کمالوندی

کمالوندی

 

Tak lama setelah Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan secara resmi hubungan diplomatik dengan rezim Zionis Israel, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan meyakinkan bahwa pemerintah Islamabad tidak akan mengakui Israel hingga masalah Palestina diselesaikan.

Khan dalam wawancara menandai dua tahun kepemimpinanya pada tanggal 18 Agustus 2020 mengatakan,  posisi kami terhadap Israel sangat jelas, sama seperti yang dilakukan bapak pendiri negara kami Quaid I-Azam. Kami, lanjutnya,  tidak bisa mengakui Israel sampai Palestina mendapatkan hak-haknya, di mana sejalan dengan solusi dua negara.

Dia menambahkan, menerima Israel sebagai sebuah negara  seperti melepas posisi Pakistan terhadap wilayah Jammu dan Kashmir yang diduduki secara ilegal India.

Menurut Khan, kasus Palestina mirip dengan yang dihadapi masyarakat Kashmir dan hak-hak warga Palestina terenggut hingga mereka menderita atas kekejaman Israel.

UEA telah secara terbuka mengumumkan hubungan resminya dengan Israel pada Kamis, 13 Agustus 2020. Dalam pernyataan bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Pedana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Al Nahyan, mengklaim bahwa normalisasi hubungan UEA dan Israel "diharapkan akan memajukan upaya mewujudkan perdamaian di Timur Tengah."

Trump dalam tweetnya menyebut perjanjian untuk "normalisasi penuh hubungan" antara Israel dan UEA sebagai "terobosan diplomatik bersejarah."  UEA dan Israel berencana untuk bertukar kedutaan dan duta besar.

Dengan kesepakatan tersebut, UEA menjadi negara Arab ketiga yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel, setelah Mesir dan Yordania, masing-masing pada 1979 dan 1994. Hubungan resmi UEA dan Israel telah menuai kecaman luas di dunia Islam.  

Pada hari Minggu, 16 Agustus 2020, puluhan ribu warga Pakistan berunjuk rasa menolak penandatanganan normalisasi hubungan UEA dengan Israel. Kecaman keras atas normalisasi hubungan Abu Dhabi dan Tel Aviv juga dilontarkan Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani dan para pejabat tinggi negara ini. 

Sabtu, 05 September 2020 20:21

Pemerintahan Islam dalam Perspektif Rahbar

 

Pada tanggal 23 Agustus 2020, hari pertama Pekan Pemerintah Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengadakan pertemuan dengan Presiden Iran dan jajaran kabinetnya melalui konferensi video, dan menyampaikan sejumlah poin penting.

Dalam setiap sistem politik, untuk memajukan tujuan sistem tersebut, dibentuklah pemerintahan. Pada sistem politik Islam, pemerintah harus menjadi pelaksana hukum dan ajaran Islam. Islam menganggap kebahagiaan manusia sebagai tujuan akhir. Oleh karena itu kewajiban pemerintahan Islam adalah mempersiapkan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
 
Dari sudut pandang Ayatullah Khamenei, sebuah bangsa dianggap berhasil mewujudkan kehidupan yang baik, dan kebahagiaan manusia, ketika dari sisi materi dan kehidupan sehari-hari mereka tercukupi, begitu juga dari sisi spiritual, manusia-manusia mukmin yang sarat akhlak luhur Ilahi hidup di tengahnya.  
 
Ayatullah Khamenei menilai tahun terakhir pemerintahan Iran periode ke-12 ini sebagai peluang yang baik untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang, dan dengan menjelaskan sejumlah poin penting ekonomi, ia menuturkan, semua penghambat produksi harus disingkirkan dengan keseriusan penuh, dan tekad berlipat ganda diperlukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.
 
Salah satu indikator penting sebuah pemerintahan ideal menurut Rahbar adalah pelayanan terhadap masyarakat, dan ini adalah falsafah berdirinya pemerintahan Islam. Sehubungan dengan pelayanan kepada rakyat, Ayatullah Khamenei menggarisbawahi dua poin yang harus diperhatikan, pertama, terbatasnya masa pelayanan yang peluang-peluang tak terbatasnya harus dimanfaatkan, dan tahun akhir masa jabatan pemerintah Iran periode ke-12, tidak boleh dianggap sebagai waktu ekstra.
 
Poin kedua, bekerja keras dengan semangat jihad yang menurutnya berarti melewati berbagai rintangan, melakukan pekerjaan dengan semangat jihad, dan tidak melupakan cita-cita serta tujuan. Rahbar menuturkan, pekan pemerintah tahun ini bersamaan dengan bulan Muharam, dan Asyura yang menunjukkan puncak jihad dan kesyahidan, dapat dipastikan peristiwa Asyura adalah pemberi petunjuk tentang puncak jihad, pengorbanan, dan kesyahidan di jalan Tuhan.
 
Pekan ini bertepatan dengan pekan pemerintah, dan sejalan dengan jihad serta kesyahidan. Artinya dua syahid mulia kita yaitu Syahid Rajaei dan Bahonar, adalah orang-orang yang telah berjihad, dan karena jihad ini, Allah Swt menganugerahi kesyahidan kepada mereka.
 
Pelayanan kepada masyarakat terutama kalangan miskin, dan rentan yang telah bekerja keras untuk revolusi, pada dasarnya merupakan salah satu tujuan luhur Revolusi Islam yang ditekankan berulang kali oleh Rahbar kepada pejabat pemerintah. Beliau juga menekankan tidak ada masalah apapun yang boleh melalaikan pejabat pemerintah dari pelayanan kepada masyarakat.
 
Dalam pandangan Rahbar, pekan pemerintah adalah kesempatan yang baik untuk menjelaskan, dan menginformasikan pelayanan instansi pemerintah serta kritik seputar kekuatan dan kelemahan yang harus menjadi bahan kritik pemerintah dari dalam sebelum datang dari luar. Sehubungan dengan ini Ayatullah Khamenei menerangkan, sampaikanlah kepada masyarakat apa-apa yang kalian bisa, atau apa yang seharusnya kalian lakukan tapi tidak bisa dilakukan, dalam laporan-laporan komprehensif dan jujur, karena mereka senang dan mengharapkan laporan-laporan jujur semacam ini.
 
Dalam pandangan Rahbar, pemerintah layaknya sebuah keluarga yang bertanggung jawab atas kemajuan dan perkembangan materi, spiritual, serta pertumbuhan akhlak setiap anggotanya. Kerja keras dan upaya serius untuk menepati janji yang sudah diberikan termasuk proyek mingguan kementerian energi, kebijakan pembangunan kilang minyak untuk mencegah ekspor bahan mentah, penguatan perusahaan-perusahaan berbasis sains, berlanjutnya pekerjaan-pekerjaan baik di bidang ilmu pengetahuan, kesehatan dan medis yang sudah dilakukan dalam menghadapi wabah virus Corona, serta peningkatan produksi, di antara poin penting lain yang ditekankan Rahbar kepada pemerintah di tahun terakhir masa tugasnya.
 
Dalam hal ini Ayatullah Khamenei kepada pejabat pemerintah menyarankan agar di tahun terakhir masa jabatannya, mempercepat langkah bahkan untuk beberapa pekerjaan mendasar yang mungkin di masa pemerintahan sekarang tidak membuahkan hasil, supaya diserahkan ke pemerintahan selanjutnya. Rahbar mengatakan, jadilah sebagai pemerintahan yang dikenang dengan kebaikan dan rasa terimakasih.  
 
Ayatullah Khamenei menyebut produksi sebagai ibu, dan kunci berbagai permasalahan seperti pengangguran, kehidupan sehari-hari, inflasi dan penurunan nilai mata uang nasional, dan menyingkirkan penghambat produksi merupakan kewajiban mendasar pemerintah.
 
Ia menjelaskan, akan tetapi beberapa hambatan termasuk sanksi atau tidak dibayarnya uang penjualan minyak Iran, di luar kemampuan pemerintah, tapi banyak hambatan dalam negeri yang secara serius harus disingkirkan. Produksi adalah kunci utama untuk mengatasi pengangguran, masalah kehidupan sehari-hari masyarakat, menurunkan inflasi dan untuk meningkatkan nilai mata uang nasional.
 
Produksi pada kenyataannya adalah ibu dari semua. Apapun yang bisa kita lakukan di bidang produksi harus kita lakukan. Di sisi lain Rahbar menganggap impor boros, penyelundupan barang, masalah produksi suku cadang, tidak adanya koordinasi, kerumitan birokrasi, dan ekspor bahan mentah, sebagai penghambat produksi, dan beliau mengusulkan untuk mengidentifikasi semua penghambat produksi, dan menyingkirkannya, dan agar dibentuk sebuah tim kerja oleh pemimpin tiga lembaga tinggi negara.
 
Poin lain yang dijelaskan Rahbar di bidang ekonomi adalah masalah investasi yang dalam pandangan beliau merupakan masalah yang sangat penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produksi dan menciptakan lompatan produksi. Investasi-investasi setengah jadi harus dihidupkan kembali, dan para investor harus diberi stimulasi.
 
Ayatullah Khamenei menilai upaya menghubungkan ekonomi dalam negeri dengan perkembangan di luar negeri sebagai sebuah kesahalan strategis dan ia mengatakan, perencanaan ekonomi negara tidak boleh menunggu pencabutan sanksi atau hasil pemilu negara tertentu. Artinya Anda sepenuhnya menggantungkan perencanaan ekonomi kepada pencabutan sanksi, atau pengurangannya. Tidak seperti itu, asumsinya adalah sanksi akan berlanjut 10 tahun ke depan. Perencanaan ekonomi harus berdasarkan pada kemampuan dalam negeri, dan sebagaima berulang kali saya sampaikan, bersandarlah pada potensi internal, dan kapasitas dalam negeri.
 
Dunia maya dan internet dewasa ini sudah menjadi bagian nyata dari kehidupan masyarakat, ia dikendalikan serta dikelola dari luar negeri. Faktor-faktor dominan global sangat aktif di dunia maya. Rahbar mengusulkan pemanfaatan optimal jaringan informasi nasional, dan pembentukan dewan tinggi serta pusat ruang siber, juga partisipasi pemimpin tiga lembaga tinggi negara.
 
Ayatullah Khamenei menerangkan, dunia maya bukanlah sesuatu yang bisa dimanfaatkan sesuai kehendak setiap orang seperti air mengalir, sebagian orang mengarahkan air ini ke arah tertentu yang diinginkannya, mereka sedang mengendalikan ruang siber ini, kita tidak bisa membiarkan masyarakat Iran terhubung begitu saja dengan dunia maya, meninggalkannyan tanpa perlindungan di bawah kendali yang sedang memainkan dunia maya di balik layar.
 
Menuntut independensi adalah karakteristik penting pemerintahan Islam, saking pentingnya sampai Ayatullah Khamenei di berbagai kesempatan kepada setiap pemerintahan berkuasa Iran, mengimbau mereka untuk menghindari Westernisasi, oksidentalisasi dan kepercayaan pada Barat. Rahbar dalam hal ini memusatkan perhatian pada dua masalah penting dan kunci.
 
