کمالوندی

کمالوندی

Jumat, 28 September 2012 08:53

Ayatullah Bahjat

Ayatullah Muhammad Taqi Bahjat Fumani (1913 - 17 Mei 2009) adalah seorang marja Syi’ah Imamiyah di Iran dengan pandangan politik dan sosial yang dekat denganmazhab ushuli. Syekh Bahjat, demikian panggilan intimnya, adalah murid dari seorang arif terkenal, Qadhi Sayid Ali Thabathaba’i, dan juga murid dari Abul Hasan Ishfahani dan Mirza Na’ini. Beliau adalah salah salah seorang ulama Syi’ah yang paling dihormati, yang fatwa-fatwanya banyak diikuti oleh umat Islam Syi’ah.

Syekh Bahjat lahir di Fouman, Provinsi Gilan, Iran. Pada usia 14, ia pindah ke Karbala, Irak untuk melanjutkan studi agamanya. Empat tahun kemudian, ia pindah ke Najaf untuk menyelesaikan studinya di bawah Ayatullah Taleghani dan Ayatullah Na’ini. Beliau mengajar di Hauzah Ilmiah Qom, Iran.

Beliau meninggal pada usia 96 tahun, di Rumah Sakit Vali-e-Ashar di kota Qom pada Ahad, 17 Mei 2009, akibat penyakit jantung.

Sepanjang karir keilmuannya, beliau dikenal sebagai seorang marja’ yang tak pernah lepas dari zikir dan tafakur. Berikut ini nasihat-nasihat ‘irfan dari orang yang dimuliakan oleh Sayid Ali Khamenei dan dihormati Imam Khomeini.

 

Tentang Kekhusukan Ibadah dan Salat

Perasaan senang dan suka selama salat menuntut dua bentuk pengenalan. Pertama, pengenalan yang melampaui ruang lingkup salat itu. Kedua, pengenalan dalam kerangka salat yang dilakukan tersebut. Hal-hal yang seharusnya diperjuangkan sebelum salat ialah jangan melakukan dosa, juga tidak mengotori hati dengan perilaku yang melanggar (perintah) Allah Swt. Pembangkangan atas kesucian hati akan memadamkan cahaya dalam hati.

Sementara yang harus diperhatikan dalam salat adalah seseorang harus melingkupi dirinya dengan benteng kokoh hingga ia menjadi takut tidak selamat dari (murka) Allah Swt. Dengan kata lain, ia harus mengubah pikirannya dari segala sesuatu selain Allah. Yakni, perhatiannya tidak pada yang lain kecuali Allah. Jika pikirannya diliputi sesuatu yang lain secara tak disadari, ia harus segera menghentikannya sesegera mungkin sehingga menjadi terjaga kembali.

Agar hati bisa lebih bertawajuh pada salat, pengetahuandan keyakinan batin harus kuat. Jika tidak, tidak mungkin bagi hati yang berkeyakinan kuat untuk tidak perhatianketika pengetahuan itu hadir. Misalnya, dalam konteks ini, ketika kita menghadap kiblat, membaca al-Fatihah dan surah lain, perhatikanlahmakna-maknanya agar hubungan terjadi dan selalu terjaga.

Salah satu faktor utama lainnya yang dapat menjadikan kekhusukan hati selama salat ialah pengendalian pancaindra sepanjang hari. Karenanya,seorang mushali (pelaku salat) harus mempersiapkan semua keperluan yang dapat mengantarkannya meraih kekhusukan hati selama salat.

Hal lain yang dapat dilakukan untuk menghadirkan hati dalam salat adalah mencari pertolongan dari Imam Zaman (aj) sebelum melakukan salat, kemudian melaksanakan kewajiban itu dalam kelengkapannya secara mutlak.

 

Tentang Hubungan Ilmu dan Keikhlasan

Syariat adalah kriteria atas perbuatan kita. Kita mesti memerhatikan dan melihat, apakah perbuatan kita selaras atau bertentangan dengan syariat. Jika kita merasa punya kekhawatiran, kita harus khawatir atas semua perbuatan kita dalam ibadah dan salat, karena hal itu akan memberitahu kita apakah maksud kita ikhlas ataukah tidak.

Dalam hal ini, seyogianya kita menyatukan ilmu dan amal kita, dan tidak seharusnya meninggalkan yang satu demi yang lain. Seluruh penderitaan yang kita alami merupakan hasil dari pemisahan ilmu dan amal yang kita lakukan. Ilmu yang dimiliki sebagian orang tidak sesuai dengan amal mereka. Ilmu seseorang kadang-kadang ditinggalkan di belakang amalnya dan terkadang jauh mendahului di depan amalnya. Karenanya, hendaknya ilmu kita menemani amal kita. Ringkas kata, ilmu kita tidak boleh terpisah dari perbuatan.

Seseorang yang memiliki ilmu tetapi tidak melaksanakan (ilmu)nya itu ibarat lampu yang cahayanya menerangi jalanan orang lain tetapi membakar jalannya sendiri oleh dirinya sendiri.

Apabila orang-orang berbuat sesuai dengan ilmu mereka, semua urusan mereka akan teratasi dengan baik. Yakni, jika mereka melaksanakan tugas dan kewajiban mereka, meninggalkan apa yang dilarang dan berusaha keras melaksanakan apa yang diperintahkan sekuat yang mereka mampu lakukan, maka urusan mereka akan beres dan bermanfaat.

