidang ke-51 Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam pada 22 Juni 2025 di Istanbul. Resolusi ini mengutuk keras serangan bersenjata yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan rezim Zionis terhadap Iran, dan mendesak Dewan Keamanan untuk segera mengatasi ancaman serius terhadap perdamaian dan keamanan internasional ini, serta, sesuai dengan Bab VII Piagam, mengambil langkah-langkah tegas untuk memaksa rezim Zionis segera menghentikan agresinya."

Iran juga menekankan bahwa Republik Islam Iran dengan tegas mengutuk agresi teroris dan serangan bersenjata yang dilakukan oleh rezim Zionis terhadap pemerintah Qatar, yang mengakibatkan gugurnya sejumlah warga sipil Palestina dan Qatar, serta menyatakan solidaritas dan dukungannya kepada pemerintah Qatar.

Duta Besar dan Wakil Tetap Iran untuk PBB melanjutkan dengan menekankan bahwa Republik Islam Iran dengan tegas mendukung hak pemerintah Qatar untuk membela diri, berdasarkan hukum internasional dan Piagam PBB, dalam menanggapi pelanggaran sembrono tersebut dan menegaskan hak negara ini untuk mengambil semua langkah politik, diplomatik, dan hukum yang diperlukan guna melindungi warga negara, kedaulatan, dan integritas wilayahnya.

Ia juga menyebut agresi militer rezim Zionis terhadap Qatar sebagai pelanggaran nyata terhadap prinsip-prinsip dasar Piagam PBB dan hukum internasional.

Iravani menambahkan dengan menggambarkan genosida berkelanjutan yang dilakukan rezim Zionis di Palestina yang diduduki, tindakan agresi dan terorisme yang berulang terhadap Lebanon, Suriah, dan Yaman, serangan kriminalnya terhadap Iran, dan kini serangan militernya terhadap Qatar sebagai bukti bahwa rezim ini merupakan ancaman langsung dan nyata bagi perdamaian dan keamanan regional dan internasional.

Wakil Tetap Iran untuk PBB menjelaskan, "Pada 13 Juni, rezim Zionis, dengan dukungan penuh Amerika Serikat dan menggunakan senjata Amerika, melancarkan perang besar-besaran terhadap Republik Islam selama 12 hari, yang tidak disebabkan oleh provokasi sebelumnya, dan menargetkan infrastruktur sipil dan fasilitas nuklir damai Iran di bawah perlindungan Badan Tenaga Atom Internasional. Meskipun telah mengadakan tiga pertemuan darurat, dewan ini lumpuh karena dukungan tanpa syarat dari Amerika Serikat dan tidak mengambil tindakan apa pun. Kegagalan ini telah membuat rezim Zionis yang jahat ini semakin berani melanjutkan kejahatannya di seluruh kawasan dengan impunitas penuh dan tanpa diskriminasi."

Diplomat senior Iran ini mengatakan, Sangat disayangkan bahwa Dewan Keamanan PBB, dengan mengabaikan tugasnya, praktis telah menormalisasi kejahatan rezim Zionis di Gaza dan agresi kriminalnya di Yaman, Suriah, Lebanon, Iran, dan sekarang Qatar.

Iravani melanjutkan dengan berbicara kepada para pejabat yang hadir dalam pertemuan tersebut, dan mengingatkan mereka, Perdana Menteri Rezim Zionis yang kriminal telah secara terbuka mengancam negara-negara lain di kawasan itu dengan agresi dan secara eksplisit menyatakan bahwa di mana pun para pemimpin politik Hamas berada, Israel akan menyerang. Jika Dewan Keamanan PBB tidak mengambil tindakan hari ini, negara lain pasti akan ditambahkan ke dalam daftar agresi Israel dan rezim ini akan sekali lagi melakukan tindakan agresinya dengan impunitas penuh.

Perwakilan tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, "Kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk bertindak pada titik kritis ini merupakan pengabaian tanggung jawab yang mendalam dan pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ketidakpedulian hanya akan membuat agresor semakin berani, melemahkan hukum internasional, dan mengirimkan pesan impunitas yang berbahaya ke seluruh dunia."

 

Iran, sebuah negara dengan sejarah peradaban, sains, dan seni yang kaya, saat ini telah menjadi salah satu tujuan studi paling menarik bagi mahasiswa internasional.

