کمالوندی

کمالوندی

 

Korea Utara (Korut) menggambarkan upaya pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menjalin kontak dan komunikasi dengan Pyongyang sebagai "penipuan yang memalukan" dan langkah membuang-buang waktu.

Pemerintah Pyongyang menyatakan bahwa Washington berusaha menghubungi Korut dengan mengirimkan beberapa email dan pesan telepon.

"Selama kebijakan permusuhan Gedung Putih terus berlanjut, kami tidak akan memperhatikan panggilan dan kontaknya," kata pernyataan Pyongyang ketika menyinggung manuver militer AS di kawasan dan sanksi terhadap Korut.

Pernyataan itu menambahkan, Korut telah menegaskan bahwa kekuatan akan ditanggapi dengan kekuatan dan niat baik akan direspon dengan niat baik.

Wakil Menteri Luar Korut Choe Son-hui juga telah mengonfirmasi bagaimana pada saat malam latihan militer AS dan Korea Selatan, Washington masih mengirim pesan yang isinya memohon Pyongyang untuk menanggapi permintaannya melalui negara ketiga.

Choe mengatakan bahwa itu "hanya akan membuang-buang waktu untuk duduk dengan AS". Dia menyebut tawaran AS untuk bernegosiasi hanya sebagai bentuk "penundaan waktu". Ditegaskan pula bahwa Pyongyang tidak akan berdialog jika AS masih menggelorakan kebijakan yang memusuhi Korut.

Choe menuturkan, apa yang telah didengar dari AS sejak kemunculan rezim baru hanyalah teori gila tentang "ancaman dari Korut" dan retorika tak berdasar tentang "denuklirisasi lengkap". Kami, lanjutnya, telah menyatakan pendirian kami bahwa tidak ada kontak ataupun dialog apa pun antara Korut dan AS, kecuali Gedung Putih membatalkan kebijakan permusuhannya terhadap Pyonyang. Oleh karena itu, kami juga akan mengabaikan upaya seperti itu dari AS di masa mendatang.

Sebelumnya, seorang pejabat senior pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang berbicara secara anonim, telah membenarkan bahwa upaya Washington untuk menjalin kontak dan komunikasi dengan Korut tidak mendapat respon dari Pyongyang.

Menlu AS Antony Blinken juga mengatakan bahwa Washington telah berupaya menjangkau Korut melalui beberapa saluran, termasuk di New York, namun Pyongyang tidak pernah menanggapi upaya tersebut.

Tanggapan negatif Korut terhadap permintaan AS untuk menjalin kontak dengan negara itu adalah konsekuensi wajar dari inkonsistensi dan perlakuan buruk Gedung Putih terhadap Pyongyang dalam beberapa tahun terakhir.

Selama periode empat tahun pemerintahan Presiden AS Donald Trump, Washington telah berjanji untuk menyelesaikan ketegangan hubungannya dengan Pyongyang, bahkan Trump telah sepakat dengan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un untuk mencabut semua sanksi jika Korut menghentikan uji coba rudal nuklirnya.

Faktanya, setelah Korut memenuhi komitmennya untuk menghentikan uji coba rudal dan nuklirnya, pemerintah AS belum memenuhi janjinya untuk mencabut sanksi. Sikap AS tersebut telah memicu kebuntuan atas penyelesaian ketegangan kedua negara. Usai pembicaraan antara Trump dan Kim di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019, Korut  mengambil langkah-langkah untuk kembali ke jalur sebelumnya.

Mantan Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un
Pemimpin Korut memberikan kesempatan kepada AS hingga akhir 2019 untuk menyelamatkan perundingan bilateral dari kegagalan pasti, namun hal itu diabaikan oleh para pejabat Washington.

Setelah uji coba rudal dan nuklir Korut dimulai kembali, pemerintah AS mencoba memaksa Pyongyang untuk mempertimbangkan kembali kebijakannya itu dengan menggunakan ancaman dan diplomasi secara bersamaan, tetapi tidak berhasil.

Selama kampanye pemilu presiden AS pada November 2020, calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengusung beberapa slogan tentang perubahan dalam kebijakan luar negeri AS termasuk mengenai Korut. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa jika Biden menang, Gedung Putih mungkin akan mencabut kebijakan tekanan dan ancaman terhadap Korut dan mengambil jalan baru untuk menyelesaikan ketegangan dengan Pyongyang.

Upaya AS untuk menjalin komunikasi dengan Korut telah dibenarkan oleh sejumlah pejabat Washington, namun Pyongyang melihat rencana tersebut sebagai penipuan baru Gedung Putih yang tidak boleh dipercaya.

Menurut para pejabat Korut, selama AS melakukan tindakan menipu dan melanjutkan kebijakan yang menyulut ketegangan di Semenanjung Korea, maka Pyongyang tidak mungkin untuk menjalin kontak dengan Washington dan mengadakan pembicaraan bilateral untuk menyelesaikan ketegangan.

Jika pemerintahan baru AS serius untuk mengejar kebijakan yang berbeda terhadap Korut dan tidak ingin mengikuti jejak kebijakan pemerintahan sebelumnya, maka langkah pertama yang harus diambil Washington adalah membangun kepercayaan dengan cara mencabut sanksi terhadap Korut dan mengadopsi prosedur baru yang konsisten dan tidak menipu untuk memulai pembicaraan damai dengan negara tersebut. 

 

Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) Jumat (19/3/2021) mengumumkan bahwa militer Myanmar menduduki lebih dari 60 sekolah dan universitas di seluruh wilayah negara ini.

Menurut laporan IRNA, UNICEF dan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di statemen bersama melaporkan bahwa dalam sebuah insiden, sedikitnya dua guru disiksa dan dipukuli oleh aparat keamanan Myanmar ketika mereka memasuki sebuah daerah dan sejumlah orang lainnya terluka.

Di statemen bersama ini disebutkan bahwa peristiwa ini menunjukkan krisis saat ini dan pelanggaran serius hak-hak anak. Dalam situasi apa pun sekolah tidak boleh digunakan oleh pasukan keamanan.

UNICEF dan UNESCO memperingatkan bahwa pendudukan sekolah akan memperparah krisis pembelajaran terhadap sekitar 12 juta anak dan pemuda di Myanmar, di mana mereka sangat tertekan akibat pandemi Corona dan penutupan sekolah.

Organisasi pembela hak anak di PBB meminta militer Myanmar segera meninggalkan lokasi yang mereka duduki dan memberi jaminan bahwa tempat-tempat ini tidak dimanfaatkan oleh personel militer atau keamanan.

Satu bulan setengah dari kudeta di Myanmar berlalu dan gerakan protes di seluruh kota negara berpenduduk 54 juta orang ini terus berlanjut dan melumpuhkan ekonomi serta aktivitas pemerintah. 

 

Duta Besar Rusia untuk Inggris, Andrey Kelin mengumumkan, hubungan politik Moskow dan London sudah mati, dan kedua negara tidak menjalin kerja sama di bidang politik.

Dikutip IRNA, Andrey Kelin, Minggu (21/3/2021) menuturkan, Rusia dan Inggris akan melanjutkan kerja sama di bidang ekonomi dan budaya, namun hubungan politik kedua negara secara praktis sudah terhenti total.

Ia menambahkan, "Pemerintah Inggris, sudah menghapus bagian utama hubungan Rusia dengan negara itu, dan kami hanya mempertahankan kerja sama di bidang ekonomi dan budaya saja".

Menurut Andrey Kelin, pemerintah Inggris menggunakan pendekatan permusuhan terhadap Rusia, dan ini tidak bisa diterima oleh Moskow.

Pada saat yang sama, Dubes Rusia juga memprotes kebijakan Inggris terkait Moskow, dan menuturkan, pemerintah Inggris selalu menuduh Rusia melanggar hak asasi manusia.

"Ini adalah masalah yang pelik dan rumit, namun berkaitan dengan kedaulatan negara masing-masing," pungkasnya. 

Jumat, 12 Februari 2021 17:12

Islam dan Gaya Hidup (30)

 

Ruh dan jiwa manusia akan menikmati kedamaian dan ketenangan di tengah lingkungan yang asri, bersih, dan tertata rapi. Manusia sangat senang menyaksikan panorama alam yang indah dan sungai-sungai yang mengalir di jantung alam serta burung-burung yang berkicau memecah keheningan.

Dengan sedikit fokus pada keindahan tersebut, kita akan menemukan bahwa hal yang tampak menjelma di antara semua panorama itu adalah keteraturan, keselarasan, dan keasrian. Semua itu merupakan petunjuk dari kekuasaan dan kebijaksaan Allah Swt, yang menghiasi alam semesta dengan keindahan dan keteraturan.

Bekerja keras
Menikmati pemandangan yang indah memberi kelezatan tiada tara kepada manusia, karena Allah Swt telah menanamkan naluri cinta keindahan dan keelokan dalam wujud insan. Mereka sesuai dengan tuntutan fitrah mencintai keindahan dan kebersihan serta membenci ketidakteraturan dan kesemrawutan. Lalu, sejauh mana usaha kita untuk mempercantik dan memperindah lingkungan kehidupan kita? Sebuah lingkungan di mana kita setiap harinya menjalin interaksi di dalamnya dan ia mempengaruhi jiwa dan raga kita.

