کمالوندی

کمالوندی

Minggu, 06 September 2020 19:56

Syeikh Tabarsi

 

Abu Ali Fadhl ibn Hassan Tabresi atau Syeikh Tabarsi (468-548 Hijriah Qamariah) adalah salah satu ulama besar Syiah, dan mufasir Al Quran abad ke-5 dan ke-6 Hq. Syeikh Tabarsi menulis sejumlah kitab tafsir Al Quran, dan yang paling terkenal adalah Majma Al Bayan.

Syeikh Tabarsi lahir pada tahun 468 Hq, dan ayah beliau memberinya nama Fadhl. Allamah Majlesi meyakini kata Tabresi merupakan pelafalan kata bahasa Farsi, Tafresh dalam bahasa Arab, oleh karena itu Syeikh Tabarsi berasal dari Tafresh, salah satu daerah yang masih bagian dari kota Qom.
 
Keluarga Syeikh Tabarsi merupakan keluarga terkenal di kalangan Syiah. Ayah beliau Hassan bin Fadhl adalah ulama di masanya, dan putra beliau Radhi Ad Din Tabarsi bersinar seperti mentari di langit ilmu pengetahuan, kezuhudan, dan ketakwaan. Radhi Ad Din adalah murid ayahnya, dan penulis banyak kitab salah satunya Makarim Al Akhlaq.
 
Syeikh Tabarsi atau Fadhl bin Hassan menghabiskan masa kanak-kanak, dan pelajaran dasarnya di lingkungan Makam Suci Imam Ridha as, setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan belajar ilmu-ilmu Islam, dan mengikuti kelas para ulama besar.
 
Syeikh Tabarsi dikenal luar biasa dalam sastra Arab, qiraat, tafsir Al Quran, hadis, fikih dan ushul, juga kalam, ia bahkan sampai ke derajat ahli di masing-masing bidang ilmu tersebut. Meski di masa itu di sekolah-sekolah tidak lazim diajarkan ilmu berhitung, matematika, dan yang lainnya, namun Syeikh Tabarsi mempelajarinya dan menjadi pakar matematika.
 
Ulama-ulama besar dan para penulis riwayat hidup menyebut Syeikh Tabarsi sebagai seorang mujtahid dan fakih besar. Dengan bantuan lebih dari 500 ayat Al Quran tentang hukum ibadah, dan muamalah, Syeikh Tabarsi membahas tema-tema fikih di kitab-kitab tafsirnya. Dia pertama menjelaskan pendapat berbagai mazhab Islam, kemudian menyampaikan pendapatnya sebagai fatwa dari sudut pandang Syiah. Kebanyakan ahli fikih atau fakih besar Syiah memuji pandangan-pandangannya.
 
Syeikh Tabarsi tinggal selama sekitar 54 tahun di kota suci Mashhad, kemudian pindah ke Sabzevar pada tahun 523 Hq atas undangan tokoh-tokoh besar kota itu. Pasalnya di Sabzevar fasilitas untuk mengajar, menulis dan menyebarkan luaskan agama, tersedia lengkap baginya. 
 
Hal yang pertama dilakukan Syeikh Tabarsi di Sabzevar adalah menerima tanggung jawab mengurus Madrasah Darvazeh Iraq, yang kelak berubah menjadi sebuah Hauzah Ilmiah besar dan penting, di bawah kepemimpinannya. Kekayaan budaya, dan ilmu pengetahuan tempat ini menarik banyak pelajar dari tempat-tempat jauh di Iran. Para pelajar agama atau Talabeh muda dengan kecintaannya untuk mencapai kesempurnaan, dan melayani agama, menuntut ilmu di madrasah itu, seperti ilmu fikih dan tafsir dari Syeikh Tabarsi.
  
25 tahun di Sabzevar adalah masa terbaik Syeikh Tabarsi dalam mendidik para pelajar agama, menulis buku dan meneliti. Ia mencetak murid-murid cemerlang di Sabzevar, salah satunya adalah putranya sendiri Radhi Ad Din Tabarsi penulis kitab Makarim Al Akhlaq, Ibn Shahr Ashoub Mazandarani penulis kitab Maalim Al Ulama, Syeikh Muntajab Al Din penulis kitab Fehrest, Qutb Al Din Ravandi, dan Sadzan bin Jibril Qomi.
 
