کمالوندی
Apa yang Dirancang Netanyahu untuk Asia Barat adalah Batu Nisan Israel
Middle East Monitor, dalam salah satu artikelnya mengulas kejahatan-kejahatan Rezim Zionis di kawasan Asia Barat.
Middle East Monitor, Jumat (12/9/2025) menulis, sejarah penuh dengan orang-orang yang keliru mengira kesombongan sebagai takdir. Mereka berdiri di atas reruntuhan yang mereka ciptakan sendiri dengan kepala menengadah, dan masih percaya bahwa dengan tindakan brutal lain, ia akan bisa lolos.
Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu, sekarang ini telah menambahkan namanya di daftar nama orang-orang sombong itu.
Upaya gagal untuk meneror para pemimpin Hamas, di Doha, Qatar, bukanlah sekadar kesalahan strategis sederhana. Ini adalah teriakan perang terhadap akal, kemanusiaan, dan diplomasi yang masih sedikit tersisa saat ini.
Serangan ke Qatar, berarti menggigit satu-satunya tangan yang masih bisa diulurkan Dunia Arab ke arah Israel. Apa yang dilakukan Netanyahu, bukan saja tidak bertanggung jawab, tapi bunuh diri politik.
Dampak-dampak dari serangan ini mengerikan, dan akan membuat Israel, semakin terkucil. Sekarang tidak ada peringatan apa pun yang berguna bagi Netanyahu. Ia terjebak di dalam dunia keputusasaan.
PM Rezim Zionis berjanji akan kembali melancarkan serangan ke mana pun selama para pemimpin Hamas masih ada di sana, tidak peduli itu Lebanon, Turki atau Qatar.
Akan tetapi dikatakan bahwa jurang yang dibuka Netanyahu, bukan hanya Gaza, akan membuatnya terperosok. Para pejabat Israel, menyaksikan sendiri demonstrasi-demonstrasi anti-Zionis masyarakat dunia di jalan-jalan.
Israel yang pernah dikenal di ibu kota-ibu kota Eropa dengan benderanya, sekarang berjalan di sana seperti orang buangan. Tentara Zionis dibenci di mana-mana. Slogan-slogan diteriakan setiap minggu di London, Berlin, Paris, dan New York.
Di AS, tempat dimana Zionis mengira sepenuhnya aman, kondisinya sudah berubah. Para mahasiswa satu suara berteriak menentang Israel. Orang-orang Yahudi Amerika menangis dan berkata, “Kami tidak sama dengan kalian.”
Pentungan Netanyahu yang lelah dan tidak efektif, tidak lagi bisa membungkam penentangan-penentangan. Masyarakat sudah cukup menyaksikan kehancuran Gaza. Topeng sudah tersingkap dari wajah Rezim Zionis.
Netanyahu mengatakan Asia Barat akan didesain ulang, itu semata-mata sebuah ilusi kosong. Satu-satunya peta yang ia gambar adalah peta kehancuran. Gaza hancur, sebagian besar wilayah Tepi Barat sudah ditelan, dan wilayah Suriah serta Lebanon, dibombardir. Fantasi-fantasi ini sungguh menakjubkan.
Apa yang dirancang Netanyahu di wilayah Asia Barat adalah batu nisan Israel. Sebuah rezim yang sebelumnya selalu ditutup-tutupi dengan ilusi demokrasi dan hak asasi manusia, sekarang terungkap sebagai rezim Apartheid, rezim penjahat, pasukan penjajah, dan memalukan.
Netanyahu! Engkau telah melewati Rubicon, dan tidak bisa kembali lagi. Jembatan-jembatan sudah terbakar. Engkau sudah kehilangan sisa-sisa terakhir niat baik. Sejarah tidak menginginkanmu.
Netanyahu! Engkau tidak akan menggambar ulang Asia Barat. Satu-satunya pekerjaan yang akan kau lakukan adalah menulis berita kematian Israel. Sejarah tidak akan mengingatmu, tidak sebagai seorang politisi besar, tidak juga sebagai pelindung Israel, tapi sebagai orang yang mengubah Israel menjadi terkucil.
Iran: Israel Jadi Ancaman Utama Perdamaian dan Keamanan
Duta Besar dan Perwakilan Tetap Iran di PBB menyatakan bahwa rezim Zionis merupakan ancaman segera dan nyata bagi perdamaian dan keamanan regional serta internasional.
Amir Saeed Iravani, Duta Besar dan Perwakilan Tetap Iran di PBB, pada hari Kamis menegaskan bahwa Tehran secara tegas mengutuk agresi dan serangan teroris rezim Zionis terhadap pemerintah Qatar, dan menyatakan: Iran dengan tegas mendukung hak pemerintah Qatar untuk membela diri berdasarkan hukum internasional dan Piagam PBB dalam menanggapi pelanggaran sewenang-wenang tersebut.
