کمالوندی
Puluhan Ribu Warga Iran Ikuti Acara Duka dan Lailatul Qadar
Puluhan ribu warga Republik Islam Iran di berbagai kota negara ini, termasuk di Hamedan, Zahedan dan Aran dan Bidgol mengikuti acara duka mengenang kesyahidan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as.
Minggu malam, 26 Mei 2019 bertepatan dengan malam ke-21 Ramadhan yang diyakini sebagai salah satu malam Lailatul Qadar. Banyak riwayat menyebutkan bahwa malam ke-19, 21 dan 23 adalah malam-malam Lailatul Qadar.
Malam ke-21 tersebut juga merupakan malam kesyahidan Imam Ali as. Puluhan ribu warga Iran mengikuti acara duka atas kesyahidan beliau dan acara doa bersama di malam ke-21 Ramadhan.
Di Aran dan Bidgol di Provinsi Isfahan, mereka berkumpul di Haram Hilal ibn Ali, salah satu putra Imam Ali as.
Menurut catatan sejarah, menjelang shalat Subuh 19 Ramadhan 40 H, sesudah sahur di rumah putri bungsunya, Ummu Kultsum, Imam Ali as shalat di mihrabnya di Masjid Kufah (Irak sekarang).
Saat sujud, kepala beliau dihantam pedang Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi hingga retak. Darah membanjiri wajah dan janggutnya. Beliau tidak mengaduh, atau mengeluh, namun justru berkata, "Fuztu Wa Rabb-al Ka'bah! (Beruntunglah daku, Demi Tuhan Pemilik Ka'bah)." Sang Putra Ka'bah ini kemudian gugur syahid pada tanggal 21 Ramadhan 40 H.
Pada malam-malam Lailatul Qadar, masyarakat di Republik Islam Iran; tua dan muda berbondong-bondong bersama keluarga ke masjid, huseiniyah, surau dan mushalla untuk menghidupkan malam-malam Lailatul Qadar.
Mereka datang dengan penuh antusias demi memperoleh rahmat dan pengampunan Allah Swt di bulan ini. Mereka membaca al-Quran dan doa-doa terutama doa Jaushan Kabir hingga menjelang sahur.
Dalam pengajaran Islam, malam ini merupakan kesempatan besar bagi umat Islam selama bulan puasa Ramadhan untuk mendedikasikan banyak waktu mereka untuk berdoa dan fokus pada aspek spiritual kehidupan.
Menurut banyak riwayat, Lailatul Qadar tidak hanya khusus terjadi pada zaman Nabi Muhammad Saw saja, tetapi berkelanjutan dan terjadi setiap tahun di bulan Ramadhan. Malam itu menyediakan kesempatan kepada kaum Muslim untuk menerima limpahan rahmat dan karunia Allah Swt.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw bersabda, "Bulan Ramadhan adalah bulan Tuhan dan bulan di mana Dia menambah kebaikan di dalamnya dan membersihkan dosa-dosa, dan ia adalah bulan yang berkah."
Imam Jakfar Shadiq as juga berkata, "Permulaan tahun (perhitungan amal-perbuatan) terjadi pada malam Lailatul Qadar. Ketetapan untuk satu tahun ke depan ditulis pada malam itu."
Malam Lailatul Qadar menjadi begitu istimewa bagi para aulia dan orang-orang Mukmin yang fokus mencari kebahagiaan hakiki. Di antara keistimewaan malam ini adalah malam diturunkannya al-Quran, malam turunnya para malaikat, penentuan nasib manusia, malam yang lebih baik dari seribu bulan, pahala perbuatan baik akan dilipatgandakan, dan malam yang penuh berkah sampai terbit fajar.
Untuk itu, Rasulullah Saw dan Ahlul Bait menganjurkan kaum Muslim untuk menghidupkan malam-malam tersebut dengan beribadah, bermunajat, dan memohon ampunan. Kita tidak dibenarkan untuk melewatkan momen berharga ini dengan tidur atau melupakan ibadah.
Dalam riwayat disebutkan, Rasulullah Saw pada malam ke-23 Ramadhan membangunkan anggota keluarganya dan memercikkan air di wajah mereka agar terjaga dan tidak kehilangan malam Lailatul Qadar.
Putri Rasulullah Saw, Sayidah Fatimah az-Zahra as juga meminta seluruh anggota keluarganya untuk tidur siang dan mengurangi makan di malam hari sehingga mereka tidak ngantuk pada malam ke-23, dan berkata, "Manusia yang kehilangan ialah orang yang tidak memperoleh kebaikan dan keutamaan malam ini."
Malam Lailatul Qadar adalah kesempatan terbaik untuk memohon ampunan dari Allah Swt dan membebaskan diri dari dosa. Dia menjadikan malam tersebut sebagai momen untuk mengampuni hamba-Nya. Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa menghidupkan malam Lailatul Qadar, beriman, dan meyakini hari pembalasan, maka seluruh dosanya akan terampuni."
Untuk memperoleh pengampunan dan takdir yang baik, kaum Muslim harus menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan kegiatan-kegiatan ibadah seperti, mendirikan shalat, membaca al-Quran, bermunajat, dan beristighfar.
Malam Lailatul Qadar juga merupakan kesempatan untuk membangunkan kembali hati yang lalai. Tanda hati yang lalai adalah telinga seseorang mendengar dan melihat kebenaran, tetapi ia bersikap seakan-akan tidak mendengar atau melihat kebenaran itu. Kebenaran dan kebatilan sama di matanya dan ia telah menutup jalan hidayah untuk dirinya.
Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun." (QS: Al-Anfal ayat 22)
Dalam banyak hadis, orang-orang yang tidak memiliki kehidupan spiritual disebut sebagai orang yang telah mati dari kehidupannya (Mayyitu al-Ahya) dan mereka-lah orang-orang yang mati sesungguhnya.
