کمالوندی
Mengejar Berkah Ramadhan (22)
Hari-hari dan malam-malam Ramadhan mulai terlewati dan kita telah sampai pada 10 hari terakhir bulan suci ini. Menurut sabda Rasulullah Saw, awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah pengampunan dan akhirnya adalah terkabulnya ibadah dan doa.
Jika kita membagi bulan suci Ramadhan menjadi tiga, maka 10 hari pertama adalah turunnya rahmat Allah Swt. Hal ini seperti disebutkan dalam khutbah Rasulullah Saw: "Kalian diundang kepada perjamuan ilahi". Jadi, 10 hari pertama Ramadhan adalah hari-hari yang penuh karunia dan rahmat Tuhan kepada hamba-hamba-Nya. Pertengahannya adalah taubat dan pengampunan atas dosa-dosa, dan 10 hari terakhir Ramadhan adalah hasilnya.
Setelah menikmati rahmat Tuhan pada 10 hari pertama Ramadhan –yang merupakan peluang yang sangat berharga– manusia akan memperoleh taufik di 10 hari kedua untuk bertaubat. Sementara di 10 hari ketiga, ia memohon ampunan kepada Allah Swt, dan terkabul.
Di antara 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, malam ke-23 adalah yang sangat penting. Sebagian hari dan malam memiliki keistimewaan dan kemuliaan tertentu disebabkan perhatian Tuhan atau karena waktu istimewa yang ditetapkan. Bisa juga karena peristiwa yang terjadi atau yang akan terjadi. Salah satu waktu yang istimewa itu adalah malam ke-23, di mana malam ini adalah Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar adalah malam yang paling baik dan bernilai selama setahun. Pentingnya malam ini tidak hanya disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran, bahkan ada satu surat khusus dengan nama malam itu, surat al-Qadr. Surat ini membahas keistimewaan Lailatul Qadar, yang lebih baik dari 1000 bulan. Pada malam Lailatul Qadar, Allah Swt menentukan setiap urusan. Kehidupan, kematian, rizki, kebahagiaan, kesulitan dan hal-hal serupa lainnya akan ditentukan dari malam tersebut hingga Lailatul Qadar tahun depan.
Meskipun dalam banyak riwayat disebutkan bahwa malam ke-19, 21 dan 23 adalah malam-malam Lailatul Qadar, namun riwayat-riwayat itu lebih mengarah ke malam 23. Sejumlah hadist juga menguatkan hal itu. Sufyan bin Samad bertanya kepada Imam Jakfar Shadiq as mengenai kapan malam Lailatul Qadar. Beliau menjawab, malam ke-19, 21 dan 23. Lalu Sufyan bertanya kembali, dari ketiga malam itu, yang mana yang meyakinkan. Imam Shadiq as menjawab, malam ke-23. (Man La Yahduruhu al-Faqih, Juz 2, Halaman 160)
Berdasarkan riwayat dari Imam Shadiq as, disebutkan bahwa pada malam ke-23 Ramadhan, setiap urusan disusun, diatur dan dipisahkan. Pada malam itu, bencana, kematian, umur, rizki, qadha dan semua yang akan terjadi pada tahun mendatang akan dicatat. Maka berbahagialah bagi hamba-hamba yang menghidupkan malam tersebut dengan ruku' dan sujuds.
Imam Shadiq as berpesan mengenai amalan-amalan di malam-malam Lailatul Qadar. Kita dianjurkan untuk mandi pada malam ke-19, 21 dan 23 Ramadhan dan berusaha untuk menghidupkan malam-malam tersebut. Menurut riwayat dari beliau, malam ke-23 adalah malam di mana setiap urusan disusun, diatur dan dipisahkan berdasarkan hikmat ilahi. Pada malam-malam Lailatul Qadr, disunnahkan untuk mengerjakan shalat 100 rakaat, di mana pada setiap rakaat, dibacakan surat al-Ikhlas. (Biharul Anwar, Juz 97, Halaman 9)
Tiga malam tersebut masing-masing memiliki amalan-amalan khusus, namun sebagian amalannya adalah sama. Di antara amalan itu adalah menghidupkan Lailatul Qadar dengan munajat, tafakur, dan mempelajari tema-tema keimuan yang bisa lebih mendekatkan manusia kepada Allah Swt. Pada malam-malam itu, kita dianjurkan untuk mengevaluasi kinerja dan perbuatan kita pada tahun sebelumnya. Kita ditekankan untuk meninjau amal dan perbuatan kita, dan bertanya, apa yang telah kita lakukan tahun lalu, di mana kita, dan sekarang kita sampai di mana?
Dengan mengevaluasi diri, kita bisa menyiapkan mukadimah untuk memanfaatkan Lailatul Qadar dengan lebih baik. Kita berdoa kepada Allah Swt untuk mendapat takdir yang lebih baik pada tahun depan. Kita berdoa agar Tuhan membantu kita dalam meniti jalan yang diridhai-Nya. Kita juga memohon pengampunan atas dosa-dosa kita, serta memutuskan untuk lebih taat kepada-Nya.
Rasulullah Saw telah memperkenalkan kepada manusia dua hal yang jika berpegang teguh pada keduanya, maka manusia akan mendapat kebahagiaan dan keselamatan. Rasullullah Saw bersabda, "Aku tinggalkan bagimu dua perkara yang berat (tsaqalain), kitabullah (al-Qur'an) dan itrahku."
Lailatul Qadar merupakan malam penentuan atas urusan-urusan dan malam untuk bertawassul dengan al-Quran dan itrah (Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw). Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa menjelang fajar, ambillah al-Quran dan berdoalah. Letakkan al-Quran di atas kepalamu, yang berarti meletakkannya di atas segala urusan. Lalu sebutlah nama 14 Maksumin dari Ahlul Bait as. Amalan ini mengindikasikan bahwa al-Quran berada di sampng itrah, dan itrah berada di samping al-Quran, dan dua hal yang berat ini adalah wasilah (perantara) menuju Allah Swt.
Seorang hamba yang terperangkap dalam kesibukan dunia dan jauh dari Tuhan, maka untuk bisa dekat dengan-Nya dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya, ia memerlukan perantara. Ibadah adalah alat yang terbaik. Di malam Lailatul Qadar, kita bertawassul dengan al-Quran dan itrah untuk bisa dekat dengan Allah Swt.
Membantu orang-orang yang tertindas, lemah dan membutuhkan juga termasuk amalan yang dianjurkan agar senantiasa mengingat Allah Swt. Setiap manusia yang sadar, akan selalu berusaha untuk bisa mendapat taufik Allah Swt. Dia akan senantiasa berupaya untuk memanfaatkan kesempatan luar biasa dari Lailatul Qadar dengan sebaik-baiknya.