Di sejumlah negara dunia, para pakar tata kota, perancang, dan arsitek memanfaatkan penemuan terbaru di bidang psikologi, sebab penataan kota dan pemilihan warna-warna yang tepat di jalan-jalan kota berpengaruh pada jiwa dan ruh masyarakat. Jelas sekali, jalan-jalan kota yang penuh sampah, tembok-tembok yang kotor dan usang, serta pepohonan dan tanaman yang layu, merupakan unsur yang memberi pengaruh negatif bagi pemikiran masyarakat dan setiap individu berusaha untuk menghindari pemandangan-pemandangan tersebut.

Sebaliknya, lingkungan yang indah, rapi, dan sejuk laksana magnet yang menarik jiwa manusia ke arahnya. Keasrian lingkungan tempat tinggal memberi dampak positif bagi ketenangan dan bahkan konsentrasi manusia. Menurut para psikolog, salah satu metode mengatasi kekacuan mental dan depresi adalah menjaga kebersihan dan menata kebutuhan hidup serta menyingkirkan barang-barang yang tidak penting dari tempat tinggal kita.

Manusia kadang menatap dengan seksama kondisi rumah dan lingkungan tempat tinggalnya. Terlepas dari besar dan kecilnya rumah kita atau kondisi ekonomi, apakah kita mampu menjadikan lingkungan rumah sebagai sebuah taman kedamaian dan tempat melepas lelah bagi jiwa dan raga kita serta anggota keluarga? Apakah suasana rumah benar-benar menarik dan mengesankan sehingga anggota keluarga selalu merindukannya? Lingkungan, jalan, dan kota tempat kita tinggal dan tempat untuk membesarkan anak-anak kita, apakah ia memiliki taman yang asri, bersih, dan tertata rapi?

Dalam pandangan para psikolog, mewujudkan keceriaan, kesenangan, dan kebahagiaan di rumah dan kehidupan memiliki hubungan erat dengan situasi rumah, penataan interior, dan keindahannya.

Para psikolog percaya bahwa sebuah rumah yang tidak memperhatikan aspek keteraturan, kebersihan, dan penataan interior, ia tidak bisa menghadirkan sebuah lingkungan yang ceria, sehat, dan hangat untuk anggota keluarga. Jika melihat sekilas, poin-poin tersebut tampak tidak terlalu penting, namun ketika melihat lebih detail, kita akan mengerti bahwa di sana ada hubungan sebab akibat antara keindahan dan kesehatan mental manusia.


Dari perspektif spikologis, penciptaan manusia sedemikian rupa di mana mereka selalu bosan dengan situasi yang monoton dan sebaliknya, mereka menyambut perubahan, inovasi, dan warna-warni dalam kehidupannya. Sebab, inovasi dan perubahan yang tepat membuat wajah kehidupan manusia menjadi menarik dan penuh gairah.

Penampilan individu dan lingkungan yang menarik bersumber dari kedisiplinan jiwa, keceriaan, dan kemantapan selera seseorang. Seperti yang kita katakan, keindahan dan kebersihan lahiriyah, memiliki peran besar dalam menarik dan mengundang kecintaan seseorang serta unsur bagi ketenangan jiwa dan ruhnya.

Dalam pandangan Islam, manusia atas dasar tuntutan fitrah mencintai keindahan dan keselarasan serta membenci kesemrawutan dan lingkungan yang kotor. Mengingat Islam sebagai agama fitrah, maka ia mengajak masyarakat untuk senantiasa menyingkirkan pemandangan yang kotor dan lusuh dari dirinya dan lingkungan kehidupannya. Mereka diminta hadir di depan publik dengan penampilan yang bersih dan menarik.

Islam meminta manusia untuk tidak mengabaikan keindahan dan hiasan yang terdapat di alam semesta. Mereka harus memperhatikan naluri cinta keindahannya dan memanfaatkan sarana itu untuk mencapai kesempurnaan jiwa. Dalam surat al-A’raf ayat 32, Allah Swt berfirman, “Katakanlah! Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?...” Kajian terhadap ajaran Islam akan menyadarkan kita pada sebuah fakta bahwa agama ini selain memiliki pandangan positif tentang masalah keindahan, tapi juga menggunakannya untuk kesehatan mental manusia.

Al-Quran berkali-kali mengingatkan manusia tentang keindahan dan kemegahan alam semesta serta menghadirkan gambaran yang jelas tentang penciptaan. Ayat-ayat al-Quran membuat manusia menyadari akan keteraturan, keindahan, dan keserasian di lingkungan hidup. Dengan mengamati ciptaan ini, manusia akan tersadar terhadap keberadaan Sang Pencipta. Mereka juga mengambil ilham dari keserasian yang menakjubkan ini untuk kehidupan individual dan sosial.

Ketika mempelajari ucapan dan perilaku para pemuka agama, kita akan menemukan bahwa masalah memperindah diri dan lingkungan juga termasuk sesuatu yang terpuji dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh, Imam Jakfar Shadiq as ketika menjelaskan tentang pentingnya memperindah lingkungan kehidupan mengatakan, “Ketika Allah memberi sebuah nikmat kepada seseorang, Dia ingin melihat pengaruhnya pada diri orang tersebut.” Seseorang kemudian bertanya, “Bagaimana itu terjadi?” Imam menjawab, “Dia harus memakai baju yang bersih, menggunakan minyak wangi, merapikan rumahnya dan menyingkirkan segala kotoran dari rumahnya.”


Kita sekarang akan menyinggung poin-poin yang berperan dalam mewujudkan keindahan lingkungan tempat tinggal. Di sebuah lingkungan yang asri, kita tidak akan menemukan sesuatu yang tidak perlu dan tidak penting dan semua barang tertata dengan rapi.

Sesuatu yang tidak penting bukan berarti ia tidak berguna dan tidak dipakai, namun tidak ada kebutuhan untuk mempertahankannya di lingkungan kehidupan. Oleh sebab itu, nasib setiap peralatan diputuskan sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan. Keputusan tersebut mungkin saja menyerahkannya kepada orang lain, menjualnya, mendaur ulang, atau menyimpannya di gudang.

Dengan menyingkirkan barang-barang yang tidak perlu, energi positif akan mengalir dan lingkungan kehidupan kita akan menjadi tempat yang menyenangkan, teduh, dan penuh kedamaian. Kita mungkin saja sudah puas dengan penataan yang ada di rumah kita, tapi kita masih bisa memberi sedikit sentuhan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Secara umum, memerangi faktor-faktor pencemaran, mencegah penumpukan kotoran, merapikan gudang, dan menyingkirkan debu, merupakan kegiatan penting untuk menciptakan lingkungan yang asri. Setelah memilah antara barang-barang yang penting dari yang tidak penting, maka sekarang tiba waktunya untuk menata dengan rapi dan indah.

Untuk menyusun barang-barang dengan rapi, kita perlu menyediakan sebuah tempat yang tepat. Salah satu cara untuk menata sesuatu adalah melakukan pengelompokan berdasarkan fungsi masing-masing. Langkah selanjutnya adalah membersihkan barang-barang tersebut dan memberi perawatan.

Poin lain yang tidak boleh luput adalah membersihkan semua sisi lingkungan dan tidak hanya terbatas pada sudut-sudut yang tampak. Intinya, kebersihan dan keasrian lingkungan harus dijaga dengan sempurna. Metode seperti ini bisa digunakan untuk menjaga kebersihan rumah atau lingkungan. Jelas bahwa untuk menikmati sebuah lingkungan yang ideal dan asri, kita harus memiliki jadwal rutin sehingga energi positif selalu mendominasi lingkungan rumah dan lingkungan kerja.

Penanaman bunga dan tanaman yang indah di lingkungan rumah dan penggunaan warna yang elok dan serasi, serta pemanfaatan cahaya alami, semua itu berperan penting dalam memperindah dan menyejukkan lingkungan kehidupan.

Jumat, 12 Februari 2021 17:11

Islam dan Gaya Hidup (29)

 

Mempercantik penampilan merupakan sebuah perilaku baik yang selalu mendapat perhatian dalam sejarah umat manusia dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Skala pengaruhnya sangat besar mulai dari penampilan luar kehidupan mereka seperti, model pakaian dan bentuk dandanan sampai aspek internal wujud mereka semisal pemikiran dan keyakinan.

Kecenderungan untuk mempercantik diri bersumber dari fitrah manusia. Mereka tidak perlu diajarkan untuk tampil selaras dan anggun, karena mereka datang ke dunia ini dengan membawa kecenderungan itu. Anak-anak bahkan sensitif dengan model dan warna pakaiannya dan mereka menaruh perhatian khusus terhadap model terbaru dan indah.

Mempercantik perilaku individu dan sosial juga merupakan sebuah prinsip yang penting. Dengan melihat sejumlah ayat dan riwayat, dapat dikatakan bahwa kecantikan dibagi dalam dua kategori yakni, kecantikan lahiriyah dan kecantikan batiniyah. Islam sebagai sebuah agama sempurna, selain memperhatikan masalah kecantikan dan kesucian batin manusia, juga menaruh perhatian terhadap kecantikan lahir mereka dan masyarakat Islam. Seorang Muslim dituntut peduli dengan penampilannya dan keindahan lingkungan sekitar.