Iravani mengatakan: kelanjutan genosida rezim Zionis di Palestina yang diduduki, tindakan agresif dan terorisme berulangnya terhadap Lebanon, Suriah, dan Yaman, serangan kriminalnya terhadap Iran, dan kini serangan militernya ke Qatar, menunjukkan bahwa rezim ini merupakan ancaman segera dan nyata bagi perdamaian serta keamanan regional dan internasional. Ia menambahkan: Republik Islam Iran menekankan perlunya tindakan segera dan tegas dari negara-negara kawasan dan masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban rezim ini atas pelanggaran berkelanjutan dan mencolok terhadap norma-norma internasional.
Qatar memperingatkan diamnya Dewan Keamanan PBB terhadap hukum rimba
Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, Perdana Menteri Qatar, dalam sidang darurat Dewan Keamanan mengenai serangan Israel ke negaranya menegaskan bahwa Dewan Keamanan PBB memiliki “tanggung jawab historis” dan memperingatkan bahwa “diam terhadap hukum rimba” akan melemahkan kredibilitas lembaga tersebut. Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar pada hari Kamis mengatakan: “Kita tidak boleh menyerah kepada kaum ekstremis, kita harus mengejar perdamaian melalui pendirian negara Palestina.” Ia menegaskan bahwa Israel secara sewenang-wenang melemahkan stabilitas kawasan dan berusaha menggagalkan setiap prospek perdamaian.
Dewan Keamanan PBB mengutuk serangan ke Qatar tanpa menyebut Israel
Dewan Keamanan PBB mengutuk serangan rezim Zionis ke Doha, ibu kota Qatar, pekan ini, namun dalam pernyataan yang disepakati oleh semua 15 anggota dewan, termasuk Amerika Serikat, nama Israel tidak disebutkan. Dalam pernyataan yang disusun Inggris dan Prancis itu disebutkan: “Anggota Dewan Keamanan menekankan pentingnya de-eskalasi, menyatakan solidaritas mereka dengan Qatar, dan menyatakan dukungan mereka terhadap kedaulatan serta integritas teritorial Qatar.”
Uni Eropa: Perang di Ukraina mungkin berlangsung beberapa tahun lagiKaja Kallas, pejabat urusan luar negeri Uni Eropa, menyatakan bahwa berdasarkan perkiraan realistis, perang antara Moskow dan Kyiv kemungkinan akan berlanjut satu hingga dua tahun ke depan. Namun, dalam perkiraan pesimistis, Ukraina mungkin akhirnya terpaksa menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Rusia.
Reaksi Trump atas pelanggaran wilayah udara Polandia:
Saya harap ini segera berakhirDonald Trump, Presiden Amerika Serikat, menanggapi insiden pelanggaran wilayah udara Polandia oleh drone Rusia dengan mengatakan bahwa hal itu mungkin hanya sebuah kesalahan. Ia menegaskan bahwa bahkan tindakan mendekati pelanggaran wilayah udara anggota NATO tidak dapat diterima menurut pandangannya, dan ia akan mengecam Rusia atas tindakan tersebut.
Belanda larang impor barang IsraelCaspar Veldkamp, Menteri Luar Negeri Belanda, mengumumkan bahwa impor barang Israel yang diproduksi di permukiman Zionis di Tepi Barat dilarang masuk ke negaranya. Pemerintah Belanda pada hari Kamis juga melalui pernyataan resmi melarang Itamar Ben Gvir, Menteri Keamanan Dalam Negeri, dan Bezalel Smotrich, Menteri Keuangan rezim Zionis, memasuki semua negara anggota kawasan Schengen.
Partai oposisi Jerman dorong langkah UE terhadap Israel
Partai-partai oposisi di Jerman menyambut usulan Ursula von der Leyen, Ketua Komisi Eropa, tentang penghentian dukungan finansial kepada Tel Aviv sebagai langkah ke arah yang benar, serta menekankan perlunya dukungan pemerintah Jerman terhadap langkah-langkah Uni Eropa terhadap rezim Zionis.
Venezuela peringatkan AS soal dampak serangan militerDelcy Rodríguez, Wakil Presiden Venezuela, memperingatkan terhadap segala bentuk serangan militer ke negaranya dan mengatakan bahwa setiap serangan militer terhadap Venezuela akan membuat seluruh benua Amerika tidak stabil dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Rodríguez, merujuk pada manuver militer Amerika Serikat dan beberapa negara tetangga di dekat perbatasan Venezuela, menambahkan: “Tenanglah, jangan berani-berani, bahkan jangan berpikir untuk menyerang tanah kami.”
Araqchi sebut sikap troika Eropa abaikan agresi militer ke Iran sebagai tidak bertanggung jawabSeyyed Abbas Araqchi, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, pada hari Kamis dalam percakapan telepon dengan Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, menyebut pendekatan tiga negara Eropa yang mengabaikan agresi militer Amerika Serikat dan rezim Zionis terhadap Iran serta ancaman untuk mengembalikan sanksi Dewan Keamanan yang telah dicabut sebagai tindakan tidak bertanggung jawab dan tidak dapat dibenarkan. Ia menegaskan bahwa pendekatan seperti itu hanya akan memperumit masalah lebih lanjut.
