کمالوندی

کمالوندی

Senin, 31 Agustus 2020 13:41

Surat Ghafir ayat 57-60.

 

لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (57) وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَلَا الْمُسِيءُ قَلِيلًا مَا تَتَذَكَّرُونَ (58) إِنَّ السَّاعَةَ لَآَتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ (59)

Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (40: 57)

Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (40: 58)

Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman. (40: 59)

Sebelumnya telah disampaikan bahwa para penentang agama berdebat dengan Rasulullah Saw dan orang-orang mukmin dan tidak mau menerima ucapan kebenaran. Ayat-ayat ini mengatakan, “Sebagai jawaban kepada mereka yang mengingkari Hari Kebangkitan, katakan bahwa penciptaan langit dan bumi lebih penting atau menciptakan kembali manusia di Hari Kiamat? Zat yang memiliki kekuasaan untuk menciptakan dan mengelola galaksi dan planet bumi dengan keluasan dan keagungan, apakah lemah untuk menghidupkan kembali mayat dan menciptakan manusia kembali?”

Cara berpikir demikian bersumber dari kebodohan dan ketidaktahuan kebanyakan manusia yang membandingkan kekuasaan Allah dengan kekuatan dirinya dan beranggapan bahwa kekuasaan Allah itu kecil dan terbatas.

Kelanjutan ayat ini menyebutkan bahwa tidak akan pernah sama antara manusia yang buta dan yang tidak. Orang bodoh seperti orang buta yang tidak dapat mengetahui banyak hal. Ada tabir kesombongan yang menggelayut matanya, sehingga ia tidak dapat melihat hakikat apa adanya. Tetapi manusia yang melek menyaksikan kebenaran di balik bayang-bayang cahaya ilmu dan makrifat.

Apakah dua kelompok manusia ini sama? Manusia yang melek dapat melihat kekecilan dirinya dan keagungan dunia yang berada di sekelilingnya. Oleh karenanya, ia mengetahui dengan benar kekuatan dan posisinya. Sementara orang bodoh dan hatinya buta tidak mengetahui posisinya baik dalam waktu maupun ruang, serta tidak juga dunia yang berada di sekelilingnya. Ia salah dalam menilai dirinya, sehingga melakukan perbuatan buruk dan tidak benar.

Tentu saja ada sedikit manusia yang mengingat dan menerima hakikat dari nasihat ini.

Dalam kelanjutan ayat-ayat ini, menyusul perdebatan para pengingkar Hari Kiamat, menyatakan dengan transparan dan tegas bahwa Hari Kiamat pasti akan tiba dan tidak ada keraguan tentangnya. Sekalipun kebanyakan manusia tidak meyakini akan adanya kiamat, tapi pengingkaran mereka tidak berpengaruh pada terjadinya janji ilahi.

Dari tiga ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Bila kita menyaksikan keagungan dunia dan memahaminya, kita tidak akan menganggap diri kita besar dan tidak bakal sombong.

2.Salah satu alasan mengingkari Hari Kebangkitan adalah kebodohan dan ketidaktahuan manusia akan ilmu dan kekuasaan Allah.

3. Kufur dan kefasikan akan membutakan akal manusia dari melihat hakikat gaib. Sebagaimana orang-orang ini hanya dapat melihat hal-hal materi.

4. Kekuasaan, kebijaksanaan dan keadilan Allah menuntut terwujudnya janji ilahi tentang terjadinya kiamat dan tidak layak untuk meragukan hal tersebut.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (60)

Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (40: 60)

Pada ayat sebelumnya dibicarakan tentang terjadinya kiamat yang merupakan janji pasti Allah. Bukan hanya orang-orang pendosa dan pelaku kriminal yang masuk neraka, tetapi juga mereka yang mengenal Allah dan tidak beribadah. Karena ini berarti kesombongan dihadapan pencipta. Mereka yang menganggap dirinya besar dan tidak mau beribadah akan memasuki neraka di Hari Kiamat dalam kondisi sangat terhina.

Tentu saja masalah ini bukan berarti Allah membutuhkan ibadah dan penyembahan manusia, tetapi dikarenakan hasil dari semangat kesombongan membuat manusia dimasukkan ke neraka. Orang-orang seperti ini bukannya menunjukkan ketaatan pada perintah pencipta dunia, tetapi justru menghamba pada hawa nafsu dan kecenderungan jiwanya yang hasilnya adalah keseatan.

Awal ayat ini menjelaskan salah satu contoh ibadah kepada Allah, yaitu doa. Artinya, selain shalat dan ibadah lain yang telah ditetapkan dalam agama Islam, manusia harus senantiasa mengingat Allah dalam segala kondisi. Baik ketika manusia dalam kondisi sulit dan memenuhi kebutuhan atau dalam kondisi senang dan untuk mensyukuri nikmat. Allah berjanji pasti mendengar doa para hamba dan mengijabahinya dengan tepat. Tentu saja doa akan dikabulkan, ketika dalam doa dan orang yang berdoa memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.

Sekalipun ilmu dan kekuasaan Allah adalah mutlak dan tidak terbatas, tetapi kebijaksanaan-Nya tidak memberi-Nya iziin untuk mengijabahi semua apa yang dipinta para hamba-Nya. Karenanya, Allah berdasarkan maslahat orang tersebut dan masyarakat akan mengabulkan kondisi terbaik bagi pendoa agar kebaikan paling banyak sampai kepadanya, sekalipun mungkin orang tersebut tidak dapat memahami hal ini.

Pada saat yang sama, jangan sampai doa menggantikan kerja dan usaha. Bila manusia tidak bekerja karena masalah ini, doanya tidak akan diterima. Pada prinsipnya, salah satu sebab tidak terkabulkannya kebanyakan doa, karena orang berdoa tanpa mau berusaha.

Tidak terkabulkannya sebagian doa punya sebab dan faktor yang lain juga. Seperti ketika manusia salah dalam mengidentifikasi mana yang menjadi maslahatnya atau tidak dan ia memohon sesuatu kepada Allah yang bukan maslahat baginya. Dalam kasus-kasus seperti ini doanya tidak akan dikabulkan.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Doa juga merupakan ibadah kepada allah dan meninggalkannya petanda meninggalkan penghambaan kepada Allah dan sombong.

2. Dalam berdoa, kita hanya meminta kepada Allah dan jangan sampai menyekutukan-Nya.

3. Allah mengetahui kebutuhan kita dan tidak membutuhkan doa dan ibadah kita. Pada hakikatnya, perintah doa dalam al-Quran, pengaruh dan berkahnya kepada manusia sendiri. Doa menyebabkan manusia selalu melihat dirinya membutuhkan Allah dan dapat mengenyahkan sifat sombong dari dirinya yang menyebabkan segala kehancuran.

4. Segala bentuk kesombongan dihadapan allah akan membuat manusia terhina di Hari Kiamat.

Senin, 31 Agustus 2020 13:40

Surat Ghafir ayat 53-56

 

وَلَقَدْ آَتَيْنَا مُوسَى الْهُدَى وَأَوْرَثْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ (53) هُدًى وَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ (54)

Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil. (40: 53)

Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (40: 54)

Sebelumnya telah disebutkan bahwa Allah pasti akan menolong para nabi dan pengikut mereka. Ayat-ayat ini menyinggung satu kasus dari pertolongan ilahi. Ketika memilih Musa sebaga nabi, Allah menuntunnya untuk mengajak Firaun dan kaum Bani Israil untuk menyembah Allah yang Esa serta melaksanakan risalahnya. Sebagaimana Allah menurunkan kitab Taurat agar menjadi sumber hidayah bagi Bani Israil, dengan membacanya manusia keluar dari kelalaian dan mengenal kewajiban dan tanggung jawabnya.

