کمالوندی

کمالوندی

Rabu, 16 September 2020 13:17

Motivasi Barat Memerangi Hijab Islami

 

Hijab adalah kata sakral dalam kamus agama Ilahi khususnya Islam sebagai agama langit terakhir. Hijab adalah sesuatu yang bersifat fitrah dan oleh karena itu, wanita di sepanjang sejarah umat manusia selalu menunjukkan kecenderungan untuk menggunakan hijab dan penutup aurat.

Di antara dampak pemakaian hijab adalah dapat menstabilkan kehidupan suami-istri, memberi kenyamanan dan keamanan kepada wanita, mencegah penyimpangan perilaku, dan menjaga keselamatan sosial serta ruang publik masyarakat. Selain itu, hijab merupakan faktor efektif untuk kenyamanan partisipasi kaum wanita di tengah masyarakat dan keaktifan mereka di berbagai ranah sosial.

Hijab telah menjadi isu penting budaya dalam satu dekade terakhir, di mana mempengaruhi sebagian besar interaksi sosial. Ketertarikan wanita di Barat untuk menggunakan hijab telah menjadi sebuah ancaman besar bagi kepentingan para politisi dan bahkan kaum kapitalis. Kebijakan melarang penggunaan hijab yang sedang marak di beberapa negara Barat, merupakan bukti nyata dari pengaruh besar penutup kepala tersebut.

Kaum imperialis dan kekuatan-kekuatan dunia menempuh berbagai cara untuk mengkampanyekan budaya Barat dan kehidupan telanjang. Mereka mengangkat slogan-slogan manis – seperti kebebasan, emansipasi wanita, dan hak asasi manusia – untuk mencapai tujuan jahatnya demi menyebarluaskan budaya vulgar. Sebagai contoh, imperialis Perancis berkesimpulan bahwa mereka harus menanggalkan penutup kepala kaum wanita untuk menguasai Aljazair. Inggris pada abad ke-18 juga menganggap penanggalan hijab wanita sebagai salah satu cara untuk menguasai negara-negara Islam.

Dalam satu abad terakhir di Iran, kaum imperialis juga melakukan banyak upaya untuk menanggalkan hijab wanita. Dalam hal ini, Reza Shah Pahlevi – setelah kunjungan ke Turki dan mempelajari metode untuk memerangi hijab di negara itu – menggunakan berbagai cara untuk memudarkan nilai-nilai agama, khususnya melawan hijab wanita. Ia ingin meniru kebijakan Kemal Ataturk di Turki. Oleh karena itu, Reza Shah pada tanggal 7 Januari 1936, secara resmi mengumumkan penanggalan hijab wanita di Iran. Dengan melaksanakan undang-undang larangan hijab, kebanyakan kaum Muslimah tidak bisa melangkahkan kaki mereka ke luar rumah dan mereka juga dilarang untuk terlibat dalam kegiatan sosial selama tidak menanggalkan penutup aurat. Rezim menempatkan petugas khusus di seluruh penjuru Iran untuk merazia wanita yang memakai hijab. Meski demikian, wanita Iran melakukan perlawanan dan akhirnya pada tahun 1941, Reza Shah meninggalkan Iran dan pelaksanaan undang-undang larangan hijab terhenti dengan sendirinya.  

Identitas dan kepribadian setiap individu secara umum dapat dibaca dari metode dan gaya hidupnya. Hijab dan busana menampilkan gaya hidup seorang wanita Muslimah dan model yang pantas untuk kehidupannya. Namun, mengapa kaum imperialis dan antek-antek mereka begitu takut dengan hijab Muslimah dan berupaya mati-matian untuk melawan hijab?

Dampak utama hijab adalah menghindari budaya telanjang dan memperkuat pondasi-pondasi keluarga di tengah masyarakat. Maraknya budaya telanjang di negara-negara Islam merupakan salah satu instrumen penting pihak asing untuk menjajah dan menguasai negara tersebut. Kaum imperialis terlebih dahulu akan menyerang nilai-nilai budaya sebuah bangsa sebelum mengeksploitasi kekayaan alam dan sumber daya manusia mereka. Barat menggerogotinegara-negara lain dari dalam untuk memuluskan program mereka menguasai sektor ekonomi dan politik negara tersebut.

Di negara-negara Islam, langkah jitu Barat adalah merampas identitas agama masyarakat, khususnya melunturkan atau menghapus hijab di tengah wanita. Dengan mempelajari sejarah Andalusia di Spanyol, Barat berhasil menguasai komunitas Muslim setelah memperlemah keyakinan dan mengkampanyekan budaya telanjang serta kerusakan moral di tengah mereka. Sejak dulu hingga sekarang, perang melawan hijab dengan tujuan menghapus identitas wanita Muslim senantiasa diadopsi oleh negara-negara tertentu. Kaum imperialis ingin memanfaatkan wanita untuk mendukung tujuan-tujuan mereka di dunia. Popularisasi budaya telanjang dan perusakan masyarakat Islam, termasuk di antara tujuan-tujuan kaum imperialis. Mereka menggunakan antek-anteknya di negara-negara Islam sebagai alat untuk meracuni budaya nasional dan nilai-nilai agama sebuah bangsa.

Mengenai hal itu, agen veteran Inggris, Mr.Humphrey mengatakan, “Dalam masalah penghapusan hijab wanita, kita harus melakukan usaha luar biasa sehingga wanita Muslim terdorong untuk melepas hijab dan jilbab mereka… setelah kita melucuti mereka, kita harus mendorong para pemuda untuk mengikuti langkah wanita sehingga tersebar kerusakan di tengah umat Islam.”

Di antara alasan lain pelarangan hijab di negara-negara Barat karena wanita dianggap sebagai komoditas seksual dan barang yang diperjual-belikan untuk melayani lelaki hidung belang. Barat dengan alasan kebebasan wanita, menyeret mereka ke lembah hitam dan mengkampanyekan pakaian-pakaian seksi, yang menampilkan aurat dan lekuk tubuh. Pada dasarnya, orang-orang Barat terjerumus ke dalam sikap yang tidak proporsional (ifrat dan tafrit) berkenaan dengan karakter wanita dan sikap masyarakat terhadap kaum hawa. Mereka sebenarnya tidak mengakui adanya kesetaraan atau keseimbangan dalam memandang kaum wanita. Slogan-slogan mereka absurd dan nonsen belaka.

Langkah lain yang diambil Barat untuk menghapus hijab adalah mendistorsi nilai-nilai. Musuh memahami bahwa perang dengan negara-negara Islam penentang Barat tidak akan efektif, karena mereka akan melawannya dengan kekuatan iman. Pada akhirnya, Barat memilih perang lunak yaitu memperlemah dan merusak jiwa, keimanan, dan keyakinan masyarakat. Jelas bahwa salah satu strategi penting perang lunak adalah mengkampanyekan budaya telanjang dan dekadensi moral di tengah para pemuda. Penulis kontroversial Perancis, Michel Houellebecq mengatakan, “Perang terhadap Islamisasi akan sia-sia dengan membunuh Muslim, kita akan mencapai kemenangan itu hanya dengan merusak moral mereka. Oleh sebab itu, kita harus mengkampanyekan rok pendek ketimbang menjatuhkan bom di kepala mereka.”

Hijab telah menjadi target serangan kaum imperialis sejak mereka menjajah negara-negara Islam, sebab hijab wanita Muslim adalah salah satu faktor untuk melestarikan independensi identitas Islam dan mempertehankan ciri khas agama tersebut. Pemerintah-pemerintah Barat memahami bahwa hijab merupakan perisai dan pelindung bagi kaum wanita dan untuk itu, hijab harus dilucuti untuk memudahkan langkah-langkah berikutnya.

Dalam dua bukunya,‘Hijab' dan ‘Nezam-e Hoquq-e Zan dar Islam' (Sistem Hukum Perempuan dalam Islam), Syahid Ayatullah Murtadha Muthahhari menjelaskan pandangan Islam yang sebenarnya dalam masalah wanita dan partisipasi mereka di tengah masyarakat. Beliau menyoal teori dan pandangan Barat yang cenderung melecehkan wanita dan menistakan hak-hak kaum Hawa. Muthahhari menegaskan bahwa partisipasi terbaik wanita di tengah masyarakat mesti dilakukan dengan menjaga kesopanan berpakaian dan jilbab. Sebab, jilbab menjaga batas-batas kehormatan kaum wanita dan melindungi masyarakat dari penyimpangan moral.

Pada dasarnya, hijab adalah ketentuan wanita muslimah yang paling dibenci Barat karena bertolak belakang dengan budaya mereka. Orang-orang Eropa merasa bahwa segala hasil pemikiran mereka harus diterima oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Mereka terobsesi membumikan trend wanita Eropa yang identik dengan modisme, hedonisme, kosmetisme dan keterpurukan wanita sebagai obyek seksualisme. Mereka ingin semua itu dimainkan oleh kaum wanita sendiri. Mereka berteriak kencang ketika obsesi itu mendapat perlawanan. Barat pantang bersikap toleran terhadap segala sesuatu yang menyalahi prinsip-prinsip mereka.

Hingga sekarang, Barat menebar segudang klaim kemanusiaan untuk memerangi tradisi hijab, menerapkan pergaulan bebas dengan anggapan bahwa ini adalah satu penghormatan bagi kaum wanita. Dalam beberapa tahun terakhir ini, upaya memerangi hijab terlihat gencar di Eropa, terutama Perancis dan Jerman. Barat selalu berusaha menekan habis-habisan setiap budaya non-Barat yang hendak menunjukkan eksistensinya.

