کمالوندی
Mu’asyarah bil ma’ruf dalam Rumah Tangga – bag 1
Allah Swt memberikan hak-hak tertentu kepada pasangan suami dan istri. Keduanya diwajibkan untuk menjaga hubungan suami istri dengan baik sehingga jika keduanya memiliki hubungan yang harmonis maka akan tercipta kehidupah keluarga yang sehat dan harmonis. Bagaimana Islam menjaga dan mengatur hubungan antara suami istri?
Allah Swt berfirman:
وَ عاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئاً وَ يَجْعَلَ اللهُ فيهِ خَيْراً كَثيراً
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisaa`: 19).
Mu’asyirat adalah bab mufa’alah merupakan kata yang memiliki makna peran aktif antara kedua belah pihak yaitu kedua-keduanya merupakan fail ataukah maf’ul. Oleh itu entah laki-laki maupun perempuan antara yang satu dengan yang lainnya harus bersikap patut.
Allamah Thabatthabai menjelaskan bahwa makna ma’ruf dengan menyandarkan pada firman Allah yang lain yaitu yang ada dalam surah al-Baqarah ayat 228, adalah semua amalan yang dikenal oleh masyarakat umun, yang lazim dilakukan oleh semua golongan manysarakat.
Bergaul dengan patut adalah hak paling penting yang harus ditunaikan oleh suami istri. Beliau menambahka bahwa ma’ruf yang mereka lakukan harus sesuai dengan urf masyarakat kebanyakan di daerah dan tempat serta waktu seseorang. Cara berkomunikasi antara suami dan istri harus berdasarkan kebiasaan masyarakat yang bisa diterima antara kaum muslimin. Perempuan adalah amanah Allah yang ada di rumah seorang suaminya, suami harus memenuhi segala kebutuhan istrinya. Dan sebaik-baik seorang mukmin adalah sebagaimana yang dijelaskan pada sabda nabi: “Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik sikapnya kepada istrinya.”
Menurut pandangan al-Quran ma’ruf mengandung hal-hal yang harus dijalankan dan mengandung larangan-larangan yang harus ditinggalkan dan juga mengandung hukum-hukum fikih.
”Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228)
Karena itu, dibutuhkan sikap toleransi dan lapang dada untuk mempermudah peran masing-masing suami dan istri dalam rumah tangga dalam membentuk keluarga yang mulia.
Yang dimaksud dengan menggauli dengan baik adalah: akhlak yang baik, lembut, bicara pelan dan tidak kasar, mengakui kesalahan dan kekhilafan yang semua orang pasti pernah melakukannya.
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya dan aku orang yang paling baik kepada keluargaku” juga “Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma’ruf.”
Adh-Dhahhak ketika menafsirkan ayat di atas, “Apabila para istri menaati Allah Swt dan menaati suami-suami mereka, maka wajib bagi suami untuk membaguskan pergaulannya dengan istrinya, menahan dari memberikan gangguan/menyakiti istrinya, dan memberikan nafkah sesuai dengan kelapangannya.” (Tafsir Ath-Thabari, jil. 2, hal. 466)
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berkata dalam tafsirnya, “Para istri memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh suami-suami mereka seimbang dengan kewajiban-kewajiban mereka terhadap suami-suami mereka, baik itu yang wajib maupun yang mustahab. Dan masalah pemenuhan hak suami istri ini kembalinya kepada yang ma’ruf (yang dikenali), yaitu kebiasaan yang berlangsung di negeri masing-masing (tempat suami istri tinggal) dan sesuai dengan zaman.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 102)
Contoh-contoh bergaul dengan patut
Ibnu Katsir: Bergaul dengan patut adalah santun ketika berbicara dengan istri, sebagaimana Anda suka diperlakukan oleh istri anda, maka perlakukan juga istri anda sebagaimana yang anda sukai. Hubungan seksual antara suami dan istri adalah kebutuhan bersama
Qurthubi: Bergaul dengan patut adalah memberikan hak-haknya dengan sempurna: Membayar mahar, memberikan nafkah, tidak berkata-kata kasar.
Zamakhsyari dan Fahr Razi memberikan nafkah, bertutur kata yang baik merupakan misdak ma’asyirul bil ma’ruf.
Thabarsi: Memberikan nafkah, berlaku secara sopan dan berutur kata yang baik, tidak mengucapkan perkataan-perkataan yang bisa menyebabkan tersakiti hati perempuan
Syaikh Thusi: Menunaikan kewajiban-kewajiban suami atas istrinya. Termasuk kebutuhan seksual, jika suami memiliki lebih dari satu istri maka tentu harus diperhatikan keadilan diantara mereka.
