کمالوندی
Tadarus Ramadhan 2 : Jauhkan AL-Quran Dari Umat Islam..??
Bismillah
Allahuma shalli ala muhammad wa aali muhammad
“Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (Q.S. al-Isra : 9)
Napoleon Bonaparte adalah penguasa Perancis yang menaklukkan Mesir. Dia bertanya, ‘Dimanakah markas kaum muslimin?” Orang-orang menjawad, “Di Mesir”.
Sebagai seorang penakluk, maka ia bersama pasukannya bergerak menuju Mesir, disertai seorang penerjemah Arab. Sesampainya di Mesir, dia bersama penerjemahnya itu langsung menuju perpustakaan. Dia berkata kepada sang penerjemah, “Bacakan salah satu buku ini untukku.”
Si penerjemah mengambil salah satu buku di antara sederet buku yang ada, dan ternyata ia mengambil al-Quran. Lembar pertama yang dibukanya membuatnya terpesona; ia membacakan ayat ini kepada Napoleon : “Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (Q.S. al-Isra : 9)
Napoleon keluar dari perpustakaan. Dari malam hingga pagi, dia terus memikirkan ayat tersebut. Setelah terjaga dari tidurnya di pagi hari, untuk kedua kalinya, dia langsung ke perpustakaan. Dia meminta kepada penerjemahnya untuk membacakan al-Quran kembali. Si penerjemah membuka al-Quran, membacakan beberapa ayat dan mengartikannya. Setelah itu, Napoleon kembali ke rumahnya. Malam harinya, ia terus tenggelam dalam lamunan tentang al-Quran itu.
Hari ketiga, dia kembali lagi ke perpustakaan. Atas permintaan Napoleon, si penerjemah langsung membacakan beberapa ayat dan menerjemahkannya. Mereka berdua kemudian keluar dari perpustakaan. Napoleon bertanya, ‘Berkaitan dengan agama manakah buku ini?’ Si Penerjemah menjawab, “Ini adalah kitab orang-orang Islam, dan mereka berkeyakinan bahwa al-Quran ini telah diturunkan dari langit kepada Nabi besar mereka.”
Napoleon lantas berkomentar penting, yang mana ucapannya itu menguntungkan kaum muslimin, sekaligus membahayakan mereka. Napoleon berkata, “Aku telah belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan. Selama al-Quran ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali kita pisahkan antara mereka dengan al-Quran.”
Itulah cita-cita Napoleon Bonaparte, yaitu , ‘menjauhkan umat Islam dari al-Quran’, dan dia berhasil melaksanakannya. Hasilnya, kaum muslimin mundur dan mengalami kekalahan di seluruh dunia, ilmu pengetahuannya mengalami kemunduran, dan tingkah lakunya jauh dari etika islami.
Cita-cita Napoleon dilanjutkan oleh Gladstone, salah seorang arsitek imperialisme Inggris. Gladstone membawa al-Quran ke dalam gedung parlemen Inggris, dan sambil mengangkat al-Quran dia berkata, “Selama orang-orang Mesir itu memegang buku ini di tangan mereka, kita tidak akan menikmati kedamaian di negeri ini”.
Tujuan musuh-musuh Islam adalah menjauhkan umat Islam dari al-Quran. Sebab, saat manusia dijajah, al-Quran mengajak manusia untuk merdeka; saat manusia hidup dalam kebodohan, al-Quran mengajak pada ilmu pengetahuan; saat manusia membunuh anak perempuan, al-Quran mengajak menghormati para perempuan; saat manusia berbuat kezaliman, al-Quran mengajak menegakkan keadilan; saat orang-orang kaya menindas orang-orang miskin, al-Quran mengajak orang miskin mengambil bagian mereka dari orang-orang kaya; saat orang menjual belikan budak, al-Quran memerintahkan membebaskan budak. Saat manusia sibuk mencari kenikmatan dunia, al-Quran menyatakan agar umat Islam berdoa ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kehidupan baik di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.”
