کمالوندی
Ini Reaksi Rusia Soal Kesepakatan Turki-AS di Suriah
Pemerintah Rusia menunggu detail kesepakatan antara Turki dan Amerika Serikat terkait pemberlakuan gencatan senjata di utara Suriah.
Fars News (18/10/2019) melaporkan, Rusia, Jumat (17/10) dinihari mereaksi kesepakatan Amerika dan Turki seputar gencatan senjata di utara Suriah.
Kremlin mengumumkan, kami meminta Turki memberikan detail kesepakatan Ankara-Washington terkait situasi di utara Suriah.
Wakil Presiden Amerika, Mike Pence, Kamis (16/10) mengatakan, Turki dan Amerika mencapai sebuah kesepakatan tekait pemberlakuan gencatan senjata lima hari di utara Suriah.
Pence yang bersama Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo berkunjung ke Turki menuturkan, penghentian operasi militer Turki akan berlangsung selama 12 jam, dan pada saat yang sama Amerika akan membantu mengevakuasi pasukan Unit Proteksi Rakyat, YPG ke wilayah aman. Setelah tahap ini selesai, Turki sepakat untuk memberlakukan gencatan senjata permanen.
Namun Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu secara terpisah mengatakan bahwa ini bukanlah gencatan senjata tapi penundaan operasi militer, dan Turki akan melanjutkan operasinya untuk mengontrol wilayah perbatasan Suriah.
Protes Kehadiran Militer, Mahasiswa Korsel Panjat Rumah Dubes AS
Sekelompok mahasiswa Korea Selatan memprotes penempatan pasukan Amerika Serikat di negara mereka dengan memanjat dan memasuki halaman rumah duta besar Amerika di Seoul.
Fars News (18/10/2019) melaporkan, hari Jumat (18/10) 19 orang mahasiswa Korea Selatan ditangkap aparat keamanan karena memanjat tembok dan memasuki rumah dubes Amerika di kota Seoul.
Sebagaimana dilaporkan Reuters, kelompok mahasiswa yang menamakan diri 'koalisi mahasiswa progresif' itu memajang foto-foto mereka saat memanjat rumah dubes Amerika, Harry Harris di laman Facebook.
Mereka memprotes penambahan 500 persen biaya penempatan 28.500 pasukan Amerika di Korea Selatan.
Para mahasiswa Korsel meneriakkan kata-kata 'stop intervensi urusan dalam negeri kami, dan 'pergi kalian, kami tak butuh pasukan Amerika'.
Erdogan: Pasukan Turki tak akan Tinggalkan Utara Suriah
Presiden Turki meski menerima gencatan senjata, namun mengatakan bahwa pasukan negara itu tidak akan meninggalkan kota Raqqa dan Hasakah, utara Suriah.
IRNA (18/10/2019) melaporkan, Recep Tayyip Erdogan, Jumat (18/10) membantah laporan terkait pelanggaran gencatan senjata dan penembakan yang dilakukan militer Turki di tenggara Suriah. Ia mengaku laporan tersebut adalah berita yang direkayasa.
Presiden Turki menegaskan, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata sementara antara Turki dan Amerika Serikat, pasukan Turki tidak akan keluar dari wilayah-wilayah yang dikuasainya di tenggara Suriah.
Ia menambahkan, zona yang akan diumumkan Turki sebagai zona aman berjarak 32 kilometer, bukan 22 kilometer.
Surat Shaad ayat 84-88
قَالَ فَالْحَقُّ وَالْحَقَّ أَقُولُ (84) لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ أَجْمَعِينَ (85)
Allah berfirman, “Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan.” (38: 84)
Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya. (38: 85)
Pada pembahasan sebelumnya telah dikupas mengenai permohonan Iblis kepada Allah swt supaya diberi umur panjang untuk membalas dendam kepada manusia dengan menyesatkannya dari jalan kebenaran.
Di ayat ini, Allah swt menjawab permohonan Iblis dengan berfirman bahwa manusia yang mengikuti setan hanya orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya saja. Tapi manusia yang berpegang pada akal dan fitrah suci ilahi tidak akan terpengaruh godaan setan. Mereka tidak akan terpengaruh bisikan iblis, karena mengikuti jalan kebenaran ilahi dan di hari kiamat kelak akan selamat dari api neraka.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah swt sebagai pemilik dan sumber kebenaran. Oleh karena itu, segala yang datang dari Tuhan seluruhnya kebenaran.
2. Pada hari Kiamat kelak setiap kelompok akan dibangkitkan sesuai dengan apa yang diikutinya. Orang-orang baik akan berada bersama orang baik, dan sebaliknya.
قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ (86) إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ (87) وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ (88)
Katakanlah (hai Muhammad), “Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas dakwahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (38: 86)
Al-Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (38: 87)
Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita al-Quran setelah beberapa waktu lagi.” (38: 88)
Ayat penutup surat Shad ini menjelaskan sejumlah masalah penting berkaitan dengan tujuan diutusnya Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah swt dan tujuan diturunnya al-Quran. Ayat ini bertentangan dengan klaim para pembohong yang mengaku sebagai utusan Tuhan dengan motif untuk memenuhi kepentingan dunianya. Tapi para Nabi sejati, termasuk Nabi Muhammad Saw tidak mengharapkan apapun, baik ganjaran moral maupun material dari manusia.
Para Nabi menyampaikan risalah ilahi kepada umat manusia dengan tidak menambah maupun menguranginya sesuai wahyu yang mereka terima dari Allah swt. Hal ini juga membantah pandangan sebagian pihak yang menyebut para Nabi adalah orang-orang baik yang melakukan perbuatan baik atas nama Tuhan supaya mendorong orang lain melakukannya.
Sejatinya, perilaku para Nabi di tengah masyarakat seluruhnya baik, bahkan para penentangnya sekalipun tidak bisa menemukan titik lemah dari perilakunya. Sebab, mereka akan membesar-besarkan setiap perbuatan kecil yang menjadi kelemahan para utusan Allah itu.
Para Nabi tidak mengharapkan imbalan materi maupun pujian manusia dalam menjalankan misinya. Bahkan sebaliknya, mereka justru menghadapi berbagai hinaan hingga ancaman mati dari sebagian orang ketika itu. Meskipun demikian, para Nabi tetap teguh menjalankan perintah Allah swt dalam menyampaikan risalah-Nya.
Ayat ini menjelaskan tujuan diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab suci untuk mengingatkan manusia supaya tidak lalai dan membimbing mereka menuju jalan kebenaran. Kelalaian disebabkan keterikatan manusia terhadap urusan dunia yang menjadikannya melupakan kehidupan abadi setelah kematian.
Di bagian ayat yang menjadi penutup surat Shad, Nabi mengatakan, Jika tidak beriman dan tidak mengabaikan masalah ini, maka dalam waktu dekat hak akan terbukti. Tapi ketika itu tidak ada manfaatnya lagi. Sebab tidak ada jalan untuk menebusnya.
Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang-orang yang menyampaikan dakwah harus mengikuti jejak para Nabi dengan tidak mengharapkan sedikitpun imbalan materi maupun pujian dari masyarakat. Hal ini menjadi syarat yang diperlukan bagi para mubaligh.
2. Ajaran agama Islam harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan bisa dijalankan oleh masyarakat. Jika tidak justru akan menjadi beban dan menyebabkan manusia menjauh dari agama.
3. Risalah Nabi Muhammad Saw dan al-Quran bersifat universal dan tidak dibatasi oleh geografi khusus, serta tidak dikhususkan untuk bangsa tertentu, maupun orang-orang yang hidup sezaman dengan Rasulullah saja.
4. Al-Quran adalah kitab suci ilahi yang memberikan nasihat kepada manusia supaya tidak lalai dalam kehidupannya.
5. Kebenaran Al-Quran dan ajaran Nabi Muhammad terbukti hingga kini yang melampaui zamannya, meskipun sebagian manusia menolak dan menentang ajaran tersebut.
Surat Shaad ayat 79-83
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81)
Iblis berkata, “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.” (38: 79)
Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. (38: 80)
Sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” (38: 81)
Pada pembahasan sebelumnya telah dikupas mengenai sikap Iblis yang tidak mau bersujud kepada Adam, padahal Allah swt telah memerintahkannya. Masalah Iblis bukan sekedar tidak bersedia untuk bersujud kepada Adam, tapi berupaya untuk menjustifikasi sepak terjangnya yang menentang perintah Allah tersebut.
Alih-alih bertaubat atas perbuatan dosanya itu, Iblis justru mengatakan bahwa dirinya tidak mau bersujud kepada Adam karena merasa lebih utama darinya. Perbuatan Iblis tersebut menjadikannya dikeluarkan dari barisan malaikat.
Di ayat ini, Iblis meminta penangguhan waktu kepada Allah swt hingga hari Kiamat dan usianya dipanjangkan hingga akhir zaman. Panangguhan waktu ini dilakukan Iblis bukan untuk menebus dosanya, tapi justru untuk membalas dendam kepada manusia dengan menggodanya supaya tergelincir dari jalan kebenaran. Iblis kembali melakukan kesalahan dengan menyalahkan manusia yang menurutnya menjadi penyebab keluar dari surga.
Penangguhan waktu yang diminta Iblis akhirnya dikabulkan oleh Allah swt hingga waktu yang ditentukan-Nya, bukan hari Kiamat. Maksud dari waktu ini adalah akhir kehidupan manusia di muka bumi, atau hari kemenangan hujah terakhir Allah swt di dunia ini, yaitu Imam Mahdi.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sifat sombong dan takabur menyebabkan Iblis meminta penangguhan waktu untuk membalas dendam kepada manusia, dari pada memohon ampunan dari Allah swt.