Lailatul Qadar adalah peluang terbaik untuk memohon ampunan dari Allah Swt, dan Dia membuka pintu pengampunan selebar-lebarnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa keberadaan Lailatul Qadar adalah tujuan karunia Tuhan kepada hamba-hamba-Nya. Berdasarkan riwayat itu, di bulan Ramadhan ada lima hal yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad Saw dan tidak diberikan kepada umat nabi-nabi lainnya.
Pertama, ketika malam pertama bulan Ramadhan tiba, Tuhan akan memperhatian hamba-hamba-Nya, dan siapa yang diperhatikan oleh-Nya, maka dia tidak akan disiksa selamanya. Kedua, bau busuk mulut orang-orang yang menyibukkan diri untuk beribadah kepada-Nya di malam hari, akan lebih wangi dari harum kesturi. Ketiga, para malaikat akan selalu mendoakan mereka di siang dan malam hari agar diampuni dosa-dosana. Keempat, Allah Swt memerintahkan surganya untuk beristighfar dan memperindah diri untuk hamba-hamba-Nya. Dan kelima, di kala malam terakhir tiba, Allah Swt mengampuni semua hamba-Nya.
Ketika Rasulullah Saw ditanya seorang sahabat terkait dengan Lailatul Qadar dan malam-malam terakhir Ramadhan, beliau bersabda, tidakkah kamu mengetahui bahwa buruh akan mendapat imbalannya setelah mengerjakan tugas-tugasnya.
Dalam beberapa kondisi, ketika seorang Muslim berada di tempat dan waktu khusus dikabulkannya doa, lidahnya tetap diam dan dia tidak tahu apa yang diinginkannya dari Tuhan.
Nabi Musa as kepada Allah Swt berkata, "Ya Tuhan! aku ingin dekat dengan-Mu". Allah Swt berfirman, "Kedekatan-Ku untuk orang yang bangun di malam Lailatul Qadar". Beliau berkata, "Ya Tuhan! Aku ingin rahmat-Mu." Allah Swt Berfirman, "Rahmat-Ku untuk orang yang berlemah lembut kepada orang-orang miskin di malam Lailatul Qadar." Beliau berkata, "Ya Tuhan! Aku ingin diizinkan melewati Sirat al-Mustaqim." Allah Swt berfirman, "Izin itu diberikan kepada orang yang bersedekah di malam Lailatul Qadar." Beliau berkata, "Ya Tuhan! Aku ingin pohon-pohon dan buah-buah surga." Allah Swt berfirman, "Pohon-pohon dan buah-buah surga itu untuk orang yang mengingatkan-Ku tentang kesucian." Beliau berkata, "Tuhanku! Aku ingin terbebas dari api neraka." Allah Swt berfirman, "Itu adalah untuk orang yang beristighfar atas dosa-dosanya di malam Lailatul Qadar. Beliau berkata, "Ya Tuhan! Aku ingin keridhaan-Mu." Allah Swt berfirman, "Keridhaan-Ku untuk orang yang menunaikan shalat dua rakaat di malam Lailatul Qadar."
Pada malam Lailatul Qadar, hamba-hamba Allah Swt berdoa, "Ya Allah, berikanlah kemuliaan dan anugrah Lailatul Qadar kepadaku, mudahkanlah urusan-urusanku dan ampunilah dosa-dosaku."
Mengejar Berkah Ramadhan (21)
Hari ini tanggal 21 Ramadhan adalah hari kesyahidan Imam Ali bin Abi Thalib as. Di malam ini seorang pria yang orang-orang terdahulu tidak pernah mencapai hakikatnya dan orang-orang kemudian tidak akan ada yang menyamainya, telah meninggal dunia.
Tokoh agung yang hidupnya adalah kunci segala kebaikan, dan jika masyarakat menerimanya, maka nikmat Tuhan akan menjadi milik mereka, tapi mereka tidak bersyukur atas nikmat Allah Swt dan lebih memilih dunia daripada akhirat. Maka demikianlah akhirnya, dunia kehilangan nikmat memiliki Ali as dan keberkahan hidup di bawah naungan iman dan lautan ilmunya.
"Demi Tuhan, pilar-pilar hidayah telah runtuh dan tanda-tanda ketakwaan sudah terhapus, dan tali kokoh yang menghubungkan Sang Pencipta dengan mahluk telah putus. Putra paman Al Mustafa Saw telah dibunuh, Ali Al Murtadha telah syahid dan orang paling bengis telah membuatnya syahid".
Ini adalah suara ghaib yang terdengar di seluruh penjuru kota Kuffah dan mengabarkan tentang bencana besar kepada dunia. Ia memberitahu bahwa kemanusiaan sudah kehilangan ayahnya, bahwa anak-anak Adam tidak tahu berterimakasih, pilar terkokoh hidayah Tuhan yang tegak untuk menyelamatkan mereka telah runtuh dan setelah itu, setiap detik fragmen sejarah umat manusia di muka bumi akan diselimuti keterasingan dan kegelapan.
Dua hari tubuh Ali as terbaring menanggung derita, dan Kuffah tidak lagi tenang dan nyaman seperti dulu. Ya, kota Kuffah yang berulangkali membuat Ali menderita sehingga membuat pemimpin dunia paling penyayang itu mengangkat kedua tangannya ke langit dan berkata, "Ya Allah, kirimkanlah kepadaku seorang yang lebih baik dari mereka dan kirimlah untuk mereka orang yang lebih buruk dariku".
Ya, merekalah orang-orang yang malas dan karena kelalaiannya, telah mempersempit ruang dan waktu Imam Ali as, sekarang mereka cemas dan bertanya-tanya, apa yang akan terjadi kepada mereka tanpa Ali, tanpa semua kebaikannya, tanpa keberaniannya, tanpa keadilannya, tanpa tekad baja dan pedang tajamnya, tanpa wujud bercahayanya ?
Di sisi lain, para sahabat Imam Ali, yaitu mereka yang mengangkat pedang untuk membela pemimpinnya dan mentaati sepenuh jiwa perintahnya, tidak tenang dan menangis di rumah beliau.
Laki-laki dan perempuan yang tidak pernah melupakan hari Ghadir Khum dan seruan Nabi Muhammad Saw yang mengambil baiat dari semua untuk kepemimpinan Ali dan bersabda, "Barangsiapa yang menganggap diriku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya".
Kekhawatiran para sahabat Imam Ali berbeda dengan kecemasan warga Kuffah. Mereka mengkhawatirkan masyarakat Muslim, mencemaskan warisan Nabi Muhammad Saw dan mencemaskan peradaban besar yang dibangun Rasulullah Saw, dan kekhawatiran tentang ketidaktahuan serta kemalasan umat yang telah meruntuhkan pilar-pilar. Mengkhawatirkan apa yang akan terjadi dengan sejarah umat manusia, tanpa kehadiran Ali.