Imam Ali bin Abi Thalib yang merupakan pintu ilmu kenabian menyebutkan keutamaan membaca al-Quran sebagai berikut :
“Ketahuilah bahwa al-Quran ini adalah pemberi nasehat yang tidak akan memperbayai, pemberi petunjuk yang tidak akan menyesatkan, dan pembicara yang tidak akan pernah berbohong. Siapa saja yang menekuni al-Quran, maka akan terjadi hal pada dirinya, yaitu penambahan dan pengurangan. Yakni, bertambahnya hidayah dan berkurangnya kebodohan pada dirinya. Dan ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun yang setelah mempelajari al-Quran akan mengalami kesulitan, dan tidak seorangpun sebelum mempelajari al-Quran akan merasa berkecukupan. Jadikanlah al-Quran sebagai penawar sakit bagimu, dan mintalah pertolongan kepadanya. Sesungguhnya dalam al-Quran terdapat penawar penyakit bagi sakit yang paling parah sekalipun, seperti kufur, nifak, dan kesesatan. Mohonlah kepada Allah swt dan menghadaplah kepada-Nya dengan penuh rasa cinta.”
Sekarang kita bebas memilih, mengikuti nasehat Napoleon, yaitu ‘menjauhkan diri dari al-Quran’ atau tetap bersama al-Quran dengan mengikuti nasehat Rasulullah saaw, ‘Siapa yang ingin mendapatkan ilmu pengetahuan tentang masa lalu dan masa depan, maka bacalah al-Quran”. wallahu a'lam (Medan, 02 Ramadhan 1430 H)
Melacak Jejak AS dan Arab Saudi di Aksi Teror di Irak
Setelah mencicipi kondisi yang cukup stabil, Irak kembali dilanda berbagai aksi teror yang merenggut korban warga sipil. Pemboman dan serangkaian serangan teroris yang melanda Irak sejak Senin pagi (23/7) mengakibatkan ratusan orang tewas dan terluka. Menurut laporan televisi al-Alam, sumber pejabat Irak mengatakan bahwa pemboman dan serangan teroris pada Senin pagi menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai 74 lainnya.
Serangan teroris terhadap pangkalan militer Irak menewaskan tujuh tentara dan serangan di al-Taji menewaskan 18 warga sipil. Sementara serangan terpisah dekat Baqubah menewaskan dua tentara dan seorang polisi dan tujuh orang tewas dalam serangan di kota Kirkuk serta ledakan di wilayah al-Husainiyah tewaskan dua orang.
Sebelumnya terjadi juga serangan teror yang meminta sejumlah korban. Sedikitnya 20 orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka dalam serangkaian serangan bom di Irak. Pejabat keamanan Irak melaporkan, ledakan paling mematikan terjadi di Mahmudiyah, 30 kilometer (18 mil) selatan ibu kota Baghdad. Dua serangan bom mobil itu setidaknya menewaskan 10 orang dan 36 lainnya luka-luka. Ledakan lain melanda kota Madain, Ramadi, Mosul, dan Najaf.
Ledakan bom yang terjadi pada hari Ahad (22/7) menargetkan kompleks pemakaman suci Imam Ali. "Para teroris mencoba untuk menempatkan mobil di dekat tempat suci, tetapi petugas keamanan berhasil mencegah mereka ke sana, sehingga mereka meledakkannya di luar target," kata kepala polisi provinsi Najaf, Mayjen Abdulkarim Al-Amiri. Setiap tahun, makam Imam Ali diziarahi ratusan ribu Muslim dari Irak, Iran, dan negara-negara lain.
Di bulan Juni, sedikitnya 200 orang tewas di seluruh Irak. Pada 13 Juni menandai hari paling mematikan ketika serangkaian serangan dilancarkan teroris al-Qaeda yang menewaskan lebih 70 orang di seluruh negeri. Kekerasan meningkat di Irak sejak Desember 2011 ketika pengadilan mengeluarkan surat perintah penangkapan mantan Wakil Presiden Tariq al-Hashemi yang kini buron. Ia didakwa terlibat dalam rangkaian aksi teror mematikan yang menargetkan para pejabat dan rakyat Irak.
Milisi al-Qaeda, kelompok takfiri dan anasir asing seperti dinas rahasia sejumlah negara Arab serta Amerika disebut-sebut sebagai dalang dibalik berbagai aksi teror di Irak.
Arab Saudi juga tercatat sebagai negara Arab yang memiliki kedekatan dengan kelompok teroris yang aktif di Irak. Berbagai bukti dan dokumen menunjukkan bahwa mayoritas aksi teror yang terjadi di Irak terdapat gejala keterlibatan Riyadh. Permusuhan Riyadh dengan pemerintah Baghdad dan ketidakpuasan Arab Saudi atas struktur pemerintahan Irak menjadi faktor utama intervensi petinggi Riyadh di urusan internal Irak.