Araghchi: Hubungan Iran & Tunisia; Model Hubungan Kukuh di Dunia Islam
Menteri Luar Negeri Iran mengatakan hubungan Republik Islam dan Tunisia adalah contoh gemilang dari komitmen Tehran untuk memperkuat hubungan kukuh di Dunia Islam.
Sayid Abbas Araghchi, menyebut hubungan ini berlandaskan pada kepentingan-kepentingan bersama, penghormatan atas kedaulatan nasional, dan solidaritas historis dua bangsa.
Dalam catatannya di salah satu media Tunisia, Menlu Iran, menganggap Tunisia sebagai “tempat lahir peradaban dan kebudayaan di pesisir selatan Mediterania”, dan posisinya dalam kebijakan luar negeri Iran, “spesial dan tinggi”.
Aragchi menegaskan, “Hubungan Iran dan Tunisia, yang berusia lebih dari enam dekade, berdiri di atas fondasi persaudaraan, penghormatan dua arah, dan persamaan-persamaan agama serta budaya, dan selalu kuat serta tumbuh.”
Pada saat yang sama Menlu Iran, menyebut kunjungan bersejarah Presiden Tunisia, ke Iran, pada Mei 2024, dan pertemuannya dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, sebagai titik balik dalam hubungan dua negara.
Menlu Iran, juga berterimakasih atas sikap tegas dan dukungan Tunisia dalam menentang serangan Rezim Zionis ke Iran, dan menilai hal itu sebagai bukti dalamnya persaudaraan serta solidaritas yang tak tergoyahkan.
“Iran dan Tunisia, di berbagai isu internasional termasuk penentangan atas intervensi asing, pembelaan atas cita-cita Palestina, dan melawan normalisasi dengan Rezim Zionis, selalu satu suara,” ujarnya.
Araghchi melanjutkan, perluasan interaksi budaya dan seni termasuk di bidang sinematografi, musik, industri kerajinan tangan, dan olahraga, merupakan faktor penguat hubungan rakyat, dan ia juga menyinggung sambutan warga Tunisia atas karya seni Iran.
Di sisi lain, Menlu Iran, menganggap pariwisata Iran dan Tunisia, setelah pencabutan visa, merupakan kesempatan luar biasa untuk memperkuat hubungan persaudaraan.
Apakah Iran Negara yang Aman untuk Wisatawan?
Iran, dengan sejarahnya yang kuno, budaya yang kaya, dan alam yang unik, menarik perhatian sejumlah besar wisatawan asing yang datang setiap tahun.
Dengan bentang alamnya yang memukau, sejarah kuno, dan keramahan yang hangat, negara Asia ini menarik wisatawan yang penasaran dari seluruh dunia.
Tapi mengingat citra yang ditampilkan di media Barat, wajar jika banyak orang ragu sebelum merencanakan perjalanan ke destinasi Asia Barat ini. dan kenyataannya seringkali berbeda.
Para wisatawan yang pernah mengunjungi Iran mengaku merasa aman, disambut dengan hangat, bahkan takjub dengan keramahan penduduknya.
Artikel dari Pars Today ini membahas apakah Iran merupakan destinasi wisata yang aman atau tidak.
Meskipun Iran, seperti negara lain, memiliki masalah keamanannya sendiri, sebagian besar wisatawan menganggap Iran sebagai tempat yang aman dan ramah untuk dikunjungi.
Sebuah laporan terbaru dari Lembaga Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa Iran termasuk dalam 20 destinasi wisata teratas di dunia.
Kebohongan apa yang disebarluaskan media Barat tentang keamanan di Iran?
Jika ada yang menganggap Iran negara berbahaya, alasan utamanya adalah media Barat dan propaganda anti-Iran mereka.
Selama beberapa dekade, surat kabar dan media Amerika dan Eropa telah memproyeksikan citra Iran yang sepenuhnya bias kepada dunia.
Kebohongan tentang pelanggaran hak asasi manusia, perampasan kebebasan individu dan sosial, terutama bagi perempuan Iran, menunjukkan wajah kemiskinan dan kesengsaraan dalam masyarakat Iran, dan lainnya, merupakan beberapa penggambaran negatif Iran oleh media Barat. mengenai Iran
Media-media ini sering menggambarkan Iran sebagai negara yang tidak aman karena pendekatan anti-penindasan mereka, alasan utamanya adalah dukungan Iran bagi rakyat tertindas di dunia, terutama Palestina, terhadap kejahatan rezim Zionis.
Seberapa amankah Iran dibandingkan dengan destinasi wisata lainnya?
Terlepas dari kebohongan yang beredar tentang Iran, negara ini lebih aman daripada banyak negara Barat dan regional, dengan suasana yang ramah bagi wisatawan. Iran termasuk di antara negara-negara teraman di dunia dalam hal tingkat kejahatan.