Karya Syeikh Tabarsi yang paling terkenal adalah tafsir Majma Al Bayan. Allamah Amini dalam kitab Syuhada Al Fadhilah, terkait kedudukan  keilmuan Syeikh Tabarsi menulis, Amin Al Islam atau yang dikenal dengan Syeikh Tabarsi adalah pemegang panji ilmu dan ayat hidayah. Dia adalah pemuka agama dan pemimpin mazhab Syiah paling terkemuka. Tafsir Majma Al Bayan cukup untuk menggambarkan lautan keutamaan dan kedalaman ilmu Syeikh Tabarsi. Kitab tafsir yang memancarkan cahaya hakikat, dan sinar ilmu serta wahyu Ilahi, sebuah kitab yang memenuhi kebutuhan ilmu semua orang.
 
“Saya menyingsingkan lengan baju dengan tekad kuat, saya bangkit dan berpikir, sangat dalam berpikir dan di hadapan saya ada sejumlah tafsir yang berbeda, dan saya memohon bantuan kepada Tuhan, lalu mulai menulis sebuah kitab yang hasilnya padat, rapih dan tersusun dengan tertib, kitab ini memuat berbagai bidang ilmu tafsir, dan mutiara-mutiara, baik itu ilmu qiraat, sastra Arab, dan lughat, kerumitan serta kebenaran akidah termasuk ushul dan furu, ilmu akal dan naql, dibuat seimbang, ringkas, lebih tinggi dari singkat, lebih rendah dari rinci, pasalnya pemikiran-pemikiran kontemporer sangat berat, dan tidak mampu bertanding di lomba-lomba besar, karena ulama hanya tinggal nama, dan ilmu hanya tinggal sisa-sisanya.”
 
Syeikh Tabarsi menulis kitab tafsirnya Majma Al Bayan dalam waktu tujuh tahun, dengan mengutip kitab tafsir Al Tibyan milik Syeikh Thusi, dan menjelaskan masing-masing teknik Al Quran secara terpisah dalam susunan yang tertib dan rapih. Keteraturan unik ini menyebabkan para ilmuwan Syiah dan Sunni, menganggap kitab tafsir Syeikh Tabarsi lebih unggul dari kitab-kitab tafsir lain dan memujinya.
 
Majma Al Bayan ditulis dalam 10 jilid kitab, dan dicetak dalam lima jilid. Kitab ini dimulai dengan mukadimah penting, dan menjelaskan tujuh teknik terkait jumlah ayat Al Quran, dan manfaat mengenalnya, mencatumkan nama-nama qari terkenal, dan pendapat mereka, definisi tafsir, tawil dan maani, nama-nama Al Quran dan artinya, pembahasan tentang Ulumul Quran dan masalah-masalah terkait, dan kitab-kitab yang ditulis seputar itu, hadis-hadis terkenal terkait keutamaan Al Quran dan pemilliknya, penjelasan yang penting bagi para qari (seperti membaca Al Quran dengan indah).
 
Di salah satu bagian kitabnya, Syeikh Tabarsi berusaha menjelaskan makna ayat, dan memberikan penjelasan lebih dalam, pada sebuah pembahasan yang dinamai Fasl. Tema-tema semacam takwa, hidayah, tobat, dan syaratnya, ikhlas, nama Nabi Muhammad Saw, dan akhirnya ringkasan dari nasihat dan hikmah Lukman Hakim, contoh dari Fasl ini. Begitu juga hadis dan riwayat dalam jumlah yang banyak ditulis dalam kitab ini yang jumlahnya lebih dari 1.300 hadis.
 
Imam Al Mufasirin, Amin Al Islam Tabarsi meninggal dunia setelah hidup kurang lebih 80 tahun pada 9 Dzulhijjah 548 Hq. di malam Idul Adha di kota Sabzevar. Beberapa penulis Islam, menyebut Syeikh Tabarsi sebagai syahid, dan mereka mengatakan ia meninggal karena diracun. Di sisi lain ada yang menganggap Syeikh Tabarsi meninggal dibunuh sekelompok penyerang. Jenazah beliau dibawa dari Sabzevar ke Mashhad, dan dikebumikan di dekat Makam Suci Imam Ridha as.

