کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 09 November 2014 00:00

Muscat, Tuan Rumah Negosiasi Nuklir Iran

Muscat, ibukota Oman pada Ahad (9/11) menjadi tuan rumah pertemuan tripartit Mohammad Javad Zarif, John Kerry dan Catherine Ashton, yang masing-masing Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Menlu Amerika Serikat dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa dalam perundingan nuklir.

Menjelang pembicaraan tersebut, Zarif dalam wawancara dengan wartawan menyinggung tentang isi perundingan tripartit, Iran, AS dan Uni Eropa di Muscat dan menegaskan bahwa isu-isu yang masih menjadi perselisihan mendasar adalah mengenai volume pengayaan uranium (bukan dasar program pengayaan) dan cara menghapus sanksi.

Menlu Iran mengatakan, meskipun sejumlah proposal yang ditawarkan mengarah pada jalan penyelesaian namun hingga sekarang masih terdapat perselisihan mengenai cara pencabutan sanksi, volume pengayaan uranium dan proses industrialisasinya.

Ketika menyinggung fatwa Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei bahwa tidak ada tempat bagi senjata nuklir di Iran, Zarif menuturkan, jika Barat tidak memiliki tujuan lain dan tidak mengejar tujuan-tujuan politik, maka untuk mencapai solusi yang dapat menjamin bahwa aktivitas nuklir Iran sepenuhnya damai adalah mungkin.

Menurut Menlu Iran, untuk menyelesaikan masalah tersebut, pilihan terbaik bagi Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Inggris, Perancis, Amerika Serikat ditambah Jerman) adalah mencapai solusi berdasarkan negosiasi.

Salah satu isu kunci dalam perundingan sekarang adalah tentang bagaimana cara mencabut embargo terhadap Iran. Sanksi-sanksi itu meliputi sanksi Dewan Keamanan PBB, sanksi Uni Eropa, sanksi Kongres AS dan sanksi yang diberlakukan oleh presiden AS berdasarkan perintah eksekutif presiden. Penghapusan sanksi-sanksi tersebut merupakan isu yang ditegaskan Iran dalam perundingan.

Meski terhadap tanda-tanda positif untuk mencapai kesepakatan, namun hingga sekarang masih ada banyak celah yang tidak dapat diabaikan. Yang pasti, Iran memiliki sebuah prinsip, di mana berdasarkan prinsip tersebut telah digambarkan mengenai garis-garis merah dalam negosiasi nuklir.

Jika pihak-pihak lawan berunding memiliki niat baik untuk mencermati masalah itu maka tentunya tidak akan ada tempat lagi bagi mereka untuk kembali melontarkan klaim-klaim fiktif seperti menuduh Iran menyembunyikan aktivitas nuklirnya berdasarkan istilah "Break Out," dan menciptakan keraguan tentang kemungkinan adanya aktivitas militer dalam program nuklir negara itu.

Klaim-klaim tersebut tidak akan muncul jika Barat bersedia mencermati persoalan, di mana Iran sangat transparan dalam aktivitas nuklirnya yang diawasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan di bawah NPT (Non-Proliferasi Nuklir). Selain itu, tudingan-tudingan tersebut sama sekali tidak didasari oleh argumentasi dan logika, dan bertentangan dengan fakta serta berseberangan dengan upaya untuk membangun kepercayaan.

Mengingat masih terdapat hambatan, maka perundingan kali ini bisa dikatakan telah sampai pada tahap yang sensitif, dan dengan empat alasan, negosiasi di Muscat akan menjadi peluang terbaik untuk mencapai kesepakatan akhir: 

Pertama, tidak ada satu pun dari pihak lawan berunding yang menuntut untuk kembali ke kondisi sebelum kesepakatan Jenewa. Kedua, penerapan diplomasi adalah satu langkah di hadapan satu langkah sehingga perundingan akan bergerak maju dengan seimbang. Ketiga, kedua belah pihak semakin dekat dengan kesepakatan dan suasana yang dominan di Kelompok 5+1 memiliki kecenderungan untuk mencapai kesepakatan, dan bahkan sebenarnya di pihak internal pemerintah AS sendiri ada tanda-tanda pendekatan ini meski ada gangguan dari Kongres. Dan keempat, tercapainya kesepakatan  akan menguntungkan semua pihak.

