کمالوندی

کمالوندی

Tanggal 12 Muharram bertepatan dengan gugur syahidnya Imam Ali bin Husein atau Imam Sajjad as. Imam yang setelah tragedi Asyura pada tahun 61 Hijriah, memikul tugas sebagai pemimpin umat Islam dan pada tahun 94 Hijriah, gugur syahid karena diracun oleh penguasa Dinasti Umawiyah saat itu, Hisyam bin Abdulmalik.
 

Yang banyak dinukil tentang Imam Sajjad as adalah ibadah dan sujud panjang beliau dan oleh karena itu beliau dijuluki dengan as-Sajjad yang berarti orang yang banyak sujud. Beliau juga dijuluki dengan Zainul Abidin yang berarti perhiasan orang-orang yang beribadah. Atas dasar itu pula sebagian orang berpendapat bahwa Imam Sajjad as berada di luar lingkup politik dan sosial dan sebagian besar waktunya dihabiskan beliau untuk beribadah. Padahal gerakan dan sikap Imam Sajjad as sesuai dengan jalur gerakan para imam terdahulu dalam mewujdukan pemerintahan ilahi di buka bumi dan merealisasikan Islam sejati.

 

Cucu Rasulullah Saw ini sama seperti para nabi dan auliya Allah, menjaga politik, keberanian dan ketelitian dalam setiap masalah dan setelah 35 tahun berjuang tanpa lelah melaksanakan tugas luhurnya, beliau meneguk cawan syahadah,

 

Pada tahun 61 Hijriah, Imam Sajjad as ikut dalam kafilah Imam Husein as yang bergerak menuju Kufah. Sebelum sampai ke Karbala, Imam Sajjad as mendadak sakit keras dan kondisi beliau berlanjut hingga beberapa hari setelah tragedi di Karbala. Namun sakit Imam Sajjad as tersebut adalah kehendak Allah Swt yang akhirnya menyelamatkan beliau dari tragedi Karbala, sehingga beliau dapat melanjutkan risalah yang diemban sang ayah, Imam Husein as, untuk menghidupkan agama Islam.

 

Kondisi lahiriyah masyarakat Islam pada masa itu, termasuk salah satu masa tersulit dalam sejarah Islam. Meski jauh hari sebelumnya pemerintahan Islam telah berubah menjadi rezim despotik, akan tetapi perbedaannya adalah pada era kepemimpinan Imam Sajjad as, para penguasa Dinasti Umawiyah secara terang-terangan menistakan kehormatan Islam. Mereka tidak segan-segan lagi di hadapan masyarakat melanggar semua pedoman dalam Islam dan tidak ada seorang pun yang berani menyoal. Tragedi Asyura telah menguak fakta tersebut di mana para penguasa Umawiyah khususnya Yazid bin Muawiyah, tidak ragu untuk membunuh Husein bin Ali as, cucu Rasulullah Saw, manusia suci dan terhormat di dunia Islam. 

 

Masalah penting lainnya adalah bahwa dunia Islam kala itu menghadapi keterbelakangan pemikiran. Ketidakpedulian terhadap ajaran agama, israf dalam memanfaatkan nikmat dunia serta memudarnya hubungan dengan Allah Swt dan spiritualitas, telah membuat masyarakat Islam tergelincir ke jurang kehancuran. Masyarakat hanya mengedepankan lahiriyah Islam dan mereka tidak lagi mementingkan esensi keimanan.

 

Puncak kehancuran spiritualitas umat Muslim dapat ditelaah dalam gemerlap dunia malam Mekkah dan Madinah kala itu. Cerita tentang tawaf Aisyah binti Talhah, seorang penyanyi yang mampu menguasai afeksi dan perhatian audien, berkaitan dengan era ini. Disebutkan bahwa perempuan itu sedang bertawaf ketika waktu azan tiba. Kepada Harits bin Khaled Makhzumi, penguasa Mekkah, Aisyah bin Talhah mengatakan agar azan ditangguhkan dahulu hingga tawafnya selesai. Haritsh pun menginstruksikan agar pengumandangan azan ditangguhkan. Dia diprotes mengapa harus menangguhkan azan hanya karena seorang sedang bertawaf dan menangguhkan shalat masyarakat. Harits menjawab, ÔÇ£Demi Tuhan jika tawafnya sampai besok pagi maka aku katakan jangan dikumandangkan azan.ÔÇØ

 

Contoh lain adalah kisah Umar bin Abi Rabiah. Dia adalah seorang penyair terkenal di masa itu. Pada musim haji dan di saat ia sedang mengenakan pakaian ihram, tanpa rasa malu dia duduk di satu sudut mengamati para gadis dan istri-istri para Muslim dan setiap kali dia melihat perempuan cantik, dia melantunkan puisi untuk menyifati kecantikan perempuan itu. Ketika dia meninggal, seluruh kota Madinah berduka dan semua orang menangisi kematiannya. 

 

Imam Sajjad as memikul tanggung jawab membimbing umat yang telah terjerumus dalam jurang penyimpangan. Pasca tragedi Asyura, Imam Sajjad, bergerak menuju Kufah dan dengan mengenakan baju sebagai tawanan, beliau mengungkap kebobrokan para pelaku tragedi tersebut. Ubaidullah bin Ziyad, penguasa Kufah yang menginstruksikan pembunuhan semua laki-laki dari keluarga Imam Husein as, terkejut melihat Imam Sajjad as dan berkata, ÔÇ£Bukankah Ali bin Husein telah dibunuh oleh Tuhan?ÔÇØ Imam Sajjad menjawab, ÔÇ£Aku punya kakak yang bernama Ali dan masyarakat telah membunuhnya.ÔÇØ Ibn Ziyad dengan congkak berkata, ÔÇ£Masyarakat tidak membunuhnya melainkan Tuhan.ÔÇØ Imam Sajjad as menjawab ucapan itu dengan membacakan ayat 42 surat al-Zumar, ÔÇ£Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.ÔÇØ

 

Mendengar jawaban tersebut, Ibn Ziyad menginstruksikan pemenggalan kepala Imam Sajjad as. Beliau berkata, ÔÇ£Apakah kau mengancam membunuh kami? Sementara kemuliaan kami adalah syahadah. Kami menilai terbunuh di jalan Allah swt sebagai kehormatan dan kami tidak takut mati.ÔÇØ Jawaban tersebut membuat Ubaidullah mundur dan mengirim Imam Sajjad as berserta kafilahnya menuju Syam, pusat pemerintahan Yazid.

 

Di Syam, ketika khatib istana Yazid naik ke atas mimbar dan mulai mengecam dan menghina Imam Ali dan Husein as, serta memuji para khalifah Bani Umayyah, Imam Sajjad as tidak diam diri dan berseru, ÔÇ£Celakalah kau khatib! Kau telah menukar keridhoan makhluk dengan murka Allah Swt dan kau telah menetapkan tempatmu di neraka jahannam?ÔÇØ

 

Kemudian Imam Sajjad as naik ke atas mimbar atas ijin Yazid. Beliau kemudian menjelaskan filsafat imamah kepada masyarakat dan menceritakan kesyahidan Imam Husein serta mengungkap peran rezim Umawiyah dalam kejahatan tersebut. Itu semua dijelaskan Imam Sajjad as di jantung kekuasaan Yazid.

 

Sebagian besar era kepemimpinan Imam Sajjad as pada masa khilafah Abdul Malik bin Marwan, yang berlangsung selama 21 tahun. Abdul Malik sedemikian haus darah dan tidak beragama sehingga dalam khutbahnya dia mengancam akan memenggal kepala orang yang menyerunya pada ketakwaan. Dia menunjuk Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi, seorang kriminal terkenal dan musuh Ahlul Bait, sebagai algojonya.

 

Dalam kondisi seperti ini, Imam Sajjad menggunakan cara sangat bijak dalam menghidupkan nilai-nilai Islam dalam masyarakat. Untuk mengenalkan masyarakat dengan Islam yang benar, beliau menyisipkan pesannya dalam bentuk nasehat dan wejangan. Cara ini memperkecil sensitivitas dari pihak penguasa. Melalui cara ini, beliau mampu menyampaikan pesannya bahkan kepada seorang kriminal terkenal seperti Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi.