Kitab samawi menjadi sumber hidayah dan pengingatan bagi mereka yang memiliki akal. Tetapi orang-orang yang tidak berakal, keras kepala dan fanatik tidak dapat memanfaatkannya. Pada hakikatnya, mereka yang dapat memanfaatkan kitab samawi yang perbuatannya sesuai dengan akal dan logika, bukan naluri dan hawa nafsu, sekalipun semua manusia dianugerahi nikmat akal, tetapi yang berkuasa pada diri mayoritas masyarakat adalah kecenderungan dan keinginan hawa nafsu, bukan kekuatan akal. Menurut ungkapan al-Quran, kebanyakan tuhan dari manusia di muka bumi adalah keinginan dan kencenderungan  hawa nafsunya. Orang-orang seperti ini hanya memikirkan untuk mencari kelezatan dan kepentingannya yang lebih banyak.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Semua manusia, bahkan para nabi membutuhkan hidayah ilahi. Tentu saja para nabi mendapatkannya langsung dari Allah, dan manusia lainnya mendapatkannya dari mereka.

2. Warisan para nabi bukan istana, taman dan harta, tetapi warisan terpenting mereka adalah kitab samawi untuk menuntun manusia.

3. Dalam kondisi apapun, manusia membutuhkan pengingatan. Bila hidayah tanpa pengingatan, maka perlahan-lahan akan dilupakan.

4. Akal menuntun manusia kepada wahyu dan keduanya akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dan kesempurnaan.

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ (55)

Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (40: 55)

Sekalipun Nabi Muhammad Saw yang diajak bicara dalam ayat ini, tetapi perintahnya bersifat umum. Dalam ayat ini ada beberapa poin penting yang perlu dijelaskan:

Poin pertama, ketika sekarang menyaksikan janji-janji Allah untuk menuntun dan menolong para nabi sebelumnya, maka engkau harus sabar dalam menuntun manusia dan mengajak mereka pada kebenaran dan pada saat yang sama jangan bersikap lemah dan putus harapan dalam menghapadi kebencian dan sikap keras kepala dari para musuh. Karena kunci dari kemenangan dalam segala peristiwa adalah sabar dan tegar menghadapi segala kendala dan kesulitan. Tidak diragukan bahwa iman kepada kebenaran janji ilahi akan menenangkan manusia di jalan kebenaran dan memudahkannya menanggung kesulitan.

Poin kedua, bila engkau tidak melakukan kewajiban di jalan ini, maka sucikan lembaran hatimu dari kotoran dosa dengan memohon ampun dari Allah.

Jelas, bahwa para nabi ilahi adalah maksum dan tidak melakukan perbuatan dosa. Karena bila membangkang terhadap perintah Allah, bagaimana mereka akan meminta kepada manusia agar tidak melakukan dosa dan menaati dirinya secara mutlak. Dengan demikian, kelaziman risalah kenabian adalah terjaga dari dosa dan suci.

Jika dalam ayat-ayat al-Quran menggunakan kata dosa pada Nabi Muhammad Saw atau para nabi yang lain, kata itu tidak berarti dosa yang dilakukan oleh seluruh manusia. Karena dosa yang dilakukan manusia adalah membangkang perintah Allah, tetapi para nabi yang memiliki posisi yang tinggi di sisi Allah jelas tidak layak bila dalam sedetik mereka lalai atau meninggalkan yang lebih penting.

Sejatinya, dosa para nabi bukan membangkang perintah Allah, tetapi perasaan mereka tidak dapat sesuai dengan yang diinginkan Allah dalam melaksanakan kewajiban. Seperti seorang tuan rumah yang merasa tidak dapat melayani tamu dengan baik, sekalipun telah melaksanakan sebisanya.

Poin ketiga, dengan mengingat Allah dan bertasbih kepada-Nya dalam memulai melakukan pekerjaan setiap hari, hendaknya kita menguatkan iman kita.

Tidak diragukan lagi bahwa Hamdalah dan Tasbih kepada Allah serta mensucikan Allah dari segala kekurangan akan mengubah hati dan jiwa manusia dan membuatnya untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat kesempurnaan.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Bila kita mengimani janji-janji Allah, maka harus melaksanakan kewajiban agama dan harus tegar serta berusaha agar segala masalah dan kesulitan tidak mencegah kita.

2. Semua manusia, termasuk para nabi berkewajiban untuk beristighfar, karena sebagai manusia memiliki batasan dalam kekuatan dan fasilitas, sehingga tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang diinginkan Allah.

3. Zikir dan tasbih kepada allah harus dilakukan setiap hari agar menyebabkan tumbuhnya manusia menuju kesempurnaan serta menguatkan fondasi keimanannya.

4. Hamdalah dan Tasbih harus berdampingan, agar kita dapat mensyukuri Allah atas segala nikmat dan mensucikan-Nya dari segala kezaliman.

إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (56)

Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (40: 56)

Ayat ini menyinggung akar pengingkaran terhadap agama dan ketakutan pada agama. Ayat ini menyebutkan, barangsiapa yang mendustakan ayat-ayat al-Quran dan mukjizat para nabi tanpa dalil dan argumenasi dan ingin mengajak berdebat orang lain tanpa logika guna mencegah orang lain akan agama, maka sudah pasti motivasinya adalah kesombongan yang ada dalam dirinya.

Mereka menganggap dirinya besar dan orang beriman sebagai kecil. Karenanya, bukan saja mereka tidak menerima ajakan para nabi, tetapi juga berusaha untuk mencegah orang lain mengikuti jalan kebenaran para nabi dengan melakukan dialog-dialog panjang, sehingga menurut anggapannya tidak memberi kesempatan para nabi yang sudah besar di tengah masyarakat mendapat posisi yang lebih tinggi dari mereka. Tetapi Allah telah berjanji akan mengilangkan kendala ini dan tidak menginzinkan para penentang untuk sampai pada keinginannya.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Akar kekufuran dan pengingkaran pada kebanyakan orang adalah merasa diri lebih dan kesombongan mereka dihadapan kebenaran, bukan tidak memahami kebenaran firman Allah.

2. Orang sombong menginginkan dirinya menjadi pemimpin di tengah masyarakat, tetapi tidak akan pernah sampai pada keinginannya dan bila secara lahiriah sampai pada keinginannya, maka akan terungkap lalu terhina.

3. Di seluruh keadaan harus berlindung pada Allah, khususnya ketika menghadapi konspirasi musuh-musuh agama.

Senin, 31 Agustus 2020 13:39

Surat Gharif ayat 48-52

 

قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ (48) وَقَالَ الَّذِينَ فِي النَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ادْعُوا رَبَّكُمْ يُخَفِّفْ عَنَّا يَوْمًا مِنَ الْعَذَابِ (49) قَالُوا أَوَ لَمْ تَكُ تَأْتِيكُمْ رُسُلُكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا بَلَى قَالُوا فَادْعُوا وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (50)

Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, “Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya).” (40: 48)

Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahannam, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari.” (40: 49)

Penjaga Jahannam berkata, “Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?” Mereka menjawab, “Benar, sudah datang.” Penjaga-penjaga Jahannam berkata, “Berdoalah kamu.” Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka. (40: 50)

Sebelumnya, telah disebutkan bahwa para pemimpin kekufuran serta kesyirikan dan pengikutnya saling berselisih satu sama lain di neraka. Para pengikut menyebut para pemimpinnya penyebab mereka masuk neraka dan meminta bantuan mereka agar menyelamatkan dirinya dari neraka.

