کمالوندی
Ban Meminta Dunia Memprioritaskan Nasib Rakyat Suriah
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengkritik ketidakmampuan masyarakat internasional untuk mengkahiri derita rakyat Suriah. Dikatakannya, nasib bangsa Suriah lebih utama dan lebih penting dari kompetisi internasional dan regional.
Ban mengatakan, pertumbuhan radikalisasi dan ekstremisme telah diprediksi pada awal konflik di bulan Maret 2011. Demikian dilaporkan IRNA.
Ban, Jumat malam (3/8) pada pembukaan sidang Majelis Umum PBB terkait Suriah, menekankan tanggung jawab masyarakat dunia untuk melindungi warga sipil Suriah. Ditambahkannya, semua pihak harus mencari solusi diplomatik dan bukan kekerasan sehingga krisis Suriah bisa diselesaikan.
Seraya menyinggung eskalasi kekerasan di Aleppo, Ban mengatakan kota tersebut sebagai salah satu kota kuno di dunia terperangkap perang antara pemerintan dan oposisi. Sekarang ribuan warga Suriah kehilangan tempat tinggal dan menjadi pengungsi.
Menurut Ban, pengiriman senjata kepada kelompok oposisi Suriah telah memicu situasi seperti itu. Ditambahkannya, kondisi ini membahayakan stabilitas regional dan internasional.
"PBB harus menghindari terulangnya kegagalan di Srebrenica. Pasukan penjaga perdamaian PBB dituduh gagal menghentikan pembantaian 8.000 anak laki-laki dan pria Muslim di kota Bosnia pada Juli 1995," tegasnya.
"Kita harus membantu rakyat Suriah melalui dialog dan kompromi antara pihak-pihak yang bertikai sehingga mereka bisa terbebas dari krisis tersebut," imbuh Ban. (IRIB Indonesia/RM/MF)
Irak Protes Kunjungan Menlu Turki ke Kirkuk
Pemerintah Irak melayangkan protes resmi kepada Duta Besar Turki di Baghdad pada hari Jumat (3/8) setelah menlu Turki melakukan kunjungan mendadak ke kota Kirkuk, wilayah otonom Kurdistan tanpa pemberitahuan kepada pemerintah Baghdad.
Sebagai tanggapan, Turki memanggil duta besar Irak di Ankara dan memperingatkan Baghdad untuk bersikap hati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.
Serangkaian pertengkaran diplomatik antara kedua negara kemungkinan akan memperburuk hubungan yang sudah tegang.
Menlu Turki Ahmet Davutoglu melakukan perjalanan ke Kirkuk pada hari Kamis setelah mengunjungi presiden regional di Arbil, ibukota Kurdistan Irak. Namun, Kementerian Luar Negeri Irak menuduh Turki melanggar konstitusi dengan kunjungan tersebut, mengatakan bahwa Davutoglu tidak meminta atau memperoleh izin untuk masuk ke Kirkuk.
Seorang menteri junior di Kemenlu Irak menyerahkan surat protes kepada Turki pada hari Jumat. Nota tersebut juga termasuk permintaan pemerintah Baghdad kepada Ankara untuk segera memberi penjelasan atas kunjungan itu.
Kemudian, Kemenlu Turki memanggil diplomat tinggi Irak di Ankara. "Menlu Turki melakukan kunjungan secara transparan. Tidak ada agenda rahasia," kata seorang pejabat dari Deplu Turki.
Dia menambahkan bahwa Davutoglu telah berkonsultasi dengan para pejabat Kurdi di Arbil sebelum pergi ke Kirkuk.
Ketegangan antara kedua negara meningkat setelah para pejabat Turki menolak deportasi mantan Perdana Menteri Irak Tareq al-Hashimi yang menjadi buron. Hal ini diperburuk lagi oleh sikap PM Turki yang menuding Nouri al-Maliki menerapkan kebijakan yang berorientasi pada mazhab tertentu.
Pemerintah Baghdad belum lama ini juga memperingatkan Ankara bahwa kesepakatan ekspor minyak dengan wilayah otonom Kurdi, di Irak Utara bisa merusak hubungan dagang.
Baghdad menuduh Ankara berpartisipasi dalam penyelundupan minyak Irak dan masalah ini akan mempengaruhi hubungan kedua negara, terutama ekonomi. (IRIB Indonesia/RM/MF)
Pembagian Ghanimah Sebelum Kemenangan Kubu Anti Suriah
Di saat operasi pembersihan anasir bersenjata di Suriah oleh pasukan negara ini terus berlanjut, friksi antara kubu oposisi Damaskus semakin mamanas. Hal ini menyusul pengumuman satu di antara kelompok anti Damasku yang membentuk pemerintahan transisi di Kairo.
BBC hari Selasa (31/7) melaporkan sebuah dewan yang menyebut dirinya sebagai Dewan Presidium Suriah mengumpulkan watawan di sebuah hotel di Kairo. Mereka menyatakan bahwa setelah menggelar sidang tertutup selama tiga hari memutuskan Haitham al-Maleh diserahi tanggung jawab untuk membentuk pemerintahan transisi Suriah. Pemerintahan transisi ini akan memerintah wilayah Suriah yang jatuh ke tangan kelompok bersenjata dan selama pemerintahan Bashar al-Assad belum jatuh pemerintahan transisi ini akan melanjutkan tugasnya.