 

Perundingan nuklir di Muscat sangat penting, sebab negosiasi tersebut sangat dekat dengan tenggat waktu yang telah ditentukan yaitu tanggal 24 November. Hasil pembicaraan tersebut akan dapat menjadi kunci untuk sampai kepada kesepakatan akhir.

Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, sampai sekarang masalah-masalah mendasar soal jurang pemisah antara pandangan Iran dan Kelompok 5+1 masih perlu diperhatikan.

Mohammad Javad Zarif, Menlu Iran dalam wawancaranya dengan IRIB News (9/11) menjelaskan tentang isi perundingan segitiga Iran, Amerika Serikat dan Uni Eropa di Muscat, Oman. Ia menuturkan, "Masalah-masalah yang sampai sekarang masih menjadi pertentangan adalah tingkat program pengayaan uranium (bukan esensi program pengayaan uranium itu sendiri) dan metode pencabutan sanksi."

Zarif menambahkan, "Terkait pencabutan sanksi dan tingkat program pengayaan uranium serta proses industrialisasi pengayaan uranium, sampai saat ini masih ada beda pandangan, meskipun sebagian usulan yang disampaikan bergerak maju ke arah solusi."

Menurut Menlu Iran, pasca peundingan nuklir Iran dan Kelompok 5+1 di New York, solusi masalah lebih menjadi pusat perhatian ketimbang perbedaan-perbedaan, dan beberapa solusi yanng disampaikan, sudah disepakati oleh kedua belah pihak.

Zarif menegaskan bahwa aktivitas nuklir Iran sepenuhnya damai. "Dengan maksud agar masalah terselesaikan, opsi terbaik bagi Kelompok 5+1 adalah mencapai sebuah solusi berdasarkan perundingan," katanya.

Berdasarkan fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, senjata nuklir tidak memiliki tempat di Iran. "Jika Barat tidak punya tujuan lain dan tidak mengejar ambisi politik, kemungkinan dicapainya sebuah solusi yang dapat meyakinkan mereka bahwa aktivitas nuklir Iran sepenuhnya damai, masih terbuka," ujar Zarif.

Menlu Iran berharap, Tehran dan Kelompok 5+1 dengan metode-metode teknis yang ada dapat mencapai kata sepakat soal solusi ini.

Minggu, 09 November 2014 00:00

Krisis Ekonomi di Perancis Memburuk

Pemerintah Sosialis Perancis menghadapi krisis ekonomi yang parah dan tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Surat kabar, Le Figaro, dalam situsnya melaporkan tentang masalah ekonomi Perancis.

Le Figaro menulis, pengangguran adalah salah satu persoalan utama pemerintah Sosialis dan Francois Hollande, Presiden Perancis tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut meski ia telah berjanji dalam kampanye pemilu tahun 2012 lalu.

Berdasarkan laporan Kementerian Tenaga Kerja Perancis, jumlah pengangguran selama 29 bulan pemerintahan Hollande telah meningkat lebih dari 500 ribu orang. Selain itu, hutang Perancis juga meningkat menjadi 158,9 miliar euro.

Le Figaro juga menyinggung menurunnya daya beli warga Perancis selama kepemimpinan Hollande dan pertumbuhan ekonomi 0,5 persen pada tahun 2014.

Surat kabar itu menyebut pemerintah yang berkuasa tidak mampu merealisasikan janji-janjinya untuk mengurangi defisit anggaran tingkat tiga persen hingga tahun depan.

Menurut media-media Perancis, Hollande adalah Presiden Perancis yang paling tidak populer sejak tahun 1958.

Tembakan-tembakan artileri yang menghujani kota Donetsk di Ukraina timur meningkat tajam di tengah-tengah gencatan senjata yang telah diberlakukan selama dua bulan lalu.
Menurut laporan, penembakan dimulai di bagian tengah dari kota Donetsk yang bergolak pada pukul 2:00 waktu setempat, Ahad (9/11, dan masih terus berlanjut. Demikian dilansir Press TV.

