کمالوندی
Jihad Islam: Perang Mendatang di Jantung Israel, Tepi Barat
Anggota senior gerakan Jihad Islam Palestina mengumumkan, kelompok perlawanan di Tepi Barat akan mengakhiri proyek rezim Zionis Israel, dan persatuan rakyat Palestina berdampak besar pada upaya melawan proyek-proyek mencurigakan terhadap Palestina.
Fars News (16/9/2020) melaporkan, Mohammed Al Hindi terkait serangan rudal balasan kelompok perlawanan Palestina ke Israel pada Rabu (16/9) dinihari mengatakan, rudal-rudal Gaza membawa pesan bahwa rakyat Palestina akan menumbangkan kesombongan melampaui batas Amerika Serikat, dan Israel.
Seperti dikutip Palestine Today, Mohammed Al Hindi menjelaskan, pertempuran di masa depan akan pecah di Tepi Barat, tempat yang dijadikan Israel sebagai jantung proyek-proyek Zionis, dan kelompok perlawanan di Tepi Barat akan memulai proses keruntuhan Zionis.
Menurutnya masalah Palestina adalah akar, dan sumber konflik di kawasan.
"Kesepakatan Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel dilakukan untuk melayani Presiden Amerika Donald Trump, orang yang tanpa memperhatikan kebijakan luar negeri negaranya, bekerja keras untuk bertahan di Gedung Putih," pungkasnya.
Iran: Rezim Zionis Lakukan Cara Baru Duduki Negara Kawasan Teluk Persia
Asisten Khusus Ketua Parlemen Iran Urusan Internasional, Hossein Amir-Abdollahian menilai normalisasi hubungan antara dua negara Arab dengan rezim Zionis sebagai cara baru Israel untuk menduduki negara-negara di kawasan Teluk Persia.
Amir Abdollahian di akun Twitternya hari Rabu (16/9/2020) menyinggung masalah normalisasi hubungan diplomatik antara Bahrain dan UEA dengan rezim Zionis.
"Zionisme kemarin menduduki sebagian dunia Arab, kini menduduki negara-negara Teluk Persia dengan cara baru," tulis Amir Abdollahian.
Asisten khusus parlemen Iran urusan Internasional mengingatkan kesalahan sejarah sebelumnya dengan menjelaskan, "Perjanjian dengan Mesir tidak membuka pintu apapun bagi Israel dan kali inipun perjanjian dengan UEA dan Bahrain pasti akan membawa lebih banyak ketidakamanan bagi rezim Zionis,".
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Abdullah bin Zayed Al Nahyan, Menteri Luar Negeri Bahrain Abdel Latif bin Rashid Al-Zayani dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa (15/9/2020) menandatangani menormalisasi hubungan diplomatik di hadapan Presiden AS Donald Trump yang berlangsung di di Gedung Putih.
Profesor Sejarah AS: UEA dan Bahrain Tertipu Janji Manis Trump dan Netanyahu
Profesor sejarah universitas California, David Yaghoubian menilai penguasa Uni Emirat Arab dan Bahrain tertipu oleh Trump dan Netanyahu dengan menyepakati perjanjian normalisasi hubungan diplomatik antara negaranya dengan rezim Zionis.
"Alih-alih berupaya mewujudkan stabilitas dan keamanan di kalangan masyarakat dan bekerja sama dengan negara-negara kawasan, para penguasa UEA dan Bahrain justru mengikuti ilusi Netanyahu dan Trump," kata seorang profesor California State University.
“Pada dasarnya, pengumuman kesepakatan normalisasi antara para pemimpin UEA dan Bahrain dengan rezim Zionis dilakukan demi menyelamatkan Donald Trump dan Benjamin Netanyahu dari masalah internal yang mereka hadapi," tegasnya.
Pakar sejarah politik ini memandang pemerintahan Trump yang tidak berdaya mengatasi masalah dalam dan luar negerinya menjelang pemilu presiden sedang bekerja keras untuk menunjukkan prestasi baik dalam beberapa hari terakhir ini.
"Salah satu dari tujuan menormalkan hubungan dengan Israel untuk meminggirkan orang Palestina dan pendukung mereka," papar akademisi AS ini
Bertentangan dengan aspirasi orang-orang Palestina, para menteri luar negeri UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis di hadapan Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (15/9/2020).
Langkah UEA dan Bahrain menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis menyulut banjir kritik dari berbagai kalangan di arena internasional, terutama dunia Islam dan kelompok Palestina.
Venezuela Tembak Jatuh Pesawat AS
Pemerintah Venezuela mengumumkan sebuah pesawat Amerika Serikat yang memasuki zona udara negara itu tanpa izin, ditembak jatuh.