Berdasarkan laporan ini, Haitham al-Maleh, 80 tahun, dikenal sebagai kubu anti pemerintah Suriah. Sejak berkuasanya Partai Baath di negaranya, Maleh bangkit melakukan perlawanan politik serta berulang kali masuk penjara. Bersamaan dengan dimulainya reformasi terbaru di Suriah, termasuk pembebasan tahanan politik, Haitham al-Maleh juga dibebaskan berkat grasi Preseiden Bashar Assad. Namun dua hari setelah pembebasannya, Suriah mulai digoncang aksi kelompok bersenjata dan kondisi keamanannya terganggu.
Dua Oktober tahun lalu, ketika sekelompok orang yang menentang pemerintah Suriah berkumpul di Istanbul, Turki dan membentuk Dewan Nasional Suriah dengan mengambil contoh Libya guna menyatukan kubu anti Suriah dan mempersiapkan pemerintahan yang bakal menggantikan Assad, Haitham al-Maleh merupakan pilar utama dari dewan ini. Namun meski mendapat dukungan penuh dari Barat dan sejumlah negara Arab, Dewan Nasional Suriah ini seperti diakui oleh BBC tidak mampu menyatukan kelompok anti Assad.
Adapun Haitham al-Maleh pada 14 Maret bersama tiga anggota senior lainnya lalu memilih hengkang dari Dewan Nasional Suriah setelah memprotes egoisme Burhan Ghalioun. Kemudian ia membentuk Front Amal Nasional dan ia pun menggumpulkan mereka yang sehaluan dengan dirinya. Akhirnya hari Selasa (31/7) di Kairo ia dipilih oleh kelompoknya membentuk pemerintahan transisi.
Sementara itu, Dewan Nasional Suriah (SNC) lansung mereaksi keputusan kubu al Maleh tersebut dan menilainya sebagai langkah yang tergesa-gesa. Tentara Bebas Suriah (FSA) juga menuding Haitham al-Maleh dan kelompoknya mengobarkan perpecahan di antara kubu anti Suriah.
Abdel Basset Sayda kepala SNC dalam reaksinya menyikapi tindakan al-Maleh kepada Reuters mengatakan, pembentukan pemerintahan transisi merupakan proses yang sulit dan membutuhkan musyawarah dengan seluruh perwakilan kubu anti Suriah.
Ia menambahkan, namun ketika setiap kelompok membentuk pemerintahan sendiri-sendiri tanpa membicarakan dengan yang lain maka hal ini berarti akan muncul pemerintahan lemah yang tidak menjadi perwakilan kelompok mana pun.
Saat diwawancarai AFP, Sayda menyebut langkah Haitham al-Maleh tergesa-gesa. "Pembentukan pemerintah dengan metode seperti ini hanya akan memperlemah posisi kubu anti Suriah," tandas Sayda.
Situs Middle East Online di pemberitaannya menyebutkan friski antar kelompok anti Suriah dan di tajuknya media ini menulis "Suriah: Perebutan Kue Kekuasaan, Sebelum Tumbangnya Assad"
Mengapa Kairo ?
Perebutan ghanimah sebelum menang sebenarnya telah dimulai oleh Dewan Nasioan Suriah (SNC) di Istanbul yang berusaha mencitrakan dirinya sebagai wakil satu-satunya kubu oposisi Damaskus. Tak hanya itu, SNC juga berusaha menampilkan dirinya sebagai pemimpin kelompok anti Assad. Kebijakan SNC selaras dengan kebijakan Turki, Arab Saudi dan Qatar, namun di sisi lain Haitham al-Maleh dan pendukungnya sepertinya dengan berkumpul di Kairo berusaha menyelaraskan strateginya dengan kebijakan Masir serta menggandeng negara ini. Dalam hal ini Mesir dikenal sebagai negara yang menolak intervensi asing di Suriah tak seperti Qatar dan Arab Saudi.
Pengamat politik meyakini bahwa kedua kelompok anti Suriah baik yang bermarkas di Istanbul atau Kairo, memiliki ide dan strategi berbeda, terkadang kontradiksi mulai dari ideologi Islam, liberal bahkan komunis. Baik saat ini tidak terlihat adanya solidaritas dan persatuan di antara mereka serta di masa mendatang juga tidak dapat diharapkan koalisi mereka akan bertahan. (IRIB Indonesia/MF)
Puasa: Antara Kesalehan Individu dan Kesalehan Sosial
Suatu ketika, Nabi Musa berjalan menuju Bukit Sina – tempat di mana Nabi Musa menerima perintah-perintah Tuhan. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang ‘abid (ahli ibadah) yang sedang ber-uzlah (menjauhkan diri dari keramaian). Ketika melihat Nabi Musa mendekatinya, sang ‘abid mendekat dengan penuh semangat.