Adapun Amerika Serikat tengah mencari posisi khusus di Irak serta peluang bagi kembalinya sejumlah pasukannya ke Baghdad. Washington pun tak segan-segan mendukung teroris untuk mencitrakan ketidakmampuan pemerintah Irak melawan terorisme serta mengendalikan stabilitas nasional.
Namun di kondisi saat ini baik di tingkat regional atau internasional muncul isu baru terkait krisis Suriah. Seperti sejumlah negara kawasan yang sejalan dengan AS berusaha memerangi negara Arab yang tidak sehaluan dengan front gabungan Arab-Barat anti Suriah. Oleh karena itu, tak jauh jika kita katakan bahwa instabilitas terbaru di Irak disebabkan dukungan Baghdad terhadap Damaskus. (IRIB Indonesia/MF/NA)
Iran Pasok NFA 20 Persen ke Reaktor Riset Tehran
Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Fereydoun Abbasi mengungkapkan keberhasilan memasok bahan bakar perakitan nuklir (NFA) dengan pengayaan 20 persen ke Reaktor Riset Tehran.
Kepala AEOI itu Ahad (22/7) di Tehran mengungkapkan bahwa tes yang diperlukan untuk persetujuan akhir dari kompleks bahan bakar sedang dilakukan.
"Penelitian dan kegiatan produksi radio obat dilakukan di reaktor riset Tehran," tegas Abbasi.
Pada awal April, pejabat AEOI mengatakan ilmuwan Iran berhasil memproduksi bahan bakar untuk Reaktor Riset Teheran.
Pada tanggal 15 Februari lalu, Iran menempatkan batang bahan bakar produksi dalam negeri pertama di jantung reaktor. Batang bahan bakar yang diproduksi di fasilitas nuklir Isfahan itu dipindahkan ke Reaktor Riset Tehran di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional.
Dengan menempatkan plate nuklir ke dalam reaktor, Iran menempuh langkah terakhir dalam menyelesaikan siklus bahan bakar nuklir. (IRIB Indonesia/PH)
Iran Rampungkan Kapal Tanker Pertamanya Pesanan Venezuela
Kapal tanker Aframax pertama produksi dalam negeri Iran dan pesanan Venezuela telah diapungkan dan siap untuk beroperasi. Dengan demikian, produksi Aframax menandai bergabungnya Iran ke dalam barisan negara-negara produsen kapal tanker raksasa.
Fars News (24/7) melaporkan, acara pengapungan kapal tanker tersebut dihadiri oleh imam shalat Jumat, gubernur, dan para pejabat Propinsi Bushehr, serta direktur utama perusahaan industri perkapalan Sadra Bushehr.
Direktur utama perusahaan industri perkapalan Sadra Bushehr, Salman Zarbi mengatakan, "Kapal Aframax yang merupakan pesanan dari Venezuela, diproduksi oleh para tim ahli Iran. Kapal ini memiliki panjang 250 meter, lebar 44 meter, dan tinggi 21 meter.
Ditambahkannya, "Kapasitas kapal tanker tipe Aframax ini adalah 113 ribu ton dengan kecepatan 16 knot dan dalam produksinya dilakukan pengelasan sepanjang 328 kilometer."
Kapasitas angkut Aframax mencapai 750 barel minyak mentah.
Perwakilan dari pihak Kementerian Perminyak Venezuela juga hadir dalam acara tersebut dan mengatakan, "Hari ini adalah hari yang tidak akan pernah terlupakan bagi kami dan Venezuela karena kita berhasil mencapai tujuan besar ini.
Ditambahkannya, "Sekarang, setelah kerja keras dan pengorbanan para pekerja dan tim ahli, akhirnya kita berhasil menggapai tujuan besar di Bushehr."
Seraya mengapresiasi dukungan Presiden Venezuela dalam mendukung kapal tanker Aframax ini, pejabat Kementerian Perminyakan Venezuela ini juga mengatakan, "Kami mengucapkan selamat kepada para pekerja dan ahli penuh semangat perusahaan Sadra Iran atas kesuksesan besar ini."(IRIB Indonesia/MZ)
Iran Tingkatkan Ekspor Gas ke Turkmenistan
Turkmenistan menyatakan kesiapannya meningkatkan ekspor listrik dan gas alam dari Iran. Pemerintah Turkmenistan Kamis (19/7) mengumumkan bahwa keputusan itu dibuat selama pertemuan sesi ke-12 Komisi Bersama Ekonomi Iran-Turkmenistan di Tehran awal bulan ini.