Di tengah orang-orang yang menanti gelisah di pintu rumah Ali, ada sebagian yang merasakan lautan kasih sayang Ali lebih dari yang lain, mereka adalah anak yatim dan fakir miskin Kuffah. Anak-anak yatim yang muka mereka dibasahi air mata dan tampak begitu pucat bersandar di balik pintu rumah Ali, adalah pemandangan paling menyayat hati dari adegan sejarah yang terjadi dalam dua hari ini. Anak-anak yang membawa satu-satunya yang dimiliki yaitu semangkuk susu untuk Ali, ayahnya anak-anak yatim, dan berharap semoga beliau bisa bertahan hidup, tapi tidak.
kesyahidan Imam Ali as
Dalam dua hari ini, Imam Ali tebaring di tempat tidurnya dan tidak membiarkan masyarakat menemuinya karena khawatir mereka akan semakin cemas. Satu persatu dari mereka memberi salam dan dalam kondisi sangat lemah akibat racun yang bahkan menyebar hingga ke kaki beliau, kepada masyarakat berkata, "Bertanyalah kepadaku, mintalah kepadaku sebelum kalian kehilanganku, namun pertanyaan yang pendek". Ali tidak pernah sekalipun melepaskan tangannya untuk menghidayahi masyarakat, dan selalu ingin agar mereka menikmati lautan ilmunya.
Namun karena banyaknya yang hadir dan kondisi Imam Ali yang terus memburuk, tanya jawab itu tidak pernah terjadi, tapi beberapa orang sahabat khusus Imam Ali berhasil menemui beliau di akhir hidup beliau. Salah satu dari mereka adalah Habib ibn Amr. Ia berkata, saya masuk ke rumah Imam Ali dan saya melihat salah satu putri beliau menangis. Akupun menangis karena tangisannya. Mendengar tangisan itu, orang-orang yang berada di luar tak kuasa menahan tangis mereka.
Imam Ali membuka matanya dan berkata, jika engkau melihat apa yang aku lihat, niscaya engkau tidak akan menangis. Aku bertanya, wahai Imam apa yang anda lihat ? Imam Ali menjawab, aku melihat malaikat-malaikat Tuhan, malaikat langit, semua nabi dan rasul yang sedang berbaris dan memberi salam serta meyambutku. Aku melihat Rasulullah Saw duduk di sisiku dan berkata kemarilah Ali, cepat kemari, dunia yang menantimu sangat lebih baik daripada dunia yang engkau tinggali sekarang.
Saat tabib mengaku menyerah tidak bisa menyembuhkan luka yang dideritanya, Imam Ali lalu memanggil Imam Hassan dan mulai menyampaikan wasiatnya. Di antara wasiat Imam Ali itu adalah, "Aku berwasiat kepadamu untuk bertakwa dan takut kepada Allah Swt, dan tidak mengejar dunia, sekalipun dunia menginginkanmu, dan aku berwasiat kepadamu agar tidak bersedih karena kehilangan harta dunia dan katakanlah semua yang benar dan hak, dan bekerjalah untuk pahala akhirat, musuhilah para penindas dan bantulah mereka yang tertindas".
Di bagian lain wasiat Imam Ali disebutkan, "Demi Tuhan, Demi Tuhan, anak-anak yatim, jangan sampai menangis dan tidak ada yang mengurus. Demi Tuhan perhatikan tetanggamu, Rasullah Saw sangat menganjurkan untuk memperhatikan tetangga sehingga kami kira beliau ingin menjadikan mereka sebagai salah satu penerima waris, Demi Tuhan ingatlah Al Quran, jangan sampai orang lain mendahului kamu dalam mengamalkannya, Demi Tuhan, ingatlah shalat, ia adalah tiang agamamu, Demi Tuhan, ingatlah Ka'bah, rumah Tuhan, jangan sampai haji ditinggalkan, jika sampai ditinggalkan maka tidak akan diberi kesempatan lagi dan orang lain akan memangsa kalian....".
Makam Suci Imam Ali bin Abi Thalib as di kota Najaf, Irak
Ini adalah sebagian wasiat Imam Ali kepada Imam Hassan, meski pendek namun pesan kemanusiaan, ibadah dan jalan kesempurnaan untuk umat manusia terkandung di dalamnya. Sungguh merugilah orang-orang yang tidak pernah mendengar pesan terakhir Imam Ali dan mengamalkannya.
Selesai memberikan wasiat, Imam Ali kembali pingsan dan saat membuka mata beliau berbicara kepada Imam Hassan tentang kain kafan dan penguburannya, beliau meminta putranya itu untuk menguburkan jenazahnya di malam hari, tanpa ada orang tahu, di luar kota Kuffah.
Bagi orang yang bertahun-tahun berkhianat kepada Imam Ali dan mencaci maki serta menghina beliau di mimbar-mimbar, bukan tidak mungkin untuk membongkar makam beliau kelak. Namun kehendak Allah Swt berkata lain, bukan saja dihormati, disanjung dan dimuliakan, nama Imam Ali dikenal luas seluruh manusia baik Muslim maupun non-Muslim hingga saat ini.
Sesaat kemudian Imam Ali memalingkan wajah sucinya kepada putra-putri beliau dan berkata, tidak lama lagi fitnah-fitnah akan mengampiri kalian dari segala penjuru, dan orang-orang munafik dari umat ini akan melampiaskan dendam lamanya kepada kalian, dan mereka akan menuntut balas kepada kalian, maka aku minta kalian bersabar, karena buah dari sabar adalah kebaikan.
Lalu beliau berkata kepada Imam Hussein, "Wahai Aba Abdillah engkaulah syahid umat ini, maka aku berwasiat agar engkau selalu bertakwa dan bersabar atas segala musibah".
Setelah mengucapkan kata-kata ini, Imam Ali kembali tak sadarkan diri, sesaat kemudian beliau sadar dan berkata, saat ini Rasulullah Saw dan pamanku Hamzah serta saudaraku Jafar berada di sampingku dan berkata, cepatlah bergabung dengan kami, kami sangat ingin bersamamu.
Kemudian beliau melihat semua anggota keluarganya dan berkata, aku titipkan kalian semua kepada Allah Swt, Allah menuntun kalian semua di jalan kebenaran dan melindungi kalian dari musuh. Beliau melanjutkan, salam untuk kalian dari para rasul dan Tuhanku, lalu membacakan ayat ini, لِمِثْلِ هَـٰذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ (ayat 61 Surat As Shaffat) " Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja", juga ayat ini, إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ (ayat 128 Surat An Nahl) " Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan."
Kemudian tampak dahi suci beliau berkeringat dan beliau mulai berzikir dan menghadap kiblat, serta menutup kedua matanya, tangan dan kakinya menghadap kiblat, beliau bersaksi atas keesaan Allah Swt dan kenabian Muhammad Saw, lalu menyambut panggilan Tuhan Semesta Alam.