“Wahai Nabi Allah, pasti engkau akan menemui Allah. Tolong tanyakan kepada Allah, di surga tingkat berapa nanti aku ditempatkan di akhirat?” kata sang ‘abid penuh yakin.
“Lho, bagaimana engkau bisa memastikan dirimu akan masuk surga?” kata Nabi Musa dengan heran. “Bagaimana tidak, wahai Nabi Allah. Aku mengasingkan diri dari keramaian sudah selama empat puluh tahun. Aku telah meninggalkan segala-galanya. Selama itu aku tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Aku hanya berdzikir dan beribadah kepada Tuhan. Aku tidak makan kalau tidak ada daun-daun yang jatuh ke pangkuanku. Aku tidak minum kalau bukan air hujan. Tidak pastikah aku masuk surga?”
Nabi Musa kemudian melanjutkan perjalanannya. Di Bukit Sina, ia berjumpa dengan Allah. “Ya Allah, di tengah perjalananku aku bertemu dengan seorang hamba-Mu. Dia ingin tahu di surga tingkat berapakah gerangan tempatnya nanti?” Jawab Allah: “Wahai Musa, sampaikan kepadanya bahwa tempatnya di neraka.” Nabi Musa terkejut.
Ia pun kembali menemui sang ‘abid. Melihat Nabi Musa datang, sang ‘abid dengan penuh semangat menemuinya. Ia ingin cepat mengetahui di surga tingkat berapa tempatnya kelak di akhirat.
“Di surga ke berapa tempatku nanti? Katakan secepatnya, wahai Nabi Allah!” kata sang ‘abid seraya mengguncang-guncang bahu Nabi Musa. “Katakan wahai Nabi Allah, jangan biarkan aku menderita karena menunggu.” Nabi Musa lama terdiam. Ia kesulitan mengungkapkan jawaban yang santun agar tidak mengejutkan sang ‘abid. ‘Abid itu terus mengguncang bahunya.
“Sabar wahai sahabatku. Kata Tuhan, tempatmu nanti di neraka.” “Bagaimana mungkin wahai Musa. Ibadah empat puluh tahun diganjar dengan neraka? Tidak mungkin. Pasti engkau salah dengar. Tolong engkau kembali lagi kepada Tuhan, tanyakan di surga ke berapa tempatku kelak.” Nabi Musa kembali. Di tengah perjalanan ia bergumam sendirian, “Iya ya, jangan-jangan aku salah dengar.”
“Tuhan, hambamu ingin kejelasan, apa benar tempatnya kelak di neraka?” tanya Nabi Musa kepada Allah sekali lagi. “Katakan, tempatnya di surga.” “Jadi, Tuhan, tadi aku salah dengar?” “Tidak. Wahai Nabi-Ku, engkau tidak salah dengar. Aku tadinya memang akan menempatkannya di neraka. Aku menciptakan manusia bukan untuk egoistis, apapun alasannya, termasuk alasan spiritual. Aku menciptakan manusia sebagai khalifah dan untuk saling membantu sesamanya. ‘Abid tadi bukan mendekatkan dirinya kepada-Ku. Ia melarikan diri dari realitas kehidupan yang nyata.
“Lalu secepat itukah keputusan-Mu berubah?” tanya Nabi Musa.
“Pada saat engkau berjalan menuju ke sini, ‘abid itu tersungkur sujud, ia menangis sejadi-jadinya. Ia memohon kepada-Ku – kalau benar ditempatkan di neraka – agar tubuhnya diperbesar sebesar neraka Jahanam, supaya tidak ada orang lain yang masuk ke dalamnya selain hanya dirinya. Pada saat itu, ia tidak lagi egoistis. Ia kembali ke pangkuan realitas kehidupan. Saat itu ia telah memikirkan kepentingan orang lain selain dirinya.”
Dalam cerita tersebut, ada pesan Al-Qur’an yang ingin disampaikan, yaitu ibadah individu dan ibadah sosial yang dalam bahasa agama disebut habl min Allah wa habl min an-nas (hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesama) merupakan dua sisi ibadah yang tidak dapat dipisahkan. Kita tidak diperbolehkan hanya mementingkan ibadah sosial atau kesalehan sosial, dan melupakan ibadah ritual atau kesalehan individu, atau sebaliknya, hanya mementingkan ibadah ritual atau kesalehan individu, dan melupakan kesalehan sosial.
Akhir-akhir ini, ada kecenderungan beberapa kalangan di Indonesia yang tidak mau beragama secara formal. Mereka memeluk satu agama, tetapi mereka tidak melakukan ibadah ritual agama. Bagi mereka, yang penting adalah berbuat kebaikan kepada sesama manusia yang mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Islam dengan tegas tidak memperkenankan kecenderungan kalangan tersebut. Kita tidak diperbolehkan hanya mementingkan ibadah sosial atau kesalehan sosial dan melupakan ibadah ritual atau kesalehan individu. Kedua ibadah tersebut merupakan kesatuan yang terpadu. Memisahkan salah satu dari keduanya bagaikan fatamorgana. Dalam Q.S. al-A’raaf ayat 96, Al Qur’an menggambarkan hubungan antara ketakwaan di satu sisi dan masyarakat di sisi lain. ”Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”
Kesalehan individu identik dengan hubungan seseorang secara pribadi kepada Allah swt. Ia melakukan ibadah yang pahalanya hanya untuk dirinya sendiri, tetapi manfaat ibadah yang dilaksanakannya tidak dirasakan secara langsung dan berkaitan dengan kepentingan orang banyak.