 

Selain itu, Imam Sajjad as juga menyampaikan pesannya melalui doa dan munajat. Kumpulan doa Imam Sajjad as tercantum dalam kitab Sahifah Sajjadiyah. Tangisan beliau untuk para syuhada Karbala merupakan salah satu upaya dalam menjaga kenangan tragedi Karbala tetap hidup. Pada suatu hari, seseorang mendatangi Ima mdan berkata, ÔÇ£Apakah kesedihanmu tidak ada akhirnya?ÔÇØ Imam Sajjad as berkata, ÔÇ£Celakalah kau, Nabi YaÔÇÖqub yang satu dari 13 putranya hilang, menangisi perpisahan dengan anaknya itu sampai dia buta, padahal Yusuf masih hidup! Akan tetapi aku menyaksikan terbunuhnya ayahku, saudara-saudaraku, paman-pamanku dan 17 orang keluargaku yang jenazah mereka tergeletak di tanah. Lalu bagaimana kesedihanku berakhir?ÔÇØ

 

Air mata dan tangisan Imam Sajjad as menjadi salah satu faktor efektif dalam melestarikan dan memperkokoh tujuan Imam Husein as serta mengguncang istana rezim despotik Bani Umawiyah.(

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 3-6

Ayat ke 3

 

Ï░┘ÅÏ▒┘æ┘É┘è┘æ┘ÄÏ®┘Ä ┘à┘Ä┘å┘Æ Ï¡┘Ä┘à┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘ÄÏ╣┘Ä ┘å┘Å┘êÏ¡┘ì ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ï╣┘ÄÏ¿┘ÆÏ»┘ïϺ Ï┤┘Ä┘â┘Å┘êÏ▒┘ïϺ (3)

 

Artinya:

(yaitu) Anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur. (17: 3)
 

 

Dalam ayat sebelumnya al-Quran mengatakan bahwa Kami telah mengirimkan Taurat demi menunjuki Bani Israil. Sementara ayat yang baru saja kita simak ini menyeru kepada mereka agar bersyukur kepada Allah atas nikmat besar ini dan menaati Taurat. Untuk menjelaskan masalah, al-Quran menyebut nama Nabi Nuh as sebagai seorang hamba yang banyak bersyukur. Ayat menyebutkan, ÔÇ£Kakek dan nenek moyang kalian adalah orang-orang yang diselamatkan bersama Nabi Nuh as dari angin topan. Mereka adalah orang-orang yang banyak bersyukur dan akhirnya diselamatkan. Oleh karenanya kalian juga harus banyak bersyukur agar mendapat keselamatan.ÔÇØ

 

Nabi Nuh as memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan para nabi yang lain. Dengan umur yang demikian, Nabi Nuh as juga lebih banyak mendakwahkan agama Allah kepada masyarakat. Sekalipun banyak mendapat gangguan dan cemoohan dari masyarakat yang diajaknya untuk beriman kepada Allah, namun Nabi Nuh as tetap menunjukkan dirinya sebagai hamba yang banyak bersyukur kepada Allah. Beliau tidak pernah mengadukan kondisinya kepada Allah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Mengajak anak-anak dan generasi baru kepada kemuliaan dan keimanan nenek moyangnya. Ini satu cara menyeru dan mendidikan mereka lewat pendekatan emosi.

2. Bersyukur dalam segala kondisi, baik dalam situasi sulit atau senang merupakan rahasia keselamatan dan kebahagiaan.

 

Ayat ke 4

 

┘ê┘Ä┘é┘ÄÏÂ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ï¿┘Ä┘å┘É┘è ÏÑÏ│┘ÆÏ▒ϺϪ┘É┘è┘ä┘Ä ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘É ┘ä┘ÄϬ┘Å┘ü┘ÆÏ│┘ÉÏ»┘Å┘å┘æ┘Ä ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏú┘ÄÏ▒┘ÆÏÂ┘É ┘à┘ÄÏ▒┘æ┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘É ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϬ┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Å┘å┘æ┘Ä Ï╣┘Å┘ä┘Å┘ê┘æ┘ïϺ ┘â┘ÄÏ¿┘É┘èÏ▒┘ïϺ (4)

 

Artinya:

Dan telah Kami telah tetapkan terhadap Bani Israel dalam Kitab itu, ÔÇ£Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.ÔÇØ (17: 4)

 

Sebagai kelanjutan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini juga masih berbicara kepada Bani Israil dan mengatakan, ÔÇ£Namun kalian ternyata bukannya mensyukuri nikmat-nikmat Allah, tapi melakukan kemungkaran dan kehancuran. Kalian hanya ingin hidup dengan menunjukkan kelebihan kalian di muka bumi.ÔÇØ Al-Quran dalam banyak ayat menyinggung pekerjaan-pekerjaan buruk Bani Israel seperti membunuh para nabi, menyebarkan perilaku menyogok, riba dan menyembunyikan kebenaran. Masih dari ayat ini disebutkan, ÔÇ£Kalian telah terjatuh dalam perbuatan fasad yang besar dan dampaknya akan menyeluruh di muka bumi.ÔÇØ

 

Dalam ayat ini dipakai dua kata ÔÇ£fasadÔÇØ dan ÔÇ£ÔÇÖuluwÔÇØ dan diletakkan berdampingan agar menunjukkan kepada manusia betapa akar segala kerusakan di muka bumi ini berasal dari perasaan ÔÇÿuluw (merasa lebih dari orang lain). Sebagaimana al-Quran mengenai al-Quran mengatakan, ÔÇ£Sesungguhnya Firaun merasa lebih dan tinggi dari yang lain di atas bumi.ÔÇØ. Itulah mengapa dalam ayat-ayat al-Quran yang lain disebutkan Allah hanya akan memberikan surga kepada orang-orang yang tidak merasa dirinya tinggi dan lebih dari yang lainnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kerusakan dan kebusukan punya pengalaman panjang dalam sejarah kaum Yahudi dan Bani Israil. Bahkan Kitab Taurat juga menyebutkan tentang masalah ini.

2. Sangat mungkin orang lemah yang kemudian meraih kekuasaan menjadi sombong. Bani Israil yang sebelumnya di bawah kekuasaan Firaun diselamatkan oleh Nabi Musa as. Namun setelah bebas, mereka malah menyebarkan kerusakan di atas bumi.

 

Ayat ke 5-6

 

┘ü┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ϼ┘ÄϺÏí┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘Å Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘ÄϺ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÄϽ┘Æ┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÉÏ¿┘ÄϺϻ┘ïϺ ┘ä┘Ä┘å┘ÄϺ Ïú┘Å┘ê┘ä┘É┘è Ï¿┘ÄÏú┘ÆÏ│┘ì Ï┤┘ÄÏ»┘É┘èÏ»┘ì ┘ü┘Äϼ┘ÄϺÏ│┘Å┘êϺ Ï«┘É┘ä┘ÄϺ┘ä┘Ä Ïº┘äÏ»┘æ┘É┘è┘ÄϺÏ▒┘É ┘ê┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Ä ┘ê┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘ïϺ ┘à┘Ä┘ü┘ÆÏ╣┘Å┘ê┘ä┘ïϺ (5) Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ»┘ÄÏ»┘Æ┘å┘ÄϺ ┘ä┘Ä┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ▒┘æ┘ÄÏ®┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘à┘ÆÏ»┘ÄÏ»┘Æ┘å┘ÄϺ┘â┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏú┘Ä┘à┘Æ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ì ┘ê┘ÄÏ¿┘Ä┘å┘É┘è┘å┘Ä ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘â┘Å┘à┘Æ Ïú┘Ä┘â┘ÆÏ½┘ÄÏ▒┘Ä ┘å┘Ä┘ü┘É┘èÏ▒┘ïϺ (6)

 

Artinya:

Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu. Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (17: 5)

 

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. (17: 6)

 

Ayat sebelumnya mengisahkan dua kali perbuatan Bani Israil yang merusak. Dua ayat yang baru saja kita simak berkata, ÔÇ£Allah juga telah berjanji akan menghukumi Bani Israil di setiap kali perbuatan merusak yang mereka lakukan. Janji Allah pasti berlaku.ÔÇØ Dalam buku-buku sejarah disebutkan, ÔÇ£Sekitar 600 tahun sebelum Masehi ada seorang raja bernama ÔÇ£NabudchadnezzarÔÇØ yang berkuasa di Babylonia. Ia seorang raja yang memiliki kekuasaan luas dan sangat perkasa. Ketika menyaksikan ketidaktaatan dan pemberontakan kaum Yahudi, ia langung memerintahkan untuk menyerang kota tempat tinggal kaum Yahudi. Dalam perang tersebut banyak kaum Yahudi yang tewas dan sebagian besar ditawan. Akhirnya Nabuchadnezzar memasuki Baitul Maqdis dan merusak kota ini. Selama Nabuchadnezzar hidup Bani Israil hidup dalam kondisi terhina dan tertawan di Babilonia.

 

Kondisi ini terus berlangsung hingga Kourosh, Raja Iran menguasai Babilonia dan membebaskan orang-orang Yahudi. Kourosh memberikan kesempatan kepada kaum Yahudi untuk kembali ke Baitul Maqdis dan membangunnya kembali. Setelah Bani Israel bertempat di Baitul Maqdis dan perlahan-lahan kekuatan mereka semakin bertambah dan populasi masyarakat terus bertambah, kembali Kaisar Romawi mengirimkan pasukannya ke Baitul Maqdis dan untuk kedua kalinya kota ini dikuasai kekuatan asing. Kaisar Romawi memerintahkan perusakan Baitul Maqdis dan membiarkan pasukannya merampas rumah dan tanah pertanian penduduk.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Para perusak dan pendurhaka harus mengetahui betapa di atas kekuataan masih ada kekuatan lain lagi. Bani Israel mendurhakai Allah dan merusak bumi. Di sini Allah membuat kekuatan lain menguasai Bani Israel agar mengetahui betapa mereka tidak seperti yang dibayangkan.