Sementara kota-kota Eropa seperti Paris, London, dan Barcelona, yang merupakan destinasi wisata populer, juga mengalami tingkat pencopetan, penipuan, dan terkadang kejahatan dengan kekerasan yang tinggi. Banyak wisatawan asing mengaku merasa lebih aman di jalanan Iran pada malam hari dibandingkan di sebagian besar negara Barat.
Di sisi lain, banyak yang menganggap Iran tidak aman karena konflik regional, tetapi negara ini sebenarnya adalah salah satu negara paling stabil di Asia Barat. Meskipun destinasi wisata seperti Mesir, Turki, dan UEA menarik jutaan wisatawan, beberapa daerah telah mengalami serangan teroris, kerusuhan sipil, atau tingkat kejahatan yang tinggi. Di Iran, langkah-langkah keamanan internal telah menjadikannya salah satu tempat teraman di kawasan.
Apakah risiko penangkapan di Iran serius?
Salah satu alasan yang mungkin membuat wisatawan asing ragu untuk bepergian ke Iran karena informasi buruk yang disebarkan media Barat adalah kemungkinan penangkapan.
Warga negara asing mungkin saja ditangkap di Iran, tetapi tidak semua alasan. Peristiwa langka ini terjadi ketika seorang turis melakukan tindakan ilegal, seperti membawa senjata api, dan penangkapan dalam kasus semacam itu merupakan hal yang wajar di Iran, seperti halnya di negara lain.
Bagaimana orang Iran memperlakukan turis?
Bagi banyak orang yang pernah mengunjungi Iran, pengalaman ini bagaikan "dunia baru yang berani". Yang membuat Iran semakin aman adalah keyakinan kuat orang Iran bahwa "tamu adalah orang yang dimuliakan Tuhan" dan kesediaan mereka untuk melakukan segala daya upaya agar tamu mereka merasa diterima dan nyaman.
Orang Iran senang mengobrol dengan turis, menyambut mereka, memberi petunjuk arah, merekomendasikan restoran terbaik, dan menawarkan keramahan khas Iran.
Imam Khamenei: Republik Islam Tunjukkan Kekuatan Iman, Ilmu Pengatahuan dan Persatuan Iran
Dalam rangka memperingati 40 hari gugurnya syuhada perang 12 hari yang dipaksakan oleh rezim Zionis terhadap bangsa Iran, diselenggarakanlah acara mengenang syuhada yang dipimpin oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam, di Huseiniyah Imam Khameini Tehran bersama keluarga syuhada, berbagai lapisan masyarakat, serta sejumlah pejabat Iran.
Tehran, Pars Today-Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut perang ini sebagai manifestasi tekad dan kekuatan Republik Islam serta bukti kekuatan fondasinya yang tiada tara...
Imam Khamenei menekankan bahwa penyebab utama permusuhan adalah penentangan kubu arogan global terhadap iman, ilmu pengetahuan, dan persatuan bangsa Iran.
Rahbar berkata,"Dengan pertolongan Allah, bangsa kita tidak akan meninggalkan jalan penguatan iman dan pengembangan berbagai ilmu pengetahuan. Di luar kalkulasi musuh, kita akan mampu membawa Iran ke puncak kemajuan dan kemuliaan."
Situs informasi Kantor Pemimpin Besar Revolusi Islam melaporkan, Ayatullah Khamenei dalam pidatonya tadi malam menyampaikan belasungkawa kepada para pahlawan yang gugur; para panglima militer, ilmuwan, dan berbagai lapisan rakyat dalam perang baru-baru ini.
"Bangsa Iran meraih berbagai kehormatan besar dalam perang 12 hari, yang diakui seluruh dunia saat ini. Bangsa Iran mampu menunjukkan kepada dunia tentang kekuatan, ketangguhan, tekad, serta daya juangnya, sehingga setiap orang dapat menyaksikan kekuatan Republik Islam dari dekat," ujar Ayatullah Khamenei.
Beliau menyoroti ketangguhan unik fondasi Republik Islam dalam perang baru-baru ini, seraya menambahkan,"Peristiwa-peristiwa ini bukanlah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi kami, dan selama 46 tahun terakhir, di samping perang yang dipaksakan selama delapan tahun, Republik Islam telah berulang kali menghadapi peristiwa-peristiwa seperti kudeta, berbagai hasutan militer, politik, dan keamanan, serta pengerahan elemen-elemen lemah untuk bertindak melawan bangsa, dan telah menetralisir semua konspirasi musuh."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut fondasi Republik Islam berdiri di atas dua fondasi utama, yaitu agama dan ilmu, dan berkata,"Rakyat dan pemuda Iran, yang bersandar pada dua fondasi ini, telah memaksa musuh untuk mundur di berbagai bidang, dan mereka akan terus melakukannya mulai sekarang"..
