کمالوندی

کمالوندی

 

Badan Nasional Penanganan Virus Corona Republik Islam Iran menggelar pertemuan menyeluruh yang dihadiri oleh semua anggota badan ini pada hari Minggu, 10 Mei 2020.


Rapat tersebut menjadi istimewa karena Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei berpartisipasi dalam rapat ini melalui konferensi video.


Para gubernur dan anggota Badan Nasional Penanganan Virus Corona di tingkat provinsi di Republik Islam Iran juga berpartisipasi dalam rapat itu melalu konferensi video.


Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani dan para menteri kabinet hadir dalam rapat yang membicarakan tentang penangan virus Corona, COVID-19 di negara ini.


Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Kianoush Jahanpour mengatakan, pasien COVID-19 yang sembuh meningkat dan hingga sekarang 86.143 pasien virus ini telah sembuh dan diizinkan pulang dari rumah sakit.


"Sejak Sabtu siang hingga siang hari ini (Minggu siang), berdasarkan hasil tes laboratorium, ada 1.383 pasien baru yang terinfeksi virus Corona, sehingga jumlah total pasien yang terinfeksi virus ini menjadi  107.603 orang," kata Jahanpour, Minggu, (10/5/2020) siang.


Dia menambahkan, sayangnya selama 24 jam lalu, 51 pasien yang terinfeksi Covid-19 di Iran meningal dunia, sehingga jumlah total yang meninggal dunia hingga sekarang mencapai 6.640 orang. Sementara 2.675 pasien dalam kondisi kritis.


Virus Corona telah menyebar ke berbagai negara dan jumlah korban jiwa akibat virus ini di seluruh dunia hingga Minggu pagi, 10 Mei 2020 telah mencapai 279.398 orang.


Lebih dari 4.037.182 orang terinfeksi COVID-19 dan 1.354.458 dari mereka telah sembuh. Covid-19 ditemukan pertama kali pada Desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.


AS berada di urutan pertama yang memiliki kasus terbanyak terkait dengan virus Corona. 1.309.541 warga Amerika terinfeksi COVID-19, dan 78.794 dari mereka meninggal dunia.


Spanyol berada di urutan kedua. 223.578 warga negara ini tertular COVID-19, dan 26.478 dari mereka meninggal dunia. Negara berikutnya adalah Italia. 218.268 warga negara ini terinfeksi virus Corona dan 30.395 dari mereka meninggal dunia.


Negara-negara berikutnya yang memiliki kasus terbanyak COVID-19 adalah Inggris, Rusia, Prancis, Jerman, Brazil, Turki, Iran dan Cina. 

 

Sidang markas nasional untuk memerangi virus Corona digelar melalui konferensi video dan diikuti oleh Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.

Presiden Iran Hassan Rouhani, para menteri, gubernur dan anggota markas ini juga mengikuti sidang tersebut.

Menurut keterangan Depkes Iran, sampai saat ini sekitar 106 ribu orang dinyatakan positif Corona dan di antara jumlah tersebut lebih dari 85 ribu dinyatakan sembuh serta diijinkan meninggalkan rumah sakit. Semantara kasus kematian akibat virus ini di Iran mencapai 6.589 orang.

 

Sebuah video klip yang menunjukkan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar meninjau pameran prestasi antariksa Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC memperlihatkan foto-foto jet tempur Sukhoi, Su-22 yang sudah dilengkapi rudal udara ke darat baru.

Fars News (9/5/2020) melaporkan, dalam video kunjungan Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei ke pameran prestasi pasukan antariksa IRGC pada bulan Mei 2014 itu, tampak sejumlah foto yang memperlihatkan jet tempur Su-22 dengan rudal-rudal baru.

Fajr-4
Sampai berita ini diturunkan, informasi detail terkait rudal tersebut belum dipublikasikan, namun sepertinya ia adalah modifikasi rudal Fajr-4 yang bisa diluncurkan dari udara.

Rudal Fajr-4 termasuk rudal kaliber 333 milimeter yang sebelumnya sudah dimodifikasi dalam beragam bentuk peluru kendali dengan penambahan ujung sayap kendali pada dua model Fajr-4 dan Fajr CL4. 

 

Komandan Divisi Luar Angkasa, Pasukan Antariksa, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC mengabarkan penambahan ketinggian orbit satelit Iran menjadi 36.000 kilometer di atas permukaan bumi.