Kantor berita resmi kementerian perminyakan Iran, Shana, Jumat (20/7) melaporkan, Pemerintah Turkmenistan dalam sebuah pernyataan menegaskan prospek yang baik untuk meningkatkan ekspor listrik dan energi dari Iran.
Para menteri luar negeri Iran dan Turkmenistan baru-baru ini menandatangani nota kesepahaman untuk meningkatkan volume perdagangan dan hubungan ekonomi antara kedua negara.
"Kami akan melakukan upaya terbaik untuk meningkatkan volume perdagangan dan hubungan ekonomi kedua negara mencapai $10 miliar di tahun mendatang," kata Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi.
"Nilai transaksi perdagangan antara Tehran dan Ashgabat telah mencapai lima miliar dolar berkat dukungan kuat dari presiden Iran dan Turkmenistan.
Menteri luar negeri Iran menyatakan lima komite membahas sejumlah masalah termasuk energi, transportasi dan perdagangan serta kerjasama ekonomi, budaya dan ilmiah.
Sementara itu, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dan timpalannya dari Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhammedov membahas ekspor gas dari Iran ke Turkmenistan dalam pembicaraan telepon pada 27 April lalu.
Iran dan Turkmenistan memiliki hubungan diplomatik resmi sejak kemerdekaan Turkmenistan dari Uni Soviet pada tahun 1991. Iran adalah negara pertama yang mengakui Turkmenistan sebagai negara independen.
Sejak itu, kedua negara menikmati hubungan diplomatik yang baik dan telah bekerjasama di bidang ekonomi, infrastruktur dan energi. (IRIB Indonesia/PH)
Di Bawah Sanksi, Ekspor Petrokimia Iran Meningkat 29 Persen
Deputi Menteri Perminyakan Iran mengatakan permintaan produk petrokimia sedang tumbuh siginifikan, meskipun sanksi Barat semakin gencar terhadap sektor energi negara itu.
"Sejak awal tahun baru kalender Iran dan di bawah eskalasi sanksi Barat, volume ekspor petrokimia Iran dan polimer meningkat," kata Abdolhossein Bayat.
Kantor berita Mehr Sabtu (21/7) melaporkan, Direktur Perusahaan Petrokimia Nasional Iran (NPC) itu menyatakan ekspor petrokimia Iran ke negara-negara Eropa terus berjalan tanpa menghiraukan sanksi.
Iran mengekspor beberapa produk petrokimia melalui kontrak jangka panjang dengan sejumlah perusahaan asing.
Angka terbaru yang dikeluarkan oleh NPC menunjukkan bahwa ekspor petrokimia Iran meningkat 10 dan 29 persen dari sisi volume dan nilainya sejak awal tahun kalender Iran saat ini (mulai 20 Maret 2012) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Produksi petrokimia negara itu juga meningkat 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu, Iran mengekspor 18,2 juta ton petrokimia dan produk polimer bernilai sekitar $14,2 miliar ke lebih dari 60 negara dunia.
Cina, India, Timur Tengah, Timur Jauh, Asia Tenggara dan negara-negara Eropa merupakan tujuan utama ekspor petrokimia Iran.(IRIB Indonesia/PH)
Komunitas Intelijen Amerika Akui Kemampuan Rudal Iran
Komunitas Intelijen Amerika Serikat dalam laporan terbarunya menyinggung kekuatan militer Iran dan menulis bahwa dalam beberapa tahun terakhir Tehran mampu meningkatkan kualitas rudal anti-kapalnya dari sisi daya jangkau dan keakuratan. Demikian dilaporkan World Tribune (27/7).
Dalam Laporan Tahunan Kekuatan Militer Iran disebutkan, "Rudal balistik jarak pendek memberi Tehran kemampuan gerak yang efektif dalam menyerang pasukan sekutu di kawasan. Iran terus meningkatkan kekebalan sistem ini di hadapan sistem pertahanan rudal."
Laporan itu diserahkan Departemen Pertahanan Amerika Serikat kepada Kongres. Sebelumnya, mayoritas 16 lembaga intelijen AS menilai rudal Iran tidak akurat dan tidak efektif menarget sasaran militer.
Ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Leon Panetta pada tanggal 29 Juni, laporan itu juga menyebutkan bahwa Angkatan Laut Iran mengembangkan rudal jelajah anti-kapal. Teknologi itu membuat rudal yang telah ditembakkan dapat mengidentifikasi dan mengitari target sebelum menyerangnya.