Beliau menilai alasan utama penentangan arogansi global, dan di garda terdepannya, Amerika yang kriminal, terhadap Republik Islam adalah agama, ilmu pengetahuan, dan persatuan bangsa Iran di bawah naungan Al-Qur'an dan Islam.
"Apa yang mereka klaim sebagai masalah nuklir, pengayaan, dan hak asasi manusia hanyalah dalih semata, dan alasan utama permusuhan dan penentangan mereka adalah munculnya diskursus baru dan kemampuan Republik Islam di berbagai bidang ilmiah, humaniora, teknik, dan agama," papar Rahbar.
Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa bangsa Iran tidak akan meninggalkan agama dan ilmu pengetahuannya dengan pertolongan Allah.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Kami akan mengambil langkah-langkah besar dalam memperkuat agama dan memperluas serta memperdalam berbagai ilmu pengetahuan, dan kami akan mampu membawa Iran ke puncak kemajuan dan kejayaan, meskipun musuh tidak mengakui dan berupaya menutupinya,"
Kerja Sama Media Iran-Rusia; Front Bersama Melawan Berita Hoaks
Duta Besar Republik Islam Iran di Moskow bertemu dengan Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia untuk membahas strategi memerangi berita hoaks dan memperkuat kerja sama media.
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Rusia, Kazem Jalali, bertemu dengan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada hari Selasa.
Menurut laporan Pars Today mengutip Mehr, kedua pihak membahas perkembangan terkini dalam kapasitas aktivitas media, kelayakan pengembangan kerja sama media, metode pengaruh media, dan langkah-langkah bersama untuk lebih memahami opini publik kedua negara.
Strategi untuk memerangi berita hoaks dan arus berita destruktif yang merusak hubungan kedua negara juga dibahas.
Kementerian Luar Negeri Rusia sebelumnya menyebut kebohongan media Barat dan Amerika terhadap Iran sebagai "kampanye politik kotor".
Kini Troika Eropa Beralasan dengan Waktu
Dan berita kedua adalah bahwa Mikhail Ulyanov, perwakilan tetap Rusia untuk lembaga-lembaga internasional menyatakan bahwa Iran memiliki hak untuk menggunakan energi nuklir secara damai, termasuk pengayaan uranium, dan menekankan, Mempertanyakan hak ini benar-benar konyol.
Mengacu pada sikap Troika Eropa dalam negosiasi untuk menghidupkan kembali JCPOA, Ulyanov mengatakan bahwa setelah tiga tahun menciptakan hambatan, negara-negara ini kini mengklaim bahwa waktu hampir habis dan kesepakatan baru harus dicapai.
Apakah ini yang disebut diplomasi?
Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mengancam Republik Islam Iran dengan mengaktifkan mekanisme Snapback dan, tanpa merujuk pada penarikan sepihak Amerika Serikat dari JCPOA, menekankan perlunya mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Di Mana Deklarasi Hak Asasi Manusia Pertama di Dunia Ditulis?
Sepanjang sejarah, berbagai peradaban telah mengklaim sebagai pendiri hak asasi manusia dan keadilan sosial. Gagasan umum mengarahkan kita pada peradaban Barat, tetapi jawaban atas pertanyaan ini terletak di tempat lain.
Pernahkah Anda bertanya-tanya di mana di dunia konsep "hak asasi manusia" pertama kali lahir?
Sepanjang sejarah, berbagai peradaban telah mengklaim sebagai pendiri hak asasi manusia dan keadilan sosial. Gagasan umum membawa kita ke peradaban Barat, tetapi jawaban atas pertanyaan ini terletak di tempat lain.
Artikel dari Pars Today ini menjawab pertanyaan tersebut.
Piagam hak asasi manusia pertama di dunia ditulis di Iran pada masa pemerintahan Koresh Agung atau Cyrus The Great (539 SM). Piagam ini, yang dikenal sebagai Silinder Cyrus, dianggap sebagai dokumen tertulis tertua tentang hak asasi manusia dan sekarang disimpan di British Museum.
Setelah menaklukkan Babilonia, Cyrus, tidak seperti banyak penakluk dalam sejarah, tidak menjarah atau menghancurkan, melainkan membangun kembali dan membebaskan rakyatnya. Piagam tersebut menyatakan:
"Tentara besarku memasuki Babilonia dengan tenang dan tidak menyakiti penduduk negeri ini... Aku mengupayakan perdamaian." Nabonidus telah memperbudak penduduk Babilonia, tetapi aku menghapus perbudakan. Aku memerintahkan agar semua orang bebas menyembah dewa-dewa mereka dan tidak seorang pun boleh mengganggu mereka. Saya membangun kembali kuil-kuil yang hancur dan mengembalikan orang-orang yang terusir ke tanah mereka.
Dimensi
Silinder Cyrus memiliki panjang 22,5 cm dan lebar 11 cm, dan teksnya ditulis dalam bahasa Akkadia dan aksara paku dalam 45 baris.