Rasulullah Saw dalam sebuah hadis bersabda, "Sesungguhnya orang yang benar-benar mati adalah orang yang telah mati dari kehidupannya di mana ia makan, tidur, berjalan, melahirkan keturunan, dan memiliki kehidupan seperti binatang, tetapi tidak memiliki kehidupan insani yaitu kehilangan akal, hati, dan perasaannya. Oleh karena itu, ia tidak memiliki kekuatan untuk memahami hakikat akal dan hati."
Salah satu kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya adalah memberikan jalan kepada mereka untuk menghidupkan kembali hati yang telah mati. Berdasarkan ajaran Islam, manusia dapat menghidupkan kembali hatinya dengan taubat dan istighfar, doa dan munajat kepada Allah, dan melakukan perbuatan baik.
Allah Swt menghadiahkan malam Lailatul Qadar kepada manusia yang memiliki nilai setara dengan seribu bulan. Dengan kata lain, nilai sebuah perbuatan saleh pada malam itu setara dengan nilai melakukan perbuatan saleh dalam seribu bulan.
Oleh sebab itu, malam Lailatul Qadar merupakan kesempatan terbaik untuk menghidupkan hati yang telah mati. Melewatkan malam-malam mulia ini akan menjadi sebuah kerugian yang besar bagi orang-orang, yang mencari kebahagiaan hakiki.
PM Sri Lanka Minta Travel Warning ke Negara ini Dicabut
Perdana menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe meminta masyarakat internasional untuk mencabut travel warning ke negara ini.
IRNA Ahad (26/05) melaporkan, Ranil Wickremesinghe dalam pertemuannya dengan sejumlah duta besar negara asing di Kolombo mengatakan, "Mengingat bahwa Sri Lanka telah melakukan langkah-langkah persiapan keamanan tingkat tinggi, alangka baiknya travel warning ke negara ini dicabut."
Serangan bom teror di Kolombo, Sri Lanka
Perdana menteri Sri Lanka menambahkan, travel warning ke Sri Lanka sangat mempengaruhi industri pariwisata negara ini.
Pasca insiden ledakan bom teror di Sri Lanka, sejumlah negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris dan India memberi travel warning kepada warganya yang ingin bepergian ke Sri Lanka.
Di insiden ledakan bom teror pada 21 April 2019 di sejumlah gereja dan hotel Kolombo, 253 orang tewas dan sekitar 500 lainnya terluka. Kelompok teroris Daesh (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Tentara Filipina Bentrok dengan Milisi Abu Sayyaf, 8 orang tewas
Selama bentrokan antara militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf di selatan negara ini, delapan orang dilaporkan tewas dan 14 lainnya luka-luka.
IRIB melaporkan, tentara Filipina Ahad (26/05) mengumumkan, menyusul serangan 30 anggota milisi Abu Sayyaf terhadap militer di Provinsi Sulu, kepulauan Mindanao, delapan orang tewas termasuk dua anak-anak dan 14 lainnya terluka.
Enam anggota Abu Sayyaf juga termasuk di antara korban tewas.
Kelompok milisi Abu Sayyaf sekutu Daesh di Asia Tenggara, khususnya di selatan Filipina dan melakukan aksi-aksi teror.
El-Sisi Dukung Dewan Militer Sudan
Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi dilaporkan mendukung Dewan Militer Sudan yang dibentuk setelah kudeta militer di negara ini.
FNA melaporkan, Abdel Fattah El-Sisi dan Abdel Fattah al-Burhan, ketua Dewan Militer Sudan di pertemuan mereka di Kairo membicarakan kerja sama bilateral.
Di pertemuan ini, presiden Mesir menyatakan kesiapan negaranya membantu Dewan Militer Sudan untuk melewati fase saat ini.
El-Sisi dan al-Burhan juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama perbatasan dan penumpasan kelompok yang dinilai kedua pihak sebagai teroris.
Ini merupakan kunjungan luar negeri pertama Abdel Fattah al-Burhan sejak menjabat sebagai ketua Dewan Transisi Militer Sudan yang dibentuk setelah kudeta 11 April lalu.
Arab Saudi dan Mesir mendukung berkuasanya militer di Sudan dan Libya.
Di Libya Jend. Khalifa Haftar, komandan Tentara Nasional Libya (LNA) sejak 4 April lalu menyerang Tripoli.
Kunjungan al-Burhan ke Mesir digelar ketika Mohammad Hamdan, wakilnya sejak Kamis lalu bertolak ke Arab Saudi dan berunding dengan Pangeran Mohammad bin Salman, putra mahkota Saudi.
Dukungan Mesir dan Arab Saudi kepada Dewan Militer Sudan dilakukan ketika protes negara ini yang menuntut proses transisi cepat kekuasaan kepada sipil terus berlanjut. (
Dimensi Pidato Sayid Hasan Nasrullah di Peringatan Kemenangan Muqawama
Sekjen Gerakan Perlawanan Islam Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah Sabtu (25/05) bertepatan dengan peringatan ke-19 kemenangan muqawama melawan Israel dan pembebasan penuh Lebanon dari pendudukan rezim ilegal ini menyampaikan pidato. Pidato ini memiliki beragam dimensi yang patut diperhatikan.
Pertama, penekanan atas urgensitas penyelenggaraan peringatan hari Quds sedunia yang akan digelar Jumat depan. Sayid Hasan Nasrullah menyebut transformasi terkait kesepakatan abad, pengobaran tensi AS di kawasan dan eskalasi kejahatan Israel sebagai faktor utama pentingnya peringatan hari Quds sedunia.
