کمالوندی

کمالوندی

Rabu, 06 November 2019 18:10

Empat Nasihat Allah SWT Pada Nabi Adam As

 

Allah swt berfirman kepada Nabi Adam as, “Aku akan mengumpulkan semua firman-Ku dalam empat kalimat.”

“Apa itu?” tanya Nabi Adam.

Allah swt berfirman, “Salah satu dari empat hal ini adalah punya-Ku dan salah satunya lagi untukmu. Yang ketiga adalah punya-Ku dan untukmu. Yang keempat adalah untuk dirimu dan umatmu.”

“Wahai Tuhanku! Jelaskanlah semuanya padaku!” pinta Nabi Adam.

Allah berfirman;

Sesuatu yang hanya untuk-Ku adalah engkau harus menyembah hanya kepada-Ku dan janganlah menyekutukan-Ku.
Hal untukmu adalah Aku akan memberikan pahala amal baikmu yang mana pada waktu itu engkau akan lebih memerlukannya (dari yang lainnya).
Sedangkah hal untuk-Ku dan untukmu ialah engkau berdoa dan Aku akan mengabulkannya.
Lalu sesuatu yang hanya untukmu dan umatmu adalah janganlah melakukan sesuatu pada orang lain yang mana engkau sendiri tidak akan menyukainya jika orang lain melakukannya padamu. Dan lakukanlah hal yang disukai orang lain sebagaimana engkau menyukainya jika orang lain melakukannya padamu.

 

Ratusan ayat al-Quran dan riwayat mengatakan bahwa amal baik dan dan buruk seorang manusia berpengaruh pada kehidupannya di akhirat. Amal baik menjadi sebab kebaikan di dunia juga akhirat. Amal buruk dan dosa menjadi sebab kehinaan ruh dan azab di dunia serta menjadi pendosa di akhirat.

أَمْ حَسِبَ الَّذينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ سَواءً مَحْياهُمْ وَ مَماتُهُمْ ساءَ ما يَحْكُمُونَ

“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (Surah Al-Jatsiyaah, ayat 21)

Dari ayat di atas kita akan mendapatkan hal mendasar terkait perbedaan antara orang-orang yang beriman dan melakukan amal baik dengan mereka yang kufur dan berdosa.

Apakah bisa antara cahaya dan kegelapan, ilmu dan kebodohan, kebaikan dan keburukan, iman dan kufur, dihitung sebagai satu hal yang sama? Apakah mungkin sesuatu yang berbeda mempunyai hasil yang sama?

Jawabannya adalah tidak akan pernah sama. Mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh akan terpisah dengan para pendosa yang tidak beriman. Iman dan kufur, kebaikan dan keburukan akan memberikan warna tersendiri pada kehidupan dan kematian mereka.

Hal ini juga tercantum Firman Allah swt dalam surah Shaad ayat 28.

“Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma’siat?”

Rabu, 06 November 2019 18:09

Maaf, Apakah Engkau Itu Tuhan?

 

Anak kecil bergerak-gerak di atas salju dalam keadaan kaki bertelanjang berharap rasa dingin tidak mengganggu telapak kakinya. Lalu ia menempelkan wajahnya pada kaca salah satu toko dan menatap tajam pada isi toko itu.

Lalu matanya tertuju pada sesuatu. Seakan-akan dengan tatapan matanya itu ia memintanya pada Tuhan.

Seorang wanita yang hendak masuk ke toko berhenti sejenak dan melihat anak kecil tersebut lalu masuk ke toko. Selang beberapa menit wanita tersebut keluar dengan membawa sepasang sepatu.

“Hai anak kecil! Ke sini sebentar!” panggil wanita itu.

Anak laki-laki  kecil pun menengoknya dan pergi ke arah wanita itu. Dia kaget dan terharu melihat sepasang sepatu yang dibawa oleh wanita itu dan berkata, “Apakah Anda itu Tuhan?” tanya anak kecil.

“Tidak aku hanya seorang hamba Tuhan.” Jawab wanita itu.

“Oh seorang Hamba Tuhan! aku tahu pastinya engkau punya hubungan dengan Tuhan”.

Seorang hamba Tuhan pasti punya hubungan dengan Tuhan sekecil apapun. Dari kisah ini, kita bisa memetik hikmah bahwa seorang hamba Tuhan harus mempunyai sifat seperti Tuhan. Yakni jika Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang maka seorang hama Tuhan mestinya menjadi seorang yang pengasih dan penyayang juga.

Rabu, 06 November 2019 18:08

Kisah Abu Nawas; Ibu Yang Asli

 

Kisah Abu Nawas; Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda. Entah sudah berapa hari kasus seorang anak bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama sangat ingin memiliki anak. Hakim pun rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang menjadi ibu bayi itu sebenarnya.

Kasus ini sudah berlarut-larut tanpa ada keputusan yang jelas, hakim akhirnya menghadap Baginda Raja untuk meminta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah  anaknya. Baginda pun putus asa.

Baca juga: Kisah Abu Nawas; Wajah Bertemu Tuhan

Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan. Baginda pun berpikir mungkin perlu memanggil Abu Nawas meminta bantuannya. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang  mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan oleh hal lain, yaitu seorang algojo yang harusnya masuk dalam taktik Abu Nawas tidak berada di tempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja.

“Apa yang akan kau perbuat terhadap bayi itu?” Kata kedua perempuan itu saling memandang.

“Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?”Kata Abu Nawas.

“Tidak, bayi itu adalah anakku!!” Kata kedua perempuan itu serentak.

“Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata dan membaginya kepada kalian.”  Kata Abu Nawas mengancam dengan spontan.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, setuju akan tindakan yang akan dilakukan Abu Nawas, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris.

“Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu.” Kata perempuan kedua.

Abu Nawas tersenyum lega. pemilik sebenarnya bayi tersebut sudah diketahui. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsurig menyerahkan kepada perempuan kedua.

Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tidak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata.

Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Sebagai rasa terima kasih, Baginda memberikan sejumlah hadiah atas bantuannya yang sangat berguna.

Rabu, 06 November 2019 18:08

Kisah Abu Nawas: Wajah Bertemu Tuhan

 

Meski Abu Nawas tidak menyukai pejabat tinggi yang sombong pada pemerintahan Harus Ar-Rasyd, akan tetapi Abu Nawas tidak igin menaruh dendam dalam hati.

Suatu hari Abu Nawas berjalan menuju ke rumah pejabat tersebut dengan maksud silaturahmi dan menghapus segala kebencian. Sesampainya di rumah pejabat tersebut, Abu Nawas langsung dipersilahkan untuk masuk, tuan pejabat kemudian bertanya,

Baca Juga : Menyindir Pejabat

“Wajah yang mana yang engkau bawa mengunjungiku kali ini wahai Abu Nawas?” tanya tuan pejabat menyindir Abu Nawas.

“Aku membawa wajah ketika aku bertemu Tuhanku. Karena ternyata dosaku kepada-Nya lebih besar daripada kepada kamu!” Jawab Abu Nawas.