Ishak bin Ammar: Dari Imam Shadiq: Apakah hak-hak istri yang jika ditunaikan bisa disebut dengan ma’asyiral bil ma’ruf? Memberikan pakaian baginya, tidak bermuka masam. Termasuk pula memenuhi kebutuhan pangan dan keperluan-keperluan merawat dan mempercantik diri. Bahkan dari riwayat Imam Shadiq ini diisyaratkan tentang mewarnai atau mengecat rambut setiap 6 bulan sekali, pakaian 4 potong setiap tahun.
Contoh-contoh yang digambarkan dalam hadis dan para mufassir ini tentu tidak bermakna pembatasan hanya pada apa yang dicontohkan di atas, namun urf dan kebiasaan masyarakat pada saat dan di mana ia hidup juga harus diperhatikan. Bagaimana gaya hidup mereka, model makanan, dan lainnya tentunya akan berbeda-beda tergantung tempat dan zamannya. Oleh itu akan sangat baik jika bergaul dengan patut ini kita sesuaiakn dengan standar-standar yang berlaku pada masyarakat dan zamannya.
Ini Yang Akan Terjadi Ketika Kita Doakan Kebaikan untuk Orang Lain
Ketika kita mendoakan kebaikan untuk orang lain maka Allah swt akan memberikan kebaikan tersebut pada kita juga selain itu Allah juga akan mengabulkan doda-doa kita.
Cucunda Baginda Nabi Muhammad saw, Imam Baqir ra berkata (doa) orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh itu diterima dan Allah swt menambahkan mereka dari keutamaan-Nya.
وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُم مِّن فَضْلِهِ
“Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya.” (As-Shuara ayat 26)
Kemudian Imam melanjutkan perkataannya bahwa (ayat di atas) yakni ia adalah seorang mukmin yang mendoakan saudaranya dalam keadaan saudaranya tersebut tidak ada di sampingnya. Maka Malaikat Jibril berkata padanya dan Allah swt berfirman kepadanya untuk kamu apa yang engkau minta dan telah diberikan padamu apa yang engkau minta dengan perantara cintamu pada saudaramu.
Dari hadits di atas kita akan menemukan sebuah poin penting yang seharusnya kita ikuti dan pahami. Poin penting tersebut adalah mendoakan kebaikan untuk saudara-saudara kita atau bisa katakan mendoakan untuk orang lain.
Sebenarnya hal ini juga dilakukan oleh putri baginda Nabi tercinta yaitu Sayidah Fathimah Az-Zahra as. Yang mana suatu hari ketika Sayidah Fathimah as sedang melakukan shalat malam kemudian anak beliau Sayidina Hasan mendengar doa beliau yang mana beliau sedang berdoa untuk kebaikan orang lain.
Kemudian sayidina Hasan pun mendekati ibundanya lalu bertanya “Wahai bunda mengapa Anda mendoakan orang lain terlebih dahulu?”. Sayidah Fathimah menjawab “Aljar tsuma aldar” yakni awal tetangga kemudian keluarga. Inilah yang diajarkan oleh sayidah Fathimah az-Zahra as, seroang putri kesayangan Baginda Nabi Muhammad saw.
Kemudian apa yang akan didapatkan seorang mukmin yang mendoakan mukmin lainnya dikala ia tidak ada. Mereka yang medoakan kebaikan untuk orang lain maka Allah swt akan memberikan apa yang dimintakan olehnya untuk saudaranya tersebut. Dan juga selain itu Allah swt juga akan mengabulkan doa yang dipanjatkan untuk dirinya sendiri.
Kesimpulannya adalah mungkin jika kita ingin doa kita dikabulkan Allah swt maka sebelum kita mendokan diri kita sendiri maka doakanlah kebaikan untuk orang lain. InsyaAllah jika menurut hadits di atas, kita akan mendapatkan kebaikan itu sendiri dan juga Allah swt akan mengabulkan permintaan kita.
Bagaimana Seorang Anak Harus Berbakti Pada Kedua Orangtuanya
Berbakti pada kedua orangtua merupakan salah satu hal yang dinasihatkan oleh agama Islam pada seorang anak. Allah swt sendiri berfirman di dalam ayat al-Quran dan banyak juga ditemukan dalam riwayat-riwayat tentang berbakti pada kedua orangtua. Namun apa itu berbakti pada orangtua?
Suatu hari ada yang bertanya pada Imam Jafar as-Shadiq ra. “Wahai Imam! Apa makna Ihsan dari ayat al-Quran “وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا” yang artinya berbuat baik pada keduaorangtua?”