Sementara ibadah sosial identik dengan hubungan seseorang dengan sesama manusia, dan sekaligus hubungan manusia dengan Allah. Ibadah sosial lebih mengutamakan kepentingan orang lain, tetapi berdampak positif juga bagi dirinya sendiri. Walaupun banyak perintah untuk beribadah dalam agama ditujukan kepada individu tetapi harus berdampak dalam kehidupan sosial yang nyata.
Ibadah tidak memiliki nilai apapun apabila tidak tercermin dalam pergaulan dengan masyarakat, karena sebenarnya pergaulan itu merupakan ibadah. Hal itu karena kesempurnaan individu hanya dapat berlangsung melalui pengalaman praksisnya dalam masyarakat.
Sehingga, seolah-olah, beribadah dalam sunyi dan sendiri merupakan sekolah yang membekali individu dengan bekal teoritis, sedang ia tidak dapat menjadikannya praksis kecuali melalui aksi-aksi di dalam masyarakat serta interaksi secara intensif dengan individu-individu di dalamnya. Itulah sebabnya Nabi bersabda, yang artinya; “Orang muslim sejati adalah orang yang semua kaum muslim selamat dari lisan dan tangannya” (HR. Muslim)
Puasa merupakan bentuk ibadah yang memancarkan hikmah bukan saja bagi pembinaan kesalehan individual, melainkan juga bagi peningkatan kesalehan sosial. Ketakwaan yang menjadi sasaran utama pelaksanaan rukum Islam yang keempat ini memiliki dimensi pembinaan yang komprehensif, baik bagi pembentukan kualitas hidup individual maupun bagi upaya penciptaan iklim sosial.
Ibadah puasa adalah ibadah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita. Dan ketakwaan ini tercermin dari 2 hal penting dalam kehidupan kita. Pertama adalah Kesalehan Individual, yang kedua Kesalehan Sosial. Kesalehan Individual tercermin dari perilaku keseharian kita, yang jujur, amanah, bersikap rendah hati, tawadhu, sederhana dan hal-hal baik lainnya.
Sedangkan kesalehan sosial tercermin dari kedermawanan kita, tanggungjawab sosial kita, perhatian kita, atensi kita, empati kita, simpati kita kepada orang lain. Terutama kepada orang-orang yang berada dalam posisi sulit dalam kehidupannya. Oleh karena itu, ibadah puasa kita lakukan dengan penuh kesadaran dan penuh keyakinan karena tujuannya adalah akan meningkatkan kualitas ketakwaan kita. Semoga Allah memberikan hidayah, taufik, hidayah kepada kita semuanya. Sehingga kita mampu melaksanakan ibadah shaum dengan penuh kesadaran dan keyakinan.
Puasa merupakan bentuk ibadah yang memancarkan hikmah bukan saja bagi pembinaan kesalehan individual, melainkan juga bagi peningkatan kesalehan sosial. Ketakwaan yang menjadi sasaran utama pelaksanaan rukum Islam yang keempat ini memiliki dimensi pembinaan yang komprehensif, baik bagi pembentukan kualitas hidup individual maupun bagi upaya penciptaan iklim sosial.
Dosen Fak. Agama Islam – Dosen Univ. Muhammadiyah Jakarta (UMJ)
Tadarus Ramadhan 4 : Wahyu dan Akkal Adalah Hujjah untuk Manusia
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan pergiliran malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk ulil al-bab. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan senantiasa berpikir akan penciptaan langit dan bumi, (dan mereka berkesimpulan) Ya Tuhan kami, tiada kebatilan pada ciptaan ini, Maha Suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari sikasa api neraka.” (Q.S. Ali Imran : 190-191)
Allah swt telah menetapkan dua hujjah bagi manusia, yang pertama di luar diri manusia yakni wahyu (al-Quran dan kenabian), sedangkan yang kedua di dalam diri manusia yaitu akal. Islam sebagai agama yang diyakini kesempurnaannya sudah selayaknya memberikan tempat kepada keduanya.
Wahyu merupakan sumber utama Islam. Ia menjadi inspirasi dan bahan yang tak pernah lapuk ditelan masa atau rapuh dimakan usia. Kandungan al-Quran tidak terbatas, karena pemahaman atasnya akan terus berkembang seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Al-Quran adalah ayat Allah yang tersurat dan alam adalah ayat Allah yang terbentang, maka keduanya akan selalu selaras, serasi, dan sepadan. Penelitian kepada alam akan menghasilkan pemahaman baru kepada al-Quran, sedangkan pengkajian terhadap al-Quran akan memberi pijakan dan bahan dasar bagi penelitian alam semesta. Untuk itu, segala sesuatu yang dapat menghantarkan kita kepada pemahaman al-Quran yang baik haruslah kita pelajari sebagaimana pentingnya sarana dan ilmu pengetahuan untuk memahami alam semesta. Inilah keakraban wahyu dan akal dalam Islam.