2. Taubat terbagi dua; individu dan sosial. Oleh karenanya, bila sebuah umat menyesali perbuatan buruk mereka di masa lalu dan kembali ke jalan yang benar, kasih sayang Allah akan meliputi mereka.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Isra Ayat 1-2

Ayat ke 1

 

Ï│┘ÅÏ¿┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘å┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ïú┘ÄÏ│┘ÆÏ▒┘Ä┘ë Ï¿┘ÉÏ╣┘ÄÏ¿┘ÆÏ»┘É┘ç┘É ┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ä┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ│┘ÆÏ¼┘ÉÏ»┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘ÄÏ▒┘ÄϺ┘à┘É ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘à┘ÄÏ│┘ÆÏ¼┘ÉÏ»┘É Ïº┘ä┘ÆÏú┘Ä┘é┘ÆÏÁ┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è Ï¿┘ÄϺÏ▒┘Ä┘â┘Æ┘å┘ÄϺ Ï¡┘Ä┘ê┘Æ┘ä┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘É┘å┘ÅÏ▒┘É┘è┘Ä┘ç┘Å ┘à┘É┘å┘Æ Ïó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘É┘å┘ÄϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç ┘ç┘Å┘ê┘Ä Ïº┘äÏ│┘æ┘Ä┘à┘É┘èÏ╣┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ¿┘ÄÏÁ┘É┘èÏ▒┘Å (1)

 

Artinya:

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (17: 1)
 

 

Surat ini dinamakan Isra yang berarti perjalanan terkait peristiwa perjalanan Nabi Muhammad Saw ke langit. Perjalanan ini diawali dari Mekah ke Masjidul Aqsa seperti yang telah disinggung ayat pertama dari surat ini. Lanjutan surat ini mengetengahkan tema-tema penting akidah dalam masalah tauhid, Hari Kebangkitan dan perlawanan terhadap kesyirikan, kezaliman dan penyimpangan.

 

Dalam peristiwa ini, perjalanan paling suci sepanjang sejarah sejatinya adalah perjalanan Rasulullah Saw ke langit dan kembalinya beliau ke bumi atau yang dikenal dengan nama Mikraj. Setelah melakukan perjalanan ini, beliau menyampaikan penyaksiannya atas keagungan langit. Camkan bagaimana Nabi Adam as diturunkan ke bumi disebabkan pembangkangannya kepada Allah, sementara Nabi Muhammad Saw justru dinaikkan ke langit dan membawa hakikat dan makrifat yang tinggi kepada manusia.

 

Berdasarkan riwayat-riwayat tentang Mikraj yang disampaikan Nabi Muhammad Saw kepada umat Islam, dalam perjalanannya beliau menyaksikan dari dekat surga dan neraka serta kondisi ahli surga dan neraka. Dalam perjalanan Mikraj, Nabi sempat bertemu dengan para nabi terdahulu dan menyaksikan keajaiban penciptaan dunia. Dasar perjalanan langit ini disepakati oleh seluruh umat Islam dan yang mengingkarinya berarti mengingkari prinsip agama. Mayoritas mazhab Islam meyakini perjalanan ini dilakukan dengan jasad dan hanya sebagian kecil yang menyebutnya hanya perjalanan rohani.

 

Sesuai penukilan hadis-hadis, peristiwa ini terjadi sebelum hijrah Nabi dari Mekah ke Madinah. Saat itu Nabi Muhammad Saw baru saja selesai menunaikan shalat Maghrib di Masjidul Haram lalu meninggalkannya menuju Masjidul Aqsa. Dari sana dengan mengendarai kendaraan langit bernama Buraq beliau melewati lapisan-lapisan langit. Sekembalinya dari langit, Rasulullah Saw melaksanakan shalat Subuh di Masjidul Haram.

 

Perjalanan ini merupakan mukjizat ilahi. Karena dengan mencermati jauhnya jarak dari Mekah hingga ke Baitul Maqdis, sangat tidak mungkin membayangkan perjalanan sejauh itu dapat dilalui hanya semalam dengan menggunakan kendaraan yang biasa dipakai masa itu.

 

Namun yang menarik dari ayat pertama surat Al-Isra adalah penyebutan kata ÔÇÿabd yang berarti hamba untuk memperkenalkan Nabi Muhammad Saw dan bukannya menggunakan kata rasul atau nabi (utusan atau nabi). Ayat ini menyebutkan, ÔÇ£Kami menjalankan hamba Kami ke Masjidul Aqsa.ÔÇØ Penyebutan hamba sejatinya berasal dari ketinggian derajat penghambaannya di sisi Allah. Yakni, karena Nabi Muhammad Saw adalah hamba Allah yang ikhlas, Kami membawanya ke perjalanan Mikraj. Terlebih lagi dengan mencermati awal dan tempat perjalanan malakuti ini adalah masjid yang menjadi tempat penghambaan kepada Allah. Artinya, Allah membawa hamba-Nya dari tempat penghambaan ke langit.

 

Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Penghambaan adalah pendahuluan untuk terbang dan memisahkan diri dari urusan materi menuju spiritual.

2. Malam hari adalah waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karenanya, beribadah dan beristighfar di waktu malam mendapat perhatian lebih dalam Islam.

3. Masjid adalah tempat meluncur terbaik bagi orang yang beriman menuju spiritualitas.

4. Masjidul Aqsa adalah tempat suci yang harus dijaga oleh umat Islam.

 

Ayat ke 2

 

┘ê┘ÄÏó┘ÄϬ┘Ä┘è┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘Å┘êÏ│┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘Æ┘â┘ÉϬ┘ÄϺϿ┘Ä ┘ê┘Äϼ┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å ┘ç┘ÅÏ»┘ï┘ë ┘ä┘ÉÏ¿┘Ä┘å┘É┘è ÏÑ┘ÉÏ│┘ÆÏ▒┘ÄϺϪ┘É┘è┘ä┘Ä Ïú┘Ä┘ä┘æ┘ÄϺ Ϭ┘ÄϬ┘æ┘ÄÏ«┘ÉÏ░┘Å┘êϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï»┘Å┘ê┘å┘É┘è ÔÇÄ┘ê┘Ä┘â┘É┘è┘ä┘ïϺ (2)

 

Artinya:

Dan Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan Kami jadikan Kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), "Janganlah kamu mengambil penolong selain aku.ÔÇØ (17: 2)

 

Setelah menjelaskan perjalanan Nabi Muhammad Saw ke Masjidul Aqsa, ayat ini mengatakan, ÔÇ£Sunnah ilahi sepanjang sejarah adalah memberi petunjuk masyarakat kepada tauhid dan penghambaan. Oleh karenanya, sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw Allah telah mengutus Nabi Musa as kepada Bani Israel. Nabi Musa as berdasarkan Kitab Taurat yang diturunkan Allah mengajak Bani Israel kepada Allah.ÔÇØ

 

Pengutusan para nabi dan penurunan kitab-kitab langit bertujuan menjauhkan masyarakat dari syirik dan menyeru mereka kepada tauhid. Tentu saja tidak cukup hanya dengan menyatakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, tapi tujuan paling penting adalah menyeru manusia kepada tauhid amali (tauhid perbuatan). Tauhid amali ini ditandai dengan terputusnya hati dari semua faktor-faktor materi di dunia ini dan hanya bergantung pada kekuatan mutlak ilahi. Itulah mengapa ayat selanjutnya mengatakan, ÔÇ£Kitab Taurat menyebut hanya Allah yang berpengaruh dalam pekerjaan dunia dan materi, Jangan bergantung pada siapa pun dan hanya kepada Allah kalian bertawakkal.ÔÇØ

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Inti seruan para nabi dan seluruh kitab langit adalah tauhid.

2. Dalam kehidupannya manusia senantiasa membutuhkan sandaran yang dipercaya. Di sini tugas para nabi adalah memperkenalkan Allah sebagai satu-satunya  sandaran yang hakiki.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 120-124

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 116-119

Ayat ke 116-117

 

┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ Ϭ┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘Å┘êϺ ┘ä┘É┘à┘ÄϺ Ϭ┘ÄÏÁ┘É┘ü┘Å Ïú┘Ä┘ä┘ÆÏ│┘É┘å┘ÄϬ┘Å┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ░┘ÉÏ¿┘Ä ┘ç┘ÄÏ░┘ÄϺ Ï¡┘Ä┘ä┘ÄϺ┘ä┘î ┘ê┘Ä┘ç┘ÄÏ░┘ÄϺ Ï¡┘ÄÏ▒┘ÄϺ┘à┘î ┘ä┘ÉϬ┘Ä┘ü┘ÆÏ¬┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ░┘ÉÏ¿┘Ä ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘Ä┘ü┘ÆÏ¬┘ÄÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ïº┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ░┘ÉÏ¿┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘Å┘ü┘Æ┘ä┘ÉÏ¡┘Å┘ê┘å┘Ä (116) ┘à┘ÄϬ┘ÄϺÏ╣┘î ┘é┘Ä┘ä┘É┘è┘ä┘î ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î Ïú┘Ä┘ä┘É┘è┘à┘î (117)

 

Artinya:

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (16: 116)

 

(Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih. (16: 117)
 

 

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Allah Swt mengharamkan memakan sejumlah daging binatang. Kali ini, dua ayat ini kembali menyinggung orang-orang Musyrik. Ayat tadi menjelaskan, mengapa setiap sesuatu yang keluar dari mulut kalian berusaha menilai hukum Allah serta menghukumi halal dan haram sesuai dengan kehendak kalian? Bukankah kalian mengetahui bahwa perbuatan ini sama halnya dengan berdusta kepada Tuhan. Barangsiapa yang berdusta kepada Allah Swt, tidak akan mendapatkan keuntungan di dunia dan akherat. Tempat bagi orang-orang yang berdusta kepada Allah Swat adalah api neraka.