2. Allah swt dengan mudah memberikan umur yang panjang kepada sebagian makhluk hidup dengan mempertimbangkan kemaslahatannya.
3. Masalah iblis bukan tidak mengenali Allah maupun Kiamat, tapi sifat takabur yang menyebabkannya menentang perintah Allah swt.
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)
Iblis menjawab, “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. (38: 82)
Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (38: 83)
Setan meminta umur panjang kepada Allah swt bukan untuk menebus kesalahannya, tapi untuk menggoda manusia dan menyelewengkan jalan hidupnya.
Di ayat ini, setan bersumpah dengan kekuasaan Allah akan menyesatkan semua manusia demi menunjukkan bahwa manusia lemah dan tidak berdaya menghadapi ajakannya.Tapi setan tidak berhasil menyelewengkan jalan orang-orang yang ikhlas beribadah kepada Allah swt. Sebab, hamba-hamba Allah yang Mukhlis tidak akan terpengaruh oleh godaan setan. Masalah ini juga ditegaskan di ayat 20 surat Saba yang menegaskan bahwa sebagian manusia tidak terpengaruh oleh godaan setan.
Mengenai hikmah diberikannya penangguhan waktu dari Allah swt kepada iblis dengan memberinya umur panjang yang dipergunakan untuk menggoda manusia, terdapat sejumlah pendapat. Tapi secara umum menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai makhluk bebas dan memiliki ikhtiar untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Di sisi lain, Allah swt menghendaki manusia mencapai kesempurnaan yang diperoleh dengan kerja keras dan usaha tak kenal henti. Sebab, untuk mencapai kesempurnaan dalam masalah ilmu pengetahuan saja membutuhkan kerja keras dan menempuh berbagai rintangan yang menghadang, demikian juga dengan kesempurnaan spiritual manusia.
Setan menggoda manusia dengan mempengaruhi hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Sebagian manusia mengikuti ajakan setan dan menjadi pengikutnya. Tapi sebagian lain tetap teguh menempuh jalan kebenaran, tanpa memperdulikan bisikan setan.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia sepanjang hidupnya senantiasa berada dalam bahaya godaan setan, dan jangan pernah melalaikannya. Sebab iblis bersumpah untuk menyelewengkan manusia dari jalan kebenaran.
2. Terkadang sebuah dosa menjadi pembuka dari dosa lainnya yang lebih besar. Setan melakukan dosa karena tidak mau bersujud kepada Adam, meskipun diperintah oleh Allah swt. Dosa ini menjadi pembuka bagi dosa lain yang lebih besar dengan menjadi penggoda manusia sepanjang zaman.
3. Menyucikan diri dari selain Allah dan ikhlas dalam beramal menjadi syarat keterjagaan manusia dari godaan setan.
Surat Shaad ayat 75-78
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (75) قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (76)
Allah berfirman, “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" (38: 75)
Iblis berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (38: 76)
Pada pembahasan sebelumnya telah dikupas mengenai perintah Allah swt kepada malaikat supaya bersujud kepada manusia pertama. Seluruh malaikat bersujud kepada Adam karena menaati perintah Allah. Tapi iblis menolak menaati perintah Allah tersebut.
Sifat sombong dan takabur yang ada dalam diri Iblis menyebabkan turun derajat dari posisi sebagai makhluk yang taat dan rajin beribadah menjadi makhluk yang menentang Allah swt.
Iblis tidak mau bersujud kepada Adam karena merasa lebih unggul disebabkan diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Menurutnya, api lebih utama dari tanah. Oleh karena itu mereka tidak mau bersujud kepada Adam, meskipun itu perintah Allah swt langsung.
Mengenai perbandingan yang dikemukakan iblis ini terdapat sejumlah poin yang bisa kita soroti antara lain:
Pertama, perbandingan ini tidak memiliki dasar yang kuat. Sebab secara logis dan rasional tidak ada yang bisa membuktikan bahwa api lebih utama dari tanah.
Kedua, anggap saja seandainya iblis lebih utama dari Adam, ia tentu tidak akan membantah perintah Allah swt yang memerintah untuk bersujud kepada Adam.
Ketiga, perintah bersujud kepada Adam bukan karena jasmaninya yang dibuat dari tanah, tapi karena ruhaninya yang ditiupkan dengan ruhani ilahi. Dari aspek inilah manusia lebih utama dari makhluk lainnya.
Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang-orang yang bersalah dan kriminal harus diberikan kesempatan untuk menyampaikan motif dan akar kejahatan yang mereka lakukan.
2. Penciptaan manusia berbeda dengan makhluk lainnya, tidak hanya dengan hewan maupun makhluk hidup lainnya di muka bumi, tapi juga berbeda dengan malaikat di langit dan jin yang tidak kelihatan. Semua makhluk tidak akan mencapai kedudukan tinggi yang diraih manusia.