Kemudian Imam menjawab. Makna dari ihsan adalah
1. Berkata baik dan sopan pada mereka;
2. Tidak menyulitkan mereka;
3. Memberikan apa yang mereka butuhkan sebelum mereka memintanya pada kalian meskipun mereka adalah orang kaya raya.”
Sebuah hadits yang sangat indah untuk kita pahami dan amalkan. Berbuat baik pada orang tua adalah berkata baik dan sopan pada mereka. Sungguh miris di zaman sekarang banyak sekali anak-anak yang sudah terpengaruh oleh budaya barat. Mereka dengan seenaknya berbicara tanpa memikirkan sopan santun pada orangtua mereka. Ketika mereka berbicara dengan orangtua mereka, mereka berbicara layaknya dengan teman mereka. Hal ini tidak dibenarkan dalam al-Quran.
Selanjutnya makan berbuat baik dan berbakti pada orangtua adalah hendaknya seorang anak tidaklah menyulitkan mereka. Misalnya saja dengan meminta hal-hal yang di luar kemampuan mereka sehingga mereka harus pergi mencari utang untuk memenuhi hal tersebut.
Kemudian makna dari berbakti pada orangtua adalah memberikan apa yang mereka butuhkan sebelum mereka memintanya dari kalian walaupun mereka adalah orang yang berkecukupan atau bahkan kaya raya. Orangtua akan merasa sangat bahagia ketika anak–anaknya memberikan mereka hadiah. Jika tidak percaya coba tanyakan pada mereka. Wallahu ‘alam.
Islam Tekankan Umatnya untuk Perbaiki Hubungan Mereka Yang Sedang Bertengkar
Lidah ini dipagari dengan gigi-gigi dan dikunci oleh bibir namun kadang masih saja lepas kontrol. Jika sudah lepas kendali maka lidah ini bisa menimbulkan permusuhan diantara manusia yang mana bisa menyebar menjadi permusuhan antar negara.
ُ صَدَقَةٌ يُحِبُّهَا اللَّهُ إِصْلَاحٌ بَيْنِ النَّاسِ إِذَا تَفَاسَدُوا وَ تَقَارُبٌ بَيْنِهِمْ إِذَا تَبَاعَدُوا.
“Sedekah yang paling dicintai Allah swt adalah memperbaiki hubungan diantara manusia ketika mereka sedang bertengkar dan mendekatkan mereka ketika mereka sedang saling menjauh.”
Memperbaiki hubungan dua orang mukmin yang sedang terjadi permusuhan merupakan sebuah sedekah bahkan sedekah yang Allah begitu mencintainya. Permusuhan bisa saja terjadi oleh ucapan kasar kita atau tindakan yang tidak membuat orang lain nyaman.
Jika kita melihat atau mendengar dan juga merasa bahwa diantara keluarga kita, sahabat kita, teman kita, tetangga kita, atau orang-orang sekitar kita sedang terjadi permusuhan atau tidak akur dalam kehidupannya menurut hadits di atas hendaknya kita memperbaiki hubungan diantara mereka.
Kita juga harus mendekatkan mereka yang terdengar, terlihat, dan terasa sedang saling menjauh. Bahkan dalam sebuah riwayat dikatakan Imam Jafar mengizinkan para wakilnya untuk menggunakan harta baitul mal untuk membayarkan biaya memperbaiki hubungan diantara muslim yang sedang bertengkar. Misalnya saja dua orang sedang bertengkar dengan selisih hartanya maka Imam mengizikan angka yang diselisihkan itu dibantu dari baitul mal.
Dari hadits di atas juga kita bisa memahami bahwa sedekah bukan hanya melalui harta saja akan tetapi sedekah juga bisa dilakukan melalui amal. Dan itu merupakan sedekah yang paling dicintai Allah swt seperti memperbaiki hubungan diantara manusia yang sedang terjadi pertengkaran.
Berbagai Manfaat Shalat Berjamaah
Kewajiban-kewajiban sosial agama tidak hanya memiliki ganjaran yang banyak, tapi juga mempunyai pengaruh luar biasa dan positif dalam kehidupan individual maupun sosial kaum Muslimin. Salah satunya adalah shalat berjamaah. Berikut ini pengaruh positif shalat berjamaah bagi individu maupun sosial umat Islam:
1.Pengaruh spiritual shalat berjamaah
Paling besar pengaruh spiritual shalat jamaah adalah ganjaran dari Allah Swt.
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa suatu malam Imam Ali as sibuk beribadah hingga waktu sahur. Karena telah tiba waktu shubuh, ia mendirikan shalat shubuh sendirian lalu ia istirahat. Rasulullah Saw tidak melihat Imam Ali as dalam shalat shubuh berjamaah. Oleh karena itu beliau pergi ke rumahnya. Sayidah Fathimah sa berbicara soal keterjagaan Imam Ali as semalam yang membuatnya tidak hadir di masjid. Rasulullah Saw bersabda, “Pahala yang hilang dari Ali as karena tidak ikut serta dalam shalat shubuh berjamaah lebih besar daripada pahala ibadah sepanjang malam.”