Rabu, 16 September 2020 13:15

Profil Imam Ali as Dalam Nahjul Balaghah

 

1- Orang Pertama Yang Masuk Islam:

«فأنا أول من آمن به ... فأنا أول من صدقه»

“Semantara saya adalah yang pertama beriman kepada-Nya… Sedangkan saya adalah orang pertama yang mem-benarkannya.”[1]

2- Melihat Cahaya Wahyu:

«أرى نور الوحي و الرسالة، و أشم ريح النبوة»

“Saya biasa melihat dan memperhatikan sinar cahaya dari wahyu dan risalah Ilahi, dan benghirup napas kenabian.”[2]

3- Aku Selalu Bersama Nabi saw:

«و لقد كنت أتبعه اتباع الفصيل أثر أمه يرفع لي في كل يوم من أخلاقه علما ويأمرني بالاقتداء به»

“Sementara saya biasa mengikuti beliau seperti seekor anak unta mengikuti jejak kaki induknya. Setiap hari beliau menunjukkan kepada saya beberapa dari akhlaknya yang mulia dan memerintahkan saya untuk mengikutinya seperti panji.”[3]

4- Catatan Perjuangan:

«لقد قالت قريش إن ابن أبي طالب رجل شجاع ولكن لا علم له بالحرب لله أبوهم وهل أحد منهم أشد لها مراسا وأقدم فيها مقاما مني لقد نهضت فيها وما بلغت العشرين، و ها أنا ذا قد ذرفت على الستين…»

“Sehingga orang Quraisy itu mulai mengatakan bahwa 'Ali ibn Abi Thalib berani tetapi tidak mengetahui (siasat) perang. Allah memberkati mereka! Adakah seseorang di antara mereka lebih berani dalam peperangan dan lebih berpengalaman dalam hal ini daripada saya. Saya bangkit untuk itu sebelum saya berusia dua puluhan, dan di sini saya berada, setelah menyeberangi [usia] enam puluh…”[4]

5- Tidak Pernah Ragu Sekalipun:

 «ما شككت في الحق مذ أريته»

“Saya tak pernah merasa ragu tentang hak sejak hal itu ditunjukkan kepada saya.”[5]

6- Tidak Pernah Menipu Sekalipun:

«والله ما معاوية بأدهى مني و لكنه يغدر و يفجر، و لولا كراهية الغدر لكنت من أدهى الناس…»

“Demi Allah,[6] Mu'awiyah tidak lebih cerdik dari saya, tetapi ia menipu dan melakukan perbuatan jahat. Sekiranya penipuan tidak dibenci (dilarang) maka tentulah saya menjadi paling cerdik dari semua manusia…”[7]

7- Tidak Pernah Berbohong Sekalipun:

«والله ما كتمت وشمة و لا كذبت كذبة»

“Demi Allah, saya tidak menyembunyikan sepatah kata pun dan tidak mengucapkan suatu kebohongan…”[8]

8- Ilmu:

«أيها الناس سلوني قبل أن تفقدوني ، فلانا بطرق السماء أعلم مني بطرق الارض...»

“Wahai manusia! Bertanyalah kepada saya sebelum Anda kehilangan saya, karena sesungguhnyalah saya mengenal jalan-jalan di langit lebih dari jalan-jalan di bumi[9]…”[10]

9- Nilai Dunia:

«والله لدنياكم هذه أهون في عيني من عراق خنزير في يد مجذوم»

“Demi Allah, dunia Anda ini lebih rendah dalam pandangan saya daripada isi perut babi di tangan seorang lepra.”[11]

10- Pencabut Akar Kelompok-kelompok Pembawa Fitnah

«اما بعد أيها الناس. فأنا فقأت عين الفتنة، ولم تكن ليجرأ عليها أحد غيري»

“Amma ba'du. Wahai manusia, saya telah mengeluarkan mata pendurhakaan. Tiada orang selain saya yang maju ke arahnya ketika kegelapannya sedang membengkak dan kegilaannya parah.”[12]

11- Yang Paling Layak (Menduduki Jabatan Khilafah):

«لقد علمتم أني أحق الناس بها من غيري»

(Diucapkan Amirul Mukminin as ketika orang memutuskan untuk membaiat kepada Utsman)

“Tentulah Anda telah mengetahui bahwa saya yang paling berhak dari semua orang lain atas kekhalifahan.”[13]

12- Menerima Bai’at Umat:

«فتداكوا على تداك الابل الهيم يوم وردها قد أرسلها راعيها و خلعت مثانيها حتى ظننت أنهم قاتلي أو بعضهم قاتل بعض لدي»

“Mereka berlomba kepada saya sebagai unta berlomba ketika tiba di tempat perairan setelah dilepas ikatan kakinya, sampai saya berpikir bahwa mereka akan membunuh saya atau saling membunuh di hadapan saya.”[14]

13- Kecintaan Kepadaku:

«لو أحبني جبل لتهافت»

“Sekalipun sebuah gunung mencintai saya, ia akan runtuh (juga).”[15]

Sayid Radhi mengatakan: Artinya ialah bahwa karena cobaan pada manusia yang mencintai Amirul Mukminin as, kesusahan parah akan menimpanya dan hal ini hanya berlaku bagi orang yang takwa, berkebajikan dan orang pilihan.

14- Melihat Kebenaran:

«إن معي لبصيرتي ما لبست و لا لبس علي»

“Sesungguhnya bersama saya adalah bashirah (mata hati untuk melihat kebenaran). Saya tak pernah menyamarkan sesuatu atas diriku dan tidak pula (hakekat) tersamarkan atasku.”[16]

15- Merindukan Kesyahidan:

«والله لابن أبي طالب آنس بالموت من الطفل بثدي أمه»

“Demi Allah, putra Abu Thalib[17] lebih akrab dengan kematian daripada seorang bayi dengan dada ibunya.”[18]

Catatan:

Bila kita ingin mengkaji profil dan kepribadian Imam Ali as di dalam Nahjul Balaghah, terdapat berbagai macam pembahasan, akan tetapi kita hanya menyebutkan beberapa contoh dari hal tersebut. [IG/

[1] Nahjul Balaghah, Khutbah ke-71.

[2] Khutbah ke-192.

[3] Khutbah ke-192.

[4] Khutbah ke-27.

[5] Hikmah ke-184.

[6] Orang-orang yang jahil akan agama dan akhlak, bebas dari ikatan hukum agama dan tidak menyadari konsepsi hukuman dan ganjaran, tidak mendapatkan hampanya dalih untuk mencapai tujuan mereka. Mereka dapat beroleh jalan keberhasilan fana pada setiap tahapan; tetapi bilamana dikte kemanusiaan, atau Islam, atau batas-batas yang diletakkan oleh etika dan hukum agama menjadi penghalang, kesempatan untuk merancang dan mendapatkan sarana menjadi lebih sempit, dan kemungkinan bertindak menjadi terbatas. Pengaruh dan kekuasaan Mu'awiyah adalah akibat rekayasa dan cara-cara yang tidak mengenal halangan dan rintangan tentang apa yang halal dan haram, tidak pula ia takut akan Hari Pengadilan. Sebagaimana dikatakan oleh 'Allamah ar-Raghib al-Ishfahani ketika berbicara tentang watak, 'Tujuannya selalu adalah untuk mencapai maksudnya, halal atau haram. la tidak peduli akan agama dan tak pernah memikirkan hukuman Ilahi. Maka, untuk memelihara kekuasaannya ia menempuh jalan berbohong dan mengada-adakan cerita rekaan, melaksanakan segala macam tipuan dan rekayasa. Ketika merasa bahwa ia tak mungkin beriiasil tanpa melibatkan Amirul Mukminin dalam peperangan, ia menghasut Thalhah dan Zubair untuk melawannya. Ketika merasa tak mungkin mencapai keberhasilan dengan cara itu, ia menghasut orang Suriah dan menimbulkan perang saudara, Perang Shiffin. Dan ketika posisi pemberontak itu telah diketahui dengan gugurnya 'Ammar ibn Yasir, ia segera mengatakan bahwa 'Ali bertanggung jawab atas gugurnya 'Ammar karena dia yang membawanya ke medan pertempuran; dan pada kesempatan lain ia menafsirkan kata-kata 'pihak pendurhaka' dalam hadis Nabi itu sebagai 'pihak pembalas dendam' dengan maksud untuk membenarkan bahwa 'Ammar dibunuh oleh kelompok yang mencari pembalasan atas terbunuhnya 'Utsman, padahal bagian berikut dari ucapan Nabi, yakni ‘ia hendak menyeru mereka ke surga sementara mereka menyerunya ke neraka' tidak meninggalkan ruang untuk penafsiran lain. Ketika tak tertinggal harapan kemenangan bahkan dengan siasat licik itu, ia merekayasa untuk mengangkat mashaf Al-Qur'an di ujung tombak, walaupun dalam pandangannya Al-Qur'an maupun perintah-perintahnya tidak berarti apa-apa. Apabila ia sungguh-sungguh bertujuan mengambil keputusan dari Al-Qur'an, mestinya ia mengajukan tuntutan itu sebelum dimulainya pertempuran, dan ketika diketahuinya bahwa keputusan itu telah diperoleh 'Amr ibn 'Ash, dengan menipu Abû Musa al-Asy'ari, dan bahwa hal itu bahkan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Al-Qur'an, ia tak seharusnya menerimanya dan mestinya ia menghukum 'Amr ibn 'Ash atas kelicikan itu, atau sekurang-kurangnya memperingatkan dan mencelanya. Tetapi sebaliknya, kinerjanya dihargai dan sebagai hadiahnya ia dijadikan Gubernur Mesir."