Dari perspektif lain, ilmu adalah guru dan guru itu berarti bukan yang lain. Kita harus berbuat sesuai dengan apa yang kita pelajari dan ketahui, dan berteguhlah dengan itu. Ini akan mencukupi karena orang yang beramal sesuai dengan apa yang diketahuinya, akan diizinkan Allah Swt untuk mewarisi ilmu yang tidak dikenali sebelumnya. Al-Quran menyatakan ini, Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami benar- benar akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(QS. al-Ankabut [29]:69).

Dengan kata lain, guru kita adalah ilmu kita. Beramal sesuai dengan apa yang kita ketahui (ilmu kita), akan mencukupkan kita untuk hal yang tidak kita ketahui.

Jika kita tidak berhasil, berarti kita tidak melakukan amal itu secara benar. Kita seharusnya juga menata waktu sejam sehari untuk belajar ilmu teologi.

 

Bersandar dan Beriman kepada Allah

Jika kita yakin pada Allah Swt seperti seorang anak meyakini ibunya dan meminta kepada Allah, Zat Yang Mahatinggi, untuk menjamin setiap apa yang kita butuhkan, kita tidak akan pernah menderita problem apapun dan semua kebutuhan kita akan dipenuhi dan terpelihara.

 

Tentang Tanggung Jawab terhadap Imam Zaman (aj)

Jika kita sibuk melayani Imam Mahdi, Imam Zaman (aj), niscaya beliau (Imam Zaman) puntidak akan mengabaikan, membiarkan dan memikirkan kita. Pelayanan terhadap Imam Zaman bisa berbentuk, misalnya, memperingati hari kesyahidan Imam Husain, dan hari-hari besar lainnya.

Kecintaan Sang Pencipta dan Imam Zaman (as) akan semakin meningkat apabila kita meninggalkan maksiat dan dosa, serta mendirikansalat sesegera mungkin ketika sudah tiba waktunya.

Kitaharus berpikir tentang bagaimana bisa memperoleh dukungan Tuhan dan Imam Zaman (semoga Allah mempercepat kemunculannya). Yakni, kita harus mengetahui bagaimana belajar dan bekerja dalam rangka memenangkan dukungan dan rida-Nya. Setiap pelajar agama, khususnya, harus menjaga masalah ini di daftar teratas prioritasnya (di setiap waktu, selama masa belajarnya dan setelah ia menyelesaikan semua itu). Dia harus selalu berpikir tentang amal-amaldan akhlaknyasesuai syariat dalam rangka meraih dukungan Imam Zaman (af). Jika pelajar itu memikirkan ini dan melaksanakan jalan tersebut, ia tidak akan melakukan penyimpangan dalam pikiran, kata-kata dan tingkah lakunya selama hidup. Dia pun tidak akan menanggung berbagai tingkah laku yang tidak cocok dengannya, dan kemelut-kemelut yang membingungkannya.

 

Tentang Hubungan Zikir dan Menjauhi Dosa

Hendaknya kita mendawamkan zikir, karena seorang yang melakukan itu akan selalu merasakan kehadiran Tuhan, dan berbicara pada-Nya. Seyogianya ketika kita menjadi para penyeru manusia ke jalan Allah Swt tidak dengan lisan (saja) tetapi juga amal perbuatan. Bagi orang yang memiliki kekuatan spiritual, semestinya ia memberi perhatian utama pada panggilan terbaik, yakni,amal.

Seyogianya kita meninggalkan maksiat dan mengatakan, “Allah telah mengaruniakan kemurahannya pada semua tingkat orang-orang yang mau mendekati-Nya melalui kelembutan khusus, yakni menjauhkan diri dari pelanggaran demi mengejar kedekatan terhadap-Nya. Karena tingkat-tingkat dari ilmu manusia dan cintanya kepada Allah Swt beraneka ragam, maka tingkat-tingkat dari meninggalkan dosa pun bertingkat sedemikian rupa sehingga dikatakan bahwa perbuatan baik dari kesalehan bisa jadi jelek bagi mereka yang dekat kepada-Nya. Dalam hal menjauhi perbuatan dosa, tidak ada perbedaan antara seorang pelajar dan bukan pelajar.

Zikirterbaik ialah zikir amal, yaitu meninggalkan dosa dalam iman dan amal. Segala sesuatu memerlukan hal ini, sementara hal ini tidak membutuhkan apapun.

Selain dari mengajar dan menekuni al-Quran dan hadis-hadis Ahlulbait (as), semestinya kita menguatkan diri dalam kesalehan dan berjalan menuju keridaan-Nya. Artinya, kita harus beristikamah melakukan hal tersebut demi meraih tujuan meninggalkan dosa dalam iman dan amal.

Menjauhkan diri dari dosa-dosa akhlaki bisa ditempuh dengan memperpanjang sujud. Dengannya kita mematahkan punggung setan. Ketika seseorang memperpanjang sujudnya, seyoginya ia berdiri di depan kaca dan memerhatikan tanda tempat sujud pada dahinya, apakah sujudnya itu meninggalkan sebuah tanda di dahinya atau tidak. Jika tanda itu ada, ia harusmenghapusnya sampai hilang sama sekali sehingga ia tidak ditandai dengan keangkuhan dan kepura-puraan.

Pengetahuanakan Tuhan yang Mahajujuradalah fondasi terpenting dalam menghancurkan dosa-dosa akhlak. Karena, semua dosa akhlaki berasal dari kelemahan pengetahuan tentang Allah Swt. Jika seseorang menyadari bahwa Allah Maha Terpuji, Mahatinggi dan Mahasuci dengan selayaknya, dia akan selalu berada dalam kondisi lebih indah daripada segala yang indah, dan dia tidak akan meninggalkan perasaan nyaman dengan-Nya.