Tuan pejabat kemudian terdiam mendengar jawaban Abu Nawas, ia sangat tertegu dengan kerendahan hati Abu Nawas yang sama sekali tidak menyukai permusuhan. Akhirnya mereka pun menjalin persahabatan.

Hikmah dari kisah di atas adalah setiap insan biasa pasti pernah dan akan melakukan sebuah aib dan tergelincir pada jalan yang tidak diridhoi Allah swt.  maka dari itu jangan berharap bahwa manusia biasa akan selalu melakukan sesuatu yang benar pada kita. Namun jika mereka pernah menyakiti dalam Islam kita mengenal istilah maaf dan kita bisa memaafkan mereka.

“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu menjadi kafir kembali setelah kamu beriman, karena rasa dengki yang ada dalam diri mereka setelah tampak jelas kebenaran bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al-Baqarah: 109)

Rabu, 06 November 2019 18:07

Cerita Seorang Darwis Dan Gadis Remaja

 

Seorang yang zuhud (Zahid) dan seorang Darwis yang telah melewati maqom dan derajat dari suluk berjalan dari desa ke desa. Di tengah perjalanan mereka melihat seorang gadis remaja sedang berdiri di pinggir sungai yang mana ia ragu dan takut untuk menyebrangi sungai.

Ketika mereka berdua sampai di pinggir sungai, gadis remaja tersebut meminta pertolongan dari mereka. Darwis langsung memegang tangan gadis tersebut dan menuntunnya untuk menyebrangi sungai.

Setelah sampai di sebrang sungai, sang gadis pun pergi meninggalkan mereka sedangkan Darwis dan Zahid (orang yang zuhud) kembali melanjutkan perjalanannya.

Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan mereka.

Seketika itu, Zahid yang beberapa lama ini terdiam berkata kepada Darwis.

“Wahai sahabatku! Kita tidak boleh mendekati dan menyentuh hal-hal yang bisa menarik kita pada dunia. Dan gadis tersebut bisa menarik kita pada dunia.” Kata Zahid.

Setelah mendengar perkataan Zahid, Darwis dengan tenang menjawab, “Aku dari tadi telah melepaskan gadis kecil  itu di sana. Sedangkan kamu masih menyentuhnya dan belum melepaskannya sampai sekarang.”

 

Wilayah Asia Barat menyaksikan putaran baru perkembangan, dimana Lebanon dan Irak menjadi pusat transformasi ini. Artikel ini membahas beberapa bukti konspirasi para penentang poros Muqawama dari dalam demonstrasi rakyat di Irak dan Lebanon.

Lebanon telah menyaksikan demonstrasi anti-pemerintah sejak 17 Oktober dan Irak setelah pawai akbar Arbain Imam Husein as. Akar demonstrasi hampir identik di kedua negara. Orang-orang memprotes kemiskinan, pengangguran, dan korupsi pemerintah yang meluas. Di Irak, kurangnya layanan sosial juga merupakan penyebab protes anti-pemerintah. Dengan demikian, demonstrasi di kedua negara ini merupakan respon alami masyarakat terhadap masalah mata pencaharian dan kekurangan sosial. Sementara masyarakat menyerukan peningkatan mata pencaharian dan layanan sosial, mereka juga menekankan perlunya perjuangan serius melawan korupsi pemerintah yang terorganisir dan reformasi sejati.

Aksi demonstrasi di Irak dan Lebanon
Pemerintah dan pejabat di Irak dan Lebanon telah berulang kali menyatakan bahwa mereka akan mengambil langkah serius untuk memenuhi tuntutan rakyat. Di Irak, pemerintah telah mengajukan lima paket reformasi yang diusulkan dan telah disetujui oleh parlemen, tetapi bukan hanya demonstrasi tidak berhenti tetapi mereka beralih ke kekerasan jalanan. Ada banyak bukti bahwa kekerasan jalanan di Irak dan Lebanon adalah rencana yang telah disusun oleh pihak penentang poros Muqawama.

Perkembangan di wilayah Asia Barat tidak sesuai dengan kepentingan Arab Saudi, Amerika Serikat dan rezim Zionis. Arab Saudi telah gagal dalam agresi brutal terhadap Yaman dan terjebak di rawa Yaman. Kebijakan anti-Iran AS belum menghasilkan sesuatu seperti yang diinginkan oleh Washington dan Republik Islam Iran telah menolak untuk bernegosiasi di bawah tekanan dengan Washington.

Sementara rezim Zionis Israel telah mengalami rekor krisis politik, dengan Benjamin Netanyahu yang gagal membentuk kabinet, dan tidak jelas apakah Benny Gantz dapat membentuk kabinet baru. Dalam keadaan seperti itu, kekacauan pada poros Muqawama akan mencegahnya dari memperkuat posisinya di wilayah tersebut serta menciptakan peluang bagi Arab Saudi dan rezim Zionis untuk meringankan masalah mereka.

Situs web Lebanon al-Ahed, dalam sebuah laporan, mengidentifikasi kedutaan besar Arab Saudi dan UEA di Beirut sebagai pendukung utama demonstrasi yang sedang berlangsung di Lebanon. Situs ini menulis, kedutaan-kedutaan besar ini menyediakan uang sebesar 100 dolar setiap harinya, makanan, tenda dan fasilitas lainnya. Sementara kepada anak muda yang menghabiskan malam di tenda atau keluar di jalan-jalan akan diberi uang 150 dolar.

Sementara itu, beberapa outlet media Zionis mengklaim bahwa Hizbullah bertanggung jawab atas masalah ekonomi Lebanon karena mereka membelanjakan uangnya untuk membangun rudal. Laporan-laporan bohong ini muncul ketika poros Muqawama dalam pemilu Mei 2018, kendatipun pengeluaran besar oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, berhasil memenangkan mayoritas absolut 68 kursi dari 128 kursi di parlemen,yang menunjukkan peningkatan dukungan warga Lebanon untuk Hizbullah.

Surat kabar Lebanon al-Akhbar melaporkan rencana kudeta lunak AS, UEA, dan Arab Saudi terhadap pemerintah Adel Abdul-Mahdi di Irak, seraya menulis, "UEA telah menjadi pusat ide melawan pemerintah Irak, dengan tokoh-tokoh seperti Penasihat Keamanan Nasional UEA Tahnoun bin Mohammed Al Nahyann dan Mohammed Dahlan Penasihat Palestina-nya (dikenal karena hubungannya dengan rezim Zionis) bertanggung jawab atas konspirasi ini. Biaya kudeta sekitar 5 juta dolar yang ditanggung oleh Arab Saudi. Kerja lapangannya juga disponsori oleh organisasi masyarakat sipil Irak yang disponsori oleh Kedutaan Besar AS. Masalah penting adalah bahwa jumlah lembaga-lembaga ini mencapai lebih dari lima puluh ribu lembaga dan hanya pada tahun 2019 telah dialokasikan danya sebesar 701 juta dolar."