3. Setiap perintah Allah swt harus ditaati, dan jangan dibantah dengan dalih yang tidak benar dan tidak rasional, apalagi mencari-cari alasan.
4. Akar dari segala bentuk penentangan terhadap aturan Allah swt adalah kesombongan dan ketakaburan sebagaimana iblis.
5. Rasisme dan merasa lebih unggul dari sisi ras maupun suku sebagai bentuk pandangan keliru yang mencontoh perilaku iblis.
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (77) وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (78)
Allah berfirman, “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. (38: 77)
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” (38: 78)
Walaupun iblis yang berasal dari kalangan jin pernah masuk jajaran malaikat karena ketaatannya dalam beribadah selama bertahun-tahun. Tapi penentangannya terhadap perintah Allah yang tidak mau bersujud kepada Adam karena sombong dan takabur, menjadikan kedudukan iblis terjatuh.
Perjalanan iblis seperti orang yang berusaha untuk mencapai puncak gunung dan melalui berbagai rintangan besar yang menghadang dan akhirnya hampir mencapai tujuan. Namun mendekati puncak gunung, ia terlena dan merasa besar kepala hingga akhirnya terjatuh. Iblis juga demikian, kedudukannya di hadapan Allah swt terjatuh dari tempat yang tinggi menuju tempat terendah karena kesombongannya.
Berdasarkan ayat ini, iblis dikutuk oleh Allah swt hingga hari Kiamat. Dari sini muncul pertanyaan, bagaimana bisa sebuah perintah, itupun bersujud kepada Adam bukan kepada Allah swt, menyebabkan iblis demikian?
Menjawab pertanyaan tersebut, penentangan terhadap perintah Allah swt merupakan perbuatan buruk. Nabi Adam juga dikeluarkan dari taman surga karena memakan buah terlarang. Tapi keduanya memiliki perbedaan. Nabi Adam tidak berdalih untuk menjustifikasi kesalahannya, sedangkan iblis melakukan sebaliknya.
Nabi Adam memohon ampunan dari Allah swt atas perbuatan salahnya. Tapi iblis tetap merasa benar atas apa yang dilakukannya, karena merasa lebih unggul dan lebih baik dari Adam, sehingga dikutuk oleh Allah swt.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Takabur, sombong dan berbangga diri hanya akan menjadikan manusia jatuh dan tidak akan mendapatkan rahmat ilahi.
2. Unsur-unsur yang buruk dalam masyarakat dan orang-orang yang menentang aturan ilahi harus dibersihkan. Orang-orang yang bersih dan beriman harus melakukannya dengan benar dan tepat.
3. Orang-orang yang memiliki sifat laksana setan seperti hasud, takabur dan lainnya harus dijauhkan dari lingkungan masyarakat.
Surat Shaad ayat 67-74
قُلْ هُوَ نَبَأٌ عَظِيمٌ (67) أَنْتُمْ عَنْهُ مُعْرِضُونَ (68) مَا كَانَ لِيَ مِنْ عِلْمٍ بِالْمَلَإِ الْأَعْلَى إِذْ يَخْتَصِمُونَ (69) إِنْ يُوحَى إِلَيَّ إِلَّا أَنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ (70)
Katakanlah, “Berita itu adalah berita yang besar. (38: 67)
yang kamu berpaling daripadanya. (38: 68)
Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang al mala'ul a'la (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan. (38: 69)
Tidak diwahyukan kepadaku, melainkan bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.” (38: 70)
Di ayat sebelumnya telah dibahas mengenai surga dan neraka, serta kondisi orang-orang yang berada di dalamnya. Di ayat ini akan dikupas mengenai masalah ghaib yang hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul Allah swt, sebagaimana diterima Nabi Muhammad Saw dalam bentuk kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, sejak awal Allah swt menurunkan ayat ini kepada Nabi Muhammad Saw supaya menyampaikan Al-Quran sebagai berita besar, tapi orang-orang kafir menolak untuk mendengarkannya dan menentang seruan utusan Allah.
Ketika itu, Rasulullah Saw mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui masalah ghaib, kecuali wahyu yang disampaikan Allah swt. Hal ini sebagaimana ketidaktahuan beliau terhadap masalah penciptaan Nabi Adam yang dipersoalkan oleh Malaikat, tapi Allah swt memberikan pengetahuan kepada Nabi Muhammad Saw mengenai masalah tersebut.
Dari empat ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam masalah akidah, pandangan masyarakat tidak bisa menjadi acuan benar atau tidaknya keyakinan yang mereka anut.
2. Sumber pengetahuan para Nabi dan Rasul dalam urusan ghaib adalah wahyu dari Allah swt. Oleh karena itu, pengetahuan yang dimiliki para Nabi dalam urusan ghaib sesuai yang mereka terima dari Allah swt.
