کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran ayat 169-173
Ayat ke 169
Artinya:
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah, itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (3: 169)
Setelah terbunuhnya 70 orang Muslimin dalam perang Uhud, orang-orang Munafikin Madinah menunjukkan sikap keprihatinan mereka kepada keluarga mereka. Saat melayat mereka menyebut Rasul dan para sahabatnya yang bertanggung jawab atas kematian para mujahidin. Di sisi lain, Abu Sufyan, pembesar Musyrikin Mekah di akhir perang Uhud menyatakan bahwa tujuh puluh orang yang terbunuh ini adalah sebagai ganti 70 orang dari orang-orangnya yang terbunuh dalam perang Badr.
Allah Swt menurunkan ayat ini untuk menghadapi propaganda Musyrikin dan Munafikin yang menganggap sama orang muslim dan musyrik yang terbunuh di medan perang. Sebagai jawaban atas pernyataan Abu Sufyan itu, Allah menjelaskan satu poin penting yang membedakan kedua. Disebutkan bahwa orang muslim yang meninggal di medan perang disebut syahid dan tempatnya di surga. Sementara orang musyrik yang tewas tempatnya di neraka.
Dalam riwayat disebutkan, "Selalu ada kebaikan yang lebih tinggi dari setiap kebaikan, kecuali syahadah. Karena tidak dapat dibayangkan kebaikan apa lagi yang lebih tinggi dari mati syahid." Oleh karenanya, para nabi dan wali dalam doa mereka, memohon syahadah dari Tuhan dan banyak dari mereka yang mati syahid.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Syahadah merupakan nikmat yang paling besar dan tidak ada kata rugi bagi orang yang syahid.
2. Syahadah bukanlah akhir kehidupan syahid, tapi permulaan kehidupan ilahinya.
Ayat ke 170-171
Artinya:
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (3: 170)
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (3: 171)
Al-Quran dalam ayat ini menjelaskan, kebahagiaan syuhada tidak berhenti pada kerelaan mereka saat syahid di jalan Allah, tapi juga menyeru orang-orang Mukmin agar meraih posisi tinggi yang mereka capai. Sejatinya, syahadah mereka memberikan kabar gembira bahwa tidak ada ketakutan dan kesedihan yang mengancam mereka. Karena yang mereka saksikan hanya kemurahan Tuhan turun untuk mereka. Berdasarkan ayat ini kehidupan syuhada di dalam alam Barzakh sebuah kehidupan sejati dan memiliki rezeki, kehidupan dan berita gembira. Menjadi syahid bukan untuk dikenang namanya dalam sejarah.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pesan syuhada, berjalanlah di jalan Allah hingga mencapai syahadah. Karena syahadah menghilangkan segala bentuk ketakutan akan masa datang dan kesedihan akan masa silam.
2. Syuhada melihat syahadah dan apa yang diperoleh setelahnya sebagai rahmat dan karunia ilahi bukan ganjaran amalan dan darah mereka.
Ayat ke 172
Artinya:
Orang-orang yang mentaati perintah Allah dan RasulNya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikkan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (3: 172)
Sekaitan dengan peristiwa perang Uhud, disebutkan dalam sejarah bahwa orang-orang kafir Quraisy setelah menang dalam perang Uhud, kembali menuju Mekah. Namun dipertengahan jalan mereka berpikir untuk kembali menyerang kota Madinah untuk mengalahkan uma Islam dan menghancurkan kekuatan perangnya. Bila itu berhasil dilakukan diharapkan Islam musnah dari bumi. Rencana serangan kedua kalinya oleh musuh itu sampai ke telinga Rasul Saw. Untuk mereaksi rencana ini, Rasul mengeluarkan perintah mobilisasi umum dan bahkan meminta agar mereka yang terluka dalam perang Uhud untuk bersiap-siap bergerak kembali.
Abu Sufyan yang mengetahui mobilisasi umum Muslimin mengira telah ada tentara yang baru dari Muslimin. Tentara baru yang siap berperang mengalahkan kafir Mekah yang baru saja meraih kemenangan. Akhirnya mereka menggagalkan rencananya menyerang Madinah dan segera kembali ke Mekah. Meskipun serangan musuh tidak terjadi namun al-Quran memuji orang-orang yang cidera yang siap berperang dan mengumumkan ganjaran besar bagi mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Yang penting adalah senantiasa siap untuk melakukan tugas, sekalipun tidak ada serangan. Pekerjaan yang dilakukan tanpa persiapan tidak memiliki nilai.
2. Hadir di medan tempur jika tidak disertai dengan takwa dan perbuatan baik tidak ada nilainya.
Ayat ke 173:
Artinya:
Orang-orang yang menaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan; Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka, dan mereka menjawab: Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik penolong. (3: 173)
Ancaman terpenting yang mengintai masyarakat Islam khususnya masyarakat awam adalah menganggap besar musuh dan memandang diri kecil. Biasanya ketakutan ini menyebabkan mereka tidak bersedia berhadapan dengan konspirasi musuh. Bukan hanya ia tidak hadir ke medan melainkan dengan mewujudkan ketakutan dan kebimbangan, ia justru menghalangi kehadiran Muslimin lainnya di medan pertempuran. Daripada takut kepada musuh hendaknya mereka bertawakal kepada Allah yang Maha Kuasa.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tatkala perang, hendaknya kalian mewaspadai anasir musuh yang menyusupkan propaganda mereka.
2. Meskipun musuh kuat, namun kekuatan Tuhan lebih besar darinya, maka daripada takut kepada musuh, hendaknya bertawakal kepada Allah.
3. Perang dengan segala kepahitannya juga meninggalkan berkah seperti semakin kuatnya iman para pejuang
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 164-168
Ayat ke 164
Artinya:
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-kitab dan Al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan) nabi itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (3: 164)
Dalam sistem penciptaan ilahi segalanya tercipta berdasarkan dan rahmatAllah.Sementarahidayahmerupakan nikmat yang diterima oleh manusia secara khusus dari Tuhan. Secara mendasar penciptaan manusia tanpa hidayah-Nya akan menyebabkan potensi menjadi sia-sia dan pemikiran dan perilaku manusia akan menyimpang. Dewasa ini kita menyaksikan mereka yang tidak memperhatikan hidayat ilahi ini melalui akal,khususnyawahyu,membuatilmu dan pengetahuan mereka menjadi kontra produktif dari apa yang dicita-citakan sebelumnya. Ilmu pengetahuan yang seharusnya menciptakan kedamaian, ternyata menjadi kekerasan yang berujung pada kecemasan.
Allah Swt menugaskan para nabi untuk membersihkan masyarakat manusia dari segala bentuk kekotoran dan mewujudkan fondasi kesempurnaan. Para nabi ini tugasnya menjelaskan kalam ilahi kepada masyarakat dan ungkapan-ungkapan bijak. Mereka diperintahkan Allah untuk membimbing akal dan fitrah manusia guna menyelamatkannya dari kebinasaan dan penyimpangan.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pengutusan para nabi adalah hadiah terbesar Allah kepada manusia dan hendaknya kita mensyukuri nikmat ini.
