کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 59-64
Ayat ke 59-60
Artinya:
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
Sekelompok umat Kristen kota Madinah mendatangi Rasul. Mereka terlibat dialog dengan Rasul Saw. Dalam dialognya itu, mereka berasalan bahwa kelahiran Nabi Isa tanpa ayah, sebagai bukti Isa adalah anak Tuhan. Ayat ini diturunkan untuk menjawab mereka bahwa kelahiran seorang anak tanpa ayah, tidak dapat dijadikan alasan sebagai bukti bahwa anak itu adalah Tuhan. Penciptaan Adam as adalah lebih dasyhat dari itu. Karena ia tidak punya ayah dan juga ibu, lalu mengapa kalian tidak menyebutnya Tuhan atau anak Tuhan?
Ketika itu, Allah menjelaskan kepada Rasul dan Muslimin lainnya, "Ucapan yang benar dan langgeng adalah ucapan Allah yang mengetahui segala hakikat alam dengan sempurna. Berbeda dengan perkataan manusia yang adakalanya berdasarkan hawa nafsu, kebodohan atau fanatisme. Oleh karenanya, dengarkan dan patuhilah ucapan Allah dan jangan keraguan-keraguan yang dibuat oleh makhluk membuat anda ragu terhadap kalam ilahi.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mukjizat yang terjadi dalam penciptaan para nabi atau dilakukan oleh mereka menunjukkan kekuasaan Tuhan, bukannya mereka itu Tuhan.
2. Hakikat dan kebenaran hanya dapat dijumpai dalam peraturan Tuhan. Jika kita mencari kebenaran, maka hendaklah kita mengikuti peraturan Tuhan.
Ayat ke 61
Artinya:
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta."
Dalam sejarah disebutkan pada tahun kesepuluh hijriah, Rasul Saw mengutus satu tim ke Madinah dengan misi menyampaikan Islam ke daerah Najran. Mereka berdialog mengenai Isa as dan tak bersedia menerima kebenaran, sehingga Tuhan memerintahkan Rasulullah Saw untuk melakukan mubahalah (sumpah). Oleh karena itu, Rasul berkata kepada kumpulan Kristen itu, "Kalian bawalah anak-anak, wanita-wanita dan kerabat kalian, kamipun akan membawa anak-anak serta wanita-wanita dan kerabat kami, lalu kita berkumpul di suatu tempat, bersimpuh dan bermunajat ke hadirat Tuhan, kita minta darinya, siapa di antara kita yang sesat, hendaknya dijauhkan dari rahmat-Nya dan dikenakan siksa atau hukuman.
Kaum Kristen Najran yang mendengar usulan ini meminta waktu untuk bermusyawarah tentang tawaran ini. Para pemuka dan tokoh Kristen berkata, "Terimalah usulan itu, namun jika kalian saksikan nanti Muhammad tidak membawa orang-orang banyak, melainkan disertai beberapa orang saja dari orang-orang yang dicintainya, maka jangan diteruskan dan berkompromilah dengan Muhammad."
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kelompok Kristen melihat Rasul hanya membawa empat orang; putrinya Fatimah as, menantunya Ali Bin Abi Thalib, dan dua cucunya al-Hasan dan al-Husein as. Salah seorang dari mereka berkata, "Aku menyaksikan wajah-wajah yang apabila mengangkat tangan berdoa, gunung akan tercabut dan jika mereka mengutuk kami, maka tak seorangpun dari kami yang akan selamat, dari itulah, kami mundur dari mubahalah."
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pertanyaan harus dijawab dengan argumentasi dan logis, namun mereka yang keras kepala dan membangkang tidak akan punya jawaban melainkan kemurkaan dan laknat. Orang-orang yang selalu mencari alasan, artinya mereka sedang menunggu hukuman Tuhan.
2. Jika kita meyakini agama Allah, maka kita harus berdiri tegak dan hendaknya kita ketahui bahwa pihak musuh akan mundur karena kebatilannya.
3. Ahlul Bait Rasul tak ubahnya seperti beliau, doa mereka mustajab. Rasul dengan amalannya mengenalkan Hasan dan Husein sebagai anak-anaknya dan Ali Bin Abi Thalib sebagai dirinya.
4. Meminta bantuan dari gaib saatnya adalah setelah memanfaatkan potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan normal. Rasul pada awalnya melakukan tabligh dan dialog, dan baru setelah itu memasuki tahap doa dan mubahalah.
Ayat ke 62-63
Artinya:
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.
Setelah kejadian mubahalah, Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya, "Apa yang telah Kami turunkan berkenaan dengan Isa al-Masih kepadamu merupakan kisah benar kehidupan beliau yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Dan apa yang dikira oleh masyarakat bahwasanya beliau adalah anak Allah, tidak lebih dari sekedar kebohongan. Karena Tuhan adalah satu dan tidak ada sesembahan selain-Nya. Maka orang yang menolak kebenaran, hendaklah mengetahui bahwa Tuhan mengetahui perbuatan mereka dan berkuasa untuk menghukum mereka.
Pada prinsipnya, kisah-kisah yang populer di kalangan masyarakat tidaklah keluar dari dua keadaan. Boleh jadi roman dan cerita fiktif yang sama sekali tidak benar dan produk imajinasi seorang penulis cerita atau ditulis berdasarkan sejarah kaum-kaum silam, namun kebenaran dan kebohongan telah diaduk dan telah dimasuki khurafat.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sekiranya al-Quran tidak ada, niscaya sosok Isa al-Masih dan banyak lagi nabi serta kaum terdahulu tidak jelas bagi kita.
2. Menentang kebenaran merupakan contoh dari kerusakan yang menyeret seseorang dan juga masyarakat kepada kesesatan.
3. Jika kita perhatikan, semua tindak-tanduk kita diawasi oleh Tuhan , maka hendaknya kita waspada akan tindak-tanduk kita sendiri.
Ayat ke 64
Artinya:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Al-Quran dalam ayat-ayat sebelumnya, pada tahap awal mengajak kaum Kristen untuk menerima Islam berdasarkan argumentasi dan logika. Namun karena mereka menolak, mereka ditantang mubahalah, tetapi mereka tidak bersedia. Dalam ayat ini, Allah Swt berfirman kepada Rasul-Nya, "Katakanlah kepada mereka, jika mereka tidak bersedia menerima Islam, paling tidak datanglah dan kita bersatu atas dasar ideologi dan pemikiran yang sama antara satu dengan lain dan kita tegak berdiri di hadapan syirik dan kekufuran. Meskipun kalian meyakini Trinitas, namun di dalamnya, kalian tidak menyaksikan adanya perbedaan dengan tauhid, dari itulah, kalian meyakini keesaan atau kesatuan dalam tatslist(tiga), maka datanglah, kita temukan persatuan atas tauhid sebagai satu dasar kolektif dan kita murnikan hal itu dari penafsiran-penafsiran yang salah yang hasilnya adalah kesyirikan.
Sebagian cendikiawan Kristen menukar halal dan haram dari pikirannya sendiri, padahal perbuatan ini hanyalah hak Allah. Oleh karenanya al-Quran menyebutkan, "Janganlah kalian mengikuti orang-orang semacam ini, dimana mereka memandang diri mereka sebagai sekutu Allah dalam menetapkan peraturan."
Akhir atau penutupan ayat ditujukan kepada Muslimin, Allah Swt berfirman, "Jika kalian menyeru Ahlul Kitab untuk bersatu, namun mereka membantah, maka janganlah kalian ngeri dan lemah untuk melanjutkan jalan itu dan nyatakanlah dengan tegas, bahwa kami hanya tunduk kepada Allah, berpalingnya kalian dari agama sama sekali tidak ada pengaruhnya kepada Kami.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Quran mengajak kita kepada persatuan dengan Ahlul Kitab dengan memandang sisi kesamaan. Maka setiap perbedaan yang memecahbelah di kalangan Muslimin, adalah suatu hal yang bertentangan dengan al-Quran dan Islam.
2. Semua manusia adalah setara dengan lainnya dan tak seorangpun yang berhak menguasai lainnya, melainkan dengan perintah Tuhan.