Kecantikan lahiriyah menjelma dalam berbagai bentuk dan elemen penting dari itu berhubungan dengan model pakaian. Manusia bahkan dianjurkan untuk mempercantik penampilan dalam melaksanakan ibadah. Disebutkan bahwa Imam Hasan al-Mujtaba as memakai pakaian yang paling bagus ketika shalat. Para sahabatnya kemudian bertanya, “Mengapa engkau mengenakan pakaian yang paling indah?” Imam Hasan as menjawab, “Allah indah dan mencintai keindahan. Oleh sebab itu, aku mempercantik diri untuk Tuhanku karena Dia memerintahkan untuk berhias diri ketika pergi ke masjid. Untuk itu, aku ingin memakai pakaian yang paling indah.”

Soal pentingnya mempercantik penampilan ketika bertemu dengan saudara seiman, Rasulullah Saw bersabda, “Allah mencintai orang mukmin yang berkemas dan memperindah penampilan ketika ingin mengunjungi saudaranya.” Baju yang indah dan pakaian yang tepat juga akan menyebabkan kedekatan dengan Allah Swt. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Percantiklah diri kalian dengan pakaian, karena Allah indah dan mencintai keindahan.”

Saat seseorang dengan pakaian yang indah merasa telah menarik keridhaan Tuhan, maka ia sudah menyediakan ruang untuk kesenangan dan kepuasan batinnya dan hal ini memberi pengaruh besar bagi kepribadian orang tersebut. Pakaian yang bersih dan indah serta penampilan yang menarik akan menghapus kegelisahan dari manusia, karena kebersihan dan keindahan adalah pencipta kesenangan dan keceriaan.

Di semua masyarakat, perubahan dan inovasi dianggap sebagai perkara yang baik dan terpuji, sementara kekolotan dan kekunoan dinilai sebagai hal yang tercela dan tidak diterima. Mempercantik penampilan luar, merapikan pakaian dan rambut, menata perabot rumah tangga dengan gaya yang indah dan serasi, menggunakan warna-warna yang menawan, dan secara umum memperindah diri dan lingkungan serta menciptakan inovasi di dalamnya, merupakan indikasi dari kerapian internal, keceriaan batin, dan selera yang baik dari pelakunya.

Dari sisi lain, kesemrawutan, acak-acakan, dan kekunoan merupakan insyarat dari keterpinggiran, kekakuan, dan kelesuan seseorang. Namun, perlu diingat bahwa perubahan dan inovasi harus bersifat proporsional dan rasional. Jika inovasi dan perubahan tidak dilakukan atas dasar parameter akal dan rasio, maka penyimpangan akan muncul dan merusak norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat. Pemanfaatan beragam fesyen kadang disertai dengan penistaan terhadap nilai-nilai yang dianut oleh sebuah komunitas.

Manusia pemuja fesyen dan mereka yang berkelana mencari mode baru dan tanpa tujuan selalu mengubah gaya tampilannya, mereka biasanya dianggap sebagai orang-orang yang silau dengan budaya asing dan terbawa arus. Kriteria mereka adalah meniru sesuatu secara ekstrim dan tidak memiliki pendirian yang tetap.


Penampilan indah wanita Muslimah di tengah masyarakat tentu saja harus tetap menjaga aurat dan batasan-batasan syariat dalam mengenakan pakaian. Dengan kata lain, wanita Muslimah tidak boleh memperlihatkan keindahannya selain kepada orang yang satu mahram dan suaminya. Oleh karena itu, mempercantik penampilan bagi wanita harus tetap menjaga harga diri dan aurat.

Beragam model manusia melintas di sekitar kita di jalan-jalan dan setiap orang punya gaya masing-masing. Lalu, bagaimana penilaian kita tentang orang-orang tersebut? Model pakaian individu dapat mencerminkan sistem pemikiran, pandangan dunia, dan nilai-nilai yang mendominasinya. Di semua masyarakat, bentuk pakaian mereka selain mengikuti kondisi geografis dan lingkungan, juga merefleksikan norma-norma yang menguasai budaya masyarakat tersebut. Misalnya saja, wanita Muslimah di sebuah masyarakat religius akan mengenakan pakaian yang sopan di hadapan publik.

Model pakaian masyarakat juga mempresentasikan kepedulian mereka terhadap nilai-nilai budayanya. Penggunaan pakaian yang tepat juga harus selaras dengan budaya nasional dan agama setiap bangsa. Jika tidak demikian, hal itu mencerminkan ketidakpedulian mereka terhadap budaya lokal, nasional, dan agamanya, serta bentuk ketergantungan mereka kepada budaya asing.

Mempercantik penampilan merupakan bagian dari persoalan individu, tapi di dalamnya juga perlu melihat lingkungan sekitar, sebab seorang individu Muslim harus memperhatikan perasaan dan penantian orang-orang di sekitarnya. Mungkin dapat disimpulkan bahwa tampil menarik di hadapan orang lain termasuk salah satu dari hak-hak sosial masyarakat. Atas dasar prinsip ini pula, Rasulullah Saw selalu mewanti-wanti kaum Muslim agar memperindah penampilan ketika ingin bertemu orang lain. Beliau sendiri sangat berkomitmen dengan prinsip tersebut.

Mengenai keteladanan Rasul Saw dalam hal itu, Imam Ali as berkata, “Rasul selalu menyisir rambutnya dan dalam banyak kesempatan beliau merapikannya dengan air.” Dalam sejarah disebutkan bahwa Rasul Saw ketika ingin menghadiri sebuah forum dan bertemu dengan masyarakat, menaruh perhatian besar terhadap keindahan penampilannya. Beliau melihat bejana yang berisi air untuk merapikan rambut dan wajah mulianya, mengenakan baju yang bersih dan rapi, dan memakai minyak wangi sehingga aroma harum beliau sudah tercium dari jauh.

Tampil menarik, rapi, dan bersih memiliki peran besar dalam daya tarik lahiriyah manusia. Tampilan yang menawan dan bersih dapat mencerminkan ketenangan batin, kerapian, dan jauh dari segala bentuk kesemrawutan. Mempercantik diri merupakan faktor untuk ketenangan batin dan jiwa manusia.

Sebaliknya, kesemrawutan dan acak-acakan merupakan pemicu bagi munculnya kegelisahan jiwa dan kekacauan batin. Jika kecantikan penampilan eksternal juga dibarengi dengan keindahan internal dan keduanya diperhatikan secara bersamaan, maka hal itu akan mendorong harmonisasi karakter dan penyatuan warna antara aspek lahiriyah dan batiniyah pemiliknya. Kondisi ini juga membuatnya mudah menembus hati orang lain. Dengan kata lain, kecintaan dan daya tarik di hati orang lain bersumber dari keindahan dan kesucian jiwa.


Islam di samping memperhatikan masalah kecantikan penampilan luar, juga fokus terhadap keindahan jiwa dan ruh manusia. Salah satu ciri khas agama Islam adalah sifat universalitas yang menyentuh semua aspek kehidupan pemeluknya. Mempercantik penampilan luar merupakan sebuah tata krama Islam, tapi di samping prinsip tersebut, setiap individu Muslim juga berkewajiban untuk memperindah dimensi batinnya. Dengan cara itu, mereka akan meraih gaya hidup ideal yang sesuai dengan keinginan Islam.

Kearifan, kesucian jiwa, kesabaran, kerelaan, kekhusyu’kan, dan penghambaan merupakan perhiasan batin dan jiwa manusia. Jika manusia mempercantik diri dengan sifat-sifat tersebut, mereka akan menerima pujian dari Allah Swt. Dapat dikatakan bahwa iman merupakan punca dari semua keindahan batin dan kesucian jiwa manusia.

Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as dalam doa Makarimul Akhlak berseru, "Shalawat dan salam kepada Rasulullah dan keluarganya, jadikanlah saya sebagai hiasan orang-orang saleh dan terpuji, kenakanlah pakaian orang-orang bertakwa pada diriku untuk menyebarkan keadilan, meredam emosi, memadamkan api permusuhan dan perselisihan umat, mempersatukan orang-orang yang berpecah belah serta meluruskan penyimpangan dan kerusakan di tengah masyarakat..."

Jumat, 12 Februari 2021 17:06

Islam dan Gaya Hidup (28)

 

Manusia sesuai dengan tuntutan fitrahnya mencintai kebersihan dan keindahan, mereka juga ingin mempercantik penampilan dan menghias diri. Dan mereka membenci kekotoran dan kesemrawutan. Berhias bermakna mempercantik penampilan, memperindah, dan merapikan diri. Hal ini kadang juga disebut dengan keserasian, kerapian, dan kesiapan. Makna-makna itu tentu saja saling terkait, karena memperindah penampilan juga menuntut kerapian dan keserasian.