2. Penyucian diri lebih utama dari belajar. Ilmu akan bermanfaat bila sumbernya suci.
3. Penyucian jiwa haruslah di bawah bimbingan para nabi dan wahyu agar tidak mengarah pada penyimpangan.
Ayat ke 165:
Artinya:
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badr) kamu berkata: Dari mana datangnya (kekalahan) ini. Katakanlah: "Itu dari kesalahan dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 165)
Dalam perang Uhud, ketika 70 orang muslim terbunuh dan kalah, Rasul ditanya,"Mengapa kita kalah? Allah Swt menyatakan kepada mereka, tahun lalu kalian menang dalam perang Badr, padahal musuh dua kali lebih besar dari kali ini. Pada waktu itu kalian menewaskan 70 orang dan menawan 70 lainnya. Kekalahan diperangUhuddikarenakanketidaktaatandanperpecahan di antara kalian sendiri. Jangan berpikir bahwa Tuhan tidak mampu menolong kalian. Dia mampu melakukan segala sesuatu. Namun pertolongannya bersyaratpadaketaatan kalian kepada Nabi dan bukannya melanggar perintah Tuhan. Bila kalian telah mengamalkan syarat ini baru bisa mengharapkan kemenangan.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Saat menghakimi satu masalah harus bersikap obyektif. Jangan hanya melihat kekalahan Uhud, tapi juga melihat kemenangan di Badr.
2. Mengevaluasi kekalahah, maka hal pertama yang harus dilihat adalah faktor internalnya atau harus instropeksi diri. Jangan hanya melihat pihak lain sebagai penyebab, tapi lebih penting dari itu melihat kelemahan sendiri dan menutupinya.
Ayat ke 166-167
Artinya:
Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah, mengetahui siapa orang-orang yang beriman. (3: 166)
Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang munafik. Kepada mereka dikatakan; "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)?" Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu." Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (3: 167)
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ketika sampai berita rencana serangan orang-orang Musyrik Mekah, Rasul menggelar musyawarah di masjid dan memutuskan untuk mengikuti suaraterbanyak. Pada awalnya ada yang mengajukan pendapat agar Muslimin keluar dari kota dan bertempat di kaki Gunung Uhud. Namun beberapa pembesar Madinah berkeyakinan bahwa harus menetap di kota dan menjadikan rumah masing-masing sebagai benteng melawan musuh. Rasul menyetujui pendapat pertama yang disuarakan oleh anak-anak muda dan juga suara mayoritas. Hal ini membuat sebagian tokoh tidak puas dan ketika pasukan tengah bergerak ke Uhud, sebagian dari mereka mencari-cari alasan untuk kembali ke Madinah. Akhirnya mereka kembali ke Madinah yang berdampak pada agak melemahnya semangat sebagian pejuang Muslim.
Al-Quran menyatakan kepada Mukminin, meskipun perang Uhud sangat pahit, namunberhasil memunculkan siapa saja dari umat Islam yang sejati berusaha membela Islam. Dengan demikian, semakin jelas siapa yang mukmin sejati dan mereka yang hanya ikut-ikutan. Perang Uhud membuat siapa saja yang membacara sejarahnya berhasil memilah siapa saja dari sahabat Nabi yang setia dengan cita-cita dan risalah beliau.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Peristiwa pahit manis kehidupan merupakan lapangan ujian Tuhan untuk mengenali manusia. Kita harus berhati-hati agar tidak termasuk yang tidak lulus ujian.
2. Kemunafikan menyeret manusia kepada kekufuran dan ingkar. Bersikap jujur merupakan kunci kemenangan.
3. Mempertahankan jiwa dan tanah air merupakan satu nilai dan barang siapa yang terbunuh di jalan ini dihitung syahid.
Ayat ke 168
Artinya:
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh." Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar." (3: 168)
Mereka yang berkhianat sebelum perang Uhud berlangsung telah menciptakan perpecahan dan melemahkan semangat sebagian umat Islam. Pasca perang Uhud, mereka tetap melakukan propaganda dan menyalahkan orang-orang yang pergi berperang ke luar kota Madinah. Karena sejak awal mereka berpendapat untuk tetap tinggal di Madinah dan menjadikan rumah-rumah penduduk sebagai benteng pertahanan. Mereka justru menyalahkan siapa yang terbunuh di perang Uhud. Padahal kematian tidak terbatas hanya di medan tempur. Karena tidak ada yang dapat lari dari kematian.
Oleh karenanya, kepada mereka Allah Swt berfirman, "Janganlah kalian pikir, dengan lari dari perang, kalian dapat lari dari cengkeram kematian. Kematian adalah bagi semua, namun beruntung bagi orang-orang yang mati dalam keadaan melaksanakan perintah Tuhan dan celaka orang yang menemui kematian saat mereka berusaha lari darinya."
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tinggal di rumah saat musuh menyerang sangat membahayakan Islam dan menjadi tanda nifak.
2. Strategi orang-orang Munafik adalah melemahkan keluarga syahid dan pejuang yang terluka.
3. Orang-orang Munafik melihat diri mereka lebih mulia dari yang lain dan berharap orang lain mengikuti pikiran dan akidah mereka.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 159-163
Ayat ke 159
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya. (3: 159)
Ayat ini menyinggung kekhususan Rasul, yakni akhlak mulia beliau. Ayat ini menyatakan, apa yang menyebabkan orang-orang Arab yang bersifat keras dan suka perang berkumpul di sisimu dan beriman kepadamu adalah kelembutan akhlakmu. Sekirannya kamu seperti mereka, maka tak seorangpun datang ke sisimu dan merekapun yang beriman akan berpaling darimu. Oleh karenanya, maafkanlah ketidaktaatan mereka dalam perang Uhud dan beristigfarlah untuk mereka. Meskipun sebelum perang anda bermusyawarah dengan mereka dan musyawarah ini gagal, namun janganlah anda meninggalkan musyawarah dengan mereka dalam urusan berhubungan dengan mereka. Karena engkau adalah teladan mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kasih sayang adalah hadiah Tuhan yang diberikan kepada para pimpinan agama. Siapa yang ingin menasihati orang lain, hendaknya dilakukan dengan kasih sayang.
2. Di samping melakukan musyawarah, jangan melupakan tawakal kepada Allah.
Ayat ke 160
Artinya:
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu, jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. (3: 160)
Setelah menasihati Rasulullah Saw agar bertawakal dalam ayat sebelumnya, ayat ini juga menganjurkan Mukminin bertawakal, sekaligus menjelaskan alasannya. Kemuliaan dan kehinaan ada di tangan Allah dan semua itu akan sampai kepada manusia bila dikehendaki oleh Allah. Jika Allah berkehendak memberikan kebaikan kepada seseorang, maka tidak seorangpun yang dapat menghalangi-Nya. Sebaliknya, bila Allah hendak menjatuhkan hukuman dan menghina seseorang, maka tidak satupun yangdapatmembantunya.Memahami hakikat ini akan membuat manusia tidak akan berputus asa dan hanya melakukan sesuatu demi Allah semata. Hanya kepada Allah kita berharap dan bertawakal.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hendaknya kita bertawakal kepada Allah dalam urusan individu maupun sosial dan tidak bersandar kepada selain-Nya.