Surat kabar al-Akhbar Lebanon
Pada saat yang sama, Kedutaan Besar AS memainkan peran penting dalam membentuk organisasi rahasia demonstrasi bulan Oktober. Poin penting adalah bahwa AS menabuh genderah korupsi pemerintah di Irak, padahal telah berada di Irak selama 16 tahun, menjarah puluhan miliar dolar pendapatan minyak dan memainkan peran utama dalam meningkatkan ketidakpuasan rakyat Irak.

Jaringan televisi AS al-Hurra serta televisi Alarabiya dan Alhadath yang berbasis di Arab Saudi, dan sebagian besar jaringan virtual yang didukung asing, memainkan peran penting dalam mengubah demonstrasi damai menjadi kekerasan jalanan. Jaringan al-Hurra merilis film dokumenter yang baru-baru ini menuduh institusi keagamaan seperti Imam Husein as dan Amirul Mukminin as terlibat praktik korupsi dan menargetkan otoritas Irak. Jaringan televisi Amerika al-Hurra juga memprovokasi orang untuk berbenturan dengan pasukan keamanan selama demonstrasi baru-baru ini di Irak, menyebarkan gambar palsu dan memprovokasi masalah ini guna terjadi konflik antara warga dan pasukan keamanan. Jaringan televisi AS al-Hurra telah mengklaim bahwa al-Hashd al-Shaabi dan komandan bagian keamanannya bertanggung jawab untuk menargetkan para pemrotes Irak.

Menanggapi tuduhan itu, Juru Bicara Gerakan al-Nujaba Nasr al-Shamari mengatakan, "Jaringan televisi Amerika al-Hurra telah memainkan peran yang ambisius dan destruktif dalam menyerang orang-orang Irak, contoh terakhir adalah menuduh al-Hashd al-Shaabi dan komandan keamanannya. Tujuan utama dari jaringan-jaringan ini adalah untuk menghancurkan persatuan nasional Irak dan menumbuhkan motif etnis dan agama di antara warga Irak serta untuk membangkitkan kepekaan nasionalis dan etnis terhadap Iran. Menanggapi peran destruktif dari jaringan ini, pemerintah Irak memerintahkan penghentian jaringan Alarabiya, Alhadath dan al-Hurra.

Penyusup domestik telah mencoba dengan berbagai cara untuk mengarahkan demonstrasi rakyat Irak dan Lebanon serta mengalihkan mereka ke kekerasan. Di Lebanon, yang paling penting adalah partai Lebanese Forces, yang dipimpin oleh Samir Geagea, mengorganisir pergerakan orang-orang di jalanan. Samir Geagea didukung oleh Arab Saudi dan UEA. Para penyusup dalam demonstrasi Irak baru-baru ini meliputi berbagai kelompok, terutama Ba'ath, pengikut gerakan Yamani dan gerakan al-Sarkhi, dimana gerakan Yamani dan al-Sarkhi menentang gerakan Syiah saat ini di Irak.

Putri Saddam, Raghad Saddam, berusaha mengidentifikasi kematian demonstrasi baru-baru ini sebagai "martir pahlawan". Para penyusup telah menggunakan jaringan virtual untuk menghasut orang. Karenanya, hoaks di dunia maya menjadi agenda. Di antara rumor ini adalah kebohongan pihak berwenang meninggalkan negara dan menutup perbatasan. Proyek pembunuhan juga merupakan salah satu metode infiltrasi untuk membelokkan demonstrasi rakyat Irak. Dengan cara ini, para penyusup menembaki para pengunjuk rasa dan menggunakan media, baik sosial atau televisi, mereka mencoba menuduh pasukan keamanan, terutama Hashd Shaabi, membunuh para pengunjuk rasa.

Putri Saddam, Raghad Saddam
Poin penting dalam hal ini terkait beberapa gambar yang dirilis oleh televisi Irak dan jejaring sosial independen, jelas bahwa pasukan keamanan dan pengunjuk rasa telah berlindung bersama untuk melindungi diri dari penembakan yang dilakukan para penyusup. Mengingat fungsi para penyusup, pihak marjaiyah Irak telah memperingatkan para pengunjuk rasa tentang peran para penyusup dan bagaimana mereka menunggangi demonstrasi rakyat. Demonstrasi massal di Irak tidak memiliki pemimpin, dan ini telah menyebabkan eksploitasi jaringan sosial dan jaringan televisi serta para penyusup.

Rezim Zionis dan tokoh-tokoh afiliasinya telah berusaha keras untuk menyebarkan Republik Islam Iran sebagai penyebab situasi saat ini di Irak dan menggelar demonstrasi menentang dengan slogan-slogan anti-Iran. Dalam nada yang sama, penulis Israel Idi Cohen menyebut para demonstran Irak sebagai "para revolusioner melawan Persia" dan dalam twitt bohongnya mengklaim kehadiran pasukan yang berafiliasi Iran untuk menekan demonstrasi Irak. Idi Cohen mengklaim dalam sebuah twitt, "Ribuan orang dari brigade Fatemiyoun datang ke Irak untuk menghancurkan demonstrasi." Sementara Republik Islam Iran berkali-kali menekankan pentingnya pemerintah Baghdad menindaklanjuti tuntutan rakyat selain menolak segala bentuk intervensi pihak asing dalam urusan Irak.

Intinya adalah bahwa, sebagaimana yang ditekankan oleh Sekjen Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah bahwa protes telah memiliki beberapa hasil positif, termasuk suara orang-orang telah didengar. Irak dan Lebanon akan melewati fase demonstrasi ini, tetapi peristiwa di Irak, khususnya, telah menunjukkan bahwa yang kalah di arena politik dan militer di wilayah tersebut telah memulai babak baru konfrontasi dalam bentuk tuntutan rakyat. Dan dengan cara ini, mereka bahkan menargetkan norma dan nilai-nilai yang dilembagakan masyarakat, termasuk menghormati marjaiyah Syiah.

 

Rakyat Iran pada hari Senin (4/11/2019) akan memperingati Hari Nasional Melawan Arogansi Global. Pada 4 November 1979, mahasiswa Iran menduduki Kedutaan Besar AS (sarang spionase) di Tehran dalam sebuah aksi protes menentang intervensi Washington.

Setiap tahun, rakyat Iran memperingati momen itu sebagai Hari Nasional Melawan Arogansi Global dengan menggelar pawai akbar menyuarakan persatuan nasional dan solidaritas Islam melawan AS sebagai simbol imperialis dunia.

Dalam kamus politik, arogansi bermakna keangkuhan, menguasai pihak lain (hegemoni), menjajah, dan melakukan eksploitasi budaya, politik, dan ekonomi atas bangsa-bangsa lain oleh kekuatan tertentu. Praktik ini membuat negara lain berada di bawah tekanan, bangsa-bangsa dieksploitasi dan dilemahkan.