Pertama, Iran dalam menghadapi berbagai permasalahan tidak pernah lemah, atau mundur serta tunduk pada tekanan. Dalam hal ini, rakyat Iran dengan percaya diri penuh berdiri menghadapi masalah, dan menemukan solusi masalah di dalam diri, dan kapasitas dalam negerinya. Kedua, Iran tidak pernah melupakan pengalaman masa lalu, dan mengenal dengan baik substansi tujuan Amerika.
 
Menurut Rahbar, model pemerintahan, sosial dan sistem politik Barat adalah model yang gagal. Ia menuturkan, puncak tertinggi model sistem kapitalis Barat ini adalah Amerika yang kondisinya sedang Anda saksikan sekarang ini, yang sebenar-benarnya model gagal. Saat ini nilai-nilai kemanusiaan seperti kesehatan, keadilan, dan keamanan lebih dari tempat manapun di dunia, sedang dinjak-injak di Amerika, kesenjangan sosial di sana mengerikan, jumlah orang kelaparan dan gelandangan di Amerika lebih banyak dari negara lainnya.
 
Berdasarkan pengumuman tegas rival-rival pemilu, satu dari lima anak Amerika kelaparan, dan selain tidak aman, angka kejahatan di Amerika juga sangat tinggi. Selain masalah dalam negeri dan administrasi, pembunuhan, perang dan ketidakamanan, merupakan sesuatu yang terus dilakukan Amerika sekarang ini di Suriah, Palestina dan Yaman, sebelumnya juga di Irak, Afghanistan dan wilayah lain seperti Vietnam dan Hiroshima.
 
Menurut Rahbar naiknya orang-orang yang justru mempermalukan negaranya sendiri di Amerika, adalah bukti lain kegagalan model politik buatan manusia, dan utopia kemakmuran Barat yang sedang runtuh.
 
Dalam pandangan Rahbar, model politik Islam merupakan model independen untuk membangun masyarakat, dan pemerintahan yang berada di garis depan perang kebenaran melawan kebatilan. Model politik Islam terdiri dari tiga unsur utama, keimanan, ilmu pengetahuan dan keadilan. Mau tidak mau kubu imperialis global akan menyadari dan mencemaskan model politik baru ini.
 
Pejabat pemerintah Iran dengan kinerja, dan pelayanan, sebenarnya tengah menampilkan citra Islam, dan model politik Islam. Sehubungan dengan hal ini, Rahbar mengutip nasihat Imam Ali as dalam khutbah ke-34 kitab Nahjul Balaghah, Imam Ali bersumpah jika umat Islam saling membantu, maka mereka tidak akan pernah kalah. Ayatullah Khamenei berkata, pernyataan ini tidak hanya ditujukan kepada masyarakat di masa itu, tapi kenyataannya untuk seluruh umat manusia.
 
Umat Islam harus saling membantu, Muslim juga harus menjadi pendukung Muslim yang lain, Muslim harus saling membela, membantu sesama. Beliau menambahkan, Anda lihat musuh sedang menyusun rencana melawan Anda, terus menerus menyusun rencana menyerang Anda, dalam menghadapi rencana musuh, Anda tidak boleh diam.
 
Di akhir paparannya, Rahbar berterimakasih kepada para penyelenggara acara duka Imam Hussein as di bulan Muharam yang sangat memperhatikan, dan mematuhi protokol kesehatan.

Salah satu isu penting yang muncul terkait kesepakatan Uni Emirat Arab (UEA) dan rezim Zionis Israel adalah apa dampak dari kesepakatan ini? Kami akan mencoba mengulas sebagian dampak penting dari kesepakatan ini, apakah itu strategis atau berjangka pendek?

Keluarnya Israel dari Keterkucilan Politik

Salah satu dampak penting kesepakatan Uni Emirat Arab dan Israel adalah meningkatnya jumlah negara-negara Arab yang menandatangani kesepakatan damai dengan rezim ini. Emirat merupakan negara Arab ketiga dan negara pertama Teluk Persia yang menandatangani kesepakatan damai dengan Israel dan terus berusaha untuk menjalin hubungan diplomatik resmi dengan penjajah Palestina ini.

Sejak perang Arab dan Israel tahun 1967 hingga kini, hanya Mesir yang menandatangani perjanjian Camp David tahun 1978 dan Yordania di tahun 1994 menandatangani perjanjian Wadi Arabah dengan Israel. Kini Emirat melalui kesepakatan "Abraham" menjadi negara Arab ketiga yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel.

Poin penting lain adalah bukan saja antara Emirat dan Israel, bahkan antara rezim ini dengan sejumlah negara Arab lain sejak tiga dekade lalu juga memiliki hubungan rahasia. Kondisi ini semakin meningkat setelah Raja Salman bin Abdulaziz naik tahta di Arab Saudi. Laman kanal 2 televisi Israel Mei 2016 menulis, "Sejumlah investor Uni Emirat Arab terlibat di sektor konstruksi dan properti, bahkan di proyek Yahudisasi Quds."

Miri Regev, menteri olahraga rezim Zionis Oktober 2018 dengan dalih pengiriman kontingen tim judo rezim ini, berkunjung ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Israel Katz, menlu Israel Juli 2019 untuk pertama kalinya berkunjung ke Abu Dhabi dan berunding dengan petinggi Emirat.

Mengingat kondisi ini dapat dikatakan bahwa dampak strategis kesepakatan Uni Emirat Arab dan Israel adalah bukan keluarnya rezim ini dari keterkucilan politik di kawasan Asia Barat, karena rezim ini sejak lama, di bahwa pengkhianatan sejumlah negara Arab terhadap Palestina telah keluar dari keterkucilan politik ini. Oleh karena itu, bahkan jika kesepakatan Abraham secara domino menyebar ke negara Arab lain seperti Bahrain dan Oman, tetap saja dampak strategisnya tidak akan berpengaruh pada isu Palestina dan juga kawasan Asia Barat.

Kehadiran Israel di Teluk Persia

Sejumlah pihak meyakini bahwa salah satu dampak penting kesepakatan Abraham adalah kehadiran Israel di kawasan Teluk Persia, karena Emirat merupakan negara Teluk Persia pertama yang menandatangani kesepakatan damai dengan Tel Aviv. Meski demikian sepertinya kehadiran Israel di Teluk Persia bukan kehadiran keamanan, tapi cenderung ke sisi ekonomi sama seperti Camp David dan Wadi Arabah juga tidak berujung pada hubungan keamanan antara Tel Aviv dan Kairo serta Amman.

Sepertinya kesepakatan Abraham masih jauh dengan dampak kehadiran keamanan Israel di Teluk Persia. Sebelumnya telah terjalin hubungan intelijen dan keamanan antara negara-negara seperti Bahrain, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi dengan Israel, namun hubungan ini cenderung di sektor keamanan dalam negeri negara-negara Arab.

Mengingat respon yang ditunjukkan Republik Islam Iran terhadap kesepakatan Emirat dan Israel, kecil kemungkinan kesepakatan ini akan berujung pada kehadiran keamanan Tel Aviv di Teluk Persia dan di dekat perbatasan geografi Republik Islam Iran.  Mayjen. Mohammad Bagheri, kepala staf angkatan bersenjata Iran terkait hal ini memperingatkan, "Pastinya, sikap rakyat Iran terhadap negara tetangga ini akan berubah secara fundamental, dan angkatan bersenjata Republik Islam akan memandang negara ini dengan kalkulasi yang berbeda. Jika ada peristiwa di Teluk Persia dan keamanan Iran terancam meski sedikit, Kami memandangnya dari mata Uni Emirat Arab dan Kami tidak akan membiarkannya."

Dampak Jangka Pendek Dalam Negeri dari Kesepakatan ini

Sepertinya kesepakatan Abraham bagi ketiga pihak yang terlibat yakni UEA, Israel dan AS memiliki dampak internal jangka pendek dan dampak ini sepertinya juga untuk para pemimpin ketiga pihak. Ayesh Mohammad, dalam sebuah analisanya di al-Quds al-Arabi cetakan London terkait keuntungan UEA dari kesepakatan ini menulis, “Banyak yang bertanya mengenai alasan persaingan negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel dan keuntungannya bagi negara tersebut. Faktanya negara-negara tersebut tidak akan mendapat untung dari normalisasi tersebut dan pembicaraan mengenai kepentingan bersama dan investasi sekedar kebohongan belaka. Jika memang demikian, maka negara-negara seperti Yordania dan Mesir yang sebelumnya telah menormalkan hubungannya dengan Israel seharusnya memiliki kondisi yang lebih baik. Padahal data menunjukkan bahwa kondisi ekonomi dan investasi di kedua negara ini sangat buruk. Alasan sejati dari persaingan negara-negara ini adalah sistem pemerintahan yang ada di negara tersebut, bukan kepentingan ekonomi mereka. Negara-negara ini yang memiliki pemerintahan despotik tidak mendapat dukungan dan kerelaan serta juga tidak diterima rakyatnya. Oleh karena itu, mereka terpaksa meminta jamina legalitasnya dari luar. Artinya merapat ke Israel hanya menguntungkan para pemimpin negara-negara Arab ini, karena mereka nantinya akan mendapat dukungan dari Tel Aviv dan Washington.”

Dengan demikian kepentingan pribadi Mohammad bin Zayed, putra mahkota UEA dan pola pikir Emirat untuk memainkan peran lebih besar di transformasi Asia Barat dengan meraih dukungan AS dan Lobi Zionis, merupakan penggerak utama Abu Dhabi untuk menormalisasikan hubungannya dengan Tel Aviv. Masalah yang membuktikan validitas analisis dan pandangan ini adalah perbedaan yang muncul antara Abu Dhabi dan Tel Aviv setelah kesepakatan transfer pesawat tempur F-35 ke UEA. Sementara UEA ingin membeli pesawat tempur F-35 dari Amerika Serikat, pejabat Zionis, terutama Menteri Perang Benny Gantz, secara resmi menentang masalah tersebut, dengan alasan bahwa kesepakatan apa pun tidak harus merusak keamanan Zionis dan, menurut Gantz, superioritas militer rezim di kawasan.

Benjamin Netanyahu dan Donald Trump juga sedang mencari kesepakatan dengan UEA untuk kepentingan pribadi mereka. Netanyahu menghadapi tekanan terkuat di dalam wilayah pendudukan dari rakyat dan kelompok politik. Mengumumkan Maret lalu bahwa lebih dari 600.000 orang telah kehilangan pekerjaan mereka di Wilayah Pendudukan karena wabah Corona, Rami Graver, direktur Layanan Ketenagakerjaan Israel, telah memperkirakan bahwa jumlah pengangguran Israel akan mencapai 800.000. Sementara itu, menurut prediksi kementerian ekonomi Israel, seiring dengan pandemi Corona jumlah pengangguran di Israel akan mencapai satu juta orang.