“Bagiku shalat shubuh berjamaah lebih aku cintai daripada terjaga di malam hari untuk beribadah hingga waktu shubuh,” tambah Rasulullah.
Mengingat keutamaan dan ganjaran shalat berjamaah, terlebih lagi ketika yang berjamaah lebih dari sepuluh orang, maka jika seluruh langit adalah kertas, lautan-lautan adalah tinta dan pohon-pohon sebagai pena serta para malaikat menuliskan pahala satu rakaat shalat berjamaah, mereka tidak akan mampu untuk menulisnya. Shalat jamaah di akhir waktu lebih baik dari shalat sendiri di awal waktu.
Shalat jamaah dapat menghilangkan segala kebencian dan kekeruhan serta buruk sangka. Ia juga dapat meningkatkan pengetahuan, penghambaan serta kekhusukan pada mereka yang ikut serta dalam shalat berjamaah.
2.Pengaruh sosial shalatberjamaah
Shalat jamaah adalah langkah awal menyatukan barisan, mendekatkan hati serta menguatkan jiwa persaudaraan. Kehadiran dalam pertemuan tanpa sebuah formalitas dan sebaik-baiknya cara untuk saling mengenal.
Shalat jamaah adalah sebaik-baiknya, sebanyak-banyaknya, sebersih-bersihnya dan semurah-murahnya modal bersosial di dunia ini. Pertemuan, perhatian atas masalah dan kebutuhan satu sama lain dan saling kerjasama antar individu umat Islam. Pada masyarakat yang seperti ini, tidak ada jalan bagi kemunafikan, kebencian, pesimisme serta ketidakpuasan dan begitu pula perbedaan status sosial. Dengan kecintaan dan kelembutan, memberikan rasa persaudaraan dan penyetaraan bagi dua tempat ini.
3.Pengaruh politik shalat berjamaah
Shalat jamaah menunjukkan kekuatan kaum Muslimin, menyelaraskan hati serta meluruskan barisan. Shalat jamaah juga dapat menghilangkan perpecahan dan memberikan rasa takut di hati para musuh, membuat kaum munafik putus asa dan sebagai duri bagi mata orang-orang yang menginginkan kejahatan. Shalat jamaah adalah pertunjukkan dalam pentas serta hubungan antara imam dan umat.
4.Pengaruh moral dan pendidikan shalat jamaah
Dalam shalat jamaah orang-orang berada dalam satu barisan. Keistimewaan-keistimewaan yang terdiri atas ras, bahasa, kekayaan dan lain-lain tersisihkan. Akan tumbuh rasa keintiman dan rasa pertemanan dalam hati. Orang-orang beriman dengan bertemu satu sama lain dalam barisan ibadah akan merasakan kepercayaan, kekuatan dan harapan.
Shalat jamaah adalah faktor keteraturan dan kedisiplinan, menyatukan barisan dan mengetahui waktu. Shalat jamaah akan melenyapkan jiwa individualime dan keterasingan. Shalat jamaah adalah peperangan dengan kesombongan dan keegoisan.
Shalat jamaah mengajarkan untuk menyatukan ucapan, arah dan tujuan dengan imam. Oleh karena itu, seorang imam haruslah orang yang paling bertakwa dan paling layak. Ini adalah jenis pendidikan dan pemberi inspirasi ilmu pengetahuan, ketakwaan dan keadilan.
Shalat jamaah dapat menghilangkan segala kebencian dan kekeruhan serta buruk sangka. Ia juga dapat meningkatkan pengetahuan, penghambaan serta kekhusyukan pada mereka yang ikut serta dalam shalat berjamaah.
Mengingat seluruh pengaruh positif terkait shalat berjamaah, umat Islam diwasiatkan agar melakukannya. Imam Muhammad Bagir as berkata, “Barangsiapa yang meninggalkan shalat berjamaah karena keengganannya dan tanpa sebuah alasan maka tidak ada shalat baginya.”
5.Dampak positif shalat berjamaah dalam aktifitas pekerjaan
Shalat berjamaah dapat menambah keintiman antara karyawan dan atasan. Dan ia menjadikan antara keduanya sehati dan serasi. Persahabatan dan keintiman ini sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan persiapan dan kemajuan aktifitas pekerjaan.