Amerika memulai babak baru permusuhan dengan Iran pasca kemenangan Revolusi Islam. Beberapa bulan pasca kemenangan Revolusi Islam, Kedutaan AS di Tehran berubah fungsi menjadi pusat spionase dan koordinasi untuk kubu penentang revolusi.

Pasca pendudukan sarang spionase, reaksi pertama yang diambil oleh presiden AS adalah menjatuhkan sanksi ekonomi dan memblokir aset-aset Iran di bank-bank Amerika dan bank asing yang berkantor di negara itu. Washington kemudian memutuskan hubungan diplomatik dengan Tehran.

Dalam tanggapannya, Imam Khomeini ra berkata, "Jika Carter (Jimmy Carter) di masa hidupnya pernah melakukan sesuatu yang membawa kebaikan bagi orang-orang tertindas, maka itu adalah pemutusan hubungan ini. Hubungan sebuah bangsa dengan sebuah penjarah yang rakus, akan selalu merugikan bangsa tertindas dan menguntungkan penjarah. Kami menganggap pemutusan hubungan ini sebagai sebuah peristiwa baik, karena pemutusan ini adalah bukti atas terputusnya harapan AS dari Iran. Saya berulang kali mengingatkan bahwa hubungan kita dengan AS sama seperti hubungan bangsa tertindas dengan perampok dunia."

Sejak sarang spionase AS diduduki oleh kelompok mahasiswa pengikut garis Imam Khomeini ra, Washington mengambil tindakan politik dan bahkan persiapan serangan militer, mereka mengirim armada kapal perang ke Teluk Persia dan menyatakan siap menyerang Iran kapan pun. Namun semua skenario itu gagal.

Bekas sarang mata-mata Amerika di Tehran.
Daftar permusuhan AS antara lain; melakukan kudeta 28 Mordad (19 Agustus 1953), memaksakan undang-undang kapitulasi untuk memperbudak rakyat Iran, operasi militer di Gurun Tabas, merancang kudeta Nojeh, menerapkan sanksi ekonomi dan politik, memprovokasi dan mendukung rezim Saddam dalam agresi ke Iran, menembak jatuh pesawat sipil Iran dengan 290 penumpang, mengorganisir dan mendukung anasir anti-revolusi untuk merusak keamanan dengan target penggulingan sistem, serta melancarkan Iranphobia dan propaganda bohong tentang Revolusi Islam Iran.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Pihak tertentu mengira bahwa permusuhan dengan kita terjadi karena kita yang memulai pertama, kita selalu menunjuk tangan kita ke arah mereka. Karena itu mereka memusuhi kita. Tidak! Ini sebuah dugaan yang salah… bukan kita yang mengawali, mereka yang mulai duluan, mereka memulainya dengan mencela, menyanksi, menuntut, memberikan tempat kepada musuh bangsa Iran, mereka-lah yang memulai."

Sekarang 40 tahun setelah kemenangan Revolusi Islam, pemerintah AS dengan semangat arogansi tetap mengobarkan permusuhan terhadap Iran. Tindakan pertama AS dalam melawan Revolusi Islam adalah menghasut oposisi dan membantu gerakan separatisme di perbatasan Iran. Tidak hanya itu Washington juga mendukung para pengkudeta terhadap revolusi.

Pemerintah AS memanfaatkan media untuk melancarkan propaganda dan fitnah serta memprovokasi orang-orang untuk bangkit. Washington sekarang memanfaatkan instabilitas regional untuk mempertajam kampanye Iranphobia dan membentuk koalisi anti-Iran.

Salah satu metode penting arogansi global untuk melestarikan hegemoninya atas dunia adalah mencegah kemajuan bangsa-bangsa lemah. Dalam hal ini, AS merekrut orang-orang pintar dari negara ketiga atau negara berkembang, serta menerapkan sanksi dan pembatasan internasional.

Demikian juga yang dilakukan terhadap Iran, AS melakukan upaya maksimal untuk mencegah kemajuan bangsa Iran di bidang politik, ekonomi, militer, ilmiah, dan lain sebagainya.

Di bidang ilmiah misalnya, AS mencegah Iran untuk mencapai teknologi modern seperti yang dilakukan di bidang teknologi nuklir, mereka melakukan sabotase untuk mencegah kemajuan bangsa ini.

Pawai akbar memperingati Hari Nasional Melawan Arogansi Global di Tehran tahun 2018.
Seorang ilmuwan politik Amerika, Noam Chomsky mengatakan, "Para pemimpin AS saat ini adalah penguasa yang paling berbahaya dalam sejarah umat manusia. Ungkapan ini mungkin terlalu keras, tetapi menurut saya, Partai Republik saat ini adalah organisasi yang paling berbahaya dalam sejarah umat manusia. Hitler bahkan tidak merencanakan pemusnahan kehidupan manusia di muka bumi."

Bangsa Iran percaya bahwa perang melawan penindasan dan arogansi global adalah bukan gerakan yang ketinggalan zaman, karena AS baik di masa lalu maupun sekarang, tidak pernah berhenti memusuhi Iran dan mereka melakukan apa yang mereka bisa.

Bangsa ini bangkit melawan konspirasi AS dan membuktikan bahwa dengan berpegang pada prinsip dan cita-cita Revolusi Islam, mereka dapat menghalau hegemoni kekuatan-kekuatan global.

Saat ini, para pejabat AS mengkhawatirkan berubahnya Iran menjadi kekuatan utama di wilayah Timur Tengah. Oleh karena itu, mereka berusaha memutarbalikkan fakta dan memperkenalkan Iran sebagai negara perusak stabilitas di kawasan.

Pemerintah AS sedang mengejar tiga opsi kunci untuk melumpuhkan Iran. Opsi pertama, mengurangi kekuatan pertahanan Iran dengan fokus pada kemampuan misil. Di sini, para pejabat AS benar-benar menyadari akan kekuatan pertahanan Iran dan kemampuan rudal-rudal yang dimilikinya.

Opsi kedua, AS sedang menyusun sebuah skenario untuk mengurangi atau menghilangkan pengaruh dan kekuatan regional Iran serta mematahkan gerakan perlawanan.

Pengaruh regional Iran telah terbukti dalam perang menumpas teroris Daesh. AS mulai memahami bahwa Iran memiliki peran strategis dan peran ini telah memperkuat poros perlawanan serta mengalahkan konspirasi Amerika dan rezim Zionis dalam memecah negara-negara regional.

Opsi ketiga, AS sedang meningkatkan perang ekonomi terhadap Iran atau lebih tepatnya melakukan terorisme ekonomi. Sanksi AS bertujuan untuk memperlemah Iran dari dalam, membuat rakyat pesimis, dan memprovokasi mereka untuk bangkit.

Di era pemerintahan Trump, AS menyusun langkah-langkah baru untuk melawan Iran dan salah satunya adalah prakarsa Hanson. Prakarsa ini disusun oleh Grup Studi Keamanan (SSG) pimpinan Jim Hanson dan diserahkan ke Dewan Tinggi Keamanan Nasional AS.