 

Menteri Perwakafan dan Urusan Islam Yordania memperingatkan rezim Zionis Israel terkait penangkapan tiga staf Masjid al-Aqsa.

Militer Israel Sabtu (5/9/2020) menangkap tiga penjaga keamanan Masjid al-Aqsa.

Menurut laporan kantor berita Yordania (PETRA), Mohammad KhalailehA had (6/9/2020) seraya mengutuk langkah Israel menangkap staf Masjid al-Aqsa menyatakan, seluruh staf kantor perwakafan Quds dan penjaga keamanan Masjid al-Aqsa serta Dewan Wakaf Quds berada di bawah Kementerian Perwakafan dan Urusan Islam Yordania serta kantor perwakafan Islam Quds sekedar penanggung jawab urusan Masjid al-Aqsa.

"Masjid al-Aqsa tidak dapat dibagi dan hak Muslim di tempat suci ini abadi," papar Khalaileh.

Menurut pengumuman pusat informasi Palestina, militer Israel menyerang penjaga keamanan Masjid al-Aqsa dan menangkap mereka serta mengasingkannya. Militer Israel juga membatasi mereka sehingga mencegahnya berperan dalam mendukung Masjid al-Aqsa dan melindungi tempat suci ini. 

Minggu, 06 September 2020 19:47

Haniyah: Kamp Palestina, Benteng Muqawama

 

Ketua Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) menyebut kamp pengungsi Palestina di Lebanon sebagai benteng muqawama.

Menurut laporan televisi al-Mayadeen, Ismail Haniyah Ahad (6/9/2020) saat mengunjungi kamp Ain al-Hilweh di Lebanon seraya menjelaskan bahwa rencana AS-Zionis kesepakatan abad dan pendudukan lebih besar wilayah Tepi Barat tidak akan dapat dilaksanakan, mengatakan, seluruh wilayah pendudukan termasuk Tel Aviv berada dalam jangkauan rudal muqawama.

Ketua Biro Politik Hamas juga menyebut normalisasi hubungan sejumlah negara dengan Israel bukan indikasi sikap rakyat kawasan dan menambahkan, Palestina tetap hidup di hati nurani bangsa yang bebas.

Ismail Haniyah pekan lalu tiba di Lebanon dan berbagai petinggi termasuk Sekjen Hizbullah Sayid Hasan Nasrullah di Beirut.

 

Sejumlah anggota parlemen Irak mengulangi seruan mereka bagi penarikan pasukan AS dari Irak.

"Resolusi Parlemen Irak untuk mengusir pasukan Amerika dari negara ini mengikat, dan pemerintah harus menerapkannya," kata Mohammad al-Baldawi, anggota koalisi al-Fatah di parlemen Irak, merujuk pada kekejaman AS yang meluas di negara itu. Demikian dilaporkan Iraqi Nws hari Ahad (06/09/2020).

Pasukan AS di Irak
Intishar al-Musawi, anggota lain dari koalisi al-Fatah di Parlemen Irak mengatakan bahwa sebagian pihak-pihak internal di Irak menghalangi penarikan pasukan AS, seraya menambahkan bahwa semua kelompok politik dan nasional di Irak bersatu dalam melaksanakan resolusi parlemen.

Fadhil Jabir, anggota Parlemen Irak juga menyatakan bahwa parlemen bisa meninjau dan membatalkan kesepakatan strategis yang ditandatangani dengan Amerika Serikat.

Pada 5 Januari 2020, parlemen Irak menyetujui rencana penarikan pasukan AS dari negara tersebut.

Terlepas dari resolusi tersebut, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengumumkan setelah kunjungannya baru-baru ini ke Amerika Serikat, mengutip Presiden Donald Trump, bahwa pasukan AS akan meninggalkan Irak dalam tiga tahun.

Kinerja pemerintah Irak dalam menghadapi penarikan pasukan AS mendapat kecaman keras dari pejabat dan anggota parlemen negara ini.