Ayat-ayat ini mengatakan, para pimpinan kekufuran dan kesyirikan yang tidak mampu menjawab permintaan pengikutnya berkata kepada mereka, kita semua punya nasib yang sama dan akan disiksa di api neraka. Karena Allah telah mengadili para hamba-Nya dan sesuai dengan hukum-Nya, kita semua berada di sini. Seandainya kami punya kemampuan untuk menemukan jalan keselamatan, sebelum memikirkan kalian, tentu saja kami berusaha memikirkan untuk menyelamatkan diri kami. Sekarang kalian harus tahu bahwa kami tidak dapat berbuat apa-apa.

Ketika para pengikut mereka merasa putus asa dari pemimpinnya, mereka pergi menemui para penjaga neraka dan meminta agar setidaknya azab mereka dikurangi dalam sehari agar dapat sedikit beristirahat dan menenangkan diri.

Tetapi para malaikat yang bertugas di neraka mengatakan kepada mereka, “Mengapa kalian tidak mengikuti para nabi ilahi, sebagai ganti dari mengikuti orang-orang arogan? Apakah mereka tidak membawakan bukti-bukti yang jelas dan menyempurnakan hujjah kepada kalian? Para penduduk neraka mengakui bahwa para nabi telah datang dan mereka mendengar pesan-pesan mereka, tetapi tidak menerima ucapan mereka dan mengingkarinya.”

Para malaikat ilahi mengatakan, “Berarti kesalahan kalian sendiri. Kalau sudah begini, pengakuan dan penyesalan hari ini sudah tidak bermanfaat bagi kalian. Karenanya, apa saja yang kalian pinta dari Allah tidak akan dikabulkan, bahkan tidak keringanan dalam hukuman kalian.

Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mereka yang selama di dunia sombong dan tidak tunduk pada kebenaran, di Hari Kiamat bakal terhina dan tidak menemukan jalan keselamatan.

2. Hanya Allah yang mengadili manusia dengan adil. Karenanya, jangan menghakimi orang lain tanpa bukti.

3. Azab neraka tidak dapat diliburkan dan tidak dapat dikurangi. Selama masih di dunia, kita harus memanfaatkan kesempatan taubat, agar terselamatkan dari azab akhirat.

4. Di neraka, urusan manusia buruk dan kafir sedemikian sulit, sehingga mereka meminta tolong kepada para malaikat yang bertugas di sana, tapi permintaan itu tidak berpengaruh.

5. Sunnatullah adalah selama hujjah belum sempurna, tidak akan ada siksaan.

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آَمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ (51) يَوْمَ لَا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ (52)

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (40: 51)

(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk. (40: 52)

Para pengikut pimpinan kekufuran dan pemilik kekuasaan beranggapan akan mendapat bantuan mereka saat membutuhkan, tetapi di Hari Kiamat para pemimpin kekufuran tidak dapat membatu siapapun. Berbeda dengan orang zalim dan kafir, para nabi dan orang saleh memanfaatkan bantuan ilahi di Hari Kiamat. Sebagaimana ayat-ayat ini menjelaskan, Allah adalah penolong para nabi dan orang-orang mukmin dan akan membantu mereka di dunia dan akhirat. Dalam ayat ini, secara prinsip menyatakan akan membantu para nabi dan orang-orang mukmin di dunia dan akhirat.

Selama di dunia, ada bantuan gaib yang menguatkan semangat orang-orang mukmin, sekaligus memunculkan ketakutan di hati orang-orang kafir. Begitu juga menggagalkan konspirasi para musuh dan memenangkan orang mukmin hakiki.

Tetapi kiamat bagi orang-orang zalim yang kufur menjadi hari yang buruk dan pengungkapan keburukan mereka. Ketika semua makhluk dikumpulkan, para saksi tampil membongkar segala keburukan mereka dan menguntungkan orang-orang mukmin serta menjadikan mereka lebih baik dari orang-orang arogan. Mereka yang zalim dan arogan tidak diterima permintaan maafnya di pengadilan hari itu, bahkan mereka hanya mendapat laknat manusia yang dikumpulkan hari itu. Orang zalim tidak mendapat rahmat ilahi dan juga dilaknat para pengikutnya. Mereka ditempatkan di neraka yang paling buruk dan mendapat tekanan azab dari sisi jasmani dan ruh.

Pada prinsipnya, ini merupakan metode al-Quran yang menukil sejarah para nabi sebelumnya sebagai contoh pertolongan Allah kepada orang-orang mukmin dalam menghadapi para arogan dan zalim. Dengan tujuan agar orang-orang mukmin tabah dalam menghadapi para arogan di masanya, mereka akan mendapat pertolongan ilahi dan menang melawan musuh-musuhnya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Termasuk Sunnatullah yang p asti untuk menolong para nabi dan mukminin dan memenangkan kebenaran atas kebatilan. Tentu dengan syarat bahwa orang-orang mukmin tabah di jalan keimanan dan mengikuti para nabi ilahi.

2. Dampak dan manfaat iman mencakup di dunia dan di akhirat mukminin dan tidak khusus pada akhirat mereka.

3. Janji ilahi terkait pertolongan kepada orang-orang mukmin untuk menghibur mereka dan memberi mereka motivasi, harapan dan kekuatan untuk melawan menghadapi segala ancaman, tekanan dan gangguan musuh.

Senin, 31 Agustus 2020 13:39

Surat Ghafir ayat 43-47

 

لَا جَرَمَ أَنَّمَا تَدْعُونَنِي إِلَيْهِ لَيْسَ لَهُ دَعْوَةٌ فِي الدُّنْيَا وَلَا فِي الْآَخِرَةِ وَأَنَّ مَرَدَّنَا إِلَى اللَّهِ وَأَنَّ الْمُسْرِفِينَ هُمْ أَصْحَابُ النَّارِ (43) فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (44)

Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. (40: 43)

Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (40: 44)

Lelaki beriman dari keluarga Firaun menampakkan keimanannya ketika menyeru masyarakat pada kebenaran. Ia berbicara dengan tegas mengenai tauhid dan syirik serta konsekuensi dari keduanya.

Ayat tersebut melanjutkan kisah sebelumnya dan berkata, "Kalian mengajakku untuk meninggalkan Tuhan Yang Maha Esa dan menyembah berhala, padahal berhala-berhala itu adalah benda mati dan tidak dapat mengabulkan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. Mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat menyeru ke jalan manapun, dan tidak dapat memecahkan masalah apapun.

Kita semua akan kembali kepada Allah Swt untuk mempertanggung jawabkan amal perbuatan kita. Jelas bahwa para penyembah berhala di dunia, akan menempati neraka di akhirat, karena mereka telah berpaling dari kebenaran dan melampaui batas."

Lelaki beriman itu kembali berkata, "Wahai masyarakat, aku beriman kepada Allah dan menyerahkan urusanku kepada-Nya, aku tidak takut atas ancaman kalian dan juga tidak takut karena banyaknya jumlah dan besarnya kekuatan kalian, karena aku menyerahkan diriku kepada Dzat yang memiliki kekuasaan tak terbatas, Dia mengetahui kondisi, pikiran, dan perbuatan hambanya.

Namun, sayang sekali karena kalian baru memahami seruanku ketika kalian hadir di pengadilan Tuhan dan bara api neraka melahap kalian. Waktu itu semua sudah terlambat dan tidak ada lagi jalan untuk kembali ke dunia.

Lelaki beriman di keluarga Firaun ini bangkit seorang diri menyeru masyarakat dan memperingatkan mereka tentang dampak-dampak kesyirikan.

Dari dua ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:

1. Iman kepada Allah harus disertai dengan dalil dan dengan dalil ini, kita juga bisa mengajak orang lain untuk beriman kepada-Nya.

2. Sikap israf dan berlebih-lebihan tidak hanya soal harta, tetapi menyia-nyiakan umur dan kemampuan di jalan batil, adalah termasuk contoh terbesar sikap israf. Untuk itu, kita harus benar-benar teliti dalam memilih jalan hidup.