Agar seseorang dapat meraih perasaan yang selalu nyaman bersama Allah dan dengan para Imam Maksum (as), hendaknya ia mematuhi Allah Swt, Rasul-Nya saw dan para Imam (as), sebagaimana juga meninggalkan dosa dalam keyakinan dan perbuatan.

ICC jakarta, menanggapi fenomena kekerasan yang berbau sara belakangan ini menjadikan stigma yang buruk terhadap kerukunan antar umat beragama di Indonesia.  Tragedi pembakaran umat Islam Syiah di Sampang menyisakan banyak pertanyaan yang harus dijawab dan diselesaikan sesegera mungkin. Universitas paramadina mengadakan seminar tentang Syiah yang diadakan pada 25 September 2012 di Aula Paramadina.

Anis baswedan dalam pembukaannya mengatakan bahwa tidak ada yang baru mengenai perbedaan dan keragaman di Indonesia. Syiah telah ada sejak Islam masuk di Indonesia. Yang mesti kita pertanyakan adalah mengapa tindak kekerasan itu baru terjadi akhir akhir ini bukan setahun yang lalu, bukan sepuluh atau seratus tahun yang lalu. "Disinilah kita akan menemukan jawaban yang lebih mendekati kebenaran ketimbang membahas perbedaan teologi syiah", tandasnya.

Jumat, 28 September 2012 08:32

NU: Syiah Tidak Sesat

Di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah.

Nahdlatul Ulama (NU) kembali menegaskan Syiah bukanlah aliran sesat. Banyaknya masyarakat yang masih merujuk pada pendapat-pendapat lama mengenai Syiah dan membantah informasi yang bertentangan dengan pendapat mereka memicu konflik agama.

“Merujuklah pada pendapat-pendapat kelompok ulama yang benar-benar ulama,” kata Rois Syuriah Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU) Prof. Dr. Masdar F Mas'udi, dalam acara peluncuran dan kajian “Buku Putih Mizhab Syiah” diluncurkan, hari ini. 

Masdar khawatir, keberagaman di Indonesia menjadi perbedaan pendapat yang muncul terkait aliran Syiah. Menurutnya, semua pihak harus kembali kepada kesepakatan dan harus mampu menjelaskan kepada masyarakat, terutama orang-orang awam yang kurang mengerti Islam dan komunitas Syiah. 

"Di Indonesia, ini menjadi sebuah negeri yang seluruh keyakinan atau fahamnya ada di sini,” ujar  Masdar. 

Masdar pun mengatakan, di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah. 

Menurut Masdar, Islam berkembang di nusantara dengan adanya banyak kalangan dan kelompok. Seluruh faham, pandangan, dan ideologi, semuanya dapat dengan mudah diakses di dalam Islam. 

“Tapi kemudian muncullah sekelompok orang yang merasa agamanya yang paling benar, terjadliah konflik dan pertumpahan darah,” ujarnya. 

Masdar menyarankan permasalahan kesalahpahaman ini ditinjau secara objektif. Ia juga berharap umat Islam bukan umat yang bodoh karena tidak sanggup belajar dari orang lain. 

Dia menambahkan pluralisme tidak bisa dihindari di dalam kehidupan masyarakat untuk memahami agama. Masing-masing kelompok agama mempunyai pendukung masing-masing dan kekuasaan yang berbeda-beda, sehingga muncul terjadinya perang. 

Dr. Muhsin Labib, MA, salah satu cendikiawan muslim mengatakan yang perlu diperjelas adalah ideologi Syiah yang dikaitkan dengan revolusi Islam di Iran, sehingga hal ini tidak menjadi sebuah benturan dan perbedaan. Di Indonesia, kita terlihat adanya upaya melunturkan komunitas Syiah. “Jangan  sampai orang-orang di luar Syiah menganggap kita eksklusif,” ujar Muhsin.

Sumber : Berita satu.com

Jumat, 28 September 2012 08:19

Shalat dan Doa Kalian Harus Seimbang

رُوِيَ عَنِ الصّادق عَليهِ السّلام قال:

إِذَا قَامَ الْعَبْدُ فِي الصَّلَاةِ فَخَفَّفَ صَلَاتَهُ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى لِمَلَائِكَتِهِ أَمَا تَرَوْنَ إِلَى عَبْدِي كَأَنَّهُ يَرَى أَنَّ قَضَاءَ حَوَائِجِهِ بِيَدِ غَيْرِي أَمَا يَعْلَمُ أَنَّ قَضَاءَ حَوَائِجِهِ بِيَدِي[1]

Diriwayatkan, Imam Ja'far as-Sadiq as berkata: "Ketika seorang hamba menunaikan shalat dan mengentengkan shalatnya, Allah Swt berkata kepada malaikat-Nya, apakah kalian tidak melihat hamba-Ku? Sepertinya dia melihat pengabulan hajatnya ada di tangan orang lain, apakah dia tidak mengetahui bahwa pengabulan hajatnya ada di tangan-Ku?"

Ayatullah Mojtaba Tehrani menjelaskan hadis itu dan mengatakan, "Ketika hamba ingin menunaikan shalat dengan kata lain berarti ketika dia hendak melaksanakan tugasnya di hadapan Allah Swt. Disebutkan dalam riwayat bahwa hamba memiliki satu permintaan dari Allah Swt yaitu rezekinya dan memiliki kewajiban yang harus dipenuhinya dan salah satu kewajiban itu adalah shalat. Ketika melaksanakan kewajibannya, dia mengentengkannya. Dari satu sisi, ini saja sudah tidak dapat disebut sebagai penunaian kewajiban karena yang demikian itu (shalat dengan mengentengkannya) bukan shalat. Shalat yang tidak dibarengi dengan kekhusyukan, bukan shalat. Karena dalam shalat pikirannya tidak fokus dan memikirkan hal lain. Dengan kata lain, dia hanya sekedar menunaikan kewajiban tanpa ruh shalat itu sendiri."