Sayid Hasan Nasrullah
Dimensi kedua dari pidato Sayid Hasan Nasrullah berkaitan dengan penentangannya atas rencana Amerika kesepakatan abad. Berbagai laporan menunjukkan bahwa Presiden AS Donald Trump berencana meresmikan kesepakatan abad bulan depan (Juni).
Terkait hal ini, selama beberapa hari terakhir isu penyelenggaraan konferensi ekonomi Manama untuk menarik investasi asing di Palestina pada akhir bulan Juni mulai digulirkan. Sayid Hasan Nasrullah menyebut tujuan dari kesepakatan abad adalah untuk menghapus isu Palestina dan menekankan bahwa semua pihak bertanggung jawab untuk melawan rencana ini.
Dalam hal ini, Sayid Hasan Nasrullah menilai kesatuan sikap seluruh faksi Palestina memboikot konferensi Bahrain adalah sebuah sikap sejati dan mengatakan, "Langkah awal untuk menjalankan rencana kesepakatan abad dijadwalkan akan dimulai di negara ini (Bahrain)." Sikap Sayid Hasan Nasrullah ini sama halnya dengan pemaparan peran sejumlah negara Arab dalam mengiringi rencana kesepakatan abad.
Adapun dimensi ketiga dari pidato sekjen Hizbullah adalah penjelasan prestasi kemenangan muqawama tahun 2000 yang dinilai beliau sebagai kemunculan konstelasi kekuatan di Lebanon dan ini merupakan hasil penting dari kemenangan tersebut. Ia mengatakan, melalui kemenangan ini menjadi jelas bahwa ada kekuatan di Lebanon yang mampu mengusir Israel dari wilayah negara ini dan rezim penjajah ini keluar dengan tangan kosong. Saat ini menurut Sayid Hasan Nasrullah Lebanon tidak lagi dilihat sebagai negara lemah dalam konfrontasi Arab-Israel. Israel sendiri kini menyebut kekuatan sejati di Lebanon sebagai ancaman strategis atau utama.
Sayid Hasan Nasrullah meyakini bahwa pasca kemenangan tahun 2000, kekuatan defensif dan kemampuan membalas Hizbullah atas kejahatan Israel mengalami peningkatan pesat. Sejatinya Sayid Hasan Nasrullah menilai dampak utama kemenangan tahun 2000 adalah meningkatnya kemampuan Hizbullah di struktur kekuatan Lebanon dan sistem politik Asia Barat.
Sementara dimensi keempat adalah politisasi isu pemulangan pengungsi Suriah dari Lebanon oleh poros Barat-Arab. Sayid Hasan Nasrullah seraya menekankan urgensitas pemulangan pengungsi Suriah ke negaranya dan kemudahan bagi proses ini oleh pemerintah Suriah, menyebut pandangan Barat dan sejumlah negara Arab terhadap pilpres mendatang Suriah sebagai kendala bagi terealisasinya pemulangan pengungsi Suriah.
Sayid Hasan Nasrullah terkait hal ini mengatakan, periode kepemimpinan Bashar al-Asad akan selesai tahun 2020 atau 2021 dan Amerika serta negara-negara Barat dan Arab bersikeras pemulangan pengungsi Suriah tidak boleh dilakukan sebelum pemilu. Alasan ini tidak ada kaitannya dengan isu kemanusiaan atau keamanan.
Agenda terakhir dari pidato sekjen Hizbullah adalah isu melawan praktek korupsi, isu finansial serta bujet negara. Terkait hal ini Sayid Hasan Nasrullah menekankan bahwa pemberantasan korupsi lebih sulit dari perang pembebasan Lebanon selatan.
Seraya menekankan pentingnya membentuk muqawama nasional dalam melawan praktek korupsi, Sayid Hasan Nasrullah menambahkan, "Bentrokan bersenjata dapat diserahkan kepada satu atau dua kelompok, namun dalam pemberantasan korupsi kita membutuhkan resistensi nasional dan kami bagian utama dari perjuangan ini."
Surat as-Saaffat ayat 139-148
وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (139) إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (140) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (141)
Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (37: 139)
(ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan. (37: 140)
Kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (37: 141)
Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai sejarah sebagian para Nabi dan Rasul. Kali ini akan melanjutkan pembahasan sebelumnya mengenai kisah Nabi Yunus as. Allah swt menyelamatkan para Nabi seperti Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as dan Nabi Harun, serta Nabi Ilyas dan Nabi Luth dari serangan musuh. Allah Swt menggagalkan makar musuh para Nabi dan Rasul-Nya, dan menurunkan azab kepada mereka.
Tapi kisah Nabi Yunus sedikit berbeda. Kaum Nabi Yunus yang bertaubat akhirnya diampuni oleh Allah swt dan tidak jadi diazab. Sedangkan Nabi Yunus yang meninggalkan kaumnya justru menghadapi masalah, tapi tetap diselamatkan oleh Allah Swt.
Nabi Yunus seperti para Nabi lainnya mengajak kaumnya untuk meninggalkan penyembahan berhala, dan perbuatan sia-sia lainnya. Tapi mereka tidak memperdulikan seruan dari Nabi Yunus, kecuali hanya beberapa orang saja yang beriman.
Allah swt menurunkan wahyu kepada Nabi Yunus bahwa kaumnya akan segera diazab. Kemudian beliau bersama satu orang dari pengikut setianya meninggalkan kota menuju pantai. Nabi Yunus melihat sebuah perahu penuh muatan barang dan penumpang.
Nabi Allah ini meminta izin untuk menumpang kapal tersebut kepada nahkodanya. Akhirnya Nabi Yunus berlayar mengarungi lautan dengan kapal tersebut. Tapi di tengah lautan ada ikan paus menyerang kapal.
Dikisahkan, semua penumpang berembuk supaya ada salah seorang dari mereka dikorbankan untuk menyelamatkan yang lain. Akhirnya melalui undian ditetapkan Nabi Yunus sebagai orang yang harus berkorban dan dilemparkan ke mulut ikan paus.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para Nabi Allah Swt harus bersabar dan berlapang dada dalam menghadapi setiap rintangan.