Kemungkinan jumlah korban dan tingkat kerusakan belum diketahui karena jam malam yang diberlakukan oleh oposisi pro-Rusia di Donetsk dan kota terdekatnya, Makiivka.

Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama diEropa (OSCE)  pada Sabtu menyatakan keprihatinan atas situasi di Ukraina timur setelah para pemantaunya  yang mengawasi jalannya gencatan senjata di Ukraina menyaksikan konvoi-konvoi militer tak bertanda dan angkatan bersenjata di wilayah tersebut.

Seorang perwakilan OSCE melaporkan bahwa lebih dari 40 truk terlihat di jalan raya di pinggiran timur Makiivka. Menurutnya, dari jumlah tersebut, 19 truk adalah truk-truk besar jenis Kamaz, tertutup, dan tanpa tanda pengenal atau nomor pelat, di mana para personel yang berada di kendaraan-kendaraan tersebut berseragam hijau gelap dan tanpa lencana.

Para pemantau OSCE juga mengatakan bahwa mereka telah melihat "konvoi sembilan tank tanpa penanda yang bergerak ke barat" di sebelah barat daya Donetsk.

Laporan itu muncul sehari setelah militer Ukraina mengklaim melihat konvoi besar tank dan persenjataan berat lainnya memasuki negara itu dari perbatasan Rusia.

Sementara itu, Rusia telah berulang kali membantah keterlibatan militernya dalam konflik di Ukraina timur dan menegaskan kembali komitmennya untuk kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani antara Kiev dan oposisi pro-Rusia pada 5 September. Rusia juga menandatangani kesepakatan damai.

Pejabat pemerintah Irak mengabarkan tewasnya dua petinggi senior kelompok ISIS dalam operasi militer atas posisi kelompok teroris itu di Al Anbar, namun menegaskan bahwa Abu Bakr Al Baghadi, Pemimpin ISIS tidak ada di antara para korban luka.

Situs stasiun televisi Alalam (9/11) melaporkan, Sabah Karahout, Ketua Dewan Provinsi Al Anbar mengatakan, "Dalam operasi militer atas posisi ISIS di kota Qaem, Provinsi Al Anbar, 12 anasir teroris tewas dan yang paling mencolok adalah Abou Mohanad Al Sowaidawi, Wali Al Anbar dan Abu Zahra Mohammadi di wilayah Al Furat."  

Di sisi lain, sebuah sumber pemerintah di Provinsi Al Anbar menegaskan, Abu Bakr Al Baghdadi, Pemimpin ISIS tidak terluka dalam operasi terhadap posisi-posisi ISIS di kota Qaem.

Sebelumnya, sumber-sumber media mengabarkan, Al Baghdadi, Pemimpin ISIS terluka dalam operasi militer ini.

ISIS kembali mengeksekusi mati puluhan anggota suku Albu Nimr di Barat Irak.

Situs stasiun televisi Alalam (9/11) melaporkan, kelompok teroris ISIS membunuh 70 anggota suku Albu Nimr di wilayah Al Jazira, sekitar kota Hit, Barat Provinsi Al Anbar.

Jenazah 70 anggota suku Albu Nimr ini dimasukkan ke dalam satu kuburan massal. Di antara jenazah itu juga terdapat beberapa jenazah aparat keamanan.

Dengan tewasnya 70 orang itu, sampai saat ini ISIS sudah membunuh lebih dari 500 anggota suku Albu Nimr. Sementara itu, 65 anggota suku Albu Nimr yang lain berada dalam sandera ISIS.

Para pengamat meyakini, aksi keji ISIS ini dilakukan untuk menyebarkan ketakutan di antara warga suku Irak sehingga berhenti melakukan perlawanan terhadap kelompok teroris itu.

Jumat, 31 Oktober 2014 00:00

Ibrahim, Monoteisme, dan Ibadah Kurban

Sosok Nabi Ibrahim diakui semua agama samawi sebagai "Bapak Monoteisme" karena beliau mengumandangkan, "Hai manusia Tuhan yang kamu sembah adalah Tuhan seru sekalian Alam, bukan Tuhan satu ras, bukan Tuhan satu kelompok dan bangsa tertentu."
 