Brigjen Ali Jafarabadi, Minggu (10/5/2020) mengatakan, penambahan ketinggian orbit atau geostationary orbit, GEO dianggap penting karena hal ini dapat membedakan sebuah satelit dengan satelit komunikasi atau televisi, dan sebuah orbit sangat penting karena satelit-satelit yang ada di dalamnya berperan sebagai pemantau bumi yang stabil dan tetap.

Brigjen Ali Jafarabadi menambahkan, para pakar Iran tidak lama lagi akan menambah ketinggian orbit satelit negara ini menjadi 36.000 kilometer.

"Meluncurkan satelit ke orbit dengan ketinggian ini dari sisi ekonomi akan membawa sejumlah keuntungan bagi Iran, juga menjadi instrumen untuk melindungi aset luar angkasa negara seperti titik-titik orbit GEO," imbuhnya.

Komandan Divisi Luar Angkasa, Pasukan Antariksa IRGC sehubungan dengan pembuatan dan peluncuran satelit Noor, dengan peluncur satelit Qased menerangkan, 90 persen pembuat satelit ini berusia di bawah 30 tahun, dan semua ahli yang memainkan peran langsung dalam proyek ini adalah lulusan universitas dalam negeri Iran.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Minggu pagi menghadiri komunikasi video dengan Pusat Penanganan Nasional Covid-19 di Iran, yang diikuti oleh para anggota dan gubernur dari 31 provinsi, untuk membahas kinerja negara dalam mengatasi penyebaran virus corona.

Ayatullah Khamenei dalam pertemuan ini menyebut kinerja bangsa dan pejabat dalam berbagai dimensi dari sosial dan budaya, medis dan kesehatan, akademis, manajerial dan layanan sebagai gerakan jihad yang agung dan membanggakan.

"Di bidang pengobatan dan semua jenis layanan medis, pencegahan, penyaringan data, serta kesehatan lingkungan dan pusat-pusat publik merupakan pekerjaan besar yang layak diapresiasi," ujar Rahbar Minggu pagi.

Paket bantuan sosial untuk masyarakat terdampak Covid-19 di Iran

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei juga mencatat "kegagalan kemampuan manajerial Barat" dalam penanganan Covid-19, dengan mengatakan, "Corona menyebar lebih lambat di Amerika Serikat dan Eropa daripada negara kawasan lain, yang berarti negara-negara ini memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri lebih baik menghadapi virus ini. Tetapi mereka tidak berhasil melakukan sebagaimana mestinya. Tingginya jumlah kasus yang positif dan kematian di Amerika Serikat juga beberapa negara Eropa disertai berbagai masalah yang menimpa rakyat di negara-negara ini, termasuk pengangguran telah membuktikan ketidakmampuan mereka,".

Beliau juga mencatat bahwa aksi kepanikan warga dengan menyerbu toko-toko  sebagai tantangan lain yang terjadi di negara-negara Barat.

"Barat dengan semua klaimnya selama ini ternyata gagal. Fakta-fakta ini harus dijelaskan kepada publik dunia," papar Ayatullah Khamenei.

Pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menyinggung realitas pahit dan manis dari krisis global ini, yang mengekspresikan kemampuan internal bangsa Iran dalam kondisi yang sulit dan kritis.

Virus corona, yang diidentifikasi kemunculannya akhir tahun 2019 di Wuhan, Cina, kini telah menjadi pandemi global. Ada fakta menarik di tingkat dunia yang menunjukkan kelemahan sistem kesehatan dan medis, serta aksi pencurian masker dan peralatan medis dan farmasi terjadi di negara-negara yang selama ini acapkali mengklaim memiliki kemampuan, kekayaan, dan kemajuan yang tinggi. 

Peristiwa-peristiwa pahit ini memiliki pesan yang jelas sebagaimana ditunjukkan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran yang menyebut kegagalan "filsafat sosial Barat"  dalam menangani virus corona.

"Spirit dan isi filsafat sosial di Barat didasarkan pada materialisme dan uang. Itulah sebabnya mereka tidak menghormati orang tua, orang sakit, tunawisma, dan orang yang kurang mampu, karena ketidakmampuan mereka menghasilkan uang dan menciptakan materi. Akibatnya begitu banyak orang meninggal di panti jompo, yang mengungkapkan kegagalan filsafat sosial Barat," tegas Ayatullah Khamenei.