2. Betapa banyak kemenangan-kemenangan lahiriyah dan alamiah yang karena pengaruh faktor-faktor lain menjadi gagal, namun pertolongan Tuhan akan senantiasa tetap.
Ayat ke 161
Artinya:
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat, ia akan datang membawa apa yang dikhianatkanya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (3: 161)
Dalam perang Uhud, Rasul memerintahkan sebuah kelompok untuk menjaga jalan di belakang Gunung Uhud dan mengatakan, "Baik kita menang maupun kalah, janganlah kalian tinggalkan tempat ini dan bagian rampasan kalian tetap terpelihara. Namun ketika Muslimin tidak mengindahkan perintah ini dan meninggalkan tempat tersebut serta berebut ghanimah." Kepada mereka ayat ini mengatakan, "Adakah kalian mengira bahwa Rasul akan mengkhianati bagian kalian sehingga kalian meninggalkan tempat yang kalian ditugaskan menjaganya? Padahal makam kenabian tidaklah sejalan dengan khianat dan para nabi adalah pengemban amanah Tuhan dan masyarakat.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Beberapa sahabat Nabi, meskipun melihat ketulusan dan kesuciannya, namun masih tetap meragukan kejujuran Rasul Saw. Hendaklah kita berhati-hati agar kita tidak terperangkap dengan keraguan setan ini.
2. Bila masyarakat berprasangka buruk kepada Rasul, maka terlalu bermuluk-muluk bila meminta mereka berprasangka baik kepada kita.
3. Siksa Hari Kiamat sejatinya hasil dari amal perbuatan kita di dunia.
Ayat ke 162-163
Artinya:
Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah, sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan ( yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah jahannam? (3: 162)
Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali, kedudukan mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (3: 163)
Ayat ini dengan ungkapan yang sederhana membandingkan kesudahan orang mukmin dan munafik. Disebutkan, mereka yang dalam hidupnya ingin mendapatkan kerelaan Allah, maka di sisi-Nya akan mendapat derajat yang tinggi dan dijadikan teladan. Berbeda dengan mereka yang mengejar keinginan di balik topeng kerelaanAllah,tipeorangsemacam ini menjadikan agama sebagai alat untuk mendapatkan dunia. Merekaakanmendapat kemurkaan Tuhan dan kesudahan perbuatan mereka di dunia dan akhirat adalah kebinasaan.
Berdasarkan riwayat, ketika Rasul mengeluarkan perintah untuk bergerak menuju Uhud. Sekelompok Munafikin tetap tinggal di Madinah dengan mengemukakan beberapa alasan yang tak benar. Akhirnya, sekelompok Muslimin yang lemah imannya mengikuti mereka dan tidak berangkat ke medan tempur. Ayat ini menggambarkan potret orang-orang seperti itu dan menyebut jahannam sebagai kesudahan mereka. Berbeda dengan orang yang hadir di medan tempur, tapi dengan sifat malas-masalan. Karena bila mereka bertaubat, maka taubatnya akan diterima.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tujuan yang paling suci adalah tujuan memperoleh keridhaan Tuhan.
2. Dalam masyarakat Islam, tidak disamakan mereka yang berjuang di jalan Allah dan yang tidak berjuang. Karena menolak berjuang menyebabkan murka Tuhan.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 154-158
Ayat ke 154
Artinya:
Kemudian setelah kamu berduka cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" Katakanlah: Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka, apa yang tidak mereka terangkan kepadamu, mereka berkata: Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) disini" Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (3: 154)
Sebelumnya telah disebutkan betapa Muslimin secara umum telah menyesali kemalasan dan ketidaktaatanya dalam perang Uhud yang telah menyebabkan kekalahan mereka dan menjadi sedih. Mereka datang ke sisi Rasul dan meminta maaf darinya. Rasul memaafkan mereka dan Allah Swt dengan menerima taubah mereka, telah mengirimkan kedamaian kepada mereka. Namun sekelompok orang yang tidak ingin disebut sebagai faktor kegagalan, menyebut Tuhan dan Rasul-Nya sebagai pihak yang bersalah.
Dari satu sisi, Allah Swt memberikan janji pertolongan kepada kita, maka mengapa ia tidak menolong dan memenangkan kita? Dari sisi lain, mereka berkata kepada Rasul, inisiatif kami untuk memulai perang adalah tetap tinggal di Madinah dan mempertahankan diri di dalam kota. Namun kalian tidak mengamalkan usulan kami ini dan keluar dari kota yang berujung pada kekalahan kalian.
Allah Swt dalam ayat ini, sebagai jawaban kepada mereka berkata, pertama janji pertolongan dengan syarat istiqamah dan keteguhan. Bukannya kalian membiarkan Rasul Saw guna menjaga jiwa kalian sendiri dan kalian lari, sementara kalian masih mengharapkan kemenangan. Prasangka buruk kalian kepada Tuhan adalah seperti prasangka di era jahiliyah yang menanti kemenangan tidak pada semestinya. Masalah kedua adalah kematian dan syahadah. Keduanya bukan ada di tangan kalian sehingga kalian berkata, "Seandainya kami tinggal di kota, maka diantara kami tidak akan jatuh korban."
Karena mereka yang syahid di jalan Allah, seandainya mereka membuat benteng di rumah mereka pada akhirnya akan terbunuh atau mati. Selain dari itu, peristiwa-peristwa pahit dan manis adalah untuk menguji kalian, sehingga apa yang ada di dalam bisa jelas dan batin kalian diketahui.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Egoisme tidak sejalan dengan keimanan sejati. Karena egoisme motivasinya untuk menjaga kepentingan dan berprasangka buruk terhadap Tuhan.
2. Dalam kegagalan hendaknya kita mencari dan mengenali titik-titik kelemahan dan memperbaiknya. Bukannya berprasangka buruk kepada Tuhan dan menyalahkan-Nya.
3. Allah Swt mengetahui jiwa dan pikiran semua manusia bahkan sebelum terjadinya peristiwa-peristiwa pahit. Kita diuji dengan peristiwa pahit guna tampak diri kita yang sebenarnya. Layakkah kita melaksanakan tugas yang diembakan Allah kepada kita.
Ayat ke 155
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (dimasa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyantun. (3: 155)
Ayat ini selain menyentuh soal larinya segolongan muslimin dalam perang Uhud, juga menyebutkan penyebabnya. Disebutkan bahwa dosa-dosa mereka yang terdahulu menyebabkan lemahnya keimanan mereka dan begitu cepat terpengaruh oleh godaan setan. Oleh karena itu, di kala mereka melihat jiwanya terancam mereka tidak bersedia berkorban untuk agamanya.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Melakukan dosa kecil membuka lahan bagi godaan-godaan setan yang lebih besar, hingga membangkang perintah Allah dan Rasul-Nya.
2. Dosa menyebabkan lemahnya jiwa para pejuang dan membuka jalan bagi setan untuk menyusup. Untuk itu, sebelum perang hendaknya mereka menyiapkan diri untuk melawan musuh dengan taubat dan istigfar.
3. Orang-orang yang bersalah, tidak semestinya dijauhkan. Tuhan menerima orang-orang yang lari, kemudian menyesal dan memaafkan mereka.