Setelah kesayhidan Imam Ali, Imam Hassan berkhutbah di hadapan masyarakat, setelah mengucapan puji syukur kepada Allah Swt beliau berkata, malam ini seorang lelaki telah meninggal dunia, tidak ada orang terdahulu yang mencapai hakikatnya dan tidak ada orang kemudian yang bisa menyamainya.
Dia adalah orang yang di sebelah kanannya Jibril dan sebelah kirinya Mikail. Aku bersumpah kepada Tuhan, ia meninggal di malam meninggalnya Musa bin Imran dan di malam ketika Isa diangkat ke langit dan Al Quran diturunkan. Ketahuilah, beliau tidak meninggalkan apapun selain 700 dirham yang disimpannya, ridha Allah Swt semoga selalu bersamamu wahai Amirul Mukminin.
Aku bersumpah, hidupnya adalah kunci segala kebaikan dan seandainya masyarakat menerimamu, maka mereka akan diberkahi nikmat-nikmat Ilahi, tapi mereka tidak mensyukuri nikmat itu dan lebih memilih dunia daripada akhirat.
Hari Quds Sedunia; Nasib Palestina Sepanjang Sejarah (2)
Quds, kiblat pertama umat Islam sedunia. Quds adalah merupakan tanah air asli ribuan pengungsi Palestina. Tapi dalam perjalanan sejarah arogansi global lewat tangan berlumuran darah Zionis telah menduduki daerah ini sejak tahun 1948 dan sekarang berada di bawah dominasi pasukan penjajah rezim Zionis Israel.
Hari ini, Quds menjadi pusat konspirasi besar yang dikenal dengan nama "Kesepakatan Abad". Kesepakatan Abad adalah rencana yang diusulkan pemerintah Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel serta mendapat dukungan Arab Saudi untuk mengakhiri konflik "Zionis Israel" dengan Palestina dan menjadi awal dari normalisasi hubungan Arab-Israel.
Dalam rencana ini dan perundingan akan datang, masalah para pengungsi akan diselesaikan dengan "tanah air alternatif" di luar dari Palestina pendudukan dan Hak Kembali para pengungsi Palestina untuk selamanya ke negaranya dibatalkan.
Hassan Hani-Zadeh, analis masalah politik mengatakan, "Dengan mencermati bahwa Trump di masa kampanye pemilu presiden telah memberikan janji serius kepada lobi AIPAC, tiba saatnya presiden Amerika Serikat harus meletakkan masalah keamanan rezim Zionis sebagai prioritas dan serius di atas program-program lainnya. Oleh karenanya, Gedung Putih sejak awal masa jabatannya, Trump berusaha meningkatkan pengaruh politik dan bahkan lapangan Zionis Israel di seluruh daerah pendudukan hingga perbatasan tahun 1967. Sekaitan dengan hal ini, langkah paling penting yang tidak berani dilakukan oleh para presiden Amerika sebelumnya, rencana mengakui resmi Baitul Maqdis sebagai ibukota resmi Zionis dan langkah selanjutnya yaitu memindahkan kedutaan besar AS ke Baitul Maqdis. Langkah-langkah ini sejak awal menunjukkan bahwa Trump memiliki program serius bagi Palestina yang sejalan dengan kepentingan Zionis Israel. Searah dengan poin ini, pemutusan bantuan Amerika Serikat kepada UNRWA dan juga penutupan kantor PLO di Washington dapat dinilai sebagai bagian dari rencana besar Kesepakatan Abad. Selain itu, rencana ini juga menunjukkan peran menentukan Trump bersama Netanyahu dan Mohammed bin Salman. Tujuan umum dari program ini adalah rencana menghapus tanah air bernama Palestina dan tidak ada kewarganegaraan bernama Palestina."
Pasca terealisasinya Kesepakatan Abad, bukti-bukti menunjukkan bahwa Zionis Israel ingin membagi dan memecah kawasan menjadi beberapa bagian, sehingga dapat mengubah demografi politik dan sosial daerah pendudukan. Dengan cara ini, rezim Zionis dapat membangun kembali pemukiman-pemukian zionis yang telah didisain sebelumnya. Bahkan baru-baru ini, perdana menteri Zionis Israel mengkonfirmasikan berita pembangunan satu pemukiman zionis denga nama Trump di Dataran Tinggi Golan.
Sesuai dengan rencana Amerika-Zionis ini, pemerintah Palestina di Jalur Gaza hanya akan dibentuk di kawasan "A" dan "B" dan bagian kawasan "C" di Tepi Barat Sungai Jordan dan kondisi final Quds dan kembalinya para pengungsi Palestina ditangguhkan pada perundingan selanjutnya lalu di langkah terakhir akan dimulai perundingan "normalisasi" antara rezim Zionis Israel dan negara-negara Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Tujuan utama dari rencana ini pada awalnya adalah mengubah rezim Zionis Israel menjadi sebuah negara dan bangsa Yahudi kemudian pada langkah kedua pemberian kedaultan dan legitimasi terbatas kepada rakyat Palestina dalam bentuk daerah tahun 1967.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pidatonya di depan para petugas haji menyinggung konsentrasi musuh-musuh untuk menghadapi umat Islam, khususnya dalam masalah Palestina.
Rahbar mengatakan, "Sekarang, Amerika dengan kebijakan setannya tentang Palestina meletakkan Kesepakatan Abad, tapi mereka harus tahu bahwa dengan pertolongan Allah, Kesepakatan Abad ini tidak akan pernah terealisasi dan semoga mata para pejabat Amerika buta, masalah Palestina tidak akan terhapus dari ingatan dan Quds akan tetap menjadi ibukota Palestina."
Ayatullah Khamenei juga menekankan bahwa bangsa Palestina akan tetap tegar menghadapi konspirasi ini dan bangsa-bangsa Muslim akan membantu rakyat Palestina.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran
Menurut Rahbar, "Tentu saja, sebagian negara-negara Islam yang tidak memiliki keyakinan akan Islam, telah menjadi pasukan berani mati Amerika akibat ketololan dan kerakusan duniawi. Tetapi dengan taufik ilahi, umat Islam dan bangsa Palestina akan menang menghadap para musuhnya. Mereka akan menyaksikan hari itu, dimana tali rezim palsu Zionis akan putus sari tanah air Palestina."
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga dalam pertemuan dengan anggota Forum Ahlul Bayt Internasional dan Asosiasi Radio dan Televisi Islam menyebut perang Amerika Serikat di kawasan adalah "menciptakan perselisihan di antara negara-negara kawasan", "peneterasi politik, ekonomi dan budaya di negara-negara Islam" dan k"ebijakan menciptakan pertikaian di antara umat Islam".
Faktanya, Amerika Serikat pendukung terbesar rezim Zionis Israel selalu berupaya untuk memperkuat keamanan Zionis Israel dan untuk mencapai tujuan ini memanfaatkan pengaruh struktur politi9k, ekonomi dan budaya negara-negara di kawasan.