HispanTV (16/9/2020) melaporkan, Menteri Dalam Negeri Venezuela, Nestor Reverol mengatakan, angkatan bersenjata Venezuela menembak jatuh sebuah pesawat Amerika yang mengangkut narkotika, dan masuk ke zona udara negara ini secara ilegal di negara bagian Zulia, dekat perbatasan Kolombia.
Menurut pasukan Venezuela, pada badan pesawat yang ditembak jatuh itu terdapat gambar bendera Amerika.
Menurut Mendagri Venezuela, militer negara ini selalu disiagakan untuk menghadapi segala bentuk pelanggaran zona udara oleh pihak asing.
Kedubes AS di Baghdad kembali Diserang Roket
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Baghdad, ibukota Irak dilaporkan kembali menjadi sasaran serangan roket pada Selasa (15/9/2020) dini hari.
Televisi al-Sumariya News melaporkan, sejumlah roket mengenai pangkalan militer Amerika di Kedubes negara ini di zona hijau Baghdad.
Masih menurut sumber ini, alarm tanda bahaya di Kedutaan Besar Amerika di Baghdad berbunyi keras.
Sampai saat ini belum ada perincian yang dirilis mengenai serangan roket tersebut.
Beberapa jam lalu dua bom dilaporkan meledak di rute yang dilalui konvoi logistik militer Amerika di Provinsi Qadisiyyah dan Babil, Irak.
Media-media Irak mengumumkan, ledakan dua bom tersebut mengakibatkan kerugian dan kerusakan terhadap truk dan konvoi logistik militer Amerika.
Kedubes AS di Baghdad, konvoi militer dan pangkalan militer Amerika di Irak termasuk pangkalan al-Taji dan al-Balad selama beberapa bulan terakhir menjadi target sejumlah serangan.
Mayoritas rakyat dan faksi Irak menuntut penarikan pasukan Amerika dari neagra mereka dan parlemen negara ini juga telah meratifikasi draf penarikan pasukan Amerika.
Ziyad al-Nakhalah: Kehinaan, Hasil Perdamaian Ilusi dengan Israel
Sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina mengatakan, perdamaian ilusi dengan rezim Zionis Israel hanya menghasilkan kelemahan dan kehinaan bagi para pelakunya.
Menurut laporan Palestine al-Youm, Ziyad al-Nakhalah Senin (14/9/2020) malam saat merespon pengumuman normalisasi hubungan Bahrain dan Israel menambahkan, umat Islam tanpa Palestina akan terpecah belah dan persatuan faksi Palestina merupakan faktor utama stabilitas rakyat Palestina.
"Bangsa Palestina tidak akan pernah mengakui secara resmi rezim penjajah Israel," tegas Ziyad al-Nakhalah.
Presiden AS Donald Trump Jumat malam lalu mengkonfirmasi normalisasi hubungan Bahrain dengan rezim Zionis Israel.
Sementara itu, 13 Agustus lalu, menyusul upaya Trump mempermudah proses normalisasi hubungan rezim-rezim Arab dengan Israel, Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel mencapai kesepakatan normalisasi penuh hubungan diplomatik di antara mereka.
Kesepakatan ini menuai kecaman luas di dunia Islam.
Al-Wefaq: Rakyat Bahrain Dukung Perjuangan Palestina
Deputi Sekretaris Jenderal Al-Wefaq Bahrain menegaskan dukungan penuh rakyat negaranya terhadap perjuangan bangsa tertindas Palestina.
Televisi Al-Mayadeen melaporkan, Sheikh Hussein al-Daihi hari Selasa (15/9/2020) menyinggung perjanjian tercela normalisasi hubungan diplomatik antara rezim Al Khalifa dan Israel.
"Penguasa UEA dan Bahrain menggunakan dalih perdamaian dengan menargetkan cita-cita bangsa Palestina," ujar Sheikh Al-Daihi.
Sebelumnya, gerakan Al-Wefaq Minggu malam mengumumkan bahwa rezim Al-Khalifa telah memaksa lembaga keagamaan, olahraga dan sipil Bahrain supaya mengeluarkan pernyataan mendukung langkah kompromis dengan Israel.
Menyusul pengumuman kesepakatan normalisasi antara rezim Zionis dan UEA pada 13 Agustus, Presiden AS Donald Trump pada 11 September juga mengumumkan normalisasi hubungan antara Bahrain dan rezim Zionis.
Helikopter militer AS Jatuh di Timur Laut Suriah
Sumber Suriah melaporkan jatuhnya helikopter militer AS di timur laut Suriah.