 

Pada dasarnnya, penjelasan ayat tersebut tidak hanya ditujukan pada orang-orang Musyrik di Mekah. Di dunia moderen saat ini, ada sejumlah pihak berupaya menyusun dan memutuskan undang-undang yang bertentangan dengan hukum Allah Swt. Kelompok seperti ini juga termasuk golongan yang menghalalkan hal yang diharamkan Allah Swt dan mengharamkan hal yang dihalalkan oleh Tuhan. Ayat yang dibacakan tadi juga mencakup kelompok ini. Kelompok seperti ini sama sekali tidak mencapai kebahagiaan dan ketakwaan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Penentuan halal dan haram merupakan hak penuh Allah Swt. Sementara itu,

segala pendapat yang bertentangan dengan hukum Allah Swt adalah bidah.

2. Sumber bidah dan kebohongan pada hukum ilahi adalah berambisi mendapatkan kenikmatan dunia.

 

Ayat ke 118

 

┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘ç┘ÄϺϻ┘Å┘êϺ Ï¡┘ÄÏ▒┘æ┘Ä┘à┘Æ┘å┘ÄϺ ┘à┘ÄϺ ┘é┘ÄÏÁ┘ÄÏÁ┘Æ┘å┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ ┘é┘ÄÏ¿┘Æ┘ä┘Å ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ï©┘Ä┘ä┘Ä┘à┘Æ┘å┘ÄϺ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘â┘É┘å┘Æ ┘â┘ÄϺ┘å┘Å┘êϺ Ïú┘Ä┘å┘Æ┘ü┘ÅÏ│┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘ÄÏ©┘Æ┘ä┘É┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (118)

 

Artinya:

Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami harapkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu; dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetap merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (16: 118)

 

Seperti disebutkan dalam ayat sebelumnya yang menyingggung sejumlah hal yang haram dimakan, surat al-AnÔÇÖam ayat 147 juga menyebutkan binatang-binatang lainnya yang haram bagi umat Yahudi. Ayat tadi juga menyebutkan bahwa segala hal haram yang ditambahkan bagi orang-orang Yahudi adalah hukuman bagi mereka. Untuk itu, kami tidak mengharamkannya bagi selain Yahudi. Dengan ungkapan lain, hal-hal tersebut pada dasarnya tidaklah haram, namun itu menjadi haram sebagai peringatan terhadap perilaku orang-orang Yahudi. Untuk itu, hal itu tidak diharamkan bagi umat selain Yahudi.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Hukuman Tuhan tidak akan menyebabkan kezaliman bagi hamba-hamba-Nya. Sebab, resiko perbuatan dosa dan kezaliman hanya dikenakan pada hamba-hamba yang melakukannya.

2. Pengharaman Allah Swt mempunyai dua bentuk. Bentuk pertama adalah pengharaman permanen untuk seluruh ummat di setiap masa, sedangkan bentuk kedua adalah pengharaman permanen yang berlaku untuk kelompok tertentu di masa terbatas.

 

Ayat ke 119

 

Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ï╣┘Ä┘à┘É┘ä┘Å┘êϺ Ϻ┘äÏ│┘æ┘Å┘êÏí┘Ä Ï¿┘Éϼ┘Ä┘ç┘ÄϺ┘ä┘ÄÏ®┘ì Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä Ï¬┘ÄϺϿ┘Å┘êϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä ┘ê┘ÄÏú┘ÄÏÁ┘Æ┘ä┘ÄÏ¡┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É┘ç┘ÄϺ ┘ä┘ÄÏ║┘Ä┘ü┘Å┘êÏ▒┘î Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘è┘à┘î (119)

 

Artinya:

Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu mengampuni bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan kerena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki dirinya; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (16: 119)

 

Ayat yang baru saja dibacakan termasuk ayat-ayat kunci al-Quran mengenai taubat dan pengampunan dosa-dosa. Dalam ayat itu disebutkan, Allah Swt memberika kabar gembira kepada seluruh hamba-Nya bahwa barangsiapa yang melakukan perbuatan tercela karena kebodohan dan hawa nafsu, maka pintu taubat terbuka baginya. Jika seoarang hamba melakukan kesalahan seperti ini dan kemudian menyatakan penyesalannya di hadapan Allah Swt dan melakukan perbuatan baik dengan tidak mengulangi kesalahannya, maka Allah Swt pasti akan mengampuninya. Rahmat ilahi akan mencakup bagi orang-orang yang berbuat salah karena kebodohannya dan bertaubat tidak akan mengulanginya.

 

Hal yang menarik, istilah kebodohan disinggung dalam ayat ini dan dua ayat lainnya yang menyinggung masalah ini. Sangatlah jelas bahwa maksud dari kebodohan tersebut mempunyai pengertian tersendiri. Yang dimaksud adalah perbuatan tercela yang dilakukan manusia karena pengaruh hawa nafsu dan bisikan luar yang kemudian terlilit dalam dosa, dan setelah itu, disesalinya. Akan tetapi, seseorang yang terus melakukan dosa dan tidak menunjukkan rasa penyesalan akan dosanya tidak mencakup pengertian ayat ini yang menjelaskan rahmat ilahi bagi para pendosa.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Dalam ajaran Islam, tidak ada istilah jalan buntu. Allah Swt selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya.

2. Taubat yang sebenarnya harus dibarengi dengan pembenahan diri. Untuk itu, tangisan dan penyesalan akan dosa tidaklah cukup.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 112-115

Ayat ke 112-113

 

┘ê┘ÄÏÂ┘ÄÏ▒┘ÄÏ¿┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘à┘ÄϽ┘Ä┘ä┘ïϺ ┘é┘ÄÏ▒┘Æ┘è┘ÄÏ®┘ï ┘â┘ÄϺ┘å┘ÄϬ┘Æ Ïó┘Ä┘à┘É┘å┘ÄÏ®┘ï ┘à┘ÅÏÀ┘Æ┘à┘ÄϪ┘É┘å┘æ┘ÄÏ®┘ï ┘è┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è┘ç┘ÄϺ Ï▒┘ÉÏ▓┘Æ┘é┘Å┘ç┘ÄϺ Ï▒┘ÄÏ║┘ÄÏ»┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘ä┘æ┘É ┘à┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘ì ┘ü┘Ä┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘ÄϬ┘Æ Ï¿┘ÉÏú┘Ä┘å┘ÆÏ╣┘Å┘à┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ü┘ÄÏú┘ÄÏ░┘ÄϺ┘é┘Ä┘ç┘ÄϺ Ϻ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘ÉÏ¿┘ÄϺÏ│┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ¼┘Å┘êÏ╣┘É ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏ«┘Ä┘ê┘Æ┘ü┘É Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Å┘êϺ ┘è┘ÄÏÁ┘Æ┘å┘ÄÏ╣┘Å┘ê┘å┘Ä (112) ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ Ï¼┘ÄϺÏí┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï▒┘ÄÏ│┘Å┘ê┘ä┘î ┘à┘É┘å┘Æ┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘Ä┘â┘ÄÏ░┘æ┘ÄÏ¿┘Å┘ê┘ç┘Å ┘ü┘ÄÏú┘ÄÏ«┘ÄÏ░┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘Å ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï©┘ÄϺ┘ä┘É┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (113)

 

Artinya:

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (16: 113)

 

Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya, karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (16: 113)
 

 

Allah di ayat-ayat terakhir surat an-Nahl yang disebut surat pelbagai nikmat mengisyaratkan desa dan daerah yang memiliki banyak nikmat materi dan spiritual. Sebuah desa yang aman dari serangan musuh dengan rezeki yang melimpah. Sementara Allah juga mengutus nabi kepada mereka agar mendapat petunjuk dapat memilah hak dan batil. Namun masyarakat daerah itu malah mengingkari nikmat-nikmat ilahi yang ada. Mereka tidak memanfaatkan nikmat-nikmat yang ada secara benar, bahkan menggunakannya untuk bermaksiat dan berbuat dosa. Akhirnya mereka ditimpa azab ilahi yang sangat pedih.

 

Kini mereka tidak lagi memiliki nikmatnya merasa aman dalam kehidupan, sementara kelaparan senantiasa menghantui. Mereka juga menentang nabi yang diutus Allah guna menunjuki mereka ke jalan yang benar. Nabi Allah ditentang dan didustai. Oleh karenanya, Allah menurunkan azab-Nya berkali-kali lipat di dunia dan akhirat.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Sejarah punya aturan dan sunnah ilahi tidak pernah berubah baik dahulu, sekarang dan akan datang. Oleh karenanya, manusia harus mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu dan senantiasa bergerak di jalan Allah.