3. Kaum Muslimin harus mengajak kaum Kristen agar masuk Islam dan kalau mereka tidak dapat mencapai semua tujuan di jalan ini, hendaknya mereka tidak berputus asa dalam usaha untuk menggapai sebagian dari tujuan itu.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 50-58
Ayat ke 50-51
Artinya:
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (3: 50)
Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (3: 51)
Dengan memperhatikan bahwa nabi Musa merupakan Nabi Bani Israil dan membawa Taurat sebagai kitab samawi untuk mereka. Dalam ayat ini, Nabi Isa menyatakan kepada masyarakat bahwa aku juga utusan Tuhannya Musa dan aku juga mempercayai kitab-Nya. Aku akan mencabut sebagian perintah Taurat yang telah ditetapkan sebagai hukuman dan sanksi atas dosa-dosa kalian, akan tetapi dengan syarat kalian bertakwa dan mengikuti agamaku yang merupakan agama Tuhan.
Kemudian Nabi Isa memperkenalkan dirinya sebagai hamba Tuhan dan berkata: "Allah Swt adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka kita semua harus menyembah-Nya dan melangkah di jalan yang lurus dan pertengahan.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para utusan Allah, kesemuanya saling menerima kenabian dan kerasulan antara satu dengan lainnya. Setiap nabi membenarkan kitab dan agama nabi sebelumnya dan meyakininya.
2. Pengutusan para nabi merupakan peristiwa ilahi di sepanjang sejarah, bukannya suatu ledakan di suatu tempat atau masa tertentu.
3. Para nabi sebagaimana halnya memiliki wilayah natural dan kekuasaan untuk menguasai alam semesta, juga memiliki wilayah kreasi (syariat) dan menetapkan undang-undang. Walaupun demikian, kedua perkara itu harus dengan izin Tuhan.
Ayat 52-53
Artinya:
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (3: 52)
Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (3: 53)
Dengan semua tanda-tanda yang telah disaksikan oleh Bani Israil terkait kenabian Isa as, namun sebagian besar mereka tidak beriman. Sangat sedikit yang beriman dan mendukung beliau. Para pendukung Nabi Isa as ini oleh al-Quran disebut dengan nama Hawariy yang artinya golongan yang melepaskan jalan yang sesat dan bergabung dengan jalan kebenaran.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mengenali golongan yang Mukmin dan setia kepada agama serta mengorganisasi dan mengumpulkan mereka merupakan salah satu dari tugas para pemimpin agama.
2. Para nabi menghendaki rakyat untuk Tuhan bukan untuk diri mereka sendiri, sebagaimana Nabi Isa as berkata, "Siapakah para penolong agama Allah?"
3. Setelah iman, peringkat atau tahap selanjutnya adalah tahap pasrah atau taslim. Artinya orang yang beriman kepada Allah harus taat kepada perintah Allah.
Ayat ke 54-55
Artinya
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (3: 54)
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (3: 55)
Telah disebutkan sebelumnya tentang banyaknya mukjizat yang telah ditunjukkan oleh Nabi Isa as. Namun tetap saja sebagian orang kafir dan menolak ucapan-ucapan beliau. Ayat ini memberitakan konspirasi mereka untuk membunuh Nabi Isa as dan disebutkan bahwa para pemuka kaum kafir telah merekayasa untuk membunuh suara Nabi Allah ini serta menyusun strategi. Dalam usaha menangkap Nabi Isa as dan sahabatnya, mereka menyediakan hadiah yang besar dan mempersiapkan pendahuluan mengeksekusi Nabi Isa as.
Namun, Allah Swt menggagalkan rencana kotor mereka dan menyelamatkan Nabi Isa dengan kuasa-Nya. Menurut keyakinan kaum Kristen, kaum Yahudi telah menyalib Nabi Isa sampai beliau meninggal, dan kemudian, mereka mengkuburkan beliau. Pada waktu itu, Allah Swt membangkitkan Nabi Isa dan mengangkatnya ke langit. Tapi dari ayat-ayat al-Quran, khususnya ayat 157, surat an-Nisa', disimpulkan bahwa seorang yang menyerupai Nabi Isa as yang disalib dan dibunuh. Sementara Nabi Isa as dikeluarkan dari lingkungan kufur dan diangkat ke langit. Sebagaimana halnya Nabi Muhammad untuk waktu yang pendek melakukan perjalanan mikraj dan diberitahu tentang hal-hal yang terjadi di langit.
Selanjutnya ayat ini memberitakan kabar gembira bahwa pengikut Isa al-Masih senantiasa akan lebih unggul dari para pemungkir Nabi Isa. Hal ini telah jauh sebelumnya diramalkan oleh al-Quran pada 1400 tahun silam dan terjadi dewasa ini.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kehendak Tuhan di atas segala bentuk upaya dan kebijaksanaan manusia. Janganlah kita coba-coba membuat makar dan tipuan terhadap kehendak Tuhan.
2. Mengikuti jejak Nabi menyebabkan kemenangan dan keunggulan. Sebaliknya, kekafiran merupakan faktor kebinasaan dan kemusnahan.
Ayat ke 56-58
Artinya:
Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong. (3: 56)
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (3: 57)
Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Quran yang penuh hikmah. (3: 58)
Makar Bani Israel untuk membunuh Nabi Isa as telah menyebabkan Tuhan menjatuhi sanksi berat ke atas mereka. Berdasarkan riwayat -riwayat sejarah, kira-kira 40 tahun, salah seorang dari kaisar Romawi menguasai mereka dan ribuan dari mereka dibunuh ataupun ditawan dan bahkan sebagian dari tawanan itu dijadikan makanan binatang buas. Namun demikian, Tuhan tidak melakukan kezaliman kepada siapapun, dan hukuman-hukuman itu disebabkan perbuataan mereka sendiri. Kekafiran, keras kepala, dan permusuhan tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kehancuran. Sementara amal saleh, dan iman pasti akan diikuti oleh nikmat-nikmat duniawi dan ukhrawi.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Meskipun sunnah Allah Swt adalah menunda siksa atau pahala hingga Hari Kiamat, namun adakalanya siksa Allah diturunkan di dunia juga.
2. Di depan kemurkaan Tuhan, tidak satupun kekuatan yang dapat menghalanginya, maka sebaiknya kita memikirkan akibat perbuatan-perbuatan kita sendiri.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 45-49
Ayat ke 45
Artinya:
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
Sayidah Maryam adalah seorang gadis yang menjadi pelayat masjid dan melewatkan usianya dengan ibadah dan penghambaan kepada Allah Swt atas nazar ibunya. Makanannya dibawakan oleh para malaikat dan beliau memiliki kelayakan sehingga Allah menganugerahkan kepadanya seorang anak laki-laki yang nantinya punya posisi tinggi di sisi masyarakat.
Berbeda dengan keyakinan umat Kristen, al-Quran menilai Isa bukanlah Tuhan dan juga bukan anak Tuhan. Ia adalah putera Maryam dan makhluk Allah. Akan tetapi makhluk yang keberadaannya menjadi tanda kekuasaan dan keagungan penciptaan Tuhan. Oleh karenanya, Allah Swt mengenalkannya sebagai kalimat, sebagaimana dalam ayat 109, surat Kaf dan semua makhluk Tuhan dinamakan dengan kalimat-Nya.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Selain dengan para nabi, para malaikat juga berbicara dengan manusia-manusia saleh, baik laki-laki maupun wanita.
2. Walaupun Nabi Isa as dilahirkan tanpa ayah, namun bukanlah anak Tuhan tetapi anak Maryam karena ia melewati usia janin di rahim ibunya.
Ayat ke 46
Artinya:
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.
Sayidah Maryam tatkala mendengar berita akan dianugerahi seorang bayi, ia jatuh cemas bila masyarakat sekitar menuduhnya yang bukan-bukan. Semua itu karena beliau tidak bersuami. Oleh karenanya para malaikat berkata kepadanya, "Allah SWT guna membela kesucianmu, akan membuat bayi itu dapat berbicara dan bayi itu akan membantah semua tuduhan yang dilemparkan kepada ibunya. Bayi itu seperti halnya orang dewasa, sedemikian jelas dan indah berbicara sehingga semua menjadi takjub. Dalam penciptaannya begitu terlihat tangan-tangan mukjizat."
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janganlah kita ragu dengan kekuasaan Tuhan. Zat yang dapat menganugerahkan seorang anak kepada Maryam tanpa suami dapat membuat bayi yang ada dibuaian berbicara.
2. Jika ibu adalah seorang yang salehah, maka kesalehan dan kelayakan akan tampak pada diri anaknya juga.
Ayat ke 47
Artinya:
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun". Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.