Ayat ke 156
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang; "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah meliha apa yang kamu kerjakan. (3: 156)
Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan tentang ucapan Munafikin yang beralasan karena tidak hadir dalam perang Uhud. Ayat ini menyifati perilaku mereka sebagai kufur dan berkata, "Wahai mukmin, mengapa kalian mengulangi ucapan Munafikin yang mengatakan, "Seandainya mereka tidak keluar dari kota dan menetap di tempat kami, maka mereka tidak adakan mengalami peristiwa semacam ini. Sepertinya mereka tidak mengetahui bahwa kematian dan hidup di tangan Allah. Dia-lah yang mematikan dan Dia-lah yang menghidupkan. Ketika pada Hari Kiamat, mereka memahami hakikat, amalan dan ucapan ini menyebabkan penyesalan mereka.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagian ucapan menyebabkan kekufuran dan jauh dari agama. Orang munafik sangat dekat dengan kekufuran.
2. Hendaklah kita waspada dengan ucapan sebagian sahabat yang bodoh. Karena pihak musuh memakai lisan mereka untuk menyebarkan keputusasaan di tengah masyarakat.
3. Ingin hidup lebih lama bukan dengan menghindari pergi ke medan pertempuran dan jihad. Betapa banyak orang-orang lelaki tua yang pergi perang dan kembali dalam keadaan hidup dan betapa banyak pemuda yang tinggal di kota, namun meninggal.
Ayat ke 157-158
Artinya:
Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat Nya, lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. (3: 157)
Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan. (3: 158)
Ayat ini untuk menguatkan jiwa penuh keimanan orang-orangMukmin dalam perang Uhud, "Janganlah kalian mendengar ucapan ngawur Munafikin dan ketahuilah jika kalian mati di jalan Allah, ataupun kalian terbunuh di medan tempur, maka kalian tidak kehilangan apa-apa. Sebaliknya, kalian mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari apa yang diperoleh oleh Munafikin dan Kafirin di sepanjang usianya, yaitu rahmat dan ampunan Tuhan yang menyebabkan kalian masuk surga selamanya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Yang terpenting dalam hidup adalah berada di jalan Allah. Karena mati atau syahid tidak ada bedanya dengan seorang yang meninggal dunia karena menuntut ilmu
2. Bila tidak ada jalan untuk lari dari kematian, maka hendaknya memilih jalan mati yang terbaik. Husein bin Ali as berkata, "Jika tubuh disiapkan untuk mati, maka syahid di jalan Allah adalah mati yang terbaik."
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 149-153
Ayat ke 149-150
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman jika kamu mentaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. (3: 149)
Tetapi (ikutilah Allah), Allah lah pelindung mu dan Dialah, sebaik-baik penolong. (3: 150)
Salah satu dari bahaya yang mengancam orang-orang Mukmin dan masyarakat Islam adalah berpaling dari dasar dan nilai agama untuk mencapai tujuan duniawi. Betapa banyak masyarakat yang pada awal mulanya berada di jalan keimanan akhirnya tertarik dengan masyarakat non Muslim. Semua itu disebabkan kebebasan dan kemewahan material yang ada pada mereka.
Al-Quran kepada mereka mengatakan, "Wahai orang-orang Mukmin! Jika anda mengikuti jalan orang-orang Kafir daripada perintah Tuhan, maka kalian tidak akan maju. Justru apa yang kalian lakukan itu membuat kalian semakin mundur. Mereka tidak ingin kalian maju dan kerugian kalian terletak pada masalah ini. Karena kalian akan kehilangan agama kalian dan juga tidak mendapatkan dunia. Tatkala itu, Tuhan menyatakan kepada Mukminin untuk memperoleh kemuliaan dan kekuasaan, maka janganlah kalian bergantung kepada orang-orang Kafir. Karena pertolongan dan kemenangan hanya ada di tangan Tuhan yang merupakan tuan dan pemuka kalian.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kemurtadan dan penyelewengan mengancam setiap mukmin, jadi hendaklah kalian waspada akan propaganda dan godaan setan.
2. Kekalahan dalam medan perang, tidaklah dihitung kerugian. Kekalahan yang besar adalah kekalahan dalam medan perjuangan pemikiran anara iman dan kufur.
3. Jika kita mencari kemuliaan dan kekuatan duniawi, maka kita hanya akan sampai kepadanya di bawah naungan mengikuti Tuhan yang Maha kuasa.
Ayat ke 151
Artinya:
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu, tempat kembali mereka ialah neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (3: 151)
Menyusul ayat-ayat sebelumnya yang mengkritik ketakjuban Muslimin terhadap harta orang-orang Kafir, ayat ini mengingatkan umat Islam. Kepada mereka diingatkan bahwa janganlah mereka berfikir bahwa dengan bersandar kepada orang-orang Kafir mereka akan sampai kepada kedamaian dan keamanan. Mereka harus tahu bahwa setiap tindakan bersandar kepada selain Allah dan meminta bantuan dari selainnya akan menyebabkan syirik dan kufur. Orang-orang semacam ini akan menyebabkan kegalauan dan ketakutan serta kebimbangan.
Pada Hari Kiamat pun, lantaran kekufuran dan kemurtadan, maka mereka akan tinggal di sisi orang-orang kafir dan zalim. Dengan demikian, ketergantungan kepada orang-orang Kafir bukan hanya bertentangan dengan kemudahan dan kesejahteraan, malah menghalangi kesejahteraan dan keselamatan itu sendiri.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bergantung kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan faktor ketakutan. Iman dan mengingat Allah menyebabkan kedamaian.
2. Takut terhadap mati dan masa depan yang tidak jelas adalah ketakutan yang paling besar yang menguasai jiwa orang-orang Kafir. Semakin bertambah jumlah orang-orang Mukmin, maka ketakutannya pun bertambah.
Ayat ke 152
Artinya:
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izinNya. Sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu, dan mendurhakai perintah (rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada mu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka, untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan atas orang-orang yang beriman). (3: 152)
Setelah kekalahan Muslimin dalam perang Uhud, sejumlah Muslimin memprotes Rasul. Mereka berkata bahwa Tuhan tidak memberikan janji kemenangan. Kalau itu dijanjikan lalu mengapa kita kalah dalam perang ini? Ayat ini sebagai jawabanterhadap mereka yang mengatakan janji Tuhan adalah benar dan ia menepati janjinya. Karena di awal perang, kalian dengan pertolongan-Nya lah membunuh musuh dan menewaskan mereka. Namun tiba sesuatu menyebabkan kekalahan kalian. Salah satunya dengan melihat larinya musuh dan tertinggalnya rampasan perang. Kalian sangat cepat terpikat dengannya, bukan malah membuntuti musuh, yang terjadi kalian meletakkan senjata dan asik mengumpulkan harta rampasan.
Selain itu, kalian telah bertikai dalam urusan penjagaan jalur Gunung Uhud. Padahal Rasul Saw sudah berkata, "Jangan sekali-kali meninggalkan tempat ini." Namun mereka mengeluarkan inisiatif sendiri dan terlibat perdebatan seru antara mereka dan pada akhirnya dengan membangkan perintah Rasul. Mereka meninggalkan tempat tadi dan kalian memberikan kepada musuh peluang untuk mencabik-cabik kalian dari belakang.