Kantor berita resmi Suriah (SANA) hari Selasa (15/9/2020) melaporkan sebuah helikopter militer AS jatuh di desa Tal Haddad, di Reef al-Arabiya, provinsi al-Hasakah.
Setelah jatuhnya helikopter Amerika, kendaraan lapis baja tentara Amerika mengepung daerah tersebut.
Hingga berita ini dilaporkan beluam diketahui penyebab kecelakaan.
Amerika Serikat tidak hanya mendukung kelompok teroris di Suriah, tetapi juga berupaya menekan pemerintah Damaskus dengan menjatuhkan sanksi ketat terhadap Suriah demi mencegah terjalinnya kerja sama negara Arab ini dengan dan sekutunya dalam membangun kembali Suriah yang porak-poranda akibat perang.
Wilayah utara dan timur Suriah menjadi tempat berbagai demonstrasi rakyat negara ini menentang pendudukan dan sanksi baru AS terhadap Suriah, serta pergerakan tentara Turki.
Bela Palestina, Qatar Tolak Ikuti Jalan UEA dan Bahrain
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Lolwah Al-Khater mengatakan negaranya tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan rezim Zionis sampai masalah Palestina diselesaikan.
"Sikap Qatar mengenai masalah normalisasi hubungan dengan rezim Zionis berpijak pada perjanjian perdamaian yang adil dan komprehensif dengan Palestina, dan berdirinya negara Palestina merdeka di ibu kota Quds," kata Jubir kemenlu Qatar hari Selasa (15/9/2020).
Menurut Al-Khater, normalisasi hubungan dengan Israel tidak bisa menjadi solusi masalah Palestina, sebab langkah ini justru menyebabkan kondisi bangsa Palestina sebagai bangsa yang tidak memiliki kewarganegaraan dan diduduki semakin terjepit.
Tidak lama setelah pengumuman kesepakatan normalisasi antara rezim Zionis dan UEA pada 13 Agustus, Presiden AS Donald Trump pada 11 September juga mengumumkan normalisasi hubungan antara Bahrain dan rezim Zionis.
Perjanjian tersebut menyulut banjir kecaman dari berbagai kalangan, terutama di dunia Islam dan Palestina.(
Shamkhani: Harapan Israel Kuasai Nil Hingga Furat tidak akan Terwujud
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran seraya menjelaskan bahwa rezim Zionis melalui rencana "perdamaian" ingin merealisasikan slogan menguasai Nil hingga Furat, mengatakan, Dunia Islam tidak akan pernah mengijinkan rencana berbahaya seperti ini terwujud.
Ali Shamkhani Senin (14/9/2020) saat bertemu dengan Nouri al-Maliki, ketua Koalisi Negara Hukum dan mantan perdana menteri Irak di Tehran seraya menjealskan strategi pengobaran perpecahan dan instabilitas oleh Amerika di kawasan Asia Barat, menilai prioritas utama berbagai negara untuk melawan pendekatan ini adalah persatuan dalam negeri negara kawasan.
Seraya menjelaskan bahwa musuh persatuan dan kemajuan Irak berencana menjadikan negara ini sebagai pusat pengobaran friksi, bentrokan dan instabilitas, Shamkhani menekankan pentingnya menjaga kewaspadaan dan kohesi seluruh rakyat Irak khususnya partai, berbagai faksi dan tokoh Syiah.
Shamkhani seraya memperingatkan pemimpin pengkhianat dan yang rela berkompromi dengan musuh dan yang mengorbankan kepentingan dunia Islam, cita-cita Palestina serta pembebasan Quds demi kelanggengan kekuasaannya mengingatkan, upaya total Amerika ini diambil untuk melemahkan negara-negara kawasan dengan tujuan menjaga keamanan Israel dan hegemoni rezim ilegal ini terhadap negara-negara Arab dan Islam.
"Darah suci Syahid Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis serta syuhada poros muqawama lainnya, akan mencerabut akar Amerika dan Israel dari kawasan," papar Shamkhani.
Sementara itu, Nouri al-Maliki seraya memuji peran istimewa Iran di perang kontra terorisme dan menciptakan stabilitas serta keamanan di kawasan, menegaskan pentingnya Iran dan Irak untuk bekerja sama dalam masalah-masalah penting regional dan internasional.
Seraya menekankan pentingnya meningkatkan kohesi di dunia Islam, al-Maliki mengingatkan, "Melalui kerja sama negara-negara Islam, konspirasi terhadap Quds dan eksistensi Palestina dapat dipatahkan."



