Majid Safataj, pakar masalah Palestina dalam menganalisa tujuan Amerika Serikat dalam kerangka proyek Kesepakatan Abad mengatakan:
"Proyek ini rencananya disampaikan dan direalisasikan untuk mengakhiri 70 tahun tarik-menarik dan konflik antara Zionis Israel dan rakyat Palestina, tapi semua butir-butir yang ada dalam kesepakatan ini menguntungkan Zionis Israel. Sesuai dengan prediksi atas teks perjanjian ini, Baitul Maqdis Timur akan diberikankepada rezim Zionis Israel dan hanya memberikan izin kepada rakyat Palestina untuk membentuk negara Palestina berdasarkan kerangka politik yang diinginkan Tel Aviv. Poin lainnya, Zionis Israel ingin menghapus Hak Kembali rakyat Palestina ke tanah airnya dalam rencana Kesepakatan Abad. Di sini, Arab Saudi dan Amerika Serikat tengah berusaha untuk menggolkan masalah ini."
Kini, sekalipun gerakan Muqawama dan Kebangkitan Islam berhasil membatasi medan manuver musuh-musuh Islam dan banyak dari rencana untuk disintegrasi Palestina berhsil digagalkan, tapi jangan memandang enteng konspirasi ini.
Bagaimana Trump langsung maju menunjukkan perhatian khusus Zionisme Internasional akan perubahan identitas Islam tanah air Palestina dan Quds.
Khayyam al-Zaabi, analis politik mengatakan, "Sekalipun musuh-musuh umat Arab berusaha untuk menghapus masalah Palestina dari benak mereka, tapi tetap saja masalah Palestina tidak bisa musnah. Karena masalah ini adalah kebenaran dan kebenaran sejarah. Quds akan tetap menjadi kiblat pertama umat Islam dan menjadi sandi kemuliaan rakyat Palestina. Kota Quds dan Masjid al-Aqsa hanya akan dapat diambil kembali dengan beragam resistensi dan puncaknya adalah resisteni bersenjata."
Menengok masa lalu akan menunjukkan bahwa rezim Zionis Israel untuk menguasai sepenuhnya Quds telah melakukan pelbagai tindakan dengan dukungan Amerika Serikat seperti pengusiran penduduk asli, menjarah rumah warga, menggantikan warga Palestina dengan membangun pemukiman zionis dengan tujuan mengubah demografi populasi Baitul Maqdis, menghancurkan peninggalan bersejarah dan tempat-tempat suci Islam serta menistakan Masjid al-Aqsa dengan memberikan akses masuk para pemukiman zionis ekstrim ke tempat suci Islam ini.
Pastinya, apa yang tersimpan pasca langkah-langkah Washington ini, sudah barang tentu tidak akan membantu proses perdamaian di Palestina.
Sekaitan dengan hal ini, Ayatullah Khamenei ketika memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Imam Jakfar Shadiq as yang dihadiri para pejabat tinggi negara Iran, duta-duta besar negara-negara Islam dan tamu Konferensi Persatuan Islam menyebut Amerika, rezim Zionis dan para penguasa kolot dan berafiliasi dengan kekuatan global sebagai Firaun dunia saat ini.
Rahbar menyinggung usaha mereka untuk menciptakan perselisihan dan perang di dalam umat Islam mengatakan, "Sebagian para pejabat negara Amerika Serikat, sengaja atau tidak, mengakui bahwa harus menciptakan perang dankonflik di kawasan Asia Barat agar rezim Zionis Israel berada di tepi garis keamanan dan tubuh dunia Islam yang berdarah-darat tidak punya kemampuan untuk maju."
"Masalah Palestina hari ini berada di puncak masalah politik umat Islam dan semua berkewajiban untuk berusaha membebaskan dan menyelamatkan bangsa Palestina," tegas Rahbar.
Sejatinya, bangsa Palestina telah mengeluarkan biaya sangat besar untuk membela dan mempertahankan tanah airnya dari penjajah dan setelah ini mereka akan semakin tegar untuk menghadapi Zionis Israel.
Kebijakan Republik Islam Iran dalam rangka mengumumkan Hari Quds Sedunia adalah senantiasa mendukung bangsa tertindas Palestina akan menciptakan stabilitas dan keamanan regional dan mengutuk langkah-langkah menciptakan perselisihan dan sepihak Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel. Tahun ini, Hari Quds Sedunia akan berubah menjadi hari Kebangkitan Islam dan terbongkarnya tabir Amerika Serikat, rezim Zionis Israel dan para pendukungnya.
Hari Quds Sedunia; Nasib Palestina Sepanjang Sejarah (1)
Imam Khomeini ra, Pendiri Revolusi Islam dengan pengetahuannya akan substansi Zionis Israel dan tujuan Amerika Serikat di kawasan, menetapkan hari Jumat terakhir bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia agar umat Islam di seluruh dunia menyatakan solidaritasnya dengan rakyat Palestina.
"Hari Quds Sedunia bukan hanya hari Palestina. Hari dimana kekuatan adidaya harus memahami, mereka tidak lagi dapat maju di negara-negara Islam.
Hari Quds Sedunia adalah hari dimana kita harus memperingatkan semua kekuatan di dunia bahwa Islam sudah tidak lagi berada di bawah dominasi kalian, lewat perilaku buruk kalian. Hari Quds Sedunia adalah hari kehidupan Islam."
Nasib Quds hari ini berada di tempat penyeberangan sensitif sejarah dan menghadapi ujian berat yang akan menentukan nasib bangsa Palestina.
Sekarang, lebih dari 60tahun negara Palestina dan sebagian lain dari tanah negara-negara Islam diduduki oleh rezim Zionis Israel.
Tanggal 15 Mei diperingati sebagai tragedi pendudukan Palestina oleh rezim Zionis Israel (Hari Nakbah) pada 1948.
Kata Nakbah yang berarti musibah mengingatkan dua memori jelek dalam benak rakyat Palestina; rezim penjarah Zionis Israel lahir pada 1948 dan pengusiran 800 ribu warga Palestina dari tanah airnya.
Nakbah bukan hanya simbol tragedi yang dipaksakan pada tahun itu di Palestina, tapi menunjukkan pemaksaan kesulitan dan masalah selama beberapa dekade terhadap bangsa ini. Sejatinya, Hari Nakbah adalah riwayat tragegi kemanusiaan dan perusakan sebagian besar dari fondasi politik, ekonomi dan budaya rakyat Palestina agar jalan terbuka bagi pengumuman keberadaan sebuah pemerintah ilegal.