2. Pengenalan terhadap sejarah masa lalu para Nabi dan bangsa-bangsa terdahulu sebagai pelajaran penting bagi kehidupan manusia dewasa ini yang dipenuhi dengan kezaliman dan kekufuran.
3. Dalam kondisi yang sama untuk memilih seseorang bisa digunakan undian, dan agama Islam juga tidak melarangnya selama dilakukan secara adil.
فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142) فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144)
Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. (37: 142)
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. (37: 143)
Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (37: 144)
Di ayat ini, ikan paus diperintahkan oleh Allah swt untuk menerkam Nabi Yunus. Oleh karena itu, ketika dilakukan undian, maka yang terpilih nama Yunus. Berkat kekuasaan Allah swt, Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan tetap hidup.
Nabi Yunus yang berada di perut ikan dalam kondisi hidup akhirnya memahami apa yang sedang terjadi. Beliau berdoa kepada Allah swt untuk memohon ampunan karena telah melalaikan tugasnya.
Pengakuan dan taubat yang dilakukan Nabi Yunus menurunkan rahmat ilahi kepadanya. Dikisahkan ikan paus mendekati pantai dan mengeluarkan Nabi Yunus yang berada di perutnya ke luar dalam keadaan hidup. Apabila Allah swt tidak menganugerahkan karunianya, maka ia akan tetap berada di dalam perut ikan itu.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah swt terkadang memerintahkan hewan melakukan tindakan yang di luar kewajaran untuk tujuan tertentu.
2. Ketika berhadapan dengan rintangan, lari dari masalah bukan solusi. Bahkan akan menambah masalah semakin rumit.
3. Istigfar dan bertasbih kepada Allah swt merupakan jalan solusi untuk menyelamatkan manusia dari berbagai masalah. Ketika Nabi Yunus yang berada di tempat gelap dalam perut ikan paus tetap berdoa dan memohon ampunan serta keselamatan dari Allah Swt, maka Allah Swt akan menolong dan menyelamatkannya.
فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ (145) وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ (146) وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِئَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ (147) فَآَمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (148)
Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. (37: 145)
Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. (37: 146)
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (37: 147)
Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. (37: 148)
Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai perjalanan Nabi Yunus dari perut ikan paus hingga luar. Nabi Yunus yang berada dalam kondisi lemah tidak bisa berjalan dan di tempat itu pula berbaring. Dikisahkan, Allah swt memberikan sebuah labu besar untuk makanan, bersama daun yang lebar untuk menutupi badan Nabi Yunus dari pengaruh cuaca.
Karunia ilahi menyebabkan Nabi Yunus selamat dan setelah pulih bersiap kembali kepada kaumnya untuk memberikan nasihat kepada mereka. Ketika kembali ke kotanya, Nabi Yunus heran melihat orang-orang yang menyembah berhala tidak diazab. Allah swt memberikan kesempatan kepada mereka hingga akhir hayatnya untuk hidup, dan Nabi Yunus kembali memberikan nasihat kepada mereka.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kaum Nabi Yunus tidak diazab Allah Swt, sebab mereka bertaubat dan beriman kepada Allah Swt. Doa dan tasybih Nabi Yunus juga menyebabkan Allah Swt menurunkan karunia-Nya.
2. Jangan pernah putus asa dari sikap orang-orang yang berbuat buruk, apalagi meninggalkan mereka karena murka. Sebab mungkin saja suatu saat nanti mereka akan bertaubat.
3. Taubat dari kesalahan dan dosa di masa lalu menjadi jalan untuk memperbaiki hidup. Ketika kaum Nabi Yunus bertaubat, Allah Swt mengampuni mereka dan tidak menurunkan azab-Nya.
Surat as-Saaffat ayat 133-138
(133) إِذْ نَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ أَجْمَعِينَ (134) إِلَّا عَجُوزًا فِي الْغَابِرِينَ (135) ثُمَّ دَمَّرْنَا الْآَخَرِينَ (136)
Sesungguhnya Luth benar-benar salah seorang rasul. (37: 133)
(Ingatlah) ketika Kami selamatkan dia dan keluarganya (pengikut-pengikutnya) semua. (37: 134)
Kecuali seorang perempuan tua (isterinya yang berada) bersama-sama orang yang tinggal. (37: 135)
Kemudian Kami binasakan orang-orang yang lain. (37: 136)
Sebagai kelanjutan pembahasan-pembahasan sebelumnya yang menceritakan kisah beberapa nabi di surat ini, ayat di atas secara umum mengulas kisah Nabi Luth as dan kaumnya. Kaum Nabi Luth as hidup di di utara Hijaz di tengah jalur Mekah menuju Syam. Setiap hari kafilah-kafilah melewati jalur ini dan melalui rumah-rumah kaum ini. Dari sisi sejarah dan menurut ayat Al Quran, Nabi Luth hidup sezaman dengan Nabi Ibrahim dan merupakan penyampai ajaran serta syariat agama.
Ayat-ayat ini membahas bagian akhir dari kisah Nabi Luth dan kaumnya. Di ayat ini disebutkan, saat azab Ilahi turun pada kaum pendosa ini, orang-orang yang beriman kepada Luth dan bagian darinya, mengetahui berita turunnya azab. Mereka keluar dari kota bersama Luth dan selamat. Sementara mereka yang suka membuat kerusakan, tidak mengetahui berita tentang datangnya azab. Mereka berada di dalam rumah sampai murka Ilahi datang dari darat dan udara, dan rumah-rumah roboh menimpa mereka.