2. Mengingkari nikmat Allah akan disiksa di dunia ini dan mengakibatkan lenyapnya nikmat tersebut.

3. Kemiskinan dan ketidakamanan merupakan dampak dari ketidakpedulian masyarakat akan ajaran-ajaran agama.

 

Ayat ke 114

 

┘ü┘Ä┘â┘Å┘ä┘Å┘êϺ ┘à┘É┘à┘æ┘ÄϺ Ï▒┘ÄÏ▓┘Ä┘é┘Ä┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï¡┘Ä┘ä┘ÄϺ┘ä┘ïϺ ÏÀ┘Ä┘è┘æ┘ÉÏ¿┘ïϺ ┘ê┘ÄϺÏ┤┘Æ┘â┘ÅÏ▒┘Å┘êϺ ┘å┘ÉÏ╣┘Æ┘à┘ÄÏ®┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ÏÑ┘É┘å┘Æ ┘â┘Å┘å┘ÆÏ¬┘Å┘à┘Æ ÏÑ┘É┘è┘æ┘ÄϺ┘ç┘ŠϬ┘ÄÏ╣┘ÆÏ¿┘ÅÏ»┘Å┘ê┘å┘Ä (114)

 

Artinya:

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (16: 114)

 

Sebagai lanjutan ayat sebelumnya yang menjelaskan nasib orang-orang yang meningkari nikmat dan utusan Allah, ayat ini mengatakan, "Kalian harus mengambil pelajaran dari kelompok itu dan memanfaatkan nikmat-nikmat ilahi secara benar dan tepat. Pertama, karena makanan yang telah diharamkan kepada kalian harus ditinggalkan sama seperti meninggalkan minuman keras dan daging babi. Tidak memakai harta orang lain tidak pada tempatnya dan hanya makan dari makanan yang halal dan suci yang telah ditetapkan Allah untuk kalian. Kedua, bersyukurlah kepada Allah akan nikmat-nikmat yang telah diberikan. Jadilah seorang hamba yang taat beribadah, berinfak kepada orang lain dan jangan biarkan orang-orang miskin begitu saja tanpa pertolonganmu."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Islam agama yang sempurna dan tidak hanya memperhatikan masalah-masalah peribadatan. Islam punya program mengenai makanan hingga pakaian manusia.

2. Makanan tidak hanya untuk dinikmati, tapi untuk membantu manusia melaksanakan tanggung jawabnya. Bersyukur akan setiap nikmat berarti memanfaatkannya secara tepat guna.

 

Ayat ke 115

 

ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ï¡┘ÄÏ▒┘æ┘Ä┘à┘Ä Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘à┘Ä┘è┘ÆÏ¬┘ÄÏ®┘Ä ┘ê┘ÄϺ┘äÏ»┘æ┘Ä┘à┘Ä ┘ê┘Ä┘ä┘ÄÏ¡┘Æ┘à┘Ä Ïº┘ä┘ÆÏ«┘É┘å┘ÆÏ▓┘É┘èÏ▒┘É ┘ê┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Å┘ç┘É┘ä┘æ┘Ä ┘ä┘ÉÏ║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É Ï¿┘É┘ç┘É ┘ü┘Ä┘à┘Ä┘å┘É ÏºÏÂ┘ÆÏÀ┘ÅÏ▒┘æ┘Ä Ï║┘Ä┘è┘ÆÏ▒┘Ä Ï¿┘ÄϺÏ║┘ì ┘ê┘Ä┘ä┘ÄϺ Ï╣┘ÄϺϻ┘ì ┘ü┘ÄÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä Ï║┘Ä┘ü┘Å┘êÏ▒┘î Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘è┘à┘î (115)

 

Artinya:

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (16: 115)

 

Al-Quran dalam ayat ini mengajak manusia untuk menjaga keseimbangannya dalam memakan makanan. Tidak ekstrim kiri dan kanan. Oleh karenanya Allah menyebut makanan apa saja yang dapat dimakan. Al-Quran berdasarkan kebutuhan manusia mengatakan, "Kalian diperkenankan memakan daging, namun tidak setiap daging. Jauhkan diri kalian dari memakan daging yang dicekik, mati (bangkai) dan daging hewan yang tidak disembelih. Begitu juga kalian haram memakan daging hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah."

 

Dalam surat lain ada ayat yang isinya sama dengan ayat yang baru saja kita baca ini dan menjelaskan secara terperinci hewan yang halal dan haram dimakan.

 

Lanjutan ayat 115 surat an-Nahl ini berbunyi, "Bila kalian berada dalam kondisi sulit dan untuk mempertahankan hidup yang membuat kalian terpaksa memakan daging hewan yang diharamkan, Allah akan mengampuni kalian. Namun syaratnya kalian tidak memakannya melebihi batas darurat.ÔÇØ

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Filsafat pengharaman sebagian makanan tidak terbatas pada masalah kesehatan, tapi menjauhkan diri dari kekotoran seperti syirik dan ini menjadi tolok ukur utama pengharaman ilahi. Artinya, seorang muslim dalam hal makan juga harus dalam jalur tauhid.

2. Islam tidak pernah menemui jalan buntu. Dalam kondisi darurat, perbuatan dosa mendapat pengampunan.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 108-111

Ayat ke 108-109

 

Ïú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ÏÀ┘ÄÏ¿┘ÄÏ╣┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë ┘é┘Å┘ä┘Å┘êÏ¿┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏ│┘Ä┘à┘ÆÏ╣┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘ÄÏ¿┘ÆÏÁ┘ÄϺÏ▒┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘ê┘ÄÏú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ║┘ÄϺ┘ü┘É┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä (108) ┘ä┘ÄϺ ϼ┘ÄÏ▒┘Ä┘à┘Ä Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ü┘É┘è Ϻ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É ┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘ÆÏ«┘ÄϺÏ│┘ÉÏ▒┘Å┘ê┘å┘Ä (109)

 

Artinya:

Mereka Itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka Itulah orang-orang yang lalai. (16: 108)

 

Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah orang-orang yang merugi. (16: 109)
 

 

Pada pertemuan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa salah satu pokok kekafiran yang disebutkan oleh al-Quran adalah ketamakan terhadap dunia dan memuja kenikmatan. Dalam ayat tadi, Allah Swt berfirman, ÔÇ£Orang yang terjebak dalam mentalitas seperti ini, dipastikan mata, telinga, dan hatinya, akan dipenuhi oleh kilau dunia dan hawa nafsu sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran. Orang-orang seperti ini tidak akan mengetahui masalah-masalah non-materi dan non-duniawi. Karena itu, mereka adalah orang-orang yang terlena oleh dunia dan lalai. Mereka tidak memiliki bekal untuk di kehidupan akhirat kelak dan mereka termasuk orang-orang yang merugi. ÔÇ£

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Jika perhatian terhadap dunia sedemikian besar hingga membuat orang lupa pada kehidupan akhirat, maka manusia akan terjauhkan dari rahmat dan hidayah Allah Swt.

2. Orang-orang yang merugi adalah mereka yang kehilangan dunia mereka dan bangkrut. Namun sesungguhnya orang yang paling merugi adalah mereka yang bangkrut di akhirat kelak dan mereka tidak memiliki kekayaan dan harta apapun di sana.

 

Ayat ke 110

 

Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘ä┘É┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘ç┘ÄϺϼ┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É ┘à┘ÄϺ ┘ü┘ÅϬ┘É┘å┘Å┘êϺ Ͻ┘Å┘à┘æ┘Ä Ï¼┘ÄϺ┘ç┘ÄÏ»┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄÏÁ┘ÄÏ¿┘ÄÏ▒┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘Ä┘â┘Ä ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É┘ç┘ÄϺ ┘ä┘ÄÏ║┘Ä┘ü┘Å┘êÏ▒┘î Ï▒┘ÄÏ¡┘É┘è┘à┘î (110)

 

Artinya:

Dan Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (16: 110)

 

Ayat ini berkenaan dengan masa pada awal munculnya Islam dan kepada kaum Muslim Mekkah yang berhijrah ke Madinah setelah menghadapai berbagai kesulitan dan penderitaan yang ditimbulkan oleh kaum musyrik. Dalam ayat sebelumnya, Allah Swt berfirman bahwa orang-orang yang karena menghadapi gangguan dari musuh terpaksa mengingkari Allah Swt secara verbal, pada hakikatnya mereka bukan orang kafir dan Allah Swt tidak akan menghukum mereka.

 

Dalam ayat ini Allah Swt berfirman: Allah Swt akan mengampuni orang-orang yang tidak tetap tinggal di Mekkah guna menghindari gangguan dari musuh dan ucapan ucapan kekufuran. Dalam kondisi ini mereka harus berhijrah dan menjaga iman mereka. Jelas dalam hijrah mereka harus menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan serta harus bersabar.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Ketika kita mendapatkan kesulitan untuk menjaga keyakinan kita di satu tempat, maka kita harus berhijrah ke tempat lain. Hukum ini menafikan alasan orang-orang yang mengaku terpaksa meninggalkan tugas-tugas agamanya karena kondisi.

2. Syarat untuk mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah Swt adalah kesabaran, komitmen, perjuangan, dan resistensi.

 

Ayat ke 111

 

┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä Ï¬┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘É┘è ┘â┘Å┘ä┘æ┘Å ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘ì Ϭ┘Åϼ┘ÄϺϻ┘É┘ä┘Å Ï╣┘Ä┘å┘Æ ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘É┘ç┘ÄϺ ┘ê┘ÄϬ┘Å┘ê┘Ä┘ü┘æ┘Ä┘ë ┘â┘Å┘ä┘æ┘Å ┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘ì ┘à┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘à┘É┘ä┘ÄϬ┘Æ ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏ©┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (111)

 

Artinya:

(ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka tidak dianiaya (dirugikan). (16: 111)

 

Seringkali manusia lupa akan hakikat eksistensinya dalam menggapai kesejahteraan dan kenikmatan dunia. Namun di akhirat nanti, manusia tidak memiliki apa-apa. Oleh karena itu, perhatian semua orang akan terpaku pada bagaimana mereka menyelamatkan diri mereka sendiri. Di akhirat kelak, manusia tidak memiliki apapun kecuali bekal amal ibadah mereka di dunia. Dan hanya karena amal di dunia pula mereka akan dihisab oleh Allah Swt.