"Ini juga terus dikembangkan dan [Iran] mengklaim telah memproduksi rudal balistik jarak pendek yang dilengkapi dengan seekers yang membuat rudal mampu mengidentifikasi dan bermanuver menuju kapal yang dibidik. Diperkirakan teknologi itu juga mampu menyerang target di darat."
Cina diklaim telah memainkan peran utama dalam meningkatkan persenjataan rudal anti-kapal Iran.
Iran juga mengembangkan rudal balistik jarak menengah. Termasuk di antaranya adalah rudal berbahan bakar padat Asyura dan berbahan bakar cair Shahab-3, yang telah diujicoba dalam manuver militer Iran pada tahun 2012.
Melebihi pertumbuhan yang stabil dalam persediaan rudal dan roketnya, Iran meningkatkan daya destruksi dan efektivitas sistem yang ada dengan memperbaiki akurasi dan muatan bahan ledak baru.
Di akhir laporan itu diperkirakan Iran akan mengujicoba rudal balistik antarbenua pada tahun 2015. (IRIB Indonesia/MZ)
Iran-Rusia: Krisis Suriah harus Diselesaikan Tanpa Intervensi Asing
Duta Besar Republik Islam Iran untuk Rusia Mohammad Reza Sajjadi meminta semua pihak yang berseteru di Suriah untuk mendukung implementasi penuh prakarsa utusan khusus PBB dan Liga Arab Kofi Annan guna mengakhiri krisis di negara itu.
Sajjadi dan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov, saat bertemu pada Rabu (25/7), menegaskan bahwa krisis Suriah harus diselesaikan dengan damai dan negosiasi.
Kedua belah pihak menekankan bahwa masalah Suriah harus diselesaikan tanpa intervensi asing dalam urusan internal negara itu, dan mendesak pihak-pihak asing untuk menahan diri dan tidak campur tangan, karena tindakan itu tidak menghasilkan apapun.
Pejabat Iran dan Rusia menegaskan pentingnya mengakhiri kekerasan di Suriah dan meminta negara-negara yang mendukung kelompok-kelompok bersenjata anti-Suriah untuk mendorong mereka menghentikan serangan teroris terhadap warga sipil.
Sementara itu, Bogdanov mengatakan,sikap berprinsip Rusia didasarkan pada upaya bersama oleh masyarakat internasional dengan tujuan melaksanakan prakarsa perdamaian Annan.
Tehran berulang kali menegaskan dukungan penuh kepada enam poin prakarsa perdamaian Annan untuk mengakhiri kerusuhan di Suriah. (IRIB Indonesia/RA)
Barak: Israel Akan Ambil Keputusan Sulit Menyerang Iran
Menteri Peperangan Israel Ehud Barak kembali menyatakan bahwa negaranya khawatir berurusan dengan nuklir Iran dan Tel Aviv kemungkinan menyerang Tehran jika sanksi gagal menghentikan program energi nuklirnya.
Berbicara dalam acara wisuda di Sekolah Tinggi Keamanan Kementerian Nasional Israel Rabu (26/7), Barak mengatakan Israel mungkin harus mengambil keputusan keamanan "sulit dan penting", seraya menegaskan bahwa opsi militer lebih baik dibanding "Iran yang bersenjatakan bom nuklir."
"Saya benar-benar menyadari kesulitan dalam upaya mencegah Iran untuk mencapai senjata nuklir," katanya sebagaimana dilaporkan situs koran Yediot Aharonot.
"Namun, jelas bagi saya bahwa tanpa diragukan lagi, berurusan dengan ancaman itu sendiri akan jauh lebih rumit, jauh lebih berbahaya dan jauh lebih mahal secara sumber daya dan nyawa," tambahnya.
Barak menekankan bahwa langkah-langkah diplomatik dan sanksi ekonomi yang diberlakukan terhadap Iran "tidak cukup memaksa Tehran menghentikan program nuklirnya."
Pernyataan Barak itu mengemuka setelah Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa tekanan asing tidak akan mengubah perhitungan Iran.
"Mereka (musuh-musuh Iran) secara eksplisit mengatakan bahwa dengan meningkatkan tekanan dan sanksi, mereka berusaha memaksa para pejabat Iran untuk mempertimbangkan kembali perhitungan mereka. Namun pada kenyataannya, kami tidak akan mempertimbangkan kembali perhitungan kami, dan kami akan terus melangkahkan kami lebih kokoh," kata Rahbar seraya menekankan bahwa Iran akan melawan tekanan ekonomi.