Ketika mendapat kabar bahwa dirinya akan dianugerahkan seorang bayi, Sayidah Maryam bertanya-tanya, bagaimana mungkin ia dapat melahirkan seorang bayi, sementara ia tidak pernah disentuh seorang lelaki. Karena dunia tidak lepas dari hukum sebab akibat dan setiap makhluk memerlukan serangkaian penyebab.
Untuk menjawab pertanyaan ini, Allah Swt melalui para malaikat-Nya mengabarkan bahwa tatanan alam adalah ciptaan Tuhan dan tunduk pada perintah-Nya. Kekuasaan-Nya yang bijak sedemikian tingginya sehingga setiap saat Dia berkehendak, maka Dia dapat menciptakan makhluk apapun terlepas dari sebab-sebab alamiah.
Penutupan ayat menyingung soal penciptaan Tuhan secara global dan berfirman, "Setiap kali Tuhan menghendaki sesuatu, maka secara spontan, sesuatu itu akan terjadi tanpa memerlukan berlalunya masa sebagaimana proses biasanya. Persis seperti orang yang hendak menciptakan sesuatu dan dengan mengatakan, "Jadilah", maka hal itu terjadi." Tangan Allah dalam penciptaan begitu terbuka. Penciptaan melalui cara-cara sarana alamiah atau non alamiah untuk Tuhan tidaklah berbeda."
Ayat ke 48-49
Artinya:
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.
Pada ayat sebelum ini, telah disebutkan bahwa Nabi Isa as setelah kelahirannya berbicara dengan masyarakat saat beliau dalam keadaan bayi dan beliau membela kesucian ibunya. Pada ayat ini, disebutkan keistimewaan lain Nabi Isa as. Seorang nabi yang hendak menjadi pemimpin masyarakat harus memiliki sejumlah keistimewaan yang salah satunya adalah keluasan ilmu pengetahuannya. Maka dari itu, taklim atau pengajaran dan tarbiyah para nabi langsung ditangani Tuhan. Sehingga, pertama-tama, pengetahuan dan visi mereka harus jauh dari segala bentuk kesalahan. Kedua, selain dari ilmu-ilmu zahir yang ada di tangan masyarakat, para nabi juga mengetahui ilmu ghaib dan masa akan datang. Namun bukan berarti dengan memiliki ilmu pengetahuan, itu sudah mencukupi. Setiap nabi harus menunjukkan mukjizat guna membuktikan kenabiannya sehingga masyarakat mendengarkan ucapan-ucapannya dengan keyakinan yang mantap dan menerapkan perintah-perintahnya.
Meskipun keberadaan Nabi Isa as merupakan satu mukjizat, karena Sayidah Maryam telah mengandung Nabi Isa tanpa memiliki suami dan beliau sendiri pasca kelahirannya berbicara dengan masyarakat, namun Nabi Isa as yang telah diutus Tuhan untuk Bani Israil menunjukkan mukjizat kepada mereka agar kaumnya beriman kepada beliau. Di antara mukjizatnya ialah menciptakan burung dari tanah liat, menyembuhkan orang-orang sakit, menghidupkan orang yang telah mati dan memberitakan hal-hal yang bakal terjadi pada masa akan datang. Semua itu dengan izin Allah karena penciptaan makhluk ataupun ilmu ghaib adalah khusus milik Allah.
Adapun sebagian orang yang mempercayai Nabi Isa as, memandang Nabi Isa bukanlah manusia, bahkan di atas manusia. Lantaran Nabi Isa as menunjukkan berbagai mukjizat dan bentuk khusus kelahirannya, mereka menamai Nabi Isa sebagai anak Tuhan, padahal beliau adalah putra Maryam, bukannya anak Tuhan dan apa yang dilakukan oleh Nabi Isa adalah kekuasaan Tuhan, bukan kekuasaan Nabi Isa sendiri.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Auliya Allah dapat menguasai tatanan penciptaan dengan kekuasaan dan izin Tuhan serta melakukan perubahan di dalamnya.
2. Jika hamba-hamba Allah yang saleh dapat menghidupkan orang-orang yang telah mati di dunia, maka menghidupkan kembali orang-orang mati pada hari kiamat bukanlah satu pekerjaan yang sulit dan mustahil bagi Allah.
3. Mengenai auliya Allah, janganlah kita berlebihan meninggikan mereka sehingga kita anggap bukan manusia yang mana hal ini merupakan penyelewengan akidah.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 40-44
Ayat ke 40-41
Artinya
Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya". (3: 40)
Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari". (3: 41)
Walaupun Nabi Zakariya as meminta dari Allah agar memberikan kepadanya seorang anak, namun ia tetap terkejut saat Allah memberitakan kabar gembira bahwa tak lama lagi ia akan dikaruniai seorang anak. Karena isterinya mandul sejak usia muda dan sekarang usianya telah lanjut. Artinya, potensi untuk mengandung sudah tidak ada lagi.
Sejatinya ini hal yang biasa. Setiap manusia tatkala dihadapkan dengan suatu persoalan yang bertentangan dengan hukum alam, ia akan tenggelam dalam pemikiran dan sulit baginya menerima kenyatan itu. Karena ia merasa harus menyaksikannya dengan mata sendiri. Itulah mengapa Nabi Zakariya meminta kepada Allah agar menunjukkan sebagian dari kekuasaan-Nya kepadanya, sekaligus memberikan tanda-tandanya.
Lantaran mukjizat ilahi, Zakariya yang bertubuh kuat dan tak punya masalah dalam berbicara, jadi kehilangan kemampuan bicaranya selama tiga hari. Selama itu pula ia hanya dapat menyampaikan maksudnya hanya melalui gerakan bibir dan bahasa isyarat. Anehnya, setiap saat, ketika ia mengingat Tuhan, lisannya terbuka dan bertasbih.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kehendak Tuhan lebih utama dari segala sesuatu. Jika Dia berkehendak , ketuaan ayah dan kemandulan seorang ibu tidak dapat menjadi kendala bagi kelahiran seorang anak.
2. Allah Swt mampu melakukan segala perbuatan. Jika Dia berkehendak, lisan dapat berbicara dan jika Allah berkehendak lain, maka Dia tidak memberlakukan hukum ini.
Ayat ke 42-43
Artinya
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). (3: 42)
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'. (3: 43)
Kesuciaan, shalat dan ibadah tulus Maryam telah menyebabkan Tuhan memilihnya dan memberikan kedudukan dan derajat tinggi melebihi wanita-wanita lain. Kedudukannya sedemikian tingginya sehingga para malaikat berbicara langsung dengan beliau dan menyampaikan perintah-perintah Tuhan kepada beliau tanpa perantara sampai pada derajat, dimana seorang Nabi seperti Nabi Isa as lahir dari rahimnya dan dibesarkan di bawah asuhannya. Para malaikat berkata kepada Maryam, untuk mensyukuri inayah dan kemurahan Tuhan ini, sinambungkanlah kerendahan jiwa di depan Tuhan serta rukuk dan bersujudlah bersama dengan orang-orang yang mendirikan shalat jamaah.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt tidak mengutus seseorang tanpa alasan, melainkan pilihan Tuhan berdasarkan kelayakan dan kemampuan. Sayidah Maryam yang melewati sepanjang harinya dengan menghamba kepada Allah dengan tulus, ia layak mendapatkan kedudukan dan penghormatan.
2. Para malaikat juga berbicara dengan selain nabi (manusia biasa), tetapi dengan syarat orang yang bersangkutan layak untuk mendapat perlakuan istimewa ini. Kehadiran kaum wanita dalam shalat jamaah adalah terpuji, tetapi dengan syarat sebagaimana halnya Maryam.
Ayat ke 44
Artinya
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (3: 44)
Kaum musyrikin Mekah mengatakan bahwa al-Quran tidaklah lebih dari cerita fiktif dan Muhammad mempelajarinya dari para pembesar Yahudi ataupun membacanya di dalam kitab-kitab kaum terdahulu. Sebagai jawaban pernyataan ini, Allah Swt berfirman, "Banyak sekali dari kisah yang dibawakan oleh al-Quran adalah perkara gaib yang tidak seorangpun mengetahuinya. Rasulullah Saw mengetahui kabar gaib juga melalui wahyu. Misalnya kejadian nazar ibu Sayidah Maryam, tidak seorangpun yang tahu kecuali Alllah Swt. Atau tidak seorangpun tahu bagaimana Sayidah Maryam diasuh dan itu semua adalah berita gaib yang diwahyukan kepada Rasul Saw."