Berlawanan dengan ini, perilaku Amirul Mukminin merupakan teladan tinggi tentang syariat dan etika. la terus mengikuti tuntutan kebenaran dan kesalehan, sekalipun dalam situasi sulit, dan tidak membiarkan kehidupannya yang suci dinodai tipuan dan kelicikan. Apabila ia mau, ia dapat menghadapi kelicikan dengan kelicikan, dan kegiatan Mu'awiah yang aib dapat dijawab dengan tindakan yang serupa. Misalnya, ketika ia menempatkan penjaga di Sungai Efrat dan menghalangi pasokan air kepada Amirul Mukminin. Kemudian, ketika Amirul Mukminin merebut posisi itu, pasokan air dapat saja diputuskannya dari mereka pula atas dasar untuk melakukan pembalasan. Tetapi Amirul Mukminin tak pemah menodai tangannya dengan tindakan tak manusiawi semacam itu, yang tidak dibenarkaa oleh hukum atau kode etik, walaupun pada umumnya orang memandang tindakan semacam itu terhadap musuh adalah sah dan menamakan karakter bermuka dua semacam itu untuk mencapai keberhasilan suatu gaya kebijakan dan kemampuan memerintah. Tetapi Amirul Mukminin tak pernah berpikir untuk memperkuat kekuasaannya dengan tipuan atau perilaku bermuka dua dalam keadaan bagaimanapun. Maka, ketika orang menasihatinya untuk mempertahankan para pejabat di masa 'Utsman dalam jabatannya dan agar berlaku ramah terhadap Thalhah dan Zubair dengan menempatkan mereka sebagai Gubernur Kflfah dan Bashrah, dan menggunakan kecakapan Mu'awiqah dalam pemerintahan dengan memberikan kepadanya jabatan Gubernur Suriah, Amirul Mukminin menolak nasihat itu dan lebih menyukai perintah hukum agama di atas keperluan duniawi, dan menyatakan secara terbuka tentang Mu'awiqah sebagai berikut, "Apabila saya mempertahankan Mu'awiah atas apa yang telah diambilnya maka saya akan tennasuk "yang mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong" (QS. 18:51). Orang-orang yang melihat keberhasilan lahiriah tidak peduli untuk mempertimbangkan dengan sarana apa keberhasilan itu dicapai. Mereka mendukung siapa saja yang mereka lihat berhasil dengan sarana kelicikan dan tipuan, dan memandangnya sebagai cakap memerintah, cerdas, ahli politik, berpikiran cemerlang dan sebagainya, sementara orang yang tidak menggunakan cara-cara licik dan tipuan karena terpaut pada perintah-perintah Islam dan ajaran Ilahi dan lebih menyukai kegagalan ketimbang berhasil melalui cara-cara batil, dipandang sebagai tak mengenal politik dan berwawasan lemah. Mereka tidak merasa perlu untuk memikirkan kesulitan dan rintangan apa yang berada di jalan seseorang yang berpegang pada prinsip dan hukum yang mencegahnya terus maju walaupun telah mendekati keberhasilan.

[7] Khutbah ke-200.

[8] Khutbah ke-16.

[9] Sebagian orang menerangkan bahwa "lorong-lorong bumi" dalam ucapan Amirul Mukminin ini berarti urusan dunia, dengan lorong-lorong langit bewti hukum agama, dan bahwa Amirul Mukminin bermaksud mengatakan bahwa ia mengetahui urusan hukum perintah-perintah agama melebihi urusan dunia. Maka Ibn Maitsam al-Bahram (dalam Syarh Nahjul Balâghah, IV, h. 200-201) menulis, "Diriwayatkan dari 'Allamah al-Wabarî, ia mengatakan bahwa maksud Amirul Mukminin ialah bahwa bidang pengetahuan agamanya lebih luas dari pengetahuannya tentang urusan dunia."

Tetapi, mengingat konteksnya, keterangan itu tidak dapat dipandang tepat karena klausa yang sedang kita bahas itu telah digunakan sebagai penyebab dari klausa, "Tanyailah saya sebelum Anda kehilangan saya," dan kemudian disusul dengan ramalan tentang bencana. Bila di antara keduanya dimasukkan klausa "saya lebih mengetahui urusan keagamaan daripada urusan keduniaan" maka seluruh ucapan itu kehilangan makna. Karena, Amirul Mukminin menantang (mereka) untuk menanyakan apa saja yang mereka kehendaki, tidak dibataskan pada urusan hukum agama saja, sehingga kalimat ini dapat dipandang sebagai sebabnya. Kemudian, ramalan tentang timbulnya pemberontakan tak berkaitan dengan urusan hukum agama, sehingga tak dapat diajukan sebagai bukti lebih banyaknya pengetahuan tentang urusan agama. Mengabaikan pentingnya makna kata-kata itu dan menafsirkannya secara yang tidak sesuai dengan keadaan itu, tidak menunjukkan ruh yang tepat, bilamana konteks itu juga membawa makna yang sama yang secara terbuka dibawa oleh kata-kata itu. Jadi, untuk memberi peringatan tentang kejahatan Bani Umayyah, Amirul Mukminin mengucapkan kata-kata, "Tanyakan kepada saya apa saja yang Anda kehendaki, karena saya mengetahui jalan-jalan takdir ilahi melebihi jalan-jalan bumi. Maka, apabila Anda bertanya kepada saya tentang urusan yang tertulis dalam lauhul mahfuzh dan mengenai takdir ilahi, saya dapat mengatakan kepada Anda, dan suatu kejahatan yang serius akan timbul terhadap saya dalam hal-hal di mana Anda merasa ragu, karena mata saya lebih terbiasa dengan garis-garis halus mengenai kejadian dan bencana ketimbang apa yang saya ketahui tentang kehidupan yang nampak di muka bumi. Terjadinya kejahatan ini sama meyakinkan sebagaimana obyek yang dilihat dengan mata. Karena itu Anda harus bertanya kepada saya tentang detail-detailnya dan jalan untuk menyelamatkan diri darinya, supaya Anda mampu mengatur pertahanan Anda bilamana waktu itu tiba." Makna ini didukung oleh ucapan-ucapan Amirul Mukminin yang berturut-turut sehubungan dengan hal gaib, dan yang dibenarkan oleh masa depan. Maka Ibn Abil Hadid mengomentari pengakuan ini sebagai berikut, "Pengakuan Amirul Mukminin diakui pula oleh ucapan-ucapannya tentang kejadian yang akan datang yang bukan sekali atau seratus kali diucapkannya melainkan secara berkelanjutan dan berturut-turut, dari mana tak tertinggal keraguan bahwa apa saja yang dikatakannya adalah atas basis pengetahuan dan kepastian, dan bukan secara kebetulan." (Syarh Nahjul Balâghah, XIII, 106)

Sehubungan dengan ucapan Amirul Mukminin ini, telah ditunjukkan dan diterangkan sebelumnya (dalam Khotbah 92, Catatan 2) bahwa tak ada seorang lain yang berani mengemukakan pengakuan seperti itu, dan orang-orang yang mengajukan pengakuan semacam itu terpaksa menghadapi penghinaan dan kerendahan. Tentang ramalan-ramalan yang dikatakan Amirul Mukminin, lihatlah Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah, VII, h. 47-51; al-Qâdhî Nûruliah al-Mar'asyî, Ihqaq al-Haqq, edisi baru, VIII, h. 87-182.

[10] Khutbah ke-189.

[11] Hikmah ke-236.

[12] Khutbah ke-93.

[13] Khutbah ke-74.

[14] Khutbah ke-54.

[15] Hikmah ke-111.

[16] Khutbah ke-10.

[17] Tentang kematian, Amirul Mukminin berkata bahwa maut begitu dicintainya sehingga bahkan seorang bayi tak sebegitu mau sampai melompat ke sumber makanannya itu sementara ia dalam pangkuan ibunya. Keterlekatan bayi pada buah dada ibunya adalah karena pengaruh dorongan alami, tetapi dikte dorongan alami itu berubah dengan majunya waktu. Ketika masa bayi yang terbatas itu berakhir dan temperamen anak itu berubah, ia bahkan tak ingin melihat apa yang dahulunya begitu akrab baginya, bahkan memalingkan wajah darinya. Tetapi, kecintaan para nabi dan wali uniuk bertemu dengan Allah bersitat mental dan spiritual, dan perasaan mental dan spiritual tidak berubah, tidak pula kelemahan atau kelapukan terjadi padanya. Karena maut adalah sarana dan tangga pertama ke tujuannya maka cinta mereka kepada maut semakin bertambah sehingga kekerasannya menjadi sumber kesenangan bagi mereka, dan kepahitannya terasa sebagai sumber kenikmatan. Cinta mereka kepadanya adalah sebagai cinta orang haus kepada sumber air, atau kerinduan musafir yang tersesat kepada tujuannya. Maka, ketika Amirul Mukminm diciderai oleh serangan fatal 'Abdur-Rahman ibn Muljam, ia berkata, "Saya sebagai seorang pejalan yang telah mencapai (tujuan), seperti pencari yang sudah mendapatkan (maksud), dan apa yang ada di sisi Allah adalah baik bagi orang yang takwa." Nabi mengatakan bahwa tak ada kesenangan bagi seorang mukmin selain persesuaian dengan Allah.