 

Profesor Dr. Quraysh Shihab menyebut Nabi Ibrahim sebagai "Bapak Ketuhanan yang Maha Esa". Jutaan manusia, penganut agama Yahudi, Nasrani, dan Islam mengagungkan sosok Nabi Ibrahim.

 

Jika nabi-nabi sebelumnya mengajarkan kaumnya agar menyembah Allah dengan sebutan "Tuhan Kamu". Akan tetapi, setelah datang Nabi Ibrahim diajarkan bahwa Tuhan yang disembahnya adalah Tuhan seru sekalian alam. Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan semua langit dan bumi (alam raya) QS Al-Anam (6):79).

 

Dosen tetap Mata kuliah Metodologi Studi Islam pada Fakultas Tarbiah dan Ilmu Pendidikan IAIN Sultan Zainal Abidin Syah, Maluku Utara, Dr. H. Muh. Guntur Alting, M.Pd., M.Si. mengatakan bahwa Tuhan yang diperkenalkan oleh Ibrahim bukan Tuhan golongan tertentu, melainkan Allah, Tuhan seru sekalian alam.

 

Tuhan yang dikumandangkan adalah Tuhan Imanen sekaligus transenden, yang dekat kepada manusia, baik pada saat sendirian maupun dalam keramaian, pada saat diam atau bergerak, pada saat tidur atau terjaga, Dia adalah Tuhan seru sekalian alam yakni Tuhan manusia seluruhnya secara universal.

 

Menurut Guntur, melalui surat elektroniknya kepada Antara di Jakarta, Nabi Ibrahim menemukan dan membina keyakinan itu melalui pengalaman pribadi setelah mengamati gejala-gejala alam, seperti adanya bintang, bulan, dan matahari, kemudian pada akhirnya berkesimpulan bahwa bukan patung, bukan pula apa yang ada di bumi, tidak juga benda-benda langit, yang wajar disembah.

 

Semua manusia, dengan risalah Bapak Monoteisme ini, memperoleh martabat kemanusian. Orang kuat, betapa pun kuatnya. Demikian pula orang lemah, betapa pun lemahnya adalah sama di hadapan Allah SWT. Demikianlah Nabi Ibrahim menemukan tauhid. Sampai kini, cukup banyak penemuan manusia. Namun, penemuan Nabi Ibrahim merupakan penemuan manusia yang terbesar. Betapa tidak? Bukankah dengan mengenal Allah Tuhan yang Maha Esa, manusia dapat mengenal jati dirinya serta mengenal dan mengatur hubungannya dengan alam sekitarnya.

 

Penemuan Nabi Ibrahim tentang tauhid tidak dapat dibandingkan dengan penemuan roda, api, listrik, atau rahasia-rahasia atom, betapa pun besarnya pengaruh dan sumbangsi penemuan-penemuan tersebut bagi kehidupan kemanusian saat ini. Akan tetapi, masih kecil jika dibandingkan dengan penemuan Ibrahim.

 

Kenapa? Sebab, semua penemuan tersebut tunduk dan dikuasai oleh manusia, sedangkan penemuan Nabi Ibrahim tentang tauhid itu menguasai jiwa dan raga manusia. Penemuan Nabi Ibrahim menjadikan manusia yang tadinya tunduk kepada alam, menjadi mampu mengatur alam. Demikian ditulis pemikir Muslim Mesir Abbas Al-Aqqad.

 

Jalan Persimpangan

 

Nabi Ibrahim, yang hidup abad 18 SM, menurut Drs. H. Abdul Halim Sholeh, M.M. pada khotbah Jumat di Masjid Istiqlal (3/10/2014) berada pada masa persimpangan jalan pemikiran manusia tentang kurban-kurban manusia untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa dan tuhan-tuhan mereka.