3. Setelah menunaikan tugas, berlindunglah kepada Allah dari setiap ancaman dan konspirasi musuh, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

4. Serahkanlah urusan kita kepada Allah, karena Dia Maha Mengetahui tentang keadaan kita.

فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (46)

Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. (40: 45)

Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), “Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (40: 46)

Lelaki beriman dari keluarga Firaun berlindung kepada Allah dari ancaman dan konspirasi Firaun. Allah juga menggagalkan konspirasi mereka. Lelaki itu diselamatkan dari kejahatan Firaun dan diteguhkan hatinya di jalan iman dan tauhid. Firaun dan kaumnya diberikan azab yang pedih atas kesombongan dan kekufuran mereka.

Berdasarkan ayat-ayat lain dalam al-Quran, Nabi Musa as dan Bani Israil menyeberangi Sungai Nil dengan selamat, tetapi Firaun dan bala tentaranya ditenggelamkan di dalamnnya.

Pada dasarnya, mereka telah dimasukkan ke dalam azab neraka dan merasakan azabnya di pagi dan petang sampai hari kiamat. Inilah azab alam barzakh. Mereka juga akan memperoleh azab yang sangat keras di hari kiamat kelak.

Menurut ayat-ayat al-Quran, setelah kematian, manusia akan tinggal di alam barzakh yaitu alam yang menjadi pemisah antara dunia dan akhirat. Selama di barzakh, manusia akan menerima sedikit balasan atau siksaan atas apa yang dikerjakannya di dunia. Alam barzakh menjadi gerbang ke surga bagi orang-orang shaleh, dan menjadi api yang membakar bagi orang-orang jahat.

Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Jika kita bertawakkal kepada Allah, Dia akan melindungi kita dari kepungan musuh yang jahat dan penuh tipu daya.

2. Jika kita bersandar kepada Allah, Dia akan menolong kita dan membinasakan musuh-musuh kita.

3. Siksaan orang-orang yang zalim akan dimulai sejak kematian mereka, tetapi siksaan ini akan disempurnakan di akhirat dan mereka diberikan siksaan yang amat pedih.

وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ (47)

Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?”(40: 47)

Ayat tersebut menyinggung tentang dialog di antara para penghuni neraka. Mereka saling berbantah-bantahan, mereka saling menyalahkan dan berusaha membebaskan dirinya dari setiap tuduhan. Allah Swt memberikan balasan kepada setiap orang atas dasar keadilan, dan siapa pun tidak dimasukkan ke neraka tanpa sebab.

Di neraka, kaum lemah yang mengikuti para pembesarnya yang sesat selama di dunia, akan meminta bantuan kepada mereka untuk menyelamatkan dirinya. Namun, para pembesar itu sendiri terperangkap dalam siksaan dan tidak dapat berbuat sesuatu untuk dirinya apalagi untuk orang lain.

Dari ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:

1. Persahabatan di dunia jika tidak di jalan yang benar, akan berubah menjadi permusuhan di akhirat.

2. Masalah dan kesulitan di dunia tidak boleh menjadi alasan bagi seseorang untuk mengikuti para pemimpin lalim.

3. Mengikuti kebatilan akan menciptakan masalah bagi manusia. Oleh karena itu, kita harus memilih siapa yang harus kita ikuti di dunia sehingga bisa selamat di akhirat.

4. Ahli neraka saling mengenal satu sama lain, mereka mengungkit kembali masa lalunya di dunia, dan mencari perlindungan kepada sesama ahli neraka.

Senin, 31 Agustus 2020 13:38

Surat Ghaafir ayat 38-42

 

وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ (38) يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (39) مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ (40)

Orang yang beriman itu berkata, “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.” (40: 38)

Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (40: 39)

Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab. (40: 40)

Firaun berniat membunuh Nabi Musa as dan ingin membebaskan dirinya dari orang yang mengaku sebagai nabi. Seorang yang menyembunyikan imannya di antara keluarga Firaun, membujuk Firaun dan para menterinya untuk tidak membunuh Nabi Musa. Bujukan lelaki beriman ini membuat Firaun menunda rencana jahatnnya itu.

Firaun kemudian menjalankan siasat lain untuk mengelabui masyarakat, tetapi lelaki beriman tersebut berbicara kepada masyarakat dan menyadarkan mereka akan tipu daya Firaun. Dia mengajak masyarakat untuk mengikutinya dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar.

Seruan lelaki beriman tersebut memuat dua poin penting. Pertama, kehidupan manusia tidak hanya sebatas di dunia ini. Kehidupan duniawi hanyalah kesenangan sementara. Umur manusia berlalu dengan cepat dan kematian akan mendatangi semua orang. Setelah kematian, manusia berada di dunia lain yaitu rumah yang abadi.

Kedua, perbuatan baik yang dikerjakan di dunia akan menjadi bekal manusia di akhirat, karena akhirat adalah tempat menerima balasan, sementara dunia adalah tempat beramal. Balasan dan siksaan diberikan sesuai dengan perbuatan baik/buruk yang dilakukan oleh seseorang. Dalam hal ini, tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, mereka semua memiliki kedudukan yang sama di sisi Tuhan.

Dari tiga ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:

1. Individu mukmin selalu berusaha untuk memberikan hidayah kepada orang lain dan kewajiban ini selalu melekat di pundaknya.

2. Dunia ini hanya bersifat sementara, sementara akhirat akan menjadi rumah abadi manusia. Untuk itu, manusia perlu memanfaatkan kehidupan di dunia untuk memperbanyak amal sehingga bisa menolongnya di akhirat.

3. Pria dan wanita memiliki peluang yang sama untuk meraih kesempurnaan dan kebahagiaan, dan tidak ada diskriminasi di antara mereka.

4. Iman tanpa amal tidak akan berguna, sebagaimana amal tanpa iman juga tidak akan sampai manfaatnya di akhirat. Oleh sebab itu, iman atau amal yang berjalan terpisah, tidak akan menyelamatkan manusia.

وَيَا قَوْمِ مَا لِي أَدْعُوكُمْ إِلَى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ (41) تَدْعُونَنِي لِأَكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَأَنَا أَدْعُوكُمْ إِلَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ (42)

Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (40: 41)

(Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? (40: 42)

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa lelaki beriman dari keluarga Firaun, tidak dapat lagi menyembunyikan imannya dan tidak punya jalan lain kecuali berterus-terang tentang tauhid dan syirik.

Lelaki beriman itu menjawab seruan para pembesar kaum, yang memintanya untuk menarik ucapannya. Ia berkata dengan lantang, "Kalian telah tenggelam dalam kesyirikan dan Firaun – yang kalian anggap sebagai Tuhan – tidak punya kekuatan apapun di dunia ini dan tidak dapat mengatur urusan kalian. Kalian mengira Firaun dapat memutuskan apapun tentang kalian dan kalian juga harus mengikutinya. Kalian telah menyekutukan sesuatu dengan Tuhan, padahal kalian tidak memikili dalil apapun, kalian menerima akidah yang sesat ini atas dasar sangkaan.

Kalian menyeruku untuk mengingkari Tuhan Yang Maha Esa dan menyekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui. Kalian memintaku untuk menerima keyakinan batil kalian, padahal aku mengetahui bahwa akidah dan perbuatan syirik ini hanya akan mendatangkan neraka dan aku juga akan terjebak di sana bersama kalian.

Jalan yang kalian serukan kepadaku adalah gelap (kesesatan) dan berbahaya. Tetapi, aku menyeru kalian kepada jalan yang terang yaitu jalan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pengampun. Aku menyeru kalian untuk meninggalkan semua makhluk kalian sekutukan dengan Allah, baik dari jenis manusia maupun makhluk lain.