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ (71) فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (72)
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” (38: 71)
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (38: 72)
Melanjutkan ayat sebelumnya, di ayat ini diawali dengan dialog antara malaikat dengan Allah swt mengenai penciptaan manusia. Allah swt berfirman kepada malaikat tentang penciptaan manusia dari tanah yang berbeda denga makhluk lainnya. Setelah manusia tercipta, makhluk lain harus bersujud kepadanya.
Jasmani manusia yang terbuat dari tanah dan air merupakan masalah yang jelas. Sebab seluruh bahan utama yang membentuk tubuh manusia terbuat dari tanah, baik langsung maupun tidak langsung. Masalah hakikat manusia yang terletak pada ruhaninya menunjukkan kemuliaan manusia, dan kedudukan khususnya di alam semesta ini. Sebab, manusialah yang diberi amanat oleh Allah swt untuk mengelola alam semesta ini.
Maksud dari Allah swt meniupkan ruh di ayat ini bahwa sumber ruh manusia berasal dari alam yang tinggi, bukan dari alam tanah ini. Dengan kata lain, Allah swt menganugerahkan sifat-sifat ilahi kepada manusia. Misalnya Allah swt memiliki sifat seperti berilmu, kuasa, memberi rahmat dan sifat lainnya. Tapi sifat-sifat yang dimiliki manusia terbatas, sedangkan sifat Allah swt tidak terbatas.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Malaikat diciptakan lebih awal dari manusia. Meskipun demikian, Allah swt menciptakan manusia sebagai makhluk yang lebih utama dari malaikat.
2. Manusia adalah makhluk yang memiliki dua dimensi, jasmani dan ruhani. Dimensi ruhani manusialah yang menyebabkan malaikat bersujud kepada manusia.
3. Bersujud kepada selain Allah swt tidak diperbolehkan, kecuali atas izin-Nya. Malaikat bersujud kepada Nabi Adam as atas perintah Allah swt, sebagai bentuk kepatuhan kepada perintah ilahi, bukan menyembah Adam.
فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (73) إِلَّا إِبْلِيسَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (74)
Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya. (38: 73)
Kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir. (38: 74)
Berdasarkan ayat al-Quran, malaikat adalah makhluk yang menaati Allah swt, dan tidak pernah sekalipun membantah perintah-Nya. Oleh karena itu ketika Allah swt memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam, mereka segera melaksanakannya. Tapi iblis berbeda. Mereka tidak menaati perintah Allah supaya bersujud kepada Adam, karena merasa lebih unggul dan utama dari manusia.
Iblis takabur dan sombong sehingga tidak mau bersujud kepada Adam meskipun itu perintah Allah swt. Sebab mereka merasa lebih unggul karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Penentangan Iblis atas perintah Allah swt yang menyuruh bersujud kepada Adam menjadikan mereka turun derajat dari golongan orang-orang yang taat menjadi golongan kafir.
Jika iblis termasuk golongan malaikat, maka ia pasti akan menaati perintah Allah. Berdasarkan ayat al-Quran, Iblis termasuk golongan jin, sebab jin seperti manusia yang sebagian taat dan sebagian golongan tidak taat kepada perintah Allah swt. Dalam riwayat disebutkan bahwa iblis pernah masuk dalam barisan para malaikat karena ketaatannya dan ibadahnya. Tapi kemudian berubah kedudukan mereka, karena menolak menaati perintah Allah swt supaya bersujud kepada Nabi Adam as.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Takabur dan sombong bisa menyebabkan manusia mengalami kehancuran, meskipun sudah melakukan perbuatan baik sebelumnya.
2. Berada di antara orang-orang yang baik bukan jaminan bagi keselamatan diri manusia, sebab setiap orang harus mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya masing-masing. Oleh karena itu, anak-anak Nabi dan Rasul Allah bisa saja tersesat masuk di jurang kehancuran akibat perbuatannya sendiri.
Surat Shaad ayat 59-66
هَذَا فَوْجٌ مُقْتَحِمٌ مَعَكُمْ لَا مَرْحَبًا بِهِمْ إِنَّهُمْ صَالُوا النَّارِ (59) قَالُوا بَلْ أَنْتُمْ لَا مَرْحَبًا بِكُمْ أَنْتُمْ قَدَّمْتُمُوهُ لَنَا فَبِئْسَ الْقَرَارُ (60) قَالُوا رَبَّنَا مَنْ قَدَّمَ لَنَا هَذَا فَزِدْهُ عَذَابًا ضِعْفًا فِي النَّارِ (61)
(Dikatakan kepada mereka), “Ini adalah suatu rombongan (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka).” (Berkata pemimpin-pemimpin mereka yang durhaka), “Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka.” (38: 59)
Pengikut-pengikut mereka menjawab, “Sebenarnya kamulah. Tiada ucapan selamat datang bagimu, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat menetap.” (38: 60)
Mereka berkata (lagi), “Ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka.” (38: 61)
Ahli tidak akan menerima sambutan saat memasuki Jahannam, tetapi mereka justru menerima celaan dan hinaan. Berdasarkan ayat-ayat al-Quran, para pemimpin kafir mencela orang-orang yang menjadi pengikutnya, dan para pengikut mereka juga mengecam pemimpinnya karena telah menyeret mereka ke neraka.