Hanson berbicara tentang penyebab munculnya sebagian protes di Uni Soviet dan merekomendasikan cara yang sama untuk dijalankan di Iran. Dia menuturkan, "Iran membutuhkan gerakan serupa yang bersandar pada tuntutan untuk memperbaiki kualitas hidup rakyatnya dan mengakhiri penumpasan oleh rezim."

Hanson mengusulkan penerapan sanksi yang paling berat terhadap Iran sehingga pendapatan negara ini terkuras. Pada titik ini, Iran hanya punya dua pilihan yaitu menghabiskan pendapatannya untuk kebutuhan rakyat atau membelanjakan uangnya untuk mendukung poros perlawanan.

Pemikiran ini menunjukkan bahwa pemerintah AS sejak awal kemenangan revolusi telah berusaha untuk menggulingkan sistem Republik Islam.

Namun, Ayatullah Khamenei mengatakan bahwa meredupnya kekuatan AS telah menjadi sebuah realitas yang disepakati oleh para pakar dunia. Menurutnya, AS menderita kekalahan dalam mewujudkan konspirasinya terhadap Iran selama 40 tahun terakhir.

"Pendudukan sarang mata-mata AS oleh mahasiswa merupakan sebuah tamparan bangsa Iran kepada AS," ungkapnya.

Ayatullah Khamenei menjelaskan kekuatan lunak AS dalam artian pemaksaan pandangannya kepada negara lain, sekarang berada pada situasi yang paling lemah dan sejak presiden saat ini berkuasa, keputusan Washington tidak hanya ditentang oleh bangsa-bangsa, tetapi juga oleh pemerintah Eropa, Cina, Rusia, India, Afrika dan Amerika Latin.

"Hari ini satu-satunya negara yang keputusannya tidak bisa dipengaruhi oleh AS adalah Republik Islam Iran dan ini bermakna kekalahan AS," pungkasnya. 

 

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam pada hari Rabu, 30 Oktober, hadir di acara wisuda ke-17 dan pelantikan mahasiswa Sekolah Tinggi Perwira Angkatan Darat Iran di Universitas Pertahanan Udara Khatam Al-Anbia. Setelah melihat unit-unit yang berdiri rapih di alun-alun, Pemimpin Besar Revolusi Islam berbicara kepada hadirin tentang sejumlah masalah, termasuk keamanan regional dan perencanaan musuh-musuh untuk membuat kekacauan di beberapa negara kawasan.

Ayatullah Khamenei di Universitas Pertahanan Udara Khatam Al-Anbia
Keamanan dan menjaganya adalah hal pertama yang dibicarakan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam. Beliau menyebut perlindungan keamanan menjadi tanggung jawab suci dan sensitif angkatan bersenjata Republik Islam dan menjelaskan bahwa kerusakan terbesar yang mungkin dapat dilakukan musuh terhadap negara adalah mencabut keamanan negara itu.

Ayatullah Khamenei mengatakan, "Dalam dunia kekuatan arogan hari ini, lebih dari semua adalah Amerika Serikat, dinas-dinas intelijen Barat dengan dukungan dana sebagian negara-negara reaksioner kawasan berusaha menciptakan kekacauan di negara-negara tetangga kita, dekat kita dan negara-negara kawasan ini dengan merusak keamanan. Ini adalah musuh terburuk dan kebencian paling berbahaya terhadap satu bangsa. saya ambil kesempatan di sini, untuk bersimpati dengan negara-negara ini, seperti Irak, seperti Lebanon, yang dalam kesulitan, sehingga dari sini saya mengatakan bahwa prioritas mereka adalah mengobati rasa tidak aman. Rakyat mereka juga harus tahu bahwa [meskipun] mereka memiliki tuntutan dan tuntutan itu benar, tetapi mereka hanya dapat dipenuhi dalam kerangka struktur hukum. Musuh ingin mengganggu struktur hukum. Ketika tidak ada struktur hukum di suatu negara, muncul kekosongan, tidak ada yang bisa dilakukan, tidak ada langkah positif yang bisa dilakukan; mereka telah memikirkan hal yang sama untuk negara kita tercinta; untungnya, bangsa hadir di medan dengan tepat waktu dan waspada,  dan Angkatan bersenjata juga hadir dan berhasil menetralkan. Ini adalah solusi bagi semua negara yang mengalami masalah ini."


Ayatullah Khamenei menyebut hal terpenting yang dimiliki sebuah bangsa dan menjadi kunci bagi hal-hal yang lain adalah keamanan. Rahbar kemudian membandingkan Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran dengan militer negara-negara arogan. Beliau menyebut perbedaan Angkatan Bersenjata Iran dengan militer kekuatan arogan adalah substantif, alami dan dalam. Menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam,  Menurut pemimpin revolusi, sementara tanggung jawab utama militer Iran adalah untuk menjaga keamanan negara, tetapi lihat misi pasukan kekuatan arogan selama satu abad terakhir, jejak kejahatan militer kekuatan arogan dalam seratus tahun terakhir dapat dilihan diseluruh dunia. Militer Inggris di anak benua India, yakni di Pakistan, India dan Bangladesh sekarang, di burma dan negara-negara kecil di Samudera Hindia ... di sebagian utara Afrika ... mereka berbuat kejahatan sedemikian rupa terhadap bangsa-bangsa, sehingga tidak akan pernah terlupakan ... Semua ini tercatat dalam sejarah dan akan tetap ada."


Di bagian lain dari pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam merujuk pada kejahatan tentara Perancis, dengan mengatakan, "Perancis, yang saat suara kajian hak asasi manusia mereka dan tuntutan demokrasi mereka yang memekakkan telinga hingga tulis, telah melakukan begitu banyak kejahatan di utara Afrika, di Aljazair, Maroko, dan di Tunisia.! Di Asia Timur di Vietnam, sebelum Amerika memasuki Vietnam, ... mereka telah melakukan banyak kejahatan... Di Suriah dan Lebanon saat ini, demikianlah sifat militer kekuatan arogan. 

Ayatullah Khamenei seraya merujuk pada kekejaman militer AS di dua pemboman nuklir Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945, menewaskan 150.000 dan menyebabkan puluhan ribu orang cacat dan teradiasi gelombang nuklirsenjata nuklir diracuni, menambahkan, "Sifat militer kekuatan arogan adalah tentara tanpa agama, tidak bertuhan dan tidak memiliki moralitas, inilah perbedaan pasukan mereka. Ini, tentu saja, beberapa contoh terbatas yang saya berikan. Jika ada yang ingin berbicara tentang kejahatan pasukan arogan dan melampaui seratus tahun yang telah saya katakan - dalam dua ratus tiga ratus tahun - beberapa buku dapat ditulis dan harus ditulis."

Pidato Ayatullah Khamenei di Universitas Pertahanan Udara Khatam Al-Anbia
Pemimpin Revolusi Islam mengangkat pertanyaan tentang dari mana pasukan ini mendapat dukungan dan dari mana kemampuan pasukan ini berasal?