Sejak dua bulan lalu sampai kini, setiap hari Minggu digelar demonstrasi anti Netanyahu ribuan orang di berbagai wilayah Palestina pendudukan dan demonstran di aksinya menuntut pengunduran diri Netanyah karena dinilai gagal menanggulangai pandemi Corona, meningkatnya krisis ekonomi dan empat berkas skandal Netanyahu. Mengingat kondisi internal ini, Netanyahu berusaha menanfaatkan kesepakatan dengan Emirat serta secara umum kebijakan luar negeri sebagai kartu utama untuk keluar dari tekanan rakyat dan faksi politik.

Sementara itu, Donald Trump sejak awal tahun 2020 yang merasa pasti menang di pilpres November mendatang, seiring dengan pandemi Corona dan ketidakmampuannya menanggulangi virus ini, berada di kondisi terburuk untuk pemilu mendatang. Seperempat penderita Corona dan kasus kematian akibat pandemi ini ada di Amerika. Trump selama empat tahun lalu termasuk presiden paling loyal dan taat kepada Israel. Melalui kesepakatan UEA dan Israel, Trump ingin menunjukkan dirinya tidak gagal total di kebijakan luar negerinya.

Sejatinya pemerintah Trump selama empat tahun lalu di kebijakan luar negerinya bukan saja mengubah slogan American First menjadi American Alone. Pengumuman kesepakatan antara UEA dan Israel oleh Donald Trump cenderung upayanya untuk menunjukkan pencapaian prestasi kebijakan luar negeri.

Mengingat masalah tersebut, dapat dikatakan bahwa kesepakatan Abraham baik baik UEA, Israel maupun Amerika tidak memiliki manfaat strategis, karena tidak ada isu baru, tapi hubungan Abu Dhabi dan Tel Aviv sudah terjalin lama bahkan sejak dekade 1990 an dan kini sekedar pengumuman kepada publik. Sama seperti hubungan antara Bahrain dan Arab Saudi dengan Israel juga telah terjalin sejak tahun 1990 dan kesepakatan potensial negara ini dengan Israel juga sebuah permaian domino normalisasi.

Kuatnya Dua Kutub Politik dan Kekuatan di Asia Barat

Sejumlah pihak meyakini bahwa kesepakatan Abraham akan membuat Palestina semakin lemah di hadapan Israel. Ada pertanyaan bahwa sampai saat ini apa posisi Palestina di kebijakan luar negeri UEA dan apa yang telah dilakukan Abu Dhabi untuk mendukung Palestina?

Hossein Amir Abdollahian, pengamat senior isu internasional terkait hal ini mengatakan, sampai saat ini Uni Emirat tidak melakukan langkah apapun bagi Palestina, di mana kesepakatan ini membuat Palestina semakin lemah di hadapan rezim Zionis.

Geografi Palestina semakin kecul, namun mayoritas negara-negara Arab khususnya Uni Emirat Arab dan Arab Saudi tidak memberi dukungan apapun dan sekedar merilis statemen berisi kecaman.

Mengingat kondisi ini, faktanya adalah kesepakatan Abraham tidak akan membuat posisi Palestina semakin lemah, namun akan memiliki sebuah dampak strategis penting. Kesepakatan ini akan membuat dualisme kutub politik dan kekuatan di kawasan Asia Barat muncul dan semakin kuat. Kesepakatan ini telah menguak wajah kompromi bagi Palestina dan poros muqawama di kawasan dan bahkan berbagai faksi meyakini perlunya berunding dan berdamai di dalam negeri Palestina untuk membela keamanan dan kedaulatan wilayah Palestina. Untuk itu, opsi tunggalnya adalah muqawama dan bersandar kepada diri sendiri.

Bahkan Otorita Palestina menyebut kesepakatan ini sebuah pengkhianatan dan memanggil dubesnya dari Abu Dhabi. Faksi muqawama di kawasan Asia Barat termasuk Ansarullah Yaman, Hizbullah Lebanon dan faksi muqawama di Irak juga mengecam langkah UEA dan menekankan pentingnya solidaritas menghadapi Israel dan mendukung Palestina. Di statemen Kemenlu Iran dijelaskan, “Sejarah akan menunjukkan bahwa bagaiman kesalahan strategis oleh Israel dan tikaman dari belakan Emirat terhadap rakyat Palestina dan terhadap seluruh umat Muslim ini akan berbalik memperkuat poros muqawama dan persatuan serta solidaritas anti Zionis serta negara reaksioner di kawasan.”

Jason Pack, pendiri lembaga Libya-Analysis menulis, “Untuk beberapa dekade, perang Arab-Israel menjadi retakan geopolitik tutama di Timur Tengah, namun selama beberapa tahun terakhir, mengingat kian dekatnya negara-negara Arab Teluk Persia dengan Israel, masalah ini tidak penting lagi. Kesepakatan terbaru normalisasi hubungan antara Israel dan UEA hanya meresmikan perubahan kecenderungan ini. Meski kesepakatan ini tidak memiliki efek besar dalam menyelesaikan sengketa Israel-Palestina, namun memiliki dampak besar di bidang lain dan membuat perang dingin kontemporer semakin meningkat sejak kawasan dirundung musim semi Arab.” Oleh karena itu, penguatan dualisme kutub di Asia Barat termasuk dampak strategis dari kesepakatan antara UEA dan Israel.

Perdamaian dihadapan Nihilisme

Salah satu dampak penting kesepakatan Abraham adalah esensi kesepakatan itu sendiri. Di masa lalu, kesepakatan antara Israel dan Mesir serta Yordania sebagai imbalan dari sejumlah konsesi termasuk penarikan Israel dari sebagian wilayah yang diduduki. Namun kesepakatan UEA dengan Zionis adalah perdamaian vs perdamaian. Meski Emirat mengklaim bahwa Israel sebagai imbalan dari kesepakatan ini bersedia mencabut rencana aneksasi sebagian wilayah Tepi Barat, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara transparan menyatakan bahwa rencanan aneksasi Tepi Barat hanya ditangguhkan sementara, bukannya dibatalkan.

Jika proses ini diulang oleh negara Arab lain termasuk Bahrain dan Oman, dapat dikatakan bahwa salah satu dampak dari kesepakatan Abraham adalah esensi kesepakatan dengan Israel adalah dari perdamaian sebagai imbalan dari wilayah menjadi perdamaian vs perdamaian. Dengan kata lain, negara-negara Arab melaluai kesepakatan seperti ini selain membuat wilayah geografi Arab semakin kecil, juga mendukung kejahatan Israel. Dan ini adalah dampak strategis dari kesepakatan UEA dan Israel.

Nama UEA kian Buruk dan Meningkatnya Ancaman terhadap Abu Dhabi

Salah satu dampak strategis lain dari kesepakatan UEA dan Israel adalah buruknya nama pemerintah UEA dan ini akan menjadi ancaman seirus bagi negara ini. UEA selama beberapa tahun terakhir telah berubah menjadi pemain intervensif di urusan internal negara Arab termasuk intervensi di Libya, Yaman, Lebanon, Suriah dan bahkan Mesir.

Intervensi di urusan internal negara lain bukan saja tidak membuahkan prestasi bagi Abu Dhabi, bahkan meningkatkan tensi dengan kekuatan regional termasuk Turki dan Republik Islam Iran. Di sisi lain, Uni Emirat Arab juga terlibat ketegangan dengan sesama anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC) yang juga tetangganya sendiri, Qatar. Hubungan Abu Dhabi dan Doha sejak Juni 2017 hingga kini terputus.

Selama beberapa bulan terakhir tensi antara Abu Dhabi dan Ankara mengingat kebijakan luar negeri UEA juga mengalami kenaikan dan bahkan potensi konfrontasi kedua pihak semakin tinggi. Mengingat UEA sampai saat ini menolak memiliki hubungan diplomatik dengan Iran dan Qatar, pembukaan Kedubes Israel di Abu Dhabi yang bertentangan dengan kepentingan dan cita-cita Palestina, akan membuat citra UEA semakin buruk karena mengabaikan identitas Islam dan Arab serta represi regional terhadap negara ini akan meningkat tajam.

Sekaitan dengan ini demonstran di berbagai negara Arab selain menggelar aksi konsentrasi anti UEA, juga membakar gambar Mohammad bin Zayed Al Nahyan, putra mahkota Abu Dhabi. Hossein Amir Abdollahian terkait hal ini di akun Twitternya menulis, “UEA dengan membuka pintu bagi kaki Israel ke kawasan Teluk Persia, secara pengecut tengah melanggar keamanan bersama regional. Sejak saat ini setiap peristiwa yang terjadi di kawasan Teluk Persia oleh tangan tersembunyi dan nyata Israel, dampak pasti dan kerasnya selain mengarah kepada Zionis juga akan menyasar Abu Dhabi.”

Kian Kuatnya Identitas Islami Palestina dan Friksi Internal di Negara Arab

Dampak penting lain dari kesepakatan Abraham adalah isu Palestina selain identitas Arabnya semakin pudar, kini citra Islaminya akan meningkat. UEA setelah Mesir dan Yordania, merupakan negara Arab ketiga yang membangun hubungan diplomatik resmi dengan Israel. Hal ini sama halnya dengan menurunnya dukungan negara Arab terhadap isu Palestina.

Masalah ini dapat membuat isu Palestina keluar dari “reduksionisme etnis” dan meningkat menjadi isu “lintas etnis” di dunia Islam. Masalah ini akan membuat Palestina semakin dekat dengan negara-negara seperti Iran atau Turki. Di sisi lain langkah Emirat akan meningkatkan friksi di tubuh negara-negara Arab, karena rakya dan mayoritas faksi politik di negara Arab selain mengecam langkah Abu Dhabi, juga menolak sikap mendukung pemerintah mereka.

Rakyat dan berbagai faksi politik di negara-negara seperti Bahrain, Yaman, Mesir, Kuwait, Irak, Maroko, Tunisia, Aljazair, Lebanon dan Yordania menentang kesepakatan UEA dengan Israel melalui aksi demo mereka dan menuntut pengecaman kesepakatan ini oleh pemerintah mereka. Sikap pasif pemerintah negara-negara ini terhadap tuntutan rakyatnya akan membuka peluang meningkatnya jurang antara rakyat dan pemerintah.

Melemahnya Posisi Organisasi Arab

Berbagai organisasi Arab termasuk Liga Arab dan Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC) selama satu dekade terakhir secara praktis menjadi lembaga mandul dan sekedar alat. Meski wilayah Arab di Asia Barat selama satu dekade terakhir mencicipi beragam perang dan konfrontasi serta instabilitas jika dibanding dengan wilayah dunia lain, namun organisasi seperti Liga Arab dan P-GCC menjadi alat bagi kepentingan dan tujuan negara-negara seperti Arab Saudi serta tidak berubah menjadi lembaga yang mampu mengelola krisis di dunia Arab.