 

Seorang anggota Parlemen Irak dari aliansi Sunni, Al Quwa Al Wataniyah mengabarkan berkurangnya jumlah pangkalan militer Amerika Serikat di Irak. Menurutnya, saat ini Amerika hanya memiliki 4 pangkalan militer di Irak.

Fars News (6/9/2020) melaporkan, Faisal Al Issawi dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Ahed menuturkan, Amerika bisa melakukan pemboman dari lokasi manapun di dunia ini. Sejumlah pihak di Irak berusaha menjalankan konstitusi, padahal pemerintah yang berhak menentukan sikap, bukan kelompok politik.
 
Faisal Al Issawi menambahkan, Amerika dalam kondisinya sekarang ini tidak akan membuat masalah di kawasan, dan masih terbuka kesempatan untuk mengurangi kehadiran Amerika di Irak.
 
Di bagian lain statemennya, Al Issawi menjelaskan, sekutu-sekutu Amerika di Irak menganggap senjata kubu perlawanan melanggar aturan. Tapi masalah senjata bukan karena tanpa aturan, tapi penggunaannya. Orang yang bersekutu dengan Amerika menilai senjata perlawanan Islam melanggar konstitusi, dan tidak taat aturan. Masalah senjata tak beraturan akan selesai dengan rekonsiliasi nyata, dan pemaksaan kehendak tidak akan menyelesaikan masalah. 

Minggu, 06 September 2020 19:39

Pemimpin Hamas Temui Sekjen Hizbullah Lebanon

 

Kepala Biro Politik Hamas dalam lawatannya ke Lebanon, bertemu dengan Sekjen Hizbullah, dan membicarakan perkembangan politik serta militer di Palestina, Lebanon dan kawasan.

Fars News (6/9/2020) melaporkan, Ismail Haniyeh yang saat ini tengah berada di Lebanon, menemui Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah.
 
Seperti ditulis situs berita El Nashra, dalam pertemuan yang turut dihadiri oleh wakil Kepala Biro Politik Hamas Saleh Al Aouri itu juga dibicarakan tentang bahaya-bahaya yang mengancam Palestina seperti Kesepakatan Abad, normalisasi hubungan negara Arab dengan rezim Zionis Israel, juga tentang tanggung jawab umat Islam dalam hal ini, dan kokohnya sikap kubu perlawanan dalam melawan semua tekanan dan ancaman.
 
Dalam pertemuan itu juga disepakati upaya penguatan hubungan Hamas dan Hizbullah berlandaskan keimanan, persaudaraan, jihad, masa depan bersama, pengembangan mekanisme kerja sama, dan koordinasi dua pihak.
 
Ismail Haniyeh pada 1 September 2020 untuk pertama kalinya berkunjung ke Lebanon sejak tahun 1993 silam. 

 

Departemen Luar Negeri Palestina mengecam statemen Presiden AS Donald Trump terkait persetujuan Serbia dan Kosovo membuka kedubesnya di Quds pendudukan.

Seperti dilaporkan al-Alam, Deplu Palestina seraya merilis statemen menyatakan, pemerintah Trump memanfaatkan pengaruhnya untuk memeras berbagai negara sehingga memaksakan kebijakan luar negerinya yang mendukung penuh Zionis serta kebijakan rezim ini kepada negara lain.

Di statemen ini disebutkan, langkah Serbia dan Kosovo membuka kedubes di Quds pendudukan sama halnya dengan pelanggaran nyata dan tidak dapat dibenarkan terhadap hak bangsa Palestina.

Deplu Palestina menuntut penjelasan resmi pemerintah Serbia dan Kosovo terkait pembukaan kedubes di Quds pendudukan.

Presiden Donald Trump terus melanjutkan upaya anti Palestinanya dan hari Jumat (4/9/2020) mengumumkan normalisasi hubungan antara Kosovo dan Israel serta janji Serbia memindahkan kedubesnya dari Tel Aviv ke Quds pendudukan. 