Mengenai pengasuhan Maryam, dalam ayat sebelum ini, telah dinyatakan bahwa ibu Sayidah Maryam telah bernazar bahwa anaknya itu akan dijadikan abdi Baitul Maqdis. Mereka bersaing untuk mengemban tugas mengasuh Sayidah Maryam. Karena ayah dan ibu Maryam adalah dari keluarga Bani Israil yang terhormat dan setiap orang ingin mendapatkan kebanggaan itu.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Quran adalah wahyu Tuhan, bukan cuplikan dari kitab lain ataupun menukil hafalan orang lain.
2. Persaingan haruslah dalam melaksanakan tugas spiritual dan suci bukannya dalam memperoleh kedudukan dan pangkat duniawi.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 35-39
Ayat ke 35-36
Artinya:
(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (3: 35)
Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk". (3: 36)
Melanjuti isyarat sebelumnya tentang keluarga Imran dalam ayat 33, ayat ini menjelaskan latar belakang kelahiran Sayidah Maryam dan Nabi Isaas. Kisah ini membuat surat ketiga dari al-Quran diberi nama Ali Imran.
Sebagaimana halnya dalam kitab sejarah dan tafsir disebutkan, Imran dan Zakariya dua orang Nabi dan tokoh terkemuka Bani Israil yang mengambil dua bersaudari sebagai isteri. Namun tak satupun yang melahirkan anak. Sampai suatu ketika, istri Imran bernazar, jika Tuhan memberikan anak kepada mereka, maka ia akan menjadikannya sebagai abdi Baitul Maqdis dan membebaskannya beribadah di jalan Tuhan. Permintaan dan hajatnya itu dikabulkan. Namun ketika putranya itu lahir dan ternyata perempuan, ia kemudian menjadi khawatir. Karena belum ada ceritanya, seorang gadis menjadi abdi Baitul Maqdis.
Al-Quran di sini mengingatkan, Allah Swt memberikan anak berdasarkan hikmah dan maslahat. Allah bahkan lebih bijaksana, untuk memberikan anak laki-laki atau wanita. Oleh karena itu, meskipun anak perempuan, namun lebih baik dari anak laki-laki yang diimpikan oleh ibunya dan memiliki kesempurnaan. Salah satudari perempuan sempurna itu dikemudian hari ternyata menjadi ibu Nabi Isa.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang berpikiran jauh sebelum kelahiran anaknya, telah berpikir untuk membimbing anaknya itu ke jalan kehidupan yang benar dan mewakafkannya dalam pengabdian agama dan masyarakat.
2. Pengabdian kepada masjid begitu bernilai sehingga manusia-manusia suci dalam sejarah menazarkan anak mereka untuk mengabdikan dirinya pada cita-cita suci.
3. Pilihlah nama-nama yang baik untuk anak-anak kalian. Istri Imran menamakan anaknya dengan Maryam yang berarti manusia ahli ibadah dan pengabdi.
4. Untuk pendidikan anak, janganlah kita bersandar hanya kepada usaha kita sendiri, melainkan harus disertai dengan doa agar Tuhan menjaganya dari gangguan dan perangkap Setan.
Ayat ke 37
Artinya:
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (3: 37)
Dalam tafsir ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa ibu Sayidah Maryam bernazar anaknya itu akan diabdikan kepada Baitul Maqdis. Oleh karenanya, ia berharap anaknya itu laki-laki, supaya nazarnya dapat diwujudkan. Namun Allah Swt mengilhamkan kepadanya bahwa anaknya itu sekalipun perempuan dapat diterima sebagai pengabdi Baitul Maqdis.
Ayah Maryam telah meninggal dunia sebelum kelahirannya. Oleh karena itu, setelah lahir, ibunya yang membawanya ke Baitul Maqdis. Kepada orang-orang Yahudi ia berkata, "Anak ini adalah hadiah dari Baitul Maqdis. Maka pengasuhannya harus dipikul oleh salah seorang dari kalian." Nabi Zakariya as akhirnya menerima pengasuhan anak itu.
Maryam dibesarkan dibawah asuhan Zakariya. Namun ketekunan ibadah Zakariya membuatnya terlupa untuk menyediakan makanan. Oleh karenanya, Tuhan mengirimkan makanan dari surga untuk Sayidah Maryam. Setiap kali Zakariya datang ke tempat ibadah Maryam, ia menyaksikan adanya makanan khusus terhidang di kamarnya.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jika pekerjaan diniatkan untuk Allah, maka Allah Swt akan memperluas dan mengembangkannya.
2. Wanitadapat maju mencapai kesempurnaan spiritual sehingga nabi Allah tertegun menyaksikannya.
3. Kalau kita menunaikan tugas dalam penyembahan Allah dengan baik, maka Tuhan akan melaksanakan tugas-Nya dalam menyampaikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya dengan baik.
Ayat ke 38-39
Artinya:
Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". (3: 38)
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh". (3: 39)
Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bagaimana Sayidah Maryam menjadi abdi Baitul Maqdis sebagai konsekuensi atas nazar ibunya. Ia melewati waktu-waktunya untuk beribadah dan sedemikian tenggelam dalam munajat, sehingga ia lupa makan. Namun setiap kali Nabi Zakariya as, pengasuhnya, masuk ke tempat peribadatannya, maka di sisi Maryam terdapat makanan dari langit.
Pada suatu kesempatan, ketika Zakariya melihatnya, ia begitu keheranansehingga meminta kepada Allah agar menganugerahkan kepada isterinya seorang anak yang beriman dan suci. Nabi Zakariya meminta seorang anak dari Allah seperti halnya ibu Maryam yang telah diberikan seorang anak suci, padahal ibu Maryam adalah mandul.
Permohonan Zakariya ini dikabulkan dan tatkala ia sibuk beribadah, malaikat turun kepadanya dan memberikan berita gembira kepadanya bahwa tak lama lagi, ia akan diberi seorang anak bernama Yahya. Seorang anak lelaki yang punya berbagai kelebihan.
Pertama, Nabi Yahya as akan mengimani nabi zamannya, padahal ia sendiri lebih tua dari Nabi Isa as. Di kalangan masyarakat Nabi Yahya as lebih dikenal dari Nabi Isa dengan kezuhudan dan kesucian. Perbuatannya mengimani Nabi Isa ini mendorong masyarakat untuk meyakini Nabi Isa as.
Kedua, dari sisi akhlak dan prilaku baik, ia dipandang oleh masyarakat sebagai sesepuh.
Ketiga, ia jauh dari hawa nafsu dan kecenderungan duniawi dan sama sekali tidak pernah terlumuri dengan dunia. Lebih penting dari itu beliau memiliki keistimewaan karena dipilih oleh Allah sebagai nabi dan dalam golongan orang-orang saleh dan pembaharu.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nilai seorang anak adalah pada kesalehan dan kesuciannya, bukan kelaminnya, laki-laki atau perempuan.
2. Tuhan semesta alam dalam kaitan ini memberikan Imran anak perempuan dan kepada Zakariya anak laki laki, namun keduanya adalah orang orang suci dalam lembaran sejarah.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 28-34
Ayat Ke 28-29
Artinya:
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu). (3: 28)
Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 29)
Ayat ini menjelaskan cara komunikasi dan hubungan Muslimin antara satu dengan lainnya dan juga antara mereka dengan kaum kafir. Hubungan seorang Mukmin dengan lain-lainnya haruslah berdasarkan iman. Karena ikatan ideologi lebih penting dari ikatan keluarga dan kaum, bahkan tanah leluhur. Oleh karenanya, semua Mukminin dari manapun asalnya haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk menguatkan hubungan antara satu dengan lainnya. Mereka harus mewujudkan persatuan dan solidaritas antara mereka agar orang-orang kafir tidak punya jalan untuk menguasai Muslimin.
Tapi bila kekafiran dan syirik mendominasi dan situasinya tidak memungkinkan untuk menunjukkan esensi kemusliman, maka seorang mukmin boleh melakukan taqiyyah. Artinya, bersikap untuk sementara waktu sebagai non muslim demi memelihara keselamatan dirinya dan juga komunitasnya, dengan syarat tetap meyakini akidahnya di dalam batin. Metode ini pada dasarnya demi menjaga agama. Oleh karenanya, dalam kasus-kasus di mana tiang agama dalam keadaan bahaya, maka semuanya harus dikorbankan demi keselamatannya dan tidak boleh takut kepada siapapun.