Oleh karena itu, Tuhan yang telah membantu kalian di awal mula perang, pada akhirnya menjadikan kalian merasakan pahitnya kekalahan. Dengan demikian kalian tahu bahwa pertolongan Allah berada di balik iman dan persatuan kalian. Pengalaman kekalahan ini adalah suatu pelajaran buat kalian.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janji pertolongan Allah berlaku selagi orang mukmin melaksanakan tugasnya, bukannya pengimplementasian janji-janji Tuhan berarti mengabaikan sunnah-Nya.
2. Kelemahan, pertikaian dan membangkang pemimpin adalah diantara faktor kekalahan yang terpenting dan dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara mukmin dan kafir. Barang siapa melakukannya maka dia akan bernasib seperti itu.Sebagian orang yang rakus dunia, dalam perangpun mereka memikirkan dunia, bukannya berpikir tentang akhirat.
3. Kekalahan adalah wasilah ujian Tuhan. Daripada berputus asa marilah kita mengambil pelajaran sehingga di masa hadapan bisa menang.
Ayat ke 153
Artinya:
Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada diantara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah, menimpakan atas kamu kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (3: 153)
Salah satu dari wajah buruk perang Uhud adalah di saat Muslimin meninggalkan Rasul lantaran serangan mendadak. Ketika Rasul menyeru mereka untuk bertahan mereka tidak menengok lagi ke belakang dan naik ke Gunung Uhud.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ketidaktaatan kepada perintah pimpinan agama akan menyebabkan rasa takut dan akhirnya kekalahan musuh.
2. Medan perang, adalah lapangan uji coba orang-orang yang mengaku beriman. Dalam suasana biasa, semua beriman, namun di hari-hari pahit orang-orang Mukmin yang sejati akan dikenali.
3. Kita harus belajar di masa lampau dan jangan sedih karena kehilangan dunia.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 143-148
Ayat ke 143
Artinya:
Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya. (3: 143)
Sewaktu Muslimin menang dalam perang Badr dan beberapa orang mati syahid, sebagian Muslimin mengatakan, "Seandainya kita syahid dalam perang Badr." Tapi ternyata orang-orang tersebut dalam perang Uhud lari setelah menyaksikan tanda-tanda kekalahan dan membiarkan Rasul. Ayat ini mencela orang-orang ini dan berkata, "Mengapa dalam praktik, ketika jiwa kalian terancam, kalian hanya menjadi penonton dan tidak membela agama Tuhan dan Rasulnya?"
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janganlah kalian tertipu oleh harapan. Karena lulus ujian ilahi dalam praktik dan bukan harapan.
2. Banyak orang yang mendakwa beriman namun sedikit sekali yang bersedia berkorban jiwa dan istiqamah.
Ayat ke 144
Artinya:
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (3: 144)
Dari peristiwa yang terjadi dalam perang Uhud, adalah isu tentang syahadah Rasul Saw. Darah yang mengalir dari luka kering dan wajah Rasul Saw sedemikian rupa sehingga salah seorang dari anggota musuh berteriak, "Muhammad telah terbunuh!" Isu ini telah menyebabkan keceriaan dan menguatnya jiwa orang-orang kafir dan dari sisi lain telah menyebabkan larinya sejumlah muslimin. Akan tetapi di tengah-tengah mereka, terdapat orang yang berteriak, "Jika Muhammad tidak ada, tapi jalan Muhammad dan Tuhan Muhammad masih hidup. Mengapa kalian lari?"
Ayat ini ditujukan kepada muslimin bahwa sebelum nabi kalian banyak sekali nabi yang datang. Apakah dengan kematian para nabi tersebut, lalu para pengikut mereka menjadi murtad, sehingga kalian setelah ditinggal oleh Rasul (Muhammad) sedemikian cepat berubah dan goyah dan berfikir untuk lari? Padahal Nabi masih hidup dan ini tidaklah lebih dari isu yang disebarluaskan oleh musuh, adakah syukur terhadap keberadaan Rasul adalah dengan begitu mudah kalian meninggalkan agamanya?
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi seperti manusia-manusia lainnya mengikuti undang-undang alam dalam soal mati dan hidup. Janganlah kita mengharapkan mereka hidup abadi.
2. Usia nabi adalah terbatas, tapi risalahnya tidak. Kita adalah penyembah Tuhan, bukan penyembah individu, yang melepaskan Islam karena wafatnya Rasul Saw?
3. Kemurtadan manusia tidaklah merugikan agama dan Tuhan. Karena Tuhan tidak memerlukan ibadah manusia.
4. Marilah kita mantapkan keimanan kita sehingga wafatnya Rasul tidak akan menggoyahkannya.
Ayat ke 145
Artinya:
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (3: 145)
Salah satu dari alasan terpenting lain dari perang adalah memelihara jiwa dari bahaya mati. Alangkah banyak lelaki tua yang pergi berperang dan kembali dalam keadaan selamat dan betapa banyak pemuda yang lain dari perang, namun di belakang front, mereka mengalami kecelakaan dan mati.
Al-Quran kemudian menyoroti motivasi sebagian orang dalam berperang dan berkata, "Ada sekelompok orang pergi berperang dengan motivasi mengumpulkan harta benda dan mendapatkan bagian Baitul Mal. Sementara ada juga yang melakukannya untuk Allah dengan motivasi memperoleh pahala akhirat atau syahadah, dimana mereka ini akan sampai kepada apa yang dikehendakinya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dengan lari dari perang seseorang tidak dapat lari dari kematian. Tidak berarti yang pergi ke medan tempur pasti mati dan yang berada di rumah tetap hidup.
2. Kematian bukan ada ditangan kita. Namun motivasi perbuatan ada di tangan kita. Daripada menjadikan dunia fana ini sebagai tujuan kita, maka kita jadikan alam akhirat sebagai tujuan. Karena kematian merupakan permulaan kehidupan akhirat bukannya akhir.
Ayat ke 146
Artinya:
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (3: 146)
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sejarah para nabi senantiasa diisi dengan perjuangan.
2. Ketika kita merasa lemah, maka hendaknya kita belajar dari tokoh-tokoh pejuang.
3. Perang dan jihad adalah hak bila dilakukan di bawah pengawasan para pemimpin ilahi.
4. Betapa banyak para pejuang yang alim dan arif.
5. Iman kepada Allah adalah sumber perjuangan.
Ayat ke 147-148
Artinya:
Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (3: 147)
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (3: 148)
Tidak ada doa mereka selain ucapan, "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan."
Menyusul ayat sebelumnya yang mengkritik ketidaktaatan dan larinya muslimin dalam perang Uhud, ayat ini menyinggung soal sejarah para Nabi dan berkata, "Sebelum kalian ada banyak sekali nabi yang berperang di jalan Allah dan memiliki sahabat mukmin dan mukhlis yang sama sekali tidak dapat dipatahkan keimanannya oleh kesulitan apapun luka dan sama sekali tidak menunjukkan kelemahan. Mengapa kalian tidak mengikuti mereka dan mengapa kalian meninggalkan Rasul Saw sendirian dan melepaskannya di tengah-tengah kerumunan musuh?"