Iran, negeri yang berakar kuat dalam sains, sastra, dan budaya, kini tak hanya menjadi tujuan wisata, tetapi juga rumah bagi para calon mahasiswa dari seluruh dunia. Universitas-universitas bergengsi, beragam peluang beasiswa, lingkungan akademik yang dinamis, dan keramahan khas Iran menjadikan negara ini salah satu pilihan studi paling menarik di kawasan Asia Barat.

Menurut statistik, saat ini sekitar 35.000 mahasiswa asing belajar di universitas-universitas Iran, termasuk universitas negeri, universitas Islam Azad, universitas yang berafiliasi dengan Kementerian Kesehatan, dan lembaga pendidikan tinggi. Dalam artikel ini, Pars Today mengulas fasilitas dan peluang pendidikan di Iran.

Peluang Pendidikan

Studi di Iran dilakukan dalam dua bentuk utama: beasiswa dan non-beasiswa. Mahasiswa penerima beasiswa dapat belajar di universitas-universitas Iran tanpa membayar biaya kuliah dan mendapatkan manfaat dari fasilitas seperti asrama gratis, asuransi kesehatan, dan biaya hidup. Beasiswa ini ditawarkan melalui kedutaan besar Iran, lembaga kebudayaan, universitas, perjanjian ilmiah internasional, dan kerja sama antara Kementerian Sains Iran dan negara-negara lain.

Jenis Beasiswa

Beasiswa di Iran ditawarkan dalam tiga jenis:

Tipe A: Bebas biaya kuliah, asrama gratis, tunjangan hidup, dan asuransi kesehatan.

Tipe B: Bebas biaya kuliah dan asrama, tanpa tunjangan hidup.

Tipe C: Bebas biaya kuliah, biaya lain-lain ditanggung oleh mahasiswa.

Keragaman beasiswa ini memungkinkan mahasiswa dengan berbagai kondisi untuk memanfaatkan kesempatan belajar di Iran.

Universitas Terkemuka di Iran

Teheran adalah ibu kota Iran dan kota ini dapat disebut sebagai pusat pendidikan terpenting di Iran. Universitas Teheran adalah salah satu universitas tertua di Iran dan universitas paling bergengsi di Asia Barat, yang dianggap sebagai salah satu pusat pendidikan terbaik di Iran.

Universitas Ilmu Kedokteran Teheran juga merupakan pusat pendidikan kedokteran pertama di Iran yang menerima sejumlah mahasiswa asing setiap tahunnya.

Universitas dan institusi pendidikan tinggi lain di kota ini juga aktif menarik mahasiswa asing dan bersaing satu sama lain. Menurut informasi yang dipublikasikan, sekitar 1.000 mahasiswa asing belajar di universitas-universitas di Tehran, sekitar 66% di antaranya adalah pria dan 34% adalah wanita.

Para mahasiswa ini datang ke kota ini dari berbagai negara, termasuk Turki, Jepang, Cina, Suriah, Irak, Afghanistan, Armenia, Pakistan, Moldova, Republik Azerbaijan, Hongaria, Ukraina, Belanda, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Italia, Kanada, Prancis, Bahrain, dan lainnya.

Kota Mashhad dan Universitas Ferdowsi di kota ini berada di posisi kedua dalam daftar ini. Universitas Shiraz dan Universitas Guilan juga berada di peringkat berikutnya dalam hal daya tarik mahasiswa asing. Universitas lain yang memiliki banyak mahasiswa asing adalah Universitas Al-Zahra di Teheran.

Universitas Al-Zahra didedikasikan untuk siswi dan hanya menerima mahasiswa perempuan. Universitas Isfahan dan universitas-universitas Iran lainnya juga berada di peringkat berikutnya dalam daftar ini dan berupaya menarik lebih banyak mahasiswa asing.

Qom adalah salah satu pusat agama Islam terpenting di dunia, yang memiliki banyak sekolah, seminari, dan pusat penelitian. Pusat-pusat pendidiikan ini mengajarkan topik-topik yang berkaitan dengan agama, mazhab, ritual, gerakan keagamaan, pemikiran Barat, dan lainnya, serta mengajarkan topik-topik ini kepada mahasiswa yang berminat.