 

Sebagian orang melemparkan dosanya kepada orang lain dan menilai para tokoh atau pemimpin masyarakat sebagai penyebabnya. Namun hal ini tidak dapat diterima karena setiap orang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya masing-masing. Sejumlah orang lainnya menilai setan sebagai pihak yang bersalah. Padahal setan menolak tudingan tersebut dan mengatakan bahwa ia hanya membuat manusia was-was dan tidak pernah memaksa manusia untuk melakukan perbuatan dosa. Kesimpulannya adalah bahwa di akhirat nanti, manusia tidak dapat meminta bantuan dari siapapun dan apapun. Hanya amalnya yang akan menentukan nasibnya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Pada Hari Kiamat nanti, setiap orang hanya akan memikirkan dirinya untuk mempertanggung-jawabkan amal perbuatannya atau mencari jalan keluar. Namun upaya manusia itu akan sia-sia.

2. Seluruh perbuatan kita, kecil atau besar dan baik atau buruk, tidak akan hilang, semuanya tercatat dan akan kita saksikan kelak di hari kiamat.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 104-107

Ayat ke 104-105

 

ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘ÉÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ä┘ÄϺ ┘è┘Ä┘ç┘ÆÏ»┘É┘è┘ç┘É┘à┘ŠϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î Ïú┘Ä┘ä┘É┘è┘à┘î (104) ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ ┘è┘Ä┘ü┘ÆÏ¬┘ÄÏ▒┘É┘è Ϻ┘ä┘Æ┘â┘ÄÏ░┘ÉÏ¿┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘Å┘ê┘å┘Ä Ï¿┘ÉÏó┘Ä┘è┘ÄϺϬ┘É Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘ÄÏú┘Å┘ê┘ä┘ÄϪ┘É┘â┘Ä ┘ç┘Å┘à┘ŠϺ┘ä┘Æ┘â┘ÄϺÏ░┘ÉÏ¿┘Å┘ê┘å┘Ä (105)

 

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al-Quran) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih. (16: 104)
 

 

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (16: 105)

 

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa satu dari sejumlah tuduhan yang dialamatkan para penentang kepada Rasulullah Saw menyebutk beliau memiliki seorang guru yang mengajarkan semua ini. Nabi Muhammad Saw diajarkan agar memperkenalkan ayat-ayat ilahi kepada masyarakat. Ayat ini mengatakan, "Orang kafir dan tersesat tidak dapat memanfaatkan hidayah. Oleh karenanya, ia tidak mampu memindahkan pengertian-pengertian tentang pemberian hidayah kepada Nabi Muhammad saw agar disampaikan kepada masyarakat. Sementara ayat-ayat al-Quran seluruh isinya memberi tuntunan kepada manusia menuju kehidupan yang lebih baik dan mencapai kebahagiaan. Namun bagaimana orang yang tidak dapat memanfaatkan ajaran-ajaran tinggi ini mampu menjadi guru Nabi Muhammad Saw?"

 

Ayat selanjutnya mengatakan kepada nabi, "Tidak perlu bersedih dan gundah menghadapi tuduhan dan kebohongan semacam ini. Karena sumber dari tuduhan bohong itu kembali pada ketidakpercayaan mereka kepada Allah. Itulah mengapa mereka tidak akan pernah melepaskan diri dari menyatakan kebohongan."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Hidayah hakiki yang dapat mengantarkan manusia kepada kebahagiaan hanya ada pada kitab langit dan iman kepada ayat-ayat ilahi. Hidayah hakiki tidak dapat ditemukan di tempat lain.

2. Seorang pembohong selalu membayangkan orang lain sama seperti dia suka berbohong dan berdasarkan khayalannya ia memperkenalkan orang lain sebagai pembohong.

 

Ayat ke 106

 

┘à┘Ä┘å┘Æ ┘â┘Ä┘ü┘ÄÏ▒┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Æ Ï¿┘ÄÏ╣┘ÆÏ»┘É ÏÑ┘É┘è┘à┘ÄϺ┘å┘É┘ç┘É ÏÑ┘É┘ä┘æ┘ÄϺ ┘à┘Ä┘å┘Æ Ïú┘Å┘â┘ÆÏ▒┘É┘ç┘Ä ┘ê┘Ä┘é┘Ä┘ä┘ÆÏ¿┘Å┘ç┘Å ┘à┘ÅÏÀ┘Æ┘à┘ÄϪ┘É┘å┘æ┘î Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏÑ┘É┘è┘à┘ÄϺ┘å┘É ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘â┘É┘å┘Æ ┘à┘Ä┘å┘Æ Ï┤┘ÄÏ▒┘ÄÏ¡┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘ä┘Æ┘â┘Å┘ü┘ÆÏ▒┘É ÏÁ┘ÄÏ»┘ÆÏ▒┘ïϺ ┘ü┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É┘à┘Æ Ï║┘ÄÏÂ┘ÄÏ¿┘î ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï╣┘ÄÏ░┘ÄϺϿ┘î Ï╣┘ÄÏ©┘É┘è┘à┘î (106)

 

Artinya:

Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap terang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (16: 106)

 

Di masa permulaan Islam, para pemuka orang-orang Kafir Mekah melakukan penyiksaan keras terhadap mereka yang baru masuk Islam agar segera meninggalkan agama ini. Begitu berat siksaan yang dihadapi sehingga ayah dan ibu Ammar bin Yasir menjadi syahid pertama di jalan Islam. Ketika tiba giliran Ammar bin Yasir untuk disiksa, ia mengucapkan kekafiran, sementara dalam hatinya penuh keimanan yang kokoh kepada Nabi Muhammad Saw. Apa yang dilakukannya itu berhasil menyelamatkan nyawanya.

 

Menyaksikan kejadian ini, sebagian umat Islam menyudutkan dan menyebutnya telah keluar dari Islam. Tidak tahan mendengar pernyataan-pernyataan itu, Ammar bin Yasir menemui Rasulullah dan menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi. Mendengar semua itu Rasulullah Saw kemudian berkata, "Bila jiwamu kembali berada dalam bahaya, ucapkan lagi kalimat tersebut demi menyelamatkan nyawamu. Seluruh tubuhmu dipenuhi keimanan."

 

Dalam riwayat-riwayat disebutkan bahwa perbuatan ini, demi melindungi nyawa dan tidak menyatakan akidah sesungguhnya disebut taqiyah. Pengertian taqiyah ini sejatinya adalah taktik untuk menyembunyikan perbuatan atau keimanan di hadapan musuh. Oleh karenanya, dalam riwayat-riwayat taqiyah diserupakan dengan tameng yang dapat menyelamatkan seorang manusia dari panah dan pukulan musuh.

 

Tentu saja bahwa dalam melindungi agama seseorang harus mengorbankan nyawanya. Hal mana yang dilakukan oleh Imam Husein as, anak-anak dan para sahabatnya. Oleh karena itu, taqiyah dilakukan saat prinsip agama tidak berada dalam bahaya dan tidak merusak agama. Sama seperti kalimat yang diucapkan oleh Ammar bin Yasir saat disiksa oleh orang-orang Kafir Mekah sama sekali tidak merugikan Islam dan umat Islam.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Manusia senantiasa berada dalam bahaya. Mereka yang ahli iman tidak boleh sombong. Karena banyak orang mukmin yang pada akhirnya menjadi kafir dan mati dalam keadaan demikian.

2. Kewajiban seseorang saat terpaksa bisa berubah. Bila ia dipaksa dan dibawah penyiksaan, ia boleh mengatakan yang bertentangan dengan keyakinannya dan itu tidak berarti ia telah mengikuti ucapannya.

 

Ayat ke 107

 

Ï░┘Ä┘ä┘É┘â┘Ä Ï¿┘ÉÏú┘Ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘ŠϺÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ¡┘ÄÏ¿┘æ┘Å┘êϺ Ϻ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘Ä Ïº┘äÏ»┘æ┘Å┘å┘Æ┘è┘ÄϺ Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ÆÏó┘ÄÏ«┘ÉÏ▒┘ÄÏ®┘É ┘ê┘ÄÏú┘Ä┘å┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Ä ┘ä┘ÄϺ ┘è┘Ä┘ç┘ÆÏ»┘É┘è Ϻ┘ä┘Æ┘é┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘â┘ÄϺ┘ü┘ÉÏ▒┘É┘è┘å┘Ä (107)

 

Artinya:

Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk  kepada kaum yang kafir. (16: 107)

 

Bila di ayat sebelumnya membagi mereka yang mengingkari Allah dalam dua kelompok; pertama mereka yang menyatakan kekafiran akibat tekanan dan siksaan, namun hati mereka penuh dengan keimanan. Kedua, mereka yang memilih kekafiran dengan wajah tersenyum dan tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Sementara ayat yang baru saja kita simak bersama berbicara kepada kelompok kedua yang mendapat kemarahan Allah. Ayat menyebutkan, "Mereka sendiri yang menginginkan nasib yang demikian. Karena kehidupan sementara di dunia lebih mereka pilih ketimbang kehidupan abadi di akhirat. Mereka bergabung dengan orang-orang kafir dan tidak mendapat hidayah."