Dengan semikian, wahyu dan akal akan benar-benar berfungsi sebagai hujjah bagi kekuatan Islam yang menjadi agama masa lalu, masa kini dan masa depan. Dengan keduanya kita akan mampu menjawab berbagai problematika zaman yang semakin nyata melindas manusia untuk lebih jauh dari nilai-nilai spiritual.
Bagi sebagian pemikir, agama mulai terpinggirkan bahkan nyaris menemui kematian, yang salah satu sebab utamanya adalah apa yang disebut dengan saintisme . Selain itu virus-virus modernisme, materialisme, sekularisme, dan banyak lagi lainnya yang telah menjadi corak hidup masyarakat sekarang, jelas merupakan ancaman besar yang tidak bisa kita nafikan keberadaannya. Seluruh agama merasakan bahayanya, dan merespon sesuai dengan tingkat pemahamannya. Tak terkecuali Islam, seperti dikatakan Shabbir Akhtar bahwa akhir-akhir ini muncul gerakan-gerakan menentang tatanan semi sekuler yang semakin bertambah kuat. Semua tujuan gerakan tersebut adalah kejayaan monopoli Islam; banyak dari gerakan tersebut menimbulkan antusiasme temporer sebelum berakhir di keranjang sampah sejarah.
Walaupun kritik di atas tidak lebih ingin menunjukkan suatu realitas, namun bukan berarti sikap optimis kita mesti pudar. Sebab bagaimanapun, Islam jika dipotensikan dengan baik akan mempunyai kesanggupan mendamaikan agama dan sains, wahyu dan akal. Namun, jika kita gagal, maka Islam tak lebih dari sekedar agama yang ‘dikeramatkan’. wallahu a'lam
Tadarus Ramadhan 3 : Merajut visi Kebebasan Beragama
“Tidak ada paksaan dalam beragama; Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat” (Q.S. Al-Baqarah : 256)
Visi kebebasan beragama merupakan hal yang sangat jelas dalam ajaran Islam (Q.S. al-Baqarah: 256, al-Maidah: 48). Manusia bebas untuk memiliki keyakinan apapun yang dipilihnya. Tidak seorangpun berhak untuk menghina keyakinan orang lain, atau mengutuk, menuntut, dan menghukumnya. Firman Tuhan, “Tiada paksaan dalam beragama”, menunjukkan bahwa agama sangat berhubungan dengan akal dan hati. Ini berarti keyakinan dikonstruksi di atas dasar argumentasi akal dan penerimaan hati. Akal dan hati, keduanya hanya bisa ditundukkan dengan argumentasi dan sentuhan kasih, bukan tekanan yang dipaksakan.
Sesuai dengan capaian para ahli, bahwa keyakinan merupakan konsepsi akal untuk menggapai pengetahuan tentang Wujud Mutlak (Tuhan). Akal yang mendapatkan kepuasan melalui burhan ash-shiddiqin (argumentasi yang benar) akan menghantarkannya untuk taslim (tunduk) pada hakikat kebenaran. Visi kebebasan beragama, memberikan tempat yang terbuka bagi setiap orang untuk mengemukakan apa yang diyakininya sebagai kebenaran tanpa manipulasi atau tekanan situasi. Hal ini diperoleh dengan kebebasan teologis dan kekondusifan sosiologis.
Begitu pula, selama berkaitan dengan akal dan hati, keyakinan tidak dikategorikan sebagai masalah hukum, sehingga kita tidak dapat mengatakannya sebagai legal atau ilegal. Keyakinan harus berpijak pada dalil. Sepanjang terdapat dalil yang mendukungnya, keyakinan akan tetap eksis. Jika dalil yang mendukungnya berubah, maka keyakinan juga akan menghilang. Jika dalil terbukti keliru, keyakinan juga akan mati. Jadi selama keberagamaan masih berhubungan dengan keyakinan hati dan jiwa, maka tidak ada hukum positif yang dapat menghakiminya. Namun, bila diekspresikan dalam tindakan sosial maka hukum legal dapat diterapkan.
Dengan begitu, visi kebebasan beragama mestilah dipandang sebagai suatu perspektif yang memahami dan menerima keragaman agama serta menghargainya dengan penuh kesadaran sehingga tidak ada saling curiga apalagi saling serang. Dengan demikian, visi kebebasan agama tidaklah berkeinginan menyeragamkan atau menyamakan semua agama-agama, melainkan menerima kemajemukan agama dengan apa adanya. Namun, agar tidak terjadi pengaburan nilai-nilai agama, ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan :
a. Memahami dan menerima keragaman agama, bukan berarti menerima keyakinan agama lain yang berbeda. Artinya, menerima keragaman dalam kebebasan beragama berarti kesediaan kita untuk menyatakan bahwa keyakinan engkau berbeda dengan keyakinanku, karenanya berbuatlah seperti keyakinan agamamu dan aku akan berbuat seperti keyakinan agamaku, atau dalam bahasa al-Quran “Bagimulah agamamu dan bagikulah agamaku” (Q.S. al-Kafirun: 5)
b. Menghargai keragaman agama bukan berarti membenarkan keyakinan agama yang bertentangan dengan agama yang dianut. Artinya, menyalahkan pandangan agama lain tidak dapat dikategorikan sebagai tidak menghormati agama orang lain. Karena, persoalan benar dan salah adalah persoalan ilmiah dan merupakan sifat daripada ilmu. Adapun, tidak menghargai lebih cenderung pada penghinaan dan pemaksaan agama, bukan kepada penyalahan keyakinan agama. al-Quran menyebutkan: “Tidak ada paksaan dalam agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”. (Q.S. al-Baqarah: 256).