Dapat dikatakan bahwa kecenderungan untuk mempercantik penampilan berakar dari kecintaan manusia akan keindahan. Sebab, manusia mencintai dan menerima keindahan, dan mereka juga terpesona dengan keindahan. Daya tarik internal ini membuat manusia memilih mempercantik penampilan, karena kegiatan ini merupakan manifestasi dari keindahan.

Mempercantik penampilan merupakan sebuah perilaku baik yang senantiasa mendapat perhatian dalam sejarah umat manusia dan mempengaruhi sebagian besar dari aspek kehidupan mereka. Pengaruh ini sangat luas mulai dari model pakaian dan tampilan luar sampai aspek-aspek kehidupan manusia seperti, polar pikir dan keyakinan.

Wanita muslimah
Ketika manusia tampil indah dan rapi, mereka menemukan dirinya serasi dengan alam semesta, karena dunia ini indah dan penuh pesona. Allah Swt menciptakan alam semesta penuh dengan lukisan dan panorama yang indah dan kemudian semua keindahan itu dihadirkan untuk manusia. Mereka menganggap sebagian dari kecenderungan manusia akan keindahan terpengaruh oleh keindahan alam dan kemegahan, yang menjelma di lingkungan sekitar atau yang berkilau di angkasa. Keindahan ini sejak dulu membuat manusia terpesona dan takjub dengan alam penciptaan.

Kitab suci al-Quran di sejumlah ayatnya berbicara tentang penampakan lahiriyah alam dan menyebutkan berbagai dimensi penampakan dan keindahan-keindahannya. Kebanyakan ayat al-Quran mengajak kita untuk mempelajari lembaran alam serta memperhatikan pesona dan keindahannya.

Sebut saja dalam surat as-Saffat ayat 6, Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” Dia juga telah menghiasi alam dengan taman dan kebun, sungai, dan laut. Surat al-Kahf ayat 7 menyebutkan, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya…”

Manusia tidak hanya mencintai keindahan, tapi juga – dengan membeli berbagai keperluan dan mengeluarkan biaya yang relatif besar – berusaha menghiasi diri dan mempercantik penampilan dan lingkungan kehidupannya. Pada dasarnya, aspek penting dari pengeluaran hidup banyak orang dan juga salah satu dari pekerjaan yang banyak menyita waktu mereka adalah memenuhi perlengkapan untuk berhias dan mempercantik penampilan.

Kecenderungan ini tercermin dari kebanyakan karya seni dan produk budaya umat manusia. Mencintai keindahan selalu menyertai sejarah kehidupan manusia. Sama sekali tidak ditemukan kepingan tertentu dari sejarah kehidupan mereka yang vakum dari manifestasi cinta keindahan ini.

Fenomena itu mengindikasikan bahwa cinta keindahan sudah tertanam dalam zat dan fitrah manusia. Mereka secara fitrah condong pada kebaikan dan keindahan, dan perasaannya akan tergugah dengan menyaksikan objek-objek yang indah. Manusia sangat menikmati panorama yang indah dan mereka terlihat sumringah. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan makhluk-makhluk yang menakjubkan di dunia merupakan sebuah jawaban terhadap tuntutan fitrah dan sebuah nikmat dari nikmat-nikmat Allah Swt Yang Maha Bijaksana.

Manusia tidak hanya mencintai keindahan, tapi juga sangat tertarik untuk memperindah penampilannya. Mereka mencintai keindahan lahiriyah dan perilaku baik dalam dirinya maupun dalam diri orang lain. Untuk itu, mereka selalu berupaya untuk mencapai keindahan itu dan seni merupakan sebuah fenomena unik yang muncul dari upaya berkelanjutan tersebut.

Penelitian sejarah dan sosiologi menunjukkan sebuah fakta bahwa salah satu parameter keunggulan peradaban dan budaya bangsa-bangsa, terletak pada tingkat kemegahan manifestasi keindahan di tengan masyarakat tersebut. Bukti atas fakta ini adalah keberadaan unsur-unsur seni dan budaya yang sangat luas di tengah bangsa-bangsa besar seperti, Cina, India, Romawi, Mesir, dan Iran.

Wanita muslimah
Lalu, apakah esensi keindahan itu sehingga manusia tergila-gila dengannya? Tentu saja sangat sulit untuk mendefinisikan keindahan, namun manusia akan menyatakan cinta dan ketertarikannya saat menemukan objek-objek yang indah. Ketika menyaksikan keserasian antara gemericik air terjun, tiupan angin, dan kicauan burung, mereka akan berkata, “Ini adalah pemandangan yang indah.” Dengan kata lain, keserasian antara unsur-unsur dari sebuah fenomena mendorong manusia memuji fenomena tersebut dan pada tingkat yang lebih tinggi, mereka memuji Dzat yang menciptakan keindahan itu.

Oleh karena itu, keserasian telah menghadirkan keindahan yang menakjubkan bagi alam. Manusia – sebagai ciptaan Tuhan – juga tertarik untuk menghiasi dan mempercantik dunia di dalam dan luar dirinya. Untuk itu, kecantikan dan keindahan merupakan sebuah realitas yang punya hubungan erat. Dari satu sisi, manusia adalah makhluk Tuhan yang mencintai keindahan. Dan dari sisi lain, dengan bantuan perhiasan dan sentuhan, mereka berusaha untuk menghiasi dirinya dan lingkungan sekitar dan mereka menikmati keindahan itu.

Mengingat ajaran Islam selaras dengan tuntutan-tuntutan fitrah yang ditanam dalam wujud manusia oleh Allah Swt, maka kita menemukan banyak hal dalam ajaran Islam yang berbicara tentang pentingnya mempercantik penampilan. Dalam surat al-A'raf ayat 31, Allah Swt berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…”

Anjuran al-Quran tentu saja tidak terbatas pada hiasan lahiriyah, tapi juga mencakup perhiasan maknawi seperti kesucian dan ketakwaan. Surat al-A’raf ayat 32 memberikan perintah yang lebih umum dan menganggap orang-orang yang menghias diri dengan keliru sebagai perbuatan yang bertentangan dengan agama dan ajaran Islam.

Allah Swt berfirman, “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”

Rasulullah Saw dalam sebuah ucapannya bersabda, “Allah membenci orang yang kotor dan bernoda.” Beliau selalu meminta para sahabatnya untuk menyingkirkan pemandangan kotor dan semrawut dari dirinya dan lingkungan kehidupan mereka. Rasul Saw selalu tampil menarik dan bersih khususnya ketika hadir di hadapan publik dan menerima kunjungan orang-orang.

Dalam sirah Rasulullah Saw disebutkan bahwa setiap kali beliau ingin keluar dari rumah atau menerima tamu, beliau merapikan dan menyisir rambutnya, memperindah penampilan, dan melihat ke dalam bejana berisi air sebagai cermin. Ketika ditanya tentang alasan berbuat demikian, Rasul Saw bersabda, “Allah senang terhadap hamba-Nya yang bersiap dan merapikan dirinya ketika hendak menemui saudara-saudaranya.”

Keseharian masyarakat Iran
Dalam ajaran para pemuka agama, terdapat banyak anjuran yang berbicara tentang pentingnya memperindah penampilan lahiriyah. Mereka menganjurkan kita untuk memakai pakaian yang bersih dan rapi, menyisir rambut dan merapikan jenggot, membersihkan badan, dan menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh orang lain seperti, bau mulut dan bau badan.

Berdasarkan riwayat, Rasul Saw tidak menginginkan seorang Muslim membiarkan dirinya berpakaian kotor dan lusuh, apalagi dia memiliki sarana untuk membersihkannya. Sejumlah hadis menyebutkan bahwa Rasul Saw tak sekadar menjaga kebersihan pakaiannya, tetapi juga memakai wewangian.

Islam menekankan pada umatnya untuk memperindah penampilan sebagaimana mempercantik dimensi batin mereka. Oleh sebab itu, jika seorang Muslim hadir di tengah publik dengan kondisi yang tidak rapi, lusuh, dan kotor, sikap ini tentu saja akan merugikan Islam sendiri. Berlepas diri dari simbol-simbol lahiriyah bukan berarti seseorang tidak peduli dengan penampilannya dan dengan cara ini ingin menunjukkan kerendahannya di hadapan orang lain.

Jumat, 12 Februari 2021 17:06

Islam dan Gaya Hidup (27)

 

Kesehatan adalah hak fundamental bagi setiap individu dan masyarakat. Kajian ayat-ayat al-Quran, riwayat, dan literatur agama secara jelas memperlihat tentang perhatian Islam terhadap masalah kesehatan individu dan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa tidak ada agama dan paham yang fokus dengan masalah kesehatan seperti yang ditunjukkan oleh Islam.

Islam menjelaskan tema-tema kesehatan sebagai perkara wajib, haram, mustahab, dan makruf. Sebut saja memakan sesuatu seperti darah, bangkai, daging binatang yang diharamkan atau meminum sesuatu yang memabukkan – di mana bisa menghilangkan akal dan membahayakan kesehatan manusia – adalah haram hukumnya.