Ada beberapa keuntungan shalat berjamaah dalam aktifitas pekerjaan:
Partisipasi dan Kerjasama
Partisipasi membentuk inti dan dasar shalat jamaah. Hubungan jiwa secara menyeluruh dalam pekerjaan dan partisipasi secara menyeluruh dalam segala urusan adalah sebagian dari pengaruh shalat berjamaah. Shalat berjamaah memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses menuju perbaikan dan perkembangan program kerja.
Sekecilapapun gerakan yang menunjukkan partisipasi dalam kesedihan dan kebahagiaan orang lain sebagai tanda kemanusiaanterhitung kebaikan dalam islam. Oleh karena itu, partisipasi dalam pekerjaan dan memiliki jiwa kerjasama serta kolaborasi dalam segala hal adalah poin yang harus diperhatikan. Ruh dan jiwa shalat berjamaah akan merasuk ke dalam tubuh para jamaah serta akan mengantarkan mereka menuju kesuksesan dan keberhasilan dalam pekerjaan.
Keikutsertaan dalam kesedihan dan kegembiraan serta kesulitan dan kemudahan orang lain baik untuk semua. Namun akan lebih baik jika yang ikut serta adalah atasan dan bahkan ada kalanya belasungkawa dan bantuan ini wajib bagi atasan sebagaimana yang kita saksikan dalam cara yang dilakukan pemimpin orang-orang bertakwa Imam Ali as.
Islam memandang salah satu bukti masyarakat yang berkembang dan masyarakat yang bersosial adalah masyarakat yang saling bersimpati dan saling membantu. Islam pertama kali menginginkan ini dari para atasan karena sebagaimana ungkapan Imam Ali as yang mengatakan bahwa perbuatan ini memiliki dua pengaruh, salah satunya adalah sumber ketenangan jiwa orang miskin dan bawahan dan pengaruh yang lainnya adalah penyebab tercegahnya pemberontakan orang zalim, orang kaya, atasan dan direktur.
Shalatber jamaah adalah kristalisasi dari upaya kolektif untuk mencapai keberhasilan. Salah satu segi keikutsertaan yang paling penting dan paling berharga adalah selain mendorong pekerja untuk usaha yang maksimal juga inovasi, kreativitas dan rasa ingin membangun akan lebih berkembang.
Dalam kondisi tertentu, para karyawan akan merasa bahwa atasan merupakan teman bertukar pikiran dan sahabat yang dekat dengan mereka. Mereka saling bahu membahu dan kerjasama dalam usaha mereka. Hasil riset dan pengalaman para peneliti membuktikan bahwa partisipasi semacam ini akan menambah efisiensi, meningkatnya kualitas, mengurangi konflik, mengurangi resistensi negatif dan meningkatkan produktivitas masyarakat.
Jika atasan sehati dan serentak dengan bawahannya dan ia membayangkan dirinya dalam situasi pemikiran, pekerjaan dan ekonomi maka hasil pekerjaan secara subtansial akan bertambah.
Musyawarah
Satu lagi dari manfaat shalat berjamaah adalah musyawarah. Musyawarah adalah mendapatkan bantuan dari pikiran dan pengalaman orang lain. musyawarah ini selain dapat menyebabkan meningkatnya kekuatan, dapat juga menyebabkan tumbuh kembangnya talenta serta meningkatnya potensi manusia dan pada akhirnya akan menyebabkan terbukanya jalan baru.
Musyawarah adalah duduk bersama antara para atasan dan para karyawan. Dengan demikian, akan meningkatkan kekuatan, keluasan dan kedalaman wawasan serta kinerjanya. Musyawarah akan menunjukkan kesalahan-kesalahan kepada manusia. Ini adalah uji coba dimana dengan cara ini dapat merealisasikan kekuatan pikiran, akurasi dan belas kasih para atasan dan para karyawan.
Shalat berjamaah merupakan suatu proses dimana para jamaah memberikan pengaruh dalam mengatur program, menentukan kebijakan-kebijakan serta rencana yang berbeda kepada satu sama lain. Shalat berjamaah akan melenyapkan jiwa individualis dan sifat ujub yang dapat menyebabkan keterbelakangan dalam pekerjaan serta kehancuran dan kesengsaraan.
Seyogianya shalat didirikan dengan berjamaah. Shalat berjamaah didirikan oleh rakyat, untuk rakyat dan dari rakyat. Tanpa ada keistimewaan apapun antara mereka baik dalam ras, iklim maupun kondisi ekonomi.
Shalat berjamaah dapat meningkatkan tolak ukur penerimaan dan popularitas antara atasan dan karyawan. Shalat jamaah berperan sebagai peranan kunci dan penting dalam mewujudkan suasana “membangun kepercayaan”.