Penemuan
Dokumen bersejarah ini ditemukan pada tahun 1879 oleh tim arkeolog Inggris yang dipimpin oleh Hormuzd Rassam di situs kuno Babilonia. Para peneliti menemukan bahwa silinder tanah liat tersebut ditulis pada tahun 538 SM, atas perintah Cyrus setelah penaklukan Babilonia. Piagam tersebut terletak di kuil Esagila di kota Babilonia dan sekarang disimpan di British Museum.
Signifikansi Global
Silinder Cyrus dikenal sebagai deklarasi hak asasi manusia pertama, dan banyak prinsipnya tercermin dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (1948). Mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyebutnya sebagai simbol perdamaian dan keadilan. Pada tahun 1971, PBB menerbitkan teks piagam tersebut dalam enam bahasa resmi dan memasang salinannya di kantor pusatnya di New York. Thomas Jefferson, perancang Deklarasi Kemerdekaan Amerika, terinspirasi oleh "Surat-Surat Cyrus" karya Xenophon. Buku tersebut menggambarkan pemerintahan Cyrus sebagai pemerintahan yang penuh toleransi dan keadilan.
Simbol Keadilan
Dokumen bersejarah ini merupakan simbol keadilan, kebebasan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, tidak hanya bagi rakyat Iran tetapi juga bagi seluruh dunia. Silinder Cyrus merupakan bukti peradaban kuno dan kemanusiaan Iran, yang terus menginspirasi orang-orang di seluruh dunia.
Mengapa Perang Kognitif-Politik terhadap Iran Mengalami Peningkatan?
Sementara rezim Zionis dan Amerika Serikat telah beralih ke perang naratif dan kognitif terhadap Iran setelah Perang 12 Hari, beberapa negara Eropa mengejar tekanan politik.
Setelah berakhirnya Perang 12 Hari Israel yang dipaksakan terhadap Iran, Tel Aviv dan Washington melancarkan perang naratif dan kognitif terhadap Republik Islam Iran. Rezim Zionis dan Amerika Serikat telah mencoba menampilkan diri sebagai pemenang perang dengan mengutip teror para komandan dan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, tanpa memberikan gambar atau statistik kerusakan manusia, ekonomi, dan infrastruktur yang ditimbulkan oleh rudal Iran terhadap rezim Zionis. Dalam hal ini, banyak video serangan rezim Zionis terhadap Iran, termasuk terhadap warga sipil, dirilis untuk menyuntikkan atmosfer intimidasi dan teror ke dalam masyarakat Iran.
Bersamaan dengan pendekatan Amerika Serikat dan Israel ini, beberapa negara Eropa juga mengejar sisi lain dari tekanan terhadap Iran dalam bentuk tekanan politik. Pemerintah Albania, Jerman, Austria, Belgia, Kanada, Denmark, Spanyol, Amerika Serikat, Finlandia, Prancis, Belanda, Inggris, Swedia, dan Republik Ceko mengeluarkan pernyataan bersama pada Kamis malam yang mengklaim bahwa mereka telah menghadapi peningkatan ancaman yang dikaitkan dengan badan intelijen Iran di wilayah mereka.
Pernyataan itu, yang dapat dilihat di situs Kementerian Luar Negeri Prancis dan Amerika, menyatakan, Kami bersatu dalam menentang upaya dinas intelijen Iran untuk membunuh, menculik, dan melecehkan individu di Eropa dan Amerika Utara. Tindakan ini jelas merupakan pelanggaran kedaulatan kami.
Pertanyaan pentingnya adalah apa tujuan perang kognitif dan politik melawan Republik Islam Iran ini?
Tujuan terpenting dari perang kognitif dan politik melawan Republik Islam Iran adalah untuk memengaruhi pengambilan keputusan para pejabat Iran. Amerika Serikat dan sekutunya berusaha mendapatkan konsesi politik dari para pejabat Republik Islam Iran di meja perundingan dengan menggunakan perang kognitif dan politik. Perang kognitif dan politik merupakan perpanjangan dan kelanjutan dari perang militer. Kini, negara-negara ini, bersama dengan rezim Zionis, sedang berupaya menciptakan kebingungan mental bagi para pejabat Republik Islam Iran.
Tujuan dari perang kognitif adalah untuk mencoba menyoroti kekurangan dengan mendistorsi kemenangan militer dan politik Iran dalam Perang 12 Hari ini. Dengan kata lain, mereka mencoba menciptakan kekacauan mental dan masalah pribadi dan sosial bagi masyarakat Iran dengan menyoroti kekurangan dan mempertahankan suasana perang di antara opini publik, dengan cara yang mengganggu kehidupan masyarakat.
Tujuan lain dari perang kognitif dan politik melawan Republik Islam Iran adalah untuk menyasar kohesi nasional. Sementara rezim Zionis melancarkan serangan militer, berbagai lapisan masyarakat Iran, mulai dari kelompok etnis hingga berbagai aliran intelektual, bahkan beberapa kritikus pemerintah, baik di dalam maupun luar negeri, turut memberikan dukungan dengan semangat yang sama untuk membela martabat nasional. Hal ini telah membuat marah rezim Zionis dan Amerika Serikat, dan kini mereka berusaha melemahkan kohesi ini dan sekali lagi membuka jalan bagi konflik internal di Iran.