Dari sisi lain, ajaran Islam menjabarkan tema-tema kesehatan yang berperan penting dalam kebugaran masyarakat sebagai perkara wajib atau mustahab. Contohnya, salah satu syarat shalat adalah kesucian anggota badan dan pakaian, sementara wudhu termasuk kewajiban dan mukaddimah shalat. Ketelitian dalam hukum-hukum Islam menyingkap sebuah fakta bahwa semua aturan itu memiliki hikmah yang tidak diketahui oleh semua orang.

Hanya saja kita bisa menyimpulkan bahwa dalam filosofi hukum Islami, aspek maslahat dan mafsadat atau keuntungan dan kerugian – baik itu berkaitan dengan raga maupun jiwa – sudah dipertimbangkan dalam kaitannya dengan individu dan masyarakat. Sesuatu yang bermanfaat bagi jiwa dan raga serta menyehatkan masyarakat adalah halal, dan perkara yang membahayakan mereka adalah haram.

Perlu diingat bahwa dalam Islam maslahat lebih utama dari manfaat; kadang sebuah perkara memiliki manfaat bagi manusia, tapi secara keseluruhan tidak membawa maslahat untuk mereka atau masyarakat. Begitu juga dengan kaidah larangan berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri atau orang lain, Islam melarang umatnya mencemari lingkungan hidup dan mengabaikan petunjuk-petunjuk kesehatan individu dan masyarakat.

Sebagai contoh, Tuhan mewajibkan kita untuk mengubur mayit dengan tujuan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan dan masyarakat. Imam Ali ar-Ridha as berkata, “Diperintahkan untuk mengubur mayit agar orang lain tidak menyadari pembusukan jasad dan tidak mengetahui perubahan baunya serta tidak menyiksa mereka.” (Wasail al-Syiah, juz 3, hal 141)

Menjaga prinsip-prinsip kesehatan sangat penting sehingga Rasulullah Saw menganggap masalah itu sebagai tanda-tanda keimanan dan dapat dikatakan bahwa menjaga kesucian dan kebersihan masuk dalam kategori ibadah. Dalam Islam, setiap perbuatan dengan niat menunaikan kewajiban Ilahi dan mengabdi kepada masyarakat disebut ibadah.

Memiliki fisik dan jiwa yang sehat merupakan salah satu faktor ketenangan dalam hidup dan dalam meniti jalan Tuhan. Manusia sebagai ciptaan Tuhan, khalifah, dan pemikul amanah-Nya, memerlukan kondisi fisik yang prima untuk menunjang kegiatan ibadah. Memanfaatkan semua aspek kesehatan merupakan landasan untuk kegiatan-kegiatan manusia dalam kehidupan material dan spiritual, di mana Rasul Saw menyebut hal itu sebagai “nikmat tersembunyi dan tidak diketahui.”

Oleh karena itu, menjaga kesehatan fisik dan keselamatan jiwa merupakan sebuah kewajiban dalam Islam. Agama ini tidak membenarkan manusia untuk menyiksa fisik dan jiwanya meski dalam kondisi tersulit sekalipun.

Dalam sejumlah riwayat, badan dan seluruh anggotanya merupakan amanah Tuhan dan Dia menyebut kriteria kaum mukmin dan para pendiri shalat adalah mereka yang menjaga amanah. Rasulullah Saw bersabda, “Telinga, mata, lidah, dan jantung adalah amanah dan barang siapa yang tidak menjaga amanah, ia tidak punya iman.”

Dalam surat al-‘Araf ayat 32, Allah Swt berfirman, “Katakanlah; ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang halal dan baik?’ Katakanlah; ‘Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, dan hanya dikhususkan untuk orang beriman saja di hari kiamat.’ Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.’”

Jadi, sesuatu yang diharamkan untuk umatnya jelas itu tidak baik dan tidak pantas untuk mereka. Dan jika seseorang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Swt atau sebaliknya, pada dasarnya ia mengikuti rayuan syaitan, karena syaitan secara perlahan-lahan menjauhkan manusia dari kebenaran. Syaitan menampilkan sesuatu yang bermanfaat dan baik sebagai keburukan dan menunjukkan sesuatu yang berbahaya dan buruk sebagai kebaikan.

Dengan cara itulah syaitan membuat manusia terjebak dalam berbagai masalah. Dalam perspektif Quran, membekali manusia dengan pemberian yang baik dan sesuai dengan fitrah merupakan bentuk penghormatan kepada mereka dan menjadi kewajiban bagi manusia untuk mengucapkan rasa syukur atas semua nikmat dan karunia Tuhan.

Sistem keteraturan dan ketelitian dalam tubuh dirancang untuk membuat manusia kebal terhadap berbagai jenis penyakit, tentu saja jika mereka menjaga prinsip-prinsip dan pedoman kesehatan individual dan sosial. Akan tetapi, gaya hidup yang salah secara perlahan akan menyiksa manusia dengan berbagai jenis penyakit. Berkenaan dengan tindakan-tindakan pencegahan, Rasul Saw dan Ahlul Baitnya memberi sejumlah resep dan saran, di mana salah satunya adalah menjalankan pola konsumsi yang benar.

Dalam sebuah riwayat, Rasul Saw bersabda, “Usus adalah rumah untuk setiap penyakit dan menjaga hal-hal yang berbahaya adalah dasar untuk setiap pengobatan. Jadi makanlah sesuatu yang cocok dengan kalian.” Imam Ali ar-Ridha as berkata, “Dua golongan manusia selalu dalam kondisi sakit; orang sehat yang menjaga pantangan tanpa alasan dan orang sakit yang tidak menjaga pantangan.”

Kiat lain yang efektif untuk mencegah penyakit fisik dan mental adalah melakukan perjalanan. Rasul Saw bersabda, “Lakukanlah bepergian, maka kalian sehat.” Dalam sebuah riwayat lain disebutkan, “Lindungilah diri kalian dari permulaan suhu dingin yaitu awal musim gugur, tapi nikmatilah penghujung suhu dingin yaitu awal musim semi karena ia akan memperlakukan tubuh seperti ia memperlakukan tumbuhan. Suhu dingin musim gugur merusak dedaunan, sementara suhu dingin musim semi menghijaukannya.”

Di antara cara lain untuk menjaga kesehatan fisik dan mental adalah istirahat yang cukup dan memberi relaksasi kepada tubuh, tentu saja manusia harus menjaga keseimbangan dalam melakukan aktivitas. Imam Ali as berkata, “Jangan menghalangi pemahaman kalian dengan cara memberi tekanan kepada hati kalian, karena setiap anggota badan butuh istirahat.”

Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Orang yang bekerja siang-malam dan tidak memberi istirahat matanya dengan tidur (dan mendatangkan bahaya untuknya), maka pekerjaannya adalah haram, meskipun uang yang diperoleh dari pekerjaan itu halal.” Akan tetapi, Imam Shadiq as mengecualikan kondisi tertentu seperti di masa perang atau ketika menyelamatkan nyawa orang sakit dan semisalnya. Imam Ridha as juga berkata, “Tidur (tepat waktu dan proporsional), akan memberi kekuatan kepada tubuh.”

Petunjuk Rasul Saw dan Ahlul Baitnya juga berbicara tentang perihal yang membawa manfaat baik untuk kesehatan jiwa maupun untuk kesehatan fisik. Petunjuk itu antara lain, Imam Ali as menganggap diam sebagai faktor ketenangan dan kedamaian. Diam dalam kasus tertentu akan mendatangkan ketenangan jiwa.

Memilih sikap diam dalam beberapa kasus juga akan mencegah munculnya dampak-dampak negatif seperti permusuhan dan hal-hal yang mengganggu kesehatan. Salah satu cara lain untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga adalah memperhatikan prinsip qana’ah (merasa cukup) dalam hidup dan menjauhi ketamakan serta hasrat untuk menggapai hal-hal yang tidak perlu.

Islam menilai sifat qana’ah sebagai salah satu prinsip kesehatan jasmani dan ruhani. Salah satu alasan tidak adanya kegelisahan dan kegundahan dalam hidup juga dihubungkan dengan sifat tersebut. Berkenaan dengan hal ini, Imam Ali as berkata, “Manusia yang merasa cukup dengan rezekinya, ia akan berada dalam ketenangan dan kedamaian.” Dengan nada yang sama, Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as mencela sifat rakus dan menganggap semua kebaikan ada dalam pemutusan rasa rakus dan hasrat dari apa yang dimiliki orang lain.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam adalah penjamin kesehatan jiwa dan raga manusia. Ilmu kedokteran juga membuktikan bahwa keberlangsungan hidup tanpa kegiatan ibadah akan menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit fisik dan mental. Al-Quran dan petunjuk para pemuka agama akan menghadirkan ketenangan dan kesehatan bagi seseorang karena kedua hal itu menanamkan nilai-nilai keyakinan yang menentramkan jiwa.

Jumat, 12 Februari 2021 17:05

Islam dan Gaya Hidup (26)

 

Gaya hidup sehat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan serta kemampuan seorang individu atau masyarakat. Kegiatan ini mencakup semua disiplin ilmu pengetahuan dan metode yang membantu menjaga kesehatan seseorang. Jelas bahwa keyakinan agama setiap masyarakat memiliki peran luar biasa dalam kesehatan orang-orang di tengah komunitas tersebut.

