کمالوندی
Raihlah Tangan-Nya, Niscaya Anda Takkan Pernah Dilepaskan oleh-Nya
Alkisah, seorang gadis bersama ayahnya ingin menyeberangi sebuah jembatan kayu yang sangat sempit. Sang ayah berkata kepada putrinya: “Putriku peganglah tanganku dan bantu aku melewati jembatan ini.”
Gadis itu berkata pada ayahnya: “Saya tidak akan memegang tangan Ayah, tapi Ayah yang seharusnya memegang tangan saya.” Ayahnya berkata: “Kenapa? Apa bedanya? yang penting adalah kau pegang tanganku dan kita pergi bersama melewati jembatan.”
Gadis berkata: “Bedanya adalah jika saya yang memegang tangan Ayah, saya tidak dapat selalu memastikan bahwa tangan Ayah selalu dalam genggaman saya, tapi jika Ayah memegang tangan saya, Ayah sudah pasti tidak akan pernah melepaskannya.”
Cerita diatas sama halnya hubungan kita dengan Tuhan. Saat kita meraih tangan-Nya, kita bisa melepaskan tangan-Nya suatu saat karena kelalaian dan ketidaktahuan kita, tapi jika kita meminta-Nya untuk meraih tangan kita, maka Dia tidak akan pernah meninggalkan kita!
Dan inilah cinta. Berdoalah supaya Tuhan meraih tangan kita.
Hidup di Dunia Tidak Jelas, Hendak Pergi Ke Akhirat juga belum Siap
Pada suatu hari seorang Arif pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat. Semua orang mengenal dia, oleh karena itu, mereka memintanya untuk menjadi imam dan memberikan nasehat kepada para jemaah yang hadir. Setelah menunaikan sholat, sang Arif pun naik ke mimbar untuk memberikan beberapa nasehat hingga semua mata para jemaah pun tertuju ke arahnya.
Setelah mengucapkan bismillah dan memuji Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dia memulai pidatonya dan berkata: “Wahai para hadirin! Barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan hidup hari ini dari pagi hingga petang, berdirilah!”
Setelah tak ada seorangpun berdiri, dia melanjutkan:
“Sekarang, diantara kalian yang telah siap untuk menghadapi kematian silahkan berdiri!
Dan tetap tidak ada satupun dari mereka yang berdiri.
Dia pun berkata: “Saya heran terhadap kalian, kalian tidak yakin akan tinggal, tapi juga belum siap untuk pergi!”
Dunia pun Susah Digapai, Lantas Bagaimana dengan Akhirat?
Alkisah salah seorang Arif bertanya pada salah satu orang kaya: “Apakah Anda menyukai dunia?”, dia menjawab: “Iya, aku sangat mencintainya”, kemudian sang Arif bertanya lagi: “Apakah Anda mencoba mendapatkannya?” Orang kaya itu pun menjawab: “Ya,” lalu sang Arif berkata: “Setelah Anda berusaha, apakah apa yang Anda inginkan sudah Anda dapatkan?” Dia berkata: “Sayangnya, aku belum mendapatkannya sejauh ini.” Arif berkata: “Dengan semua usaha Anda sejauh ini Anda belum mendapatkan dunia, lalu bagaimana bisa Anda mendapatkan akhirat yang Anda tidak mencarinya dan tidak pernah berusaha berjalan menuju kepadanya?
Percayalah, Segala Sesuatu yang Terjadi Pasti Ada Hikmahnya
Alkisah, seseorang telah selamat dari kecelakaan kapal. Dia terdampar di pantai dan pulau yang terpencil. Sayangnya, hanya dia sendiri dari para penumpang yang selamat.
Setiap hari dia duduk di pesisir pantai memandang cakrawala berharap akan ada kapal yang datang menyelamatkannya.
Akhirnya dia lelah dan berputus asa, dia membuat gubuk dari papan kayu untuk melindunginya dari bahaya dan cuaca panas dan dingin.
Namun, ketika malam pertama saat dia mencari makanan, dari kejauhan dia melihat gubuknya terbakar dan asap membumbung ke angkasa. Diapun berfikir bahwa hidupya seakan sudah selesai dan semakin putus asa.