Tatkala itu al-Quran mengemukakan keistimewaan pejuang-pejuang mukhlis dengan menyatakan mereka dengan semua upaya dan jihad yang mereka lakukan, namun sama sekali tidak melupakan doa dan munajat dan meminta kemenangan kebenaran dan kemusnahan kufur dari Tuhan. Allah Swt mengabulkan doa mereka dan dengan memenangkan mereka ke atas orang-orang kafir. Mereka mendapatkan rampasan perang dan kemewahan materi layak mendapatkan pahala akhirat yang baik.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Marilah kita ambil pelajaran dan hikmah dari tokoh-tokoh sejarah dan ketabahan mereka di jalan kebenaran, dan menjauhi sifat malas dan lemah.
2. Keimanan kepada Allah adalah sumber ketabahan dan istiqamah di medan perang.
3. Sejarah para nabi disertai dengan jihad, bukannya kehidupan dalam kesejahteraan dan kemudahan.
4. Pelaksanaan tugas dan ketabahan dalam menunaikan tugas adalah penting, baik menang maupun kalah.
5. Di antara faktor kekalahan dan kegagalan dalam perang adalah dosa dan berlebih-lebihan atau israf.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 140-142
Ayat ke 140-141
Artinya:
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (3: 140)
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (3: 141)
Ayat ini menyinggung satu lagi tradisi ilahi dan menyatakan, "Kehidupan dunia tidak akan tetap bagi siapapun dan senantiasa dalam keadaan berubah. Setelah kesenangan, datang penderitaan dan disisi kemenangan, terdapat juga kekalahan. Perubahan yang ada ini dapat memilah orang-orang yang tetap beriman dan mereka yang munafik. Fenomena ini dapat menjadi hujjah bagi orang lain bahwa setiap manusia dapat hidup daalam jalan yang bersih. "
Ayat ini menghibur Muslimin bahwa meskipun hari ini kalian kalah dalam perang Uhud, tetapi kemarin dalam perang Badr kalian menang. Jika dalam perang Uhud kalian terluka, maka musuhpun mengalami luka, maka ketahuilah bahwa bukan kalian yang pertama mengalami kejadian pahit. Selain itu, kejadian pahit dan manis tidaklah langgeng, maka bersabarlah karena kemenangan adalah di tangan kalian dan kekafiran adalah bernasib musnah.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ujian dalam peristiwa pahit seperti perang, adalah salah satu sunnah ilahi yang tetap di sepanjang sejarah.
2. Kemenangan kaum kafir bukannya pertanda kecintaan Tuhan kepada mereka, tetapi kelaziman ujian.
3. Perang adalah kriteria untuk mengenali orang beriman. Orang yang beriman tidak akan pernah kalah karena syahadah baginya menyebabkan kebahagiaan.
Ayat ke 142
Artinya:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (3: 142)
Ayat ini seperti ayat-ayat sebelumnya menekankan bahwa kelaziman iman adalah kehadiran di medan perang dan berjuang untuk membela agama dan eksistensi Muslimin. Jangan sampai umat Islam berpikir bahwa hanya dengan shalat dan berpuasa seseorang disebut beriman dan tempat yang ditinggalinya adalah surga. Karena di medan pertempuran akan jelas siapa yang beriman dan siapa yang tidak. Di medan tempur dapat dipilah siapa yang hanya beriman dengan lisan dan tidak sampai ke hatinya.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Marilah kita jauhi harapan yang tidak pada tempatnya. Karena itu akan menyebabkan kesombongan dan kemunduran amal.
2. Surga diberikan dengan usaha keras dan tidak cukup hanya dengan menyatakan keislaman dan keimanan.
3. Medan jihad dan sabar tidak hanya berada di medan pertempuran. Karena seorang mukmin senantiasa berperang dengan musuh hawa nafsu dan sabar dalam melaksanakan perintah ilahi.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 132-139

Ayat ke 132-133
Artinya:
Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. (3: 132)
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (3: 133)
Menyusul ayat-ayat sebelumnya yang berkisar tentang perang Uhud dan begitu pula tentang tema makan riba, ayat ini telah menganjurkan Muslimin kepada dua perkara. Pertama, mengikuti secara mutlak segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Tunduk pada perintah keduanya merupakan syarat rahmat dan pertolongan ilahi. Sebab kegagalan Muslimin di Uhud adalah menentang perintah Nabi.
Anjuran kedua, berlomba melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dan menyampaikan kebaikan kepada orang lain yang menyebakan terampuninya dosa dan masuk surga ilahi.
Perkara yang menyebabkan kekalahan Muslimin di Uhud adalah bersegera mengumpulkan rampasan perang dan melakukan riba. Namun al-Quran menyeru Mukminin agar bersegera memperoleh rahmat dan ampunan ilahi yang menyiapkan lahan bagi masuk ke surga di akhirat. Tapi syarat masuk ke surga adalah takwa.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang mendapat rahmat ilahi, adalah orang yang menyantuni yang lemah dan memberi hutang tanpa riba.
2. Seorang mukmin tidak boleh stagnan, melainkan harus selalu bergerak maju dalam perbuatan baik.
Ayat ke 134
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (3: 134)
Menyusul ayat sebelumnya, mengajak Mukminin kepada ampunan ilahi, ayat ini menjelaskan wasilah-wasilah maghfirah. Sekalipun sifat memaafkan kesalahan orang dan menghindari dengki dan kemarahan adalah kekhususan orang-orang yang takwa, namun Allah Swt menyebut perilaku ikhlas memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan sebagai faktor diturunkannya ampunan ilahi.
Bayangkan bila kewajiban hanya untuk orang-orang kaya. Padahal mencari harta tanpa takwa akan menambah sifat tamak dan kikir. Oleh karenanya, ayat al-Quran menyebutkan bahwa bukan hanya orang kaya saja yang bisa berinfak, tapi juga orang miskin. Orang mukmin baik kaya maupun miskin adalah suka berbuat baik dan berinfak.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Infak memerlukan kedermawanan bukan kekayaan dan banyak sekali orang kaya yang bakhil dan betapa banyak orang miskin yang dermawan.
2. Orang yang bertakwa, tidak mengucilkan diri melainkan aktif dalam masyarakat dan bergaul dengan masyarakat dengan harta dan akhlaknya.
3. Orang yang ingin dicintai Tuhan, harus menginfakkan harta dan mengosongkan jiwanya dari dengki dan marah.
Ayat ke 135
Artinya:
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (3: 135)
Sebagian orang berfikir bahwa mukmin adalah orang yang tidak berdosa. Padahal ayat ini menyebut orang-orang bertakwa mungkin saja melakukan perbuatan buruk. Siapa saja yang berlaku buruk telah menzalimi dirinya. Namun perbedaan orang mukmin yang berlaku buruk pada dua hal; pertama mereka tidak melakukan terus perbuatan dosa. Kedua, ketika menyadari perbuatan dosanya, ia segera meninggalkannya dan bertaubat kepada Allah. Karena mereka tahu Allah suka memaafkan orang yang bertaubat dan melakukan dosa akibat tidak sadar dan digoda setan.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kelaziman takwa, adalah bukan terpelihara dari dosa melainkan taubat dari dosa dan tidak terus menerus berbuat dosa.