[18] Khutbah ke-5.

Rabu, 16 September 2020 13:10

Seorang Wanita Yunani Masuk Islam

 

Saya menjadi yakin ketika saya membaca biografi Nabi Muhammad Saw.

Nama saya Janna. Saya warga Yunani. Saya lahir di Jerman dan dibesarkan di keluarga yang sangat ketat dengan tradisi Yunani Ortodoks. Kami tumbuh hampir seperti keluarga Muslim lainnya yang hidup bersama-sama anak lain. Keluarga kami ingin menjamin bahwa kami akan dibesarkan dengan cara Kristen, yaitu cara Ortodoks.

Pada hari-hari libur, kami selalu pergi berlibur bersama-sama dan tidak pernah berpisah ketika mengisi liburan. Sehingga, liburan keluarga bagi semua sangat mengasikkan, khususnya liburan pertama kami di Uni Emirat Arab (UEA) sekitar 13 tahun yang lalu. Waktu itu, saya berumur sekitar 12-13 tahun dan pekan pertama kami tinggal di negara itu, kami melakukan tur ke seluruh UEA.

Pada saat itu adalah hari Jumat ketika kami dalam perjalanan ke al-Souq (pasar). Tiba-tiba adzan (panggilan untuk shalat) terdengar pertanda dimulainya waktu shalat. Semua kegiatan berhenti. Orang-orang menghentikan mobil mereka dan mengambil sajadah, kemudian keluar dari mobil. Ternyata mereka kemudian menunaikan shalat di jalanan.

 Suara adzan telah mengubah sesuatu di dalam diri saya dan subhanallah saya tidak tahu apa itu, tetapi sesuatu itu tidak pernah meninggalkan saya. Ia telah mengubah sesuatu di dalam diri saya dan menetap di dalamnya. Saya ingin tahu apa artinya dan apa yang sebenarnya dikatakan kepada saya.

Saya adalah orang yang tidak pernah ingin mendengar masalah kematian sama sekali. Saya biasa meninggalkan percakapan ketika mengarah pada masalah kematian dan saya tidak pernah menghadiri pemakaman. Paman saya menghirup nafasnya yang terakhir dan meninggal di depan mata saya. Peristiwa itulah yang banyak mengubah diri saya.

Saya mulai merasa bahwa hidup ini tidak persis apa yang saya pikirkan. Kami menginvestasikan terlalu banyak waktu dan energi pada hal-hal yang dapat hilang dalam hitungan detik. Setelah kematian paman saya, saya biasa bangun tiga kali dalam semalam hanya untuk memeriksa apakah ayah atau ibu saya masih bernapas.

Meneliti Islam

Saya selalu merasa takut akan kematian karena saya berpikir bahwa ini adalah akhir dari kehidupan. Hal itu sangat mendorong saya untuk mulai meneliti lagi tentang Islam. Sebelumnya, saya melakukan riset tentang agama-agama lain juga, tetapi saya tidak dapat menemukan kebenaran di sana atau kebenaran yang meyakinkan saya.

Ketika saya mulai mengkaji tentang Islam, saya menemukan semua jawaban yang tidak dapat saya temukan dalam agama saya sendiri. Faktanya adalah saya menjadi yakin ketika saya membaca biografi Nabi Muhammad Saw. Hal ini mengingatkan saya begitu banyak dari apa yang kami biasa ketahui dan baca tentang Yesus. Sehingga saya mulai membaca dan membaca, dan tampaknya Nabi Islam menjadi orang mulia dengan karakteristik yang luar biasa dan memiliki sebuah kepribadian yang saya pikir saya tidak pernah mempunyai sesuatu yang mirip seperti itu sebelumnya.

Setelah membaca biografinya, saya yakin bahwa saya harus menghapus semua yang saya tahu tentang Islam dan mulai membaca dari nol dan seterusnya. Kemudian mendapatkan hasil penelitian saya sendiri serta memperoleh fakta-fakta sendiri tentang agama ini, karena jelas bahwa semua yang saya tahu sebelumnya adalah salah.

Tidak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa Islam adalah benar dan tidak mungkin ada agama lain di dunia daripada ini. Meskipun saya yakin tentang Islam, tetapi saya takut untuk mengucapkan syahadat. Saya seperti mengatakan "Ya, itu hal yang benar" dan saya mengambil logika dan cara hidup ini dalam diri saya, tetapi saya tidak akan pernah bisa menerima Islam karena saya tahu orang tua dan keluarga saya tidak akan menerimanya. Jika mereka sampai mengetahui hal itu, maka hidup saya akan berubah secara dramatis.


Mengucapkan Syahadat

Saya bertemu dengan seorang gadis di Jerman. Dia berasal dari Mesir. Namanya Noha. Dia banyak membantu saya, sebab saya bertemu dengannya tepat ketika saya mulai berdoa untuk benar-benar menemukan kebenaran dan mendapatkan keberanian yang lebih kuat tentang apa yang saya lakukan. Kami mulai mengenal satu sama lain. Kami berbicara tentang Islam. Dia mulai menjelaskan semuanya kepada saya dan semua pertanyaan yang saya miiliki, karena saya yakin saya tahu yang sebenarnya. Saya tahu agama saya salah dan saya tidak bisa hidup seperti itu.

Setelah bertemu Noha, kira-kira satu atau satu setengah bulan kemudian, saya bersyahadat (kesaksian iman) di Jerman, tepatnya di asrama mahasiswa. Hal itu seharusnya hanya aku dan Noha yang tahu, tetapi entah bagaimana, mahasiswa-mahasiswa Muslim mengetahui bahwa seseorang akan masuk Islam. Sehingga setelahnya, saya memiliki sekitar 20 orang saksi di ruangan asrama tersebut. Jadi Alhamdulillah saya mempunyai banyak saksi.

Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), alhamdulillah saya telah mengucapkan syahadat dan saya tidak akan pernah melupakan hari itu dan hari pertama saya shalat.

 

Rabu, 16 September 2020 13:07

Manfaat Tawakal Kepada Allah Swt

 

Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah  buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah bergantung kepada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannya tetap terjaga.

Ilmu pengetahuan, industri, seni dan teknologi, menjadi sumber prestasi bagi manusia. Dengan ilmu dan teknologi manusia dapat mencapai kemakmuran materi dan memiliki berbagai fasilitas dalam kehidupannya, serta banyak hal yang awalnya tidak diketahui manusia menjadi tampak jelas baginya.

Dewasa ini, banyak fenomena yang telah dipahami oleh ilmu manusia, namun ada satu poin yang menjadi perenungan dan harus ditinjau ulang oleh para pakar, yaitu kemajuan dan kemampuan materi tidak mampu memenuhi kebutuhan ruh dan jiwa manusia seperti kebutuhan akan ketentraman, ketenangan, rasa optimis dan harapan akan masa depan.

Saat ini, banyak problem yang mengancam masyarakat, di mana kecemasan dan depresi adalah yang paling umum dialami mereka. Ilmu psikologi, bimbingan dan psikiater dengan berbagai metodenya, berupaya memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Berbagai aliran pengobatan psikologi, mulai dari terapi perilaku, terapi psikoanalitik dan pengobatan yang didasarkan pada nalar dan emosi serta bentuk pengobatan yang lainnya, diterapkan demi membantu manusia menghilangkan problemnya. Selain berbagai metode pengobatan tersebut, agama datang untuk membantu manusia dan memberikan strategi psikologis khusus untuk menghadapi masalah-masalah kejiwaan.

Tawakal kepada Allah Swt adalah salah satu metode yang dapat membantu manusia. Berbagai riset dan pengamatan empiris menekankan akan hal itu, dimana tawakal kepada Allah Swt dapat mengurangi rasa cemas dan depresi, bahkan berbagai penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis, serta menciptakan ketentraman, keberanian, optimisme, percaya diri dan kesabaran bagi manusia. Dalam Islam ditegaskan bahwa tawakal kepada Allah Swt sebagai salah satu strategi penting agama demi kebahagiaan manusia.

Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan menyerahkan permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan adanya kelemahan dan ketergantungan kepada pihak lain. Dalam Al-Qur’an, kata tawakal berjumlah 42 dalam segala bentuk, tunggal atau jamak, berkonotasi memasrahkan diri, memercayakan serta menyerahkan segala permasalahan kepada Allah Swt. Sedangkan secara istilah,  salah satu definisi tawakal adalah bentuk ketergantungan dan kepasrahan yang benar kepada Allah swt sebagai zat yang berkuasa mendatangkan manfaat dan menolak marabahaya dengan senantiasa melakukan ikhtiar (usaha) sebagaimana yang diperintahkan-Nya.

Bertawakal bukan berarti tidak melakukan ikhtiar, tetapi lebih dari itu, tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT sembari senantiasa melakukan ikhtiar. Rahasia dan hakikat tawakal adalah kepasrahan jiwa kepada Allah swt, karena itu segala bentuk ikhtiar tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukan tanpa kepasrahan kepada Allah.

Ketika manusia menghadapi masalah dan merasa dirinya sendiri tidak mampu menyelesaikan masalah itu, maka ia akan menyerahkan masalah tersebut kepada seseorang yang mampu menyelesaikannya, dan dengan jalan tersebut ia telah meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu, jika yang diwakilkan adalah seseorang yang berilmu, mampu dan berkualitas, serta memiliki minat dan simpati tinggi kepada yang mewakilkan, maka penyerahan tersebut akan memiliki nilai tinggi dan kemungkinan berhasilnya pun akan lebih besar.