Minggu, 06 September 2020 19:16

Pemukim Zionis Serang Rumah Warga Palestina

 

Sejumlah pemukim Zionis dilaporkan menyerang rumah-rumah warga Palestina di al-Khalil (Hebron), wilayah pendudukan yang terletak di selatan Tepi Barat Sungai Jordan.

Menurut laporan IRNA, pemukim Zionis hari Sabtu (5/9/2020) menyerang rumah warga Palestina di jalan as-Syuhada, al-Khalil tengah.

Masih menurut sumber ini, pemukim Zionis melempari rumah warga Palestina dengan batu dan salah satu zionis memukuli seorang perempuan Palestina di rumahnya.

Sementara itu, militer Israel malah mendukung aksi brutal pemukim Zionis dalam menyerang warga Palestina dan tidak menunjukkan respon atas also kekerasan warga Zionis tersebut.

Sekitar 400 pemukim Zionis tinggal di distrik-distrik ilegal di al-Khalil dan sekitar 1.500 tentara Israel melindungi mereka. 

 

Militer rezim Zionis Israel melancarkan beberapa kali serangan udara dan artileri ke Jalur Gaza selama beberapa pekan terakhir, terutama pada hari-hari akhir bulan Agustus 2020, seperti pada Senin pagi, 24 Agustus 2020.

Serangan tersebut menarget posisi-posisi Kelompok Perlawanan Islam Palestina (Hamas) di Gaza. Artileri militer Israel pada Minggu (30/8/2020) dini hari menyerang sebuah pangkalan milik pasukan kontrol lapangan di bawah Departemen Dalam Negeri Palestina di timur distrik al-Fakhari, timur Khan Yunis, selatan Gaza.

Militer Israel juga menyerang markas lain pasukan Departemen Dalam Negeri Palestina di timur kota Deir al-Balah, Gaza tengah. Menanggapi serangan ini, Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyah mengatakan, muqawama tidak akan diam dan penjajah harus menerima tanggung jawabnya atas kejahatan yang mereka lakukan terhadap masyarakat di Gaza.

Israel juga memblokade Gaza dari darat, laut dan udara sejak tahun 2006 dan melarang masuknya bahan-bahan pokok ke wilayah berpenduduk sekitar dua juta jiwa itu.

Juru Bicara Hamas Fauzi Barhoum hari Senin (24/08/2020) mengatakan, kelanjutan serangan Israel ke Gaza dan blokade atas wilayah ini adalah agresi berkelanjutan terhadap rakyat Palestina, di mana dampaknya akan menjadi tanggung jawab rezim penjajah.

Namun dia menegaskan, peningkatan blokade atas Gaza dan pencegahan masuknya bahan bakar, barang dan kebutuhan pokok ke wilayah ini tidak akan pernah mengurangi tekad rakyat Palestina dan perlawanannya.

Juru bicara Hamas itu meminta lembaga-lembaga hukum dan komunitas internasional untuk berusaha mencegah agresi Israel ke Gaza dan mengakhiri pengepungannya.

Sementara itu, Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyah mengatakan kini Jalur Gaza menghadapi tiga kendala bersamaan yang harus segera dihilangkan.

Dia menjelaskan, kendala pertama adalah blokade dan dampaknya bagi warga, kedua, kondisi pasien Virus Corona di luar wilayah karantina dan ketiga, melawan agresi berulang rezim Zionis.

"Rezim ini secepatnya harus mengakhiri blokade Gaza, menghentikan agresi dan mengizinkan masuknya peralatan medis untuk melawan Virus Corona," pungkasnya.

Gerakan Jihad Islam Palestina juga menekankan upaya untuk mematahkan blokade Gaza dan memperingatkan Israel terkait berlanjutnya sabotase dalam implementasi syarat yang berkaitan dengan diakhirinya blokade tersebut.

Rezim Zionis telah memblokade Jalur Gaza dari darat, laut dan udara sejak 2006 dan blokade ini telah menimbulkan beragam masalah besar bagi sekitar dua juta penduduk Palestina.

Di antara masalah serius yang muncul adalah kurangnya pasokan bahan bakar untuk tenaga listrik di Gaza sehingga terjadi krisis listrik yang berkepanjangan.