2. Lebih bahaya dari dosa adalah melupakan keburukan dosa. Jika dosa sudah tidak tampak buruk di hadapan manusia, maka dia tidak terpikir untuk bertaubat.
3. Dosa merupakan kezaliman paling besar terhadap ruh ilahi yang telah ditiupkan oleh Tuhan dalam wujud manusia.
Ayat ke 136
Artinya:
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (3: 136)
Ayat 133 menganjurkan Mukminin agar berlomba memperoleh ampunan dan surga ilahi, sementara ayat 134 dan 135 menjelaskan sebab-sebabnya adalah infak, ihsan, ampunan dan pemberian kepada lainnya dan taubat dari dosa.
Ayat ke 137-138
Artinya:
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (3: 137)
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (3: 138)
Salah satu metode al-Quran untuk memberi petunjuk jalan dan membimbing manusia adalah mengajak manusia memperhatikan sejarah kaum terdahulu. Dunia tidaklah terbatas pada masa kontemporer. Sebelum kita banyak sekali manusia yang hidup di dunia ini dan meninggal dunia. Pengenalan sejarah dan akibat perbuatan mereka merupakan pelajaran terbaik bagi kita yang hidup dewasa ini. Karena dunia bagi kita yang hidup dewasa ini dikelola berdasarkan Sunnah dan undang-undang tetap ilahi. Untuk mengenali tradisi ini, kita harus mengetahui sejarah umat manusia terdahulu.
Oleh karenanya, al-Quran mengajak kita melakukan perjalanan di bumi dan mengkaji sejarah orang-orang terdahulu sehingga dengan teliti kita mempelajari kesudahan orang-orang yang baik dan buruk dan jangan sampai kita mengulangi kesalahan-kesalahan orang-orang terdahulu.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Membaca sejarah dan kesan-kesan yang tersisa dari peradaban masa silam sangat ditekankan oleh Islam dengan syarat disertai dengan perenungan.
2. Faktor-faktor kemuliaan atau penghinaan di sepanjang sejarah adalah sama dan pengenalan faktor-faktor itu penting sekali buat kehidupan dewasa ini.
3. Meskipun al-Quran diturunkan untuk memberi petunjuk namun, hanya orang-orang bersih saja yang menerima dan diberi petunjuk.
Ayat ke 139
Artinya:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (3: 139)
Setelah kekalahan bala tentara Islam dalam perang Uhud, Muslimin telah kehilangan semangat dan mengalami keputusasaan. Ayat ini menghibur jangan sampai karena kekalahan, itupun dikarenakan tidak mentaati pemimpin, kalian menjadikan diri kalian putus asa. Kalian harus menguatkan iman. Karena kemenangan berada di tangan kalian. Dalam ayat sebelumnya perhatian kepada sunnah-sunnah ilahi telah dikemukakan dalam sejarah kaum terdahulu. Ayat ini menyinggung salah satu dari sunnah yang disaksikan oleh Muslimin dengan mata mereka sendiri.
Ia berkata, "Faktor terpenting kemulaan dan kehormatan suatu bangsa, adalah iman kepada Allah dan taat kepada para utusan ilahi. Karena menentang perintahnya dan Rasulnya, akan menyebabkan kejatuhan dan kehinaan dan kalian menyaksikan sunnah ilahi ini dalam perang Uhud."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Tuhan, bukan hanya faktor kemuliaan pada hari kiamat, melainkan di dunia menyebabkan kemenangan.
2. Kekalahan tidak sepatutnya menyebabkan mundur dan lemah melainkan harus dijadikan pelajaran untuk langkah dan berikutnya. (IRIB Indonesia)
Perang Mata Uang dan Sidang G20
Pertemuan kelompok G20 di tengah-tengah kondisi ekonomi dunia khusunya negara-negara Barat memiliki poin tersendiri. Di sisi lain sejak digelarnya pertemuan ini berbagai prediksi mulai bermunculan, seperti bakal munculnya perang mata uang. Namun prediksi ini sempat ditolak oleh negara anggota sidang, khususnya Eropa. Uni Eropa saat ini tengah menghadapi krisis finansial serius. Berbagai kebijakan yang telah mereka tempuh pun hingga kini belum membuahkan hasil.
Isu sentral yang menyita perhatian seluruh delegasi adalah trend pelonggaran moneter di banyak negara, atas nama kepentingan ekonomi nasional. Kebijakan moneter yang lebih renggang memang terbukti mampu mengangkat gairah bisnis dan industri, akan tetapi di sisi lain efek atau imlementasinya selalu terkait erat dengan pelemahan nilai tukar negara bersangkutan. Siapa yang nilai kursnya paling rendah, maka dialah yang akan meraih keuntungan ekonomis dari kerjasama perdagangan multilateral.
Gejala kebijakan tidak sehat ini mulai dikritisi oleh banyak pihak, baik organisasi maupun individu. 'Perang mata uang' dinilai berpotensi menciptakan kesemrawutan di pasar uang dan konflik perdagangan antar negara. Institute of International Finance (IIF) memperingatkan anggota G20 akan dampak buruk dari iklim pelonggaran moneter belakangan ini. Hobi pemerintah untuk melemahkan nilai tukar mata uang domestik rentan memicu perselisihan, khususnya di sektor perdagangan.
"Kami sarankan bank sentral utama dunia fokus pada perbaikan kerjasama dan komunikasi, untuk memenuhi harapan pelaku ekonomi," tulis IIF dalam sebuah surat yang dikirimkan pada Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, yang juga akan memimpin meeting G20. Lembaga peneliti yang mewakili hampir 500 institusi keuangan ini juga meminta semua negara menghentikan program pelemahan nilai tukar untuk menghindari disorientasi pasar uang.
Pelaku pasar finansial sudah menyaksikan adanya devaluasi mata uang di luar kebiasaan dalam beberapa waktu terakhir. Di antaranya adalah pelemahan kurs Yen terhadap nyaris seluruh mata uang utama dunia dan penguatan Euro versus Dollar. Yen telah melemah sejalan dengan popularitas Shinzo Abe dalam kancah politik Jepang. Ia adalah sosok yang sejak lama menginginkan lahirnya kebijakan stimulus yang agresif demi kemajuan ekonomi negerinya. Abe benar-benar membuktikan pidato-pidato kampanyenya saat resmi menduduki jabatan perdana menteri. Rangkaian kebijakan anti-deflasi dan stagnasi sudah dicanangkan melalui penggelontoran uang negara dalam jumlah masif. Pemerintah bahkan ngotot meminta Bank of Japan untuk mengubah target inflasi menjadi 2%. Lebih dari itu, program pembelian obligasi pemerintah dalam jumlah tidak terbatas telah membuat kurs Yen melemah sebanyak 20% terhadap Dollar sejak awal Oktober. Sementara untuk bulan ini, Yen sudah tercatat melemah sebanyak 9% versus Euro.