 

Sementara perintah Allah kepada Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya (Ismail) adalah untuk menguji wujud ketaatan beliau terhadap perintah Allah sesuai bunyi ayat, yang artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah bagaimana pendapatmu." Ismail menjawab, "Wahai ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

 

"Ketika Nabi Ibrahim menerima wahyu melalui mimpi agar menyembelih putranya Ismail. Perasaannya hendak menyangkal, ini bukan wahyu, ini bisikan iblis. Maklum, ayah mana yang tidak memberontak menerima perintah sekejam itu, padahal beliau baru sehari berkumpul dengan darah dagingnya setelah sebelas tahun berpisah," kata Guntur.

 

Akan tetapi, nalar Ibrahim tergugah tatkala Ismail, putra kesayangannya itu, dengan tabah menjawab, "Ayah, laksanakan perintah Tuhan itu, mudah-mudahan akan Ayah saksikan nanti, putramu ini tergolong hamba-Nya yang bersabar."

 

Mengalir deras dalam benak Ibrahim, betapa anak sekecil itu mampu menyerap makna hakiki yang terkandung dalam perintah tersebut bahwa Tuhanlah yang menciptakan hidup, dan Tuhan pula yang berhak mencabutnya, terlepas apakah manusia suka atau tidak suka. Dapatkah ia menampik maut apabila sewaktu-waktu-waktu maut itu datang merenggut? Jangankan nyawa sang anak, nyawa sendiri pun da taksanggup mempertahankannya.

 

Apalagi sesudah Siti Hajar sang istri, dengan bijak berkata, "Kalau itu perintah Tuhan, saya rela melepas kepergian Ismail. Saya akan berusaha untuk ikhlas dan tawakal dalam menerima keputusan-Nya. Saya yakin, di balik perintah itu, Tuhan menyediakan kehormatan dan kemuliaan bagi kita. Bukankah janji-Nya selalu berkumandang bahwa Ia akan mengganjar orang-orang yang sabar dengan ampunan dan surga yang dijanjikan?"

 

Maka, ketika di puncak Jabal Qurban, Ibrahim meletakkan goloknya ke leher Ismail, yang terbersit di hatinya hanya sebuah ikrar. "Tuhan, sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah semata-mata untuk-Mu".

 

Cahaya golok itu berkelebat tertimpa cahaya matahari pagi manakala sebuah suara gaib bergema dari langit. "Hai Ibrahim, engkau telah mematuhi perintah-Ku walaupun terasa berat dalam perasaanmu. Engkau akan Kuganjar dengan penyembelihan agung sebagai kehormatan dari arasy-Ku". Mata Ibrahim terpejam sekejap karena golok telah menyambar sang korban. Terdengar sesosok benda-benda berat berdebam ke tanah. Ia menyangka Ismail telah terpenggal lehernya.

 

Namun, betapa lega perasaannya ketika ia membuka mata yang tergeletak di bumi berlumur darah bukan anaknya, melainkan seekor domba berbulu putih. Sementara itu, Ismail berdiri tegar seraya berseru, "Allahu Maha Besar, Allahu Maha Besar." Ibrahim pun menjawab, "Segala puji bagi Allah Yang Mahabesar."

 

Sejatinya, kata Abdul Halim, perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS agar menyembelih putranya sendiri sebagai wujud kualitas ketakwaan dan kesabaran yang ditunjukkan kedua hamba Allah tersebut. Dan, juga sebagai isyarat betapa pun besarnya cinta seseorang kepada sesuatu yang dimilikinya bukanlah sesuatu yang berarti jika Allah menghendakinya.

 

Disebut dari kisah Nabi Ibrahim tersebut bahwa akhirnya Allah memberi pengganti seekor domba yang harus disembelih sebagai bukti keberhasilan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam melaksanakan perintah dan ujian yang amat berat.

 

Kurban yang disyariatkan oleh agama dimaksudkan mengingatkan manusia bahwa jalan menuju kebahagian membutuhkan pengorbanan. Akan tetapi, yang dikurbankan bukan manusia, bukan pula nilai-nilai kemanusian, melainkan binatang sebagai pertanda bahwa pengurbanan harus ditunaikan. Dan, yang dikurbankan adalah sifat-sifat kebinatangan dalam diri manusia itu sendiri, yakni rakus, ingin menang sendiri, serta mengabaikan norma dan nilai.