Aku meminta kalian untuk menaati Allah, yang memikili kekuasaan atas dunia dan juga memiliki rahmat yang meliputi segalanya. Maka, tinggalkanlah jalan kesesatan dan penyimpangan yang telah kalian pilih.

Dari dua ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:

1. Kesendirian bukan alasan untuk takut dalam menyeru masyarakat ke jalan yang lurus. Kebenaran harus ditampakkan dengan dalil yang rasional dan jangan terpengaruh dengan banyaknya jumlah orang-orang sesat.

2. Keselamatan dan kebahagiaan akan diraih dengan beriman pada tauhid dan melakukan amal saleh. Menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, akan membuat manusia sengsara di dunia dan akhirat.

3. Syirik sama sekali tidak memiliki landasan rasional, ia sebuah kepercayaan sesat yang bersumber dari kebodohan dan kadang juga dari hawa nafsu manusia.

4. Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa, tetapi Dia juga Maha Pengasih dan rahmat-Nya meliputi seluruh mahluknya.

Senin, 31 Agustus 2020 13:37

Surat Ghafir ayat 34-37

 

وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ (34)

Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu. (40: 34)

Seorang lelaki beriman dari keluarga Fir'aun melakukan segala cara untuk mencegah pembunuhan Nabi Musa as. Ia kemudian membacakan sejarah Nabi Yusuf as kepada Fir'aun dan para menterinya.

Ia berkata, "Yusuf as adalah salah seorang rasul yang hidup tidak terlalu jauh dari zaman kalian. Ia membawa banyak bukti untuk menegaskan kenabiannya, tapi sayangnya banyak orang berada dalam keraguan dan tidak mendengar seruannya dengan alasan yang tidak rasional, padahal bukti-bukti kenabian Yusuf adalah jelas, bisa dipahami, dan rasional.

Bahkan setelah Nabi Yusuf wafat, masyarakat berharap agar Tuhan tidak mengutus nabi lain kepada mereka sehingga mereka bebas melakukan maksiat dan tidak ada yang menentangnya."

Orang-orang seperti itu tidak ingin mendengarkan dan mengikuti kebenaran, mereka hanya mengikuti hawa nafsunya dan menjauhkan diri dari petunjuk Allah Swt. Keraguan akut terhadap para nabi dan ajarannya telah membuat mereka tersesat.

Ragu adalah sebuah kondisi yang rasional dan alamiah, tetapi kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut atau terjebak dalam prasangka, karena ini akan menyebabkan kekalutan pikiran dan perbuatan serta menghambat kemajuan manusia.

Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Perilaku, keyakinan, dan kebiasaan umat terdahulu membawa pengaruh pada generasi mendatang. Dengan mempelajari sejarah umat terdahulu, kita bisa memprediksi perilaku dan kecenderungan generasi mendatang.

2. Keraguan terbilang wajar selama mengundang rasa ingin tahu. Jika keraguan ini sampai memunculkan prasangka, maka ia tergolong sebuah gangguan mental.

3. Ketersesatan di dunia dan akhirat merupakan balasan bagi para pemuja hawa nafsu dan penentang seruan para nabi.

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آَمَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ (35)

(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. (40: 35)

Ayat ini menyinggung orang-orang yang membiarkan dirinya larut dalam keraguan dan menolak menerima kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang suka berdebat, tapi menolak memahami dan menerima kebenaran.

Apapun yang datang kepadanya, mereka langsung menolak kebenaran tanpa mau merenungkannya. Golongan seperti ini berusaha mencitrakan dirinya sebagai kaum intelek. Padahal, mereka sebenarnya terjebak dalam egoisme dan kesombongan. Akhirnya, mereka menolak setiap argumen dan ayat-ayat Allah dengan bermacam alasan.

Jelas bahwa penolakan tanpa dasar terhadap ayat-ayat Allah akan membawa dampak yang merugikan, termasuk kesesatan bagi orang-orang yang menolaknya. Sikap keras kepala ini akan menutupi akal sehat manusia dan membuatnya kehilangan kemampuan untuk memilih kebenaran.

Dari ayat di atas terdapat dua pelajaran yang dapat diambil:

1. Diskusi adalah salah metode perdebatan ilmiah untuk para pencari kebenaran, bukan untuk orang-orang yang menolak dalil rasional atas dasar gengsi.

2. Kaum beriman tidak boleh melakukan debat kusir. Mereka harus menyampaikan materi dengan argumen yang kuat sehingga pihak lain mengerti bahwa orang beriman tidak akan berbicara tanpa dalil.

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ (37)

Dan berkatalah Firaun, “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu.” (40: 36)

(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta. Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (40: 37)

Di masa genting itu, lelaki beriman dari keluarga Firaun melakukan berbagai cara untuk menyadarkan Fir'aun dan para menterinya. Pada akhirnya, upaya ini membuahkan hasil dan Fir'aun mengurungkan niatnya untuk membunuh Nabi Musa as. Dia memutuskan untuk menunda rencana jahat ini.

Namun, Firaun tidak menurunkan egonya dan mencari cara baru untuk menunjukkan kehebatannya. Fir'aun memerintahkan menterinya untuk mendirikan sebuah bangunan yang tinggi sehingga ia bisa melihat Tuhannya Musa.

Jelas bahwa perintah ini bermotif mengelabui publik, karena Nabi Musa as tidak pernah berkata bahwa Tuhannya berada di langit atau dapat dilihat dan disentuh sehingga Dia bisa dilihat dengan berdiri di atas bangunan yang tinggi.

Lewat perintah kontroversial ini, Firaun ingin mempengaruhi publik dan melalaikan mereka dari persoalan utama yaitu kenabian Nabi Musa. Dia ingin mencegah masyarakat mengimani dan membela Nabi Musa.

Firaun menggunakan tipu daya untuk mengelabui masyarakat. Pada dasarnya, penyebab utama kesesatan Firaun adalah karena kesombongan dan keangkuhan sehingga perbuatan buruk tampak indah di matanya. Kondisi ini membuat Fir'aun menolak kebenaran dan menyebabkan ia binasa.

Dari dua ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:

1. Orang yang tidak punya argumen, akan memilih tipu daya untuk mempengaruhi dan mengelabui publik.

2. Pamer kekuatan dan tipu daya merupakan salah satu cara pemerintahan tirani untuk memaksakan sikapnya kepada masyarakat dan mengekang mereka.

3. Perbuatan buruk terlihat indah di mata orang yang sombong dan akhirnya ia tidak terdorong untuk memperbaiki dirinya.

4. Para penguasa lalim selalu mengusik kaum beriman. Namun, jika kaum beriman tetap teguh memegang kebenaran, mereka pada akhirnya akan menang dan kaum lalim akan menderita kerugian yang besar.

Senin, 31 Agustus 2020 13:37

Surat Ghafir ayat 29-33

 

يَا قَوْمِ لَكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ظَاهِرِينَ فِي الْأَرْضِ فَمَنْ يَنْصُرُنَا مِنْ بَأْسِ اللَّهِ إِنْ جَاءَنَا قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَى وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ (29)

(Musa berkata), “Hai kaumku, untukmu-lah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!” Firaun berkata, “Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar.” (40: 29)

Sebelumnya disebutkan bahwa seorang lelaki beriman dari keluarga Firaun dengan argumentasi yang kuat berusaha mencegah Nabi Musa as dibunuh. Ia berkata kepada Firaun dan para menterinya, "Kalian sekarang memerintah di tanah Mesir yang luas dan berkuasa di atasnya, Musa tidak dapat melakukan apapun terhadap kalian. Tetapi, jika kalian membunuhnya, mungkin saja janji dia benar dan murka Allah akan membinasakan kalian dan kerajaan kalian. Oleh karena itu, pikirkanlah dengan baik apa yang kalian lakukan."