Kini, Republik Islam Iran dengan bangga menyatakan siap berbagi pengalaman kesuksesannya dalam pengendalian virus corona dengan negara lain. Semua ini merupakan hasil usaha berbuah manis dan langgeng dari berbagai kesulitan dan kepahitan perjuangan besar selama ini. Itulah sebabnya Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menekankan kembali urgensi dokumentasi pengorbanan nasional ini dengan mengatakan, "Orang-orang Iran yang terhormat telah menunjukkan kecemerlangan dengan perilakunya yang tegar dan sabar, sekaligus menampakkan budaya Islam-Iran,"

 

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov Jumat (08/05/2020) di kontak telepon dengan sejawatnya dari Kuba, Bruno Rodriguez Parrilla memprotes pendekatan sanksi dan represi AS terhadap negara-negara anti hegemoni Washington.

FNA melaporkan, Sergei Lavrov di kontak telepon ini menilai sanksi AS terhadap sejumlah negara sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan ancaman global serta menuntut penentangan atas sikap tersebut.

Lavrov juga menuntut peningkatan hubungan strategis kedua negara.

Sementara itu, menlu Kuba di kontak ini menekankan dilanjutkannya persahabatan, solidaritas, penghormatan timbal balik dan pengokohan kerja sama kedua negara.

Menlu Kuba pekan lalu di akun Twitternya menuntut diakhirinya sanksi ekonomi, perdagangan dan finansial Washington terhadap negaranya.

Rodriguez di cuitan Twitternya seraya menekankan sanksi seperti ini sebuah kejahatan dan tak manusiawi menulis, dampak dari sanksi ini sangat keras ketika berbagai negara menghadapi wabah Corona.

Pemerintah AS selama beberapa hari terakhir dlam sebuah aksi tak manusiawinya mencegah pengiriman masker dan peralatan medis lainnya ke Kuba untuk memerangi wabah Corona. (

 

Deputi Menteri Luar Negeri Rusia mengumumkan, kerja sama militer Rusia dan Venezuela legal, namun beberapa pihak berusaha menutupinya.

IRNA (10/5/2020) melaporkan, Sergei Ryabkov, Minggu (10/5) terkait kerja sama Moskow-Caracas untuk menghadapi upaya kudeta menuturkan, Rusia dan Venezuela menjalin kerja sama yang baik di sejumlah bidang, semuanya dalam kerangka kesepakatan yang sudah ditandatangani pemerintah dua negara, dan sepenuhnya legal.

Ryabkov menambahkan, kerja sama dengan Caracas tidak mengancam pihak ketiga, tapi kami tahu para penentang Presiden Venezuela Nicolas Maduro berusaha menyebarkan propaganda untuk menyingkirkan Rusia.

Sebelumnya media Venezuela mengabarkan keterlibatan 8 tentara elit Rusia dalam operasi penggagalan kudeta Maduro.

Pemerintah Vanezuela minggu lalu mengumumkan operasi sejumlah tentara bayaran untuk melancarkan teror di negara itu dan mereka masuk dari Kolombia

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengatakan, negara-negara Barat dalam menangani pandemi global Virus Corona mengalami kegagalan di bidang manajemen, falsafah sosial dan akhlak.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Minggu (10/5/2020) dalam video conference dengan Badan Nasional Penangan Virus Corona Iran di 31 provinsi negara ini menggarisbawahi kegagalan Barat dalam ujian global perang melawan Corona dan menuturkan, Barat dan orang yang kebarat-baratan tidak bersedia menyaksikan kegagalan ini, tapi berbagai dimensi kelamahan Barat harus dipelajari dan dijelaskan, karena pemilihan opsi-opsi penting bagi bangsa-bangsa dunia tergantung pada kesadaran ini.

Sehubungan dengan kegagalan sistem manajemen negara Barat, Rahbar menjelaskan, penyebaran Virus Corona di Amerika dan Eropa terjadi belakangan setelah negara lain, artinya negara-negara ini punya kesempatan untuk bersiap menghadapi virus ini, tapi mereka tidak mampu membuktikan kehebatan sistem manajemennya, tampak pada tingginya angka warga yang tertular dan meninggal di Amerika dan beberapa negara Eropa karena Corona, dan berbagai permasalahan yang menimpa masyarakat di negara-negara itu seperti pengangguran.