Dengan mempertimbangkan hal ini, kota Qom dapat diperkenalkan sebagai ibu kota agama dan kepercayaan di Iran, yang sangat aktif menerima mahasiswa dan mahasiswa yang tertarik pada topik-topik keagamaan.

Persyaratan Penerimaan Mahasiswa Asing

Untuk memasuki universitas-universitas di Iran, kandidat harus memenuhi persyaratan umum dan khusus. Persyaratan umum meliputi tidak dilarang secara hukum, disertifikasi oleh perwakilan Iran, dan menunjukkan surat keterangan sehat jasmani dan rohani.

Persyaratan khusus juga mencakup kualifikasi akademik yang valid, IPK yang sesuai, penerimaan dari universitas, dan memenuhi batasan usia untuk setiap jenjang studi. Mahasiswa yang telah menyelesaikan jenjang sebelumnya di Iran dibebaskan dari batasan usia.

Bahasa Farsi

Pendidikan di universitas-universitas Iran pada umumnya diselenggarakan dalam bahasa Persia, dan mahasiswa asing sebaiknya terbiasa dengan bahasa tersebut.

Pusat pendidikan terkemuka seperti Pusat Internasional untuk Pendidikan Bahasa Persia menawarkan beragam program studi di bidang bahasa, sastra, seni, dan budaya Iran, yang memberikan pengalaman yang lebih dari sekadar pendidikan.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, menegaskan bahwa kita tidak boleh percaya pada musuh.

Hal ini disampaikan Ayatullah Khamenei, pada pertemuan dengan panitia peringatan gugurnya Letjen Qassem Soleimani, mantan Komandan Pasukan Quds IRGC, pada tahun 2020 di Baghdad, Irak.
 
Ia menegaskan, “Jangan percaya pada musuh! Ini saran tegas dari saya. Anda telah melihat sendiri apa yang sudah dilakukan Amerika-nya Trump dan Amerika-nya Obama. Tentu saja ini bukan hanya Trump yang telah berbuat buruk kepada Iran, tiga negara Eropa, Inggris, Prancis dan Jerman, juga seperti itu. Ketiga negara Eropa ini telah melakukan tindakan terburuk, dan menunjukkan kemalasan serta kemunafikan terhadap bangsa Iran.”
 
 
Pihak Seberang Kesepakatan JCPOA Tidak Menepati Janji
 
Sehubungan dengan ini, Imam Khamenei, di salah satu pidato tahun baru Persia, Nowrouz, kepada bangsa Iran mengatakan, “Dalam masalah JCPOA kita tergesa-gesa. Semua pekerjaan mereka di atas kertas, sementara pekerjaan kita di atas tanah. Kita terburu-buru melakukan pekerjaan, sementara mereka tidak melakukan pekerjaannya, tidak menepati janji-janjinya. Tentu saja ini masalah yang sangat penting untuk kita perhatikan bahwa kesabaran kita luas, dan kita sedang melakukan pekerjaan kita. Kita tidak percaya pada pekerjaan mereka, komitmen mereka tidak berharga bagi kita.”
 
 
Pantang Menyerah di Hadapan Musuh dan Tidak Percaya pada Mereka
 
Selain itu Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, dalam pidato yang disiarkan televisi Iran, di Hari Raya Mab’ath menegaskan, “Kita harus tahu dengan beban berat keamanan yang diletakkan Revolusi Islam di pundak kita, di pundak bangsa Iran, dan jalan kebahagiaan yang terbuka di depannya, kita punya beberapa tugas termasuk dorongan kepada kebenaran dan kesabaran, mengenal musuh serta perlawanan terhadap musuh, dan tidak menyerah di hadapan musuh, juga tidak percaya kepada musuh pengkhianat ini.”
 