Kini kesepakatan UEA dan Israel samakin menguak kemandulan organisasi ini di dunia Arab. Palestina dari sisi bahasa adalah negara Arab yang terlibat konfrontasi dan perang dengan Israel. Meski memiliki identitas Arab, Palestina dan keanggotaannya di Liga Arab, namun organisasi ini tidak pernah menggelar sidang membahas kesepakatan Abu Dhabi-Tel Aviv. Bahkan Liga Arab menolak permintaan Otorita Ramallah untuk menggelar sidang istimewa terkait masalah ini.

Alasan hal ini adalah friksi di Dunia Arab terkait kesepakatan UEA dan Israel. Di saat negara-negara seperti Mesir, Oman dan Bahrain secara transparan mendukung kesepakatan ini, Arab Saudi dan sejumlah negara Arab kecil lainnya memilih bungkam dan negara seperti Kuwait justru yang berani mengecam kesepakatan ini. Oleh karena itu, dapat dikatakan dampak strategis UEA di kesapakatan dengan Israel adalah semakin lemahnya posisi organisasi Arab di berbagai isu dunia Arab. Dengan demikian, bahkan institusionalisme di dunia Arab membutuhkan definisi ulang yang mendasar.

 

Sabtu, 05 September 2020 14:49

Abu Raihan Al-Biruni

 

Keilmuwan Abu Raihan al-Biruni tidak hanya dikenal di dunia Islam, tapi juga di seluruh dunia. Profesor Eduard Sachau, ilmuwan Jerman memuji Abu Raihan dengan mengatakan, “Abu Raihan al-Biruni ilmuwan terbesar yang pernah dikenal sejarah.”

Abu Raihan al-Biruni dilahirkan pada 3 Dzulhijjah 362 yang bertepatan dengan tanggal 4 September. Ia seperti ilmuwan besar dunia Islam lainnya memulai pendidikannya dengan al-Quran. Pada prinsipnya, seluruh ilmuwan negara-negara Islam mengawali pendidikannya dengan menguasai al-Quran. Setelah itu mereka baru mempelajari pengantar sastra dan ilmu-ilmu.

Setelah menguasai ilmu-ilmu pengantar, mereka kemudian mendalami disiplin ilmu yang disukainya dan ini biasanya menghabiskan waktu bertahun-tahun. Satu hal penting yang perlu diketahui mengenai para ilmuwan terdahulu adalah kecenderungan mereka akan satu cabang ilmu pengetahuan tidak membuat mereka melupakan disiplin ilmu yang lain. Itulah mengapa kebanyakan dari mereka memiliki karya tulis ilmiah di sejumlah bidang dan sastra. Abu Raihan al-Biruni termasuk ilmuwan yang menguasai multi disiplin ilmu.

Abu Raihan al-Biruni merupakan pelopor di bidang matematika dan astronomi. Ia merupakan peneliti utama di bidang sejarah dan geografi. Ilmu kedokteran, alam dan litologi mengenalnya sebagai ilmuwan besar di masanya. Ia juga merupakan pakar di bidang sastra dan filsafat. Namun yang membuatnya berbeda dari ilmuwan lain adalah perhatian besarnya akan metode ilmu dan penelitian mendalam. Tanpa fasilitas modern, hasil penelitiannya termasuk yang terbaik di kalangan ilmuwan terdahulu.

Abu Raihan al-Biruni termasuk ilmuwan yang produktif menulis. Penguasaannya terhadap sejumlah bahasa memberikannya banyak referensi yang menghasilkan banyak karya di pelbagai disiplin ilmu. Karya tulisnya mencapai 180 judul. Ia sendiri dalam sebuah risalah bernama “Fihrist” yang ditulisnya pada 427 HQ menyebut 113 karya tulisnya baik buku maupun risalah. Perlu diketahui bahwa Abu Raihan dalam semua karyanya tidak pernah mengutip pendapat, menyebut contoh atau mempermudah pembahasan yang mengurangi kedalamannya.

Kelebihan dari karya tulis Abu Raihan adalah tidak ditemukannya ungkapan yang berlebihan. Karena ia berkeyakinan pembaca bukunya harus orang yang berusaha keras. Seluruh karyanya memang ditulis bukan untuk pembaca umum, tapi dikhususkan kepada para ilmuwan.

Salah satu karya monumentalnya adalah buku Atsar al-Baqiyah An al-Qurun al-Khaliyah. Buku ini berbicara tentang chronometry dan kronologi bangsa-bangsa kuno. Namun Biruni tidak lupa menjelaskan poin-poin penting terkait masalah astronomi, peringatan dan hari-hari besar, acara keagamaan. Bahkan ia juga menyebutkan tentang orang-orang yang mengaku nabi. Ia membawakan fakta-fakta baru tentang sejarah Iran, Babel, Romawi dan warisan suci agama Yahudi, Zoroaster dan lain-lain.

Buku Atsar al-Baqiyah tidak ketinggalan membahas masalah matematika, perhitungan, bentuk dan tabel. Abu Raihan berhasil menyelesaikan penulisan buku ini dari tahun 390 hingga 391 HQ. Buku ini merupakan deretan karya pertamanya yang ditulis saat ia berusia sekitar 20 tahun. Buku ini kemudian dikoleksi oleh Qabus bin Vashmgir, Raja Gorgan. Buku Atsar al-Baqiyah untuk pertama kalinya diberi pengantar oleh Profesor Eduard Sachau dan dicetak di Jerman pada 1878. Setahun setelahnya, Sachau menerjemahkan buku ini ke bahasa Inggris dengan judul “Chronology of Archient Nations”.

Abu Raihan al-Biruni senantiasa ingin mengetahui pemikiran dan peradaban bangsa-bangsa lain. Namun ia berusaha menghindari mengutip berita dari orang lain. Oleh karenanya, ia mempelajari bahasa yang dibutuhkan untuk mengeksplorasi sumber-sumber asli tanpa perantara. Untuk itu al-Biruni mempelajari bahasa Suryani, Ibrani dan Sansekerta. Karya penting lainnya al-Biruni adalah Tahqiq Ma Lil Hind.

Abu Rayhan Biruni dalam karyanya "Tahqiq Ma Lil Hind" membahas mengenai keyakinan dan filsafat orang-orang India, astronomi, ajaran agama, masyarakat, antropologi, sejarah, literatur dan geografi India. Berkat karya ini, Biruni disebut-sebut sebagai Muslim pertama yang menulis buku tentang peradaban dan budaya India. Buku ini menjadi referensi utama bagi para peneliti yang ingin mengetahui sejarah budaya dan peradaban India.

Demi melengkapi buku Tahqiq Ma Lil Hind, al-Biruni mengkaji pelbagai buku India dan berdialog dengan ilmuwan dan tokoh India. Dalam interaksinya dengan para tokoh India banyak informasi yang tidak dimiliki orang lain berhasil diketahui oleh al-Biruni. Karena para tokoh ini menilai ilmu hanya milik mereka dan menganggap masyarakat sebagai orang bodoh. Abu Raihan al-Biruni dengan keberanian menampilkan dirinya sebagai seorang murid yang patuh dan akhirnya berhasil mendapat banyak informasi.

Buku Qanun Masoudi merupakan karya Abu Raihan al-Biruni. Buku ini termasuk buku peradaban Islam yang terbaik. Banyak ilmuwan yang menyebut buku ini sebagai karya terbaik al-Biruni. Buku ini semacam ensiklopedia lengkap tentang ilmu matematika dan astronomi. Dalam buku Qanun Masoudi, Abu Raihan berusaha membahas gerakan bintang-bintang yang sangat kompleks. Menariknya, buku ini tergolong buku paling mudah dari seluruh karya ilmiahnya.

Al-Biruni menulis buku ini atas permintaan Soltan Masoud, anak Soltan Mahmoud Gaznawi pada 421 HQ. Dalam sejarah disebutkan, ketika Soltan Masoud melihat buku ini, ia begitu takjub dan memberikan hadiah perak yang banyak kepada al-Biruni. Namun ia mengembalikan hadiah Soltan Masoud ke bendahara istana dan mengatakan, “Aku tidak membutuhkannya. Selama hidupku aku hidup dengan qana’ah dan tidak rela mengubah kebiasaan ini.”

At-Tafhim merupakan buku Abu Raihan al-Biruni yang ditulis dengan bahasa Persia. Menurut kutipan sejarah, buku ini ditulis al-Biruni pada 420 HQ di Ghaznawi menuruti permintaan Raihanah, putri Hossein Kharazmi. Buku ini membahas tentang matematika dan astronomi dengan bahasa yang sederhana, bila dibandingkan dengan karyanya yang lain. Pembaca buku ini ditujukan kepada para remaja yang baru ingin mengenal matematika dan astronomi.

Buku at-Tafhim berupa tanya jawab dan memuat 530 pertanyaan dan jawaban. Buku ini terdiri dari empat bagian; geometri, hitungan, astronomi dan kaedahnya. Setahun setelah penulisan buku ini, Abu Raihan menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Arab. Naskah bahasa Arab dari buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh R. Ramsay Wright pada 1934. Buku ini telah tercatat dalam daftar perlindungan warisan dunia UNESCO.

Sabtu, 05 September 2020 14:48

Imam Sajjad, Teladan Ibadah dan Pengabdian

 

Tanggal 12 Muharam 95 Hq menurut sebagian riwayat diperingati sebagai hari kesyahidan Imma Sajjad. Beliau gugur syahid akibat racun yang disusupkan oleh kaki tangan dan suruhan Walid bin Abdulmalik, penguasa Bani Umayyah.

Sebutan Imam Sajjad, karena tekun beribadah dan bersujud kepada Allah Swt. Selain dekat dengan Tuhan, Imam Sajjad juga dikenal sebagai orang yang sangat dermawan, penyantun terutama kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang tertindas.

Manusia mulia ini juga dikenal dengan doa-doanya yang memiliki ketinggian bahasa yang menjulang dan kedalaman makna yang menghunjam. Beliau menjalani malam dengan doa dan ibadah kepada sang maha Pencipta. Tentang ini, Imam Baqir as, putra Imam Sajjad berkata, "Ketika semua orang di rumah tertidur di awal malam, ayahku, Imam Sajjad bangun mengambil wudhu dan shalat dua rakaat. Kemudian beliau mengambil bahan makanan dalam karung dan memanggulnya sendirian menuju daerah orang-orang miskin dan membagikan makanan kepada mereka. Tidak ada seorangpun yang mengenalnya. Setiap malam orang-orang miskin menunggu beliau di depan rumah mereka untuk menerima jatah makanannya. Tapak hitam dipunggung ayahku merupakan bukti bahwa beliau memanggul sendiri makanan yang dibagikan kepada orang miskin."

Imam Sajjad dengan tanpa pamrih dan hanya mengharap keridhaan Allah dalam berbuat baik terhadap orang lain. Ketika bersama rombongan bergerak menuju Mekah untuk menjalankan ibadah haji, beliau meminta supaya pengurus rombongan tidak memperkenalkan identitas dirinya kepada yang lain. Dengan cara ini rombongan lain tidak mengenalinya, dan beliau bisa leluasa melayani keperluan mereka yang hendak berangkat untuk menunaikan ibadah haji.