Menurut Ayatullah Khamenei, falsafah sosial Barat juga gagal dalam menghadapi Virus Corona. Semangat dan kandungan falsafah sosial di Barat berlandaskan materialisme dan uang, oleh karena itu mereka di Barat tidak memperhatikan orang lanjut usia, orang sakit, orang yang tak punya uang, dan orang terbelakang. Karena lapisan masyarakat ini tidak punya kemampuan menghasilkan uang, dan materi, maka dari itu banyak orang meninggal di panti jompo, dan realitas ini menjadi bukti nyata kegagalan falsafah sosial Barat.

Rahbar juga menyinggung kegagalan di bidang moral publik Barat, yang tampak dalam sejumlah kasus seperti orang-orang yang menggeruduk toko-toko. Warga Barat, katanya, dengan semua klaimnya dalam hal ini, juga gagal, dan kenyataan ini harus dijelaskan pada masyarakat dunia.

Di sisi lain, Ayatullah Khamenei menyebut kinerja rakyat dan pemerintah Iran dalam memerangi penyebaran Covid-19 di berbagai dimensi sosial, budaya, medis, kesehatan, sains, manajemen, dan pelayanan, sebagai gerakan jihad, agung dan membanggakan.

"Rakyat mulia Iran dengan sikap kokoh dan sabarnya berhasil melalui ujian ini, dan menunjukkan budaya Islam dan Iran kepada dunia," pungkasnya. 

 

Nuansa religius bulan Ramadhan terasa kental sekali saat sudah menginjak hari pertengahan. Pada pertengahan Ramadhan, kaum Muslim dengan meneladani Imam Hasan al-Mujtaba as, melengkapi ibadah mereka dengan membantu kaum fakir dan anak yatim.

Kaum Muslim menyambut penuh suka cita dan rasa syukur hari kelahiran cucu Rasulullah Saw ini pada tanggal 15 Ramadhan. Imam Hasan as adalah cucu pertama Rasulullah Saw dari Ali bin Abi Thalib as dan Sayidah Fatimah as. Ia lahir pada pertengahan Ramadhan tahun ke-3 Hijriah di kota Madinah.

Ketika Rasul Saw diberi kabar tentang kelahiran cucu pertamanya itu, wajah beliau berseri-seri dan hatinya sangat gembira. Beliau bergegas menuju rumah Sayidah Fathimah as untuk melihat cucunya itu. Sayidah Fatimah as menyerahkan Imam Hasan as yang masih bayi kepada Rasulullah Saw. Setelah menggendongnya, Rasul Saw membacakan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri bayi suci tersebut. Ketika itu, malaikat Jibril as turun dan menyampaikan perintah Allah Swt kepada beliau agar menamakan cucu pertamanya dengan Hasan, yang berarti baik dan terpuji.

Imam Hasan as senantiasa mendampingi Rasulullah Saw. Terkadang ia duduk di pangkuan Nabi, terkadang pula beliau memikul cucu kesayangannya itu di pundaknya. Setiap kali wahyu turun, ia pun mendengar langsung dari bibir Rasulullah Saw dan menukilkannya untuk sang ibu, Sayidah Fatimah as.

Semasa hidupnya, Nabi Saw menunjukkan kecintaan beliau yang sangat besar kepada anak-anak Fatimah. Suatu kali, Fatimah as datang ke rumah Nabi dengan membawa dua putranya Hasan dan Husein. Kepada ayahnya, Fatimah as berkata, "Ayah, ini adalah dua putramu. Berilah mereka sesuatu yang akan selalu menjadi pengingatmu." Kala itu Rasulullah Saw bersabda, "Hasan akan mewarisi kewibawaan dan keberanianku, sedangkan Husein akan memperoleh kedermawanan dan keberanianku."

Berbuat kebajikan dan bermurah hati termasuk dari karakteristik utama Imam Hasan as. Pribadi mulia ini selalu menjadi tumpuan kaum fakir dan miskin, kadang sebelum mereka mengeluhkan keperluannya, Imam Hasan langsung memenuhi kebutuhan mereka dan tidak membiarkan mereka merasa malu dengan mengiba.