"Ketika itu, Allah Swt berfirman kepada para malaikatnya apakah kalian tidak melihat hamba-Ku? Shalat adalah salah satu jenis penghambaan. Ibadah berarti penghambaan, oleh karena itu dalam riwayat ini disebutkan kata hamba-ku. Seakan dia mengira bahwa pengabulan hajatnya ada di tangan selain-Ku. Dia tidak tahu bahwa hanya Aku yang akan mengabulkan permintaannya. Shalat tanpa ruh dan kekhusyukan serta cepat-cepat menyelesaikannya, agar tugasnya cepat terselesaikan begitu saja. Akan tetapi giliran meminta, dia (hamba) seakan menginginkan semuanya, secara utuh dan sempurna. Bagaimana bisa seperti ini? Ketika menunaikan kewajiban cepat-cepat dan menyingkat di sana-sini, akan tetapi ketika memohon, yang diinginkan harus terkabulkan semuanya. Tidak bisa seperti ini, semuanya harus seimbang!"

[1] اصول كافي، جلد3، صفحه

Nama saya Mathew, saya berasal dari Perancis dan berusia 22 tahun. Saya dilahirkan di North East Perancis yang berdekatan dengan Belgia. Pada usia 13 tahun saya pindah ke South Western Coast. Kini saya sedang belajar di sebuah Universitas, tahun keempat. Saya sedang menyelesaikan master di bidang Administrasi Bisnis. Saya juga terlibat dalam studi di Victoria University Wellington atas usahabersama antara universitas tempat saya belajar dengan universitas New Zealand. Saya sedang belajar Administrasi Bisnis dan berniat untuk melanjutkan kuliah di bidang Internasional Business.

Ayah saya tidak percaya dengan Tuhan. Sementara ibu saya adalah seorang penganut Katolik tetapi dia tidak ke gereja setiap hari. Maka saya tidak menerima dengan mudah setiap ajaran tentang agama dari sejak awal.

 

Bagaimana Saya Mengenal Islam

Ajaran pertama mengenai agama ialah tentang Islam. Terima kasih kepada rekan-rekan, keluarga dan semua Muslim yang saya kenal dari Maroko, Turki, Aljazair dan Tunisia. Untungnya, saya tinggal di sebuah tempat yang banyak penduduk imigran…Mereka semua adalah teman saya dan saya merupakan satu-satunya orang Perancis dalam kelompok itu. Kami bersama-sama berolahraga. Hari dimana saya mengenal Islam lebih banyakterjadi saat kami bermain sepakbola dan seorang anggota fi sabil Allah datang ke lapangan. Kami berhenti bermain dan mereka mula bercakap tentang Islam…..demikianlah…

Pada mulanya saya berada di luar kumpulan ketika mereka menyampaikan tentang Islam. Kemudian seorang dari anggota fi sabil Allah(Sebuah kumpulan dakwah) memanggil saya. Dia mengundang saya untuk ke masjid dan mengenal sedikit berkaitan agama, saya menurutinya dan mula menaruh minat. Saya pulang ke rumah dan membuat keputusan untuk shalat. Saya banyak bertanya kepada orang tentang Islam dan melibatkan diri dalam agama ini.

Saya menjadi minat karena saya tidak tahu apa-apa. Saya menjadi terkejut melihat contohnya orang berpuasa dan tidak makan apa-apa pada siang hari sepanjang satu bulan. Saya berpikir apakah saya mampu melakukannya. Dan contohnya pada bulan Ramadhan dan atau manifestasi lain tentang Islam, seperti Eid dan sebagainya, semuanya mempesonakan. Akhirnya saya membuat keputusan untuk belajar tentang agama ini.

 

Keluarga dan Kawan

Saya masih muda dan orang lain terkejut ketika keluarga saya menerima pilihan untuk memeluk agama Islam. Mereka menganggap saya masih anak muda maka mereka ingin membantu dan mereka tidak ingin mengecewakan saya. Mereka menganggap saya sebagai bagian dari keluarga. Ia menjadi lebih menarik.

Saya terbilang bernasib baik dengan kedua orang tua saya.Jika anda membandingkan dengan orang lain yang berusaha untuk memeluk agama Islam. Mereka terpaksa melewati berbagai problema dengan keluarga mereka. Untungnya, ibu bapa saya tidak begitu keras dalam menyikapi pilihan saya. Mereka memberi saya kebebasan dalam membuat pilihan. Pada masa yang sama, mereka ingin saya tinggal di tempat yang selamat dan masjid merupakan tempat yang selamat, saya tidak berada di jalan mengganggu orang lain, mencuri atau ribut dengan orang lain. Maka mereka lebih memilih saya untuk tinggal di masjid dari berada di jalanan.

 

Apa yang bisa ditawarkan oleh Islam

Saya pikir Islam merupakan sesuatu yang baik untuk saya. Ia mengajar saya untuk menghormati orang lain, cara saya berpikir dan berperilaku secara umumnya, karena Islam menggalakkan umatnya untuk belajar dan memperoleh ilmu. Sayangnya, beberapa teman saya tidak berminat dengan Islam, akhirnya mereka mulai ketagih narkotika, atau mula minum,…melakukan hubungan tanpa nikah,…Saya sungguh beruntung karena menemui Islam dan ia membantu saya dalam menjalani kehidupan.