Jadi, tidak adanya kecurigaan dan tidak saling serang antar agama bukan berarti menghilangkan nilai-nilai ilmiah dan akademis yang berpijak pada analisa rasional untuk mengungkap kebenaran dan kesalahan pemikiran keagamaan yang berkembang. Tuhan berfirman, “Apabila datang kepadamu orang yang fasik membawa berita, maka cek dan riceklah, agar kamu tidak menimpakan bencana kepada orang yang tidak berhak menerimanya.” (al-Quran)
Islam yang dipandang penganutnya sebagai agama sempurna memberikan andil dalam membentuk seluruh elemen komunitasnya. Karena, agama pada dasarnya tidak muncul secara vakum kultural, maka ia memiliki andil besar bagi pembentukan sistem kultural. Jika kita boleh mengembangkan teori hermeneutikanya Nasr Hamid Abu Zaid (1994: 25), yang mengajukan tesis bahwa al-Quran diturunkan dalam dua tahap, yaitu tahap dibentuk oleh kultur (marhalah al-tasyakkul) dan tahap membentuk kultur (marhalah al-tasykil).
Meskipun analisis Abu Zaid meninjau sisi linguistik tekstual al-Quran, tetapi dapat kita elaborasi untuk menjelaskan interaksi agama dan kultur. Artinya, kedua tahap tersebut mengindikasikan bahwa, di masa Nabi Muhammad saaw. agama hadir dan berinteraksi secara struktural dengan kultur Arab (Mekkah). Hasil interaksi tersebut menjadikan Islam, mampu mengadaptasi sekaligus menyeleksi dimensi kultural yang ada dari realitas sosial, bahasa, ataupun budaya yang dikembangkan oleh masyarakat pra maupun pasca Islam. Kemudian dengan kemampuan kreativitasnya, kaum muslimin selanjutnya melakukan transformasi kultural yang khas Islam.
Karena itu, Visi kebebasan agama, dapat dikaitkan dengan kesatuan dalam perbedaan atau upaya mencari zona singgung dari adanya aneka jalur praktek beragama. Kebebasan beragama ini dapat diwujudkan, ketika masing-masing penganut agama (atau mazhab) yang beraneka ragam di samping menegaskan identitas mazhab atau agamanya, juga siap pula menegaskan identitas mazhab atau agama lain yang berbeda dengannya.
Selain itu, visi kebebasan beragama ini selaras dengan prinsip penting lainnya seperti kebebasan manusia (ikhtiari), prinsip tanggung jawab (taklif), prinsip keadilan (al-adl), dan prinsip kebijaksanaan (al-hikmah). Dengan semua prinsip ini, manusia mendapatkan keluasan dan keleluasaan untuk mengkaji, meneliti, dan memahami, hingga akhirnya menentukan mazhab atau agama pilihan yang sesuai dengan akal dan hati nuraninya. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Eropa dan Bisnis Senjata di Teluk Persia
Kehadiran militer dan penjualan senjata Eropa ke negara-negara Arab di Teluk Persia sepertinya merupakan sebuah pendekatan dengan tujuan mempertahankan kehadiran strategis jangka panjang di kawasan.
Teluk Persia dengan posisi geostrategis yang dimilikinya senantiasa menyaksikan kehadiran kekuatan-kekuatan asing sepanjang sejarah. Penemuan sumber besar minyak bumi di kawasan juga telah melipatgandakan daya tarik Eropa terhadap Teluk Persia.
Dalam beberapa dekade terakhir, Amerika Serikat memiliki kehadiran dominan di kawasan ketimbang negara-negara lain, namun kekuatan-kekuatan besar Eropa juga tak ingin ketinggalan.
Negara-negara Arab yang kaya minyak memiliki posisi istimewa dalam kebijakan luar negeri dan militer negara-negara Eropa. Keistimewaan itu tampak dalam berbagai nota kesepakatan, kerjasama pertahanan bilateral, pembangunan pangkalan militer, dan kontrak-kontrak keamanan negara-negara Eropa dengan pemerintah Arab di Teluk Persia.