Beliau kadang juga memberi bantuan dalam jumlah besar sekaligus kepada kaum fakir dan pemberian ini demi mewujudkan sebuah kehidupan yang bermartabat bagi mereka. Oleh sebab itu, Imam Hasan dikenal sebagai Karim Ahlul Bait, yang berarti pemilik sifat dermawan, mulia, dan utama. Kata Karim dalam berbagai ayat dan riwayat adalah sekumpulan keutamaan dan sifat terpuji dan menjadi pembeda seseorang dengan yang lain.

Jalaluddin al-Suyuthi, seorang ulama dan cendekiawan Muslim menulis, “Hasan bin Ali memiliki banyak keluhuran akhlak dan keutamaan insani. Ia adalah seorang pribadi besar, penyabar, penuh ketenangan, dermawan, murah hati, dan sosok yang dipuji oleh masyarakat.”


Kemuliaan sifat dan kesucian jiwa membuat Imam Hasan memiliki kedudukan yang sangat istimewa, di mana Nabi Saw dalam beberapa surat perjanjian mencantumkan nama Hasan sebagai saksi meski ia masih anak-anak. Pada saat Nabi Saw pergi bermubahalah dengan kaum Nasrani Najran, Imam Hasan dan Husein beserta Imam Ali dan Fatimah, diikutsertakan bersamanya atas perintah Allah Swt. Ayat Tathir (ayat 33 surat al-Ahzab) turun untuk memberi kesaksian atas kesucian mereka.

Imam Hasan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melakukan perbuatan baik dan pekerjaan mulia. Beliau telah menginfakkan banyak hartanya di jalan Allah Swt. Sejarah mencatat bahwa Imam Hasan pernah dua kali menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah dengan membantu orang-orang yang membutuhkan. Beliau juga tiga kali mendermakan setengah dari hartanya, separuh untuk dirinya dan setengah lainnya diinfakkan di jalan agama.

Alkisah, suatu hari seorang miskin datang menemui Imam Hasan. Namun karena merasa malu, lisannya tidak sanggup mengutarakan kebutuhannya. Menyaksikan itu, Imam Hasan berkata, “Jika demikian, sampaikanlah kebutuhanmu secara tertulis.”

Orang miskin itu pun langsung melaksanakan perintah Imam. Beliau lalu membaca surat tersebut dan memberinya bantuan dua kali lipat dari permintaannya. Salah seorang yang hadir di sana berkata, “Wahai putra Nabi, betapa berkahnya surat tersebut baginya.” Imam Hasan menjawab, “Keberkahannya lebih besar untuk kami, karena Allah menjadikan kami sebagai orang-orang yang berbuat baik.”

Imam Hasan as adalah pribadi yang sangat agung, penyabar, sangat berwibawa dan teguh pendirian. Ketinggian ilmu dan hikmah beliau membuat kagum siapapun serta sangat bijak dalam memutuskan suatu perkara. Sepanjang hidupnya, Imam Hasan senantiasa berkiprah untuk membimbing dan mencerahkan masyarakat.

Beliau mengajak masyarakat untuk beribadah secara ikhlas dan dalam keadaan bersih, dan beliau sendiri memakai pakaian yang paling bagus untuk menunaikan shalat. Saat ditanya tentang penampilannya itu, Imam Hasan menjawab, “Allah adalah indah dan mencintai keindahan. Untuk itu aku memperindah penampilan di sisi Allah, Dia telah memerintahkan untuk memakai pakailah yang indah setiap memasuki masjid.”

Imam Hasan juga dikenal sebagai sosok yang penyabar, terutama pada masa memimpin dan membimbing umat. Dengan kesabaran ini pula, Imam Hasan berhasil menggagalkan konpsirasi-konspirasi rezim penguasa waktu itu. Pada dasarnya, penandatanganan perjanjian damai dengan Muawiyah merupakan cara lain dari perang melawan kezaliman yang diadopsi oleh pemuda surga itu.


Para sejarawan menulis, “Suatu hari Imam Hasan berjalan di tengah keramaian, tiba-tiba beliau berpapasan dengan orang asing yang berasal dari Syam. Pendatang itu ternyata seorang yang sangat membenci Ahlul Bait Nabi. Mulailah ia mencaci maki Imam Hasan. Beliau tertunduk diam tidak menjawab sepatah kata pun terhadap cacian itu, hingga orang tersebut menuntaskan hinaannya.”