Para penjaga neraka berkata kepada pemimpin kaum kafir dan musyrik, "Mereka adalah para pengikut kalian di dunia yang sedang memasuki neraka bersama kalian berdesak-desakan. Mereka adalah pengikut kalian dan akan berkumpul bersama kalian di neraka."
Para pemimpin kafir berkata, "Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka." Umat mereka menjawab, "Sebenarnya kamulah. Tiada ucapan selamat datang bagimu, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat menetap."
Mereka kemudian meminta kepada Tuhan untuk melipatgandakan azab kepada para pemimpinnya karena telah menjerumuskan mereka ke neraka.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para penghuni neraka saling mencela dan saling membenci di dalamnya. Setiap golongan menyalahkan golongan lain dan mereka saling lempar tanggung jawab.
2. Kiamat adalah manifestasi dari amal perbuatan manusia selama di dunia. Mereka akan menyaksikan hasil dari perbuatannya di sana.
3. Dosa seseorang tidak bisa dilimpahkan ke pundak orang lain. Meskipun para pemimpin kafir bersalah dan menerima azab yang lebih berat, tapi bukan berarti para pengikut mereka akan terbebas dari tanggung jawab. Mereka juga bersalah karena mengikuti orang-orang sesat tanpa penalaran. Oleh karena itu, kedua golongan akan memperoleh siksaan di neraka.
وَقَالُوا مَا لَنَا لَا نَرَى رِجَالًا كُنَّا نَعُدُّهُمْ مِنَ الْأَشْرَارِ (62) أَتَّخَذْنَاهُمْ سِخْرِيًّا أَمْ زَاغَتْ عَنْهُمُ الْأَبْصَارُ (63) إِنَّ ذَلِكَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ أَهْلِ النَّارِ (64)
Dan (orang-orang durhaka) berkata, “Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia) kami anggap sebagai orang-orang yang jahat (hina). (38: 62)
Apakah kami dahulu menjadikan mereka olok-olokan, ataukah karena mata kami tidak melihat mereka?” (38: 63)
Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni neraka. (38: 64)
Para penghuni neraka menganggap dirinya sebagai tokoh dan panutan selama di dunia. Mereka mengira golongan yang beriman sebagai orang yang hina, rendah, aib masyarakat, dan orang bodoh. Mereka selalu mengejek dan menghina orang-orang yang beriman.
Mereka berharap akan menyaksikan orang-orang mukmin bersamanya di neraka. Namun, ketika tidak menemukan orang-orang mukmin di sana, mereka berkata, "Apakah kami telah menghina mereka secara keliru dan mereka sekarang berada di surga? Atau mereka juga berada di neraka, tetapi kami tidak bisa melihatnya?"
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang-orang yang dihina di dunia justru mereka termasuk golongan yang selamat pada hari kiamat. Mereka menjadi penghuni surga, sementara orang-orang yang menghina mereka berada di neraka.
2. Kita tidak boleh menilai orang lain hanya dari segi lahiriyah. Orang yang dianggap hina di dunia, kadang justru akan memiliki kedudukan yang tinggi di hari kiamat kelak.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (65) رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ (66)
Katakanlah (ya Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan. (38: 65)
Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (38: 66)
Allah Swt memerintahkan Rasul-Nya untuk berkata kepada kaum musyrik dan kafir bahwa "Aku memberi peringatan kepada kalian agar mengambil ibrah dari kaum terdahulu serta meninggalkan kesyirikan dan kekufuran. Ketahuilah, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa dan tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya. Dia adalah pencipta langit dan bumi dan pengatur semua urusan alam, namun Dia juga maha pengampun dan mengampuni para pendosa yang bertaubat."
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di samping kabar gembira, kalimat peringatan juga harus ada sehingga tabir kelalaian tersingkap dari hati manusia. Karena manusia menghadapi banyak bahaya dan godaan dalam hidupnya, maka peringatan dapat menjadi pengingat dan penyelamat mereka dari kesesatan.
2. Alam semesta berada di bawah pengaturan Tuhan, dan kekuasaan dan pemerintahan-Nya meliputi seluruh semesta.
3. Allah Swt memiliki kekuasaan mutlak dan juga rahmat yang tak terbatas. Berbeda dengan tatanan di dunia, para pemilik kekuasaan biasanya akan bersikap arogan dan jauh dari kasih sayang.