Selanjutnya ayat ini menjelaskan tentang istri Nabi Luth yang memilih bersama dengan kaum pendosa dan menerima perbuatan buruk mereka, sehingga mengalami nasib serupa kaum itu, dan ikatan kekeluargaan tidak mampu menyelamatkannya. Karena ukuran kasih dan murka Ilahi adalah ketaatan pada aturan dan nilai-nilai agama serta akhlak, sementara hubungan keluarga dan kekerabatan tidak menjamin keselamatan seseorang.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menceritakan kisah kaum-kaum terdahulu dalam Al Quran pada kenyataannya adalah menjelaskan sunatullah yang berlaku sepanjang sejarah untuk menjadi pelajaran bagi generasi-generasi selanjutnya.
2. Perhitungan terhadap para nabi berbeda dengan perhitungan terhadap istri dan anak-anaknya, dan ikatan kekeluargaan tidak menjadi penentu nasib manusia. Dengan kata lain, ikatan fisik dengan sendirinya tidak bisa menjamin keselamatan.
3. Orang-orang beriman dan mereka yang mengikuti pemikiran serta perbuatan para nabi, meski berasal dari kaum dan etnis berbeda, namun termasuk bagian keluarga mereka.
وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ (137) وَبِاللَّيْلِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (138)
Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi. (37: 137)
Dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan? (37: 138)
Terkait ayat-ayat sebelumnya sudah kami jelaskan bahwa kaum Nabi Luth hidup di sebuah wilayah yang sering dilalui kafilah-kafilah dagang di jalur Mekah-Syam. Ayat di atas menerangkan, setelah turun azab kepada kaum Luth, orang-orang yang tinggal di dekat kota mereka menyaksikan bagaimana penduduk kota tewas tertimpa reruntuhan rumah. Kaum Luth adalah penyuka sesama jenis dan sering melakukan perbuatan hina. Di tengah-tengah mereka ada sebagian orang yang hanya diam menyaksikan perbuatan buruk ini dan tidak memeranginya. Oleh karena itu semua terkena azab Ilahi.
Secara umum keburukan perbuatan ini sudah hilang dari kaum Nabi Luth walaupun sebelumnya mereka bahkan sempat mengancam Nabi Luth yang mencegah mereka dari perbuatan ini dan menganjurkan untuk menikah dengan lawan jenis secara normal.
Hal yang cukup aneh, meski sudah berlalu ribuan tahun sejak masa kaum Nabi Luth, umat manusia di zaman sekarang yang mengaku mengalami kemajuan dan berperadaban tinggi, dan menyebut agama sebagai dusta dan kuno, ternyata melakukan perbuatan yang sama dan jahiliyah. Hal yang lebih mengagetkan adalah menurut pandangan para pengklaim peradaban baru, diizinkannya perbuatan buruk ini di setiap negara adalah bukti kemajuan mereka di bidang demokrasi dan hak asasi manusia.
Poin yang harus diperhatikan adalah hak harus mengikuti kebutuhan natural manusia dan sesuai dengan kondisi jasmaninya, dan dari sisi fisik, tubuh perempuan dan laki-laki diciptakan untuk saling berhubungan dan hubungan sesama jenis sama sekali tidak sesuai dengan kondisi fisik ini. Oleh karena itu, apapun yang bertentangan dengan hal tersebut, melanggar hukum fisik tubuh manusia dan kebutuhan alaminya, serta tidak sesuai dengan sistem alam.
Mungkin saja sebagian orang berkata, beberapa ingin melakukan hubungan sesama jenis dan keingingan mereka tidak boleh dicegah. Jawabannya jelas, apakah kita juga tidak boleh melarang keinginan-keinginan jasmani dan psikologis yang lain seperti keinginan mengkonsumsi narkotika, sehingga menjadi perbuatan legal ?
Aturan hukum tidak bisa bersandar pada keinginan segelintir manusia, tapi sebaliknya salah satu kewajiban undang-undang adalah mencegah keinginan-keinginan tidak lumrah, tidak natural dan tidak pada tempatnya.
Sebagai contoh, dewasa ini sebagian orang punya kecenderungan untuk melakukan hubungan badan dengan beberapa jenis hewan, apakah perbuatan semacam ini harus dilegalkan secara hukum ? Mayoritas masyarakat termasuk para pendukung hak binatang, menganggap perbuatan ini tidak lumrah, abnormal dan melanggar sistem alam, oleh karena itu mereka menentangnya. Dengan demikian, kecenderungan sebagian orang untuk melakukan satu perbuatan tidak bisa menjadi alasan benar atau logisnya perbuatan tersebut dan tidak bisa menjadi sumber hukum.
Sekalipun umat manusia zaman ini mengalami kemajuan dalam hal perangkat pendukung kehidupan seperti pakaian, perumahan, kendaraan dan yang lainnya, namun sungguh disayangkan dalam hubungan kemanusiaan tidak mengalami kemajuan yang signifikan, bahkan dalam sejumlah kasus justru mengalami kemunduran, salah satunya adalah pernikahan sesama jenis.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang tersisa dari kaum-kaum terdahulu atau mempelajari kisah hidup mereka, maka kita bisa mengambil pelajaran untuk kehidupan sekarang.
2. Hal-hal yang bisa kita jadikan pelajaran tak terhitung jumlahnya. Masalahnya adalah kita melewati begitu saja hal-hal tersebut tanpa perhatian dan sedikit memikirkannya sehingga tidak belajar darinya.
surat as-Saaffat ayat 123-132
1zوَإِنَّ إِلْيَاسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (123) إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَلَا تَتَّقُونَ (124) أَتَدْعُونَ بَعْلًا وَتَذَرُونَ أَحْسَنَ الْخَالِقِينَ (125) اللَّهَ رَبَّكُمْ وَرَبَّ آَبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ (126)
Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (37: 123)
(ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu tidak bertakwa?” (37: 124)
Patutkah kamu menyembah Ba'l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta. (37: 125)
(yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?” (37: 126)
Setelah periode Nabi Ibrahim dan Musa as, ayat-ayat ini menjelaskan tentang periode Nabi Ilyas dan menyebutkan bahwa seruan pertamanya untuk masyarakatnya adalah menghindari kesyirikan dan penyembahan berhala serta menjauhi segala bentuk kezaliman dan kefasadan. Hal-hal tersebut adalah yang menjerat orang-orang yang tidak takut dan akibatnya mereka akan melakukan segala bentuk kejahatan.