Saya pikir Islam merupakan penawar bagi orang-orang yang memerlukan. Contohnya, orang di dalam penjara yang berusaha untuk mencari Islam dan mereka berhasil menjadi orang yang baik. Contoh lain ialah orang yang berada dalam penjara. Mereka berusaha untuk mencari Islam dan akhirnya mereka berhasil menjadi orang yang baik. Contoh lain ialah mereka yang ketagihan dengan narkotika atau alkohol, mereka tidak menemui sesuatu yang dapat membantu mereka, dan ketika mereka menemui Islam, mereka sembuh. Ia merupakan obat yang mujarab dan Allah merupakan doktor terbaik yang bisa anda temui untuk memelihara anda. Jika anda berhasil menemui-Nya, Dia akan membantu anda.

Saya ingin mengatakan bahwa setelah menjadi Muslim beberapa tahun lalu, saya tidak pernah menghadapi masalah sebagai seorang Perancis atau sebagai seorang Muslim. Memang benar saat ini ramai orang di Eropa yang bimbang dengan perkembangan Islam yang begitu cepat berkembang, ramai orang Eropa yang berusaha untuk memeluk Islam. Di Perancis contohnya, bisnis, agama dan bisnis negara merupakan satu yang terpisah, maka adalah sulit misalnya bagi perempuan untuk memakai kerudung ke sekolah, kecuali jika anda ke universitas, sebelum inipun mereka tidak dibenarkan memakai kerudung.

Islam dan Media

Rakyat Perancis secara umumnya mempercayai apa yang dikatakan media tentang Islam, dan muslim adalah teroris dan poligamis. Kaum perempuannya adalah tertindas, padahal semuanya tidak benar. Orang Perancis hanya percaya dengan apa yang mereka dengar, mereka tidakjuga berusaha untuk mencari kebenaran. Mereka tidak berusaha untuk membuka buku dan percaya apa yang mereka dengar saja. Kini, orang-orang di sekitar saya mulai memahami Islam, bahwa Islam tidaklah seperti yang mereka pikirkan selama ini, karena mereka tahu lewat cara saya berperilaku.

Perkara yang sama berlaku pada ibu bapa saya, ketika kami mengadakan perbincangan beberapa bulan lalu. Mereka memberitahu saya bahwa akhirnya saya menemui Islam yang merupakan sesuatu yang baik buat saya. Saya beruntung karena menemui Islam, walaupun mereka bukan Islam. Saya punya peluang untuk menemui Islam dan saya sungguh gembira. Saya berharap semuanya berjalan baik untuk saja, untuk pendidikan anak-anak saya, isteri saya dan semuanya.

Saya ingin menyampaikan kepada orang lain berusahalah untuk mengenali Islam. Bukalah buku. Bukan sulit untuk membaca dan belajar. Anda juga bisa mencarinya lewat internet, youtube atau sesuatu. Anda akan menemui Islam. Insya….ianya bermanfaat untuk anda.

Akhirnya, saya ingin mengucapkan syukur kepada Allah Swt.

Periode Kelahiran

Revolusi Ilahi, Islam dan Iran kita merupakan manifestasi keagungan Nabi Muhammad Saw. Kelahiran penuh berkah dan hijrah beliau yang memotivasi terjadi di masa ketika seluruh dunia dipenuhi dengan kebodohan. Sementara para penguasa seperti hewan buas yang memangsa orang-orang lemah. (Sahifah Imam, jilid 12, hal 136)

* * *

Ketika Nabi Muhammad Saw lahir ke dunia terjadi sejumlah peristiwa yang jarang terjadi dan diriwayatkan oleh Syiah dan Ahli Sunnah. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa kelahiran Nabi Muhammad Saw itu harus dikaji serius. Peristiwa itu seperti retaknya pintu gerbang istana Kisra dan runtuhnya 14 pilar penyangga setiap pintu gerbang itu. Begitu juga dengan matinya api di kuil api Persia dan tumbangnya arca-arca.

Peristiwa retaknya pintu gerbang Kisra mungkin mengisyaratkan bahwa di masa Nabi Muhammad Saw, setiap pintu gerbang kezaliman akan hancur, khususnya pintu gerbang istana Kisra. Karena di masa itu pintu gerbang istana Kisra merupakan pusat kezaliman Raja Anushirvan. (Sahifah Imam, jilid 19, hal 432) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Sire-ye Nabavi; Gozideh-i az Kalam va Andisheh Imam Khomeini ra, Tehran, 1383, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini.

Jumat, 28 September 2012 08:07

Syiah, Islam dan Keindonesiaan

Oleh: A.M.Safwan*

Islam, sebagaimana agama yang lainnya, memiliki sejumlah aspek pokok ajaran/doktrin; para penganutnya punya pendekatan dalam memahami pokok ajarannya (doktrin). Pendekatan ini memunculkan perbedaan. Hal itu tentu wajar karena agama hidup dalam ruang sejarah, interpretasi, dinamika keyakinan, dan pengalaman keagamaan, serta cara berpikir. Namun, perbedaan itu bukan tanpa dasar yang autentik dari sudut doktrin.