Amerika Serikat dan Israel berulang kali mengancam Iran dengan opsi militer guna memaksa Republik Islam menghentikan program energi nuklirnya yang menurut klaim Washington dan Tel Aviv mengacu pada tujuan militer.
Akan tetapi Iran menolak klaim tersebut dengan alasan bahwa sebagai penandatangan paling berkomitmen terhadap Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Republik Islam berhak untuk mendayagunakan teknologi nuklir teknologi untuk tujuan damai. (IRIB Indonesia/MZ)
Krisis Internal Israel dan Perang Kekuasaan
Krisis internal yang kian parah yang dihadapi Rezim Zionis Israel saat ini mengindikasikan dengan kuat bahwa nasib rezim ilegal ini tak lain hanyalah kemusnahan. Berbagai data statisitik yang dirilis pejabat Tel Aviv menguatkan realita ini bahwa kondisi ekonomi Israel kian hari semakin buruk.
Terkait masalah ini seorang dokter Israel mengatakan, setiap tiga anak di Israel satu di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Seraya mengisyaratkan gelombang protes dan aksi bakar diri di bumi Palestina Pendudukan, ia menilai krisis saat ini disebabkan problematika sosial dan kemiskinan. Ia menambahkan, banyak penduduk Israel yang tidak mampu berobat secara semestinya karena miskin dan tidak memiliki biaya untuk berobat.
Di kondisi seperti ini, media massa Israel termasuk Koran Yediot Aharonot memberitakan eskalasi sembilan persen angka pengangguran di rezim ilegal ini. Dengan demikian tingkat pengangguran di Israel melampaui 25 persen. Hal ini tentu saja membuat warga Israel semakin khawatir atas meluasnya kemiskinan dan ketidakadilan.
Parahnya krisis ekonomi di Israel terjadi di saat warga Zionis menghadapi beragam ketidakadilan dan diskriminasi. Tentu saja kondisi ini malah memicu ketidakpuasan warga atas kondisi internal rezim ini. Belum lagi di tambah dengan maraknya aksi korupsi para pembesar Tel Aviv, membuat citra buruk Israel semakin kentara.
Sementara di sisi politik, rezim Israel masih dalam kebingungan dan perang perebutan kekuasaan di antara petinggi Tel Aviv membuka lebar peluang tumbangnya kabinet Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Dengan keluarnya Partai Kadima yang memiliki 28 kursi di parlemen dari pemerintahan koalisi Netanyahu membuat kabinet perdana menteri ini semakin rentan untuk bubar ketimbang sebelumnya.
Namun demikian Netanyahu dengan strategi barunya dengan memberi konsesi dan suap kepada sejumlah anggota Partai Kadima guna mendukungnya melanjutkan pemerintahan membuat dirinya mampu mencegah jatuhnya kabinet yang ia pimpin saat ini. Patut dicatat bahwa meski berhasil menyelamatkan kabinetnya dari kehancuran, namun pemerintahan Netanyahu saat ini sangat lemah.
Di sisi lain, mayoritas petinggi Israel menekankan runtuhnya kabinet Netanyahu dalam waktu dekat. Shaul Mofaz, pemimpin Partai Kadima secara transparan menyatakan bahwa hari-hari ini merupakan hari terakhir usia kabinet Netanyahu, hari-hari di mana Netanyahu melakukan suap besar-besaran kepada petinggi Tel Aviv.
Mofaz menuding Netanyahu menjanjikan jabatan menteri kepada sejumlah wakil Partai Kadima dan meminta mereka keluar dari Partai Kadima serta bergabung dengan Partai Likud. Dengan demikian sepekan setelah Partai Kadima menyatakan keluar dari pemerintahan koalisi, enam anggota fraksi parlemen dari kubu Kadima bergabung dengan kabinet Netanyahu. Dengan demikian kabinet Netanyahu berhasil diselamatkan dari keruntuhan dengan 72 suara dari 120 anggota parlemen.
Sementara itu, krisis politik di Israel kian mempengaruhi kegagalan pemerintah dalam menyelesaikan krisis internal yang semakin parah. Di sisi lain, ketidakpedulian kabinet Netanyahu terhadap aksi bakar diri dan proses warga serta sikap petinggi Tel Aviv yang lebih memprioritaskan perebutan kekuasaan kian menambah rasa ketidakpuasan warga atas kinerja pemimpin mereka. (IRIB Indonesia/MF)



