Beliau mengatakan, "Tentara ini bergantung pada negara arogan, yaitu masalahnya bukan pada tentara itu sendiri, tetapi dengan tempat bersandar militer, yaitu sistem arogan. Lihat! Rahasia yang Anda dan saya tekankan, kami ulangi bahwa kami mengandalkan al-Quran, kami menginginkan sistem Islam, ini dia. Ketika manusia jatuh ke dalam sistem tanpa moralitas, tanpa agama, tanpa orientasi yang tepat, inilah hasilnya, tentara menjadi seperti ini. Dukungan pasukan ini yang melakukan semua kejahatan ini adalah kekuatan politik yang memerintah negara-negara ini, mereka mendukung pasukan itu, dan tentara-tentara ini, pada gilirannya, memelihara dan menjaga sistem-sistem itu, inilah sifat alami dari pekerjaan itu."


Pemimpin Besar Revolusi Islam selanjutnya menyinggung kinerja revolusioner Angkatan Bersenjata Iran pada awal kemenangan Revolusi Islam, menghadapi kelompok disintegrasi yang berafiliasi dengan kekuatan asing di awal revolusi, dalam delapan tahun pertahanan suci, di perbatasan pada tahun-tahun setelah kemenangan pertahanan suci dan dalam mendukung front Muqawama. Universitas-universitas perwira Angkatan Bersenjata Republik Islam sebagai lembaga yang menonjol dan penting yang, seiring waktu, memiliki komandan yang setia dan kompeten mampu menciptakan perubahan pada kemampuan internal, organisasi, taktik operasional, konstruksi dan pemikiran serta budaya militer. Sedemikian besar perubahan itu sehingga orientasi anti-agama dari militer selama periode taghut berubah 180 derajat dan mengarah pada orientasi agama, budaya dan Islam. Pemimpin Revolusi Islam menunjukkan tugas masa depan Angkatan Darat Republik Islam Iran dengan ucapannya:

"Ada tugas untuk masa depan. Para hadirin! Lihat, apa arti negara bebas? ... Bangsa yang bebas adalah bangsa yang bebas berkehendak, bertindak bebas serta mengidentifikasi kepentingan sejati dan nasionalnya, dan dengan itu kemandirian kehendak dan kemandirian tindakan, ia menyediakan semua kepentingan itu untuk bangsanya sendiri dan untuk negaranya sendiri ..."

Demi meraih semua hal-hal penting ini, menurut Ayatullah Khamenei, membutuhkan hati nurani dan kesadaran.

"Jika kita tidak memiliki kesadaran, jika kita tidak memiliki visi yang benar, mata terbuka, tidak memiliki kewaspadaan yang diperlukan, tidak mampu mengidentifikasi kepentingan hakiki kita dengan tepat, tidak mengidentifikasi cara yang tepat untuk mencapai kepentingan itu dan tidak mampu mengenali dengan tepat orang yang dapat menanggung beban besar ini, ketika tidak ada kesadaran, seperti manusia yang tidak memiliki mata, ia tidak dapat melihat jalan. Kesadaran bagi sebuah negara, sebuah bangsa dan setiap orang sangat penting. Bila kekhususan ini ada pada satu negara dan satu bangsa, pada waktu itu, bangsa tersebut akan sampai pada hasil yang diinginkan. Kesadaran ini menyebar pada semua rakyat. Dalam sistem Islam, setiap dari kalian harus melihat, memikirkan dan mengenali, mengidentifikasi dan melakukan, merasa punya keweajiban dan tetap waspada jangan sampai musuh mempengaruhi perhitungan pemikiran kalian," ungkap Rahbar.


Menyimpulkan bagian dari pidato ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan bahwa musuh tidak boleh dipercaya dan tidak merasa optimis dengan mereka secara sederhana. Begitu juga tidak boleh mengabaikan pergerakan musuh, harus selalu waspada terhadap rencana dan pergerakan musuh. Jangan menganggap hina musuh dan lemah. Ayatullah Khamenei mengatakan kita harus mengetahui musuh dengan ukurannya sendiri dan mempersiapkan diri untuk membela diri melawan musuh yang menyerang.

Rahbar mengatakan, "Hadirin! Jangan lalai dengan kemenangan. Kemenangan sesuatu yang bernilai dan patut bergembira, tetapi jangan lalai dengan kemenangan."

Beliau menyinggung perang Uhud yang terjadi di masa Nabi Muhammad Saw, dimana kemenangan yang telah diraih berubah menjadi kekalahan akibat kelalaian umat Islam. Kemenangan, menurutnya, harus dipertahankan. Mempertahankan kemenangan berarti menjaga faktor-faktor kemenangan seperti iman, jihad berkesinambungan, usaha terus menerus, persatuan dan sinergi.

Pidato Ayatullah Khamenei di Universitas Pertahanan Udara Khatam Al-Anbia
Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan pasukan angkatan bersenjata, "dalam al-Quran di satu tempat disebutkan al-Fitnatu Asyaddu Min al-Qatl, di bagian lain disebutkan al-Fitnatu Akbaru Min al-Qatl. kata Asyadd berarti lebih sulit, sementara Akbar berarti lebih besar. Membunuh adalah sesuatu yang buruk dan tidak diinginkan, tetapi fitnah lebih buruk dari itu. Baiklah. Bila fitnah lebih buruk dari membunuh, maka pasukan keamanan harus mengambil formasi dan ketertiban yang diperlukan dalam menghadapi fitnah. Mereka harus mempertahankan kesiapan mereka sendiri untuk penghasutan. Ini adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh lembaga-lembaga."

Akhir dari pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei berkenaan dengan masalah harapan akan masa depan. Rahbar menyinggung terwujudnya janji-janji ilahi dalam perang para pemuda mukmin Lebanon dan Palestina dengan rezim Zionis Israel.

Rahbar mengatakan, "Hari ini kita melihat pemenuhan janji ilahi di depan mata kita. Hadirin sekalian! Siapa yang membayangkan bahwa rezim Zionis yang tidak bisa ditangani oleh angkatan bersenjata dari beberapa negara - dalam satu perang, pasukan Zionis Israel mampu mengalahkan kekuatan tiga negara Arab dalam waktu enam hari; dalam sebuah perang lain hanya dalam jangka waktu sekitar 10 hingga 12 hari mereka mampu mengalangkah - pasukan bersenjata yang kuat ini dan tiga pasukan dari tiga negara tidak mampu melawannya, terpaksa mundur dari posisinya oleh para pemuda mukmin Hizbullah dan akhirnya kalah lalu tangan mereka diangkat ke atas sebagai tanda kalah hanya dalam waktu 33 hari! Lebih penting dari ini, pasukan Zionis kalah menghadapi para pemuda penuh dedikasi Palestina di Gaza ... dalam 22 hari, pernah juga kalam dalam 7 hari dan memohon untuk gencatan senjata. Siapa yang membayangkan semua ini? Ketika ada perlawanan, kesabaran, tawakal kepada Allah, ketika meyakini janji-janji Allah, ini yang terjadi... Saya ingin menyampaikan kepada kalian. Pawai akbar Hak Kepulangan yang dilakukan hari-hari ini di Gaza, suatu hari akan berujung pada kembalinya warga Palestina secara pasti ke tanah airnya dan para pemilik tanah ini akan kembali ke tanahnya. Insya Allah."