Seruan ini membuat para menteri Firaun sedikit melunak. Namun, Firaun tetap bersikeras pada pendiriannya yaitu membunuh Nabi Musa as dan tidak ada pilihan lain. Tentu saja ini sudah menjadi karakter para tiran dan orang orang sombong di sepanjang sejarah, mereka menganggap dirinya paling pintar dan hanya pendapatnya yang benar.

Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Janganlah bersikap sombong karena kedudukan dan kekayaan, karena jika Allah berkehendak, ia akan hilang dalam sekejap.

2. Salah satu tugas orang Muslim adalah memberikan peringatan kepada orang-orang jahat dan mencegah mereka dari berbuat kemungkaran, bahkan jika ia penguasa yang kuat sekali pun seperti Firaun.

3. Mengabaikan peringatan dan menganggap dirinya paling pintar merupakan karakter para pemuja sosok Firaun, meskipun mereka tidak memiliki posisi seperti Firaun.

وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِثْلَ يَوْمِ الْأَحْزَابِ (30) مِثْلَ دَأْبِ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ (31)

Dan orang yang beriman itu berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (40: 30)

(Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. (40: 31)

Meski Firaun bersikeras untuk membunuh Nabi Musa as, tetapi lelaki beriman tersebut tetap berusaha untuk mencegahnya. Ia mengingatkan Firaun tentang nasib kaum-kaum terdahulu dengan harapan Firaun akan tersadar dan mengurungkan niat jahatnnya itu.

Lelaki beriman itu berkata, "Engkau tahu tentang nasib kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, dan kaum-kaum setelah mereka. Ketahuilah! Kaum dengan peradaban besar itu, telah dimusnahkan karena kekufuran dan kesombongan mereka. Kaum Nuh dengan topan dahsyat, kaum 'Aad dengan angin ribut, dan kaum Tsamud dengan petir yang mematikan."

"Aku khawatir peradaban Mesir akan senasib dengan peradaban mereka dan binasa. Tentu saja apa yang mereka rasakan adalah akibat dari perbuatan buruk mereka, mendustakan para nabi atau membunuh mereka, bukan karena Allah berbuat kezaliman kepada mereka. Dia telah menciptakan manusia dan melimpahkan banyak nikmat kepada mereka dan selalu memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Kekufuran dan kesombongan manusia telah mendatangkan azab untuknya," kata lekaki tersebut dalam nasihatnya.

Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1.Mengambil ibrah dari nasib orang-orang terdahulu akan membantu manusia dalam mengenali jalan yang benar, dan ini termasuk cara yang direkomendasikan oleh al-Quran.

2. Jika keyakinan dan perilaku yang salah telah menjadi sebuah kebiasaan dan karakter seseorang, maka ia sedang berada di jurang kehancuran. Sebagaimana beberapa kaum terdahulu yang memiliki keyakinan batil dan berbuat kemungkaran, mereka selalu mengingkari kebenaran dan akhirnya dibinasakan.

3. Musibah dan cobaan duniawi kadang bersumber dari murka Tuhan dan karena perilaku kita juga.

وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ (32) يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (33)

Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil. (40: 32)

(yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk. (40: 33)

Lelaki beriman dari keluarga Firaun kembali memperingatkan Firaun dan para menterinya, "Jika murka Tuhan turun seperti yang ditimpakan kepada kaum terdahulu, niscaya tidak ada tempat perlindungan yang bisa menyelamatkan kalian dari azab-Nya. Pada hari itu, setiap orang saling memanggil dan mereka saling meminta pertolongan, tetapi tidak ada seorang pun penolong, karena setiap orang memikirkan keselamatannya sendiri dan tidak punya daya untuk menolong orang lain."

Orang-orang yang selamat pada hari itu adalah mereka yang mengikuti jalan hidayah dan menjadikan ajaran para nabi sebagai pedoman hidupnya. Jelas bahwa siapa saja yang memilih jalan lain, ia telah tersesat dan tidak memperoleh petunjuk Allah.

Kesesatan bersumber dari perilaku buruk manusia dan pilihan keliru mereka sendiri, sehingga Allah Swt membiarkan mereka dalam kesesatan. Pada dasarnya, Allah tidak menyesatkan siapa pun dari jalan kebenaran, tetapi kekufuran, kesombongan, dan maksiat yang mereka lakukan, telah membuat pintu hidayah tertutup. Seperti seorang anak yang melepaskan tangannya dari genggaman ayahnya, ia pasti akan terjatuh.

Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Salah satu tugas orang Muslim adalah memperingatkan para pelaku maksiat tentang akibat dari perbuatannya. Sebagaimana seorang ibu atau ayah, mereka memperingatkan anaknya untuk tidak mendekati api, karena ia bisa membakar.

2. Allah Swt memiliki kuasa untuk memberi hidayah atau menyesatkan seseorang, tetapi manusia juga punya ikhtiar untuk memilihnya.

3. Tidak ada jalan ketiga antara hidayah dan kesesatan. Siapa yang tidak memilih jalan Tuhan, ia pasti tersesat dan tidak ada jalan tengah baginya.

Senin, 31 Agustus 2020 13:36

Surat Ghafir ayat 26-28

 

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ (26)

Dan berkata Firaun (kepada pembesar-pembesarnya), “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (40: 26)

Pada pembahasan sebelumnya telah dibahas mengenai perjuangan Nabi Musa mengajak Firaun menyembah Allah Swt dan menghentikan penindasan terhadap Bani Israil. Di ayat ini, Firaun yang sombong berkata kepada para pejabat istana di sekelilingnya mengenai rencana membunuh Musa, sebab jika dibiarkan hidup akan memberontak terhadap pemerintahannya dan mengganti keyakinan masyarakat dan menimbulkan kerusakan.

Firaun memutuskan untuk membunuh Nabi Musa dengan alasannya sendiri. Firaun ketakutan terhadap penyebaran ajaran agama ilahi yang dibawa Nabi Musa as. Firaun berkata, “Aku khawatir dia akan mengganti keyakinan kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. Jika aku berdiam diri, maka ajaran Musa akan menyebar cepat di kalangan masyarakat Mesir menggantikan ajaran berhala, sehingga, Musa harus secepatnya dibunuh.”

Dalam pandangan Firaun, agama tidak lain dari menyembah dirinya selaku penguasa Mesir. Agama di tangan Firaun hanya alat untuk menipu masyarakat demi menjaga dan melindungi kekuasaannya, dan menjadikan dirinya sebagai penguasa tunggal. Adapun pengertian kerusakan yang dimaksud Firaun adalah gerakan perlawananrakyat terhadap rezim diktator dan pembebasan masyarakat dari cengkeraman syirik dan berhal.

Propaganda kebatilan melawan kebenaran tidak hanya terjadi di era Fiarun saja, tapi juga menimpa setiap zaman sepanjang sejarah. Orang-orang lalim dan pembuat kerusakan berusaha menjustifikasi tindakan mereka dengan kebohongan propaganda dan agitasi yang disebarkan dengan berbagai cara yang terus berlanjut hingga kini.

Kebanyakan pejabat istana tidak setuju dengan rencana Firaun untuk membunuh Musa. Mereka tahu posisi dan kedudukan Musa di kalangan Bani Israil, sehingga pembunuhan Musa akan berdampak negatif terhadap kerajaan dan menyulut pemberontakan besar-besaran. Selain itu, ajaran tauhid yang dibawa Musa dan pengikutnya yang mukmin berada di luar kendali penguasa Firaun.

Di ayat ini, Firaun dengan kesombongannya menyatakan, “Jika engkau, Musa, benar sebagai utusan Tuhan, maka panggilah Tuhanmu yang akan menyelamatkan dirimu.”

Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Logika penguasa lalim semacam Firaun akan membunuh siapa saja yang dianggap bisa mengganggu kekuasaannya, termasuk membunuh para pemimpin agama seperti Nabi Musa as.

2. Penguasa despotik dan arogan seperti Fiarun menyebut gerakan reformasi di tengah masyarakat sebagai perusuh dan penyulut kerusakan. Firaun menyebut pemimpin agama sebagai Nabi Musa yang menyerukan reformasi agama dan sosial, sebagai perusak yang memecah belah masyarakat.

3. Dalam kekuasaan diktator dan despotik, jika terwujud ketentraman dan keamanan dilakukan secara represif. Oleh karena itu bukan ketentraman dan keamanan sejati.

 

وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ (27)

Dan Musa berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.” (40: 27)

Menghadapi ancaman pembunuhan dari Firaun, Nabi Musa as dengan ketenangan penuh menyatakan menyerahkan diri kepada Allah Swt yang akan menyelamatkan dirinya dari setiap ancaman.

Nabi Musa mengatakan, “Allah Swt yang dahulu telah menyelamatkanku ketika akan dibunuh sewaktu bayi dan mengilhamkan kepada ibuku untuk menyimpan bayi itu di dalam kerangjan di sungi Nil. Kini, Allah Swt akan kembali menyelamatkanku dari penguasai lalim sepertimu, Firaun. Tapi jika harus terbunuh, maka aku siap syahid dan tidak ada ketakutan sedikitpun di hatiku. Aku menyerahkan diri kepada Allah Swt, dan apapun yang terjadi berada di tangan Allah bukan engkau, wahai Firaun.”

Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Jangan takut menghadapi ancaman musuh. Sebab kehidupan kita bergantung kepada Allah Swt dan tidak ada kekuatan yang lebih tinggi dari-Nya.

2. Kesombongan dan takabur adalah salah satu sifat Firaun. Oleh karena itu, siapapun yang memiliki sifat buruk ini seperti Firaun.

3. Kesombongan dan takabur menyebabkanmanusia menolak untuk menerima kebenaran serta beriman terhadap Allah dan hari Kiamat.

وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ (28)

Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (40: 28)

Salah seorang dari keluarga Firaun beriman kepada Allah Swt dan menjadi pengikut Nabi Musa, tapi dia menyembunyikan keimanan demi keamanan dirinya dan bisa membantu Nabi Musa dalam kondisi darurat. Ketika Firaun berencana membunuh Nabi Musa, ia mengambil langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan utusa Allah itu.

Ia memberikan masukan kepada Firaun, dengan mengatakan, “Musa menyatakan Tuhan menciptakan alam semesta ini dan mengatur seluruh urusan mengutusnya sebagai utusan Allah untuk membimbing masyarakat. Ia memiliki mukjizat untuk membuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, jangan terburu-buru untuk mengambil keputusan mengenai Musa dan pertimbangkan dampaknya supaya tidak menyesal kemudia hari.”

Ia melanjutkan pernyataannya, “Apa yang disampaikan Musa tidak keluar dari dua kemungkinan; benar atau berbohong. Jika dia berbohong, maka kebohongannya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, kebohongannya akan terbuka di hadapan masyarakat. Tapi jika dia benar, maka sebagian janjinya, termasuk azab ilahi akan turun dan akan menimpat Anda [Firaun]. Oleh karena itu, pembunuhan Musa menurut pertimbangan akal kurang bijak dan lebih baik dibatalkan.”

Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Musa meminta perlindungan dari Allah Swt menghadapi ancaman pembunuhan oleh Firaun, dan Allah Swt mengutus salah seorang dari keluarga Firaun membantunya.

2. Terkadang bekerja di institusi lalim untuk mencegah kehancuran dan tekanan penguasa zalim kepada orang-orang Mukmin atau menjalankan sebuah tugas penting harus dilakukan, dan masalah ini tidak ada kaitannya dengan keimanan kepada Allah Swt.

3. Ketika berdialog atau berdebat dengan lawan hindari fanatisme dengan mengatakan “Akulah yang benar dan kamu salah”, tapi pergunakanjalan seperti yang dilakukan keluarga Firaun dengan menyampaikan logika mengenai risalah yang dibawa Nabi Musa.

Senin, 31 Agustus 2020 13:34

Surat Ghafir ayat 21-25

 

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآَثَارًا فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ (21) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَكَفَرُوا فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ إِنَّهُ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ (22)

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. (40: 21)

Yang demikian itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya. (40: 22)

Pada pembahasan sebelumnya telah dikupas mengenai nasib para pendosa di hari Kiamat kelak. Ayat ini mengenai sejarah orang-orang terdahulu, mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari kehidupan orang-orang diberbagai belahan dunia, dan dampak dosa serta akibat yang mereka terima. Ketika mereka tetap melakukan dosa, Allah Swt akan menurunkan azab pedih kepadanya.

Ayat ini disampaikan kepada umat manusia di seluruh penjuru dunia. Istana yang megah zaman dahulu hancur dan para penguasa lalim tumbang. Tidak ada yang mereka tingalkan kecuali sebagian bangunan yang sudah hancur. Semua ini menjadi pelajaran penting bagi manusia supaya mereka berkaca dan mengambil pelajaran dai kehidupan orang-orang terdahulu.

Ayat ini melanjutkan penjelasan sebelumnya mengenai kewajiban para Nabi dan Rasul yang membimbing manusia menuju jalan kebenaran. Para utusan Allah Swt dikirim untuk menyadarkan manusia supaya tidak melakukan dosa dan mengingkari-Nya, tapi mereka menentang seruan ilahi tersebut. Akibatnya, mereka menghadapi azab di dunia ini.

Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Al-Quran menganjurkan manusia untuk melakukan perjalanan yang bermanfaat dan memiliki tujuan jelas.

2. Mengkaji sejarah kehidupan orang-orang terdahulu dan mengambil pelajaran darinya sebagai salah satu langkah penting untuk menemukan jalan yang benar dalam kehidupan ini.

3. Berbagai fasilitas dari ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi maupun militer jangan menjadikan kita sombong, karena semua itu tidak ada artinya sama sekali di hadapan Allah Swt.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (23) إِلَى فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَقَارُونَ فَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ (24)

Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata. (40: 23)

Kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata, “(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” (40: 24)

Ayat ini merupakan salah satu contoh bagaimana kekuasaan Allah yang mengutus Musa dengan kekuatan mukjizatnya menghadapi Firaun bersama menterinya Haman dan orang kaya seperti Karun.

Nabi Musa dengan izin Allah Swt mampu melakukan tindakan luar biasa dengan mukjizat yang dimilikinya. Tapi Firaun yang sombong, malah menyebut Mukjizat Nabi Musa sebagai sihir dan pembohong, serta menentang risalah ilahi yang dibawanya.

Tapi sejarah menunjukkan bahwa para tokoh kafir dan lali, senantiasa menuding para Nabi Allah Swt sebagai tukang sihir dan pembohong supaya seruan risalah ilahi yang mereka bawa tidak mempengaruhi masyarakat.

Allah Swt mengutus Nabi Musa as menghadapi Firaun untuk mengakhiri kezaliman yang dilakukan penguasa Mesir ini dan menegakkan keadilan. Jika seruan Nabi Musa diikuti oleh Firaun dan para pejabat kerajaannya, maka mereka tidak bisa memanfaatkan kekuasaan untuk memaksa rakyat supaya mengikuti titah mereka. Oleh karena itu, mereka menolak risalah ilahi yang dibawa Nabi Musa.

Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Allah Swt mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk mengajak umat manusia bertauhid. Mereka juga mendatangi penguasa lalim untuk mengakhiri penindasan terhadap rakyatnya.