Surat Shaad ayat 49-58
هَذَا ذِكْرٌ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآَبٍ (49) جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً لَهُمُ الْأَبْوَابُ (50) مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ (51)
Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik. (38: 49)
(yaitu) surga 'Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka. (38: 50)
Di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. (38: 51)
Ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang sejarah kehidupan beberapa nabi as. Allah Swt kemudian menjelaskan balasan bagi orang yang mengikuti risalah mereka. Al-Quran ini adalah kehormatan bagi mereka mengharapkan petunjuk-Nya.
Karunia Allah tidak hanya diberikan untuk para nabi, tetapi keberuntungan juga dirasakan oleh semua orang yang bertakwa. Di hari kiamat, Tuhan akan menggantikan kesulitan yang mereka alami selama hidup di dunia dan membalas amal baik mereka. Jika selama hidupnya harus meninggalkan sebagian dari kelezatan duniawi demi menjaga takwanya, Dia akan memberikan kepada mereka kenikmatan yang terlezat.
Kelezatan duniawi tentu saja cepat berlalu, semua itu tidak akan bermakna saat kita jatuh sakit atau meninggal dunia. Namun, kenikmatan surgawi bersifat abadi dan tidak ada batasnya. Pada intinya, Allah akan membalas kerja keras setiap orang selama di dunia dan memberikan tempat yang layak baginya di akhirat kelak.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sejarah masa lalu haruslah menjadi sumber kebangkitan dan kesadaran manusia.
2. Ketakwaan adalah sarana untuk memperoleh akibat yang baik dan husnul khatimah. Oleh sebab itu, orang-orang yang bertakwa adalah satu-satunya golongan yang dijanjikan akan memperoleh akibat yang baik.
3. Pintu rahmat selalu terbuka untuk para penghuni surga dan apa yang mereka inginkan, berada dalam jangkauannya.
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ (52) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ (53) إِنَّ هَذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهُ مِنْ نَفَادٍ (54)
Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. (38: 52)
Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. (38: 53)
Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya. (38: 54)
Ayat ini berbicara tentang kebutuhan manusia kepada pasangan bahkan saat mereka di surga. Allah telah menyediakan bidadari yang cantik dan suci untuk penghuni surga. Mereka hanya fokus pada pasangannya dan memiliki usia yang sama dengan pasangannya.
Di hari hisab, semua orang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dan hanya orang-orang yang bertakwa yang akan memperoleh nikmat surgawi. Mereka akan menerima semua yang dijanjikan dan Tuhan tidak pernah ingkar janji. Poin lain adalah kenikmatan dan karunia Tuhan di surga tidak akan pernah habis.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kriteria istri yang baik adalah memusatkan penglihatan dan hati hanya untuk suaminya.
2. Kenikmatan surga bersifat abadi dan tidak ada habisnya.
3. Hari kiamat bersifat jasmani yaitu jasad dan ruh manusia dibangkitkan bersama kelak pada hari akhirat. Mereka akan mencicipi nikmat-nikmat surga dan juga memenuhi kebutuhan biologisnya bersama bidadari pasangannya.
هَذَا وَإِنَّ لِلطَّاغِينَ لَشَرَّ مَآَبٍ (55) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمِهَادُ (56) هَذَا فَلْيَذُوقُوهُ حَمِيمٌ وَغَسَّاقٌ (57) وَآَخَرُ مِنْ شَكْلِهِ أَزْوَاجٌ (58)
Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk. (38: 55)
(yaitu) neraka Jahannam, yang mereka masuk ke dalamnya; maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat tinggal. (38: 56)
Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. (38: 57)
Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. (38: 58)
Al-Quran sengaja menjelaskan nasib orang-orang baik dan buruk secara bersamaan sehingga manusia bisa memilih jalannya dengan penuh kesadaran. Setelah menguraikan nikmat yang diperoleh penghuni surga, Allah kemudian berbicara tentang manusia yang melampaui batas dan pembangkang. Mereka akan memperoleh siksa yang pedih di neraka dan di dalamnya, mereka diberi minum air yang sangat panas dan air yang sangat dingin.
Para pembangkang akan menjadi penghuni Jahannam dan semua pelaku maksiat dikumpulkan di sana. Tentu saja, azab penghuni neraka tidak terbatas pada air panas dan api yang menyala, tetapi juga memiliki banyak ragam dan penghuninya akan selalu merasakan siksaan yang amat berat.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berpikir ke depan akan membuat manusia lebih teliti dan sadar dalam memilih jalan hidup. Mereka juga akan tunduk di hadapan perintah-perintah Allah.
2. Pahala dan siksa Tuhan itu memiliki banyak jenis, dan siksaan neraka tidak akan pernah menjadi hal yang biasa bagi penghuninya.
3. Manusia perlu selalu waspada sehingga tidak menggadaikan kenikmatan atau siksaan abadi hanya demi kelezatan sesaat di dunia ini.