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Faktor utama kekafiran dan meninggalkan keimanan adalah terjerat akan kehidupan dunia.

2. Mereka yang menyembah dunia dan hanya mencari kesenangan tidak akan mendapatkan hidayah yang hakiki dan nasib mereka pada akhirnya adalah buruk.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 101-103

Ayat ke 101

 

┘ê┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ Ï¿┘ÄÏ»┘æ┘Ä┘ä┘Æ┘å┘ÄϺ Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘ï ┘à┘Ä┘â┘ÄϺ┘å┘Ä Ïó┘Ä┘è┘ÄÏ®┘ì ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘Å Ïú┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å Ï¿┘É┘à┘ÄϺ ┘è┘Å┘å┘ÄÏ▓┘æ┘É┘ä┘Å ┘é┘ÄϺ┘ä┘Å┘êϺ ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ïú┘Ä┘å┘ÆÏ¬┘Ä ┘à┘Å┘ü┘ÆÏ¬┘ÄÏ▒┘ì Ï¿┘Ä┘ä┘Æ Ïú┘Ä┘â┘ÆÏ½┘ÄÏ▒┘Å┘ç┘Å┘à┘Æ ┘ä┘ÄϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å┘ê┘å┘Ä (101)

 

Artinya:

Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang mengada-adakan saja." Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui. (16: 101)
 

 

Berdasarkan maslahat, Allah secara perlahan-lahan menurunkan hukum sebagian perbuatan. Hal ini dapat disaksikan dalam hukum pengharaman minum minuman keras yang diturunkan secara bertahap. Mereka yang menentang kebenaran Al-Quran menjadikan alasan bahwa perubahan hukum ini menjadi bukti hukum tersebut tidak diturunkan dari Allah, tapi Nabi Muhammad Saw yang mengeluarkan sendiri hukum tersebut. Oleh karenanya, setiap kali Nabi berkehendak, hukum itu pasti diubahnya.

 

Ayat ini mengatakan, "Setiap kali ayat baru yang memuat hukum baru diturunkan, para penentang yang tidak mengenal maslahat hukum ilahi bakal menuduh Nabi Muhammad Saw. Padahal Allah Swt lebih mengetahui dalam kondisi bagaimana menurunkan hukum dan bila kondisinya memungkinkan akan diubah." Dalam syariat Islam perubahan hukum ini disebut "naskh" dan tidak ada yang berhak mengubah hukum Allah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Perubahan sejumlah hukum di masa permulaan Islam berdasarkan maslahat dan kebijakan dari sisi Allah.

2. Manusia tidak mengetahui rahasia hukum dan undang-undang ilahi. Oleh karenanya, mereka menyampaikan kritikan dan pertanyaan.

 

Ayat ke 102

 

┘é┘Å┘ä┘Æ ┘å┘ÄÏ▓┘æ┘Ä┘ä┘Ä┘ç┘Å Ï▒┘Å┘êÏ¡┘ŠϺ┘ä┘Æ┘é┘ÅÏ»┘ÅÏ│┘É ┘à┘É┘å┘Æ Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘â┘Ä Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘é┘æ┘É ┘ä┘É┘è┘ÅϽ┘ÄÏ¿┘æ┘ÉϬ┘Ä Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘Ä┘ç┘ÅÏ»┘ï┘ë ┘ê┘ÄÏ¿┘ÅÏ┤┘ÆÏ▒┘Ä┘ë ┘ä┘É┘ä┘Æ┘à┘ÅÏ│┘Æ┘ä┘É┘à┘É┘è┘å┘Ä (102)

 

Artinya:

Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bari orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (16: 102)

 

Sebagai jawaban atas tuduhan orang-orang musyrik yang disebutkan di ayat sebelumnya, di mana mereka menuduh Nabi┬á Muhammad Saw ikut campur tangan dalam perubahan ayat-ayat dan hukum ilahi, ayat ini mengatakan, "Jawablah kepada mereka secara transparan bahwa semua ayat-ayat al-Quran diturunkan dengan benar dan jujur oleh Jibril, malaikat wahyu dan tidak ada kekurangan dan penyimpangan dalam al-Quran. Bila ada perubahan parsial di sejumlah hukum, hal itu untuk mempersiapkan orang-orang yang beriman mengamalkan kewajiban sementara agar lebih mudah melaksanakan kewajiban yang asli. Begitu juga penurunan hukum secara bertahan guna memperkuat keimanan mereka dan orang-orang yang keimanannya belum kuat dapat memperoleh hidayah dan kabar gembira dengan cara ini.ÔÇØ

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kandungan al-Quran berisikan kebenaran dan hakikat. Kebenaran itu mulai dari model penurunan ayat-ayat al-Quran kepada Nabi Muhammad Saw hingga penyampaiannya kepada masyarakat. Semuanya berlangsung secara benar dan kokoh agar kebatilan tidak masuk ke dalamnya.

2. Derajat keimanan manusia berbeda-beda. Sekelompok orang beriman sebatas lisan dan sebagian lainnya merasuk hingga ke dalam hatinya. Al-Quran diturunkan kepada semua orang dan menjadi sumber hidayah dan kabar gembira.

 

Ayat ke 103

 

┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘å┘ÄÏ╣┘Æ┘ä┘Ä┘à┘Å Ïú┘Ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ ┘è┘Ä┘é┘Å┘ê┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ ┘è┘ÅÏ╣┘Ä┘ä┘æ┘É┘à┘Å┘ç┘Å Ï¿┘ÄÏ┤┘ÄÏ▒┘î ┘ä┘ÉÏ│┘ÄϺ┘å┘ŠϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è ┘è┘Å┘ä┘ÆÏ¡┘ÉÏ»┘Å┘ê┘å┘Ä ÏÑ┘É┘ä┘Ä┘è┘Æ┘ç┘É Ïú┘ÄÏ╣┘ÆÏ¼┘Ä┘à┘É┘è┘æ┘î ┘ê┘Ä┘ç┘ÄÏ░┘ÄϺ ┘ä┘ÉÏ│┘ÄϺ┘å┘î Ï╣┘ÄÏ▒┘ÄÏ¿┘É┘è┘æ┘î ┘à┘ÅÏ¿┘É┘è┘å┘î (103)

 

Artinya:

Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, "Sesungguhnya Al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahawa Ajam (non Arab). Sedang Al-Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang. (16: 103)

 

Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya tentang pelbagai tuduhan orang-orang yang menentang Rasulullah Saw, ayat ini mengatakan, "Sebagian orang yang mengingkari malah bertindak lebih jauh. Mereka tidak hanya mengatakan bahwa hanya ayat-ayat yang diubah saja yang termasuk buatan Nabi Muhammad Saw, tapi juga seluruh sl-Quran merupakan karya Nabi Muhammad Saw, bahkan isi dan bahasanya malah dinisbatkan kepada selain nabi. Mereka mengatakan, "Muhammad terlebih dahulu mempelajari masalah-masalah ini lalu kemudian mengaku sebagai nabi."

 

Pertanyaannya, mengapa orang yang mengajar Muhammad tidak mengaku dirinya sebagai nabi tetapi hanya muridnya yang mengaku nabi? Kedua, mereka yang disebut oleh orang-orang musyrik sebagai pengajar nabi seluruhnya berasal dari luar jazirah Arab dan mereka tidak mengenal bahasa Arab dengan fasih. Oleh karenanya, mereka tidak mampu membawakan yang sama seperti al-Quran, yang oleh teman dan musuh menyebut al-Quran sebagai mukjizat, bahkan sampai pada susunan katanya.

 

Mukjizat al-Quran malah membuat para pengingarnya menyebutnya sebagai sihir dan syair, sementara Nabi Muhammad saw dijuluki penyihir dan penyair. Untuk itu mereka menasihati masyarakat agar tidak mendengar ayat-ayat al-Quran yang dibacakan oleh Nabi Muhammad Saw. Karena tanpa sadar mereka yang mendengarnya langsung terpengaruh dan seperti tersihir.

 

Bila memang ada orang yang menjadi guru bagi nabi dan mengajarkan pelbagai masalah ini, pertanyaannya mengapa ia tidak memperkenalkan dirinya agar masyarakat mengenalnya dan mengimaninya. Pada prinsipnya bagaimana mungkin pernyataan tantangan yang disampaikan al-Quran bahwa "Tidak ada satu orang pun yang mampu mendatangkan satu surat seperti al-Quran", sampai sekarang tidak terjawab oleh seorang pun? Bagaimana dapat membayangkan sebuah kitab yang semua orang Arab non muslim tidak mampu membawakan satu surat, sementara seorang non Arab mengajarkan semuanya kepada Nabi?

 

Ini adalah sebagian dari pertanyaan-pernyataan yang sampai kini belum terjawab. Karena al-Quran juga tidak mirip dengan ucapan Nabi Muhammad Saw yang dikumpulkan dalam buku-buku hadis. Bila dibandingkan secara teliti, ayat-ayat al-Quran benar-benar berbeda dengan hadis nabi.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Mengenal pertanyaan dan ucapan orang-orang yang menentang Islam, harus disertai dengan memberikan jawaban yang tepat dan sesuai kepada mereka.