Kenyataan ini sesuai dengan tawakal manusia kepada Allah Swt. Manusia senantiasa menghadapi masalah dalam hidupnya, dan mengingat manusia memiliki banyak keterbatasan dan tidak mampu menyelesaikan masalahanya sendiri, maka untuk menutupi ketidakmampuan dan kelemahannya, selain menggunakan faktor alamiah dan materi, ia harus bersandar kepada kekuatan tak terbatas Allah Swt dan percaya kepada-Nya, serta memohon pertolongan Allah Swt supaya sukses dalam mengatur urusan kehidupannya. Allah Swt sebagai pencipta manusia lebih mengetahui segala sesuatu yang menguntungkan atau merugikan manusia dan tentunya Dia lebih penyanyang dari segalanya. 

Sebagaimana keutamaan akhlak yang lain, tawakal juga memiliki berbagai sebab dan sumber. Namun dapat dikatakan bahwa pennyebab utama tawakal adalah iman dan yakin kepada zat suci Allah Swt dan keindahan serta keagungan-Nya. Ketika manusia menyadari kekuatan dan ilmu tak terbatas Allah Swt dan melihat dunia sebagai panggung anugerah tak terbatas-Nya, maka ia dengan penuh keyakinan akan bertawakal dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Saat manusia berada dalam masalah, Ia akan berpegang hanya kepada Allah Swt dan selain berusaha, ia juga akan memohon keberhasilan kepada-Nya.

Percaya penuh kepada Allah Swt demi meraih ketenangan jiwa dapat menghilangkan kecemasan dan kegelisaan, sehingga manusia dengan mudah dapat melangkah untuk meraih hasilnya. Salah satu ciri orang yang bertawakal adalah di saat bahagia ia tidak terlalu berbangga, dan tatkala kebahagiaan itu lenyap, ia juga tidak terlalu gelisah dan sedih, namun ia semaksimal mungkin berupaya memenuhi keperluannya dan menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt. Ia yakin bahwa Allah Swt akan menolongnya.

Manusia seperti itu bagaikan orang yang berlindung di benteng yang kuat dan musuh tidak dapat menjangkaunya. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin tatkala menghadapi masalah, mereka langsung berlindung di bawah benteng tawakal, di mana tak seorang pun dapat menembus benteng tersebut. Dengan begitu kegelisahan dan ketakutan tidak ada artinya bagi mereka.

Banyak ayat Al-Quran dan riwayat yang menjelaskan tentang tawakal. Dalam tujuh ayat secara berulang disebutkan kalimat yang artinya orang-orang yang beriman harus bergantung hanya kepada Allah Swt. Kalimat tersebut secara jelas menerangkan hubungan antara iman dan tawakal.

Dalam surat Ash-Shuara ayat 61 dan 62, Allah Swt berfirman, “Maka tatkala kedua kelompok itu saling melihat, para pengikut Musa berkata ketakutan, "Sesungguhnya Firaun dan kaumnya hampir menyusul dan kemudian membunuh kita." (61) “Musa berkata, "Sesungguhnya perlindungan Allah selalu menyertai ke mana aku pergi. Dia senantiasa memberikan kepadaku jalan keselamatan." Demikianlah, Musa berusaha menenangkan Bani Israil dan membuang jauh-jauh dari pikiran mereka perihal ketersusulan yang menakutkan itu.” (62)

Kedua ayat tersebut mengisahkan tentang Nabi Musa as dan kaumnya. Ketika kaum Nabi Musa as melihat bala tentara Firaun yang mengejar mereka, mereka ketakutan dan menyatakan bahwa mereka tidak akan mampu menghadapai tentara Firaun. Namun Nabi Musa as menenangkan mereka dan mengingatkan kaumnya bahwa Allah Swt bersama mereka.

Pada hakikatnya, salah satu metode efektif yang dilakukan semua nabi dalam menghadapi masalah adalah tawakal kepada zat tak terbatas Allah Swt. Manusia yang bertawakal, dalam dirinya akan timbul energi dan kekuatan serta akan menemukan kesabaran yang berkesinambungan demi mencapai tujuan-tujuannya.

Selain itu, ia akan menemukan arti dari segala peristiwa yang ia alami dalam kehidupannya. Pemahaman tersebut dapat membantunya dalam menafsirkan fenomena kehidupannya, sehingga terlepas dari sesuatu yang tidak berguna dan tak berarti. Manusia seperti ini tidak akan pernah merasa putus asa dan akan terus berupaya demi mencapai tujuannya, namun jika mereka tidak mendapat hasil yang diinginkan, mereka menilai bahwa ada kebaikan di balik itu.

Terkait hal itu,  Allah Swt dalam surat al-Baqara ayat 216 berfirman, “....Mungkin saja di dalam hal-hal yang tidak kalian sukai itu terdapat kebaikan, dan sebaliknya, di dalam hal-hal yang kalian sukai justru terdapat keburukan. Allah sungguh mengetahui maslahat yang kalian ketahui. Maka, sambutlah apa yang diwajibkan kepada kalian.”

Salah satu sisi lain dari tawakal kepada Allah Swt adalah harapan manusia kepada anugerah Allah tatkala mengalami kondisi yang sulit. Munculnya harapan untuk terbebas dari kegelisahan dan problem, serta harapan untuk mendapat pertolongan Allah Swt dalam memerangi kebatilan, merupan dampak dari tawakal. Orang yang bertawakal merasa yakin akan mendapat pertolongan Allah Swt, sehingga ia tidak tenggelam dalam masalah yang ia hadapi.

Manfaat lain dari tawakal adalah memiliki hati dan kemandirian yang kuat dalam mengambil keputusan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “Barang siapa yang ingin menjadi orang yang paling dicintai masyakarat, maka ia harus bertakwa, dan barang siapa ingin manjadi orang terkuat di masyarakat, maka ia harus bertawakal kepada Allah Swt, dan.....”

Kemuliaan dan martabat di sisi masyarakat adalah  buah dari tawakal kepada Allah Swt. Orang yang bertawakal tidak pernah bergantung kepada orang lain, sebab ia menyandarkan dirinya hanya kepada Allah Swt. Ia tidak pernah merendahkan dirinya demi mencapai harta dan jabatan, sehingga martabat dan kemuliaannnya tetap terjaga.

Terkait hal itu, dalam surat al-Anfal ayat 49, Allah Swt berfirman, “…Sesungguhnya orang-orang yang menyerahkan segala urusan mereka kepada Allah dengan penuh keimanan dan harapan, serta menyandarkan diri hanya kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan segala kebutuhan dan memenangkan atas musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuat kekuasaan-Nya dan Mahabijaksana dalam pemeliharaan-Nya.”

Dengan tawakal, urusan materi dan maknawi manusia akan teratur. Ia akan mendapat rizki yang tidak pernah ia bayangkan dan pikirkan sebelumnya dan ia akan menjalani hidupnya di jalan yang benar dengan rasa puas dan optimis. Rasa puas tersebut dapat menjauhkan manusia dari penyakit-penyakit jiwa dan akhlak. (IRIB Indonesia/RA/NA)

 

 

Sayyidah Zainab Ra adalah salah satu istri Rasulullah Saw. Ayahnya bernama Jahsh bin Ri’ab dan ibunya Umaymah Binti Abdul Muthalib, Bibi Rasululullah Saw. Salah satu peristiwa yang terjadi pada tahun kelima Hijriah adalah pernikahan Rasulullah Saw dengan Sayyidah Zainab binti Jahsh.

Dalam perihal pernikahan Rasulullah saw dengan Ummul Mu’minin Sayyidah Zainab binti Jahsh, seyogyanya dijelaskan terlebih dahulu peristiwa pernikahan Sayyidah Zainab dengan suami pertamanya, Zaid bin Haritsah Ra.

Dikatakan bahwa  laki-laki kedua yang beriman kepada Rasulullah Saw adalah Zaid bin Haritsah Ra. Beberapa tahun sebelum hari diutusnya Rasulullah Saw  beliau datang ke rumah Ummul Mu’minin Sayyidah Khadijah Ra dalam keadaan budak dan Rasulullah Saw mengambilnya dari Sayyidah Khadijah Ra dan memerdekakannya dan setelah itu ia menjadi anak angkatnya Rasululullah Saw dan masyarakat Mekkah pun setelah itu menamainya Zaid bin Muhammad.

PERISTIWA PENAWANAN DAN PERBUDAKAN ZAID

Dia adalah seorang pemuda dari kabilah Kalb dan karena pertengkaran antara kabilah tersebut (Kalb) dengan salah satu kabilah arab lainnya, mereka menawannya dan di pasar Ukadzh ia diperjualkan sebagai budak lalu Hakim bin Huzam-keponakan Sayyidah Khadijah Ra- sesuai dengan permintaan Sayyidah Khadijah untuk membeli seorang budak, membeli Zaid dan membawanya ke Mekkah ke hadapan Sayyidah Khadijah Ra. Setelah Rasulullah saw menyunting Sayyidah Khadijah, Beliau menyukai Zaid sampai-sampai memanggilnya “Zaidul Hubb” (Zaid tercinta). Sayyidah Khadijah melihat rasa suka Rasulullah saw tersebut sehingga memberikannya kepada Rasulullah Saw.