 

Ada beberapa pesan-pesan moral Idul Adha yang dapat dipetik, baik berdimensi spiritual, emosional, maupun sosial yang seharusnya dapat dihayati dan dijabarkan di dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, terutama untuk kepentingan peningkatan kualitas diri.

Umar bin Saad memperoleh sebuah surat dari Ubaidullah yang isinya demikian, "Aku tidak begitu saja menyerahkan pasukan berkuda dan pasukan berjalan kepadamu. Perhatikanlah bahwa aku memberikan tugas untuk melaporkan keadaan di sini setiap hari kepadaku."

Habib bin Mazhahir pada tanggal 6 Muharram 61 Hq meminta izin kepada Imam Husein as untuk mendekati kabilah Bani Asad yang hidup di dekat daerah itu dan mengajak mereka untuk bergabung. Beliau mengizinkan. Habib kemudian mendatangi mereka dan berkata, "Ikutilah perintahku hari ini dan bergegaslah untuk membantu Husein supaya kalian berada dalam kemuliaan dunia dan akhirat."

Sejumlah sembilan puluh orang bangkit dan bergerak menuju Karbala. Akan tetapi, di pertengahan jalan mereka bertemu dengan pasukan Umar bin Saad. Karena tidak memiliki pertahanan yang kuat, akhirnya mereka terpencar dan kembali ke rumah masing-masing.

Habib mendatangi Imam Husein as dan menceritakan peristiwa ini. Beliau hanya berkata, "Laa haula wa laa quwwata illa billah."

Surat Imam Husein as dari Karbala kepada saudaranya Muhammad bin Hanafiyah dan Bani Hasyim, "Seakan dunia sama sekali tak pernah ada (dan demikian inilah dunia yang berkesudahan tanpa arti), sementara akhirat adalah senantiasa."

Tanggal 6 Muharram 406 Hijriah, Sayid Muhammad Husain Musawi Baghdadi, yang terkenal dengan nama Sayid Razi, seorang cendikiawam besar muslim, meninggal dunia pada usianya ke 47 tahun.

Sejak masa kanak-kanak, Sayid Razi telah mulai menuntut ilmu dari ulama-ulama besar zaman itu, di antaranya Syeikh Mufid.

Dalam usia yang masih muda, Sayid Razi telah berhasil mengusai ilmu-ilmu yang berkembang saat itu dan beliau kemudian mulai menyusun buku, di antaranya berjudul "Haqayiqut-Tanzil" dan "Mujazaatul Quran".

Karya beliau yang terpenting adalah penyusunan kitab Nahjul Balaghah yang berupa kumpulan, khutbah, surat, doa, dan wasiat Imam Ali as.

Jumat, 31 Oktober 2014 00:00

Ghadir, Cahaya Benderang Kebenaran

Pada tahun 10 Hijriah, di tengah terik matahari yang menyengat, Rasulullah Saw menunaikan haji terakhirnya. Selain mengajarkan manasik haji kepada umat Islam, Nabi Muhammad saw juga menyampaikan masalah imamah dan pewaris kepemimpinan umat. Sejarawan menyebutkan lebih dari 120 ribu Muslim menyertai Rasulullah menunaikan ibadah haji. Setelah selesai menunaikan haji, Rasulullah mengumumkan bahwa seluruh jemaah haji dari Mekkah berkumpul di sebuah tempat bernama Khum, yang merupakan titik perpisahan jemaah haji menuju tempat tinggal masing-masing. Ketika sampai di Ghadir Khum, Rasulullah memerintahkan rombongan haji berhenti untuk menunaikan shalat dan beliau menyampaikan khutbah di sana.
 

 

Pada bagian awal khutbah, setelah memanjatkan puji syukur kepada Allah Swt, Rasulullah Saw menyampaikan sebuah tugas penting dari Allah Swt, dan bersabda: "Sekarang aku bersaksi atas penghambaanku terhadap Allah swt. Dan aku akan melaksanakan tugas yang diwahyukan kepadaku Tidak ada Tuhan selain-Nya (Allah Swt), karena Dia berfirman, agar aku menyampaikan apa yang diturunkan kepadaku. Jika aku tidak melaksanakannya maka aku tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah Swt telah memberikan jaminan keamanan (dari gangguan) manusia." Ucapan Rasulullah ini menyinggung penjelasan surat al-Maidah ayat 67.