Dia sangat marah dan menjatuhkan dirinya ke tanah seraya berteriak: “Ya Tuhanku, sudah puaskah engkau memperlakukan aku seperti ini?”
Keesokan paginya dia terbangun oleh suara bib sebuah kapal yang mendekat ke pesisir pantai.
Sebuah kapal datang untuk menyelamatkannya. Pria kelelahan itu merasa takjub dan heran.
Para penyelamat berkata: “Atas kehendak Tuhan, kami melihat api yang telah kau nyalakan tadi malam.”
Kisah Kecerdasan Sayyidina Ali bin Abi Thalib (ra)
Alkisah seseorang yang hendak menemui ajalnya berwasiat kepada kerabatnya: “Saya memiliki 17 unta dan 3 anak. Bagilah unta saya sehingga anak laki-laki terbesar mendapatkan warisan setengah darinya dan putra kedua saya mendapatkan sepertiga darinya dan anak kecil saya akan mewarisi sepersembilan dari jumlah total unta.”
Ketika kerabatnya membaca wasiat ini setelah kematiannya, mereka tercengang dan saling berbicara bagaimana kita dapat membagi 17 unta ini dengan cara ini?
Setelah mereka berusaha memikirkannya, mereka sampai pada kesimpulan bahwa hanya satu orang di Arab yang dapat membantu mereka.
Jadi mereka menemui Sayyidina Ali bin Abi Thalib (ra) untuk menyelesaikan masalah mereka. Sayyidina Ali (ra) berkata: Apakah kalian setuju jika saya akan menambahkan unta saya ke unta kalian, lalu saya membaginya? Mereka berkata: “Bagaimana kami tidak setuju?” Semua orang suka jika untanya ditambah.
Kemudian beliau menambahkan untanya ke unta mereka dan memberikan ke putra yang terbesar yang memiliki setengah bagian 9 onta (18:2=9), kepada anak kedua yang memiliki bagian sepertiga 6 onta (18:3=6), dan memberikan kepada anak yang ketiga yang memiliki bagian sepersembilan dua onta (18:9=2).
Dan sampai akhirnya tersisa satu onta yang merupakan milik Sayyidina Ali (ra)
Luar Biasa! Cacing di Dasar Laut pun Turut Mendoakan Orang-Orang yang Beriman
Suatu hari, Nabi Sulaiman (as) duduk di tepi laut, pandangannya tertuju pada semut yang sedang membawa biji gandum ke laut. Nabi Sulaiman masih melihat ke arahnya saat dia berada di dekat air. Pada saat itu juga tiba-tiba seekor katak muncul dari air dan membuka mulutnya, semut itu masuk ke mulutnya, kemudian katak itu masuk ke air.
Nabi Sulaiman sejenak memikirkannya dan terheran-heran, tiba-tiba dia melihat kepala katak muncul dari air dan membuka mulutnya, semut itu pun keluar dari mulutnya, tapi dia tidak membawa gandum. Nabi Sulaiman memanggil semut itu dan memintanya untuk menceritakan apa yang telah terjadi padanya.
Semut berkata: “Wahai Nabi Allah SWT, di kedalaman laut ini ada sebuah batu berlubang yang hidup seekor cacing di dalamnya. Allah SWT menciptakannya di sana, dan cacing tersebut tidak dapat meninggalkan tempat tersebut, oleh karena itu saya yang membawakan makanannya kesana, Allah SWT telah memerintahkan katak ini untuk membawa saya kepada cacing itu guna mengantarkan makanan untuknya.
Katak ini membawa saya ke sisi lubang yang ada di batu dan meletakkan mulutnya ke lubang itu dan saya keluar dari mulutnya lalu menemui cacing dan meletakkan gandum disebelahnya, kemudian saya kembali ke mulut katak yang sama yang menungguku, lalu dia berenang dalam air dan membawa saya ke permukaan air dan dia membuka mulutnya dan akhirnya saya pun keluar dari mulutnya.”
Nabi Sulaiman berkata kepada semut: “Saat Anda membawakan gandum buat cacing itu, apakah Anda mendengar dia mengatakan sesuatu?”