Hal ini persis keadaannya seperti Imam Husein as yang bangkit melawan Yazid, penguasa Bani Umayyah. Meskipun Imam Husein tahu bahwa dirinya dan juga para sahabatnya akan gugur dan keluarganya tertawan, namun karena agama sudah terancam musnah, maka beliau tetap melanjutkan perjuangan. Lanjutan ayat ini menyinggung bahwa jangan sampai karena alasan taqiyah, kalian tersedot ke barisan musuh dan menerima kepemimpinan mereka. Karena Tuhan mengetahui rahasia-rahasia batin anda dan Ia tahu dengan motivasi apa kalian menjalin hubungan dengan orang-orang kafir.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menerima segala sesuatu yang menyebabkan dominasi dan kekuasaan orang-orang kafir terhadap Mukminin, adalah haram hukumnya. Mukminin harus menguatkan posisinya, sehingga tidak tersisa jalan bagi musuh untuk mempengaruhi mereka.
2. Untuk selamat dari kejahatan orang-orang kafir, menyembunyikan akidah atau berkompromi dengan mereka adalah dibolehkan. Tapi dengan syarat taqiyyah itu tidak menyebabkan musnahnya dasar atau prinsip agama.
Ayat Ke 30
Artinya:
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (3: 30)
Ayat ini merupakan ancaman kepada seluruh orang Mukmin bahwa perbuatan kalian baik buruk maupun baik, tidak akan sirna di alam ini, melainkan tercatat dan tersimpan di sisi Tuhan dan para Malaikat. Pada Hari Kiamat seluruh amal perbuatan itu akan tergambar di depan mata kalian. Oleh karenanya, takutlah dari kemurkaan Tuhan dan jauhilah perbuatan buruk yang suatu waktu menjelma di sisi kalian. Bila itu terjadi kalian sendiri akan muak bau busuknya dan kalian berharap seandainya ada jarak yang jauh memisahkan kalian dan perbuatan kalian.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Banyak sekali amal perbuatan yang diminati oleh manusia di dunia, di hari kiamat nanti akan dibenci oleh kita. Untuk itu, sebaiknya kita juga memikirkan masa depan.
2. Tujuan atau alasan di balik ancaman-ancaman Tuhan adalah cinta kasih dan rahmat-Nya. Karena Tuhan menyayangi kita, maka Dia memperingatkan bahaya yang mengancam diri kita.
Ayat Ke 31-32
Artinya:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (3: 31)
Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (3: 32)
Salah satu dari penyakit agama adalah omong besar. Sebagian orang yang ahli ibadah dan bukan ahli amal, hanya mementingkan hati. Dengan berbagai alasan mereka menghindar dari perintah agama. Untuk menjustifikasi kelemahannya, mereka menyebut manusia harus mencintai Allah dengan hati, bukan dengan perbuatan. Karena perbuatan dan amalan lahiriah hanya akan menyebabkan riya.
Orang-orang yang merasa dirinya tercerahkan dan mengaku dirinya paling beragama, tidak menyadari bahwa mereka sedang menipu dirinya sendiri. Karena mengaku cinta kepada Tuhan tanpa taat kepada-Nya dan Rasul-Nya, tidak lebih dari omong kosong dan tak seorangpun yang dapat menerima pengakuan ini. Selain itu, kasih sayang dan rahmat Allah kepada kita tergantung pada ketaatan kita kepada-Nya. Orang akan dicintai oleh Allah, bilamana ia mentaati peraturan-peraturan-Nya. Allah akan mengampuni dosa-dosa-Nya yang terdahulu dan memasukkannya ke samudera rahmat-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia dapat sampai ke suatu derajat tinggi, bilamana keridhaan-Nya adalah keridhaan Tuhan dan mengikutinya sama dengan mengikuti Tuhan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat ini, mentaati Rasul identik dengan mentaati Tuhan.
2. Menyatakan kecintaan hati tidak akan ada artinya bila tidak disertai ibadah dan ketaatan secara praktis. Setiap pengakuan harus dibuktikan dengan perbuatan.
Sunnah rasul sama dengan firman Tuhan adalah hujjah bagi kita dan membangkang dari perintah-Nya sama dengan kekafiran.
Ayat Ke 33-34
Artinya:
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (3: 33)
(sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (3: 34)
Allah Swt punya banyak jalan untuk menyampaikan agamanya demi memberi petunjuk kepada umat manusia. Pemilihan dan pengutusan seorang nabi dapat dilihat dari dua aspek baik natural dan kreasi. Hal itu dilakukan agar masalah sampainya risalah kepada manusia berlangsung dengan baik. Tahap pertama Allah mengunggulkan penciptaaan sebagian manusia dari lainnya agar manusia sadar bahwa iman yang dimilikinya itu sendiri sebuah keistimewaan di banding orang lain yang tidak memilikinya.
Patut dicamkan bahwa keistimewaan ini tidak berarti pemaksaan agar manusia memilih jalan kebenaran. Karena siapa saja yang memilih jalan ini dengan keinginannya sendiri. Terlebih lagi berusaha di jalan ini untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat merupakan tugas dan beban yang lebih barat. Ayat ini menyinggung kesitimewaaan para Nabi, yaitu kelahiran dalam keluarga yang suci dan mengesakan Allah dan berkata, "Bukan hanya Nabi Ibrahim, melainkan mencakupi anak keturunannya, yaitu Nabi Musa dan Isa dan Muhamad adalah para pilihan Allah di bumi yang memikul tugas memberkan petunjuk dan tabligh.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia semuanya tidak berada dalam satu peringkat. Sesuai dengan hikmah-nya, Allah menjadikan sebagian sebagai teladan bagi manusia yang lain.
2. Warisan memainkan peran yang penting dalam memindahkan keistimewaaan dan kesempurnaan kepada anak-anak.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 23-27
Ayat Ke 23-24
Artinya:
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). (3: 23)
Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung". Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. (3: 24)
Sebelumnya, telah dibicarakan tentang Yahudi dan Nasrani (lapisan cerdik pandai mereka). Sekalipun mereka telah mengetahui kebenaran Islam, namun tetap saja tidak bersedia menerima Islam dan mengingkarinya atas dasar kedengkian, dan permusuhan.
Ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw, "Jika kaum Yahudi tidak beriman dengan agamamu, maka janganlah bersedih. Karena mereka juga tidak komit sekalipun terhadap agama mereka sendiri. Sewaktu salah seorang dari mereka melakukan zina, untuk lari dari hukuman taurat yaitu dirajam, mereka datang ke Muhammad dengan harapan hukum Islam berbeda dengan itu. Namun ketika engkau mengeluarkan hukum al-Quran yang sama dengan hukum Yahudi, maka mereka memungkiri hukuman taurat dan menyembunyikan perintah Tuhan ini.
Al-Quran menyebutkan akar kesombongan agama yang melanda bani Israel. Mereka berpikir sangat dicintai oleh Tuhan dari pada kaum yang lain. Oleh karenanya mereka yakin pada hari kiamat nanti, tidak akan masuk neraka atau kalau masuk pun, hanya beberapa hari saja.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pengakuan bukannya pertanda iman. Saat pelaksanaan hukum-hukum Tuhan, misalnya Qishas, maka iman seseorang akan menjadi jelas.
2. Setiap jenis kesombongan dan melihat baik sendiri adalah perbuatan yang terlarang, sekalipun sumbernya adalah agama.
3. Semua manusia , baik di dunia maupun akhirat, adalah setara di sisi Allah dan tak seorangpun yang lebih mulia dari lainnya.
Ayat ke 25
Artinya:
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan). (3: 25)
Melanjuti dua ayat sebelumnya yang menjelaskan pelbagai dugaaan tidak benar kaum Yahudi, ayat ini mengingatkan bahwa kenyataan tidaklah sama dengan apa yang mereka duga. Karena di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara Yahudi dan non Yahudi. Masing-masing tergantung amal perbuatannya, dari agama manapun. Allah Swt mengeluarkan hukum bersdasarkan keadilan antara masyarakat dan dalam hukuman dan ganjaran, tidak menerapkan diskriminasi.