Zaman berlalu hingga sekelompok dari kabilah Bani Kalb melaksanakan Haji dan kemudian melihat Zaid dan mengenalinya, Zaid pun mengenali mereka dan berkata: “ aku tahu ayah dan ibuku bersedih dan panik karena ketiadaanku dan dia bersya’ir untuk keselamatan dan keridhoannya dan memuji (beryukur) kepada Allah Swt karena telah tinggal di rumah Rasulullah Saw yang mulia.  

فانّی بحمد اللّه ِ فی خیرٍ اُسْرَةٍ کرامٍ مَعَدٍّ کابرا بعد کابر

“Sesungguhnya aku memuji Allah Swt telah berada dalam kebaikan keluarga mulia…”

Rombongan Bani Kalb menyampaikan kabar kepada ayahnya Zaid bahwa ia masih hidup dengan tepat waktu.  Ayah dan pamannya Zaid mendatangi Rasulullah Saw untuk membayar Fidyah dan memerdekakan Zaid dan berkata: “Wahai putra Abdul Muthalib! Wahai putra Hashim! Wahai putra pemimpin kaumnya! Kami datang untuk membicarakan perihal anak kami, kasihinilah kami, berbaiklah kepada kami, ambillah fidyah dan merdekakanlah dia”. Nabi Saw bertanya:” Siapa dia?”. Mereka menjawab: “Zaid bin Haritsah”. Rasululullah saw berkata: “mengapa tidak membicarakan permintaan lain?”, mereka bertanya: “permintaan apa?”, Rasul berkata: “Panggillah dia dan berikanlah pilihan padanya, jika dia memilih kalian, maka dia adalah milik kalian dan jika dia memilihku, aku bersumpah demi Allah Swt, barang siapa yang memilihku, aku tidak akan berurusan dengan orang yang mau mengambilnya dengan cara apapun dan dengan siapapun. Mereka berkata: “Kau berbicara dengan adil kepada kami dan engkau berbuat baik kepada kami”.

Kemudian, Nabi Saw memanggil Zaid dan berkata: “Kau mengenali mereka?”. Dia menjawab: “Iya, mereka adalah ayah dan pamanku”. Nabi saw berkata:”Aku sebagaimana yang kau kenal dan teman dudukku yang kau lihat, aku atau mereka yang kau pilih?”.  Zaid menjawab: “aku tidak mau mereka. Aku tidak akan memilih orang lain selain kamu. Kamu adalah pengganti ayah dan pamanku”. Ayah dan paman Zaid berkata: “ Wahai Zaid! Kamu tak tahu malu, apakah kamu lebih memilih menjadi budak daripada merdeka dan daripada ayah, paman dan keluargamu?”. Zaid berkata: “Iya, Orang ini memiliki keutamaan-keutamaan yang aku tak akan  memilih orang kecuali dia”. Ketika Rasululullah Saw melihat hal tersebut, dia membawanya ke Hijir Isma’il dan mengumumkan: “Wahai orang-orang yang hadir di sini! Jadilah saksi bahwa Zaid adalah anakku, dia mewarisiku dan aku mewarisinya. Ayah dan pamannya melihat hal tersebut, mereka bahagia dan mereka pun kembali ke tanah kelahiran mereka dengan tenang tanpa memikirkan hal ini lagi.

Setelah Nabi Muhammad saw diutus sebagai Nabi dan Rasul dan bebrapa tahun dari peristiwa tersebut telah berlalu sesuai dengan Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 6-5:

ادْعُوهُمْ لآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٥) النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَى أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا (٦)

“Panggilah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang(5). Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang muhajirin, kecuali kalau kamu hendak berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Demikianlah telah tertulis dalam kitab (Allah)(6)”(QS. Al-Ahzab:5-6)

Hukum tersebut dinashkan dan ditetapkan bahwa anak-anak angkat dipanggil dengan nama-nama orang tua asli mereka. Dan setelah itu Zaid pun dipanggil Zaid bin Haritsah.

PERNIKAHAN ZAID BIN HARITSAH DENGAN ZAINAB BINTI JAHSH

Salah satu bentuk cinta Rasulullah Saw kepada Zaid adalah dengan memilihkan Zaid seorang istri, oleh karena itu Beliau datang ke hadapan Zainab binti Jahsh. Pada mulanya Zainab dan keluarganya bahagia karena mengira Rasululullah Saw datang untuk melamar atas dirinya sendiri dan siap menjawab kesediaan, tetapi pada saat mereka tahu bahwa lamaran ini untuk Zaid bin Haritsah, mereka menyesal dan menyampaikan pesan kepada Rasulullah Saw bahwa pernikahan ini melanggar adat keluarga mereka dan  karenanya mereka tidak bersedia menyambung hubungan tersebut. Pada saat surat Al-Ahzab ayat 36 turun:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا (٣٦)

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, Dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata”(QS. Al-Ahzab:36)

 

Kemudian Zainab mengumumkan kesediaannya dan kemudian menikah dengan Zaid.

Selang beberapa waktu, masalah di antara mereka berdua berdatangan. Zaid mengadukan hal ini kepada Rasul Saw dan menginginkan perceraian dengan Zainab, tetapi Nabi Saw menyuruhnya untuk bersabar dan bersabda:” pertahankanlah istrimu”. 

اَن زیدا جاء یشکوا زوجتُهُ فَجَعَلَ النَبی یقُولُ: اِتَقِ الله وَ اَمسِک عَلیک زَوجک

Bahwasanya Zaid mengadu kepada Nabi saw perihal istrinya, kemudian Rasul bersabda: “Bertakwalah kepada Allah Swt dan pertahankanlah istrimu”

Beberapa waktu kemudian, Zaid mendatangi Rasululullah saw lagi dan mengabarkan bahwa hubungan dengan istrinya sudah hampir hancur dan keduanya sudah mendekati perceraian. Pada saat demikian wahyu turun dan Allah Swt berfirman:

“وَ اِذ تَقول لِلَذی اَنعَمَ اللهُ عَلَیهِ وَ اَنعَمت عَلَیهِ اَمسِک عَلَیکَ زَوجَکَ وَ اتَقِ اللهَ وَ تُخفی فی نَفسِکَ ما اللهُ مُبدیهِ وَ تَخشَی النَاسَ وَ اللهُ اَحَقُ اَن تَخشَهُ فَلَمَا قَضَی زَید مِنهَا وَطَرا زَوَجنَکَهَا لِکَی لایَکونَ عَلَی المومنینَ حَرَج فی اَزوَاجِ اَدعِیائِهِم اِذا قَضَوا مِنهُنَ وَطَرا وَکان اَمرُ اللهِ مَفعُولا”

“Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, "Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap isterinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi” (QS. Al-Ahzab:37)

 

Lalu apa yang membuat Rasul menyembunyikannya karena takut kepada masyarakat? Allah Swt khendak menetapkan suatu hukum dan mengajarkan cara lain kepada masyarkat yang hukumnya berlainan dan tidak  sama dengan hukum dan adat orang jahiliyyah. Jika orang-orang Arab mengangkat seorang anak, mereka memberikan nasab kepada anak tersebut dan tidak menisbatkan kepada orang tua aslinya sebagaimana yang tertuang dalam surat Al-Ahzab ayat 40:

ما کان مُحَمَد اَبا اَحَد مِن رِجَالِکُم وَلَکِن رَسُولَ اللهِ وَ خَاتَمَ النَبیینَ وَ کانَ اللهُ بِکُلِ شَی ء عَلیمَا

“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”

 

Maka Allah swt khendak mengakhiri adat tersebut dan khendak  membangun hukum dan adat baru dalam Islam. Bagaimana pun Akhirnya Zainab dan Zaid bercerai.

PERNIKAHAN RASULULLAH SAW DENGAN ZAINAB BINTI JAHSH

Allah swt bersabda kepada Rasulullah Saw:  “Zainab menikah dengan seorang yang memiliki derajat yang lebih rendah darinya karena untuk keridhoan Allah Swt., menentang kebiasaan orang-orang Arab dan kehendak batin dia mau menikah dengannya; Allah Swt akan memuliakannya dan menjadikannya istrimu”

Sayyidah Zainab yang merupakan salah satu dari kaum muhajirin dan dari keluarga yang terhormat di Mekkah, setelah diceraikan pada tahun ketiga atau kelima Hijriyyah,  sesuai dengan wahyu Illahi, pada umur 35 tahun dia menikah dengan Rasulullah Saw, untuk mensyukuri ni’mat yang Allah berikan, dia berpuasa selama dua bulan.

Setelah menikah dengan Rasulullah Saw, Sayyidah Zainab membanggakan dirinya dan beberapa kali berbicara dengan istri-istri Rasululullah saw yang lain: “aku dengan kalian berbeda karena kalian dinikahkan dengan Rasulullah Saw oleh keluarga kalian, tetapi saya dinikahkan dengan Rasulullah Saw oleh Allah swt dari atas langit ketujuh”

فکانت تفخر علی ازواج النبی "ص" و تقول: زوجکن اهالیکن و زوجنی الله من فوق السموات

“Dan dia berbangga atas pernikahannya dengan Nabi saw dan berkata: pernikahan kalian oleh keluarga kalian, dan pernikahanku oleh Allah Swt dari atas langit-langit”

Sayyidah Aisyah berkata: “tidak ada istri-istri Nabi Saw yang berkompetensi denganku kecuali Zainab”

Rasululllah Saw mengenalkan istrinya itu “اَواه” yang bermakna orang yang khusyu’ dan rendah hati.