Nabi Ilyas as secara langsung menyoal fitrah para penyembah berhala dan mengatakan, "Bagaimana kalian menyembah berhala-berhala yang kalian buat sendiri dan menghormatinya? Apakah kalian dan orang tua kalian atau anak-anak kalian diciptakan oleh berhala-berhala tersebut: Mengapa kalian meninggalkan Allah Swt yang telah menciptakan kalian dan orang tua kalian serta mengelola alam semesta ini dan justru menuju pada benda-benda tidak bernyawa dan tidak berharga tersebut?"
Betapa para penyembah berhala itu berusaha menjustifikasi langkah mereka dengan berdalih melestarikan budaya nenek moyang mereka, akan tetapi Nabi Ilyas menjawab argumentasi mereka dengan mengatakan, "Orang tua dan nenek moyang kalian juga makhluk Allah Swt, bukan ciptaan berhala-berhala!"
Dari empat ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Semua nabi menyeru masyarakat pada tauhid dan menghindari penyembahan berhala.
2. Penyembahan hanya untuk yang layak disembah yaitu Sang Pencipta alam semesta. Pokok seruan para nabi dan pondasi dari semua kesempurnaan adalah ketakwaan dan keimanan.
3. Pokok seruan para nabi dan pondasi dari semua kesempurnaan adalah ketakwaan dan keimanan.
4. Para nabi dalam menyikapi masyarakat, selalu mengutarakan pertanyaan-pertanyaan sederhana dan perbandingan yang mudah dicerna untuk menyadarkan masyarakat dari kekhilafan, seperti membandingkan berhala-berhala yang tidak bernyawa dan tidak berharga itu dengan Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui dan Maha Mampu.
فَكَذَّبُوهُ فَإِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ (127) إِلَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ (128) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (129)
Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). (37: 127)
Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). (37: 128)
Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (37: 129)
Sama seperti banyak kaum di masa lalu, sebagian besar kaum Nabi Ilyas as juga mengingkari risalah dan kenabiannya, serta enggan mematuhi seruan beliau dan meninggalkan penyembahan berhala. Dalam hal ini Al-Quran menyebutkan, nasib buruk dari peningkaran tersebut adalah pencemaran segala bentuk dosa dan pekerjaan buruk serta hukuman dari Allah Swt. Hanya sebagian kecil dari kaum Nabi Ilyas as yang beriman dan ikhlas menyembah Allah Swt.
Dalam lanjutan ayat-ayat itu disebutkan bahwa Allah Swt akan memuliakan kerja keras para nabi dan mereka akan selalu dikenang dengan baik serta seluruh ajarannya akan dilestarikan sepanjang sejarah.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Parameter kebahagiaan, bukan kehidupan duniawi seseorang, melainkan hasil akhir mereka di hari kiamat kelak, apakah mereka termasuk di antara orang-orang yang berbahagia atau termasuk dalam golongan penghuni neraka.
2. Menyembah Allah Swt dan ikhlas dalam beramal, adalah jalan kebahagiaan dan keselamatan dan menjauhkan manusia dari hukuman Allah Swt. Ketidakikhlasan akan mencegah manusia sampai pada tujuannya di jalan Allah Swt.
سَلَامٌ عَلَى إِلْ يَاسِينَ (130) إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (131) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (132)
(yaitu), “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas?” (37: 130)
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (37: 131)
Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (37: 132)
Al-Quran setelah menjelaskan riwayat Nabi Ilyas as menyebtukan, Allah Swt menyampaikan salam sejahtera kepada nabi-Nya Ilyas as. Namun pada ayat 130, yang disebutkan adalah Il Yaasin yang keduanya adalah nama untuk satu nabi sebagaimana Sina dan Sinin yang keduanya adalah nama sebuah wilayah.
Pada bagian sebelumnya surat ini dijelaskan riwayat hidup sejumlah nabi. Di akhir setiap kisah Allah Swt menyinggung kekuatan iman dan keikhlasan manusia-manusia besar dan mengapresiasi upaya dan amal mereka. Disebutkan bahwa hal itu adalah sunnah untuk mengganti upaya orang-orang yang beramal saleh dengan pahala.
Di akhir ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Ilyas as Al-Quran juga menyinggung masalah tersebut dan menegaskan bahwa seluruh upaya dan kerja keras mereka yang berjuang di jalan Allah Swt dan melakukan amal baik untuk kebaikan masyarakat tidak akan dilupakan. Sudah menjadi sunnah Allah Swt untuk menetapkan pahala bagi setiap amal saleh, baik yang dilakukan oleh para nabi atau masyarakat umum.
Tentunya dengan syarat bahwa mereka selalu melangkah di jalan Allah Swt dan orang-orang yang beriman. Karena jika mereka mengingari dan tidak mematuhi Allah Swt, maka sebanyak apapun upaya yang mereka lakukan, ganjarannya hanya sebatas terima kasih dan apresiasi dari masyarakat di dunia.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita belajar mengucapkan salam kepada para nabi dan auliya Allah, dari Allah Swt.