Dalam Islam, kesehatan jiwa dan raga memiliki nilai dan kedudukan yang tinggi dan demi mendorong masyarakat untuk giat menjaga kesehatan, agama ini menjelaskan dampak-dampak material dan spiritual serta pengaruh duniawi dan ukhrawi dari kegiatan itu.

Bahan makanan
Motivasi utama bagi kaum Mukmin untuk menjaga kesehatan adalah karena pengaruhnya dalam mengundang kasih sayang Tuhan dan membuat mereka menjadi orang-orang yang dicintai oleh-Nya. Kata-kata seperti kebaikan dan kebersihan, berkali-kali disebut dalam al-Quran sebagai indikasi dari pentingnya kesehatan jiwa dan raga menurut ajaran Islam. Mengingat raga sebagai tunggangan jiwa dan kesehatan juga berpengaruh langsung bagi jiwa manusia, maka banyak ajaran Islam yang dikemas dalam bentuk hukum menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan dan kebugaran fisik.

Salah satu perkara yang memiliki peran utama bagi kesehatan manusia adalah tata cara dan pola konsumsi masyarakat. Perkara ini juga mendapat sorotan dalam Quran dan manusia dianjurkan untuk menjaga keseimbangan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Dalam surat al-‘Araf ayat 31, Allah Swt berfirman, “… makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Petunjuk ini merupakan sebuah pedoman kesehatan yang komprehensif, di mana berperan signifikan bagi kesehatan masyarakat.

Riset yang dilakukan oleh para ilmuwan menyimpulkan bahwa banyak penyakit bersumber dari penumpukan makanan yang tidak diserap oleh tubuh. Penumpukan itu sangat membebani kerja jantung dan organ-organ lain dan juga menjadi sumber atas berbagai jenis infeksi dan penyakit. Faktor utama penumpukan muncul karena banyak makan. Pola konsumsi seperti ini menimbulkan berbagai jenis penyakit seperti, diabetes, lemak darah, aterosklerosis, gangguan fungsi hati, serangan jantung, dan obesitas. Panduan Islam tentang pola makan tidak hanya menjamin kesehatan fisik, tapi juga menjaga kesehatan jiwa manusia. Imam Ali as berkata, “Barang siapa yang makan sedikit, kesehatannya akan lebih terjamin dan pikirannya juga akan tertata.” (Ghurar al-Hikam, hal 8803)

Rasulullah Saw dalam sebuah petunjuknya bersabda, “Jauhilah banyak makan karena hati menjadi keras dan membuat anggota tubuh lesu dalam beribadah serta menjadikan telinga tuli dari mendengar nasehat. (Mizan al-Hikmah, hadis 252) Imam Ali Ridha as juga berkata, “Barang siapa yang ingin sehat dan memiliki badan yang ideal, maka kurangilah makan malam.” (Mizan al-Hikmah, hadis 264)

Dalam tafsir Majma' al-Bayan dikisahkan bahwa Harun al-Rashid memiliki seorang tabib beragama Masehi dan ia terkenal ahli di bidang medis. Suatu hari tabib itu berkata kepada para ilmuwan Muslim, “Saya tidak menemukan sesuatu tentang ilmu kedokteran di kitab samawi kalian, padahal ilmu yang bermanfaat itu ada dua macam yaitu, pengetahuan agama dan ilmu badan.” Mendengar kritikan itu, seorang ilmuwan Muslim menjawab, “Allah telah menerangkan semua petunjuk medis dalam setengah ayatnya di al-Quran dan Rasul kami juga meringkas ilmu kedokteran dalam sebuah bimbingannya.”

Ilmuwan Muslim tersebut meneruskan, “Rasul Saw bersabda bahwa usus adalah gudang segala penyakit dan menahan diri adalah pemuka dari semua obat dan apa yang engkau biasakan untuk tubuhmu (dari kebiasaan benar dan baik), maka janganlah engkau ragu untuk melakukannya.” Ketika mendengar jawaban ini, tabib Masehi tersebut berkata, “Al-Quran dan Rasul kalian tidak menyisakan ilmu medis untuk Galenus (tabib terkenal Yunani).”

Tata cara dan pola mengkonsumsi makanan juga dijabarkan panjang lebih dalam sirah dan perkataan Rasul Saw dan Ahlul Bait as. Imam Hasan al-Mujtaba as ketika menjelaskan beberapa kiat bepergian berkata, “Makanlah dengan suapan kecil dan kunyahlah makanan dengan baik dan janganlah engkau menatap wajah orang lain yang sedang makan.” Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Barang siapa yang mencuci tangan sebelum dan setelah makan, makanan itu telah diberi berkah di awal dan akhirnya, dan ia akan sejahtera selama masih hidup serta terjaga dari berbagai jenis penyakit.” Dalam sebuah riwayat disebutkan Rasulullah Saw melarang umatnya meniup makanan dan minuman panas dan dalam sebuah petunjuk lain, beliau bersabda, “Jangan biarkan wadah kalian tanpa penutup.” (Mizan al-Hikmah, juz 1, hal 41)

Salah satu cara lain yang membantu menjaga kesehatan adalah kebersihan dan kesucian. Kebersihan sangat penting sampai-sampai Rasul Saw menganggap hal itu sebagai bagian dari iman. Imam Ali as ketika menjelaskan dampak kesehatan bagi jiwa manusia, menilai hal itu sebagai faktor terbebasnya mereka dari kegelisahan jiwa dan mental. Beliau berkata, “Pakaian yang bersih akan menghilangkan kegelisahan dan menciptakan shalat yang bersih pula.” (Ushul al-Kafi, juz 6, hal 444, hadis 4)

Tema kebersihan dan kesucian sangat penting dan membuat kedua masalah ini menempati bab pertama dalam buku-buku fikih. Hal ini mengindikasikan bahwa tanpa menjaga kebersihan dan kesucian, banyak dari perbuatan manusia menjadi tidak sah. Rasul Saw menjelaskan pentingnya kebersihan lewat berbagai ungkapan dan dalam sebuah riwayat beliau bersabda, “Perbanyaklah membersihkan diri kalian agar Allah memperpanjang umur kalian.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Berusahalah untuk selalu bersih, karena Tuhan membangun Islam atas landasan kebersihan dan orang-orang yang kotor tidak akan pernah masuk surga.” (Nahj-al Fasahah, hal 112-113). Dari sabda tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah kebersihan dan kesucian memiliki ruang lingkup yang luas dan tingkatan yang lebih tinggi.

Dari beberapa riwayat dapat dipahami bahwa menjaga prinsip-prinsip kesehatan akan membawa sejumlah dampak positif seperti, memperpanjang usia, meningkatkan kualitas kesehatan dan kemampuan manusia, menjamin kesegaran jiwa dan raga, mengundang kerelaan dan kecintaan Tuhan, membuat iman menjadi sempurna, menghidupkan hati, membawa berkah bagi rezeki, mencegah kemiskinan, dan menghilangkan kemalasan. Semua pedoman dan metode yang berguna untuk kesehatan jasmani manusia disebut kesehatan lahiriyah dan pribadi Rasulullah Saw merupakan teladan terbaik dalam masalah ini.

Kebersihan dan kesucian sangat penting diperhatikan sehingga al-Quran menyarankan kepada Nabi Saw untuk menjaga kebersihan pakaian. Dalam surat al-Muddathir ayat 4, Allah Swt berfirman, “… dan pakaianmu bersihkanlah.” Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Saw membenci kesemrawutan dan bersabda, “Bersihkanlah pakaian kalian dan pangkaslah rambut kalian serta tetaplah dalam keadaan rapi dan bersih.” Allamah Thabathabai, penulis buku tafsir al-Mizan mengatakan, “Kebanyakan baju Rasul Saw berwarna putih dan beliau sendiri bersabda, ‘pakaikanlah baju putih untuk orang-orang yang masih hidup dari kalian dan dengan itu pula kuburkanlah mereka yang meninggal.’”

Baju putih memperlihat sisi yang kotor dengan jelas dan manusia juga akan segera bertindak untuk membersihkannya. Berkenaan dengan penampilan Rasul Saw, sebuah riwayat mengisahkan bahwa beliau adalah orang yang paling bersih, sangat teliti dalam membersihkan gigi, kepala dan wajahnya senantiasa bersih, rambut-rambutnya tersisir rapi, dan aroma harum selalu tercium dari beliau.” Salah satu bentuk menjaga kesehatan dan kebersihan adalah menyikat gigi dan berkumur-kumur. Setiap kali ingin tampil di hadapan publik, seseorang sangat dianjurkan untuk menjaga kebersihan pakaian, terutama rongga mulut dan gigi serta memakai parfum. Jangan membiarkan bau mulut menyiksa orang sekitar.

Menjaga kesehatan rongga mulut dan gigi merupakan salah satu kunci penting bagi kesehatan masyarakat dan sebagian besar bakteri memasuki badan lewat rongga mulut. Rasul Saw memberi contoh luar biasa dalam perkara tersebut dan bersabda, “Bersihkanlah gigi kalian karena perkara itu adalah sumber kebersihan dan kebersihan adalah sumber iman dan iman hadir bersama pemiliknya di surga.” Dalam hadis lain Rasul Saw bersabda, “Mulut-mulut kalian adalah jalan bagi al-Quran, maka bersihkanlah ia dengan bermiswak.” Rasul Saw juga memerintahkan umatnya untuk membersihkan sela-sela gigi karena hal itu akan menjaga kesehatan gusi.