Orientasi kepada yang autentik itu dibangun sebagai sikap dasar dalam menetapkan kebenaran setiap ajaran. Oleh karena itu, perbedaan yang autentik ini harus terus diletakkan sebagai sebuah kerangka dasar dalam pengkajian ilmiah agar pengertian, konsepsi pokok, dan relevansi ajaran dapat dilihat sebagai dimensi transenden yang dengannya setiap orang memandang proses pemahaman sebagai sebuah perjalanan eksistensial bertemu dengan kebenaran (Al Haqq / Tuhan). Dalam Islam, dikenal beberapa mazhab/pendekatan yang mungkin banyak memunculkan kontroversi, yaitu Islam Syiah vis a vis Islam Sunni.

Mazhab Syiah adalah mazhab yang dikembangkan dari garis pemikiran mazhab agama yang dikembangkan oleh Imam Ja'far Shadiq r.a. sebagai sebuah pendekatan dalam sistem teologi. Dalam sejarah dikenal banyak Imam Mazhab, seperti Imam Syafi'i berguru langsung kepada Imam Ja'far Shadiq. Mazhab Syiah ini dikenal dengan sebutan mazhab Ja'fari. Menurut pandangan saya, Syiah sebagai sistem mazhab yang diajarkan oleh Imam Ja'far Shadiq secara terbuka baru terbentuk setelah generasi Sahabat Nabi. Oleh karena itu, keislaman awal generasi Sahabat Nabi secara umum adalah Islam; seluruh Sahabat Nabi adalah generasi Islam awal. Syiah/Sunni dalam fase awal setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.tidak dikenal sebagai sistem teologi yang terpisah, kecuali bahwa terjadi fragmentasi dalam pilihan kepemimpinan Islam sebagai sandaran teologi atau bukan dalam misi kenabian yang kemudian berangsur membentuk kohesifitas ajaran vis a vis kekuasaan politik.

Dengan pemahaman seperti itu, Islam sebagai agama adalah fundamental awal kesadaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Sebagai kelanjutan historis dan teologis misi kenabian dalam agama Ibrahimiah (Millah Ibrahim a.s.) kepada para pengikutnya, apa pun itu, kemudian mazhabnya yang berkembang belakangan sebagai sebuah garis yang diturunkan dari inti ajaran kenabian, yaitu Tauhid (Mabda'/sumber) dan Hari Kiamat (Ma'ad/tujuan). Maka sejak awal, perspektif saya tentang mazhab/pendekatan ajaran adalah berada di bawah naungan agama (Islam) sebagai dimensi esoterik (transendent unity/ scientia sacra/Ontologi/wahdah al wujud)); fakta bahwa manusia dillahirkan dan akan mati, Inna lillaahi (Dari Tuhan/Mabda'/sumber/Al Tawhid), dan wa inna ilaihi rajiun (Kembali ke Tuhan / Ma'ad / tujuan). Dari sinilah dasar berpikir tulisan ini beranjak.

Syiah sendiri artinya pengikut. Jika dikaji dari generasi Islam awal, yaitu generasi Sahabat Nabi, maka para pengikut Syiah adalah istilah yang dilekatkan kepada para pengikut Imam Ali bin Abi Thalib yang menganggap bahwa hak kepemimpinan Islam pasca wafatnya Rasulullah Saw. adalah hak Ilahi yang diamanahkan kepada Ahlulbaitt Nabi (keluarga Nabi Muhammad yang suci) dalam klaim mereka atas wasiat Nabi yang diberikan kepada Imam Ali. Berbeda dengan itu, para Sahabat Nabi lainnya, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab, beranggapan bahwa Nabi tidak meninggalkan wasiat tentang kepemimpinan Islam sepeninggalnya. Oleh karena itu, para Sahabat Nabi menganggap setelah kenabian tertutup dengan Muhammad Saw., tidak ada lagi kepemimpinan Islam yang dipilih oleh Allah, tetapi kepemimpinan Islam dikembalikan kepada pilihan umat.

Latar belakang tersebut melahirkan peristiwa yang dikenal sebagai peristiwa Saqifah, yaitu peristiwa yang terjadi di Balairung Saqifah Bani Sa'adah dengan pengangkatan Sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Nabi (kelompok yang belakangan disebut Ahl Sunnah-Sunni). Pada pihak lainnya, sekelompok lainnya menolak pengangkatan tersebut, yang belakangan disebut pengikut Syiah. Oleh karena itu, perbedaan tersebut terjadi dalam alam berpikir Islam kekuasaan politik pasca wafatnya Nabi Muhammad Saw. Secara singkat, inilah perbedaan politik dalam nalar kepemimpinan Islam. Dalam ajaran Islam Syiah, perbedaan ini berpijak pada perbedaan dalam menerima pesan kenabian, bukan dalam penerimaan terhadap nabi Muhammad Saw. (ushul al madzhab bukan ushul al din).

Hadirnya perbedaan tersebut sempat memicu konflik, tetapi kemudian Imam Ali mengambil sikap diam atas sebuah prinsip kemaslahatan umat. Dapat dinyatakan di sini bahwa sikap persatuan di atas perbedaan sikap politik adalah jauh lebih mendasar agar umat Islam tidak berpecah belah sebagaimana sikap yang diambil oleh Imam Ali tersebut. Namun demikian, upaya menjaga persatuan Islam bukan tanpa persoalan tersendiri. Sebab, memang perbedaan itu menguat menjadi komunalisme dan reaksi terhadap sikap politik yang diambil oleh para pengikut Imam Ali yang menolak baiat terhadap Sahabat Abu Bakar karena menganggap itu bukan otoritas manusia, melainkan otoritas Ilahi. Jikalau tuntutan baiat tidak dipaksakan dari para Sahabat Nabi yang meyakini khalifah–bukan Imamah dalam tradisi Syiah–maka konflik akan lebih mudah diredam. Sebagaimana kita ketahui dalam setiap konflik, seyogianya kedua pihak saling menahan diri, dari sisi pengikut Imam Ali yang sudah mengambil sikap diam atas Saqifah tersebut demi maslahat umat, di sisi lain, sikap sahabat yang menuntut agar para pengikut Imam Ali (Syiah Ali) membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah; wajar terjadi munculnya simpul konflik di sini. Namun saya meyakini, krisis ini hanya terjadi di level pengikut, bukan di level kebijaksanaan umum Imam Ali atau Sahabat Abu Bakar, walaupun memang akar teoretis permasalahannya dimulai dari sini.