2. Kita harus waspada akan dampak propaganda luas para musuh agar tidak terjadi masalah dalam keimanan kita akan al-Quran. Kita harus berusaha agar menghilangkan setiap kerancuan yang ada dengan jawaban yang logis dan tepat.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Tafsir Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 97-100

Ayat ke 97

 

┘à┘Ä┘å┘Æ Ï╣┘Ä┘à┘É┘ä┘Ä ÏÁ┘ÄϺ┘ä┘ÉÏ¡┘ïϺ ┘à┘É┘å┘Æ Ï░┘Ä┘â┘ÄÏ▒┘ì Ïú┘Ä┘ê┘Æ Ïú┘Å┘å┘ÆÏ½┘Ä┘ë ┘ê┘Ä┘ç┘Å┘ê┘Ä ┘à┘ÅÏñ┘Æ┘à┘É┘å┘î ┘ü┘Ä┘ä┘Ä┘å┘ÅÏ¡┘Æ┘è┘É┘è┘Ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å Ï¡┘Ä┘è┘ÄϺϮ┘ï ÏÀ┘Ä┘è┘æ┘ÉÏ¿┘ÄÏ®┘ï ┘ê┘Ä┘ä┘Ä┘å┘Äϼ┘ÆÏ▓┘É┘è┘Ä┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ïú┘Äϼ┘ÆÏ▒┘Ä┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘ÉÏú┘ÄÏ¡┘ÆÏ│┘Ä┘å┘É ┘à┘ÄϺ ┘â┘ÄϺ┘å┘Å┘êϺ ┘è┘ÄÏ╣┘Æ┘à┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä (97)

 

Artinya:

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (16: 97)
 

 

Ayat ini meski pendek namun memiliki peran penting dalam menggambarkan kehidupan orang-orang Mukmin baik di dunia maupun di akhirat. Pertama-tama, ayat ini menyatakan bahwa iman merupakan tolok ukur keutamaan di sisi Allah Swt. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Mereka sama dalam pandangan Allah. Yang membedakan di antara mereka adalah tingkat keimanan yang mereka miliki. Dalam pandangan Allah, jenis kelamin tidak berpengaruh dalam meraih derajat keimanan, meski utusan Allah atau para nabi adalah laki-laki, namun kenabian ilahi adalah tanggung jawab dan tugas suci yang harus disampaikan ke seluruh umat manusia.

 

Tugas ini tidak mungkin dibebankan kepada kaum wanita mengingat keterbatasan kapasitas yang mereka miliki. Oleh karena itulah, Allah Swt menunjuk utusan-Nya dari golongan kaum laki-laki, namun untuk meraih derajat keimanan dan religius yang tinggi kaum wanita tidak mendapat batasan. Artinya, mereka juga mampu meraih derajat keimanan yang sempurna, seperti Sayidah Maryam yang berhasil mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah Swt, sehingga mendapat pelayanan istimewa berupa hidangan dari langit. Atau Sayidah Fathimah az-Zahra as yang berhasil mencapai derajat keimanan yang tinggi, hingga kedudukannya disamakan dengan Ali bin Abi Thalib as.

 

Keimanan saja tidak cukup untuk menentukan kesempurnaan dan derajat yang tinggi, namun diperlukan juga amal saleh. Iman dan amal saleh adalah tolok ukur kesempurnaan seseorang. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Amal saleh tidak terbatas pada tindakan tertentu, namun setiap perbuatan yang pada dasarnya memiliki kebaikan dan pelakunya meniatkan kebaikan saat mengerjakannya juga dapat disebut amal saleh, meski perbuatan tersebut sangat remeh dan kecil.

 

Dalam lanjutannya ayat ini mengatakan, mereka yang beriman dan beramal saleh akan mendapat kehidupan yang bersih di dunia. Mereka bebas dari segala kejelekan dan perbuatan nista. Selain itu Allah Swt menjaga mereka dari segala perbuatan yang menyeleweng dan maksiat. Adapun di akhirat mereka akan mendapat pahala lebih dari apa yang mereka perbuat di dunia. Karena Sunnatullah dalam pembalasan perbuatan maksiat berdasarkan keadilan, namun dalam hal pahala Allah mendahulukan kemurahan dankasih sayang. Dan hal ini telah disinggung dalam ayat ini.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Usia, jenis kelamin, etnis dan kedudukan sosial tidak mendapat perhatian di sisi Allah. Tolok ukur utama di sisi Allah adalah iman dan amal saleh.

2. Orang-orang Kafir tidak memiliki kehidupan yang bersih dan suci di dunia. Sepertinya mereka adalah orang-orang yang mati. Karena kehidupan sejati hanya milik orang-orang beriman.

 

Ayat ke 98

 

┘ü┘ÄÏÑ┘ÉÏ░┘ÄϺ ┘é┘ÄÏ▒┘ÄÏú┘ÆÏ¬┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘é┘ÅÏ▒┘ÆÏó┘Ä┘å┘Ä ┘ü┘ÄϺÏ│┘ÆÏ¬┘ÄÏ╣┘ÉÏ░┘Æ Ï¿┘ÉϺ┘ä┘ä┘æ┘Ä┘ç┘É ┘à┘É┘å┘Ä Ïº┘äÏ┤┘æ┘Ä┘è┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘É Ïº┘äÏ▒┘æ┘Äϼ┘É┘è┘à┘É (98)

 

Artinya:

Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (16: 98)

 

Meski ayat ini ditujukan kepada Rasulullah Saw, namun jelas bahwa seluruh Mukminin juga termasuk di dalamnya. Mengingat urgensitas masalah ini, maka yang menjadi obyek pembicaraan utama adalah Rasulullah Saw. Di dalam sebuah riwayat disebutkan, di saat Rasulullah Saw membaca al-Quran, beliau senantiasa mengucapkan kalimat ÔÇ£Audzu billahi minas SyaithanirrajimÔÇØ, baik itu saat menunaikan shalat maupun tidak. Setiap perbuatan, baik bisa juga mengakibatkan hal yang tidak diinginkan, seperti membaca al-Quran. Terkadang perbuatan baik ini dibarengi dengan riya dan upaya untuk mengunggulkan diri atau adakalanya seseorang terjerumus kepada pemahaman yang salah dan berani menafsirkan al-Quran sesuai dengan pemikirannya sendiri atau sering disebut tafsir birrayu.

 

Oleh karena itu, di saat manusia membaca al-Quran, ia dianjurkan untuk meminta perlindungan kepada Allah dari segala godaan setan karena hawa nafsu atau fanatik yang tidak pada tempatnya, kerap menghalangi manusia untuk memiliki kesiapan maknawi saat membaca al-Quran.

 

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Kita harus waspada dari godaan setan, meski di saat kita melakukan perbuatan baik seperti membaca al-Quran.

2. Kita harus meminta lindungan dari Allah dari godaan setan yang terkutuk.

 

Ayat ke 99-100

 

ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘ç┘Å ┘ä┘Ä┘è┘ÆÏ│┘Ä ┘ä┘Ä┘ç┘Å Ï│┘Å┘ä┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘î Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä Ïó┘Ä┘à┘Ä┘å┘Å┘êϺ ┘ê┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ï▒┘ÄÏ¿┘æ┘É┘ç┘É┘à┘Æ ┘è┘ÄϬ┘Ä┘ê┘Ä┘â┘æ┘Ä┘ä┘Å┘ê┘å┘Ä (99) ÏÑ┘É┘å┘æ┘Ä┘à┘ÄϺ Ï│┘Å┘ä┘ÆÏÀ┘ÄϺ┘å┘Å┘ç┘Å Ï╣┘Ä┘ä┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘è┘ÄϬ┘Ä┘ê┘Ä┘ä┘æ┘Ä┘ê┘Æ┘å┘Ä┘ç┘Å ┘ê┘ÄϺ┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘å┘Ä ┘ç┘Å┘à┘Æ Ï¿┘É┘ç┘É ┘à┘ÅÏ┤┘ÆÏ▒┘É┘â┘Å┘ê┘å┘Ä (100)

 

Artinya:

Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (16: 99)

 

Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (16: 100)

 

Dua ayat ini merupakan kelanjutan pembahasan ayat sebelumnya yang menggambarkan kepada kita untuk meminta perlindungan Allah Swt dari godaan setan. Ayat ini menyatakan, meski setan berusaha menguasasi hati orang-orang Mukmin, namun mereka yang bertawakal kepada Allah dan meminta perlindungan-Nya akan selamat dari godaan setan. Lanjutan ayat ini menyebutkan, sebenarnya setan hanya mampu menguasai mereka yang mempersekutukan Allah atau orang-orang Muslim yang mengikuti petunjuk setan. Karena tindakan orang muslim tersebut telah memberikan kesempatan setan menguasai dirinya. Dengan kata lain, orang-orang seperti ini, menganggap setan sebagai temannya dan menerima setiap petunjuk dan perintah setan. Karena jika tidak, maka Allah tidak akan mengizinkan setan untuk menguasai orang-orang Mukmin.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:ÔÇÄ

1. Awalnya setan tidak memiliki daya untuk menguasai manusia, namun manusia sendiri yang telah membimbing setan untuk menguasai diri mereka.

2. Orang mukmin sejati tidak akan dikuasai oleh setan. Iman adalah tameng yang kuat bagi seorang mukmin untuk mempertahankan dirinya dari serbuan setan.