Shalat berjamaah dapat menambah keintiman antara karyawan dan atasan. Dan ia menjadikan antara keduanya sehati dan serasi. Persahabatan dan keintiman ini sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan persiapan dan kemajuan aktifitas pekerjaan.
Shalat berjamaah membersihkan semangat kemunafikan dan bermuka dua yang muncul dari perbedaan antara perkataan dan perbuatan. Justru ia akan memberikan benih persahabatan dan kecintaan. Dari sisi masalah psikologi juga shalat jamaah amat penting. Motivasi duniawi para karyawan dan atasan akan berubah menjadi motivasi ukhrawi. Kecemasan dan ketidakamanan dalam sebuah kelompok masyarakat akan menjauh. Shalat jamaah akan memberikan jiwa ketaatan yang mana ini adalah bagian dari rukun shalat berjamaah.
Keteraturan dan Pendidikan
Pengaruh lain dari shalat berjamaah adalah keteraturan dan pendidikan yang bersembunyi di jantung shalat jamaah. Keteraturan dan pendidikan dalam pekerjaan serta memiliki pengaturan yang baik dapat memperoleh tujuan dan hasil dengan cepat dan memiliki peran yang efektif dalam pengaturan segala perkara.
Kesimpulan yang bisa diambil dari pemaparan-pemaparan tentang manfaat-manfaat salat jamaah adalah bahwa seyogianya shalat didirikan dengan berjamaah. Shalat berjamaah didirikan oleh rakyat, untuk rakyat dan dari rakyat. Tanpa ada keistimewaan apapun antara mereka baik dalam ras, iklim maupun kondisi ekonomi.
Ulama Sunni yang Tak Anti Maulid Nabi Saw
Umumnya, seseorang akan berbahagia saat menyambut kelahiran manusia ke dunia. Hal ini tak terikat dengan keyakinan seseorang. Siapa pun mereka, akan bahagia menyambut kelahiran sosok manusia. Artinya, kebahagiaan atas kelahiran manusia adalah perihal yang wajar dan lumrah, yang hampir ada di setiap diri kita.
Kalau kelahiran manusia biasa saja kita turut berbahagia, lalu bagaimana dengan kelahiran sosok manusia agung sekaliber Nabi Muhammad Saw. Tentu, kita sebagai umatnya, secara fitrah akan berbahagia atas kelahirannya ke dunia ini. Dan kebahagian itu biasanya kita curahkan dalam bentuk puji-pujian untuknya.
Namun, sebagian ulama, terutama ulama Wahabi membid’ahkan perbuatan itu. Mereka melarang perayaan maulid nabi tersebut dengan alasan tidak tercantum di dalam syariat Islam. Meski begitu, di sisi lain, tak sedikit para ulama yang membolehkan memperingati maulid nabi. Bahkan mereka meyakini keutamaannya, seperti yang diutarakan oleh Syekh Ali Jumu’ah.
Senada dengan pemikiran Mufti Mesir tersebut, Syamsudin Al-Jazari, ulama besar Sunni juga membolehkan hal yang sama. Pernyataan itu ia tuangkan di dalam kitabnya yang berjudul ‘Arfu Ta’rif bi Maulid As-Syarif.
وقد بلغنا عن النبی نکتة: إذا کان أبو لهب الکافر الذی نزل القرآن بذمه جوزی فی النار بفرحه لیلة مولد النبی، فما حال المسلم الموحد من أمة محمد [الذی] یُسَرُّ بمولده ویبذل ما تصل إلیه قدرته فی محبته، لعمری إنما یکون جزاؤه من الله الکریم أن یدخله بفضله جنات النعیم.
Telah sampai pesan dari nabi ke kita, jika Abu Lahab yang kafir, yang sudah dikecam di dalam Al-Quran saja, lantaran bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad, ia mendapatkan pahala, lalu bagaimana dengan seorang Muslim yang bertauhid dari umatnya yang juga bergembira atas kelahirannya, dan dengan kekuatannya, meraka melakukan itu (peringatan maulid nabi) di atas kecintaannya kepada Baginda Nabi Saw?
Aku bersaksi atas jiwaku bahwa dengan keutamaan-Nya, Allah akan memberikan pahala baginya (Muslim) dengan cara memasukkannya ke dalam surga.[1]
Dari ungkapan ulama tersebut makin memantapkan hati kita, bahwa memperingati maulid nabi merupakan perihal yang memiliki keutamaan yang luar biasa di sisi Allah, apalagi dibarengi dengan kecintaan kepada baginda Nabi Saw, dan semangat untuk terus meneladani jejak kehidupannya.
[1] ‘Arfu Ta’rif bi Maulid As-Syarif, Syamsudin Al-Jazari, hal. 22, penerbit: Darul Hadis al-Kitaniah.