Tujuan lain dari perang-perang ini adalah Iranofobia. Amerika Serikat, rezim Zionis, dan beberapa negara Eropa sebelumnya telah menerapkan strategi Iranofobia selama beberapa dekade, tetapi strategi ini telah gagal. Kini, dengan klaim keamanan palsu, mereka kembali menerapkan strategi Iranofobia secara global.
Terakhir, tujuan penting lain dari perang kognitif dan politik melawan Iran adalah untuk mengalihkan opini publik global dari kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Gaza. Terkait hal ini, Ismaeil Baghaei, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengemukakan dan mengecam tindakan Amerika Serikat, Prancis, dan sejumlah negara Barat lainnya yang terus mengulang-ulang tuduhan tak berdasar dan menggelikan terhadap Iran sebagai proyeksi jelas dan upaya mengalihkan opini publik dari isu terpenting saat ini, yaitu genosida di Palestina yang diduduki.
Gaza adalah Karbala yang Lain; Reaksi Netizen Iran terhadap Kelaparan di Gaza
Pengguna jejaring sosial X asal Iran membandingkan kejahatan rezim Zionis di Gaza dengan kejahatan Yazid pada masa Imam Husein as, cucu Nabi Muhammad Saw.
Husein as, yang dikenal sebagai "Aba Abdillah" dan "Sayid Al-Syuhada", adalah cucu Nabi Muhammad Saw yang lahir di Madinah pada tahun 4 Hijriah. Imam Ali as yang menjadi penerus Nabi Muhammad adalah ayahnya, dan Fatimah Az-Zahra as, putri Nabi Muhammad, sebagai ibunya.
Imam Husein as meraih imamah setelah syahidnya saudaranya, Imam Hasan as pada tahun 50 Hijriah dan memimpin para pengikut Ahlul Bait selama kurang lebih sebelas tahun. Imam Husein as menjabat bertepatan dengan tahun-tahun terakhir pemerintahan Muawiyah.
Pada tahun 60 Hijriah, setelah Muawiyah wafat, Yazid bin Muawiyah, terlepas dari perjanjian damainya dengan Imam Hasan, menduduki tahta kekhalifahan dan menindas rakyat. Imam Husein as bangkit dan gugur syahid pada tanggal 10 Muharram tahun 61 H, bersama sejumlah kerabat dan sahabatnya, dalam peristiwa Asyura.
Untuk memaksa para sahabat Imam Husein as menyerah, Yazid memutus pasokan air ke tenda-tenda mereka, tetapi mereka tidak menyerah pada cita-cita mereka meskipun haus dan lapar.
Para pengguna X di Iran menganggap blokade total Gaza dan larangan rezim Zionis untuk memasukkan makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut sangat mirip dengan peristiwa Karbala.
Artikel dari Pars Today ini membahas reaksi-reaksi tersebut.
Karbala dan Gaza
Fateme Sharifian, seorang pengguna X, membandingkan bencana kelaparan pada masa Imam Husein as, cucu Nabi Muhammad Saw, dengan bencana kelaparan di Gaza.
Ia menulis, Di Karbala, Yazid memutus pasokan air untuk Imam Husein as dan para sahabatnya untuk memaksa mereka menyerah karena kehausan, tetapi yang terjadi adalah perlawanan yang tercatat selamanya dalam sejarah. Kini, Israel telah menggunakan senjata lama yang sama dalam bentuk modern terhadap Gaza.
Seorang pengguna bernama Khadim Al-Reza menganggap berita hari ini di Gaza mirip dengan berita insiden Karbala pada tahun 61 H.
Ia menulis, Karbala bukanlah peristiwa yang ingin kita visualisasikan dengan teknologi kacamata realitas virtual atau menggunakan kecerdasan buatan untuk merancang adegan Asyura bagi kita. Karbala dapat ditemukan saat ini dalam deretan demi deretan berita perang Israel-Gaza.
Pengulangan Kebenaran
Yosef Shams, pengguna Xlainnya, dalam sebuah pesan, tidak menganggap kesyahidan sebagai akhir dunia dan menulis, Asyura memberi tahu kita: kesyahidan bukanlah kematian dan Gaza hari ini adalah pengulangan kebenaran ini. Anak mereka yang gugur, lebih dari politisi mana pun, membangkitkan kembali nama Tuhan.
Pelajaran yang abadi
Pengguna lain bernama Latifi menyebut perlawanan melawan penindasan sebagai pelajaran yang abadi.
Ia menulis, Asyura bukan sekadar sejarah. Ini adalah pelajaran yang abadi. Pelajaran tentang perlawanan melawan penindasan, meskipun Anda sendirian. Hari ini, bangsa kita, dari Iran hingga Gaza, mengikuti jalan yang sama: persatuan dalam cinta, perlawanan demi kebenaran.