Semut mengatakan bahwa dia berkata: “Wahai Allah SWT yang tidak melupakan rezekiku yang ada didalam batu di dasar laut ini, janganlah lupakan rahmat Anda terhadap hamba-hamba-Mu yang beriman.”
Semakin Anda Terhimpit, Sebenarnya Semakin Besar Peluang Cakrawala Kesuksesan Anda Menanti
Suatu hari, ada seorang murid dan guru bijak sedang dalam perjalanan. Di tengah perjalanan mereka tersesat dan berusaha menemukan jalan sampai tengah malam, akan tetapi masih belum menuai hasil . Tiba-tiba dari kejauhan mereka melihat sebuah cahaya, dengan segera mereka menghampiri cahaya tersebut. Disana mereka melihat seorang wanita bersama dengan beberapa anaknya tinggal dalam sebuah tenda sederhana.
Akhirnya mereka menjadi tamu wanita itu. Wanita itu menjamu kedua tamunya dengan susu dari kambing satu-satunya yang dia miliki untuk menghilangkan rasa lapar mereka. Keesokan harinya sang guru dan murid berterima kasih kepada wanita itu dan melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, murid selalu memikirkan wanita itu dan bagaimana mereka bisa hidup dengan seekor kambing, mereka berharap dapat membantu wanita tersebut, akhirnya dia memberi tahu gurunya mengenai hal tersebut. Guru bijak setelah sejenak berfikir menjawab: “Jika Engkau benar-benar ingin membantu mereka kembali dan bunuhlah kambing mereka!”
Pada awalnya murid sangat terkejut, tapi karena dia percaya pada gurunya, dia tidak mengatakan apapun, dan dia kembali dan pada malam hari dalam kegelapan dia membunuh kambing itu dan pergi.
Bertahun-tahun berlalu, sang murid selalu bertanya-tanya bagaimana nasib wanita beserta anak-anaknya sekarang.
Pada suatu hari, murid dan guru memasuki sebuah kota yang indah yang secara komersial merupakan pusat bisnis daerah tersebut. Mereka mencari seorang pengusaha besar di kota itu, orang-orang setempat membawa mereka ke sebuah istana di kota tersebut.
Pemilik istana adalah seorang wanita dengan pakaian yang sangat mewah yang memilki pelayan yang banyak sekali, yang menurut kebiasaannya dia biasa menyambut dengan hangat dan menjamu para tamu, dia memerintahkan para pelayannya untuk memakaikan tamunya baju baru dan memberikan tempat istirahat dan pelayanan kepada mereka.
Setelah beristirahat, mereka menemui wanita tersebut dan memintanya untuk mengatakan apa rahasia kesuksesannya. Wanita itu setelah melihat mereka adalah seorang murid dan guru bijak mengabulkan permintaan mereka dan menceritakan ceritanya sebagai berikut:
Beberapa tahun yang lalu, saya kehilangan suami dan tinggal bersama beberapa anak saya dan satu-satunya yang kami miliki untuk meneruskan kehidupan kami adalah seekor kambing. Suatu pagi kita melihat bahwa kambing kita sudah mati dan kita sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Awalnya kami sangat sedih, tapi setelah beberapa lama kami terpaksa harus bekerja sama satu sama lain untuk melanjutkan hidup kita.
Awalnya sangat sulit, tapi lambat laun masing-masing dari anak saya meraih keberhasilan dalam pekerjaan mereka. Putra sulungku berhasil membeli tanah pertanian di daerah sekitar. Putra saya yang lain menemukan mineral logam mulia, dan anak yang satu lagi mulai berdagang dengan suku-suku sekitarnya. Setelah beberapa waktu ,akhirnya melalui kekayaan yang kita miliki kami membangun sebuah kota dan tinggal berdekatan.
Murid yang mengetahui rahasia dari masalah ini meneteskan air mata karena sangat bahagia.
Adapun salah satu hikmah yang dapat diambil dari cerita ini adalah:
Masing-masing dari kita memiliki ‘seekor kambing’ yang bisa menghalangi kesuksesan kita, jika kita tidak merasa cukup dengannya, maka kita harus mengorbankannya untuk meraih kesuksesan dan kedudukan yang lebih baik.