Selama bertahun-tahun rakyat Palestina menjadi pengungsi atau di daerah-daerah pendudukan menderita diksriminasi dan ancaman serius dan atau di Jalur Gaza di bawah blokade darat, laut dan udara.
rezim ilegal Zionis Israel sejak terbentuk pada tahun 1948 memiliki dua tujuan:
Pertama, mencari legitimasi di tengah penjajajan, dimana tujuan ini tidak berhasil diwujudkan. Karena Muqawama Palestina mempertanyakan legitimasi rezim Zionis Israel.
Kedua, menguasai Baitul Maqdis sebagai kiblat pertama umat Islam dan memusnahkan identitas Islam al-Quds dan tanah air Palestina.
Baitul Maqdis diduduki Zionis Israel sejak tahun 1967.
Sekarang Quds bukan hanya simbol dan tempat suci, tapi posisi yang menjadi poros persatuan umat Islam.
Dalam banyak riwayat, Masjid al-Aqsa merupakan masjid suci ketiga dalam Islam setelah Masjidul Haram dan Masjid Nabawi. Saat ini, kiblat pertama umat Islam sedang diduduki dan ditelah oleh rezim Zionis Israel.
Menguasai al-Quds dan mengubah identitas Islam tempat suci ini serta yahudisasi tanah Palestina bagi rezim Zionis Israel selalu menjadi tujuan strategis, sekalipun mereka berkali-kali gagal untuk mencapai targetnya.
Rezim Zionis Israel hingga sekarang telah mengalami kekalahan dalam empat perang penting dengan Hizbullah Lebanon dan faksi-faksi Muqawama Palestina. Dalam perang 33 hari, 22 hari dan 8 hari, pasukan Muqawama yang tidak memiliki persenjataan yang dapat menandingi Zionis Israel, tetapi dapat memenangkan perang. Kemenangan ini disempurnakan dalam perang 51 hari di Jalur Gaza.
Berkali-kali kalah bagi rezim penjajah al-Quds menghadapi kelompok-kelompok Muqawama di Lebanon dan Gaza menunjukkan Zionis Israel dan pendukung utamanya, yakni pemerintah Amerika Serikat sangat rapuh.
Dengan semakin memburuknya kondisi Zionis Israel di kawasan, Amerika serikat dengan langkah-langkah provokatif berusaha untuk menyelamatkan rezim ini dari kemusnahan dan mempercepat rencana perubahan identitas daerah-daerah Palestina.
Sekaitan dengan tujuan ini, Amerika serikat secara resmi mengumumkan al-Quds sebagai ibukota rezim Zionis Israel yang berujung pada kemarahan dan kebencian dunia Islam.
Kongres Amerika Serikat pada 23 Oktober 1995 meratifikasi rancangan undang-undang pemindahan kedutaan besar AS ke Baitul Maqdis. Keputusan ini dilakukan ketika menurut resolusi-resolusi PBB, Baitul Maqdis merupakan bagian dari daerah-daerah yang diduduki. Dewan Keamanan PBB pada Desember 2016 meratifikasi resolusi dan menekankan bahwa "Setiap perubahan di perbatasan sebelum 4 Juni 1967 yang berhubungan dengan Baitul Maqdis tidak akan diterima resmi, kecuali pihak-pihak yang ada mencapai kesepakatan dalam perundingan mengenai hal ini."
Langkah yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat ini bertentangan dengan aturan, hukum dan perjanjian internasional dan fakta ini menunjukkan AS tidak menghormati resolusi-resolusi internasional dan perjanjian internasional.
Trump dan begitu juga para pejabat AS punya pemikiran yang sama dengan rezim Zionis. Trump dalam tindakan melanggar hukum mengumumkan al-Quds sebagai ibu kota rezim Zionis Israel. Artinya ia menyerahkan bagian penting dan tidak terpisahkan dunia Islam dengan sejarah kuno dan nilai-nilai agama kepada rezim penjajah dan mengakui penjajahan secara resmi. Padahal al-Quds merupakan ibukota Palestina dan tetap menjadi simbol identitas Palestina dan seluruh bangsa Palestina. Para penjarah tanah air Palestina dengan menelannya bermaksud untuk memusnahkan identitas sebuah bangsa untuk selamanya.
Tentu saja masalah normalisasi dengan rezim Zionis Israel dan tidak menunjukkan sikap tegas dalam masalah regional serta percaya akan janji-janji bohong pihak-pihak yang menyebabkan semakin congkak para pejabat Amerika Serikat, Zionis Israel dan Arab Saudi terkait masalah Palestina.
Sayid Hasan Nasrullah, Sekjen Hizbullah Lebanon dalam mereaksi pengumuman al-Quds yang diduduki sebagai ibukota rezim Zionis Israel oleh Amerika Serikat dalam sebuah pidato mengritik kelemahan sebagian negara-negara Arab.
Sayid Hasan Nasrullah mengakatakan, "Bagi Amerika Serikat tidak ada sekutu yang lebih bernilai ketimbang Zionis Israel. Apa nilai sekutu Arab dan Muslim Amerika bagi Trump? Faktanya adalah tidak ada. Amerika Serikat tidak menganggap bernilai selain Zionis Israel dan kepentingan rezim ini."
Sayid Hasan Nasrullah dengan benar mengatakan, "Setelah 100 tahun dikeluarkannya pernyataan Balfour, kini keluar edisi keduanya."
Sejatinya, apa yang diinginkan rezim Zionis selama puluhan tahun ternyata dilakukan Trump hanya sesaat dan ini adalah bahaya serius. Trump sejatinya telah menghancurkan perundingan. Karena setelah keluarnya jantung Palestina dan identitas aslinya, yakni al-Quds, tidak ada yang tersisa dari Palestina.
Dengan demikian, masalah al-Quds bukan hanya berbicara tentang pendudukan daerah dan masalah Palestina sebagai sebuah negara Islam.
Tidak diragukan lagi, pembebasan bangsa tertindas Palestina dari kezaliman besar ini merupakan kewajiban kemanusiaan, agama dan moral serta semua manusia sebagai warga komunitas global berkewajiban untuk mengambil langkah dengan orientasi ini.
Hak menentukan nasib merupakan bagian dari hak-hak yang diterima di kancah intenrasional, dimana Piagam HAM juga mengakuinya. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran tahun 2000 menyampaikan usulan referendum untuk menentukan nasib Palestina.
Sekaitan dengan hal ini, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya di depan para dosen dan peneliti perguruan tinggi mengritik kebungkaman negara-negara Eropa atas kejaharan rezim Zionis Israel di Jalur Gaza dan Quds.
Rahbar mengingatkan, "Kami selalu mengatakan untuk menentukan bentuk pemerintah di negara historis Palestina harus berlandaskan metode yang diterima oleh seluruh dunia dan merujuk pada opini publik. Harus dilakukan referendum dari semua warga Palestina asli baik Muslim, Yahudi dan Kristen yang setidaknya berada 80 tahun di tanah air ini, baik mereka yang berada di daerah-daerah pendudukan atau yang berada di luar negeri."