Jumat, 12 Februari 2021 17:05

Islam dan Gaya Hidup (25)

 

Salah satu tema penting dalam gaya hidup adalah memperhatikan masalah kesehatan dan kebugaran. Jelas sekali bahwa kesehatan berpengaruh pada gaya hidup manusia. Dari sisi lain, gaya hidup juga berperan penting dalam menentukan kesehatan dan kebugaran manusia.

Semua orang membutuhkan fisik yang sehat dan kesehatan prima merupakan sebuah urgensitas sehingga manusia bisa menjalankan aktivitas duniawi dan ukhrawinya. Kesehatan merupakan salah satu anugerah terbesar Tuhan dan pada umumnya manusia baru menyadari nilai nikmat itu setelah mereka kehilangannya.

Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Kesehatan adalah sebuah anugerah yang tersembunyi. Ia dilupakan ketika ada dan diingat ketika ia telah pergi.” Rasulullah Saw juga bersabda, “Ada dua kenikmatan yang selalu diingkari yaitu, kesehatan dan keamanan.” (Bihar al-Anwar, juz 78, hal 12) Jelas bahwa jika seseorang tidak sehat, ia tidak mampu melakukan sesuatu yang berguna. Bahkan untuk melakukan rutinitas kehidupannya, ia membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu, Islam selain memperhatikan masalah kesehatan ruhani, juga mengingatkan manusia untuk tidak mengabaikan kesehatan jasmani dan kebugaran tubuh.

Penekanan Islam pada masalah kesehatan jasmani tentu saja tidak berarti fitnes dan pembentukan otot-otot tertentu. Sebagaimana yang kita tahu, semua anugerah Tuhan yang dilimpahkan kepada manusia ditujukan untuk mencapai kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. Begitu juga dengan nikmat sehat, seperti yang dikatakan oleh Imam Ali as dalam sebuah riwayat, “Zakat ilmu adalah mengajarkannya, zakat kecantikan adalah menjaga kesucian, zakat badan adalah berjihad dan berpuasa, dan zakat kesehatan adalah berusaha untuk menaati perintah dan menghambakan diri kepada Allah Swt.” (Mustadrak al-Wasail, juz 7, hal 7616)

Individu yang tidak memiliki gangguan fisik biasanya disebut orang sehat, padahal definisi kesehatan lebih luas dari itu. Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah pemenuhan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara sempurna, dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau cacat. Jadi, orang yang tidak memiliki gangguan fisik belum bisa disebut sehat, tapi orang sehat adalah orang yang juga sehat secara mental dan berada dalam kondisi sejahtera dari segi sosial. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan kasus kelemahan fisik mungkin saja bersumber dari gangguan pikiran dan emosional. Sebagai contoh, tekanan pikiran dapat menjadi faktor penting pemicu sakit lambung.

Kebanyakan kasus gangguan emosional manusia dipicu oleh interaksi dengan lingkungan sekitar dan kerusakan budaya masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan jasmani memiliki hubungan besar dengan kesehatan pikiran serta kondisi sosial dan budaya.

Kesehatan secara istilah juga berhubungan dengan serangkaian aktivitas dan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran fisik dan kemampuan individu atau masyarakat, di mana mencakup semua disiplin ilmu dan metode yang membantu menjaga kesehatan individu dan masyarakat. Sekarang kita akan melihat tentang pondasi sistem kesehatan dalam Islam. Mengingat kesehatan adalah sebuah kebutuhan fitrah dan penjamin keberlangsungan generasi manusia, maka Islam telah menciptakan jalan untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara mengharamkan sesuatu yang buruk dan kotor serta menghalalkan sesuatu yang baik dan bersih dan menetapkan kaidah untuk menjaga keseimbangan hidup.

Kaidah kesehatan Islam disusun dan dijabarkan dengan penuh ketelitian sehingga sesuai dengan alam dan fitrah manusia. Mungkin alasan memasukkan tema kesehatan dan kebersihan dalam inti agama dikarenakan Tuhan mencintai kebersihan dan membenci perkara-perkara kotor baik itu fisik, mental, dan jiwa. Tuhan telah menanamkan hal itu semua dalam fitrah manusia. Anjuran-anjuran yang terdapat dalam ajaran agama juga menjadi bukti atas perkara fitrah tersebut. Allah Swt dalam surat ar-Rum ayat 30 berfirman, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah…”

Hukum-hukum Islam dibandung atas pondasi fitrah dan maslahat umat manusia – baik itu dalam perkara halal dan haram maupun perintah dan larangan – sudah diperhatikan dengan seksama. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Tuhan yang telah menciptakan makhluk, mengetahui hal-hal yang membuat badan mereka tetap fit dan sehat. Oleh sebab itu, Dia menetapkan perkara tersebut menjadi halal dan mubah serta melarang dan mengharamkan hal-hal yang membahayakan mereka.” Tinjauan sekilas tentang ajaran Islam menunjukkan bahwa bagian utama dari sistem pendidikan Islam dijabarkan dalam kerangka hukum syariat dan dianggap sebagai sebuah kewajiban bagi setiap individu Muslim dan mereka juga wajib untuk menunaikannya.

Mengingat masalah kesehatan sangat penting, maka Allah Swt memasukkan beberapa hal yang berkaitan dengan kesehatan ke dalam program ibadah kaum Muslim. Sebenarnya hal ini untuk menjamin pelaksanaannya. Jika masalah menjaga prinsip-prinsip kesehatan menjadi bagian dari kewajiban agama, maka kaum Muslim tidak akan melanggar prinsip-prinsip tersebut secara terang-terangan.

Selain itu, individu Muslim akan menyambut setiap perbuatan yang mendatangkan ridha Tuhan, seperti membersihkan lingkungan tempat tinggal dan membantu menjaga kesehatan masyarakat. Keimananan setiap individu juga akan menghalangi mereka untuk membuang sampah sembarangan, mengotori sumber air minum, dan membuat kerusakan.

Islam sangat menekankan masalah kesehatan dan kebersihan dan menganggap perkara itu sebagai bagian dari iman dan bahkan konsekuensi dari keimanan itu sendiri. Pada dasarnya, salah satu ciri khas Islam adalah mendorong umatnya untuk menjaga kebersihan di semua aspek kehidupan, sebab menjauhi noda dari tubuh dan ruh merupakan tuntutan fitrah manusia. Dengan menempatkan tema kesehatan dalam program ibadah pemeluknya, Islam ingin menumbuhkan motivasi untuk menjaga kebersihan dan kesucian pribadi Muslim. Rasul Saw bersabda, “Jagalah kebersihan semampu kalian, karena Tuhan telah membangun Islam di atas landasan kebersihan dan seseorang tidak akan pernah memasuki surga kecuali ia sudah bersih.” (Kanzul Ummal, hal 26002)

Oleh karena itu kesehatan dan kebersihan memiliki tempat istimewa dalam Islam, di mana individu Muslim menganggap kesehatan sebagai perkara agama dan mereka menjaganya dalam setiap kesempatan. Sistem kesehatan Islam merupakan sebuah program komprehensif yang dimulai dari kesehatan individu dari segi jasmani dan ruhani dan kemudian mengatur tentang hubungan individu dengan orang lain, yang terangkum dalam bentuk kesehatan keluarga, sosial, lingkungan tempat tinggal, makanan, dan mata pencarian.

Islam dengan bersandar pada ruh telah memberikan penyuluhan kesehatan yang sangat bernilai kepada pemeluknya. Sebagai contoh, al-Quran dalam berbagai ayatnya menyeru manusia untuk mengkonsumsi makanan yang bersih dan halal. Mereka juga dianjurkan untuk teliti dalam memilih makanan. Semua anjuran itu mengajak manusia untuk berhati-hati sehingga makanan yang ia konsumsi benar-benar sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Mereka juga diminta untuk memperhatikan aspek kehalalan dan keharaman makanan, karena makanan berperan besar bagi kesehatan jasmani dan ruhani manusia.

Islam telah menjelaskan pola makan sehat. Imam Ali as dalam sebuah nasehat kepada putranya, Hasan as berkata, “Apakah engkau ingin aku ajarkan empat perkara sehingga engkau tidak perlu bersusah payah untuk berobat? “Iya, wahai ayahku,” jawab Hasan as. Imam Ali as kemudian berkata, “Janganlah engkau duduk di meja makan kecuali engkau lapar dan janganlah meninggalkannya kecuali ketika engkau masih bernafsu, kunyahlah makanan dengan baik dan pergilah ke kamar kecil sebelum beranjak tidur. Jika engkau benar-benar sudah menjalankannya, engkau tidak perlu lagi untuk berobat.” Imam Ali Ridha as berkata, “Jika masyarakat menyantap sedikit makanan, tubuh mereka akan menemukan keseimbangan dan stabil.”