Dari ayat tadi terdapat satu poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bahwa pahala atau ganjaran adalah berdasarkan iman dan perbuatan, bukannya kepada keterikatan agama, etnis dan keturunan.
Ayat ke 26-27
Artinya:
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 26)
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". (3: 27)
Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan kesombongan dan fanatisme sebagian Ahlul Kitab terhadap Islam, ayat ini ditujukan kepada Nabi dan muslimin berkata, "Semuanya ada di tangan Tuhan dan kemuliaaan dan kekuatan yang sejati ada pada-Nya. Seperti halnya Tuhan telah memenangkan muslimin dengan Fathu Makkah tanpa pertumpahan darah, hati masyarakat seperti Iran, Romawi condong ke agama islam dan agama suci ini akan berkuasa di dunia.
Berkaitan dengan ayat ini, dalam sejarah disebutkan bahwa di saat menggali khandaq atau parit di sekeliling Madinah dalam perang Ahzab, pacul Nabi mengenai batu besar dan dari batu itu memancar sinar. Rasul bersabda, "Aku melihat cahaya kemenangan Islam terhadap orang-orang kafir dan jatuhnya istana madain dan Romawi ke tangan islam. Dengan berita gembira ini, kaum muslimin meneriakkan takbir kemenangan. Namun orang-orang munafik tidak percaya dan mengatakan, "Betapa kalian punya angan angan yang kosong. Padahal kalian takut terhadap musuh. Itulah mengapa kalian menggali parit, tapi tetap saja berangan-angan menguasai Iran dan Romawi?
Pada saat itu, ayat-ayat yang jadi topik pembahasan kita diturunkan dan Allah Swt kepada Nabi-Nya berfirman, "Sebagai jawaban untuk mereka mereka yang berpikiran pendek, katakanlah, "Pengatur dan pemilik alam semesta adalah Allah. Dia bukan hanya pencipta langit dan bumi, tapi seluruh perputarannya secara teratur di dalam porosnya yang mewujudkan malam dan siang juga berada di tangan-Nya.
Kehidupan, kematian dan makanan serta rezeki kalian dan semua yang bernyawa ada di tangan-Nya. Mengapa kalian (munafiqin) heran sekiranya Tuhan memberikan kekuasaaan kepada muslimin? Dan kenapa kalian untuk memperoleh kemuliaaan dan kekuatan, berlindung kepada selain Allah? Jika kalian ingin kekuasaan dan kekuatan, maka carilah di bawah naungan agama. Laksanakanlah perintah-perintah agama, maka Allah Swt akan memberikan kekuatan dan kemuliaan kepada kalian, sehingga tidak ada kekuatan zalim manapun yang mampu menguasai kalian.
Jika dewasa ini, orang-orang kafir memonopoli dan mendominasi dunia, sedangkan muslimin dalam posisi yang lemah, akarnya berada pada dua hal. Satu, perpecahan dan pengkotakan muslimin yang menurut sunnah Tuhan merupakan penyebab kehinaan dan dominasi orang orang zalim. Kedua, upaya orang orang kafir di jalan pencarian ilmu pengetahuan dan penerapan disiplin dan peraturan yang menurut sunnah Tuhan merupakan penyebab kemuliaaan dan kelanggengan kekuasaan.
Oleh karena itu, Tuhan tidak akan memuliakan dan merendahkan seseorang tanpa alasan. Pondasi-pondasi bangunan kemuliaan ada di tangan kita dan kitalah yang menentukan nasib kita dan masyarakat dengan perilaku dan perbuatan kita sendiri.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tatanan alam semesta ada di tangan Allah, baik dalam penciptaan makhluk, maupun dalam pengaturan urusan. Maka muslimin harus berkerja sesuai dengan seirama dengan peraturan dan segala sunnah-Nya sehingga sampai kepada kebahagiaan.
2. Pemerintahan dan kekuasaan yang sejati adalah milik Tuhan. Kekuasaan lainnya adalah sementara. Hari ini ada dan esok hari sirna.
3. Perputaran alam adalah berpijak pada dua fenomena, kematian dan kehidupan. Dengan kekuasaan Tuhan, dari dalam biji yang tak bernyawa, tumbuh pohon tumbuhan dan dari bahan makanan yang tak bernyawa, maka terwujudlah sel -sel yang hidup.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 18-22
Ayat ke 18
Artinya:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (3: 18)
Ayat ini ditujukan kepada Nabi dan Muslimin yang menyebutkan bahwa kekufuran orang-orang kafir dan syiriknya orang-orang musyrik tidak sepatutnya membuat bingung Muslimin. Karena para cendikiawan yang sejati memiliki akal dan logika menyaksikan Keesaan Tuhan. Di samping itu, tatanan alam yang berpijak di atas keadilan dan jauh dari segala bentuk berlebihan dalam penciptaan sendiri merupakan saksi yang paling kokoh atas Keesaan Tuhan.
Allah Swt menciptakan serangkaian mahkluk ini, dari langit, bumi, gunung dan lautan serta tumbuhan dan binatang yang dikelola di bawah sistem yang satu. Semuanya menyaksikan Keesaan-Nya dan para malaikat yang merupakan petugas-Nya dalam mengatur alam, juga menyaksikan Keesaan Tuhan.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Argumen yang terbaik atas Keesaan sang pencipta, adalah keteraturan alam semesta dan korelasi yang selaras antara berbagai makhluk.
2. Ilmu akan bernilai ketika manyampaikan manusia kepada Tuhan. Demikian pula iman akan bernilai jika berpijak pada ilmu dan makrifah.
Ayat ke 19-20
Artinya:
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (3:19)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah, "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (3: 20)
Di zaman Nabi Musa atau Nabi Isa as atau para nabi lainnya, kewajiban masyarakat adalah mengimani mereka dan kita-kitab yang diturunkan kepadanya. Namun dengan diturunkannya al-Quran, Ahlul Kitab dan lain-lainnya haruslah mengimani Nabi itu dan mengikuti serta menjalankan agama yang dibawanya. Akan tetapi, kefanatikan agama atau etnis telah menyebabkan sebagian besar dari mereka tidak bersedia menerima Islam. Padahal mereka mengetahui kebenaran agama suci ini. Ayat ini menegaskan kepada Ahlul Kitab, jika kalian pasrah kepada Tuhan, maka kalian harus memeluk Islam. Karena Tuhan yang mengutus Musa dan Isa, kini telah mengutus nabi bernama Muhammad dan telah memerintahkan kalian untuk mengikutinya. Jika kalian mengingkarinya, maka tunggulah hukuman Tuhan di dunia dan akhirat, dimana Tuhan lebih cepat dari yang diperkirakan oleh hamba-hamba-Nya dalam menghitung amalan mereka.
Kepada Rasulullah dikatakan bahwa dalam rangka mengislamkan orang kafir dan musyrik, beliau tidak boleh memaksakan diri. Jangan pula beliau berdebat dan berparang dengan mereka. Karena tugas atau misi Nabi hanya menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat mengenali kebenaran itu. Oleh karenanya, siapa saja yang mau menerima, ia akan diberikan petunjuk (hidayah). Namun bagi orang yang mengetahui kebenaran, tapi ia tidak mau menerimanya dengan alasan apapun, maka tidak ada gunanya berdialog dan berdebat dengannya. Pasrahkan urusannya kepada Tuhan yang mengawasi secara sempurna hamba-hamba-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kebanyakan pertikaian dan perselisihan adalah dengki dan fanatisme, bukannya ketidaktahuan tentang kebenaran dan hakikat.
2. Satu-satunya agama yang diterima oleh Tuhan yang Maha Esa adalah agama Islam. Kini, jika para pengikut agama samawi lainnya tunduk kepada Tuhan, maka mereka harus berpindah ke agama Islam.
3. Tugas kita terhadap orang-orang non-muslim khususnya mereka yang keras kepala, tidak lebih dari menyampaikan dan berargumentasi, bukannya perdebatan dan perang.
4. Masyarakat bebas memilih agama, dan mereka tidak boleh dipaksa menerima idealogi agama tertentu. Siapa yang memilih suatu jalan, maka ia sendiri nanti yang akan menanggung resiko baik buruknya.
Ayat ke 21-22
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih. (3: 21)
Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. (3: 22)
Melanjuti ayat-ayat sebelumnya yang menyinggung soal penyebab syirik dan kekufuran yaitu kedengkian dan keras kepala, ayat ini menjelaskan kesan buruk kufur dan syirik.