Ayatullah Khamenei menambahkan, "Ini usulan Republik Islam Iran yang dicatat secara resmi di PBB. Apakah tidak dapat diterapkan dengan parameter yang diterima dunia? Lalu mengapa negara-negara Eropa tidak bersedia untuk memahaminya?"
Hamas: Jika tak ada Iran, Perlawanan Palestina pasti Lemah
Kepala Biro Politik gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas di Jalur Gaza mengatakan, jika musuh mengulang serangannya, maka kelompok perlawanan Palestina akan menghujani Tel Aviv dan kota-kota Zionis lain dengan rudal yang lebih banyak.
Kepala Biro Politik Hamas di Gaza, Yahya Al Sinwar, Kamis (30/5/2019) sebagaimana dikutip Times of Israel menuturkan, kalau bukan karena Iran, kelompok perlawanan di Palestina tidak akan memiliki kemampuan seperti sekarang ini.
Ia menambahkan, tanpan dukungan Iran, kelompok perlawanan Palestina tidak mungkin bisa melancarkan serangan balasan ke Beersheba seperti yang kita saksikan baru-baru ini.
Sementara itu, situs berita Israel di Amerika Serikat, Algemeiner menulis, Yahya Sinwar mengatakan, Hamas akan terus meningkatkan kemampuannya, dan jika Iran tidak memberikan dukungan kepada kami dalam beberapa tahun terakhir ini, maka kami tidak mungkin bisa mencapai kemampuan seperti sekarang ini.
Menurutnya, perjuangan kelompok perlawanan Palestina tidak akan pernah berhenti sebelum penjajahan rezim Zionis Israel atas tanah Palestina berakhir, dan Al Quds ditetapkan sebagai ibukota Palestina.
Dalam konferensi internasional dukungan atas intifada rakyat Palesitna di Gaza, Sinwar menjelaskan, kubu perlawanan Palestina sudah mengembangkan kemampuan dan peralatan tempurnya untuk berperang menghadapi rezim Zionis sampai rezim ini musnah sepenuhnya.
Konferensi dukungan atas intifada rakyat Palestina di Gaza digelar bersamaan dengan peringatan Hari Quds Sedunia dengan tema "Katakan tidak pada Kesepakatan Abad".
Konferensi ini dihadiri oleh Ismail Haniyeh dan Sekjen Jihad Islam Palestina, Ziad Al Nakhala dan diliput media dalam dan luar negeri.
Velayati: Muqawama, Opsi Tunggal Selesaikan Krisis Palestina
Penasihat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran untuk Urusan Internasional Ali Akbar Velayati mengatakan, Muqawama (perlawanan) adalah opsi terbaik dan tunggal untuk menyelesaikan krisis Palestina.
Hal itu ditegaskan Velayati dalam sebuah pesan menandai peringatan Hari Quds Internasional yang jatuh pada setiap Jumat terakhir bulan suci Ramadhan.
"Pasca berlalunya 40 tahun dari inisiatif strategis, pemikiran dan pandangan jauh ke depan Imam Khomeini ra untuk menamai Jumat terakhir di bulan suci Ramadhan sebagai Hari Quds Seudia, dan dimulainya langkah kedua Revolusi Islam, konvergensi umat Islam dan front Muqawama semakin kuat dan saling menyuarakan untuk menghancurkan rezim Zionis," kata Velayati dalam pesannya, Kamis (30/5/2019).
Dia menambahkan, Pendiri Republik Islam Iran menegaskan bahwa Palestina akan tetap menjadi masalah pertama dan terpenting bagi dunia Islam.
Imam Khomeini ra, lanjut Velayati, telah memperkenalkan kepada rakyat Palestina tentang cara Islam dan revolusioner baru yang lebih kuat untuk menghadapi Zionis, dan menggeser keseimbangan kekuatan yang berpihak pada Israel pada paruh kedua abad ke-20, di mana dengan mengambil pendekatan baru Muqawama, mampu mengubah kondisi yang menguntungkan dunia Islam dalam waktu singkat.
"Strategi persatuan umat Islam untuk menentukan prioritas pertama dunia Islam dengan mengambil pendekatan Muqawama dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan melemahnya rezim Zionis. Ketika proses tersebut bergerak maju, margin keamanan rezim ini menjadi lebih lemah, dan sebaliknya, menyebabkan menguatnya Front Muqawama," pungkasnya.
Di Republik Islam Iran, Pawai Hari Quds Sedunia tahun ini akan digelar serentak di 950 kota di negara ini. 4000 wartawan Iran dan 250 wartawan asing akan meliput acara yang akan dimulai pukul 10.00 waktu setempat itu.
Slogan pawai tahun ini adalah "Kegagalan Kesepakatan Abad dan konsolidasi cita-cita Palestina.
Pejabat-pejabat Senior Iran Ikuti Pawai Hari Quds
Jutaan warga Republik Islam Iran di lebih dari 950 kota di negara ini, terutama di Tehran menggelar Pawai Hari Quds Internasional untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaan mereka dari pendudukan rezim Zionis Israel.
Tak ketinggalan, para pejabat senior Republik Islam Iran, termasuk Presiden Hassan Rouhani, Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, Ketua Parlemen Ali Larijani, juru bicara Kehakiman Gholam Hossein Mohseni-Ejei dan pejabat lainnya juga mengikuti pawai tersebut.
Pawai hari Quds Sedunia di Iran hari ini, Jumat (31/5/2019) mengusung slogan "Kegagalan Kesepakatan Abad dan Konsolidasi Cita-cita Palestina."
Para peserta pawai menegaskan kelanjutan dukungan mereka kepada rakyat Palestina dan pembebasan al-Quds al-Sharif.
Mereka meneriakkan "mampus Amerika," "mampus Israel" dan "mampus arogansi global dan zionisme internasional."
Pada Pawai Hari Quds Sedunia, rakyat Iran mengungkapkan kembali penentangan mereka terhadap kejahatan rezim Zionis dan menegaskan bahwa al-Quds masih tetap menjadi isu utama dunia Islam.
Pawai Hari Quds Internasional diprakarsai oleh Pendiri Republik Islam Iran Imam Khomeini ra. Pawai ini diadakan setiap tahun pada Jumat terakhir bulan suci Ramadhan.
Pawai Hari Quds Sedunia di Iran dimulai pukul 10.00 waktu setempat dan diliput oleh 4000 wartawan lokal dan 250 wartawan asing.
Di akhir pawai akan dibacakan deklarasi kecaman terhadap kejahatan rezim Zionis dan prakarsa "Kesepakatan Abad" serta kecaman terhadap Konferensi Ekonomi Bahrain yang digelar dalam rangka normalisasi hubungan sejumlah negara Arab dengan rezim Zionis Israel
Anti-Arogansi Rakyat Iran dalam Mendukung Al Quds
Lautan rakyat Iran yang anti-arogansi dunia, hari ini Jumat (31/5/2019) mengikuti pawai peringatan Hari Quds Sedunia untuk menunjukkan solidaritas mereka kepada rakyat Palestina dan kebencian atas kejahatan rezim Zionis Israel.