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, “Perut adalah sumber segala penyakit dan menghindari banyak makan adalah dasar 

Jumat, 12 Februari 2021 17:04

Islam dan Gaya Hidup (24)

 

Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang menyenangkan seorang mukmin, berarti ia telah menyenangkanku dan barang siapa yang menyenangkanku, berarti ia telah menyenangkan Tuhan.” (Ushul al-Kafi, juz 2, hal 188)

Sabda Nabi Saw dan perkataan-perkataan yang semisalnya menerangkan sebuah realitas bahwa salah satu kegiatan mulia menurut perspektif Islam adalah menyenangkan orang mukmin. Fakta ini sekaligus menolak pemikiran orang-orang yang menganggap beragama itu sama seperti menerima kesedihan dan menampilkan wajah yang muram dan kelam dari agama. Dari anjuran tersebut dapat dipahami bahwa masyarakat yang diidolakan oleh Islam adalah sebuah komunitas yang bergairah dan ceria.

Dalam pandangan Rasulullah Saw, menyenangkan orang mukmin merupakan kegiatan yang bernilai dan sudah jelas perkara-perkara apa saja yang membuat mereka senang. Oleh karena itu, tidak tepat jika kita menggunakan sarana dan cara-cara yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam untuk menyenangkan kaum mukmin. Dalam sebuah riwayat dari Imam Husein as disebutkan bahwa, “Pekerjaan utama setelah shalat adalah menyenangkan hati orang mukmin dengan perkara yang tidak ada dosa di dalamnya.” (Manaqib, juz 4, hal 75) Beberapa riwayat sudah menyebut bentuk-bentuk kegiatan tersebut. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Di antara perbuatan yang paling dicintai di sisi Allah adalah menyenangkan saudara mukmin dengan cara mengeyangkan ia dari lapar, menyelesaikan masalah yang melilitnya atau membayar utang-utangnya.” (Ushul al-Kafi, juz 2, hal 192)

Jelas bahwa menyenangkan kaum mukmin dengan segala cara tidak terhitung sebagai sebuah ibadah yang besar. Misalnya saja, jika seorang individu membuat orang lain senang lewat jalan dosa, jelas ia belum melakukan perbuatan yang terpuji dan bahkan sudah terjebak dalam sebuah dosa besar. Berkenaan dengan kedudukan kesenangan dalam gaya hidup Islami harus dikatakan bahwa kesedihan dan kesenangan bagaikan dua sisi mata uang. Manusia dalam hidupnya selalu mencari kesenangan dan hidup senang senantiasa menjadi impian mereka. Kesenangan adalah sesuatu yang memotivasi kita berusaha untuk meraihnya, namun tidak semua orang bisa mencicipinya.

Kesenangan bisa dianggap sama dengan perasaan bahagia dan kepuasan atas perjalanan hidup ini secara umum. Dengan kata lain, manusia yang senang adalah mereka yang merasa puas dengan hidupnya meski dalam situasi tertentu, mereka juga menghadapi cobaan hidup. Tingkat kepuasan dan kebahagiaan manusia dalam hidupnya sejalan dengan kadar kesenangan dan kelezatan mereka dalam menjalani proses hidup. Oleh sebab itu, kesenangan adalah kepuasan yang terus-menerus dalam hidup dan manusia menikmati setiap detik dalam kehidupannya.

Kita menemukan orang-orang yang meraih sukses, kekayaan, dan banyak kemewahan, tapi mereka selalu tidak puas dengan hidup ini. Sebaliknya, ada manusia yang hanya memiliki sedikit harta dan kedudukan yang tidak bergengsi, namun mereka hidup senang. Jadi, kesenangan manusia tidak sepenuhnya bergantung pada kepemilikan meteri atau ketiadaannya, tapi hanya bergantung pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka terhadap proses hidup.

Islam fokus untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang ceria dan senang. Ajaran, hukum, dan aturan individual dan sosial dalam Islam, semua berpijak pada landasan tersebut. Hukum dan ajaran Islam mencakup sekumpulan perilaku dan perbuatan yang mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan. Sebagai contoh, hari-hari besar dalam Islam – seperti, Idul Fitri, Idul Adha, dan Idul Ghadir – menyampaikan perilaku dan pemikiran yang menyenangkan. Mendirikan shalat dan membaca doa bahkan bisa mendatangkan kesenangan jiwa yang abadi bagi manusia.

Perintah Islam untuk mengabdi kepada masyarakat – terlepas dari filosofi penghambaan dan ketaatan kepada Allah Swt – akan memperluas persahabatan, kasih sayang, dan persaudaraan di antara manusia. Ketika mereka saling membantu antar sesama, maka nuansa kecintaan, kepuasan, dan kesenangan akan menyelimuti masyarakat dan para anggotanya akan menikmati detik-detik kehidupan ini. Dalam gaya hidup Islami, ada sebuah kaidah umum yang berbicara tentang kesenangan yaitu, segala bentuk kesenangan yang bisa mendekatkan seseorang kepada Allah Swt dan meraih ridhanya, ia dianggap bernilai dan terpuji, dan segala jenis kesenangan yang akan menjauhkan seseorang dari Tuhan atau bahkan mendatangkan murkanya, ia dianggap tidak bernilai dan patut ditolak.

Mayoritas manusia merasa senang jika sudah kaya dan bergelimang harta dan kemudian mereka menjadikan harta itu untuk ajang pamer. Dalam logika al-Quran dan Islam, harta dan jabatan serta semua kenikmatan dunia jangan sampai menghadirkan kesenangan semu bagi manusia. Kesenangan seperti itu selain tidak sejalan dengan gerakan kesempurnaan manusia, tapi juga akan mendatangkan kelalaian dan kesombongan serta menghalangi mereka dari mengerjakan tugas-tugasnya. Allah Swt tidak menyukai kesenangan yang mengundang kelalaian. Tentu saja, jika manusia menganggap harta dan jabatan sebagai sarana untuk mengabdi kepada sesama serta memajukan tujuan-tujuan kemanusiaan dan Islam, maka kesenangan yang diraih selain tidak ditentang, tapi bahkan tergolong bagian dari kesenangan yang terpuji dan positif.

Kesenangan merupakan hasil dari pengetahuan untuk meraih tujuan. Seseorang akan merasa senang jika ia telah meraih kesempurnaan yang diimpikannya. Kesempurnaan yang dikejar setiap orang juga bergantung pada bentuk pandangan dunia mereka terhadap alam semesta dan insan. Individu yang menganggap dirinya sebagai makhluk Tuhan dan tujuan penciptaannya juga untuk mengenal Sang Khalik, maka tentu saja ia akan merasakan kesenangan maksimal jika sudah sampai pada tujuan tersebut. Jika tujuan itu belum tercapai, ia akan senantiasa bersedih dan ia juga sangat terpukul jika berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan itu.

Manusia ketika sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, mereka akan merasa senang dan lega. Akan tetapi, jika tidak bisa menunaikan kewajibannya – baik itu karena malas atau tidak mampu melakukannya – mereka akan merasa sedih dan malu. Dalam pemikiran Islam disebutkan bahwa seorang mukmin akan merasa senang ketika ia sudah menunaikan kewajiban agamanya. Kenikmatan yang ditawarkan oleh Islam bersumber dari kesenangan-kesenangan orisinil. Oleh sebab itu, Islam melarang kelezatan yang membawa pada kelalaian dan meruntuhkan martabat manusia.

Islam tidak menafikan kesenangan material, tapi agama ini memprioritaskan kesenangan yang bersifat abadi di antara bentuk-bentuk kesenangan lain. Kesenangan yang diperoleh melalui kegiatan wisata alam, bepergian, saling berkunjung, dan memuliakan saudara seagama, merupakan bentuk kesenangan yang terpuji. Kegiatan tersebut dapat menghapus kedengkian dan permusuhan serta menciptakan kelapangan dan mengurangi depresi. Sebaliknya, kesenangan yang berasal dari hawa nafsu dan perkara yang sia-sia, dianggap tercela karena membawa dampak buruk dan hanya bersifat sementara dengan hasil negatif.

Agama Islam melarang umatnya untuk meninggalkan kelezatan-kelezatan hidup. Ia menganggap usaha untuk meraih kelezatan dan kesenangan sebagai langkah terpuji. Ajaran Islam menaruh perhatian untuk mewujudkan sarana-sarana kesenangan hidup dengan berbagai cara. Sebagai contoh, Islam menganjurkan kita untuk memakai wewangian, menggunakan pakaian bersih, menghadiri pesta nikah dan syukuran kelahiran anak, menjalin tali silaturahim, dan berjabat tangan sesama saudara, semua itu merupakan sebuah urgensitas untuk membentuk masyarakat bahagia dan penuh energik. Penekanan ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kesenangan dan keceriaan.

Kesenangan merupakan sebuah perasaan batin yang juga memiliki dampak-dampak eksternal. Selama kita belum mempersiapkan hati untuk bersikap baik dan ramah, maka kesenangan tidak akan terwujud dalam perilaku kita. Oleh karena itu, jangan biarkan pikiran negatif dan dogaan jahat menghancurkan benih-benih kesenangan hidup kita dan menguasai kita.