2. Kekuasaan dan kekayaan terkadang menyebabkan manusia sombong dan ingkar terhadap Allah Swt, dan menjadi sarana untuk menindas orang lain.

3. Logika dan mukjizat para Nabi bisa dipahami, tapi orang-orang yang tamak dan sombong menghalangi dirinya dan orang lain untuk menerima kebenaran.

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوا أَبْنَاءَ الَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ وَاسْتَحْيُوا نِسَاءَهُمْ وَمَا كَيْدُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (25)

Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami mereka berkata, “Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka.” Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka). (40: 25)

Bagaimanapun, Firaun dan menterinya, Haman tidak mampu menghadapi kekuatan logika dan mukjizat Musa. Mereka merancang berbagai cara, termasuk dengan cara-cara kekerasan sebagaimana dijelaskan dalam ayat ini. Pada tahap pertama Firaun membunuh para lelaki dan pemuda yang mengikuti Musa dan menjadikan istri maupaun anak perempuan mereka sebagai budak. Tujuan aksi represif ini supaya tidak akan seorangpun yang beriman kepada Nabi Musa.

Cara-cara yang ditempuh penguasa lalim seperti Firaun terjadi berulang dalam sejarah. Tapi berbagai tekanan tersebut tidak menjadikan pengikut Nabi Musa patah arah dan menyerah, bahkan sebaliknya mereka semakin kuat untuk melanjutkan perjuangan menghadapi penguasa lalim.

Dari ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Pembunuhan dan penahanan termasuk cara-cara yang dilakukan penguasa lalim sepanjang sejarah. Tapi tindakan tersebut tidak akan menyurutkan orang-orang beriman dalam memperjuangkan kebenaran.

2. Musuh melakukan berbagai cara untuk menyelewengkan generasi muda dari jalan kebenaran menuju kesesatan dengan melakukan berbagai kerusakan hingga menyulut perang dan pertumpahan darah.

3. Musuh senantiasa menghalangi manusia menuju jalan kebenaran. Tapi orang-orang yang beriman bisa mematahkan konspirasi mereka hingga kebenaran melawan kebatilan.

Senin, 31 Agustus 2020 13:34

Surat Ghafir ayat 16-20

 

يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (16) الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (17)

(Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman), “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (40: 16)

Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. (40: 17)

Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan mengenai ayat tentang hari Kiamat yang disampaikan Allah Swt melalui kitab suci dan para Nabi-Nya. Di ayat ini kembali dijelaskan tentang karekateristik umum hari Kiamat bahwa setiap orang diberi balasan sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan tidak ada yang dizalimi pada hari itu. Semua terbuka dan tidak ada yang bisa ditutupi.

Di dunia, sebagian orang bisa menyembunyikan sesuatu dari pandangan orang lain. Tapi di hari Kiamat tidak bisa demikian. Sebab, setiap perbuatan terekam dengan baik dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.

Di hari Kiamat kelak, manusia dibangkitkan dan dikumpulkan untuk dimintai pertanggungan jawab atas setiap perbuatan yang dilakukannya. Ketika itu, Allah Swt yang akan mengadili semua  perbuatan manusia.

Di dunia juga Allah menjadi hakim atas kejadian seluruh alam semesta ini. Tapi di hari Kiamat nanti, pengadilan Tuhan tampak lebih nyata bagi manusia. Sebab, seluruh anggota badan akan menjadi saksi apa yang telah kita lakukanselama di dunia ini. Oleh karena itu tidak akan ada yang bisa memberikan pernyataan palsu, maupun kebohongan sebagaimana terjadi di dunia.

Kiamat menjadi hari pembalasan bagi setiap perbuatan yang telah kita lakukan di dunia ini. Allah Swt akan memberikan hukuman dan pahala sesuai dengan perbuatan yang dilakukan setiap manusia.

Di dunia banyak sekali terjadi kelaliman, tetapi pelakukan tidak dihukum. Sebagian orang melakukan kezaliman terhadap orang lain demi meraih kenikmatan dan kepuasan yang lebih besar. Tapi di hari Kiamat, tidak ada yang bisa melakukan kezaliman terhadap orang lain. Sebab kekuasaan mutlak berada di tangan Allah Swt dan akan memberikan ganjaran hukuman maupun pahala secara cepat sesuai dengan perbuatan yang dilakukan setiap manusia.

Berbeda dengan pengadilan di dunia yang membutuhkan proses panjang, bahkan bisa bertahun-tahun, keputusan di hari Kiamat akan diambil dengan sangat cepat dan adil.

Dari dua ayat di atas terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil:

1. Pada hari Kiamat kelak tidak ada yang bisa disembunyikan, sebab semua akan terbuka dan dipertanggungjawabkan sesuai perbuatannya masing-masing selama di dunia.

2. Semua orang diperlakukan sama dan tidak ada yang dikecualikan dari keadilan Allah di hari Kiamat nanti. Ganjaran pahala maupun hukuman diberikan sesuai dengan perbuatan manusia di dunia.

3. Meskipun Allah Swt berkuasa secara mutlak tapi tidak pernah berlaku lalim. Oleh karena itu, keadilan ilahi dibelakukan dengan seadil-adilnya.

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْآَزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ (18) يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ (19) وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَقْضُونَ بِشَيْءٍ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (20)

Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya. (40: 18)

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (40: 19)

Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (40: 20)

Melanjutkan pembahasan sebelumnya, ayat ini menjelaskan bahwa di hari Kiamat kelak manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya. Ketika itu, setiap orang mengkhawatirkan apa yang telah diperbuatnya selama di dunia.

Ayat ini menggambarkan bagaimana kekhawatiran itu tampak dari setiap orang ketika menghadapi hari pengadilan ilahi. Dalam kondisi demikian, setiap orang mengharapkan bantuan yang lain, tapi tidak ada yang bisa memberikan bantuan, sebab semua orang sedang sibuk untuk mempertanggunjawabkan perbuatannya masing-masing. Oleh sebab itu, manusia harus menjaga perbuatannya selama di dunia.

Anggota badan memberikan kesaksian seperti mata yang pernah memandang sesuatu yang diharamkan, maupun mulut dan lainnya. Bahkan niat buruk maupun kedengkian pun tidak bisa ditutupi. Karena semua akan terbuka dan dipertanggungjawabkan di hari Kiamat.

Ya, Allah Swt melihat semua gerak-gerik anggota badan, bahkan hingga batin manusia. Oleh karena itu di hari Kiamat nanti, manusia akan diadili dengan seadil-adilnya, karena menggunakan bukti yang sangat akurat dan diadili oleh pengadilan ilahi. Selain Allah Swt, tidak ada yang bisa mengadili manusia dari lahir maupun batin sedemikian adilnya.

Dari tiga ayat di atas terdapat empat pelajaran yang dapat diambil:

1. Kematian sebagai pintu menuju gerbang Kiamat begitu dekat dan tidak diketahui kapan akan datang. Oleh karena itu, bersiaplah untuk menyambutnya dengan menjaga perbuatan selama hidup di dunia ini.

2. Kegelisahan dan kekhawatiran sangat jelas tampak dari setiap manusia di hari Kiamat kelak. Para pendosa berada dalam kondisi yang sulit dan terjepit, tapi mereka tidak bisa berteriak, atau mengeluh.

3. Setiap orang akan memikirkan dirinya sendiri di hari Kiamat. Di hari itu, para pendosa tidak akan memiliki teman maupun orang yang selama ini membantunya.

4. Allah Swt mengetahui semua perbuatan, bahkan motif manusia. Sehingga semuanya akan terbuka dan tidak ada yang bisa disembunyikan di hadapan pengadilan ilahi.