Jutaan rakyat Iran di hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan mengikuti peringatan Hari Quds Sedunia di lebih dari 950 kota di negara ini. Hari Quds Sedunia tahun ini diberi tema "Hari Quds Sedunia, Gagalnya Kesepakatan Abad, Kokohnya Cita-cita Palestina".
Dalam pawai ini rakyat Iran mengumumkan kebenciannya terhadap Zionis, imperialis dunia dan konspirasi Amerika Serikat, Kesepakatan Abad.
Para peserta pawai sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, meneriakkan "Mampus Amerika", "Mampus Israel", "Mampus Al Saud" dan "Mampu para pengkhianat", juga teriakan-teriakan tentang pembebasan Palestina, Al Quds, dan Amerika teroris terbesar dunia.
Pejabat negara, militer, partai politik, kelompok masyarakat, minoritas agama dan mazhab Iran bersama-sama meneriakkan dukungan terhadap bangsa tertindas Palestina dan mengutuk kejahatan Israel.
Pawai Hari Quds Sedunia di Iran yang diliput sejumlah media dalam dan luar negeri ini akan ditutup dengan pengumuman pernyataan bersama yang mengecam kejahatan Israel, proyek Amerika, Kesepakatan Abad dan konferensi ekonomi Bahrain.
Mayjen Safavi: Kesepakatan Abad, Proyek AS untuk Selamatkan Israel
Asisten dan penasihat tinggi Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengatakan, proyek Amerika Serikat, "Kesepakatan Abad" adalah konspirasi berbahaya dan menipu yang dilancarkan Gedung Putih untuk menyelamatkan rezim Zionis Israel, dengan biaya dari sebagian negara Arab kawasan.
Mayjen Yahya Rahim Safavi, Jumat (31/5/2019) di hadapan wartawan dan peserta pawai peringatan Hari Quds Sedunia di Khozestan, barat daya Iran menuturkan, dukungan rakyat Iran terhadap pembebasan Al Quds bukan sebuah dukungan temporal untuk menghadapi kebijakan Amerika dan Israel, serta antek-anteknya di kawasan, tapi bersumber dari cita-cita pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini.
Ia menegaskan, rakyat Iran dan para pendukung Revolusi Islam di seluruh penjuru dunia, akan melanjutkan dukungan atas kemerdekaan Palestina sebagai sebuah strategi asasi guna menghapus rezim Zionis.
Menurut Mayjen Safavi, Hari Quds tahun ini khusus karena pemindahan kedutaan besar Amerika ke Baitul Maqdis, pengakuan Al Quds sebagai ibukota Israel, realisasi Kesepakatan Abad dan upaya Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain untuk mengakui secara resmi eksistensi negara Israel.
Penolakan Ceko terhadap Pemindahan Kedubes ke Quds
Presiden AS Donald Trump memberikan dukungan penuh kepada rezim Zionis Israel sejak ia memimpin negaranya. Salah satu tindakan terpenting Trump adalah mengakui Quds sebagai ibukota Israel dan mengeluarkan perintah relokasi Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Quds pada Desember 2017.
Kedutaan Besar AS dipindahkan ke Quds pada 14 Mei 2018 atau bertepatan dengan 70 tahun peringatan pembentukan rezim Zionis. Quds diduduki oleh Israel sejak 1967.
Pemerintahan Trump membujuk sekutunya untuk mengikuti langkah Washington, namun seruan ini disikapi dingin oleh banyak negara dan hanya Guatemala yang telah mengambil langkah serupa.
Parlemen Republik Ceko baru-baru ini memutuskan menolak RUU pemindahaan kedutaan negara itu ke Quds. Dari 178 anggota parlemen, 112 orang menolak rencana itu dan hanya 66 orang yang menyatakan setuju.
Dengan demikian, RUU yang diajukan oleh Partai Demokrat Sipil untuk pemindahan kedutaan Republik Ceko ke Quds, ditolak parlemen.
Partai Demokrat Sipil mengusulkan agar negara-negara anggota Visegrad Group yang meliputi Republik Ceko, Slovakia, Hongaria dan Polandia, untuk merelokasi kedutaan mereka ke kota Quds.
Keputusan parlemen Ceko merupakan pukulan besar bagi rezim Zionis, yang berharap proses pemindahan kedutaan negara itu ke Quds akan dilakukan secepatnya, dan berulang kali menyatakan kepuasannya atas rencana itu.
Perdana Menteri Ceko Andrej Babis.
Pada Sabtu lalu, Perdana Menteri Ceko Andrej Babis mengulangi penolakannya terhadap pemindahan kedutaan negaranya di Israel, dengan alasan bahwa langkah itu bertentangan dengan sikap Uni Eropa dan PBB.
"Republik Ceko tidak akan tergesa-gesa memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Quds. Kami berkomitmen dengan posisi Uni Eropa dan resolusi PBB. Saat ini tidak ada seorang pun di Eropa yang menuntut pemindahan kedutaannya, dan Ceko tidak akan menjadi pelopor dalam hal ini," tegasnya.
Tahun lalu, Presiden Ceko Milos Zeman menjanjikan pemindahan kedutaan ke Quds dalam pidatonya di hadapan Knesset (parlemen rezim Zionis).
Quds belum diterima secara global sebagai ibukota Israel. Pada 21 Desember 2017, Majelis Umum PBB meloloskan sebuah resolusi untuk menentang tindakan sepihak Trump yang mengakui Quds sebagai ibukota rezim Zionis.
Pemerintahan Trump telah melakukan banyak upaya untuk membujuk atau memaksa sekutunya memindahkan kedutaan mereka ke Quds. Beberapa negara Amerika Latin menanggapi positif permintaan Trump di mana Guatemala dan Paraguay mengikuti langkah AS itu, namun Paraguay kemudian membatalkan keputusan tersebut dan mengembalikan kedutaannya ke Tel Aviv.
Penasihat Direktur Institut Rusia untuk Studi Strategis, Elena Suponina mengatakan, "Presiden Donald Trump dengan mengakui Quds sebagai ibukota Israel, sedang bermain dengan api."
Trump berpikir bahwa Eropa tidak akan menentang keputusannya itu atau paling tidak hanya menunjukkan penentangan yang lunak. Namun, penentangan keras Uni Eropa telah menambah daftar perselisihan kedua pihak mengenai berbagai isu global.
Keputusan parlemen Ceko merupakan pukulan terbaru terhadap Trump yang sedang memperkuat posisi rezim Zionis.



