 

Masalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) kini telah menjadi krisis terbesar negara itu sejak abad ke-17 hingga kini. Meskipun pada awalnya tidak sulit untuk diselesaikan, tetapi sekarang memiliki dimensi internal dan eksternal yang sedemikian rumit sehingga tidak hanya terwujudnya Brexit yang tampaknya terlalu mengada-ada, tetapi proyek ini adalah sumber dari perselisihan internal baru, perselisihan dengan Uni Eropa dan telah menjadi dalih untuk intervensi Amerika dalam urusan Inggris.

Kondisi ini mendorong Nigel Farage, pemimpin partai sayap kanan ekstrem Brexit yang oleh para pendukungnya dijuluki "Ayah Angkat Brexit", baru-baru ini memberi peringatan serius tentang friksi yang terjadi dalam masyarakat Inggris soal Brexit dan konsekuensi buruknya. Tentang perselisihan serius soal keluarnya negara ini dari Uni Eropa antara para politisi dan masyarakat biasa, Farage mengatakan, "Inggris telah terlibat dalam perselisihan terbesar sejak perang saudara abad ke-17."

Brexit
Farage merujuk pada perpecahan tajam antara partai yang berkuasa, Partai Konservatif dan partai-partai oposisi, terutama Partai Buruh dan Partai Demokrat Liberal, serta perpecahan antara warga Inggris menjadi dua kelompok terkait Brexit, sementara sejumlah besar anggota parlemen Konservatif memilih bersama wakil-wakil dari partai oposisi dalam voting Majelis Rendah Inggris.

Partai-partai oposisi, terutama Partai Buruh, sekarang menyerukan referendum atau pembatalan Brexit secara mendasar. Tuntutan mereka memicu kemarahan Perdana Menteri Inggris. Sementara itu, pengakuan Nigel Farage sebagai politisi sayap kanan ekstrem akan adanya perpecahan tajam dalam masyarakat Inggris menunjukkan seberapa dalam dan tidak dapat disatukannya perselisihan itu.

Perdana Menteri Konservatif Inggris Boris Johnson dan pendukung garis keras Brexit berpikir bahwa setelah berkuasa ia akan dapat membuka simpul Brexit dan seperti yang dijanjikan, Inggris hingga 31 Oktober 2019, akan meninggalkan Uni Eropa, dengan atau tanpa kesepakatan. Namun perlawanan oposisi dan Majelis Rendah atas keinginan ini, pada akhirnya, menyebabkan kegagalan Johnson untuk mewujudkan janji keluarga Inggris dari Uni Eropa pada 31 Oktober dan, akibatnya, batas waktu tiga bulan baru Uni Eropa untuk Brexit hingga 31 Januari 2020 dan, yang paling penting, Majelis Rendah akan menyelenggarakan pemilu awal pada 12 Desember 2019 itu yang menjadi pertaruhan besar bagi masa depan politik Johnson.

Johnson telah berseteru dengan Majelis Rendah selama beberapa sejak menjabat demi memuluskan keinginannya dan bahkan telah melangkah lebih jauh mendapat izin Ratu Elizabeth untuk meliburkan Majelis Rendah. Tetapi seperti pertandingan gulat, Majelis Rendah selalu dapat mengalahkan setiap teknik yang dilakukan Johnson, sehingga membatalkan semua rencana Perdana Menteri Inggris yang kontroversial untuk memenuhi janjinya meninggalkan Inggris pada 31 Oktober 2019.

Boris Johnson telah berjanji untuk menarik Inggris keluar dari Uni Eropa pada tanggal 31 Oktober, dengan atau tanpa kesepakatan. Berbicara kepada oposisi di parlemen Inggris tentang pendekatan dalam proses pelaksanaan Brexit, Johnson mengatakan oposisi tidak ingin Brexit berhasil. Mereka terus-menerus menunda ini, yang telah menyebabkan banyak kerusakan pada keluarga dan perekonomian negara.

Tetapi dalam beberapa minggu terakhir, Johnson belum dapat mencapai konsensus bahwa Majelis Rendah akan setuju soal Brexit. Karena itu, di bawah tekanan dari parlemen, ia menyerukan perpanjangan tenggat waktu Brexit dari UE dan Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengumumkan bahwa UE telah sepakat untuk memperpanjang tenggat waktu untuk pelaksanaan Brexit sampai 31 Januari. Johnson mengatakan dalam sepucuk surat kepada Presiden Dewan Eropa bahwa dia akan setuju untuk memperpanjang batas waktu selama tiga bulan, terlepas dari keinginannya. 

Meskipun ia berharap para pejabat Uni Eropa tidak akan setuju dengannya, persetujuan Dewan Eropa untuk perpanjangan tiga bulan pemilihannya mengubah jalannya, dan ia menyerahkan RUU kepada Majelis Rendah dan menuntut dilakukannya pemilu awal. Dengan alasan ini, Johnson terpaksa untuk memperpanjang batas waktu ketika upayanya untuk menarik diri dari Uni Eropa gagal pada 5 Oktober dan parlemen memaksanya untuk meminta Brussels memperpanjang batas waktu untuk mengimplementasikan Brexit.

Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris
Johnson mengusulkan pemilu awal untuk menyingkirkan situasi sulit ini, yang pada awalnya ditentang oleh Majelis Rendah pada 28 Oktober, tetapi akhirnya, setelah banyak pertimbangan, dalam voting yang dilakukan pada 29 Oktober, Johson berhasil memenangkan persetujuan parlemen untuk mengadakan pemilihan awal. Sebenarnya, RUU penyelenggaraan pemilu awal hingga kini telah beberapa kali ditolak di Majelis Rendah, tetapi Perdana Menteri Inggris bersikeras perlunya pemilu awal dan konsultasi maraton akhirnya berhasil mendapatkan suara dari para anggota parlemen untuk dibahas dan RUU berhasil diratifikasi dengan 438 suara setuju dan 20 suara menolak. Kini, salah satu pemilu paling penting dan menentukan dalam sejarah Inggris akan diadakan pada 12 Desember 2019. Dengan demikian, Majelis Rendah Inggis akan dibubarkan setelah RUU ini disetujui di Majelis Tinggi dan hasil pemilu awal akan menentukan komposisi baru Majelis Rendah dan selanjutnya adalah masa depan Brexit.

Johnson menganggap solusi terbarunya adalah menyelenggarakan pemilu awal, sehingga partai Konservatif dapat memenangkan pemilu parlemen awal dengan kemenangan yang menentukan dan dengan terbenuknya parlemen yang sesuai dengan pandangannya, kesepakan Brexit dapat diimplementasikan dan merealisasikan pemisahan Inggris dari Uni Eropa.

Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn, dimana penolakan partai ini menyebabkan kegagalan pemerintah Inggris untuk mengadakan pemilu awal beberapa kali, mengatakan, "Kami telah sepakat untuk mengadakan pemilu awal setelah memastikan opsi pemisahan secara sepihak dari Uni Eropa dihilangkan."

Dengan demikian, pemilu awal akan diadakan di Inggris pada 12 Desember, dengan Johnson berharap untuk menang dan membentuk parlemen dengan mayoritas Konservatif demi meratifikasi apa saja yang dibutuhkan terkait Brexit dan mengimplementasikannya tanpa rintangan. Namun, pemilu awal merupakan risiko besar baginya karena jika ia gagal menang, ia akan kehilangan pertaruhan politik dan kehilangan status dan kekuasaan politiknya, seperti Theresa May, mantan Perdana Menteri Inggris.

Di sisi lain, Partai Buruh, yang sekarang memegang jumlah kursi terbesar di Parlemen Inggris setelah Partai Konservatif, berharap untuk memenangkan mayoritas mengingat kegagalan pemerintah dan Partai Konservatif terkait Brexit dan penolakan masyarakat dengan pendekatan Brexit dari partai ini. Kenyataan ini membuat Partai Buruh dapat meraih mayoritas kursi di Majelis Rendah dengan sendirinya dapat memiliki kekuatan politik. Untuk mengumpulkan lebih banyak suara, Partai Buruh telah mengumumkan bahwa salah satu pendekatannya jika partai itu berkuasa adalah menyerahkan nasib Brexit kepada rakyat dengan mengadakan referendum.

Jeremy Corbyn, Pemimpin Partai Buruh Inggris
Selain Inggris, Uni Eropa memiliki pandangan dan kepentingannya sendiri. Brussels ingin mengklarifikasi seluruh hubungan London-UE, termasuk masa depan perdagangan dan hubungan ekonomi, terutama masalah dua perbatasan Irlandia. Terlepas dari keuletan awal Johnson, kesepakatan baru dicapai pada pertengahan Oktober 2019 dalam negosiasi yang kompleks dan terperinci antara kedua belah pihak. Meskipun Majelis Rendah Inggris akhirnya menyetujui kesepakatan itu, ia mengatakan perlu waktu untuk memeriksa detailnya dan Dewan Eropa pada dasarnya setuju untuk memperpanjang waktu keluarnya Inggris dari Uni Eropa hingga 31 Januari 2020.

Meskipun Uni Eropa telah sepakat untuk memperpanjang batas waktu Brexit, hal itu telah menyebabkan peningkatan perselisihan di antara negara-negara anggota UE. Beberapa dari mereka, termasuk Perancis, menginginkan batas waktu dua minggu bagi Inggris untuk melaksanakan Brexit. Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa dalam waktu kurang dari dua minggu, tetapi beberapa negara, seperti Jerman dan Irlandia, menyetujui tenggat waktu tiga bulan untuk London, yang pada akhirnya membuat Jerman dan para mitranya yang menang.

Masalah besar lain dalam krisis Brexit adalah prospek hubungan Inggris dengan AS di era pasca-Brexit, yang kini telah menjadi pertanyaan utama dalam hubungan London-Washington. Presiden AS Donald Trump telah meningkatkan pendekatan intervensionisnya ke Inggris dalam setahun terakhir dan, di samping dukungan langsung untuk Perdana Menteri Boris Johnson, Washington memberikan saran tentang bagaimana dan kapan harus memilih.

Dalam pidato intervensif baru-baru ini, Trump mengatakan bahwa pemilihan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn untuk posisi perdana menteri Inggris dalam pemilu mendatang adalah buruk. Trump menyebut Perdana Menteri Konservatif Boris Johnson saat ini sebagai "orang yang luar biasa" dan mengklaim bahwa Corbyn akan memimpin Inggris dengan cara yang sangat buruk. Presiden AS telah berulang kali campur tangan dalam urusan dalam negeri Inggris, termasuk masalah meninggalkan Uni Eropa, dan telah berulang kali memuji Johnson.

Trump juga mengkritik perjanjian pemerintahan Johnson dengan Uni Eropa tentang Brexit dan mengatakan, "Bagian dari kesepakatan itu menghambat perdagangan Washington dengan London."

Donald Trump dan Boris Johnson
Trump, seperti Johnson, mendukung penarikan penuh Inggris dari Uni Eropa. Presiden AS yang kontroversial berpendapat bahwa London tidak harus membayar biaya kepada Brussels untuk meninggalkan Uni Eropa.

Terlepas dari keinginan Konservatif Inggris untuk memperluas hubungan dengan Amerika Serikat, Partai Buruh tidak memiliki sikap yang sangat positif dalam hal ini. Jeremy Corbyn menekankan, "Kami tidak akan menjual layanan publik Inggris kepada Donald Trump atau investor Amerika lainnya." 

Corbyn mengutip harapan orang Amerika untuk mengendalikan ekonomi Inggris, sektor bisnis dan publik setelah negara itu meninggalkan Uni Eropa. Bagi pemimpin Partai Buruh, ini dipandang sebagai gangguan dalam urusan dalam negeri Inggris dan tanda pendekatan hegemonik Washington. Corbyn mengatakan, "Trump sedang berusaha untuk ikut campur dalam pemilu Inggris sehingga temannya Boris Johnson akan terpilih. Saya mengerti bahwa presiden AS tidak senang dengan prospek terpilihnya Partai Buruh di Inggris."

Trump beranggapan bahwa dengan menegaskan kembali Johnson sebagai perdana menteri baru Inggris setelah pemilu awal, ia akan sepenuhnya sejalan dengan mandatnya dan dapat berurusan dengan Uni Eropa dan melemahkan Eropa bersatu melalui dia.

Jika Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, Inggris akan menghadapi masalah ekonomi, politik, dan keamanan yang sangat besar. Terutama jika masalah batas antara kedua negara Irlandia tetap belum terselesaikan, dapat diprediksi bahwa Irlandia Utara akan sekali lagi terganggu oleh ketidakstabilan politik dan kekerasan sektarian antara Katolik Republik dan Protestan Kerajaan setelah surut dengan kesepakatan Jumat Agung tahun 1998.

Di sisi ekonomi Brexit tanpa kesepakatan juga akan memiliki konsekuensi serius bagi Inggris. Business Europe, organisasi bisnis terbesar di Eropa, telah memperingatkan dalam laporan terbarunya bahwa Brexit tanpa kesepakatan itu adalah bencana.

Secara keseluruhan, terlepas dari semua perkembangan terakhir, dapat dikatakan bahwa prospek Brexit tetap ambigu, dan hasil pemilu awal tidak hanya akan membentuk situasi hari ini tetapi juga nasib generasi mendatang di Inggris.