2. Inayah Allah Swt kepada orang-orang yang beramal saleh, merupakan sunnah ilahi yang akan terus berlanjut.
3. Setiap orang yang menjadi hamba sejati, beriman dan beramal saleh, maka dia akan mendapatkan salam dari Allah Swt.
Surat as-Saaffat ayat 114-122
وَلَقَدْ مَنَنَّا عَلَى مُوسَى وَهَارُونَ (114) وَنَجَّيْنَاهُمَا وَقَوْمَهُمَا مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (115) وَنَصَرْنَاهُمْ فَكَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ (116)
Dan sesungguhnya Kami telah melimpahkan nikmat atas Musa dan Harun. (37: 114)
Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari bencana yang besar. (37: 115)
Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang. (37: 116)
Sebelum ini, al-Quran berbicara tentang sebagian nikmat yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Ibrahim as. Sekarang mengingatkan tentang nikmat Allah yang dilimpahkan kepada Nabi Musa as dan saudaranya, Harun as. Tuhan melimpahkan nikmat kepada mereka dan kemudian merincikan nikmat apa saja yang diberikan. Nikmat pertama yang diterima oleh Musa, Harun, dan Bani Israil adalah terbebasnya mereka dari cengkraman Fir'aun dan kemenangan mereka atas musuh.
Fir'aun adalah penguasa Mesir yang zalim dan kejam. Dia menjadikan kaum pria sebagai buruh dan mewajibkan kerja paksa, kaum wanita dipaksa menjadi budak dan anak laki-laki dibunuh. Dalam situasi seperti ini, Nabi Musa as menerima perintah dari Allah untuk menyelamatkan Bani Israil. Dengan kerja keras, Nabi Musa berhasil membebaskan mereka dari penderitaan dan kesedihan yang berkepanjangan.
Bani Israil berhasil menyeberangi Sungai Nil karena rahmat dan pertolongan Allah Swt, sementara Fir'aun dan bala tentaranya ditenggelamkan. Dengan demikian, mereka mencapai kemenangan atas Fir'aun dan terbebas dari cengkramannya. Bani Israil kemudian menguasai harta benda, kebun-kebun, dan istana Fir'aun dan pengikutnya.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mengingat nikmat dan pertolongan Allah yang diberikan kepada para nabi terdahulu akan menghadirkan ketenangan dan membangkitkan kekuatan kaum Muslim di sepanjang sejarah.
2. Salah satu nikmat Ilahi adalah menghapus kesedihan, penderitaan, dan tekanan lahir-batin, dan kemudian menggantikannya dengan ketenangan dan kedamaian.
3. Para nabi dan auliya Allah selalu memikirkan masyarakat yang berada di bawah penindasan dan ikut merasakan penderitaan mereka. Para nabi baru bisa tenang ketika orang-orang yang tertindas memperoleh kebebasan dan kemenangan atas penguasa zalim.
وَآَتَيْنَاهُمَا الْكِتَابَ الْمُسْتَبِينَ (117) وَهَدَيْنَاهُمَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (118) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِمَا فِي الْآَخِرِينَ (119)
Dan Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas. (37: 117)
Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus. (37: 118)
Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian. (37: 119)
Setelah memperoleh nikmat kebebasan dari tirani Fir'aun, Allah kemudian memberikan nikmat terbesarnya yaitu kitab langit untuk membimbing masyarakat menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tentu saja, masyarakat yang sudah terbebas dari tirani membutuhkan aturan hukum dan pemimpin yang bisa menuntun mereka agar tidak jatuh kembali dalam penindasan. Jadi, pemberian kitab Taurat yang berisi aturan yang dibutuhkan oleh Bani Israil dan juga kehadiran Nabi Musa as sebagai pemimpin, merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada Bani Israil sehingga terbentuk sebuah masyarakat yang baik.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Masyarakat yang baru saja terbebas dari penindasan akan lebih mudah untuk diajak mengimani Allah Swt.
2. Kitab langit akan menuntun manusia ke jalan yang lurus, dengan catatan kitab tersebut belum dirubah atau diselewengkan oleh tangan-tangan jahil.
3. Allah akan memuliakan para utusan-Nya dan mereka akan dikenang dengan kebaikan di tengah masyarakat di sepanjang sejarah.
سَلَامٌ عَلَى مُوسَى وَهَارُونَ (120) إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (121) إِنَّهُمَا مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (122)
(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun.” (37: 120)
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (37: 121)
Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (37: 122)
Allah Swt menyampaikan salam kepada Nabi Musa dan Harun as, dan mengabadikan nama mereka dalam al-Quran sehingga menjadi pelajaran bagi kaum beriman yaitu; senantiasa mengirimkan salam kepada para nabi serta menghargai jerih payah mereka.
Berdasarkan ayat tersebut, Allah akan selalu membalas perbuatan baik yang dilakukan oleh orang-orang beriman. Mereka senantiasa memperoleh nikmat dan perhatian dari-Nya. Al-Quran menyebut Musa dan Harun as sebagai hamba yang beriman kepada Allah. Penyebutan seperti ini berlaku untuk semua nabi dan mereka diperkenalkan sebagai 'abddullah (hamba Allah).
Kata 'Abd (hamba) merefleksikan ketundukan mutlak para nabi di hadapan perintah Allah Swt. Sementara kebanyakan orang tidak tunduk pada perintah Tuhan atau hanya memilih melaksanakan perintah tertentu saja.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Memberikan salam kepada para nabi adalah sebuah perbuatan terpuji yang diajarkan Allah kepada kita. Ini berarti bahwa salam itu akan sampai kepada mereka.
2. Setiap usaha untuk menjelaskan ilmu agama dan membimbing masyarakat akan dianggap sebagai perbuatan baik. Berbuat kebaikan termasuk salah satu kriteria para auliya.
3. Pemberian nikmat Allah Swt kepada orang-orang baik merupakan salah satu sunnah Ilahi yang berlaku untuk sepanjang sejarah.