Syariat Dan Akhlak Untuk Membentuk Keluarga Islami
Setiap rumah tangga merupakan salah satu unsur pembentuk struktur masyarakat. Ketika keluarga itu sehat, ketika mereka berperilaku baik, maka struktur masyarakat yaitu keadaan masyarakat juga akan sehat.
Untuk menuju kepada kondisi itu, maka kita harus komitmen terhadap adab dan hukum agama yang sudah ditentukan untuk rumah tangga. Segala sesuatu yang menyebabkan terjaganya ikatan dan lembaga rumah tangga baru ini, maka itu baik dan diridai Allah. Untuk menempuh jalan yang lurus, maka sudah selayaknyalah kita menjaga aturan-aturan syariat dan menganggap penting akhlak rumah tangga yang sudah ditentukan oleh syariat. Rumah tangga adalah tempat ketenangan manusia. Tidak seorang manusiapun akan mencicipi rasanya kehidupan dan rasanya kehidupan manusia yang hakiki tanpa memiliki sebuah rumah tangga yang tenang dan nyaman. Setiap rumah tangga merupakan sebuah tempat untuk tumbuh kembang bagi beberapa manusia. Himpunan rumah tangga akan menumbuhkan dan mengembangkan kumpulan manusia.
Manusia diciptakan sedemikian rupa oleh Allah, pertama, sebagai makhluk yang harus belajar. Kedua, dalam lingkungan hidup ayah dan ibu, dengan kasih sayang dengan keakraban dengan kejelian, dari sisi kejiwaan tidak akan memiliki kekurangan bila tumbuh dengan baik. Bila ia keluar dari lingkungan keluarganya sejak awal masa kanak-kanak, maka ia tidak akan tumbuh berkembang sebagaimana seharusnya. Inilah ciri khas manusia.
Oleh karena itulah Allah menetapkan kasih sayang di hati ayah dan ibu. Dengan kasih sayanglah anak manusia tumbuh berkembang. Kasih sayang ini merupakan salah satu tabiat manusia. Oleh karena itulah setiap anak memiliki hubungan kasih sayang dengan ayah dan ibunya. Ayah dan ibu juga memiliki kasih sayang kepada kalian, sebagaimana kalian memiliki kasih sayang kepada anak-anak. Anak juga akan memiliki kasih sayang kepada anak-anaknya. Dan pernikahan memiliki ciri khas seperti ini yakni membentuk lingkungan rumah tangga.
Jadikanlah Cinta Allah Sebagai Dasar Kita Beraktivitas
Hendaknya kita sebagai muslim ketika menjalankan aktivitas pribadi maupun sosial itu berdasarkan kecintaan pada Allah swt. Untuk lebih jelasnya mari kita saksikan soal jawab di bawah ini.
Suatu hari ada yang bertanya pada seorang Ustadz mengenai aktivitas sehari-harinya.
“Jika semua kegiatan dan hubungan pribadi, sosial, juga budaya dalam kehidupan saya didasari oleh keuntungan pribadi diri sendiri yakni strategi saya 100% hanya untuk mencari keuntungan, manfaat, dan hidup secara sudut pandang materi. Kemudian ketika saya pergi ke suatu tempat atau berteman dengan seseorang, atau memberikan keuntungan untuk orang lain yang mana memberi keuntungan juga untuk saya, dan pekerjaan yang jika tidak ada untungnya untuk saya maka saya tidak akan melakukannya.”
Pertanyaannya apakah saya harus menjalankan setiap kegiatan dan hubungan baik sosial maupun keluarga saya dengan dasar Ilahi dan niat yang tulus?
Kemudian sang Ustadz menjawab;
“Sebaiknya seorang mukmin mempunyai tujuan kemaslahatan yang lebih mulia dari tujuan yang kamu ucapkan tadi. Sehingga hubungan yang kamu jalin dengan mukmin lainnya adalah berdasarkan kecintaan pada Allah swt.”
“Ada hadits dari cucunda baginda Nabi Muhammad saw, Imam Shadiq ra mengatakan siapa saja yang berteman berdasarkan cinta pada Allah swt dan mempunyai musuh berdasarkan Allah dan juga memberi serta menahan di jalan Allah swt maka imannya itu sempurna.”
Jika Benar Rezeki telah Dibagikan Tuhan, Kenapa Ada yang Kelaparan?
“Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberikan rezeki kepadanya.” (QS. Hud: 6)
Sebuah pertanyaan timbul setelah memerhatikan ayat di atas. Mengapa di dunia saat ini dan juga di sepanjang sejarah masih juga terdapat sekelompok manusia yang meninggal karena kelaparan? Apakah ini berarti bahwa rezeki mereka belum terjamin?