 

Nabi Muhammad Saw melanjutkan Khutbahnya, "Wahai umat, aku tidak lalai dalam menyampaikan apa yang telah diturunkan Allah kepadaku, dan aku akan menjelaskan kepada kalian sebab diturunkannya ayat ini. Malaikat Jibril tiga kali diutus menemuiku dan memerintahkanku untuk mengumpulkan umat dan menjelaskan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah saudaraku, pewarisku, dan penggantiku atas umatku, serta pemimpin setelahku. Ali di sisiku sama seperti Harun as di sisi Musa as, akan tetapi tidak ada Nabi setelahku. Ali adalah pemimpin kalian setelah Allah Swt dan Rasul-Nya."

 

Di sini, muncul pertanyaan besar, pesan penting apa yang menyebabkan Nabi Muhammad Saw dianggap tidak menyampaikan Risalah ilahi jika pesan di hari Ghadir tersebut tidak disampaikan terhadap umat?

 

Hari raya Ghadir merupakan peristiwa penting yang tiada bandingannya dalam sejarah Islam. Idul Ghadir adalah hari raya bagi seluruh umat Islam yang tidak hanya dirayakan oleh pemeluk mazhab Syiah saja. Ketika membuka lembaran sejarah Islam, kita menemukan bahwa hari raya Ghadir Khum diperingati oleh kaum muslim dari berbagai bangsa dunia. Abu Raihan Biruni dalam bukunya "Atsar al-Baqiyah" menulis, "Hari raya Ghadir merupakan salah satu hari raya besar bagi umat Islam."

 

Ulama Sunni terkemuka, Ibnu Talhah Syafii pernah mengungkapkan, "Hari ini (Ghadir) merupakan hari raya umat Islam karena Rasulullah Saw mengangkat Sayidina Ali sebagai walinya, dan ia adalah makhluk terbaik dari seluruh ciptaan Allah swt." Jalalluddin Rummi atau Maulawi dalam bukunya "Matsnawi-e Maknawi" mengungkapkan makna Maula yang disematkan kepada Imam Ali bermakna pembebasan dan penyelamatan manusia atas ikatan manusia lain.

 

Urgensi Ghadir bisa dilihat dari berbagai dimensi. Salah satunya adalah perhatian terhadap keutamaan sosok Imam Ali. Umat Islam yang pernah sezaman dengan manusia mulia ini dari dekat menyaksikan sendiri keutamaan karakter Ali, baik dari sisi keilmuannya yang menjulang dan keluhuran akhlaknya yang tinggi. Beliau adalah seorang pemberani, ikhlas, adil dan takwa. Untuk itu Rasulullah Saw memilihnya sebagai pemimpin umat Islam sepeninggal beliau.

 

Ibnu Abi al-Hadid mengutip sejarawan abad kedua hijriah Muhammad bin Ishak yang menuturkan bahwa Rasulullah pernah bersabda kepada Imam Ali,"Jika aku tidak khawatir orang lain akan memperlakukanmu seperti pengikut Isa terhadap Nabi Allah itu, aku akan mengucapkan sesuatu tentang (keutamaan) dirimu yang membuat orang akan mangambil tanah yang kamu injak sebagai berkah setiap kali kamu melewati mereka."

 

Dengan mengutip sejumlah riwayat yang menerangkan Asbab an-Nuzul ayat Al-Qur'an yang berkenaan dengan peristiwa Ghadir dan beberapa dalil lainnya, Ibnu Abi al-Hadid menyatakan bahwa sepanjang sejarah Islam, Imam Ali bin Abi Thalib adalah figur teladan dan sosok yang paling unggul dalam ilmu, taqwa, pengorbanan, jihad, infak dan berbagai keutamaan lainnya. Keutamaan Imam Ali juga menjadi perhatian para mufasir Sunni dan Syiah. Mayoritas mufasir Sunni dan syiah bersepakat bahwa asbabun nuzul ayat 55 surat al-Maidah mengenai Imam Ali. Oleh karena itu, ayat tersebut juga disebut sebagai ayat Wilayah.