Penandatanganan kontrak Perancis untuk membangun pangkalan angkatan laut, sebuah pangkalan angkatan udara, dan penempatan 450 hingga 500 tentara di Uni Emirat Arab (UAE) pada tahun 2008 adalah salah satu contoh upaya Eropa untuk menciptakan kehadiran permanen di kawasan. Dengan meningkatkan profilnya di daerah tersebut, Paris bertujuan untuk menempatkan dirinya di baris depan, bersama Washington dan London yang juga memiliki pangkalan di Teluk Persia.
Perancis adalah pemasok militer utama ke UAE, dan dua negara tersebut dihubungkan oleh sebuah pakta pertahanan 1995, dimana mereka bertemu dengan pemimpin-pemimpin angkatan bersenjata sekali dalam setahun dan pasukan tentara mereka melakukan latihan bersama sekitar 25 kali per tahun.
Negara-negara Eropa lainnya juga mendorong penjualan senjata besar-besaran untuk meraup keuntungan maksimal di tengah krisis zona euro. Beberapa waktu lalu, majalah mingguan Der Speigel mengkonfirmasikan rencana pemerintah Jerman menjual 200 unit tank Leopard II kepada Qatar. Pemesanan 200 tank tersebut diperkirakan akan menelan biaya sebesar 2,46 miliar dolar.
Pemesanan itu terjadi tepat satu bulan setelah Arab Saudi menyatakan minatnya membeli kendaraan militer. Negara kaya minyak ini berniat membeli sekitar 600-800 unit tank Leopard dari Jerman.
Di bidang politik dan ekonomi, kehadiran negara-negara Eropa di kawasan diwujudkan dengan membentuk dewan bersama antara Uni Eropa dan negara-negara Arab di Teluk Persia. Semua langkah tersebut disusun dalam kerangka kerjasama strategis antara Barat dan Arab.
Di sisi lain, Eropa memandang negara-negara Arab di Teluk Persia sebagai konsumen potensial dan memiliki daya beli yang tinggi meski di tengah krisis ekonomi global. Kondisi ini dapat membantu merekonstruksi ekonomi Eropa yang sedang sekarat dan menyuntikkan sumber-sumber finansial baru untuk ekonomi benua hijau itu. (IRIB Indonesia/RM/NA)
Sanksi dan Perlawanan Iran, Episode Tak Berkesudahan
Republik Islam Iran telah menempuh berbagai cara untuk menyiasati sanksi yang diberlakukan Barat khususnya Amerika Serikat terhadap Iran. Namun para anggota Kongres dan Senat Amerika Serikat meratifikasi draf sanksi baru untuk menutup celah yang dimanfaatkan oleh Republik Islam dalam melawan sanksi.
Kongres Amerika Serikat Rabu malam (1/8) menetapkan draf sanksi baru sanksi anti-ekspor minyak Iran yang diserahkan oleh Presiden Barack Obama kepada Kongres. Ileana Ros-Lehtinen, Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Kongres mengatakan bahwa sanksi baru ini akan menciptakan kondisi yang lebih sulit di Iran. Menurutnya sanksi kali ini akan memutus hubungan Iran dengan sektor finansial dunia.
Obama ketika menyerahkan draf sanksi itu mengatakan akan ditetapkan sanksi lebih banyak di bidang energi dalam rangka mengantisipasi upaya Iran menyiasati sanksi. Pernyataan itu mengindikasikan bahwa Obama sendiri tahu Iran tidak akan diam dan pasti akan melawan sanksi. Oleh karena itu, Obama langsung mengkonfirmasikan sanksi yang lebih banyak.
Dalam perkembangan terbaru, Washington menghukum dua bank asing yang oleh Gedung Putih dinilai lancang karena melanggar sanksi unilateral Amerika Serikat. Bank Kunlun Cina dan Bank Islam Elaf Irak karena keduanya telah berpartisipasi dalam transaksi senilai jutaan dolar dengan bank-bank Iran. Dengan demikian, akses kedua bank itu ke jaringan finansial Amerika Serikat diblokir.
Sebelumnya, Wall Street Journal Wall Street Journal menyatakan bahwa Iran dengan sangat mudah membentuk perusahaan-perusahaan baru menggantikan perusahaan yang telah disanksi. Selain itu Iran juga terbukti lihai dalam membuka kanal-kanal finansial untuk mengakali sanksi.
Menurut pengamat, mengembargo satu item paling vital yang menggerakkan perekonomian dunia itu adalah politik konyol dan tidak mungkin terealisasi. Para penguasa Amerika Serikat menyadari hal ini karena ekspor minyak Iran tidak mungkin dibendung. Karena jika seandainya Barat tidak membeli, maka akan ada pihak lain yang membelinya. Sejatinya ada target lain yang diacu oleh Amerika Serikat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Ramin Mehmanparast mengatakan bahwa salah satu tujuan Barat di balik sanksi terhadap Iran adalah untuk menghambat pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia, sehingga mereka gagal menyediakan sumber energinya untuk jangka panjang yang aman termasuk dari ekspor minyak Iran,"
Amerika Serikat khawatir Cina dan sejumlah negara Asia Tengah membuat kemajuan dan Washington mengetahuijika proses ini terus berlanjut, negara-negara seperti Cina, India dan negara Asia lainnya akan mengambil kendali ekonomi global.