Sayyidah Aisyah perihal tersebut bersabda:

" ما رایتُ امراه قط خیرا فی الدین من زینب ، و اتقی لله، و اصدق حدیثا، و اوصَلُ للرحم، و اعظم امانه و صدقه "

“Aku tak melihat seorang wanita pun yang lebih beragama, lebih bertakwa kepada Allah Swt, lebih jujur, lebih bersilaturahmi, lebih dipercaya, lebih banyak bersedekah (selain Zainab)”

Sayyidah Zainab selain wanita yang sholeh dan bertakwa, dia juga sangat kerja keras dan aktif, dia selalu mewarnai kulit-kulit, menjahit pakaian, dan terkenal juga dia sering berpuasa dan sholat malam.

Pekerjaan yang menurutnya baik, dia kerjakan dengan tangannya sendiri dan menyedekahkan hartanya di jalan Allah kepada Fakir miskin dan yang membutuhkan, dan yang lebih penting dari semuanya adalah Sayiidah Zainab perawi Hadits dan menukilkan hadits dari Rasulullah saw sekitar sebelah ribu hadits.

KEHIDUPAN SAYYIDAH ZAINAB SETELAH WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW

Dari keutamaan Sayyidah Zainab di antara istri-istri Nabi yang lainnya adalah dia memiliki harta yang paling banyak kedua setelah Sayyidah Khadijah dan selalu menginfakkan dan memberikan hartanya kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan.

Allah Swt memudahkan keadaan Sayyidah Zainab dengan harta yang diberikan kepada keluarga Sayyidah Zainab, selalu dan tanpa terputus Dia berikan. Walaupun dia selalu menguliti hewan, menganyam karpet dan menjualnya kemudian uangnya disedekahkan; dengan istri-istri Nabi Saw yang lainnya pun selalu berkata yang baik.

Suatu hari Rasulullah Saw bersabda pada saat sedang duduk-duduk dengan para istrinya: “siapapun yang tangannya lebih panjang (murah hati), akan lebih cepat menyusulku”

 

.

Dari perkataan tadi, mereka menyimpulkannya secara zhahir,  mereka memanjangkan tangan mereka sampai melihat tangan siapa yang paling panjang. Tetapi kemudian mereka paham maksud Rasulullah saw tersebut adalah  siapa yang paling banyak memberikan hartanya di jalan Allah Swt yang tiada dari mereka kecuali Sayyidah Zainab binti Jahsh.

Sayyidah Zainab setelah wafatnya Rasulullah Saw masih tetap bertakwa dan selalu menolong orang-orang fakir dan yang membutuhkan. Tentang kedermawanan Sayyidah Zainab disebutkan bahwa pada zaman khalifah Umar bin Khattab Ra, dari bagian harta yang memang diberikan kepada istri-istri Rasulullah Saw dia tak pernah gunakan, kecuali dua belas ribu dirham pada setiap tahunnya yang dia dapaat dari bagian tersebut dia bagikan kepada para yatim dan kemudian berdo’a “jangan karuniakanlah lagi saya harta pada umur saya, karena harta adalah fitnah”

Istri-istri Rasulullah Saw setelah wafatnya sayyidah Zainab yang terjadi pada tahun 20 Hijriyah pada umur 53 tahun baru paham bahwasanya Zainab paling dermawan dari semuanya karena dia tidak meninggalkan satu dinar dan dirham pun dan semua hartanya telah dia sedekahkan di jalan Allah Swt.

Sayyidah Zainab binti Jahsh dimakamkan di pemakaman Baqi’.

 

 

 

 

 

 

 

Rabu, 16 September 2020 12:58

Wanita Irlandia Memeluk Islam

 

“Saya seorang muslim. Sebelumnya, saya beragama Kristen, dan hingga saat ini saya telah menjadi seorang muslim selama tiga tahun. Saat masih remaja, saya mempunyai banyak pertanyaan terkait keyakinan saya ketika saya masih memeluk agama Kristen….”

Hi, saya Leslie Carter. Saya bekerja untuk Pusat Kebudayaan Islam di kantor wanita sebagai asisten koordinator.

Saya seorang muslim. Sebelumnya, saya beragama Kristen, dan hingga saat ini saya telah menjadi seorang muslim selama tiga tahun. Saat masih remaja, saya mempunyai banyak pertanyaan terkait keyakinan saya ketika saya masih memeluk agama Kristen.

Terkait pengakuan, saya tidak merasa nyaman dengan hanya masuk ke sebuah ruangan kecil dan menceritakan dosa-dosa saya kepada pendeta. Kemudian pendeta itu berkata kepada saya, katakan ini dan katakan itu, dosamu akan terampuni. Menurut saya, seharusnya hubungan dosaku adalah antara diri saya dengan Tuhan.
 
Saya menganggap diri saya sebagai seseorang yang sangat Irlandia, tetapi saya adalah seorang Muslim. Kebangsaan dan agama saya berbeda; Saya adalah seorang Muslim Irlandia, dan saya seorang Irlandia tetapi juga seorang Muslim. Keduanya tidak dapat berjalan seiringan.

Pusat Kebudayaan Islam dibuka pada tahun 1996 dan didanai oleh “Al-Maktoum Foundation” di Dubai. Yayasan tersebut membangun segala sesuatunya dari arsitek hingga interior. Semuanya dibangun dan dibuat di Irlandia. Sungguh menakjubkan berada di sini, karena merupakan satu-satunya masjid yang dibangun di Irlandia dan merupakan pusat Islam terbesar di Eropa.

Saat bertemu suami saya, dia adalah seorang muslim dan saya Kristen dan kami tidak memiliki masalah dengan hal itu. Saya pergi ke gereja dan dia pergi ke masjid. Saya merayakan Natal dan dia merayakan Idul Fitri. Tidak ada masalah terkait agama.
 
Kemudian, saya perlahan-lahan bergeser lebih jauh dari Kristen dan mulai bertanya tentang Islam. Saya baru saja membaca sedikit hal, seperti hak-hak perempuan dalam Islam dan bagaimana Islam memandang Yesus. Saya pikir pertanyaan-pertanyaan saya telah terjawab dalam agama Islam. Kemudian tiga tahun lalu, tanpa direncanakan, sepenuhnya tiba tiba, saya memutuskan untuk mengucapkan syahadat (menyatakan iman saya) dan menjadi seorang Muslim.

Pada hari saya menjadi muallaf , suami saya datang kesini untuk shalat. Saat itu, saya akan pergi ke pasar, dan saya ikut bersamanya. Karenanya, saya mengenal seorang wanita yang bekerja di kantor itu, dan saya mengunjunginya.
 
Sebenarnya, saya tidak berencana untuk menjadi seorang muslim pada hari itu. Saya tahu, saya telah mengatakan, mungkin saya akan menjadi seorang Muslim dalam waktu 10 tahun lagi atau apa pun, tetapi ketika saya berada di sana dan mendengar suara adzan (panggilan untuk shalat), saya mulai menangis. Hal itu seperti sebuah cahaya dalam hati saya. Saya tahu saya tidak dapat pergi ke masjid tanpa menyatakan keyakinan saya.

Antara Kristen dan Islam, saya rasa kedua agama ini sangat mirip. Kami percaya pada hal-hal seperti sepuluh perintah. Kami percaya pada semua nabi. Hanya masalah pengakuan dan trinitas yang benar-benar membedakan.

 
Selain itu, kemiripan lainnya adalah kita harus mengasihi sesama  dan tidak boleh membunuh atau mencuri serta harus percaya pada satu Tuhan. Semua itu sangat mirip. Kristen adalah agama yang paling dekat dengan Islam.


Saya memakai pakaian biasa. Saya tidak mengenakan jilbab sepanjang waktu. Saya hanya berpakaian sopan. Saya memiliki pakaian dari toko manapun, tetapi saya tidak pernah memakai apa pun yang ketat atau menampakkan bagian tubuh saya yang terlarang. Saya tidak pernah memiliki pakaian seperti itu, bahkan sebelum saya bertemu dengan suami saya dan sebelum menjadi seorang Muslim. Saya juga tidak pernah mengenakan pakaian ketat atau vulgar. Jadi saya tidak melewatkan aspek itu.


Putri sulung saya berumur lima tahun. Ketika dia duduk dan menonton TV kemudian melihat wanita dengan pakaian yang tidak pantas, dia akan berteriak "Haram, ganti salurannya!”. Mungkin ketika kita sibuk atau tidak menonton atau melakukan sesuatu dan kemudian hal itu terjadi, dia akan berteriak "Haram", haram berarti dosa, dan dia akan berkata "Ubah channelnya.” Padahal dia baru berusia lima tahun!.
 
Dia memiliki beberapa rok, namun dia tidak suka jika panjang roknya itu hanya sampai di atas lututnya. Rok-rok itu haruslah panjang. Dan itulah dia, dirinya sendiri dan cara yang telah dia pilih.

Di tempat yang pernah saya tinggali sebelumnya, utamanya para remaja memberikan komentar rasial tentang Muslim. Hal itu tidaklah penting, Anda tahu, cara saya memandang hal itu jika mereka mepunyai masalah dengan saya adalah itu masalah mereka bukan masalah saya. Saya membiarkannya, karena saya menggangap hal itu terjadi karena kurangnya rasa hormat, minimnya pendidikan, dan kurangnya moral.