Jawaban Telak untuk Raja dari Orang Gila
Alkisah, seorang Raja seperti biasa pergi untuk berburu dan saat tiba di luar kota, dia melihat orang gila yang medudukkan seekor anjing disebelahnya dan bercanda dengannya.
Raja berkata kepada salah satu Menterinya: “Coba pikirkan, jika kita luangkan waktu sejenak untuk bercanda dengan orang gila ini, kita pasti akan mendapatkan kesenangan.”
Menteri berkata: “Tuan! Saya takut dia akan berbuat tidak sopan yang akan membuat Anda marah nantinya.”
Raja berkata: “Jangan khawatir!” Kemudian Raja pun mendekati orang gila tersebut.
Raja berkata: “Wahai orang yang merdeka!” Apakah Anda lebih baik atau anjing Anda?
Orang gila menjawab: “Anjing ini tidak pernah melanggar perintahku, oleh karena itu, jika Raja dan Pengemis mamatuhi perintah Tuhan, maka dia berdua akan lebih baik dari pada anjing ini, dan jika mereka tidak taat, anjing akan lebih baik dari pada keduanya.”
Raja pun malu dan tidak bisa menjawab, kemudian sang Raja meninggalkan pengemis itu dan melanjutkan perjalannya.
Peralatan Termahal dan Tertua Iblis untuk Menjerumuskan Manusia
Dikisahkan bahwa suatu hari iblis yang berniat untuk melepas pekerjaannya menjelajahi segala tempat karena ingin menjual peralatannya dengan harga murah disertai diskon. Dia memamerkan peralatannya dengan jelas. Peralatan ini mencakup keegoisan, nafsu, kebencian, kemarahan, penghinaan, kecemburuan, perebutan kekuasaan dan kejahatan lainnya. Tapi di antara peralatan ini ada yang sangat sering digunakan dan sangat tua yang tampaknya Iblis tidak akan menjualnya dengan harga murah.
Hingga kemudian datanglah seseorang dan bertanya kepadanya: “Alat ini apa namanya?”
Iblis menjawab: “Ini adalah berputus asa akan kemampuan dan dari rahmat Allah.”
Orang tersebut berkata: “Kenapa harganya mahal sekali.”
Iblis tersenyum misterius dan menjawab: “Karena ini adalah alat andalanku dan paling efektif, jika peralatan lainnya sudah tidak bekerja, maka dengan alat ini saya bisa memasuki hati manusia dan melakukan sesuatu. Hanya dengan membuat orang tersebut berputus asa, tertekan, kecewa, maka dengan begitu saya bisa melakukan apapun terhadapnya. Saya menggunakan perangkat ini untuk semua manusia. Itu sebabnya usianya sangat tua.”
Siti Fathimah Az-Zahra Yang Akhlaknya Mirip Nabi Saw
Suatu ketika, di hari pernikahan Siti Fathimah az-Zahra dengan sayidina Ali bin Abi Thalib, ketika semua orang berbahagia, datang seorang perempuan faqir meminta bantuan pada hadirin. Namun tidak ada yang memberikan batuan padanya.
Lalu, siti Fathimah az-Zahra melihat peristiwa ini. Kemudian ia pergi dari keramaian ke rumah sayidina Ali, setelah itu dia melepaskan baju pengantinnya dan memakai pakaian lamanya.
Kemudian siti Fathimah datang menghampiri wanita faqir dan memberikan pakaian pengantinnya untuk dijual di pasar sehingga uangnya bisa ia gunakan.
Ketika Baginda Nabi Muhammad saw mendegar hal ini, lalu beliau bertanya pada anak semata wayangnya, Fathimah.
“Wahai anak ku yang tersayang! Kenapa engkau melakukan hal ini, memberikan gaun pengantinmu di hari pernikahan mu?”
Kemudian siti Fathimah menjawab, “Aku ingin mengamalkan apa yang engkau sabdakan untuk menginfakkan apa yang kalian cintai pada yang membutuhkan.”
لَنْ تَنالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَ ما تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَليمٌ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang engkau infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. “ (Surah Ali Imran, ayat 92)



