Selain untuk memaksa Republik Islam Iran menghentikan program nuklirnya, politik sanksi itu juga diharapkan dapat efektif mencegah laju perkembangan negara-negara di Asia sementara Amerika Serikat sedang berusaha menyelesaikan krisisnya di dalam negeri. (IRIB Indonesia/MZ)
Mengapa Israel Ngotot Keluar dari Dewan HAM PBB ?
Menteri Luar Negeri Rezim Zionis Israel, Avigdor Lieberman Rabu (1/8) mengkonfirmasikan pembahasan rencana pemutusan kerjasama rezim ini dengan Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Draf tersebut dibahas di sidang kabinet hari Rabu lalu.
Lieberman mengklaim bahwa Dewan HAM bersikap dualisme dalam menghadapi berbagai kasus dan berubah menjadi organisasi penuh kemunafikan. Menlu Israel ini mengatakan bahwa Tel Aviv juga akan berusaha mendorong Amerika Serikat untuk keluar dari Dewan HAM.
Dewan HAM merupakan bagian parsial dari Majelis Umum PBB dan dibentuk pada 15 maret 2006. Rezim Zionis Israel dan Amerika Serikat pada mulanya menentang pembentukan dewan ini. Tujuan utama dibentuknya Dewan HAM adalah membantu pemulihan dan mengangkat kondisi hak asasi manusia di berbagai negara dunia.
Untuk merealisasikan misinya, Dewan HAM memilih metode UPR atau mengkaji secara periodik kondisi HAM di dunia. Saat itulah Dewan HAM akan membahas kondisi HAM di negara-negara dunia.
Rezim Zionis Israel menentang pembentukan Dewan HAM dan memberikan suara menolak atas usulan pembentukan dewan ini. Selanjutnya Israel juga tak senang dengan penyidikan dan pembahasan kondisi HAM di Palestina pendudukan.
Saat sidang Dewan HAM ke 19 di Jenewa, masyarakat internasional secara tak terduga merilis lima resolusi secara berturut-turut mengutuk kejahatan besar dan pelanggaran nyata serta sistematis hak asasi manusia oleh Israel di Palestina pendudukan dan Dataran Tinggi Golan. Dalam reaksinya Israel pada 10 Maret lalu memutuskan hubugannya dengan Dewan HAM PBB.
Statemen Lieberman yang menyatakan niat Israel untuk kembali memutus hubungannya dengan Dewan HAM terlontar ketika dewan ini pada permulaan Juli lalu mengangkat tiga pengamat independen untuk mengkaji serta menyelidiki pembangunan distrik Zionis di wilayah pendudukan.
Rencana Dewan HAM tersebut membangkitkan kegeraman mayoritas petinggi Israel dan mereka menyatakan bahwa tidak akan mengizinkan tiga pengamat tersebut mamasuki Palestina pendudukan. Deplu Israel langsung merilis statemen dan menyabut pembentukan tim pencari fakta tersebut sebagai langkah nyata lain sikap diskriminatif terhadap Israel di Dewan HAM.
Sepertinya setiap kali Dewan HAM menjadikan isu HAM di Israel sebagai agendanya, petinggi rezim ilegal ini yang menyadari perbuatan mereka termasuk pelanggaran HAM, berusaha mempengaruhi aktivitas dewan ini dengan melontarkan isu pemutusan kerjasama dengan Dewan HAM oleh Tel Aviv. (IRIB Indonesia/MF)
Konflik Suriah Tak Kunjung Reda, Annan Pilih Mundur
Kofi Annan akhirnya memutuskan mengundurkan diri sebagai utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, dengan alasan kurang mendapat dukungan dan eskalasi konflik di negara itu.
"Saya tidak menerima semua dukungan yang layak untuk saya peroleh," kata Annan dalam konferensi pers di Jenewa, Kamis (2/8), seperti dilansir Press TV.
Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam sebuah statemen menyatakan penyesalan yang mendalam atas pengunduran diri Annan. Meski demikian, Ban berterima kasih atas upaya-upaya berani Annan sebagai utusan khusus bersama untuk Suriah.
"Kofi Annan pantas mendapatkan pujian yang mendalam dari kita karena cara kerja tanpa pamrih, dimana ia telah menunjukkan keterampilan tangguh dan prestasi besar dalam misi yang sulit tanpa pamrih," tegas Ban.
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa Annan tidak berencana untuk memperpanjang mandatnya setelah habis masa tugas pada 31 Agustus.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin juga menyatakan penyesalannya atas keputusan Annan untuk mundur.
"Kami memahami bahwa itu adalah keputusannya. Kami menyesal bahwa ia memilih untuk mundur. Kami telah memberi dukungan yang sangat kuat pada upaya Kofi Annan Annan," katanya kepada wartawan di Markas Besar PBB di New York.
Kementerian Luar Negeri Suriah juga menyatakan penyesalannya atas keputusan Annan, namun menegaskan komitmen Damaskus terhadap prakarsa perdamaian enam poin yang disodorkan oleh Annan. (IRIB Indonesia/RM/NA)



