Kami memiliki banyak orang yang datang ke masjid di sini dan meminta salinan al-Quran, kemudian mengatakan "Saya tahu ini bukan agama, dan tidak bisa mengatakan hal ini dalam al-Quran", tetapi mereka ingin salinan al-Quran untuk memperjelas hal tersebut.
 
Saya mendengar berbagai cerita pasca peristiwa 11 September, terutama di Inggris. Ada banyak serangan dan pembakaran terhadap masjid-masjid dan juga penikaman terhadap orang. Di Irlandia, kami memiliki ketakutan akan bom di salah satu sekolah. Kami memiliki kekuatan media yang sebenarnya sangat negatif pada saat ini.

Tetapi banyak masyarakat yang justru mencari Islam dan memeluknya. Orang-orang melihat para muallaf kemudian berpikir "Pasti ada sesuatu yang baik tentang agama itu sehingga begitu banyak orang yang memeluknya ". Saya tegaskan, Irlandia bukan negara yang sangat besar tetapi memiliki 23.000 orang (Muslim) yang telah menjadi muallaf tinggal di dalamnya, pastilah ada sesuatu yang baik tentang agama tersebut.

 

 

 

Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani perjanjian damai dengan rezim Zionis di Gedung Putih hari Selasa (15/09/2020), sementara kemarahan bangsa-bangsa Muslim terhadap pengkhianatan ini semakin meningkat.

Menteri Luar Negeri UEA dan Bahrain secara resmi menandatangani perjanjian damai dengan rezim Israel Selasa, 15 September, bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.

"Hari ini adalah hari hitam dalam sejarah bangsa Arab dan deklarasi kekalahan Liga Arab. Liga Arab tidak lagi menjadi persatuan dan telah menjadi faktor perpecahan dan penghancuran solidaritas Arab. Hari ini ditambahkan ke kalender penderitaan Palestina dan catatan kekalahan Arab," kata Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh.

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh
Protes terhadap tindakan pengkhianatan ini tidak terbatas pada level Otorita Palestina, tetapi juga pada masyarakat dan faksi-faksi Palestina, serta masyarakat dan aktivis sipil di berbagai negara Islam. Kelompok-kelompok Palestina menyatakan 15 September sebagai hari kemarahan publik atas perjanjian pengkhianatan itu, dan menyebut Jumat depan sebagai hari berkabung publik.

Di negara lain, orang telah menggunakan dunia maya untuk mengungkapkan kemarahan mereka terhadap penguasa UEA dan Bahrain yang berkompromi. Beberapa aktivis masyarakat sipil di media sosial menyebut aksi UEA dan Bahrain sebagai mempertanyakan "kehormatan Arab."

Beberapa orang menyebut langkah tersebut sebagai "kemunduran" dari UEA dan Bahrain, dan mengejek klaim Arab Saudi atas kepemimpinan di dunia Arab, karena Riyadh, meskipun belum mengumumkan perjanjian dengan rezim Zionis, memiliki hubungan rahasia yang luas dengan rezim tersebut. Di sisi lain, kesepakatan antara UEA dan Bahrain dengan rezim Israel tidak akan tercapai tanpa dukungan Riyadh.

Selain itu, hashtag anti-kompromi seperti "rakyat Bahrain menentang normalisasi hubungan", "negara-negara Arab telah berpaling dari al-Quds", "Palestina dalam darah kita" telah menjadi tren global di dunia maya, dan ini menunjukkan kesenjangan antara Al Khalifah dan rakyat Bahrain berada pada level tinggi.

Reaksi publik yang marah atas pengkhianatan UEA dan Bahrain mengandung beberapa poin strategis.

Pertama, para penguasa UEA dan Bahrain serta beberapa negara Arab lainnya menghadapi sedikit dukungan rakyat. "Para pangeran Arab lebih mementingkan kemewahan dan hiburan daripada penderitaan rakyat Palestina yang tertindas, dan kesepakatan yang memalukan dengan rezim rasis Israel. Hal ini menunjukkan kepribadian para pelaku kesepakatan," tulis Dr. Farooq Hassanat, seorang profesor ilmu politik dan hubungan internasional di Universitas Lahore di Pakistan, di Twitter. Oleh karena itu, perjanjian ini dapat menjadi instrumen yang menekan para penguasa ini dalam jangka panjang.

Kedua, opini publik masih memiliki kekuatan besar. Karena jika bukan karena ketakutan Al-Saud terhadap reaksi publik, Arab Saudi, bersama dengan UEA dan Bahrain, akan mempublikasikan hubungannya dengan rezim Zionis hari Selasa.

Ketiga, Palestina dapat menggunakan kekuatan opini publik di negara-negara Arab dan dunia Islam untuk mengutuk perjanjian pengkhianatan dengan rezim Zionis. Berkaitan dengan hal tersebut, para aktivis Arab melancarkan kampanye di dunia maya untuk menandatangani Piagam Palestina.

Kemarahan rakyat Palestina terkait normalisasi dengan rezim penjajah al-Quds
"Palestina adalah negara Arab yang diduduki, yang pembebasannya adalah kewajiban, dan normalisasi hubungan apa pun dengan rezim Zionis adalah pengkhianatan," kata Piagam Palestina, yang beredar luas secara online.

Kampanye tersebut didukung oleh para aktivis yang menentang normalisasi hubungan dengan rezim Zionis di berbagai negara, termasuk UEA, Arab Saudi, Oman, dan negara-negara Arab lainnya.

 

Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh menyatakan bahwa cita-cita bangsa Palestina tidak akan bisa diwujudkan melalui normalisasi hubungan dengan rezim Zionis.

Haniyeh dalam percakapan telepon dengan Pemimpin Otoritas Ramallah Mahmoud Abbas hari Selasa (15/9/2020) mengatakan bahwa semua kelompok Palestina bersatu dalam satu front menghadapi konspirasi musuh.

Otoritas Palestina juga menyatakan penentangannya terhadap kesepakatan menormalisasi hubungan diplomatik yang dilakukan sejumlah negara Arab dengan rezim Zionis.

Tidak lama setelah pengumuman kesepakatan normalisasi antara rezim Zionis dan UEA pada 13 Agustus, Presiden AS Donald Trump pada 11 September juga mengumumkan normalisasi hubungan antara Bahrain dan rezim Zionis.

Perjanjian tersebut menyulut banjir kecaman dari berbagai kalangan, terutama di dunia Islam dan Palestina.

 

Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan secara resmi hubungan diplomatik dengan rezim Zionis Israel pada Kamis (13/8/2020). Abu Dhabi dan Tel Aviv berencana untuk bertukar kedutaan dan duta besar.

UEA dan Israel telah sejak lama menjalin hubungan secara rahasia. Gagasan untuk meresmikannya muncul beberapa kali dalam setahun belakangan, hingga akhirnya terwujud dalam beberapa bulan terakhir.

Dengan kesepakatan ini, UEA menjadi negara Arab ketiga yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel, setelah Mesir dan Yordania, masing-masing pada 1979 dan 1994.

Pada 31 Agustus 2020, delegasi Israel-Amerika lepas landas pada penerbangan komersial pertama dari Tel Aviv ke Abu Dhabi. Arab Saudi mengizinkan penerbangan melintasi wilayah udaranya.

Arab Saudi pada 2 September 2020 mengizinkan penerbangan UEA ke semua negara untuk terbang melewati zona udaranya. Keesokan harinya, Bahrain mengumumkan keputusan serupa, pihaknya setuju mengizinkan penerbangan UEA ke dan dari Israel untuk terbang melintasi wilayah udaranya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (11/09/2020) malam mengumumkan normalisasi hubungan antara Bahrain dan rezim Zionis Israel.  .

"Terobosan BERSEJARAH lagi hari ini! Dua teman BAIK kami, Israel dan Bahrain, menyetujui Kesepakatan Damai, negara Arab kedua yang mencapai kesepakatan damai dengan Israel dalam 30 hari!" kata Trump melalui Twitter, Jumat.

Tak lama setelah itu, AS, Israel, dan Bahrain merilis pernyataan bersama yang menegaskan bahwa mereka akan menjalin "hubungan diplomatik penuh." Dengan demikian, Bahrain menjadi negara Arab keempat yang memiliki hungan diplomatik dengan rezim Zionis.

UEA dan Bahrain kemudian resmi menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel di Gedung Putih pada Selasa (15/9/2020).  Kesepakatan damai itu menjadi sangat bersejarah karena selama ini negara-negara Asia Barat yang tergabung dalam Liga Arab menolak hubungan diplomatik dengan Israel demi membela Palestina. 

 

Serangan rudal balasan kelompok perlawanan Palestina ke sejumlah distrik Zionis, menyebabkan beberapa orang terluka.

Situs rezim Zionis Israel, Walla (16/9/2020) melaporkan, Juru bicara pasukan Israel, Israel Defense Forces, IDF, Avichay Adraee, Rabu (16/9) mengumumkan, sebuah rudal yang ditembakan dari Gaza, mengenai sebuah pusat perbelanjaan di distrik Ashdod, dan melukai sedikitnya 13 orang.

Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth mengabarkan, serangan kelompok perlawanan Palestina ke distrik Ashdod ini menimbulkan kerugian materi yang cukup besar.

Sebelumnya drone Israel pada Selasa (15/9) malam menyerang wilayah Deir Al Balah di pusat Jalur Gaza, dan dibalas dengan beberapa rudal oleh kelompok perlawanan Palestina.