Pada dasarnya, perbuatan manusia mengikuti ideologi dan pemikirannya. Orang yang secara akidah tidak bersedia menerima kebenaran, maka bukan hanya dia sendiri tidak menyesuaikan dirinya dengan kebenaran. Karena ia akan memerangi orang-orang yang hendak menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Lebih dari itu, ia bahkan sanggup menumpahkan darah masyarakat yang tak berdosa dan senang dengan perbuatannya.
Di sini, jelas sekali bahwa permusuhan terhadap kebenaran dalam bentuk pemikiran dan tindakan akan membuat setiap orang kafir yang melakukan kebaikan tidak bernilai. Mirip seperti seorang pembantu yang mengabdi kepada tuannya di sepanjang usia, namun pada akhirnya ia membunuh anak tuannya itu tanpa alasan apapun. Sudah pastti keburukan perbuatan yang dilakukan pelayan tadi menutupi semua kebaikan yang diberikannya kepada tuannya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kekufuran dan menutupi kebenaran adakalanya menyeret manusia kepada membunuh nabi. Kita harus senantiasa waspada, jangan sampai kita terlumuri oleh keyakinan keyakinan yang menyeleweng. Karena perbuatan yang berbahaya berakar dari pemikiran yang batil.
2. Mengajak kepada kebenaran dan bangkit untuk menegakkan keadilan merupakan perkara yang begitu penting, meskipun harus dibayar dengan terbunuh atau syahid. Sebagaimana halnya Imam Husein as telah mengorbankan nyawanya dan anak-anaknya di jalan ini.
3. Sebagian dosa bagaikan petir membakar kebun penuh pohon kebaikan manusia dalam satu detik dan tidak tertinggal kecuali jeritan penyesalan.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 13-17
Ayat ke 13
Artinya:
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.
Rasul dan Muslimin selama 13 tahun di Mekah berada di bawah penyiksaan dan gangguan orang-orang musyrik sehingga pihak musuh berencana membunuh Rasul yang dengan perintah Allah, Rasul dan Muslimin berhijrah dari Mekah menuju Madinah. Pada tahun kedua setelah hijrah, di wilayah Badar, terjadi perang, dimana jumlah Muslimin mencapai 313 orang dan jumlah orang-orang musyrik seribu orang. Namun musuh terpaksa mengakui kekalahan setelah mengalami 70 korban tewas dan 70 tertawan.
Ayat ini menyinggung tentang bantuan dan pertolongan Tuhan dalam perang ini dan menyatakan, "Allah Swt memperlihatkan kalian di mata mereka seakan-akan berlipat-ganda sehingga mereka ketakutan dan kehilangan semangat dalam melawan Muslimin. Permulaan dan akhir ayat ini menekankan bahwa pertolongan Tuhan di dalam perang Badar dan kemenangan tentara kebenaran terhadap kebatilan harus menjadi pelajaran untuk tidak merasa takut karena sedikitnya jumlah pasukan dan laksanakanlah tugas kalian dimana Allah akan membantu kalian.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Perang dalam Islam adalah untuk Allah dan mempertahankan agama bukan untuk unjuk kekuatan,ekspansi atau dominasi.
2. Salah satu dari pertolongan-pertolongan gaib Tuhan mewujudkan ketakutan di hati musuh yang menyebabkan musuh melihat kekuatan Muslimin berlipat-lipat.
3. Kejadian-kejadian yang berlaku di sekitar kita bagi semua merupakan pelajaran, namun hanya pemilik pandangan dan visi yang memetik pelajaran darinya.
Ayat ke 14
Artinya:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Allah Swt menciptakan manusia di dunia dan memberikan apa yang diperlukan untuk melanjutkan kehidupan dan kesenangan yang dibenarkan oleh syariat. Untuk melanggengkan keturunan, kita memerlukan isteri dan anak. Untuk memenuhi kesenangan hidup, kita memerlukan uang dan kekayaan. Allah Swt menganugerahkan kesemua tadi. Demikian pula untuk makanan dan pakaian, kita memerlukan berbagai jenis binatang dan tetumbuhan. Namun harus diperhatikan bahwa semua urusan ini adalah sementara dan fana' (binasa), dan usianya paling lama adalah sesuai dengan usia manusia di dunia. Jika kita mengimani Tuhan dan Hari Kiamat, maka kita tidak boleh membesar-besarkan urusan duniawi di depan mata kita sehingga menyebabkan kesombongan, karena di Hari Kiamat, tidak satupun dari semua tadi yang punya nilai.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hasrat dan kecintaan alamiah kepada material dan kebendaan ada dalam diri manusia, yang berbahaya adalah tertipu dengan daya tarik dan hiasan dunia.
2. Memanfaatkan dunia dan anugerah-anugerahnya tidaklah buruk, yang buruk adalah ketergantungan dan keterikatan dengan dunia.
3. Untuk mengkontrol keinginan dan syahwat, maka kita harus membandingkan dunia yang fana dengan nikmat abadi akhirat.
Ayat ke 15
Artinya:
Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Mengusul ayat sebelumnya, yang menjelaskan sebagian perkara dunia yang diminati oleh manusia, ayat ini menyinggung tentang sebagian nikmat-nikmat surga yang abadi pada Hari Kiamat sehingga manusia dengan membandingkan keduanya, dapat memilih jalan yang benar dan tidak termakan oleh lahiriah dunia. Jika di dunia, taman dan pemandangan indah alam menarik pandangan manusia, di surga terdapat taman penuh dengan pohon dan hutan yang dari kaki pohon-pohonnya mengalir sungai dan di dahannya, terdapat berbagai jenis buah-buahan dan makanan.
Disamping itu, dalam ayat ini, Allah Swt memberikan khabar gembira akan isteri-isteri yang cantik menawan. Berita-berita gembira tadi menunjukkan sebagian dari nikmat material akhirat yang kecil. Ganjaran penghuni surga yang paling besar adalah keridhaan Tuhan kepada hamba-hamba mukmin-Nya yang tidak ada sesuatu apapun yang menandingi nikmat ini.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jalan untuk memiliki nikmat-nikmat syurga yang langgeng adalah Takwa dan menjauhi kekotoran, karena surga adalah tempat orang-orang yang bersih.
2. Kenikmatan surga tidak terbatas dengan kelezatan materi. Mendapat keridhaan Tuhan adalah kelezatan spiritual yang tertinggi bagi para penghuni surga.
3. Kesucian adalah nilai yang tertinggi bagi wanita. Allah Swt mensifati isteri-isteri di surga dengan kata suci.
Ayat ke 16-17
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,"
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.
Ayat sebelumya mengenalkan orang-orang bertakwa sebagai ahli surga. Dua ayat ini menjelaskan kekhususan-kekhususan pemikiran, akhlak dan prilaku orang-orang yang bertakwa, sehingga terjelas siapakah yang berhak dan layak masuk surga.
Ayat pertama menjelas taubah dan inabah orang-orang yang bertakwa yang senantiasa meminta ampun dari Allah. Pada dasarnya, jalan untuk sampai kepada takwa adalah iman dan bersikap seimbang (i'tidal) kepada keberadaan Allah. Selagi manusia tidak menyakini bahwa semua perbuatannya diawasi, maka mereka tidak akan mengontrol diri.
Akan tetapi arti takwa bukanlah tersucikan dari dosa, melainkan dengan artian menahan diri. Orang-orang yang bertakwa mungkin saja terjatuh ke dalam perbuatan dosa, namun beda mereka dengan pendosa lain ada 2 hal; pertama dosa bukan bagian dari kebiasaan mereka, akan tetapi mereka berbuat dosa karena khilaf dan lupa. Kedua, jika mereka berdosa, langsung mereka terpikir untuk taubat sehingga dirinya bisa terlepas dari kesan-kesan dosa di dunia dan akhirat.
Ayat berikutnya menjelaskan 5 sifat penting dari dampak positif takwa bagi orang-orang yang bertakwa. Kesabaran dan ketabahan di jalan kebenaran dan bertahan dalam melawan bujukan-bujukan batil dan setan merupakan sifat yang paling mendasar. Kejujuran dalam akidah, perkataan dan tindakan merupakan sifat-sifat lain orang-orang yang bertakwa dan sifat-sifat ini memelihara manusia dari segala bentuk kemunafikan, riya, kebohongan dan penipuan.