Perbedaan pokok Islam Syiah dengan Islam Sunni berada dalam sentral dua pilar mazhab (ushul al Madzhab), yaitu Imamah dan Keadilan. Kedua pokok ajaran mazhab ini memiliki kaitan erat dengan hubungan sosial. Imamah ingin mendudukkan bahwa masalah kepemimpinan manusia harus bersandar kepada legitimiasi Ilahiah karena Tuhan-lah yang paling mengetahui apa yang paling baik/maslahat untuk kehidupan manusia. Kebaikan ini ditinjau dari sisi kebijaksanaan Tuhan yang tidak menghilangkan sifat keadilan-Nya, bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih apa yang paling baik/layak untuk dirinya. Otoritas Ilahiah dalam sistem kepemimpinan Islam tidak bermaksud menutup ruang dinamika kehidupan manusia yang berproses (religious experience) dalam mencari kebenaran.

Secara singkat, Islam Syiah meyakini bahwa Tuhan telah melaksanakan kebijakan-Nya atas dasar keadilan, bahwa Tuhan dengan rahmat-Nya telah menjelaskan jalan kesempurnaan menuju kepada-Nya (wahyu dan kenabian). Namun, dengan keadilan-Nya, Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan kesempurnaan sesuai dengan ikhtiarnya. Sepeninggal Nabi Muhammad Saw., Imamah diyakini oleh Islam Syiah sebagai keharusan mempertahankan kebijaksanaan Ilahi agar manusia senantiasa dapat berhubungan dengan risalah (wahyu/Alquran/kitab suci). Bagaimana dengan yang tidak berpegang pada dasar pendapat ini, bagi Islam Syiah, itu adalah hak dan kebebasan setiap orang, tetapi itu tidak menghilangkan bahwa setiap orang punya kewajiban dalam hidupnya (taklif), apakah dalam konteks teologi maupun sosial untuk membawa masyarakat pada keadilan dan cita-cita kehidupannya (insan kamil).

 

Beragama dalam Islam Syiah, dengan demikian, diyakini harus juga bertopang pada sebuah sistem kepemimpinan Ilahiah dan keadilan. Agama, dengan demikian, mesti berada pada kriteria kelayakan (Imamah), terutama secara ilmu dan kriteria keadilan. Formalisme agama tanpa kedua kriteria tersebut bukanlah kriteria kebenaran. Jika dilihat dilihat secara sosial, kriteria kebenaran bukan agama, melainkan keadilan dan kelayakan (faqih dan ‘adl). Teori ini pada kenyataannya akan berhadap-hadapan dengan kekuasaan yang tidak adil dan tidak layak. Dalam hal ini, Islam Syiah kritis terhadap kekuasaan politik Khalifah Rasyidin (Sahabat Nabi, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ustman bin Affan), tetapi tetap kritik ini diletakkan pada agama yang satu. Buktinya, Imam Ali pun juga pada akhirnya berada dalam/sebagai salah satu Khalifah Rasyidin.

Hal ini tentu menarik untuk membangun sikap kedewasaan umat untuk saling menghargai sikap politik yang mungkin memiliki akar teologis yang berbeda dalam memahami ajaran Islam. Oleh karena itu, ke-Syiah-an atau ke-Sunni-an adalah ke-Islam-an itu sendiri dalam dinamika penafsiran dalam mencari sesuatu yang autentik. Menjadi Syiah atau menjadi Sunni tidak berkaitan dengan kafir atau tidaknya seseorang. Kedua mazhab itu berada dalam garis teologi Islam (tasykik al wujud/kebertingkatan eksistensi).

Dari sini, pemahaman saya ketika saya memilih Syiah adalah sebuah keyakinan akan sebuah pendekatan tertentu terhadap Islam yang berbeda secara autentik dengan pendekatan lainnya. Karena itu, menjadi Syiah adalah sebuah dinamika berkeyakinan terhadap pentingnya senantiasa mencari sebuah pendekatan yang lebih komprehensif dalam hubungan lahir batin (eksoterisme dan esoterik, syariat, dan tawasuf/irfan). Dalam Islam Syiah, saya meyakini kekomprehensifan ajarannya, tetapi tidak sekalipun ada muatan untuk menganggap orang lain kafir di luar ajaran Syiah, bahkan dalam ranah yang lebih luas, konsep keselamatan (salvation) bertumpu pada dua hal, yaitu prinsip ajaran dan sikap terhadap ajaran. Betapapun kita meyakini sebuah prinsip ajaran, tetapi sikap terhadap ajaran adalah sebuah ruang intelektual yang dinamis dan dengan hati yang terbuka/lapang terhadap adanya perbedaan (spiritual) dalam ruang sosial (Bil Hikmah).