Dalam menjawab pertanyaan ini, kita harus memerhatikan poin-poin berikut ini:
Pertama, jaminan terhadap rezeki bukan berarti bahwa rezeki tersebut telah diantarkan di depan pintu-pintu rumah atau dihaluskan lalu disuapkan ke dalam mulut manusia yang berakal dan mempunyai kecerdasan. Akan tetapi, yang dimaksud dengan rezeki adalah tersedianya lahan di mana usaha manusia menjadi syarat bagi terwujudnya rezeki dan lahan itu terbuka.
Bahkan ketika Sayyidah Maryam hendak melahirkan si mungil Isa a.s. di tengah gurun yang gersang. Di tengah terik membakar, dalam keadaan yang begitu susah, Allah Swt memanifestasikan rezekinya dalam bentuk setangkai kurma muda yang masih bergantung di pohonnya. Allah memerintahkan kepadanya dengan firman-Nya: “Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu.” (QS. Maryam: 25)
Kedua, adanya manusia serakah yang senantiasa merampas hak-hak orang lain dan mengambil apa yang telah menjadi rezeki orang lain secara kejam dan sewenang-wenang. Dengan kata lain, selain persoalan usaha dan upaya, wujudnya keadilan dalam komunitas masyarakat pun menjadi syarat bagi terwujudnya pembagian rezeki secara adil.
Apabila mereka menanyakan: “Mengapa Allah tidak menghalangi kezaliman para pembuat kerusakan ini?”
Sebagai jawaban, kami akan menegaskan bahwa prinsip kehidupan manusia terletak pada kebebasan berkehendak sehingga ia mendapatkan ujian, bukannya pemaksaan. Karena apabila tidak demikian, maka tidak akan pernah terwujud apa yang dinamakan sebagai kesempurnaan.
Tidak seharusnya kita melupakan bahwa dataran-dataran yang ada di bumi Afrika yang kebanyakan penduduknya mati karena kelaparan, pada kenyataannya, sebagian dari negara-negara tersebut merupakan daerah yang paling kaya di seluruh dunia. Akan tetapi, faktor-faktor perusak yang membuat rezeki itu terhalang dan membuat kehidupan mereka menjadi kelam sebagaimana yang terlihat saat ini.
Ketiga, terdapat begitu banyak sumber pangan untuk manusia di bumi ini yang bisa ditemukan dan dimanfaatkan dengan menggunakan otak dan ketelatenan. Apabila manusia menyepelekan persoalan ini, maka ini karena kesalahan manusia sendiri.
Amalan Dari Hadits untuk Pasangan Halal Yang Belum Mendapatkan Anak
Mempunyai seorang anak adalah keinginan para pasangan suami istri yang telah berumah tangga. Hanya saja mungkin sebagian dari pasangan mereka yang telah berumah tangga mempunyai anak adalah hanya sebuah keinginan belaka.
Bagi pasangan yang normal mungkin ketika berumah tangga pastinya menginginkan untuk mendapatkan anak dan buah hati. Sehingga keluarga mereka menjadi lengkap.
Namun untuk sebagian pasangan suami istri memiliki anak hanya sebuah impian. Mereka belum mendapatkan buah hati.
Janganlah putus asa. Tetaplah berdoa dan berusaha. Mungkin Allah swt masih belum menganugerahi kalian seorang anak sekarang tapi insyaAllah di kemudian hari Allah akan memberikan kalian anak-anak yang saleh serta salehah.
Dalam artikel ini, kami akan memberikan sebuah hadits yang muatannya membahas bagaimana amalan yang harus dikerjakan sebagai orangtua supaya dianugerahi anak.
Seseorang datang menghampiri cucunda baginda Nabi Muhammad saw, Imam Muhammad al-Baqir ra kemudian berkata, “Aku tidak mempunyai anak. Tolong ajarkan aku (amalan) sehingga aku bisa memiliki anak.”
Kemudian Imam berkata, “Beristigfarlah sebanyak 100 kali setiap hari atau malam hari.” (Biharul Anwar, jil 15, hal 108)
Dalam hadits ini dikatakan bahwa jika ingin dikarunia anak maka salah satu ikhtiarnya adalah dengan membaca istighfar sebanyak 100 kali di siang hari atau malam hari.
Ini hanya sebuah usaha. Jika disertai dengan niat yang ikhlas dan juga doa serta usaha yang lainnya, insyaAllah Allah akan segera mengabulkan keinginan kalian.
Kemudian Imam menjawab, “Beristighfarlah sebanyak 100 kali setiap hari atau setiap malam.



