Dalam sebuah perjalanan seseorang mengenalinya dan berkata, "Apakah kalian tahu siapa pemuda ini " Ia tidak lain adalah Ali bin Husein. Rombongan itu berlari mendekati Imam Sajjad dan memberi hormat serta memohon maaf karena tidak mengenalinya. Imam berkata, "Suatu hari saya berangkat bersama rombongan haji dan anggota rombongan mengenalnya dan menghormatiku, sebagaimana mereka menghormati Rasulullah. Akhirnya merekalah yang melayani keperluanku bukan sebaliknya. Padahal saya ingin melayani keperluan mereka. Inilah alasan saya tidak ingin dikenali oleh mereka."

Kehidupan Imam Ali Zainal Abidin menjadi mata air pengetahuan dan akhlak bagi yang mendulangnya. Salah satu pelajaran besar dari kehidupan beliau adalah cara memberikan nasehat yang bijaksana. Suatu hari seoranglelaki mengeluh dan putusa asa atas rahmat Allah swt. Ia berkata, "Saya berdoa, munajat dan memohon kepada Allah, tapi suara ini tidak melampaui langit-langit rumah apalagi menembus angkasa." Mendengar keluhan itu, salah seorang temannya berkata, "Jangan keliru saudaraku, Allah dekat dengan kita. Tapi kitalah yang tidak memiliki kemampuan untuk merasakannya. Bukankah, Allah swt dalam al-Quran berfirman, "Aku lebih dekat dari urat nadimu. 

Tapi nasehat itu tidak berpengaruh, dan lelaki itu kian hari semakin putusasa atas kehidupannya. Akhirnya suatu hari ia diajak bertemu dengan Imam Sajjad. Di hadapan Imam Sajjad lelaki itu berkata, "Saya menemui Anda untuk menanyakan mengapa doaku tidak terkabul. Padahal Allah swt berfirman, ‘Berdoalah, maka Aku akan mengabulkan doamu ‘. Saya khawatir akidah saya lemah dan meninggal dalam keadaan tidak beragama."

Imam Sajjad memandang dengan penuh kasih sayang kepada lelaki. Beliau kemudian bertanya, "Apakah shalatmu awal waktu atau tidak? Apakah engkau telah berbuat baik seperti bersedekah kepada orang miskin demi mendekatkan diri kepada Allah? Apakah sikapmu baik terhadap teman-temanmu? Apakah kamu tidak mengucapkan kalimat yang menyulut permusuhan? Apakah engkau tidak memberikan persaksian palsu? Apakah kamu telah menunaikan zakat dan membayar utang? Apakah engkau tidak kikir terhadap kaum fakir dan membantu yatim?"

Lelaki itu menjawab, "Wahai Ali bin Husein, sayang sekali saya tidak termasuk kriteria yang Anda sebutkan. Imam sambil tersenyum ramah menjawab, "Lalu apa yang diharapkan dari Allah ? Semua kriteria yang saya sebutkan itu selain berguna bagi akhiratmu juga bermanfaat bagi duniamu. Salah satunya adalah dikabulkannya doa. Dengarlah perintah Allah, maka Allah akan mendengar perkataan kita." 

Dalam pandangan Imam Sajjad, hubungan vertikal dengan Allah swt tidak bisa dipisahkan dari hubungan horizontal antarsesama manusia. Imam Zainal Abidin dalam Risalah Huquq menyinggung hak sesama manusia. Sebab setiap anggota masyarakat memiliki tanggung jawab bersama dalam menjalani kehidupan ini. Dengan cemerlang, Imam Sajjad menjelaskan bagaimana hak pemimpin terhadap bawahannya dan sebaliknya. Tidak hanya itu, Imam Sajjad juga menjelaskan bagaimana hubungan keluarga menyangkut hak orang tua terhadap anaknya dan sebaliknya, hak bertetangga, berteman dan hak terhadap harta.

Menurut Imam Sajjad, manusia adalah pelayan bagi yang lain, sehingga dalam masyarakat tumbuh budaya gotong-royong dan saling membantu. Di bagian lain Imam Sajjad mengungkapkan perkataan tentang saudara. Beliau berkata, "Saudara yang buruk adalah orang yang memperhatikanmu ketika keadaan lapang, namun menjauhi ketika sulit." Untuk itu seorang mukmin berkewajiban berbuat baik kepada orang lain.

Dalam pandangan Imam Sajjad, melayani orang lain memiliki berbagai dampak yang sangat besar baik di dunia maupun di akhirat. Salah satunya adalah membantu orang yang terkena musibah dan membutuhkan pertolongan. Imam Sajjad berkata, "Di dunia ini tidak ada yang lebih mulia selain berbuat baik kepada saudara." 

Imam Sajjad dalam berbagai riwayat lain menjelaskan bahwa orang yang membantu orang lain akan mendapat ganjaran pahala akhirat, ampunan dosa, kedudukan yang tinggi di surga serta pahala lainnya. Beliau berkata, "Tuhanku, semoga shalawat tercurah atas Muhammad dan keluarganya.., anugerahilah tanganku ini agar bisa berbuat baik kepada orang lain, dan jangan rusakkan kebaikan itu dengan riya dalam diriku."

Imam Sajjad bahkan dalam doanyapun memberikan contoh bagaimana mengabdi dan melayani kebutuhan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Imam Zainal Abidin kepada putranya berkata, "Barang siapa yang meminta tolong padamu untuk melakukan suatu pekerjaan baik, maka lakukanlah. Jika kamu ahlinya maka lakukan dengan sebaik-baiknya, Jika bukan engkau telah berbuat baik."

Imam Ali Zainal Abidin sangat menekankan pentingnya pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian terhadap masyarakat bukan diukur dari seberapa besar pekerjaan itu, tapi kualitas layanan dan ketulusan niatlah yang menjadi ukuran dari bernilai atau tidaknya pekerjaan itu. Selain itu, pengabdian juga menumbuhkan sebuah ketenangan spiritual bagi seseorang yang bisa berbuat kebaikan bagi orang lain. Terkait hal ini Imam Sajjad berkata, "Sikap bersahabat dan bersaudara seorang mukmin kepada saudara mukmin lainnya adalah ibadah." Di bagian lain, Imam Sajjad mengingatkan nilai spiritual berbuat baik kepada orang lain dengan mengatakan, "Allah akan menggembirakan orang yang telah menggembirakan saudaramu."

 

Kalau kita mendengar nama Imam Khomeini (1902-1989), pertama kali yang hadir dalam imajinasi bahwa beliau itu seorang pemimpin kharismatik revolusioner pendiri Republik Islam Iran, sama seperti ketika bangsa Indonesia mendengar nama Ir. Soekarno sebagai proklamator kemerdekaan bangsa. 

Di dalam kepemimpinan Ayatullah Khomeini, secara resmi Iran menjadi Republik Islam pada 1 April 1979,  serta mengakhiri masa pemerintahan monarki  Muhammad Reza Pahlevi.

Ingatan kolektif orang tentang Ayatullah Khomeini sebagai seorang pemimpin politik dengan konsep Wilayat al-Faqih yang terkenal. Padahal Imam Khomeini bukan hanya pemimpin besar pada wilayah politik. Pribadi beliau adalah sebuah kompleksitas, sesuai dengan latar belakangnya yang telah menyauk berbagai sumber hikmah serta ilmu pengetahuan.

Sebagai seorang pemikir besar beliau telah mengarang 40 buku serta, secara kongkret telah menerjemahkan “Hikmah Muta’aliyah” Mulla Sadra, kepada “Siyasah Muta’aliyah” pada tataran yang lebih kongkret sehingga dimensi perjalanan rohaninya sebagai seorang arif, berjalan paralel dengan transformasi serta spirit revolusi yang dibawanya bagi rakyat Iran. Beliau adalah seorang mujtahid, fuqaha, serta sebagaimana Maulana Rumi, Ferdawsi, Sa’di, serta Hafiz Shirazi, juga adalah seorang penyair yang meneguhkan jalan cinta mistik dengan tema sentral fananya segala maujud, di hadapan Allah sebagai Wujud Mutlak.

Sajak-sajak Ayatullah Khomeini, mengandung dimensi ‘irfani secara filosofis. Di Iran yang mayoritas Syi’ah, memang tidak dikenal istilah tasawuf sebagaimana di dunia Sunni yang telah memiliki dasar-dasar ontologis, epistemologis, serta aksiologis yang mapan. Yang lebih dikenal di Iran adalah  ‘irfan sebagaimana pada Mulla Sadra, sebagai filosof yang mencapai puncak kegemilangan dari kekayaan tradisi  ini. Imam Khomeini sendiri tidak hanya memahami tradisi ‘irfan ini secara teoritis, tetapi pada penghayatan serta prilaku praktis seperti pada disiplin pelaksanaan riyadhoh untuk menapaki jenjang maqamat sufi, serta puisi-puisinya, merupakan bagian dari ekspresi seorang pelaku suluk rohani. Dengan demikian Imam Khomeini bisa dikatakan sebagai pelaku ‘irfan amali atau di dunia Sunni disebut tasawuf amali.

Istilah  ‘irfan berakar dari bahasa Arab ‘arafa. Maknanya paralel dengan makrifat, yang memiliki arti mengetahui Allah dari dekat. Tapi ‘irfan ini tampaknya berbeda dengan ilmu (`ilm). Dalam sudut pandang filosof Iran mutakhir, Mehdi Hairi Yazdi, “Ilmu Hudhuri, Prinsip-Prinsip Epistemologi di Dalam Filsafat Islam”, pengetahuan ‘irfan ini yang disebutnya sebagai “pengetahuan yang dihadirkan” (‘ilm hudhuri) yang berbeda dengan pengetahuan rasional yang disebut sebagai “pengetahuan yang dicari” (‘ilm muktasab) (1994:47-48)

Memahami serta menghayati sajak “Keterjagaan” dari buah renungan filosofis serta mistis Ayatullah Khomeini, pembaca pasti dikejutkan dengan cara pandang sangat unik, yang menjadi ‘jahan bini’ (pandangan dunia) yang khas dari kaum sufi seperti Abu Yazid al-Busthami serta al-Hallaj. Sajak “Keterjagaan” diambil dari terjemahan Abdul Hadi WM dari Jurnal Ulumul Qur’an (Edisi 4, 1992:22).

Karya “Keterjagaan” ini merefleksikan pencapaian kedudukan rohani sangat tinggi dari seorang yang telah mencapai Maqam ‘irfan atau Makrifat. Pengalaman spiritual itu kemudian disimbolisasi dengan menggunakan metafora-metafora yang profan sehingga seperti pengalaman hidup sehari-hari, padahal sedang menggambarkan aspek kerinduan azali terhadap Kekasih Sejati, Sang Mutlak.