 

Imam Thabrani mengungkapkan sebuah hadis dalam kitab Al-Awsath melalui sanad dari Ammar bin Yasir, yang menceritakan, "Pada suatu hari datang seorang pengemis kepada Ali bin Abu Thalib, sedangkan waktu itu Ali sedang rukuk dalam salat sunah. Kemudian ia melepaskan cincinnya dan memberikannya kepada pengemis itu. Lalu turunlah ayat, "Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)".(Qs. Al-Maidah:55).

 

Hadis ini mempunyai syahid (saksi) dari hadis lain yang memperkuatnya. Abdurrazaq berkata, "Abdul Wahhab bin Mujahid menceritakan kepada kami dari ayahnya dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya, 'Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah dan Rasul-Nya...' (Q.S. Al-Maidah 55), bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh Ali bin Abu Thalib."Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui jalur lain dari Ibnu Abbas dengan makna yang sama. Selain itu, Ibnu Jarir menukil hadis dari Mujahid, dan hadis serupa diungkapkan Ibnu Abu Hatim dari Salamah Bin Kuhail. Semuanya itu adalah saksi-saksi yang saling memperkuat.

 

Abu Dzar berkata, "Ketika Rasulullah mengetahui berita bahwa Ali memberikan cincinnya kepada seorang pengemis ketika sedang rukuk, beliau bersabda, "Saudaraku Musa memohon kepada-Mu supaya diutus seorang wali yang akan memudahkan tugasnya (sebagai seorang Nabi). Kini, Engkau memilihku, Muhammad sebagai utusan-Mu.Ya Allah lapangkanlah dadaku, permudah urusanku dengan memilih orang dari keluargaku, pilihkan Ali untukku supaya aku lebih kuat." Di saat doa Rasulullah belum selesai, malaikat Jibril turun dan menyampaikan wahyu ayat 55 surat al-Maidah."

 

Dimensi terpenting Ghadir adalah masalah wilayah Imam Ali sebagai penerus kepemimpinan umat setelah Rasulullah Saw. Wilayah dalam masyarakat Islam adalah hak prerogatif Allah swt. Dalam hal ini, dari Allah kepada Rasulullah kemudian kepada Imam Ali sebagai walinya.

 

Para ulama Sunni seperti Turmuzi, Ibnu Majah, Ibnu Asakir, Ibnu Atsir, Khawarizmi, Suyuti, Ibnu Hajar, Ghazali dan lainnya menjelaskan peristiwa Ghadir dalam karya mereka. Misalnya, Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya al-Musnad menukil dari salah seorang sahabat bernama Zaid bin Arqam, ia berkata, "Aku datang bersama Rasulullah di sebuah tempat bernama Khum, dan beliau memerintahkan umat untuk shalat di sana. Lalu, beliau menyampaikan khutbah dan selembar kain digantungkan di pohon untuk mengurangi terik matahari yang panas. Rasulullah Saw bersabda: Tahukah kalian, apakah kalian bersaksi tidak ada mukmin yang lebih utama dariku ? Semua berkata: Ya ! Beliau bersabda, "Siapapun yang mengakuiku sebagai panutan dan pemimpinnya, maka mereka harus mengakui Ali sebagai pemimpin dan panutannya.Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang yang memusuhinya."

 

Sejatinya, Ghadir merupakan realitas yang terang-benderang. Al-Quran di surat al-Maidah ayat 3 mengungkapkan pelajaran penting dari peristiwa Ghadir Khum. "Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu." Terkait kebenaran realitas Ghadir, seorang penulis Mesir, Abdul Fatah Abdul Maqsud menulis, "Hadis Ghadir tidak diragukan merupakan sebuah kebenaran yang tidak ada kebatilan di dalamnya yang memancarkan cahaya terang-benderang di siang hari.(