Beberapa politisi maupun ekonom negara barat mulai jengah dengan apa yang dilakukan oleh Jepang, dan negara lain dengan karakteristik kebijakan serupa. Pada pertemuan bulan ini, Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi mengaku tidak melihat ada upaya devaluasi mata uang secara sengaja. Akan tetapi ia siap bertindak apabila nantinya ECB menemukan korelasi antara kinerja kurs Euro dan prospek inflasi di wilayahnya. Penguatan Euro mencerminkan kembalinya kepercayaan investor di tengah pemulihan krisis hutang Eropa. Namun di sisi lain juga menggambarkan fakta bahwa likuiditas menciut karena bank-bank sedang giat membayar pinjaman daruratnya, tepat di saat Bank of Japan dan Federal Reserve memompa dana ke sistem perekonomian.
"Baik negara maju maupun berkembang kini ditantang untuk menciptakan strategi tepat di tengah iklim suku bunga rendah dan trend pelonggaran kuantitatif," tambah IIF. Terlepas dari apapun rekomendasi banyak pihak kepada menteri keuangan G20, kemungkinan belum akan ada pakta atau kesepakatan baru terkait dengan isu ini. Selama ini semua negara berdalih bahwa pelemahan nilai tukar bukanlah suatu alat untuk menaikkan daya saing ekonomi, namun lebih kepada efek kebijakan moneter. Fed telah mengungkapkan pembelaan itu, dan Jepang kemungkinan akan menjawab dengan asumsi yang sama jika ditanya soal kinerja valutanya. Currency wars yang dulu didengungkan oleh Brazil bukan tidak mungkin benar-benar datang dalam waktu dekat apabila negara lain ikut menyusul gaya yang diusung oleh The Fed, Bank of Japan maupun ECB.
Sementara itu, situs MarketWatch memprediksikan akan muncul perang valuta antara Perancis dan Jerman mengingat kondisi ekonomi kedua negara Eropa ini. Menurut laporan Mehr News mengutip laman MarketWatch, meski sejumlah negara besar industri dunia serta peserta sidang G 20 menyatakan kesiapannya untuk tidak memulai perang valuta, namun muncul indikasi bahwa perang ini bakal melatus antara Perancis dan Jerman.
Prediksi ini didorong oleh tuntuan Perancis untuk mencegah naiknya nilai mata uang Euro terhadap seluruh mata uang asing dan sebaliknya Jerman menuntut kenaikan nilai mata uang bersama Eropa tersebut.
Perang valuta adalah manipulasi sengaja nilai mata uang untuk meraih keuntungan perdagangan. Dalam hal ini sebuah negara sengaja menurunkan nilai mata uangnya. Di sisi lain, negera tersebut mulai mencetak uang dan di sisi lain, berlomba-lomba membeli mata uang negara rival dengan tujuan menaikkan nilai mata uang negara lawan. Di kondisi seperti ini maka negara yang nilai mata uangnya rendah, produknya akan menelan biaya murah dan produk tersebut dengan mudah menguasai berbagai negara.
Di sektor surplus perdagangan, Perancis selama tahun lalu mengalami penurunan sebesar dua persen dan Jerman untuk tahun yang sama mengecap penurunan sebesar enam persen.
Oleh karena itu, Jerman mampu menyesuaikan diri dengan nilai satu Euro sebesar satu dolar tiga puluh sen atau satu dolar empat puluh sen. Namun sebaliknya hal ini bagi Perancis tidak dapat diterima. Oleh karena itu, friksi antara Berlin dan Paris terkait nilai mata uang euro dapat memunculkan krisis baru di Eropa.
Tebusan Mahal Politik Turki untuk Suriah
Majalah Ekonomi Suriah dalam artikel yang ditulis oleh Aiman Makiyah seorang pengamat ekonomi, mengulas perekonomian negara-negara tetangga pasca sanksi anti-Suriah. Sanksi ekonomi negara-negara Eropa dan Barat ternyata berdampak negatif terhadap perekonomian negara-negara jiran Suriah. Bahkan pakar ekonomi yang berpendapat bahwa sanksi tersebut pada hakikatnya sanksi terhadap perekonomian Yordania, Lebanon, Irak dan Turki. Ini disebabkan posisi strategis Suriah dan peran ekonominya di kawasan. Karena Suriah merupakan negara penting bagi proses relokasi produk negara-negara tetangga. Selain itu, sebelum sanksi, Suriah adalah pasar yang cukup menjanjikan bagi produk negara-negara tetangga.
Dibanding negara-negara jiran lain, Turki merupakan rekan dagang penting Suriah yang pasca sanksi ekonomi dan krisis, seluruh pertukaran dagang dan transaksi antara Ankara dan Damaskus terhambat. Volume perdagangan kedua negara menurun hingga 80 persen. Pada tahun 2010 nilai dagang kedua negara mencapai 2,5 milyar dolar dan pada tahun 2011 tingkat ekspor Turki ke Suriah mencapai 1,6 milyar dolar.
Dampak pertama dari sanksi eknomi terhadap Suriah adalah penurunan 60 persen impor otomotif dari Turki. Hal ini mengakibatkan pada kenaikan pajak dan akhirnya proses relokasi produk ke Timur Tengah harus melalui jalur Irak dengan jarak yang semakin jauh.
Ekspor dari kota Gaziantep, Turki sebelumnya mencapai 150 juta dolar namun sejak krisis Suriah dimulai, angkanya turun menjadi hanya sepertiga. Selain itu, jumlah warga Suriah yang berpergian ke kota Gaziantep juga menurun drastis. Setiap bulannya 60 ribu warga Suriah berkunjung ke kota Gaziantep dan penghasilan Turki dari sektor ini saja setiap tahunnya mencapai satu milyar dolar. Pasca ketegangan hubungan kedua negara, pajak untuk kontainer Turki yang masuk ke Suriah meningkat dari 300 dolar menjadi 2500 dolar. Volume ekspor Suriah ke Turki juga menurun 30 persen.
Sham Press mengutip laporan koran Melliyet terbitan Turki menyebutkan, dampak negatif krisis di Suriah mulai dirasakan pemerintah Turki. Pada awal krisis Suriah dimulai, pemerintah Turki dengan "senang hati" menerima para pengungsi dari negara jirannya itu. Akan tetapi sekarang kehadiran para pengungsi itu menjadi masalah besar bagi Ankara yang terpaksa meminta bantuan masyarakat internasional.
Menurut koran Melliyet, politik Turki untuk Suriah ditebus sangat mahal oleh Ankara dan secara perlahan akan berubah menjadi tragedi. Di saat pemerintah Turki memfokuskan pada krisis Suriah, sektor ekonomi Ankara menghadapi kesulitan yang sangat besar dan wilayah perbatasan dekat Suriah adalah yang paling menderita akibat kebijakan tersebut.
Kerugian ekonomi yang diderita Turki bukan temporal, karena Turki selain mengekspor produknya ke Suriah, melainkan juga menggunakan negara tetangganya itu untuk mengekspor produk ke 11 negara . Akan tetapi setelah jalur perbatasan Suriah ditutup, kontainer-kontainer dari Turki harus menempuh perjalanan jauh yang juga berdampak pada kenaikan biaya pengiriman. Sebelum krisis, per bulannya 9.000 truk kontainer Turki masuk ke Suriah, akan tetapi proses itu sekarang nyaris terhenti.



