Surat Shaad ayat 44-48
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ (44)
Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya). (38: 44)
Dalam tafsir ayat-ayat sebelumnya tentang Nabi Ayyub as, dimana Allah Swt mengujinya dengan penyakit yang sulit disembuhkan di badannya, sehingga ia kehilangan harta dan anak-anaknya, tapi dalam kondisi yang sulit ini, ia tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah Swt. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat, istri Nabi Ayyub as mulai terpengaruh bisikan setan dan berbicara seaka-akan Allah Swt telah melupakan Ayyub dan untuk menyelamatkan dirinya dari kesulitan dan masalah, ia harus merujuk kepada selain Allah. Nabi Ayyub as sangat menyesali ucapan tersebut dan bersumpah bahwa ketika sembuh dari penyakitnya, ia akan menghukum istrinya.
Namun ketika Nabi Ayyub as sembuh dari penyakitnya lewat pertolongan Allah Swt, ia memutuskan untuk tidak menghukumi istrinya karena telah berkorban dan bersamanya selama masa-masa sulit.
Ayat ini mengatakan, “Allah berfirman kepada Ayyub, ‘Karena engkau telah bersumpah, jangan batalkan sumpahmu agar kehormatan nama Allah dalam sumpah tetap terjaga. Tapi karena ia berhak untuk mendapat ampunan, maka ambillah setangkai gandum atau yang sepertinya lalu pukulkan dengan pelan ke badan istrimu. Dengan demikian, engkau tetap melaksanakan sumpahmu dan istrimu tidak cedera karenanya.”
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagaimana di Hari Kiamat, Allah mengurangi hukuman dikarenakan kebaikan yang dilakukan manusia, di dunia juga Allah Swt menganjurkan untuk meringankan hukuman seseorang, dikarenakan perbuatan baik yang dilakukannya.
2. Nama Allah Swt memiliki kehormatan. Oleh karenanya, ketika bersumpah dengan nama Allah, jangan melanggarnya.
3. Kedekatan dan memiliki hubungan keluarga dengan nabi tidak menjadi penghalang untuk melakukan hukum.
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ (45) إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ (46) وَإِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ (47) وَاذْكُرْ إِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ وَكُلٌّ مِنَ الْأَخْيَارِ (48)
Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (38: 45)
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (38: 46)
Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. (38: 47)
Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik. (38: 48)
Kekhususan pertama para nabi yang telah disinggung dalam ayat-ayat ini adalan hamba Allah. Yakni, para nabi sampai pada derajat ini akibat penghambaan yang dilakukannya. Mereka bukan saja dalam ibadah dan penghambaan kepada Allah, tapi dalam seluruh urusan kehidupannya benar-benar berserah diri kepada perintah Allah Swt.
Berbeda dengan manusia biasa yang dalam kehidupannya biasanya mengikuti keingingan dirinya. Bila mereka melakukan sesuatu bertentangan dengan keinginannya, biasanya disertai ketidaksukaan. Sementara para utusan Allah Swt selalu melaksakan keinginan Allah dan mendahulukannya dari keinginan dirinya. Mereka melakukan perintah Allah dengan penuh keinginan dan bangga dengannya.
Jelas, sampai pada derajat ini membutuhkan upaya keras dan perjuangan dalam diri manusia. Mereka yang memiliki kelayakan untuk mendapatkan makam dan derajat risalah dipilih dari orang-orang yang baik.
Selain beribadah dan penghambaan, Allah Swt menyebut para nabi sebagai orang yang memiliki ilmu dan sanubari. Kekuatan untuk memahami yang kuat dalam mengindentifikasi kewajiban dan memanfaatkan segala kemampuan dan fasilitas yang dimilikinya dan pengikutnya untuk memajukan tujuan ilahi. Ini merupakan kekhususan lain para nabi ilahi.
Ayat-ayat ini menekankan untuk mengingat Hari Kiamat dan perannya dalam mensucikan manusia dari segala kebergantungan dan kecenderungan kepada dunia. Begitu juga dalam ayat-ayat ini dua kali mengisyaratkan masalah ini bahwa para nabi berasal dari orang-orang baik dan terpilih.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mempelajari sejarah kaum sebelumnya dan para nabi serta penghormatan kepada para utusan Allah merupakan salah satu cara al-Quran untuk mendidik manusia.
2. Sumber dari segala kesempurnaan para nabi adalah penghambaan. Oleh karenanya, seorang hamba yang benar-benar menghambakan dirinya dihadapan Allah Swt akan disebutkan terlebih dahulu dari seluruh kesempurnaan yang dimilikinya. Dengan kata lain, para nabi akibat penghambaan kepada Allah telah mencapai derajat yang tinggi ini.
3. Menjauhi dunia dan senantiasa memperhatikan akhirat menjadi sarana bagi keterjagaan dan kesucian manusia dari polusi dunia serta memberikan manusia hati yang jernih.



