Surat as-Saaffat ayat 106-113
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآَخِرِينَ (108)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (37: 106)
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (37: 107)
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (37: 108)
Pada pertemuan sebelumnya telah kita katakan bahwa ketika Ibrahim dan Ismail siap untuk melaksanakan perintah ilahi, Allah Swt berseru kepada Ibrahim bahwa dalam melaksanakan apa yang dimimpikannya, dia tidak kurang apapun dalam melaksaakan perintah tersebut.
Ayat-ayat ini menyebutkan, tujuan Allah Swt di balik perintah kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya sendiri, yaitu semata-mata demi mengujinya. Ujian tersebut agar diketahui apakah Ibrahim siap untuk melaksanakan perintah Allah Swt dan mengorbankan putranya?
Pada hakikatnya tujuan Allah Swt adalah memotong keterikatannya pada putranya dan bukan benar-benar menyembelihnya. Oleh karena itu, ketika mereka menunjukkan kesiapan, Allah Swt memerintahkan Ibrahim agar menggantikan putranya dengan kambing besar untuk dijadikan qurban.
Dengan demikian, tradisi ini dilestarikan hingga kini demi mengenang pengorbanan dan ketaatan Nabi Ibrahim as di hadapan Allah Swt. Begitu juga para peziarah rumah Allah Swt dan mereka yang berpartisipasi dalam kongres haji di Mekkah, dan di wilayah Mina, mereka melakukan manasik qurban dalam rangka membenamkan semangat pengorbanan dan kepatuhan di hadapan Allah Swt sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Merelakan putra dan mengabaikan cinta ayah kepada anaknya merupakan ujian terberat ilahi di mana Nabi Ibrahim as telah melaksanakannya dengan baik.
2. Berkurban di jalan Allah Swt merupakan sunnah Nabi Ibrahim yang setiap tahun dilaksanakan pada Idul Adha di Mekkah dan oleh umat Muslim di berbagai negara.
3. Betapa banyak sunnah baik yang diwariskan oleh banyak manusia mulia di mana namanya akan abadi di sepanjang masa.
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111)
(yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.” (37: 109)
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (37: 110)
Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (37: 111)
Melanjutkan ayat-ayat sebelumnya yang menjelaskan perhatian khusus Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim setelah melewati ujian untuk menyembelih putranya, ayat-ayat berikut ini menjelaskan salam sejahtera Allah Swt kepada Nabi Ibrahim as di sepanjang masa. Allah Swt berfirman bahwa salam sejahtera tersebut bukan hanya khusus untuk Nabi Ibrahim as saja melainkan siapapun yang sesuai kemampuannya, berhibah atau berkurban di jalan Allah Swt.
Setiap orang yang beriman dalam perjalanan penghambaannya berserah diri secara utuh kepada-Nya, sebagaiman yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, akan termasuk di antara orang-orang yang mendapat salam sejahtera dan inayah dari Allah Swt. Ini berlaku untuk semua periode.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt dalam Al-Quran menyampaikan salam kepada para nabi-Nya. Akan tetapi terkait Nabi Muhammad Saw, bukan hanya Allah Swt melainkan juga para malaikat bershalawat dan meyampaikan salam kepada Rasulullah Saw. Allah Swt juga memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menyampaikan shalawat dan salam kepada Rasulullah Saw.
2. Setiap perbuatan baik akan mendapat pahala di dunia dan akhirat.
3. Pahala dan hukuman dari Allah Swt memiliki hukum dan sunnah yang jelas dan bukan masalah kehendak.
وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (112) وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِينٌ (113)
Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. (37: 112)
Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (37: 113)
Al-Quran pada ayat-ayat sebelumnya menyinggung Ismail, putra Nabi Ibrahim dan pada ayat-ayat tersebut Ismail disebutkan sebagai seorang pemuda yang sabar. Akan tetapi pada ayat-ayat ini disebutkan tentang putra lain Nabi Ibrahim yaitu Ishaq di mana Allah Swt telah menjanjikan kenabiannya kepada Nabi Ibrahim as.
Seorang nabi yang sama seperti para nabi lain, termasuk orang-orang saleh dan beramal baik, dan oleh karena itu dia dimasukkan dalam inayah Allah Swt, yang disebutkan dalam Al-Quran dengan kata berkah. Berkah dalam segala hal, dalam usia, kehidupan, keturunan, pemikiran dan keyakinan. Karena berkah juga berarti kebaikan konstan dan berkesinambungan. Salah satu kebaikan yang berkesinambungan adalah bahwa para nabi Bani Israil adalah keturunan Nabi Ishaq as dan bahkan Rasulullah Saw pun dari keturunan Nabi Ishaq.
Di akhir ayat-ayat tersebut, Allah Swt berfirman, tentunya keturunan Nabi Ishaq tidak semuanya saleh, bahkan sebagian di antara mereka ada yang zalim dan pengingkar. Ini adalah hasil dari ikhtiar dan keinginan manusia. Meski dilahirkan suci dan fitri akan tetapi dalam perjalanannya dia dapat memilih antara kebaikan dan keburukan.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di antara keturunan para nabi mungkin saja ada anak-anak yang tidak saleh. Memiliki keterkaitan keluarga dan nasab dengan para nabi tidak mengharuskan seseorang menjadi orang saleh. Mungkin saja seorang ayah adalah nabi sementara putranya adalah manusia yang menyimpang.
2. Doa Nabi Ibrahim as terkait putra dan keturunannya agar tercakup dalam inayah Allah Swt, meliputi Ismail dan Ishaq serta generasi setelah keduanya. Kita juga sepatutnya mengikuti sunnah Nabi Ibrahim as untuk berdoa agar keturunan kita juga termasuk di antara orang-orang saleh.



