 

Islam Syiah membawa sebuah kehidupan dalam persentuhan secara dinamis antara intelektualisme (filsafat), spiritualisme (tasawuf/irfan), dan tanggungjawab sosial (etika dan hukum). Inilah pengalaman menarik, menurut saya, dalam persentuhan saya dengan ajaran ini, yang tidak memisahkan kehidupan ketiga sisi tersebut sebagai pengejawantahan kesadaran agama. Dengan persentuhan ini, pengalaman keagamaan tidak akan melepaskan konteks hubungan individu dan masyarakat. Individu dengan sebuah keyakinan agama akan hidup dalam masyarakat yang tidak mungkin lepas dari ruang kebudayaan masyarakat.

Maka, keindonesiaan dimaknai sebagai sebuah entitas budaya yang berpuncak menjadi sebuah sistem bermasyarakat dan dalam sebuah kontrak sosial yang disebut negara. Oleh karena itu, keIndonesiaan adalah sebuah ruang budaya di mana berlangsung sebuah dinamika keagamaan Islam (intelektual, spiritual, dan tanggung jawab sosial) dalam berlomba-lomba dalam kebenaran (ke-Syiah-an, keSunni-an atau yang lainnya).

Objektivikasi ajaran (Syiah/Sunni) akan teruji dalam dinamika keagamaan tadi (fastabiqul khairat) dan dalam ruang budaya (keindonesiaan). Kasus Sampang saya pandang dalam relasi seperti ini. Keyakinan keagamaan tidak mungkin tanpa dinamika intelektual, spiritual, dan tanggung jawab sosial yang hidup dalam kontekstualisasi keindonesiaan sebagai puncak budaya masyarakat yang objektivikasinya adalah negara berdasarkan hukum/konstitusi (bukan hukum agama atau negara agama). Pancasila dan UUD 1945 adalah filosofi keindonesiaan kita sebagai refleksi budaya yang adiluhung yang justru membuka ruang agama dan keyakinan yang "berdialektika" dalam intelektualisme, spiritual, dan tanggung jawab sosial. Wallahu'alam bi al shawab. (IRIB Indonesia/PH)

*Pengasuh Ponpes Mahasiswa Madrasah Murtadha Muthahhari, RausyanFikr Jogja

*) Disampaikan dalam Diskusi Publik Agama, Kekerasan dan Politik Penodaan: Membedah Kasus Sunni-Syi'ah di Sampang, Kamis, 27 September 2012, jam 08.00-12.00 di Gedung UC UGM Yogyakarta, yang dilaksanakan oleh Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP), Institute of International Studies (IIS) Universitas Gadjah Mada, dan Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.

Presiden Rusia Vladimir Putin menilai kebijakan Barat yang telah menimbulkan instabilitas di sejumlah negara Arab kini sedang menciptakan chaos di Suriah.

Press TV (27/9) melaporkan, pemimpin Rusia ini memperingatkan bahwa "fenomena pembersihan etnis" di Suriah saat ini sama dengan peristiwa yang terjadi menyusul invasi Kekaisaran Romawi ke Kartago dan jatuhnya kota besar itu di 146 tahun SM.

"Kekaisaran Romawi tidak hanya merampas dan menduduki Kartagena, melainkan juga menghancurkan segalanya, mencincang semua orang dan kemudian menuangkan garam pada (potongan jenazah) mereka guna memastikan bahwa tidak ada yang dapat tumbuh kembali," katanya.

Pada 19 Juli, Rusia dan Cina memveto resolusi ketiga anti-Suriah, dengan alasan bahwa dokumen tersebut hanya menekan satu pihak dan akan merusak perdamaian regional.

Suriah telah mengalami kerusuhan sejak Maret 2011.

Damaskus mengatakan penjahat, penyabot, dan teroris bersenjata merupakan faktor pendorong di balik kerusuhan dan kekerasan mematikan, sedangkan oposisi menuduh pasukan keamanan berada di balik pembunuhan.

Pemerintah Suriah mengatakan bahwa kekacauan telah diatur dari luar negeri, dan ada laporan bahwa jumlah yang sangat besar dari para pemberontak bersenjata adalah warga negara asing.(IRIB Indonesia/MZ)

Berbagai sumber pemberitaan Turki mengkonfirmasikan tewasnya 13 anggota milisi Partai Buruh Kurdistan Turki (PKK) dalam bentrokan dengan pasukan keamanan negara ini di wilayah Kurdistan.

IRNA (27/9) melaporkan, dalam beberapa waktu terakhir bentrokan antara pasukan keamanan Turki dan militan PKK meningkat.

Bentrokan terbaru terjadi selama tiga hari dan hingga kini masih berlanjut. Dua tentara Turki tewas dan empat lainnya cedera.

Militer Turki melancarkan operasi meluas di wialyah Kurdistan dan memburu para militan PKK. Operasi dilancarkan dari darat dan udara.

Eskalasi serangan milisi PKK terhadap pasukan pemerintah Turki meningkat sejak meletusnya krisis di Suriah. (IRIB Indonesia/MZ)

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan pesannya bertepatan dengan "Pekan Pertahanan Suci dan Hari Perayaan Syuhada dan Veteran."

Menurut laporan Fars News, Kamis (27/9), Rahbar dalam pesannya mengatakan, Syuhada merupakan penggambaran dari keajaiban dan keindahan di masa Jihad fi Sabilillah.

Beliau menambahkan, pengabdian dan tidak mementingkan diri adalah rahasia kemenangan di semua medan dan manusia yang memiliki pengabdian ini akan mengantarkan bangsanya ke puncak kemuliaan dan keagungan.

Pekan Pertahanan Suci bertujuan memperingati keberanian tentara Iran dalam berjuang melawan agresi tentara Irak yang dipimpin diktator Saddam Hussein dari tahun 1980-1988. (IRIB Indonesia/RA)