Pengungkapan Hal atau kondisi spiritual yang dipenuhi dengan  penghayatan mistik, menjadi penuh cita-rasa estetis karena memang dimaksudkan untuk menyampaikan kerinduan terhadap aspek jamaliyah-Nya, dengan simbolitas-simbolitas “bibir molek merah delimamu”, “pandang pilumu, menusukku”. Serta puncak dari kerinduan itu kondisi fana yang telah yang telah membebaskannya dari segala ketersiksaan “namun fana dalam Kau membuat diriku yang tersiksa jadi bebas”.

Bibir molek merah delimamu, titik hitam bundar di dahimu

Menjerat hatiku, kekasihku, dan bagai merpati aku terkurung

Pandang pilumu, menusukku hingga aku pun sakit dan merana

Namun fana dalam Kau membuat diriku yang tersiksa jadi bebas

Kupukul kendang “Ana al-Haqq,” seperti Mansur aku tahu

Apa tanggungannya, biar kurelakan nyawaku melayang

Sebab itulah jiwaku sembuh, terpana sembilan waktu

Dan pintu kedai anggur-Mu terbuka siang malam

Pada madrasah dan masjid aku sudah bosan

Jubah Fuqaha ini pun tak sanggup memberiku hiburan

Maka kukenakan baju fakir bertambal sulam

Yang membuatku sefar di tengah nyala api dan asap

Khutbah ulama menyebabkan mataku tertidur lelap

Nafas sempoyongan berbusa anggur menyampaikan kata emasnya

Tahu kau apa yang menyentak hingga terjaga?

Tangan molek pelayan kedai anggur membangunkan aku

 

Bagi Ayatullah Khomeini, sufi martir Mansur al-Hallaj yang banyak dipermasalahkan dari sisi syariat tampaknya memiliki kedudukan yang istimewa sebagai model penempuh jalan kearifan dengan ungkapan “Kupukul kendang “Ana al-Haq”. Ungkapan bombastis “Ana al-Haq”, ketika al-Hallaj sendiri berada dalam kondisi puncak pengalaman spiritual serta jubah kemanusiaan hancur serta segalanya larut dalam dimensi Lahutiyah-Nya.

Seperti pada Maulana Rumi yang menggambarkan kondisi fana dengan mempergunakan metafora “kedai anggur”, maka demikian pula Imam Khomeini. Kedai anggur sebagai sebuah tempat jamuan spiritual yang selalu terbuka sepanjang waktu. Kedai anggur yang merupakan tempat rahasia pertemuan manusia-manusia pilihan yang mengalami mabuk Ilahi, tempat di mana berbagai hijab yang membawa pada kelezatan spiritual dibukakan. Terdapat sikap kritis Ayatullah Khomeini terhadap aspek formal seperti pada “madrasah”, “mesjid”, “jubah fuqaha”, serta “khutbah ulama”.

Sebagai seorang ulama, yang dikritisinya adalah syariat tanpa hakikat yang membuat seseorang terjebak pada aspek lahiriah semata. Sedangkan untuk mencapai kondisi “terjaga” yang membuat mata batinnnya selalu terbuka terhadap limpahan berbagai rahasia Ilahi yang disimbolisasi “tangan molek pelayan kedai anggur membangunkan aku”  tentu saja lahir dari kemampuan untuk mengintegrasikan syariat dengan hakikat sehingga puncak pengalaman irfan atau makrifat itu bisa didapat.

Demikianlah aspek ‘irfan yang terdapat pada puisi “Keterjagaan” Ayatullah Khomeini. Sebagai sebuah karya sastra yang merupakan ekspresi estetik dari sebuah pengalaman spiritual, sajak “Keterjagaan” beserta karya-karya puisi Imam Khomeini yang lain, telah turut memperkaya khasanah karya sastra sufi dunia.

*Penulis adalah Penanggung Jawab Iranian Corner UIN Sunan Gunung Djati Bandung serta aktivis LESBUMI-Nahdlatul Ulama.

Sabtu, 05 September 2020 14:42

Surat Ghafir ayat 77-81

 

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ (77)

Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar; maka meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka ataupun Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kami sajalah mereka dikembalikan. (40: 77)

Ayat ini mengajak Nabi Muhammad Saw dan para pengikutnya untuk sabar dan tegar menghadapi gangguan para penentang Islam dan mengatakan, “Pengingkaran para penentang atau perilaku merusak mereka jangan sampai membuat kalian lemah dalam melewati jalan kalian. Bahkan sebaliknya, semakin penentangan baik lewat lisan atau perilaku semakin besar, maka istiqamah dan ketegaran kalian di jalan kebenaran juga harus semakin bertambah, sehingga dalam perjalanan waktu kalian akan menjadi pemenangnya.”

Sesuai dengan janji ilahi, mereka yang mengingkari kebenaran akan merasakan balasan di dunia, tapi jangan juga berharap bahwa balasan ini akan terjadi di masa hidup kita. Janji Allah adalah benar dan tidak diragukan, apa yang dijanjikan-Nya bakal terwujud, baik kita masih hidup atau tidak. Bagaimanapun juga, balasan sempurnya akan terjadi di Hari Kiamat, ketika hari itu semua manusia dihadirkan dan saling menyaksikan siksa dan pahala yang didapat.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Manusia dalam menghadapi kesulitan dikarenakan komitmen kepada agama, harus menunjukkan kesabaran dan ketegaran. Ini merupakan kelaziman dari keberagamaan dan jangan sampai melepaskan agama karena khawatir akan sebagian kesulitan.

2. Penangguhan dalam menyiksa para pelaku kejahatan berdasarkan kebijakan ilahi dan jangan sampai meragukan terjadinya janji Allah.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآَيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ (78)

Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (40: 78)

Sebagai kelanjutan ayat sebelumnya yang mengajak Nabi Saw untuk bersabar dan tegar, ayat ini menghibur beliau dengan mengatakan, “Sebelum engkau banyak nabi yang datang dan Kami tidak menceritakannya. Pertempuran antara kebenaran dan kebatilan selalu ada sepanjang sejarah dan tidak terbatas di masamu saja.”

Selalu saja ada kelompok dari orang sombong yang melawan kebenaran dan tidak bersedia menerimanya. Betapa banyak dari mereka yang tidak cukup dengan itu, tetap memerangi orang-orang pencari kebenaran dengan mengganggu, menyiksa, membuang dan membunuh mereka demi mencerabut kebenaran.

Pada dasarnya, mereka adalah orang-orang keras kepala dan suka mencari alasan dan setiap hari menyampaikan masalah baru. Sebagaimana di masa para nabi sebelumnya, ketika mereka selalu meminta mukjizat baru dan menuntut para nabi membawa mukjizat sesuai yang mereka inginkan.

Padahal mukjizat merupakan wewenang Allah dan tidak berada di tangan para nabi. Mereka bukan tukang sihir yang telah belajar dan berlatih berulang-ulang, sehingga dapat melakukan sihir atau tipuan. Tetapi para nabi hanya dapat menunjukkan mukjizat dengan izin dan kekuasaan Allah.

Dengan kata lain, mukjizat untuk menuntun manusia, mencerahkan pemikiran dan membuktikan kebenaran nabi, bukannya setiap hari ada orang datang meminta Nabi agar menunjukkan mukjizat dan memaksanya agar memenuhi tuntutan mereka.

Akhir ayat ini menekankan poin bahwa mereka adalah orang keras kepala dan di hari Kiamat mereka akan diadili di pengadilan Ilahi berdasarkan kebenaran. Di hari itu, jalan kembali telah ditutup dan teriakan orang-orang zalim tidak berguna. Saat itu, orang-orang batil merugi dan dengan jelas mereka menyadari bahwa mereka mengalami kerugian dari seluruh sisi. Mereka menyadari kehilangan seluruh investasinya dan tidak memiliki bekal apapun. Yang mereka terima adalah kemurkaan dan kemarahan Ilahi.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mempelajari sejarah kaum dan para nabi terdahulu merupakan rekomendasi al-Quran supaya kita komitmen di jalan kebenaran dan kita jangan lemah karena kesulitan yang ada.

2. Mukjizat para nabi berdasarkan kehendak Allah Swt, dan tidak berdasarkan keinginan dan harapan masyarakat.

3. Kerugian sejati berada di hari Kiamat bukan di dunia. Ahli duniawi (orang yang memiliki sisi keduniawian), jangan berprasangka bahwa kekayaan dan kekuasaan yang besar mereka sebuah tanda kesuksesan dan keberuntungannya. Karena dunia bersifat fana dan di dunia yang kekal, tangan orang fasid dan batil kosong.

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (79) وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ وَلِتَبْلُغُوا عَلَيْهَا حَاجَةً فِي صُدُورِكُمْ وَعَلَيْهَا وَعَلَى الْفُلْكِ تُحْمَلُونَ (80) وَيُرِيكُمْ آَيَاتِهِ فَأَيَّ آَيَاتِ اللَّهِ تُنْكِرُونَ (81)

Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. (40: 79)

Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera. (80)

Dan Dia memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya); maka tanda-tanda (kekuasaan) Allah yang manakah yang kamu ingkari? (81)

Surat ini secara teratur menyebutkan tentang nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada manusia dan mengajaknya keluar dari kufur dan syirik menuju tauhid. Ayat-ayat ini menyinggung nikmat hewan dan pemanfaatannya oleh manusia. Disebutkan bahwa Allah menciptakan sebagian hewan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Pada dasarnya ini menjadi pembolehan bagi manusia untuk menyembelih hewan seperti sapi, kambing dan onta untuk dimanfaatkan dagingnya. Kalau tidak, manusia tidak diperbolehkan mengambil nyawa hewan.

Selain memanfaatkan daging hewan, sebagian dari mereka seperti onta dapat menjadi hewan tunggangan di padang pasir yang kering. Yang menarik, sekalipun sekarang sudah ada alat transportasi modern yang melewati udara, laut dan udara, tapi hewan berkaki empat masih menjadi alat terbaik untuk melewati jalur berpasir atau padang pasir, atau jalur sempit dan sulit dilalui di pegunungan.

Bagaimanapun juga, memanfaatkan hewan baik dengan menunggangi atau membawa barang, karena mereka sudah jinak dan akrab dengan manusia menjadi petanda lain rahmat Allah kepada manusia. Nikmat yang sangat bermanfaat dalam membawa barang di darat bagi manusia, seperti yang dilakukan kapal di laut.

Hewan berkaki empat juga punya manfaat lain bagi manusia. Seperti susu, bulu, kulit dan anggota badan lainnya juga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hewan juga menjadi bagian dari hidup manusia yang menjadi teman bermain manusia atau bahkan untuk berlomba. Hewan menjadi alat untuk bepergian di darat, tetapi dalam ayat-ayat ini juga disinggung akan menaiki kapal. Artinya, Allah memberikan manusia alat bepergian dan transportasi barang di padang pasir dan laut, sehingga dengan mudah manusia sampai ke tujuannya.