Gaza adalah puncak perlawanan
Seorang pengguna bernama Pari Khanum menyebut Gaza sebagai puncak perlawanan dan menulis, Jika Karbala adalah puncak pengorbanan, Gaza adalah puncak perlawanan. Di keduanya, seruan kemanusiaan dan keadilan dapat didengar. Anak-anak Gaza yang kelaparan adalah pengingat akan dahaga anak-anak Karbala. Perlawanan rakyat Gaza mengingatkan kita pada kebangkitan Huseini.
Universitas Shiraz; Universitas Bergengsi Iran Cocok Buat Mahasiswa Internasional
Universitas Shiraz merupakan salah satu universitas induk, komprehensif, dan terkemuka di Iran, terletak di kota bersejarah dan budaya Shiraz, ibu kota Provinsi Fars.
Universitas Shiraz didirikan pada tahun 1946 dengan berdirinya Sekolah Tinggi Kesehatan. Sekolah ini menjadi sekolah kedokteran pada tahun 1949. Sekolah Tinggi Keperawatan kemudian diikuti dengan berdirinya Sekolah Tinggi Pertanian pada tahun 1953, dan Fakultas Pertanian, Sastra, dan Sains pada tahun 1955.
Menurut laporan Pars Today, Universitas Shiraz telah memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, dan budaya Iran sejak awal, dengan memanfaatkan para profesor terkemuka dari dalam dan luar negeri, dan kini dianggap sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan di Iran selatan.
Universitas ini memiliki lebih dari 13 fakultas di berbagai bidang, termasuk teknik, ilmu dasar, pertanian, kedokteran hewan, sastra dan humaniora, teologi, ekonomi, seni, dan ilmu pendidikan.
Universitas Shiraz menawarkan program sarjana, pascasarjana, dan doktoral di lebih dari 200 bidang studi. Universitas ini juga memiliki pusat penelitian, laboratorium canggih, dan perpustakaan khusus yang menyediakan beragam kegiatan ilmiah bagi mahasiswa dan peneliti.
Salah satu keunggulan universitas ini adalah ruang pendidikannya yang luas dan asri, terletak di kaki pegunungan barat laut Shiraz, menyediakan lingkungan belajar yang damai dan ilmiah. Universitas Shiraz juga memiliki asrama mahasiswa, gedung olahraga, pusat konseling, dan fasilitas kesejahteraan yang memadai bagi mahasiswa.
Universitas Shiraz menjalin hubungan aktif dengan universitas dan pusat penelitian internasional, dan telah berupaya keras dalam beberapa tahun terakhir untuk menarik mahasiswa asing. Dengan departemen internasionalnya, universitas ini siap menerima mahasiswa asing di berbagai bidang.
Secara keseluruhan, Universitas Shiraz, dengan lebih dari tujuh dekade sejarah akademis, staf pengajar yang luar biasa, fasilitas penelitian yang sesuai, dan lokasi di salah satu kota budaya Iran, dianggap sebagai salah satu pilihan utama bagi mereka yang tertarik belajar di lingkungan ilmiah dan dinamis.
Persyaratan Penerimaan Calon Mahasiswa Asing di Universitas Shiraz
Persyaratan Umum:
Memiliki paspor asing yang masih berlaku (yang bersangkutan bukan warga negara Iran)
Surat Pernyataan dari Badan Kemahasiswaan yang menyatakan tidak ada larangan hukum bagi yang bersangkutan untuk melanjutkan studi di universitas terkait (perolehan persetujuan setelah mengisi formulir penerimaan akademik di situs badan tersebut dan sistem mahasiswa non-Iran)
Surat Pernyataan dari Badan Kemahasiswaan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan memiliki kualifikasi umum (korespondensi dan telah memperoleh persetujuan dari otoritas yang berwenang sesuai dengan hukum dan peraturan Republik Islam Iran)
Persyaratan Khusus:
Memiliki gelar akademik terbaru (sertifikat kelulusan tahun akademik) yang diperoleh dari negara asal beserta daftar lengkap transkrip nilai untuk dapat diterima di jenjang yang lebih tinggi.
Semua dokumen yang dipersyaratkan (sertifikat kelulusan tahun akademik dan transkrip nilai) harus diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan Inggris di kedutaan atau konsulat Republik Islam Iran dan disetujui sebagai dokumen asli.
Sebelum memasuki fakultas dan belajar di bidang yang diinginkan, wajib menyelesaikan kursus bahasa Persia di Pusat Pelatihan Bahasa Persia. Jika pelamar ingin mengikuti pelatihan dalam bahasa Inggris, persetujuan akan diberikan setelah wawancara (mengevaluasi tingkat kemampuan bahasa pelamar) dan persetujuan dari fakultas.



