 
Musuh Asli Rakyat Palestina, AS, Inggris dan Zionis
 
Dalam hal ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, dalam pidatonya di Hari Quds Sedunia mengatakan, musuh-musuh persatuan Palestina, adalah Rezim Zionis dan Amerika Serikat, serta beberapa kekuatan politik lain, namun jika di dalam masyarakat Palestina tidak ada upaya perpecahan, maka musuh dari luar tidak akan pernah bisa berbuat apa-apa. Poros dari persatuan ini haruslah jihad internal dan tidak percaya pada musuh. Musuh asli rakyat Palestina, yaitu AS, Inggris dan Zionis bengis tidak boleh menjadi sandaran kebijakan-kebijakan Palestina. Rakyat Palestina baik di Gaza, Al Quds, Tepi Barat, maupun di Wilayah 1948, bahkan di kamp-kamp pengungsian, semua bersatu, dan mengupayakan strategi yang sama. Setiap bagian harus melindungi bagian-bagian yang lain, dan ketika terjadi tekanan, menggunakan semua instrumen yang dimiliki.

 

Surat kabar Rezim Zionis mengakui bahwa serangan udara Israel ke salah satu wilayah pemukiman di Doha, Qatar, adalah indikasi tidak dimilikinya rasionalitas oleh Tel Aviv.

Jet-jet tempur Rezim Zionis, Selasa (9/9/2025) melanggar zona udara Qatar, dan membombardir salah satu lokasi di ibu kota negara itu.
 
Target pemboman itu adalah lokasi pertemuan delegasi tinggi Hamas yang dipimpin Khalil Al Hayya, di wilayah Katara, kota Doha, Qatar.
 
Menurut sejumlah laporan, meskipun serangan tersebut menimbulkan ledakan-ledakan hebat, dan nampak asap tebal membumbung tinggi ke udara, namun delegasi tinggi Hamas selamat.
 
Surat kabar Israel, Haaretz, dalam analisanya menulis, serangan udara Israel, ke sebuah wilayah pemukiman di ibu kota Qatar, adalah salah satu operasi militer paling gila dalam sejarah rezim ini, dan membuktikan tidak dimilikinya rasionalitas oleh Tel Aviv.
 
Haaretz menyebut Kabinet Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, lepas kontrol, dan mengambil keputusan tergesa-gesa sehingga menimbulkan dampak-dampak strategis. Koran Israel ini juga mempertanyakan urgensitas dan tujuan operasi semacam ini.
 
“Siapa yang melakukan teror terhadap orang-orang yang sedang berunding untuk membebaskan para tawanannya, di saat yang sama mereka sedang mengkaji pasal-pasal kesepakatan gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat?” tanya Haaretz.
 
Media Rezim Zionis ini melanjutkan, serangan ini menargetkan orang-orang yang terlibat dalam perundingan sensitif terkait kasus tawanan Israel, dan Qatar, sejak awal perang Oktober 2023, menjadi salah satu mediator terpenting dalam kasus ini.
 
Haaretz juga memprotes keras kebijakan-kebijakan Netanyahu, dan mengatakan operasi tersebut dilakukan dalam kerangka upaya kontinu PM Israel, untuk menggagalkan kesepakatan pertukaran tahanan, dan mengalihkan perhatian publik dari kegagalan-kegagalan politik serta militer dirinya dan kabinet yang dipimpinnya.
 
Menurut koran Rezim Zionis, beberapa pejabat senior keamanan Israel, menentang serangan ini, tapi tetap tidak mampu mencegahnya, dan hal itu menunjukkan keruntuhan sistem pengambilan keputusan keamanan dan politik Tel Aviv.
 
Di sisi lain Haaretz memperingatkan dampak-dampak serangan ini yang mungkin saja berujung dengan dikeluarkannya sanksi-sanksi Eropa terhadap Israel, dan pembatasan perjalanan bagi orang-orang Israel, serta melemahkan keamanan internal rezim secara cepat.
 
Di akhir, Haaretz, menegaskan bahwa serangan ke Doha bukan akhir cerita, dan terbuka kemungkinan serangan-serangan serupa meluas ke ibu kota-ibu kota negara lain seperti Istanbul, atau Kairo, pasalnya Israel, tidak punya visi strategis, dan hanya bertumpu pada kekuatan militer.