Di akhir ayat-ayat ini disebutkan bahwa Allah selalu menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kalian dan di setiap tempat yang kalian saksikan tampak tanda-tanda itu. Sekalipun ayat-ayat dan tanda-tanda kebesaran Allah jelas bagi semua manusia, mengapa masih saja ada yang mengingkari-Nya? Kenyataannya, manusia tidak pandai mensyukuri nikmat-nikmat Allah dan mengingkari tanda-tanda kebesaran Allah dengan berbagai motifasi.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Bumi dan semua yang ada diciptakan untuk manusia dan Allah mengizinkan manusia memanfaatkannya dengan benar.

2. Sekalipun kekuatan badan hewan berkaki empat lebih dari manusia, tetapi Allah menjinakkan mereka untuk manusia dan ini termasuk rahmat Allah kepada manusia.

3. Tidak bersyukur merupakan ciri khas kebanyakan manusia. Mereka emmanfaatkan nikmat-nikmat Allah, tetapi mengingkari pemilik nikmat dan tidak mau menaati-Nya.

Sabtu, 05 September 2020 14:42

Surat Ghafir ayat 69-76

 

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ أَنَّى يُصْرَفُونَ (69) الَّذِينَ كَذَّبُوا بِالْكِتَابِ وَبِمَا أَرْسَلْنَا بِهِ رُسُلَنَا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (70) إِذِ الْأَغْلَالُ فِي أَعْنَاقِهِمْ وَالسَّلَاسِلُ يُسْحَبُونَ (71) فِي الْحَمِيمِ ثُمَّ فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ (72)

Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan? (40: 69)

(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Al Kitab (Al Quran) dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui. (40: 70)

Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret. (40: 71)

Ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (40: 72)

Ayat-ayat ini tentang mereka yang tidak bersedia menerima argumentasi para nabi dan kitab-kitab samawi dan selalu bersikap keras kepala melawan kebenaran. Jelas bahwa melawan dan bersikap keras kepala menghadapi kebenaran akan menyeret manusia dari jalan yang lurus dan hasilnya adalah penyimpangan dan kesesatan.

Akar dari perdebatan dan perlawanan tehradap kebenaran sepanjang sejarah terkadang karena taklid buta dari para pembesar dan orang-orang terdahulu serta fanatisme yang tidak pada tempatnya terkait akidah mereka, tapi terkadang dikarenakan permusuhan dan sikap keras kepala menghadapi para nabi dan pengikutnya. Orang yang seperti ini bukannya mencari kebenaran dan menerima ucapan yang benar, tapi mengingkari apa saja yang tidak sesuai dengan kesenangannya.

Tentu saja kekufuran dan kesyirikan tidak disiksa di dunia, sehingga manusia dalam memilih iman tidak terpaksa tetapi dikarenakan kesadaran dan kebebasan memilih jalan yang benar. Sekalipun demikian, setiap jalan yang dipilih oleh manusia atau setiap perbuatan yang dilakukan, hasil dan dampaknya berada di luar dari kewenangannya. Oleh karenanya, berdasarkan apa yang telah ditetapkan Allah, bila Manusia memilih kekafiran karena permusuhan, fanatik dan keras kepala, dampaknya adalah kejatuhan ke dalam neraka.

Dari empat ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mempelajari sejarah dan nasib umat-umat terdahulu yang menentang para nabi dan terseret ke jalan menyimpang dan kesesatan merupakan rekomendasi al-Quran.

2. Yang berbahaya dari melawan dan mendebat kebenaran adalah manusia mengetahui kebenaran lalu menginjak-injaknya.

3. Penjelasan tentang azab yang beragam di neraka adalahperingatan kepada manusia agar mengawasi perilakunya dan jangan beranggapan perbuatannya selama di dunia tidak akan dibalas.

4. Takabur dan merasa unggul dari orang-orang kafir di dunia akan berujung pada kehinaan mereka di Hari Kiamat.

ثُمَّ قِيلَ لَهُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تُشْرِكُونَ (73) مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا بَلْ لَمْ نَكُنْ نَدْعُو مِنْ قَبْلُ شَيْئًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ الْكَافِرِينَ (74)

Kemudian dikatakan kepada mereka, “Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan, (40: 73)

(yang kamu sembah) selain Allah?” Mereka menjawab, “Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu.” Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir. (40: 74)

Ayat-ayat sebelumnya menyinggung soal azab orang-orang kafir di Hari Kiamat. Sementara ayat-ayat ini mengatakan, “Di tengah-tengah api neraka yang tidak ada tempat melarikan diri bagi orang musyrik dan pelaku kriminal, mereka akan ditanya bahwa apa yang mereka sembah selain Allah dan menjadikannya sekutu Allah sekarang berada di mana?! Mengapa sesembahan yang kalian anggap itu tidak menolong kalian dan membantu kalian dari gelombang api neraka?!

Dengan segala kelemahan mereka menjawab, “Mereka yang kami sembah pasti telah musnah atau kondisinya seperti kami menderita di neraka. Intinya tidak ada kabar dari mereka, seakan-akan telah musnah. Padahal kami menyembah mereka agar menyelamatkan kami seperti hari ini. Karena tidak demikian, seakan-akan kami tidak pernah menyembah mereka dan mereka bukan sesuatu yang layak disembah. Sekarang jelas bagi kami bahwa mereka tidak lebih dari khayalan dan ilusi yang kami anggap sebagai kenyataan.”

Pada hakikatnya, pengakuan atau pengingkaran di Hari Kiamat sudah tidak lagi bermanfaat bagi mereka dan tidak mampu menolong mereka. Karena hasil dari kekufuran dan kesyirikan adalah kesesatan dan penyimpangan yang berujung pada dimasukkan ke dalam api neraka.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hari Kiamat adalah hari penyingkapan kebenaran dan di sana segala sesuatu menjadi jelas. Hari itu orang kafir dan musyrik baru memahami kesesatannya.

2. Pengakuan akan dosa atau pengingkarannya tidak lagi efektif dalam pengadilan Hari Kiamat. Karena Allah mengetahui batin manusia dan menghukumi sesuai apa yang ada di batinnya.

3. Hidayah dan kesesatan hasil dari jalan yang dipilih manusia dan hasil dari perbuatan manusia.

ذَلِكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَفْرَحُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَمْرَحُونَ (75) ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ (76)

Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kamu selalu bersuka ria (dalam kemaksiatan). (40: 75)

(Dikatakan kepada mereka), “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong.” (40: 76)

Ayat-ayat ini menyebut sebab kelompok ini mendapat siksaan dan musibah. Dikatakan bahwa mereka selama di dunia mengingkari Allah dan Hari Kebangkitan dan terjebak dalam mengikuti hawa nafsu, sehingga melewati hari-harinya dengan dosa dan kesenangan. Mereka senang menekan orang miskin dan lemah serta berbuat dosa dan melanggar aturan. Benar, kesenangan seperti ini yang disertai kesombongan, kelalaian dan syahwat membuat manusia jauh dari Allah dan tidak mampu mengetahui kebenaran. Tetapi sekarang ketika mereka hadir di Hari Kiamat, segala kesombongan dihadapan kebenaran menyeret mereka dalam kehinaan dan harus membayar semua kecenderungan syahwati yang dilakoni di dalam api neraka.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Islam tidak menentang kesenangan yang halal dan sehat. Tetapi melarang segala bentuk kesenangan yang disertai dengan dosa dan perilaku tidak benar.

2. Kesenangan orang kafir hari ini akan menjadi teriakan penyesalan di Hari Kiamat.

3. Kesenangan juga harus dipertimbangkan dengan parameter kebenaran dan kebatilan. Sebagai contoh, kesenangan yang dilakukan lewat jalan kebatilan yang berlandaskan syahwat, melanggar hak orang lain, menghina orang lemah dan bawahan serta perlaku kriminal lainnya termasuk menentang perintah Allah.

Sabtu, 05 September 2020 14:41

Surat Ghafir ayat 66-68

 

قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَمَّا جَاءَنِيَ الْبَيِّنَاتُ مِنْ رَبِّي وَأُمِرْتُ أَنْ أُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (66)

Katakanlah (ya Muhammad), “Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (40: 66)

Sebelumnya telah disampaikan mengenai tanda-tanda kebesaran dan nikmat-nikmat ilahi yang membuktikan pencipta alam semesta adalah Allah yang Maha Esa. Dalam ayat ini, Rasulullah berkata kepada musyrikin seraya menekankan bahwa saya diutus oleh Allah yang tidak membolehkan penyembahan terhadap berhala dan melarang saya melakukan hal ini. Karenanya, jangan berharap saya akan menyembah berhala dan membayangkan saya tidak melakukannya karena keras kepala, sehingga kalian juga tidak menerima agama yang saya bawa dengan keras kepala. Tetapi saya menyembah Allah berdasarkan argumentasi rasional dan alasan logis serta menjauhi penyembahan terhadap berhala. Saya hanya menundukkan kepala kepada Allah, pencipta alam semesta dan menyembahnya. Saya tidak hanya menyembah Allah, tetapi juga berserah diri padanya dan apa saja yang Dia perintahkan, saya akan menaatinya secara mutlak. Karena saya adalah hamba-Nya dan sudah merupakan kewajiban hamba untuk menaati tuannya.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Perintah dan larangan Allah berdasarkan argumentasi dan logika. Di antara wahyu dan akal tidak ada kontradiksi.

2. Berserah diri kepada seseorang hanya layak dilakukan kepada Allah pencipta alam semesta dan kesempurnaan ibadah adalah berserah diri kepada Allah Swt.

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (67) هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ فَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (68)

Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (40: 67)

Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya, “Jadilah”, maka jadilah ia. (40: 68)

Sebagian dari ayat-ayat sebelumnya menyinggung tanda-tanda kebesaran Allah di langit dan di bumi serta fenomena alam. Ayat ini menjelaskan penciptaan manusia, dibuat dari tanah, periode janin, kelahiran, kehidupan di dunia dan akhirnya tentang kematiannya.

Tahapan pertama penciptaan manusia berawal dari tanah yang mencakup manusia pertama Nabi Adam as yang langsung diciptakan dari tanah dan juga manusia setelahnya. Karena sumber dari bahan pangan yang membentuk badan manusia, baik itu dari tumbuh-tumbuhan atau hewan berasal dari tanah.

Tahapan kedua, terkait dengan pembentukan nutfah yang merupakan kombinasi dari mani laki-laki dan sel telur wanita yang berada di dalam rahim. Nutfah tumbuh dengan cepat dan membesar lalu berbentuk segumpal daging yang oleh al-Quran disebut Alaqah.

Tahapan selanjutnya adalah perubahan Alaqah menjadi Mudhghah, yaitu sesuatu yang berupa daging. Setelah itu anggota badan mulai terbentuk dan sempurna. Setelah itu, bayi lahir ke dunia. Dengan cepat ia melewati periode anak-anak dan remaja, lalu menjadi pemuda. Manusia di tahapan ini mencapai kedewasaan rasional dan memiliki kekuatan jasmani yang lebih dibandingkan dengan seluruh tahapan kehidupannya.