Setelah itu Imam Hasan membalasnya dengan senyuman, lantas mengucapkan salam kepadanya sembari berkata, "Wahai kakek, aku kira engkau seorang yang asing. Bila engkau meminta pada kami, kami akan memberimu. Bila engkau meminta petunjuk, aku akan tunjukkan. Bila engkau lapar, aku akan mengenyangkanmu. Bila engkau tidak punya pakaian, aku akan berikan pakaian. Bila engkau butuh kekayaan, aku akan berikan harta. Bila engkau orang yang terusir, aku akan mengembalikanmu. Dan bila engkau memiliki hajat yang lain, aku akan penuhi kebutuhanmu."

Mendengar jawaban itu, kakek tersebut terperanjat dan terkejut, betapa selama ini ia keliru menilai keluarga Nabi Saw. Sejak saat itu, ia sadar kalau Muawiyah telah menipu dirinya dan masyarakat. Bahkan Muawiyah menyebarkan fitnah tentang ihwal Ali bin Abi Thalib as dan keluarganya.

Terkesima oleh jawaban Imam Hasan, kakek itu pun menangis dan berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah khalifah Allah di muka bumi ini dan sesungguhnya Allah Maha Tahu kepada siapa risalah-Nya ini hendak diberikan. Sungguh sebelum ini engkau dan ayahmu adalah sosok yang paling aku benci dari sekalian makhluk Tuhan. Namun kini engkau adalah pribadi yang paling aku cintai dari segenap makhluk-Nya."

Lelaki tua itu akhirnya diajak oleh Imam Hasan ke rumahnya dan beliau menjamunya sebagai tamu kehormatan hingga ia pamit untuk pulang.

Berikut ini kami kutip dua perkataan hikmah dari Imam Hasan as:

"Memberi sebelum diminta adalah kebesaran jiwa yang teragung."

“Kedudukan utama di sisi Allah adalah milik orang yang paling mengerti dengan hak-hak masyarakat dari semua orang lain dan dalam menunaikan hak-hak tersebut, ia berbuat lebih banyak dari yang lain. Dan barang siapa yang bersikap rendah hati di hadapan saudaranya seiman, Allah akan menempatkannya sebagai Shiddiqin dan Syiah Ali as.” 

 

PBB dan Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) diminta membantu menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya.

Kepala Biro Komunikasi dan Diplomasi Internasional Partai Persatuan Tionghoa Malaysia (MCA), Tee Ching Seng mengatakan setiap organisasi hak asasi manusia tidak boleh menggunakan berbagai dalih kemanusiaan dengan melemparkan tanggung jawab kepada negara-negara tujuan para pengungsi.

Tee Ching, seperti dilansir kantor berita Bernama, Rabu (6/5/2020) menambahkan tidak ada satu negara pun yang dapat memberikan bantuan tanpa henti, apalagi dengan pandemi Covid-19 yang telah melanda seluruh dunia.

Bahkan, lanjutnya, masalah pengungsi Rohingya yang melibatkan konflik etnis di Myanmar berada di luar kemampuan Malaysia untuk menanganinya.

"PBB harus membantu pemerintah Bangladesh untuk meningkatkan fasilitas dan keamanan tempat penampungan bagi Muslim Rohingya yang berjumlah lebih dari satu juta orang di Cox's Bazaar," imbuh Tee Ching.

"Jika PBB berpikir bahwa masa depan orang-orang Rohingya yang kembali ke Myanmar akan suram, maka PBB harus menempatkan mereka secara bertahap di beberapa negara maju serta di negara yang menandatangani Konvensi Pengungsi 1951," tegasnya.

Lebih dari satu juta Muslim Rohingya melarikan diri dari perang dan pembantaian oleh militer Myanmar dan ekstremis Budha di Provinsi Rakhine pada tahun 2017. Mereka sekarang ditampung di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.

PBB menganggap militer Myanmar sebagai pelaku genosida terhadap Muslim Rohingya di negara itu.

Kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh dianggap akan menjadi bom waktu penyebaran virus Corona. Tempat ini tidak memiliki standar kesehatan dan pengungsi juga sangat rentan terhadap wabah Corona.