 

Lembaga riset dan hukum Zionis telah mengakui bahwa industri modal ventura di Israel telah menghadapi keruntuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Menurut laporan Pars Today mengutip FNA, industri modal ventura di Israel telah menghadapi salah satu krisis terparahnya pada tahun 2025. Laporan terbaru menunjukkan bahwa hingga paruh pertama tahun 2025, hanya modal sebesar $260 juta yang berhasil dihimpun, turun 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut laporan yang disusun oleh lembaga riset dan hukum IVC, Gornitzky, dan KPMG di Israel dan dipublikasikan di surat kabar berbahasa Ibrani "Globes", pembiayaan untuk dana investasi di Israel turun 40 persen menjadi hanya $260 juta pada paruh pertama tahun ini, yang merupakan level terendah dalam beberapa tahun terakhir. Jika tren ini berlanjut, total modal yang dihimpun hingga akhir tahun tidak akan melebihi $350 juta, dibandingkan dengan lebih dari $1,2 miliar pada tahun 2024 dan sekitar $6 miliar pada tahun-tahun puncak 2021 dan 2022.

Krisis ini berakar bukan pada penurunan investasi global, melainkan pada masalah struktural, ketidakpercayaan domestik, dan krisis politik serta keamanan Israel. Absennya dana-dana besar dan mapan seperti Pitango, Viola, Vertex, dan Stage One dari siklus penggalangan modal baru merupakan tanda ketidakpercayaan yang mendalam terhadap masa depan pasar teknologi di era ini.

Sebagian besar dana yang saat ini mencoba mengumpulkan dana lebih dari $100 juta adalah nama-nama yang belum dikenal. Di antara dana-dana ini adalah Kintica, yang menargetkan $150 juta, dan Qubit, yang menargetkan $100 juta. Namun, peluang keberhasilan upaya ini dinilai rendah, dan menurut laporan tersebut, proporsi dana yang mencapai target keuangannya telah turun dari 87% pada tahun 2018 menjadi hanya 29% pada tahun 2024. Bahkan dana seperti Red Dot, yang mengklaim telah mengumpulkan $320 juta pada tahun 2025, sebenarnya telah mengumpulkan jumlah ini pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, 31 dana Israel berupaya mengumpulkan total $1,2 miliar. Investor asing, yang pernah menguasai separuh pasar, juga telah mengurangi porsi investasi mereka menjadi 49% dan lebih cenderung berinvestasi pada proyek-proyek tahap akhir. Investor domestik juga memainkan peran yang lebih kecil, dengan rata-rata investasi kurang dari $1,3 juta ($2,4 juta untuk investor asing).

Dana investasi ternama global seperti Andreessen Horowitz dan Index telah sepenuhnya menarik diri dari pasar Israel. Sequoia dan Lightspeed masing-masing hanya menyelesaikan tiga hingga empat transaksi, dan Excel hanya terlibat dalam tiga transaksi. Penurunan dramatis ini mencerminkan penurunan minat dan kepercayaan global terhadap pasar teknologi Israel.

Pasar yang menyusut, dan kurangnya modal telah menyebabkan berbagai lembaga pendanaan mengurangi investasi mereka, yang memperburuk kesenjangan di pasar, menurut Dina Baska Raz, kepala teknologi di KPMG Israel. Ia menambahkan bahwa meskipun perusahaan yang bergerak di bidang kecerdasan buatan dan keamanan siber masih mampu menarik modal yang signifikan, sektor-sektor seperti energi bersih dan ilmu hayati telah diabaikan sepenuhnya.

Startup yang didirikan dalam enam hingga 12 bulan terakhir, terutama yang bergerak di bidang kecerdasan buatan yang produktif, masih mampu menarik modal, tetapi perusahaan yang berusia dua hingga tiga tahun dan memiliki produk serta pendapatan menghadapi kesulitan serius dalam memperoleh pembiayaan.

Pada saat yang sama, dana investasi institusional yang berafiliasi dengan perusahaan asuransi dan pensiun juga telah mengurangi aktivitas mereka. Meskipun total investasi oleh lembaga-lembaga ini mencapai $87 juta pada paruh pertama tahun ini, hanya $18 juta yang masuk ke perusahaan-perusahaan baru.

Pada akhirnya, laporan Globes menyimpulkan bahwa ekosistem investasi di wilayah-wilayah pendudukan telah kehilangan dinamismenya. Stagnasi modal, meningkatnya risiko politik, dan menurunnya kepercayaan telah menyebabkan investor domestik dan asing menjauhkan diri dari pasar Zionis. Teknologi Israel kini terjebak di antara ambisi di bidang kecerdasan buatan dan krisis ketidakpercayaan dalam investasi, sebuah krisis yang mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diatasi.