Tetapi periode pemuda juga tidak berlangsung selamanya. Manusia terpaksa mulai turun dari puncak kekuatannya. Pada tahapan ini secara bertahap ia mulai kembali seperti semula dan mulai melemah. Perlahan-lahan ia mulai kehilangan kekuatannya dan manusia bergerak menuju usia lanjut dan tua. Akhirnya tiba ajalnya dan kematian memasukkan manusia ke ruang tunggu kiamat, yaitu kuburan.

Tentu saja bahwa sebagian manusia ada yang tidak mampu segala tahapan ini secara alami dikarenakan muncul berbagai peristiwa seperti penyakit dan lain-lain dan sebelum mencapai usia tua, ia telah meninggalkan dunia terlebih dahulu.

Yang menarik adalah al-Quran di ayat ini tidak menyebut kematian sebagai kemusnahan, tetapi kata yang dipakai berarti bahwa ketika mati, para malaikat mengambil ruh manusia dan membawanya ke alam pasca kematian. Dari ayat-ayat al-Quran dengan jelas dipahami bahwa bertentangan dengan gambaran kebanyakan manusia, kematian bukan berarti kemusnahan manusia dan akhir dari segalanya, tetapi ruang tunggu untuk memasuki alam abadi.

Kelanjutan ayat ini menyinggung aturan universal penciptaan yang tidak lain adalah kehidupan dan kematian dan mengatakan, “Masalah ini hanya berada di tangan Allah dan sesuai dengan kehendak-Nya. Apa saja yang diinginkan akan terjadi tanpa ada jeda waktu sedetikpun.”

Pada dua ayat ini telah disinggung akan dua fenomena hidup dan mati yang tentu saja mencakup semua makhluk hidup baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Dua fenomena ini pada hakikatnya berdasarkan sistem alam yang telah ditentukan Allah dan manusia tidak punya peran apapun di dalamnya. Hidup dan mati merupakan manifestasi kekuasaan Allah dan sekalipun sains telah mengalami kemajuan luar biasa, tetapi sampai sekarang masih menjadi rahasia yang belum diketahui.

Di sini perlu diingatkan bahwa kehidupan muncul dalam berbagai bentuk dan macam. Hewan berbadan sangat besar, burung yang terbang di angkasa atau pepohonan yang tingginya mencapai puluhan meter, masing-masing memiliki jenis kehidupannya sendiri-sendiri. Tidak diragukan lagi bahwa tampilan kehidupan yang beragam merupakan citra penciptaan alam semesta yang paling banyak macamnya. Perpindahan dari dunia tanpa kehidupan ke alam yang dipenuhi banyak makhluk hidup dan perpindahan dari kehidupan menuju kematian memiliki banyak rahasia yang luar biasa dan semuanya petanda kekuasaan Allah yang Bijaksana.

Tentu saja setiap masalah ini buat kita adalah sulit dan kompleks, tetapi bagi Allah yang Maha Kuasa tidak sulit dan hanya dengan berkehendak dan memerintah, maka apa saja yang diinginkan akan terjadi. Karena ketika berkehendak akan sesuatu, hanya dengan mengatakan terjadi, maka langsung terjadi.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Penciptaan manusia yang bernyawa dan memiliki pemikiran dari tanah yang tidak bernyawa termasuk tanda-tanda kebesaran Allah.

2. Sistem penciptaan adalah sistem yang sempurna dan kematian bukan berarti kemusnahan manusia atau akhir dari segalanya, tetapi terpisahnya ruh dan jasad untuk memasuki tahapan lebih tinggi dan hadir di Hari Kiamat.

3. Allah menginginkan dari kita agar memikirkan tahapan penciptaan manusia agar memahami keagungan penciptaan diri.

4. Menghidupkan atau mematikan hanya berada di tangan Allah.

Sabtu, 05 September 2020 14:37

Surat Ghafir ayat 61-65

 

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ (61) ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (62) كَذَلِكَ يُؤْفَكُ الَّذِينَ كَانُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (63)

Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (40: 61)

Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan? (40: 62)

Seperti demikianlah dipalingkan orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah. (40: 63)

Ayat-ayat ini kembali menjelaskan masalah tauhid dan keesaan Allah serta mengingatkan sebagian nikmat Allah yang jarang diperhatikan dan mengatakan, “Kegelapan malam dan kecerahan siang adalah dua nikmat besar Allah yang memainkan peranan kunci dalam kehidupan manusia dan kebanyakan makhluk hidup.”

Terang dan panasnya siang menjadi sumber gerakan dan sarana bagi kerja dan aktivitas manusia serta tumbuh kembangnya tanaman. Sementara kegelapan malam juga menjadi sumber istirahat dan ketenangan jiwa manusia setelah melakukan kerja di siang hari. Sistem yang teliti dan detil terkait siang dan malam serta cahaya dan kegelapan yang saling menyusul menjadi faktor penting kehidupan manusia dan makhluk hidup di bumi. Bila kesinambungan cahaya dan kegelapan tidak ada, mungkin saja intensitas cahaya dapat membakar semua makhluk hidup dan tidak ada yang hidup di atas bumi.

Tetapi kebanyakan manusia tidak memperhatikan nikmat besar ini dan tidak mensyukuri Allah atas semuanya. Ada banyak orang lainnya yang bukan saja tidak mensyukuri Allah, tetapi juga mengingkari keberadaan-Nya. Alih-alih menyembah Allah, mereka justru menghamba pada sesuatu yang tidak punya pengaruh dalam nasib mereka. Mereka bergantung pada sesuatu yang tidak hidup atau manusia yang seperti dirinya. Padahal, selain Allah tidak memiliki kekuasaan mencipta dan tidak pula mampu mengelola urusan kehidupan.

Sebagai kelanjutannya, ayat-ayat ini mengatakan, “Zat yang menganugerahkan segala nikmat ini kepada kalian adalah Allah, pemilik dan pengelola kalian. Dialah Allah yang menciptakan segala sesuatu dan tidak ada yang pantas disembah selain-Nya. Jelas, hanya pencipta alam dan pengelola urusan alam yang layak disembah.” Setelah itu ayat ini mengatakan, “Lalu bagaimana kalian menyimpang dari jalan kebenaran dan tidak mau menyembah Allah yang Maha Esa? Tidak diragukan lagi bahwa mereka yang mengingkari tanda-tanda kebesaran Allah pada akhirnya menyimpang dari jalan kebenaran dan terjatuh dalam kesesatan.”

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Dalam sistem penciptaan, malam diciptakan untuk beristirahat dan ketenangan dan siang untuk bekerja dan berusaha. Selayaknya kita memperhatikan prinsip alami ini dalam program kehidupan kita.

2. Di dunia, kebajikan Allah dan nikmat-nikmat-Nya mencakup semua manusia, baik itu mukmin atau kafir dan orang baik dan buruk.

3. Allah tidak menanti syukur manusia agar menurunkan nikmat kepada mereka. Sekalipun Allah mengetahui kebanyakan manusia tidak bersyukur.

4. Zat yang layak disembah ketika mencipta segala sesuatu dan mengelola urusan dunia. Zat ini tidak lain adalah Allah Swt dan tidak ada yang memiliki ciri khas ini.

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَتَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (64) هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (65)

Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (40: 64)

Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. (40: 65)

Sebagai kelanjutan dari ayat-ayat sebelumnya yang mengingatkan sebagian nikmat-nikmat Allah, ayat-ayat ini menyinggung perang bumi dan langit dalam kehidupan manusia dan mengatakan, “Bumi berputar mengitari dirinya dan matahari. Perputaran bumi mengelilingi dirinya memunculkan siang dan malam, tetapi posisi bumi tetap tenang dan meyakinkan. Allah menyiapkan semua syarat yang diperlukan untuk tempat yang tenang di bumi. Planet bumi merupakan tempat yang stabil dan tidak goyah, sehingga manusia tidak merasakan gerakannya serta sumber-sumber dan alat yang dibutuhkan manusia telah tersedia. Karenanya, manusia dengan tenang dapat hidup di dalamnya dan melakukan aktivitasnya.”

Setelah itu ayat ini mengatakan, “Langit yang berada di atas kepala kalian seperti kemah dan payung bagi kalian penduduk bumi serta melindungi kalian dari banyak bahaya. Atmosfir seperti atap kemah yang mengelilingi bumi dan menutupi ketinggiannya. Payung besar ini melindungi penduduk bumi dari sinar matahari yang panas dan radiasi yang berbahaya. Di sisi lain, mencegah meteor yang jatuh ke bumi yang dapat menghancurkan peradaban manusia.”

Setelah menjelaskan nikmat-nikmat siang dan malam serta bumi dan langit, Allah kembali menyebutkan satu dari nikmat terbesar-Nya kepada manusia. Allah berfirman, “Wajah yang tampan dan indah, tubuh yang sesuai dan seimbang yang dianugerahkan kepada manusia, sehingga manusia tampak berbeda dari segala makhluk hidup yang lain termasuk rahmat khusus Allah kepada manusia.” Tepat bila disebutkan bahwa struktur khusus badan manusia memberinya kemampuan untuk melaksanakan beragam pekerjaan, kerajinan yang halus atau berat dan memanfaatkan anugerah kehidupan lewat beragam anggota badannya.

Dalam ayat-ayat ini juga telah disinggung akan beragam makanan dan minuman halal yang diberikan Allah kepada manusia. Nikmat yang sesuai dengan keingingan alami manusia dan dapat menikmatinya dengan bebas.

Setelah menjelaskan nikmat-nikmat yang besar, al-Quran mengatakan, “Inilah Allah, Tuhan kalian yang menganugerahkan manusia segala nikmat, dan pengelolaan segara urusan dunia berada di tangan-Nya. Pemberian penuh berkah dan selain kebaikan dan keberkahan tidak ada yang keluar dari-Nya. Karena kehidupan-nya dari zat-Nya dan tidak bersandar pada selain-Nya. Sementara makhluk hidup lainnya memiliki kehidupan terbatas dan itu juga berasal dari Allah. Jelas, hanya zat yang layak disembah yang memiliki kehidupan mutlak dan abadi hanyalah Allah dan penyembahan itu harus dilakukan dengan ikhlas, jauh dari kesyirikan dan khurafat.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Sekalipun bumi memiliki beberapa gerakan, tetapi Allah menciptakannya untuk tempat tinggal manusia yang tenang.

2. Ketenangan bumi, bangunan langit, penciptaan manusia dan memberinya rezeki yang baik semuanya ini demi kemudahan dan pertumbuhan manusia.

3. Di antara makhluk hidup, Allah menganugerahkan wajah paling baik kepada manusia dan ini adalah nikmat besar ilahi.

4. Rahmat dan berkah Allah mencakup seluruh alam, termasuk manusia. Tidak ada sesembahan selain-Nya, maka hanya Dia yang dipuji dan menyembah-Nya dengan ikhlas.