Israel melarang masuknya bahan-bahan dasar seperti bahan bakar, obat-obatan dan bahan bangunan ke Gaza, termasuk komponen penting untuk pembangkit listrik.

Krisis listrik juga mengancam penghentian operasi 90% pabrik di Gaza. Menurut Federasi Serikat Buruh Palestina, 500 pabrik di berbagai bidang terancam kandas jika generator listrik satu-satunya di Gaza berhenti. Dan jika ini terjadi, 50 ribu buruh terancam kehilangan pekerjaan dan produksi juga akan menurun drastis.

Blokade rezim Zionis terhadap Gaza yang telah berlangsung kurang lebih 14 tahun telah membuat peningkatan kemiskinan hingga 80%.

Menurut Muhammad Tsabut,  Penanggung Jawab Informasi Perusahaan Listrik Gaza, pusat generator listrik berhenti beroperasi akibat kehabisan bahan bakar setelah suplai bahan bakar dari wilayah Israel berhenti sejak ditutupnya terminal Karem Abu Salem pada pertengahan Agustus 2020.

Otoritas rezim Zionis menutup stasiun barang Karem Abu Salem di Gaza timur dan melarang masuknya bahan bakar solar yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik di Gaza.

Muhammad Tsabut mengatakan,  situasi ini mengakibatkan pasokan listrik ke rumah warga terhambat, dan Gaza hanya mampu memasok listrik 3-4 jam saja.

Lembaga-lembaga HAM Palestina memperingatkan bahaya jika  pasokan listrik ke Gaza mengalami masalah, terutama bahaya untuk sektor kesehatan, industri dan perdagangan.

Krisis listrik juga akan mempengaruhi suplai air bersih ke rumah warga, sebab, sumur Gaza membutuhkan pompa listrik. Operasional stasiun pengolahan limbah juga akan terganggu dengan kurangnya pasokan listrik sehinga Gaza akan mengalami pencemaran. 

Sabtu, 05 September 2020 20:24

Kian Hari, Kemampuan Rudal Iran Meningkat

 

Republik Islam Iran memperkenalkan dua rudal baru, masing-masing balistik dan jelajah buatan dalam negeri. Dua rudal baru ini dipamerkan pada peringatan – Hari Industri Pertahanan Nasional Iran, Kamis (20/8/2020).

Rudal balistik baru itu diberi nama "Syahid Haj Qassem Soleimani", nama jenderal legendaris Iran yang diteror pasukan Amerika Serikat di Baghdad, ibu kota Irak, pada awal Januari 2020.

Sedangkan rudal jelajahnya diberi nama "Syahid Abu Mahdi", nama mantan Wakil Komandan Pasukan Sukarelawan Irak Al-Hashd al-Shaabi yang juga terbunuh dalam serangan terhadap Letnan Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

Dalam pidato yang disiarkan televisi Iran, Menteri Pertahanan Republik Islam Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami mengatakan, rudal darat ke darat ini bernama Syahid Qassem Soleimani, dan berjarak tempuh 1,400 kilometer, sementara rudal jelajah Syahid Abu Mahdi, memiliki jarak tempuh 1000 kilometer.

Peluncuran dua rudal baru Iran ini tak pelak merupakan pengabaian secara telak terhadap desakan Amerika Serikat yang belakangan ini kian intensif untuk menghentikan proyek rudal Iran.

Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani mengatakan, rudal dan khususnya rudal jelajah sangat penting bagi kami. Fakta bahwa kami telah meningkatkan jangkauan dari 300 km menjadi 1.000 km dalam waktu kurang dari dua tahun merupakan pencapaian yang luar biasa.

Rouhani memastikan bahwa kemampuan negaranya di bidang alutsista semata-semata untuk pertahanan Dia menegaskan, apa yang dicapai Iran di bidang pertahanan adalah bersifat defensif, bukan ofensif. Kami, tegasnya, tidak ingin mengagresi negara manapun.

"Negara-negara tetangga Republik Islam Iran jiran hendaknya yakin bahwa kekuatan pertahanan kami juga akan menguntungkan mereka, dan kami tidak akan pernah menggunakannya untuk memulai perang di kawasan," pungkasnya. (