 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sebelumnya mengatakan bahwa ia berperang dengan negara-negara Islam untuk membela Barat, menanggapi pembunuhan Charlie Kirk dengan menyebutnya sebagai pembela peradaban Yahudi-Kristen.

Tehran, Pars Netanyahu telah berkali-kali menggunakan istilah peradaban Yahudi-Kristen. April lalu, ia mengklaim bahwa pemerintah Iran sedang menargetkan peradaban Yahudi-Kristen.

Belum lama ini, setelah kritik negara-negara Eropa terhadap Israel meningkat akibat genosida yang sedang berlangsung di Gaza, Netanyahu menyatakan bahwa ia berjuang atas nama negara-negara Barat dan bahwa negara-negara tersebut seharusnya mendukung Israel daripada mengkritiknya.

Kini, Perdana Menteri Israel menggambarkan Charlie Kirk, yang merupakan pendukung setia Donald Trump dan dibunuh, sebagai pembela peradaban Yahudi-Kristen.

Pertanyaan pentingnya, mengapa Netanyahu mencoba mengeksploitasi istilah peradaban Yahudi-Kristen? Apa tujuan Perdana Menteri Israel?

Tujuan terpenting Netanyahu dalam menggunakan istilah peradaban Yahudi-Kristen untuk membenarkan perang dengan negara-negara Islam, bahkan genosida di Gaza.

Beberapa anggota kabinet Netanyahu, termasuk Menteri Keamanan Dalam Negeri Rezim Zionis, Itamar Ben-Gvir, serta beberapa anggota Knesset, meyakini bahwa perang melawan Gaza, Lebanon, Yaman, Irak, dan Iran adalah perang peradaban dan berakar pada agama.

Menteri Luar Negeri AS Mark Rubio juga mengklaim bahwa Israel sedang melancarkan perang peradaban dan agama terhadap Iran. Klaim-klaim ini bertujuan untuk melemahkan aspek politik dan keamanan dari perang yang sedang berlangsung dan mengubahnya menjadi perang agama dan peradaban.

Tujuan lain Netanyahu menggunakan gelar peradaban Yahudi-Kristen adalah untuk mendapatkan dukungan kaum evangelis dalam struktur kekuasaan Amerika.

Umat Kristen Evangelis juga percaya bahwa perang Israel saat ini adalah perang agama dan peradaban, bukan perang politik. Oleh karena itu, mereka menekankan dukungan yang kuat dan luas untuk Tel Aviv dalam perang-perang ini.

Orang-orang seperti Pendeta John Hagee, pendiri dan presiden kelompok "Christians United for Israel" (dengan 10 juta anggota), menyatakan,"Anda tidak bisa mengatakan bahwa saya percaya pada Alkitab, tetapi saya tidak mendukung Israel dan orang-orang Yahudi."

Faktanya, telah tercipta hubungan antara orang Yahudi ekstremis dan orang Kristen ekstremis, dan Netanyahu juga mencoba menggunakan hubungan ini untuk tujuan politik dan keamanannya.

Poin pentingnya adalah upaya Benjamin Netanyahu, ekstremis Yahudi, dan ekstremis Kristen untuk membuat perang yang sedang berlangsung dan genosida yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza tampak beradab. Padahal, jika Nabi Musa dan Nabi Isa, para Nabi Yahudi dan Kristen, hadir saat ini, mereka akan menjadi pejuang terhebat melawan Netanyahu dan rezim pembunuh anak Israel dan tidak akan menyetujui genosida tersebut.

Dengan menggunakan isu provokatif peradaban Yahudi-Kristen, Netanyahu dan para pendukungnya berusaha membenarkan kejahatan genosida dan membebaskan diri dari beban tekanan global yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama tekanan opini publik global. Namun, para penganut sejati yahudi dan Kristen menganggap esensi agama-agama ilahi adalah bebas dari segala perilaku tidak manusiawi. Oleh karena itu, mereka bukan hanya tidak menyambut klaim beradab Netanyahu dan para pendukungnya, terutama dalam struktur kekuasaan Amerika, bahkan gelombang rasa jijik dan kebencian global terhadap rezim Zionis pembunuh anak telah terbentuk dan terus menguat.