Demikian pula ketaatan mereka dari perintah Allah disertai dengan tunduk dan kerendahan diri serta menerima hukum Allah dengan sepenuh jiwa. Di samping taat kepada Allah, mereka juga memikirkan makhluk dan menginfakkan sebagian harta mereka untuk orang-orang yang memerlukan.
Namun dengan melakukan perbuatan baik ini, bukan berarti mereka jadi sombong, bahkan mereka selalu merasa masih banyak kekurangan dalam mengabdi dan membantu manusia-manusia yang lemah dan mereka senantiasa beristighfar dan meminta ampunan atas segala kesalahan dan kekurangan.
Dari ayat ini kita petik pelajaran bahwa takwa bukan berarti mengucilkan diri, melainkan disamping menghindari dosa, kita harus menghidupkan sifat-sifat baik (hasanah) pada diri kita dan berusaha memberikan pengabdian kepada umat manusia.
Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 7-12
Ayat ke7
Artinya:
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Dalam ayat ini, disinggung soal ayat-ayat muhkam dan mutasyabih. Ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang makna dan maksudnya jelas seperti ayat "Qul Huwwallahu Ahad" artinya Tuhan Maha Esa. Ayat ini adalah dasar al-Quran yang menjadi rujukan dan penjelas ayat-ayat lainnya.
Adapun ayat-ayat mustasyabih adalah ayat-ayat yang artinya rumit dan banyak sekali terdapat kemungkinan dalam ayat jenis ini seperti, "Yadullohu fauqa aydihim", artinya tangan Allah berada di atas tangan mereka. Jelas sekali bahwa Tuhan tidak memiliki badan sehingga punya tangan dan kata tangan dalam ayat ini merupakan kinayah dari pada kekuasaaan.
Secara umumnya, Allah Swt telah menjelaskan pengetahuan-pengetahuan yang tinggi dan realita -relaita yang besar di alam ini untuk kepahaman masyarakat secara umum selagi memungkinkan dalam bingkai bahasa yang mudah dan lafad-lafad al-Quran . Walaupun demikian, untuk memahami sebagian realita seperti sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Tuhan bagi kebanyakan manusia adalah perkara yang sulit dan hanya para ulama dan cendekiawan dan orang-orang yang berhati bersih yang dapat memahami batin lafad-lafad tersebut.
Namun orang-orang yang berusaha menyesatkan orang lain, mereka meninggalkan ayat-ayat yang jelas dan cenderung kepada ayat-ayat semacam ini (mutasyabih) dengan tujuan memutarbalikkan kebenaran dan dengan jalan ini, mereka dapat menggapai tujuannya. Mereka ingin menisbatkan pandangan dan pendapatnya kepada ayat dengan jalan tafsir bir ra'yu (menafsirkan semaunya sendiri) dan mereka mengatakan, "Apa yang kami katakan, juga didukung oleh al-Quran, atau pendapat kami adalah pendapat al-Quran, dan dengan jalan ini, mereka menisbatkan akidah sesat mereka kepada al-Quran".
Padahal Allah Swt di bagian terakhir ayat mengingatkan, hanya orang-orang yang mendalami ilmu (rasikhuna fil ilm) yaitu para nabi dan auliya yang mengetahui takwil (hakikat al-Quran) dan hanya merekalah yang dapat menjelaskan takwil al-Quran kepada masyarakat. Firman-firman Tuhan yang bersumber dari ilmunya yang tidak terbatas memerlukan para penafsir yang telah menimba ilmu Tuhan dan mampu memahami maksud Tuhan.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagian ayat al-Quran memiliki makna dan pengertian yang sangat tinggi. Hanya para cendekiawan yang sejati dan mencari kebenaran yang punya jalan untuk memahami segala maksud Tuhan. Maka apa yang kita tidak mengerti, janganlah kita ingkari dan selewengkan.
2. Sebagian orang menyebarluaskan akidah-akidah yang sesat dengan nama Islam dan al-Quran. Kita harus cermat sehingga dapat mengambil air dari sumbernya yaitu penjelasan Nabi dan keluarga sucinya.
3. Fitnah bukan hanya terbatas dengan membangkitkan pertikaiaan, melainkan fitnah yang terbesar adalah menyelewengkan hakikat agama dan tafsir bir ra'yu ayat-ayat al-Quran.
Ayat ke 8-9
Artinya:
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)"
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
Pada ayat sebelum ini, telah dibicarakan bahwa para cendikiawan di hadapan ayat-ayat al-Quran ada dua golongan, sekelompok yang menyeleweng dan berupaya menyelewengkan makna-makna al-Quran sehingga menisbatkan masalah-masalah yang merupakan pendapatnya kepada kitab Samawi.
Dan sekelompok lain yang memiliki ilmu yang sejati dan mendapatkan kedalaman makrifat, kelompok ini pasrah seratus persen kepada Allah dan perintah-perintahnya tanpa mewujudkan penyelewengan dari ayat-ayat, mereka sampai kepada hakikat ayat dan menjelaskannya sekiranya diperlukan.
Namun manusia senantiasa berada dalam bahaya penyelewengan, oleh karenanya dalam ayat ini orang-orang yang (rasikh) mendalam ilmunya, walaupun mereka berilmu dan beriman, namun mereka menghendaki dari Allah agar memelihara jiwa-jiwa mereka dari segala bentuk kecenderungan kepada penyelewengan sehingga tidak terjerat kepada apa yang kelompok pertama terlilit olehnya. Mereka senantiasa melihat kiamat di depan matanya dan tidak menisbatkan sesuatu kepada Allah tanpa dalil atau argumentasi, karena mereka tahu apa yang mereka katakan, harus mereka jawab di pengadilan Tuhan kelak itupun pengadilan yang tak bisa dipungkiri. Pengingkaran janji terjadi karena lupa atau penyesalan, atau kelemahan atau takut, yang mana tak satupun dari semua itu yang dapat masuk dalam Zat Allah Swt.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janganlah kita sombong dengan ilmu dan iman. Betapa banyak cendikiawan yang berkhianat dimana semestinya mengabdi dan betapa banyak orang-orang Mukmin yang akhirnya mati dalam keadaan kafir dan tak beragama.
2. Petanda ilmu yang sejati adalah perhatian kepada Allah menyatakan kelemahan di sisi Tuhan dan meminta bantuan darinya.
Ayat ke 10-12
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka.
(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya".
Allah Swt dalam ayat yang ditujukan kepada Rasul dan Muslimin ini berfirman bahwa kekayaan dan kekuatan serta kabilah kuffar janganlah membuat kalian keheranan. Semua itu hanya di dunia dan pada hari kiamat tak satupun dari perkara itu yang dimiliki kaum kuffar, karena badan orang-orang kafir nanti menjadi kayu bakar jahanam dan tidak ada yang dapat menjauhkan mereka dari api neraka.
Kemudian Allah Swt memperingatkan Muslimin janganlah kalian pikir, hanya dalam zaman kalian, terdapat orang-orang kafir dengan Tuhan dan kitab-Nya dan memerangi kalian, melainkan sepanjang sejarah berbagai orang memerangi kebenaran, namun mereka tidak mampu menghapuskan kebenaran, melainkan mereka sendiri yang musnah. Bahkan Fir'aun yang merupakan simbol kekuatan tidak dapat bertahan menghadapi kemurkaan Allah walaupun sedetik.
Ayat terakhir sejenis ramalan al-Quran yang Allah beritakan kepada Nabi-Nya bahwa dengan segera orang-orang musyrik dan kuffar Mekah dan Madinah telah tertumpas di tangan kalian dan sampai kepada hukuman kekafiran mereka.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Janganlah kita menambat hati kepada anak dan harta serta keluarga, karena orang-orang kafirlah yang memandang kekayaan dalam harta dan anak.
2. Pemikiran-pemikiran berbau kufur dan amalan-amalan batil menghancurkan esensi manusia sehingga pada titik, dimana manusia berada sejajar dengan tumbuh-tumbuhan dan menjadi bahan bakar api.
3. Melakukan perbuatan dosa adalah buruk, namun lebih buruk dari itu, manakala dosa telah menjadi kebiasaan manusia yang bila seperti ini, akan berakibat sangat buruk.
4. Kufur akan mengalami kekalahan dan akhirnya kemenangan yang menang.



























